BAB 3 ANALISIS SITEM BERJALAN 3.1 Profil Sekolah 3.1.1 Sejarah Sekolah SMK Negeri 13 Jakarta sebelumnya adalah SMEA Negeri 17 Jakarta, perubahan tersebut berdasarkan adanya surat keputusan Depdiknas Lomoratur nomor 036/0/1997 tanggal 7 Maret 1997. SMK Negeri 13 Jakarta (SMEA Negeri 17 Jakarta) berdiri pada tahun 1969 dengan Surat Keputusan Depdikbud No. 68/UK3/1969 tanggal 2 juni 1969 didirikan dilingkungan perumahan Bank dan Asuransi tepatnya di komplek perumahan Bank Dagang Negara pesing kelurahan wijaya kusuma, Jelambar, Jakarta Barat. Gedung milik Pemda DKI Jakarta dimanfaatkan oleh 2 (dua) instansi SMP dan SLKTA (SMEA). SMK Negeri 13 Jakarta (SMEA Negeri 17 Jakarta) Kepala sekolah yang pertama (pendiri) adalah Bapak Drs. Iljas surasudjaja dengan jumlah personal 9 (sembilan) orang. 1 (satu) orang TU, dan 1 (satu) orang penjaga sekolah. Pertama kali dibuka hanya 1 (satu) kelas dengan julah siswa 40 orang jurusan akuntansi. Dengan perkembangan masyarakat lingkungan sekolah yang pesat maka 2 (dua) instansi pendidikan tersebut peminatnya setiap tahun yang masuk ke 2 (dua) sekolah selalu bertambah, untuk SMK Negeri 13 Jakarta (SMEA 17 Jakarta) dalam tempo 3 tahun sudah membuka 3 jurusan yaitu, akuntansi, sekretaris dan tata niaga, jumlah kelas 9 dengan 450 siswa kelas I,II,III. Dengan melihat lingkungan masyarakat yang semakin berkembangan, berkeinginan menyekolahkan putra/putrinya ke SMK dengan bukti setiap tahun 69 70 pendaftar 2500 orang sedangkan daya tampung 10 kelas ratio 40 dikuatkan pada data kohort. Maka kepala SMK Negeri 13 Jakarta kepemimpinan Bapak Drs.H.M. Hasan mencari terobosan baru melihat gedung SD Negeri Jl. Rawabelong II-E Palmerah yang kurang terawat. Namun luas tanahnya memungkinkan untuk dibuat Standard gedung SMK. Salah satu gedung SMK Negeri 13 Jakarta yang terletak di Jl. U. Sandang Palmerah penggunaannya seijin Sekwil dan Pemda DKI tukar pakai dengan SD Negeri. SMK Negeri 13 Jakarta sampai saat ini masih terus memperbaiki diri untuk memberikan pelayanan, meningkatkan prestasi dan menjawab berbagai tuntutan kebutuhan masyarakat dibidang pendidikan. 3.1.2 Visi, Misi dan tujuan Pendidikan Era perdagangan bebas dengan segala akibatnya menjadi salah satu pemicu cepatnya perubahan yang terjadi pada berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dalam hal ini dunia pendidikan mempunyai tanggung jawab besar, terutama dalam menyiapkan sumber daya manusia yang tangguh sehingga mampu hidup selaras di dalam perubahan zaman. Sebagai ibukota Negara Indonesia dan juga sebagai kota metropolitan Jakarta merupakan barometer nasional dan internasional untuk berdaya saing global menghadapi berbagai macam perubahan. Sesuai dengan visi pemda DKI Jakarta yaitu “Terwujudnya Jakarta sebagai ibukota Negara Republik Indonesia yang manusiawi, efisien dan berdaya saing global, dihuni oleh masyarakat yang partisipatif, berakhlak, sejahtera, dan berbudaya, dalam lingkungan kehidupan yang aman dan berkelanjutan”. 71 SMK Negeri 13 jakarta sebagai sekolah favorit bertekad untuk meningkatkan pelayanan pendidikan untuk dapat melaksanakan visi dan misi SMK Negeri 13 Jakarta, sebagai berikut : Visi : “MEMBENTUK SDM YANG BERIMAN, BERPENGETAHUAN, TERAMPIL SERTA MANDIRI”’. Misi : • Menciptakan tenaga kerja yang beriman dan mandiri • Membentuk tenaga kerja tingkat menengah yang berdedikasi dan profesional • Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk kebutuhan dunia usaha saat ini dan yang akan datang • Memberikan pendidikan, pengetahuan dan keterampilan Tujuan : • Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dengan sikap yang professional. • Menyiapkan siswa agar mampu memilih karir, kompetensi dan mengembangkan diri . • Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk kebutuhan dunia usaha saat ini dan yang akan dating. • Menyiapkan tamatan yang produktif, adaptif, dan kreatif. 3.1.3 Penyelenggaraan Pendidikan A. Staf Pengajar 1. Pendidikan S2 6 orang 2. Pendidikan S1 66 orang 72 3. Pendidikan SM/D3 4 Orang B. Jam Belajar 1. Senin-Kamis : pkl 06.30- 15.00 2. Jumat : pkl 06.30-14.00 3. Sabtu : libur C. Akademis 1. Intrakurikuler SMK Negeri 13 Jakarta, merupakan Sekolah Menengah Kejuruan yang terdiri dari Kompetensi Keahlian : 1. Akuntansi 2. Administrasi Perkantoran 3. Pemasaran 4. Usaha Perjalanan Wisata 5. Seni Teater 2. Ekstrakurikuler • Pramuka • PMR • Paskibra • Rohis • Pencak Silat • Taekwondo • Karate • Janur • Bola Basket • Futsal 73 D. Sarana penunjang pendidikan. 1. 30 Ruang Teori 2. 5 Ruangan Praktik Kejuruan 3. 2 Laboratorium Komputer 4. Laboratorium Bahasa Inggris 5. Laboratorium Mengetik 6. Toko Sekolah 7. Kantin Sekolah 8. Travel Biro 9. Mesjid 10.Sarana Olah Raga 11.Areal Parkir 12.Hot Spot Area 3.1.4. Kondisi Organisasi Dalam menganalisis kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi kondisi persaingan oraganisasi dapat digunakan pendekatan 5p oleh porter. Porter mengidentifikasi lima kekuatan yang menentukan daya tarik laba jangka panjang intrinsic dari suatu pasar atau segmen pasar. Analisis Porter pada SMK Negeri 13 Jakarta dapat di jelaskan pada gambar dibawah ini : 74 Pendatang Baru Potensial 1. 2. 3. 4. Pemasok SMK SMK SMK SMK BINA INSAN MANDIRI SATRIA JAKARTA JOSUA JAKARTA AL-CHASANAH JAKARTA Pesaing Industri 1. SLTPN 127 JAKARTA 2. SLTPN 111 JAKARTA 3. SLTPN 75 JAKARTA 4. SLTPN 229 JAKARTA 1. SMK NEGERI JAKARTA 2. SMK NEGERI JAKARTA 3. SMK NEGERI JAKARTA 4. SMK NEGERI JAKARTA 45 9 11 42 Pembeli 1. Universitas Mercubuana 2. Universitas Esa Unggul 3. Universitas Bina Nusantara 4. Perusahaan swasta 5. Perusahaan Negeri Pengganti/Substitusi 1. SMIP (Sekolah Menengah Ilmu Pariwisata) 2. SMSR (Sekolah Menengah Seni Rupa) 3. STM 4. SMA 5. SMU Gambar 3.1 Analisis Porter Gambar diatas menunjukan lima kekuatan tersebut adalah pesaing indusri, pendatang baru potensial, pengganti/substitusi, pembeli, pemasok. Lima ancaman yang ditimbulkan kekuatan tersebut adalah : 1. Ancaman persaingan segmen yang ketat. Organisasi atau lembaga yang bergerak dibidang pendidikan juga memiliki pesaing yang cukup banyak dan kuat. Pada SMK 13 Jakarta yang 75 menjadi pesaing adalah sekolah-sekolah menengah kejuruan negeri maupun swasta yang juga berlokasi di Jakarta, terutama di Jakarta Barat. Beberapa diantaranya1. SMK NEGERI 45 JAKARTA, SMK NEGERI 9 JAKARTA, SMK NEGERI 11 JAKARTA, SMK NEGERI 42 JAKARTA. Dan pada analisis ini terdapat hubungan yang kuat antara SMK Negeri 13 Jakarta dengan para pesaing ini. 2. Ancaman pendatang baru. Sekolah atau lembaga pendidikan yang menjadi pendatang baru merupakan ancaman atau penghalang bagi SMK Negeri 13 Jakarta. Dan sekolah pendatang baru yang menjadi ancaman bagi SMK Negeri 13 Jakarta adalah : SMK BINA INSAN MANDIRI, SMK SATRIA JAKARTA, SMK JOSUA JAKARTA, SMK AL-CHASANAH JAKARTA. Terdapat hubungan yang kuat antara SMK Negeri 13 Jakarta dengan para pendatang baru ini. 3. Ancaman produk pengganti/substitusi. Terdapatnya produk substitusi actual atau potensif dalam suatu industri juga merupakan ancaman. Yang menjadi produk pengganti/substitusi bagi SMK Negeri 13 Jakarta adalah sekolah-sekolah menengah selain SMK yang belokasi di Jakarta Seeperti : SMIP(Sekolah Menengah Ilmu Pariwisata), SMSR (sekolah Menengah Seni rupa) dan STM. Hubungan yang terjadi antara SMK Negeri 13 Jakarta dengan produk pengganti ini adalah lemah. 4. Ancaman kekuatan posisi tawar pembeli. Dalam industri pendidikan yang menjadi konsumen atau pembeli adalah Universitas dan Perusahaan. Universitas termasuk dalam kategori pembeli karena memiliki peran yang sangat penting dalam pengambilan 76 keputusan. Ancaman yang ditimbulkan oleh pembeli : meminta agar biaya pendidikan diturunkan dan meminta peningkatan kualitas pelayanan. 5. Ancaman kekuatan posisi tawar pemasok Yang merupakan pemasok bagi SMK Negeri 13 Jakarta adalah Sumber dari calon siswa yang akan masuk ke SMK Negeri 13 Jakarta. Pemasoknya adalah sekolah dimana calon siswa akan masuk ke SMK Negeri 13 Jakarta 3.2 Proses Belajar Mengajar 3.2.1 Struktur Organisasi. Organisasi adalah kumpulan orang, pembagian kerja, dan system kerja sama, system hubungan atau system social. Struktur organisasi adalah hubungan formal antar kelompok dan individu dalam organisasi. Struktur organisasi merupakan pedoman penting bai para pegawai untuk melaksanakan tugas secara efektif. Struktur organisasi menjelaskan dan mengkomunikasikan jenis tanggung jawab dan kekuasaan dalam organisasi, dan membantu pimpinan dalam mengkoordinasikan seluruh kegiatannya. Berdasarkan buku Petunjuk Administrasi Sekolah Menengah Kejuruan, Depdikbud, Dirjen Dikdasmen, Direktorat Sarpas, Jakarta, 1996-1997, uraian pekerjaan para pemegang jabatan pada struktur organisasi SMK Negeri 13 Jakarta adalah : 1. Kepala Sekolah Kepala sekolah berfungsi dan bertugas sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator. 2. Komite Sekolah Membina dan menghimpun potensi warga sekolah dalam rangka mendukng penyelenggaraan sekolah yang berkualitas. 77 3. Kepala urusan tata usaha / wakabid tata usaha Menyususn program tata usaha sekolah, mengurus administrasi ketenagaan dan siswa, membina dan pengembangan karier pegawai tata usaha sekolah, menyusun administrasi perlengkapan sekolah, menyusun dan penyajian data/statistic sekolah, mengkoordinasikan dan melaksanakan k6, dan membuat laporan kegiatan tata usaha. Analisis SWOT dan Matriks IE Berdasarkan hasil observasi dan diskusi yang dilakukan maka disimpulkan beberapa faktor SWOT untuk SMKN 13 Jakarta adalah sebagai berikut : Strength / Kekuatan : • Guru dan tenaga kependidikan telah mampu mengoperasikan komputer. Tenaga pengajar yang ada di SMKN 13 Jakarta telah mengikuti program pelatihan yang diselenggarakan di tempat peserta pelatihan dengan menggunakan peralatan kerja peserta pelatihan dengan materi yang relevan(in house training) tentang cara penggunaan perangkat komputer sehingga mampu mengoperasikan computer dengan baik. • Siswa telah mampu mengoperasikan Komputer Secara umum diketahui bahwa siswa di SMKN 13 Jakarta telah mampu menggunakan komputer. Indikasinya adalah kegemaran siswa/siswi SMKN 13 Jakarta dalam mata pelajaran Laboratorium komputer. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan e-learning di SMKN 13 Jakarta tidak akan mengalami banyak kendala dalam penggunaannya oleh siswa. • Telah tersedia infrastruktur internet wi-fi hotspot Di SMKN 13 Jakarta telah terpasang internet wi-fi hotspot yang memuungkinkan guru, siswa dan staf sekolah lainnya untuk mengakses secara mobile di lingkungan sekolah 78 • Laboratorium dan perpustakaan sekolah telah memiliki koneksi jaringan local (LAN) dan internet. Laboratorium praktek jurusan yang tersedia di sekolah dapat digunakan untuk mempelajari pelajaran dengan mencari sumber-sumber informasi di internet untuk mendukung materi yang diajarkan oleh guru. Weakness / kelemahan : • Belum semua guru yang menggunakan TIK(Teknologi Informasi dan Komunikasi) sebagai alat bantu dan media mengajar. Guru di SMKN 13 Jakarta belum semuanya menggunakan TIK sebagai media pengajaran mereka sehingga maeri pelajaran mejadi membosankan bagi siswa. • Laboratorium komputer hanya menjadi sarana belajar menggunakan komputer. Laboratorium komputer yang tersedia hanya menjadi sarana mmenggunakan computer bagi sebagian siswa dan hanya digunakan untuk mempelajari software komputer saja dan belum digunakan untuk mempelajari pelajaran lainnya secara komprehensif. • Kepala sekolah belum menindak lanjuti TIK untuk dimanfaatkan dalam medukung hadirnya e-learning di sekolahnya. TIK yang ada belum secara maksimal digunakan sebagai bagian dari upaya menghadirkan e-learning di SMKN 13 Jakarta. Sehingga akan membuat infrastruktur yang sudah ada menjadi sia-sia. • Belum menggunakan internet sebagai bahan acuan pengajaran. Materi-materi pelajar yang disampaikan masih mengacu kepada buku pelajaran sebagi satu-satunya sumber relevan sehingga menutup 79 kemungkinan adanya data aupun informasi pengajaran yang berasal dari internet. Opportunity / Peluang : • Masih sedikitnya institusi sekolah yang menggunakan e-learning. Belum banyaknya sekolah dari berbagai tingkatan pendidikan yang menggunakan e-learning dapat membuat SMKN 13 Jakarta sebagai salah satu sekolah yang dapat memaksimalkan penggunaan e-learning. • Kesadaran akan pentingnya penggunaan teknologi dalam proses belajar. Siswa dan para pengaja sepakat bahwa penggunaan teknologi dewasa ini tidak lagi dapat dihindari dan secara khusus dapat digunakan dalam dunia pendidikan agar proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan baik serta berwawasan global. • Tersedianya lembaga-lembaga pendukung pendidikan. Di Indonesia terdapat banyak lembaga-lembaga pendukung pendidikan yang bersedia membantu untuk kemajuan pendidikan. • Tersedia bahan belajar di internet yang dapat di download dan disajikan sebagai bahan belajar di rumah. Di internet terdapat banyak sumber informasi yang dapat digunakan sebagai penyedia bahan ajar yang berguna untuk dijadikan referensi dalam penyusunan materi pelajaran sehingga siswa dapat memahami pelajaran dengan lebih baik. • Pemerintah dan dunia industri mendorong pemanfaatan TIK(Teknologi Informasi dan Komunikasi) bagi perkembangan di dunia pedidikan. Pemerintah mendukung realisasi penggunaan e-learning dalam pendidikan dengan diterbitkannya regulasi berupa Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Jarak Jauh pasal 31 dan SK Mendiknas 80 No.107/U/2001 tentang penyelenggaraan Program Pendidikan Tinggi Jarak Jauh. Threat / Ancaman : • Mahalnya biaya infrastruktur komputer dan biaya layanan internet Biaya komponen komputer yang mahal di Indonesia yang disebabkan oleh dimasukkannya perangkat komputer sebagai objek pajak PPnBM (Pajak penjualan atas barang mewah) serta tarif koneksi yang masih mahal secara tidak langsung mengghambat penyelenggaraan e-learning terhambat. • Banyak sekolah menengah kejuruan yang sudah mulai menerapkan e- learning Di Jakarta sebagai kota metropolitan dan juga ibukota e-learning sudah mulai diimplementasikan pada sekolah-sekolah negeri unggulan dan sekolah-sekolah swasta dengan infrastruktur yang memadai. Hal ini menunjukan bahwa e-learning telah diposisikan sebagai terobosan baru bagi dunia pendidikan dan menjadi pemicu bagi sekolah lain untuk menerapkannya secepat mungkin agar dapat terus mempertinggi standar kualitas dan pelayanan pengajaran. • Kurang fokusnya dukungan pemerintah Kurangnya focus pemerintah ditunjukkan dari alokasi dana APBN dalam pengembangan infrastruktur penndidikan khususnya e-learning sehingga perkembangannya berjalan dengan lambat. • Penyalahgunaan komputer oleh siswa sebagai alat bermain bukan sebagai alat belajar Penggunaan komputer oleh siswa masih banyak penggunaannya sebagai alat bermain dan belum dimaksimalkan untuk alat belajar dalam memahami materi pelajaran sekolah. 81 Tabel 3.1 Matriks EFE Faktor Eksternal SMK 13 jakarta Bobot Peringkat Bobot Nilai menggunakan e-learning 0.05 2 0.10 kesadaran akan pentingnya tekologi dalam proses 0.15 3 0.45 0.10 4 0.40 0.15 3 0.45 0.15 4 0.60 Opportunity/ Peluang Masih sedikitnya institusi dan lembaga sekolah yang pembelajaran Tersedianya lembaga-lembaga pendukung pendidikan. Tersedia bahan belajar di internet yang dapat di download dan disajikan sebagai bahan belajar di rumah Pemerintah dan dunia industri mendorong pemanfaatan TIK(Teknologi Informasi dan Komunikasi) bagi perkembangan di dunia pedidikan. Subtotal 2.00 Threat / Ancaman Mahalnya biaya infrastruktur komputer dan biaya layanan internet 0.15 2 0.30 menerapkan e-learning 0.05 3 0.15 Kurang fokusnya dukungan pemerintah 0.15 2 0.30 0.05 1 0.05 Banyak sekolah menengah kejuruan yang sudah mulai Penyalahgunaan komputer oleh siswa sebagai alat bermain bukan sebagai alat belajar Subtotal 0.80 Total 1.00 2.80 Sumber : Hasil Analisis Data (2010) Nilai total matriks EFE = 2.80 berarti SMKN 13 Jakarta dapat memberi respon yang baikterhadap peluang-peluang yang ada dan dapat dengan baik menghindari ancaman-ancaman yang ada. 82 Tabel 3.2 Matriks IFE Faktor Internal SMK 13 jakarta Bobot Peringkat Bobot Nilai mengoperasikan komputer 0.15 3 0.45 Siswa telah Mampu mengoperasikan Komputer 0.20 4 0.80 Telah tersedia infrastruktur internet wi-fi hotspot 0.15 3 0.45 0.10 4 0.40 Strength / Kekuatan Guru dan tenaga kependidikan telah mampu Laboratorium dan perpustakaan sekolah telah memiliki koneksi jaringan local (LAN) dan internet Subtotal 2.10 Weakness / kelemahan Belum semua guru yang menggunakan TIK(Teknologi Informasi dan Komunikasi) sebagai 0.10 2 0.20 0.10 2 0.20 0.10 2 0.20 0.10 1 0.10 alat bantu dan media mengajar Laboratorium komputer hanya menjadi sarana belajar menggunakan komputer. Kepala sekolah belum menindak lanjuti TIK untuk dimanfaatkan dalam medukung hadirnya e-learning di sekolahnya Belum menggunakan internet sebagai bahan acuan pengajaran Subtotal 0.70 Total 1.00 2.80 Sumber : Hasil Analisis Data (2010) Nilai total matriks IFE = 2.80 menunjukan bahwa posisi internal dari SMKN 13 dapat dikatakan kuat Diagram dan matriks SWOT Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari hasil table matriks IFE ( table 3.2) dan table matriks EFE ( table 3.1) diketahui bahwa nilai IFE-nya adalah 2,80 dan nilai EFE-nya adalah 2,80 setelah dilakukan peghitungan untuk mencari posisi didalam diagram SWOT maka diketahui untuk garis IFE berada di titik 1,40 83 Sedangkan titik untuk garis EFE berada di titik 1,20. Angka IFE diperoleh dari hasil pengurangan ((subtotal bobot*peringkat strength) – (subtotal bobot*peringkat weakness)). Sedangkan untuk angka EFE diperoleh dari hasil pengurangan ((subtotal bobot*peringkat opportunity) – (subtotal bobot*peringkat threat)). Hasil dari pengurangan tersebut digunakan untuk menentukan titik X dan titik Y dalam diagram SWOT. Serta untuk menentukkan lebih lanjut di kuadran berapa pposisi perusahaan tersebut dalam diagram SWOT. Dengan demikian maka SMKN 13 jakarta di dalam diagram SWOT berada pada posisi kuadran 1 yaitu suatu keadaan dimana SMKN 13 Jakarta memiliki kekuatan dari segi internal dan juga memiliki banyak peluang yang dapat dimanfaatkan untuk memperluas pasar. Oleh karena itu, SMKN 13 Jakarta harus menggunakan serta memanfaatkan kekuatan internalnya secara maksimal dan memanfaatkan peluang yang ada untuk mengembangkan institusinya. Strategi yang tepat untuk kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif ( growth oriented strategy ). Dibawah ini akan digambarkan posisi SMKN 13 Jakarta di dalam diagram SWOT. Adapun d dalam diagram SWOT posisi SMKN 13 Jakarta berada di dalam posisi kuadran 1 dan mendukung strategi SO yaitu strategi yang memanfaatkan kekuatan internal untuk mencapai keberhasilan dari setiap peluang yang dimiliki. Diagram SWOT adaah sebagai berikut : 84 Berbagai Peluang Kuadran 3 Mendukung strategi Turn Around Kuadran 1 Mendukung strategi Agresif 1,20 Kelemahan Internal Kekuatan Internal 1,40 Mendukung strategi Defensif Kuadran 4 Mendukung strategi Diversifikasi Kuadran 2 Berbagai Ancaman Sumber : Hasil Analisis Data (2010) Gambar 3.2 Hasil Diagram SWOT Tabel 3.3 Matriks SWOT Kekuatan ( Strength – S ) 1. Guru dan tenaga kependidikan telah mampu mengoperasikan komputer 2. Siswa telah Mampu mengoperasikan Komputer 3. Telah tersedia infrastruktur internet wi-fi hotspot 4. Laboratorium dan perpustakaan sekolah telah memiliki koneksi jaringan local (LAN) dan internet Kelemahan ( Weakness – W) 1. Belum semua guru yang menggunakan TIK(Teknologi Informasi dan Komunikasi) sebagai alat bantu dan media mengajar 2. Laboratorium komputer hanya menjadi sarana belajar menggunakan komputer. 3. Kepala sekolah belum menindak lanjuti TIK untuk dimanfaatkan dalam medukung hadirnya elearning di sekolahnya 4. Belum menggunakan 85 internet sebagai bahan Peluang ( Opportunities – O) 1. Masih sedikitnya institusi dan lembaga sekolah yang menggunakan e-learning Strategi SO acuan pengajaran Strategi WO 1. Pengembangan pembelajaran melalui elearning (S3, S4, O2, O5) 1. Pembelajaran mengunakan computer (W1, W3, O4, O5) 2. kesadaran akan pentingnya tekologi dalam proses pembelajaran 2. Pengembangan materi pembelajaran interaktif (S1, S2, S3, O4) 2. Menjalin kerja sama dengan pemerintah dalam peningkatan pembelajaran (W4,W5, O3, O5) 3. Tersedianya lembagalembaga pendukung pendidikan. 4. Tersedia bahan belajar di internet yang dapat di download dan disajikan sebagai bahan belajar di rumah 5. Pemerintah dan dunia industri mendorong pemanfaatan TIK(Teknologi Informasi dan Komunikasi) bagi perkembangan di dunia pedidikan. Ancaman ( Threat – T ) Strategi ST 1. Mahalnya biaya 1. mengatur akses koputer infrastruktur komputer dan sekolah hanya untuk proses biaya layanan internet pembelajaran (S4, T4) 2. Banyak sekolah menengah kejuruan yang sudah mulai menerapkan e-learning 3. Kurang fokusnya dukungan pemerintah 4. Penyalahgunaan komputer oleh siswa sebagai alat bermain bukan sebagai alat belajar Sumber : Hasil Analisis Data (2010) Strategi WT 1. Memaksimalkan penggunaan internet sebagai sumber informasi pembelajaran (W2, W4, T4) 86 Tabel 3.4 Matriks IE TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE Kuat 3,0 - 4,0 Rata-rata Lemah 2,0 – 2,99 1,0 – 1,99 I II III IV V VI VII VIII IX Tinggi 3,0 – 4,0 Menengah 2,0 – 2,99 Rendah 1,0 – 1,99 Sumber : Hasil Analisis Data (2010) Dari hasil pembuatan matriks EFE dan matriks IFE diketahui bahwa nilai total rata-rata tertimbang untuk matriks EFE adalah 2,80 dan nilai rata-rata tertimbang untuk IFE adalah 2,80. Berdasarkan nilai tersebut terlihat bahwa nilai yang didapatkan SMKN 13 Jakarta masuk dalam sel V (tabel 3.4). untuk sel V paling baik dikendalikan dengan strategi jaga dan pertahankan, penetrasi pasar dan pengembangan pasar adalah strategi yang umu digunakan. Berdasarkan alternatif strategi yang dikembangkan melalui matriks SWOT, yang mendukung strategi penetrasi pasar dan pengembangan pasar dalam kaitannya dengan institusi pendidikan adalah : • Penyelenggaraan pendidikan menggunakan e-learning berbasis web (online). • Perancangan materi pelajaran menggunakan multimedia 87 3.3 Analisis Masalah Dalam rangka upaya meningkatkan kualitas lulusan SMKN 13 Jakarta sebagai bagian dari system pendidikan nasional memiliki fungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat masyarakat Indonesia. Dan sesuai dengan visi dan misi SMKN 13 Jakarta, maka diperlukan berbagai upaya untuk merealisasikan tujuan-tujuan tersebut. Peningkatan standar kelulusan untuk sekolah tingkat menengah Kejuruan pada tahun 2010 meningkat menjadi 6.5. Kondisi tersebut mendorong pimpinan SMKN 13 Jakarta untuk meningkatkan kualitas pendidikan demi tercapainya target kelulusan 100% setiap tahunnya dimasa yang akan datang. Tetapi dalam pelaksanaan proses belajar – mengajar, terdapat beberapa masalah yang menjadi hambatan bagi para siswa maupun guru : 1. Kecepatan pemahaman materi Setiap pelajar memiliki gaya belajar yang bebeda-beda. Di dalam suatu kelas terdapat siswa yang dapat dengan cepat mengerti dan ada pula yang harus mengulang pelajaran untuk memahaminya. Namun, guru mengajar dengan kecepatan yang sama untuk seluruh siswa, maka siswa yang lebih lambat untuk mengerti akan sulit memahami materi yang lebih banyak, dan siswa yang lebih lambat menginginkan pengulangan dalam proses pengajaran. 2. Keberagaman contoh kasus, soal dan materi Keterbatasan waktu belajar di ruang kelas menyebabkan kurangnya variasi soal dan contoh kasus nyata yang diperoleh para siswa. Sedangkan contoh kasus dan soal tersebut dapat membantu siswa untuk lebih memahami suatu materi pelajaran. 88 3. Ketersediaan waktu untuk berdiskusi Para pengajar atau guru sering tidak memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan dari siswa atau berdiskusi setelah waktu pelajaran di kelas berakhir. 4. Proses standarisasi pengajaran Gaya mengajar tiap guru berbeda-beda, hal tersebut disebabkan perbedaan kemampuan dan metode pengajaran yang diterapkan guru. Perbedaan tersebut menyebabkan kualitas pengajaran sulit dijaga. Dan terkait dengan hal tersebut tentunya menjadi masalah karena daya tangkap tiap siswa pun berbeda. 5. Kelengkapan materi pelajaran Waktu belajar di kelas yang terbatas menyulitkan guru untuk menjelaskan seluruh isi materi pelajaran. 6. Kurangnya referensi buku di perpustakaan. Perpustakaan belum bisa mendukung referensi karena buku yang ada dalam perpustakaan masih dipenuhi oleh buku-buku lama sementara buku pelajaran yang dijual semakin mahal dan cenderung kurang up-to-date. 3.4 Hasil Wawancara Guru Wawancara dilakukan dengan Ibu Dra. Dewi Sulistyowati selaku Kepala jurusan Pejualan sekolah SMKN 13 Jakarta. Berikut adalah rangkuman hasil dari wawancara : 1. Siswa kurang aktif untuk belajar sendiri. 2. System belajar di SMKN 13 yaitu system belajar konvensional dan praktek. 3. System belajar praktek didalam sekolah dan diluar sekolah atau Prakerin (Praktek Kerja Industri) untuk kelas 2 dan 3. 4. Fasilitas akses internet hanya digunakan untuk kegiatan di dalam pengajaran praktek komputer. 5. Penyampaian materi masih diajarkan secara konvensional menggunakan text book. 89 6. Infrastruktur dan perlengkapan Labratorium komputer di sekolah cukup mendukung untuk menyelenggarakan e-learning. 7. Fasilitas Penyampaian materi dan forum untuk berdiskusi merupakan kebutuhan utama dalam penyelenggaraan e-learning di SMKN 13 Jakarta. 8. Banyak lembaga-lembaga yang mendukung kemajuan pendidikan di SMKN 13 Jakarta yang berasal dari pemerintah yaitu: sudin,dikmenti dan kementrian.