II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bulu Babi Bulu babi merupakan organisme dari divisi Echinodermata yang bersifat omnivora yang memangsa makroalga dan beberapa jenis koloni karang (Aziz, 1981). Tubuhnya berbentuk segilima, mempunyai lima pasang garis kaki dan duri panjang yang dapat digerakkan. Garis kaki dan duri memungkinkan binatang ini merangkak di permukaan karang ataupun pasir. Cangkang luarnya tipis dan tersusun dari lempengan-lempengan yang berhubungan satu sama lain. Bulu babi merupakan hewan laut yang memiliki habitat di ekosistem terumbu karang dan padang lamun yang sangat umum dijumpai dangkal. Selain itu bulu babi menyukai dasar substrat yang keras dan substrat di padang lamun campuran yang terdiri dari pasir dan pecahan karang (Sugiarto dan Supardi, 1995). Bulu babi termasuk kedalam kerajaan Animalia dan divisi Echinodermata. Nama echino berarti duri dan dermata berarti lapisan sehingga dapat dikatakan bulu babi adalah binatang yang mempunyai kulit berduri. Bulu babi termasuk kedalam kelas Echinoidea. Selajutnya kelas Echinoidea ini terbagi menjadi 12 bangsa, yaitu: Diadematoida, Cidaroida, Echinothuroida, Phymosomatoida, Arbacioida, Temnopleuroida, Echinoida, Clypeasteroida, Spatongoida, Helectypoida, Cassiduloida dan Holasteroida (Heinke dan Schultz, 2006). Berdasarkan bentuk tubuhnya, kelas Echinoidea dibagi dalam dua, yaitu bulu babi regular sea urchin atau bulu babi beraturan dan irregular sea 8 9 urchin atau bulu babi tidak beraturan (Hyman, 1955). Bentuk tubuh bulu babi beraturan adalah simetri pentaradial hampir berbentuk bola, sedangkan bulu babi tidak beraturan memperlihatkan bentuk simetri bilateral yang bervariasi. B. Bentuk Bulu Babi Morfologi bulu babi terbagi menjadi dua kelompok yaitu bulu babi yang memiliki cangkang beraturan (reguleria) dan cangkang tidak beraturan (iregularia). Bentuk tubuh bulu babi regularia adalah simetri pentaradial hampir berbentuk bola sedangkan bulu babi iregularia memperlihatkan bentuk simetri bilateral yang bervariasi. Bulu babi yang merupakan iregularia berasal dari bangsa Echinoida, Clypeasteroida dan Spatangoida. Sedangkan bangsa lainnya merupakan bulu babi reguleria (Chao, 2000). Bentuk luar cangkang bulu babi reguler menyerupai buah delima terkadang terdapat juga bentuk yang lebih pipih seperti setengah bola. Sebagai contoh cangkang Diadema setosum, dari bangsa Diadematoida, tersusun dari ratusan keping-keping kecil yang tertata secara unik (Gambar 1). Permukaan tempurung terdapat tonjolan-tonjolan pendek yang membulat tempat menempelnya duri. Kebanyakan bulu babi mempunyai dua duri, duri panjang atau utama dan duri pendek atau sekunder. Mulut bulu babi terletak di daerah oral yang dilengkapi dengan lima gigi tajam dan kuat untuk mengunyah yang dikenal sebagai aristotle’s lantern, yakni semacam rahang yang berfungsi sebagai alat pemotong dan penghancur makanan. Organ ini juga mampu 10 memotong cangkang teritip, moluska ataupun jenis bulu babi lainnya (Dobo, 2009). Anus bulu babi terletak di sisi abural yang dikelilingi oleh sejumlah keping anal, termasuk diantaranya adalah keping-keping genital. Salah satu diantara keping genital yang berukuran paling besar merupakan tempat bermuaranya sistem pembuluh air (waste vascular system). Sistem ini menjadi ciri khas divisi Echinodermata, berfungsi dalam pergerakan, makan, respirasi, dan ekskresi (Aziz, 1987). Gambar 1. Bentuk umum bulu babi beraturan (Dobo, 2009) C. Reproduksi Siklus hidup dari bulu babi diawali dengan terjadinya pembuahan diluar tubuh. Pada musim memijah sel telur dari induk betina dan sperma dari induk jantan dilepas ke air laut di sekitarnya. Telur bulu babi dibungkus dengan semacam selaput agar yang disebut dengan jelly coat (Guidice, 1986). Zigot sebagai hasil pertemuan sperma dan sel telur akan mengalami fase-fase 11 pembelahan sampai ke stadium morula, blastula, gastrula dan selanjutnya akan berkembang menjadi larva yang hidup bebas sebagai plankton yang mempunyai bentuk simetris (Czihak, 1971). Larva bila menemui substrat keras seperti karang mati atau batu akan mengalami penempelan, kemudian akan mengalami metamorfosa dan menjelma menjadi anakan bulu babi (Gambar 2). Bulu babi dapat dikatakan telah menjadi anakan bila sudah terdapat tentakel-tentakel, duri-duri dan kaki (pediselaria). Semakin lama, anakan bulu babi akan menjadi dewasa. Bulu babi dewasa dapat dicirikan dengan memiliki organ tubuh yang lengkap mulai dari tubuh bagian dalam sampai pada organ tubuh bagian luar tampak dengan jelas. Bulu babi dewasa memiliki cangkang yang keras, jari-jari dan duri-duri yang sudah dapat berfungsi dengan sempurna (Czihak, 1971). Gambar 2. Anakan bulu babi setelah mengalami metamorfosa (Czihak, 1971). 12 D. Kelimpahan Kelimpahan suatu organisme dalam perairan dapat dinyatakan sebagai jumlah individu per satuan volume. Sedangkan kelimpahan relatif adalah persentase dari jumlah individu suatu spesies terhadap jumlah total indi1idu yang terdapat di daerah tertentu. Analisis kelimpahan digunakan untuk menghubungkan kestabilan suatu organisme dengan fluktuasi lingkungannya. Kelimpahan individu bulu babi didefinisikan sebagai jumlah individu spesies setiap stasiun dalam satuan kubik (Odum, 1993). E. Pola Penyebaran Penyebaran atau pergerakan sangat dipengaruhi oleh faktor penghalang dan kemampuan individu atau alat perkembang biakannya untuk berpindah (Odum, 1993). Secara genetik pergerakan individu-individu dari suatu populasi sangat menguntungkan karena akan memberikan kemungkinan tetap terjaganya variasi genetik dan dapat menghindari kemungkinan terjadinya kepunahan. Penyebaran populasi yang berupa penyebaran individu memiliki tiga pola dasar yaitu: 1. Acak (random), kondisi distribusi pola ini relatif jarang terjadi di alam 2. Merata (uniform), terjadi apabila kompetisi antara individu-individu sangat tajamdalam memperebutkan ruang hidup yang sama. 3. Berkelompok (clumped), pola distribusi ini dapat berkelompok secara acak (random clumped), berkelompok secara merata yang penyebaran 13 kelompok dalam suatu daerah membagi ruang hidup yang sama dan berkelompok secara besar. Penyebaran juga dipengaruhi oleh luas daerah dan jumlah populasi. Pada daerah yang luas dengan jumlah individu sedikit maka sebarannya akan jarang (McNaughton dan Larry, 1998). F. Transek Kuadrat Metoda transek kuadrat digunakan untuk memantau komunitas makrobentos di suatu perairan. Metode transek kuadrat dilakukan dengan cara menarik garis tegak lurus pantai, kemudian di atas garis tersebut ditempatkan kuadrat ukuran 1 X 1 m2, jarak antar kuadrat ditetapkan secara sistematis terutama berdasarkan perbedaan struktur vegetasi. Selanjutnya, pada setiap kuadrat dilakukan perhitungan jumlah individual (Fahrul, 2007). G. Pantai Pasir Putih Pantai Pasir Putih terletak di Desa Pasir Putih, Kecamatan Bungatan, merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam bagian Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur. Daerah Pasir Putih adalah daerah Utara yang berada di pinggir jalan yang menyalurkan dari Surabaya, sampai di Banyuwangi. Pantai Pasir Putih menjadi satu kesatuan dengan wisata Pantai Pasir Putih Situbondo. Secara geografis pantai ini berada di daerah Barat Situbondo. Koordinat Pantai Pasir Putih ini terletak pada 07° 41′ 31,26″ LS, 14 113° 49′ 42,09″ BT dengan ketinggian 10 meter dari permukaan laut (Pitasari dkk., 2011). H. Hipotesis 1. Kelimpahan bulu babi di ekosistem terumbu karang Pantai Pasir Putih, Situbondo sangat berlimpah. 2. Terdapat beberapa jenis bulu babi di Pantai Pasir Putih, Situbondo. 3. Pola penyebaran bulu babi di ekosistem terumbu karang Pantai Pasir Putih, Situbondo berkelompok (clumped).