II. Tinjuan Pustaka A. Bulu Babi Tripneustes gratilla 1. Klasifikasi dan ciri-ciri Bulu babi Tripneustes gratilla termasuk dalam filum echinodermata dengan klasifikasi sebagai berikut (Anon 2011 ) : Kingdom : Animalia Phylum : Echinodermata Kelas : Echinoidea Ordo : Echinaceae Famili : Toxopneustidae Genus : Tripneustes Spesies : T. gratilla L. Bulu babi T. gratilla merupakan kelompok bulu babi regularia atau bulu babi beraturan. Kelompok ini memiliki bentuk tubuh hemisfer, membulat di bagian atas dan merata di bagian bawah. Menurut De Ridder ( 1986 dalam Tuwo 1995 ) bulu babi T. gratilla mempunyai warna cangkang yang sangat bervariasi, namun umumnya merah keunguan sampai ungu keputihan. Durinya dapat berwarna putih, cokelat muda, orange, abu-abu kemerahan atau atau kadangkadang hitam. Gambar1. Bentuk bulu babi regularia(Dobo 2009). 5 Mengenai bentuk tubuh bulu babi secara umum, Suwignyo dkk (2005 dalam Dobo 2009) menyebutkan bahwa tubuh bulu babi berbentuk bulat atau pipih bundar, tidak bertangan, mempunyai duri-duri panjang yang dapat digerakan.Semua organ pada bulu babi terletak dalam tempurung (test sceleton) yang terdir atas 10 keping pelat ganda, biasanya bersambungan dengan erat, yaitu pelat ambulakra, disamping itu terdapat pelat ambulakra yang berlubang-lubang tempat keluarnya kaki tabung. Pada permukaan tempurung terdapat tonjolan-tonjolan pendek yang membulat, tempat menempelnya duri. Di antara duriduri tersebar pedicellaria dengan tiga gigi. Bulu babi mempunyai dua macam duri, duri panjang atau primer dan duri pendek atau sekunder. Mulut bulu babi terletak di sisi oral, dilengkapi dengan lima gigi tajam dan kuat untuk mengunyah. Anus, lubang genital dan madreporit terletak di sisi aboral. 2. Makanan dan Kebiasaan Makan Tripneustes gratilla banyak dijumpai di daerah padang lamun (De Ridder 1986 dalam Tuwo 1995). Hal ini erat kaitannya dengan kebiasaan makanannya sebagai hewan herbivor (Lawrwnce 1987 dalam Tuwo1995). Menurut Yamaguci (1991 dalam Anon 2011 ) jenis makanan bulubabi T. gratilla sangat bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangannya. Larva biasanya memakan diatom-diatom plantonik, tetapi pada tahap juvenil memakan diatom-diatom sesil, dan yang telah berukuran besar memakan makroalga, lamun, dan mikro flora . T. gratilla yang telah dewasa dapat memakan bermacam -macam makroalga, antara lain: Sargassum spp., Padina spp., Hydroclathrus clathrus, Cladosiphon okamwarmus., Hypnea charoides, Gracilaria blodgettii, Ceratodictyon spongiosum. Berdasarkan hasil analisis lambung T. gratilla yang diambil dari alam, menunjukkan bahwa yang paling dominan sebagai makanannya adalah beberapa jenis 6 lamun dan alga (Sargassum spp., Padina spp., dan Hydroclathrus clathrtus). Selain itu, Aziz (1994) mengatakan bahwa aktivitas memakan alga dan lamun merupakan aktivitas yang penting di padang lamun. Selanjutnya, pada tingkat populasi yang tinggi aktivitas memakan lamun ini akan meninggalkan daerah yang gundul. Bulu babi tidak menyukai semua jenis lamun, tetapi hanya beberapa jenis saja. Menurut Lawrence (1975 dalam Aziz 1994), ada kecenderungan kesukaan terhadap lamun marga Thalassia dan marga Syringodiumdibandingkan dengan jenis yang lain. 3. Habitat dan Tingkah Laku Bulu Babi T. Gratilla Bulu babi T. gratilla merupakan salah satu organisme herbivor yang menghuni padang lamun. Kehidupan bulu babi ini tergantung dari berbagai jenis lamun seperti lamun dari marga Thalassia, Syringodium, Thalassodendron, dan Cymodocea (Aziz 1994). Habitat bulu babi T. gratilla di jelaskan juga oleh Aziz (1993) sebagai organisme yang hidup mulai dari daerah intertidal sampai kedalaman 10 meter. Bulu babi ini bisa hidup soliter atau hidup mengelompok tergantung kepada jenis dan habitatnya. Sebaliknya, bulu babi jenis Diadema setosum, T. gratilla, dan Strongylocentrotusspp. Cenderung hidup mengelompok. Menurut De Ridder (1986 dalam Tuwo1995), T. gratilla banyak dijumpai di daerah padang lamun. Ini erat kaitannya dengan kebiasaan makannya sebagai hewan herbivora ( Lawrence 1987 dalam Tuwo 1995). Di daerah padang lamun, bulu babi T. gratilla melakukan berbagai macam aktivitasnya. Menurut Aziz (1994) Mencari makan, menghindari diri dari serangan predator ataupun berlindung dari sengatan panas, dan istirahat merupakan aktivitas harian yang penting bagi bulu babi T. gratilla. Selain itu untuk maksud tertentu, bulu babi ini melakukan aktivitas covering atau membungkus diri dengan material yang terdapat di 7 sekitarnya, termasuk pasir, cangkang keong, potongan alga, ataupun potongan lamun. Aktivitas ini merupakan tingkah laku yang unik dari bulu babi. 4. Kelimpahan Bulu Babi Tripneustes gratilla Kelimpahan individu suatu spesies dapat diartikan sebagai banyaknya individu tersebut dalam suatu area yang ditempatinya. Dalam suatu ekosistem, kelimpahan bulu babi berhubungan dengan jumlahnya. Bulu babi dikatakan melimpah jika dalam area yang ditempati, jumlahnya individu spesiesnya lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah individu spesies yang lain. Kelimpahan bulu babi ini dipengaruhi oleh kemampuan hewan ini untuk menempati habitatnya yang didukung oleh kondisi lingkungan. Menurut Susanto (2000), ukuran dan kepadatan populasi hewan dapat berubah dari waktu ke waktu. Perubahan itu dapat berskala besar, dapat pula berskala kecil. Ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan ketersediaan sumber daya yang tersedia dalam habitatnya. Nyibakken (1992) mengemukakan bahwa, setiap spesies dalam komunitas mempunyai daya toleransi terhadap setiap perubahan faktor lingkungan. Jika faktor lingkungan melampaui batas toleransi suatu spesies, maka pada daerah itu tidak akan dijumpai spesies tersebut. B. Padang Lamun Padang lamun (seagrass bads) merupakan salah satu ekosistem yang terletak di daerah pesisir. Lamun (seagrass) tumbuh di perairan dangkal yang agak berpasir. Sering pula dijumpai di terumbu karang dan hutan mangrove (Kordi 2011). Lamun (seagrass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang memiliki rhizoma, daun dan akar sejati yang hidup terendam di dalam laut (Bengen 2004). 8 Komponen penting dan utama pada ekosistem padang lamun adalah tumbuhn lamun. Sebagai sebuah ekosistem yang berada di pesisir maupun laut, padang lamun memiliki fungsi ekologis yang tidak bisa tergantikan. Fungsi ekologis padang lamun yang penting bagi wilayah pesisir dan laut menurut Bengen (2004) adalah :1) sebagai produsen detritus dan zat hara, 2) pengikat sedimen dan penstabil substrat yang lunak dengan sistem perakarannya yang padat dan saling menyilang, 3) sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan memijah bagi beberapa jenis biota laut, terutama yang melewati masa dewasanya di lingkungan ini, 4) sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari sengatan matahari. Menurut Kordi (2011), ekosistem padang lamun adalah bagian dari ekosistem laut, yang selain menyuplai kehidupan ke laut, juga sebagai bagian penting dari laut untuk keseimbangan ekosistem. Padang lamun merupakan komponen pelindung pantai dari arus, terpaan ombak, dan gelombang. Selain itu, padang lamun juga dapat memperlambat gerakan air yang disebabkan oleh arus dan gelombang hingga perairan sekitarnya menjadi lebih tenang. 9