bab ii pembelajaran kitab qiroati dan baca-tulis al

advertisement
BAB II
PEMBELAJARAN KITAB QIROATI DAN BACA-TULIS
AL-QUR’AN
A. Pembelajaran Kitab Qiroati
1. Pengertian Pembelajaran Kitab Qiroati
Pembelajaran ialah proses, cara, atau perbuatan menjadikan orang atau
makhluk hidup itu belajar.1 Sedangkan kitab Qiroati adalah buku atau kitab
praktis yang disusun oleh H. Dachlan Salim Zarkasyi di Semarang yang terdiri
dari enam jilid dan ditambah dengan satu jilid ghoribul Qur’an yang memuat
musykilat dan bacaan asing dalam Al-Qur’an yang disusun dengan tingkat
kemampuan anak 2, diantaranya:
a. Qiroati untuk pra TK adalah buku pelajaran untuk mengenal huruf
hijaiyah khusus anak usia 3 atau 4 tahun.
b. Qiroati untuk TK Al-Qur’an yaitu untuk anak usia 4 sampai 6 tahun.
Terdiri dari 6 jilid, didalamnya ditambah dengan bacaan-bacaan tajwid
yang diajarkan secara bertahap sesuai kemampuan peserta didik.
Apabila sudah mampu pada jilid 1 maka naik ke jilid II dan seterusnya.
c. Qiroati untuk SD usia 7-13 tahun
d. Qiroati untuk SLTP
1
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Cet. II), hlm.
17
2
Dachlan Salim Zarkasyi, Metode Praktis Belajar Membaca Ak-Qur’an (Semarang:
Roudlotul Mujawidin, 1990), hlm. 1
23
2
e. Qiroati untuk dewasa.3
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kitab qiroati adalah suatu pembelajaran membaca Al-Qur’an yang langsung
memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan kaidah ilmu
tajwid,4 dengan menggunakan kitab qiroati yang terdiri dari enam jilid dan
ditambah dengan satu jilid ghoribul Qur’an yang memuat musykilat dan
bacaan asing dalam Al-Qur’an yang disusun dengan tingkat kemampuan
anak.
2. Macam-Macam Metode Pembelajaran kitab Qiroati
Pada dasarnya sistem penyampaian materi pengajaran disini ditekankan
pada pemahaman, bukan hafalan. Banyak metode yang digunakan dalam
penyampaian materi pembelajaran kitab qiroati. Namun tetap merupakan
satu kesatuan dan harus dipraktekkan secara berurutan. Metode tersebut
antara lain:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian sebuah materi
pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak atau
rame. Menurut Ramayulis bahwa metode ceramah ialah “Penerangan
dan penuturan secara lisan guru terhadap murid-murid di ruangan
kelas”. Sedangkan Zuhairini dkk mendefinisikan bahwa metode ceramah
adalah “Suatu metode di dalam pendidikan dimana cara penyampaian
3
BADKO TPQ Kota Pekalongan, METODE Qiroati dan Psikologi Anak (Pekalongan:
2003), hlm. 15
4
Ibid., hlm. 13
3
materi-materi pelajaran anak didik dilakukan dengan cara penerangan
dan penuturan secara lisan”.
Dari kedua definisi di atas, terlihat bahwa substansi metode
adalah sama yaitu menerangkan materi pelajaran kepada anak didik
dengan penuturan kata-kata atau lisan. Metode ini adalah metode yang
sering digunakan, karena metode ini sangat mudah untuk dilakukan.5
Jadi yang dimaksud dengan metode ceramah dalam pengajaran
qiroati adalah seorang guru menerangkan materi-materi yang menjadi
pokok bahasan pada pembelajaran Al-Qur’an, seperti tajwid. Atau pada
anak Pra TK dijelaskan terlebih dahulu tentang perubahan-perubahan
harokat dan perubahan kalimat yang masih belum dikenal sama sekali
oleh anak.
b. Metode Drill
Menurut Zuhairini dalam bukunya Armai Arief yang berjudul
“Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam” mendefinisikan
bahwa metode drill adalah suatu metode dalam pengajaran dengan
jalan melatih anak didik terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.
Menurut Roestiyah NK, metode drill adalah suatu teknik yang dapat
diartikan dengan suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan
latihan-latihan agar memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih
tinggi dari apa yang telah dipelajari. Zakiyah Darajat dkk mengatakan
bahwa penggunaan istilah “latihan” sering disamakan dengan istilah
“ulangan” padahal maksudnya berbeda. Latihan dimaksudkan agar
5
Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hlm. 135
4
pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik anak didik
dan dikuasai sepenuhnya. Sedangkan ulangan hanya sekedar untuk
mengukur sudah sejauh mana ia menyerap pelajaran tersebut.6
Metode drill/latihan biasanya digunakan agar anak didik:
1. Memiliki ketrampilan motorik atau gerak, seperti mrnghafal katakata, menulis, mempergunakan alat-alat, membuat suatu bentuk
atau melaksanakan gerak dalam olahraga.
2. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi,
menjumlah, mengurangi, menarik akar dalam perhitungan dan lainlain.
3. Dapat menggunakan daya pikirnya yang makin lama makin
bertambah, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik
akan menjadi lebih teratur dan lebih teliti dalam mendorong daya
ingatnya.
4. Pengetahuan anak didik akan bertambah dari berbagai segi dan
anak didik tersebut akan memperoleh pemahaman yang lebih baik
dan lebih mendalam.
Dalam pendidikan agama, metode ini sering dipakai untuk
melatih ulangan pelajaran Al-Qur’an dan praktek ibadah. Jadi metode
drill dalam pembelajaran kitab qiroati adalah dengan cara seorang
guru membaca dan ditirukan oleh anak.7
c. Metode Sorogan
6
7
Ibid., 174
Ibid., hlm. 174-175
5
Sorogan artinya belajar secara individu dimana seorang santri
berhadapan seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal diantara
keduanya. Sedangkan metode sorogan yang digunakan pada
pembelajaran kitab qiroati adalah seorang guru menyuruh anak untuk
maju membaca satu-persatu. Pada waktu metode ini diterapkan, lalu
anak yang kurang mampu membaca materi pengajaran yang disajikan
maka:
1. Anak tsersebut tidak boleh ditunjukkan atau dibacakan secara
langsung, tetapi tunjukkan atau suruh melihat pada penjabaran
huruf yang tersedia.
2. Jika anak tersebut sudah ditunjukkan dengan cara seperti diatas,
tetapi masih belum bisa membaca maka diganti oleh temannya
yang lain, dan anak tersebut disuruh memperhatikan temannya
yang sedang membaca itu.8
3. Sistem Pembelajaran kitab Qiroati
Pembelajaran kitab qiroati pada proses pengajarannya menerapkan
beberapa sistem, diantaranya sebagai berikut:
a. Langsung membaca huruf-huruf hijaiyah yang berharokat tanpa
mengeja
8
Ibid., hlm. 150
6
b. Langsung praktek secara mudah dan praktis bacaan yang bertajwid.
Santri tidak harus belajar ilmu tajwid untuk membaca dengan baik dan
benar
c. Materi pelajaran diberikan secara bertahap dari yang mudah menuju
yang sulit
d. Materi pelajaran diberikan secara modul,dan tidak boleh naik jilid
sebelum jilid yang dipelajari bisa dikuasai.
e. Pelajaran yang diberikan selalu berulang-ulang dengan memperbanyak
latihan agar santri dapat lancar membaca
f.
Belajar sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan santri
g. Pemakaian qiroati harus melalui tashih bacaan Al-Qur’an oleh ahli AlQur’an.9
Dalam pembelajaran Kitab Qiroati, pelaksanaan pembagian waktu
dalam 1 jam (60 menit) dibagi menjadi 3 termin yaitu:
Termin I (15 menit pertama untuk klasikal membaca peraga kelas, caranya:
1. Guru membaca anak menirukan.
2. Guru dan anak bersama-sama membaca.
3. Guru menunjuk anak bersama-sama membaca.
Termin II (30 menit di tengah semua anak ditugaskan menulis kemdian
satu-persatu warahan buku.
Termin III (15 menit akhir pelajaran, bacaan sholat, doa-doa pendek
dan lain-lain (kreatif guru).10
9
Ibid., hlm. 14-15
Ibid., hlm. 16
10
7
4. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Kitab Qiroati
Adapun kelebihan dari metode Qiroati antara lain sebagai berikut:
a. Sebelum mengajar metode pembelajaran kitab Qiroati para pendidik
harus di tashih terlebih dahulu karena kitab Qiroati tidak diperjual
belikan dan hanya untuk kalangan sendiri yang sudah mendapat
syahadah.
b. Dalam penerapannya banyak sekali metode yang digunakan.
c. Dalam kitab qiroati ini terdapat prinsip untuk pendidik dan anak didik.
d. Setelah mengaji qiroati santri menulis bacaan yang sudah dibacanya.
e. Setelah khatam 6 jilid melanjutkan lagi bacaan-bacaan ghorib.
f.
Dalam mengajar metode ini emnggunakan ketukan, jadi dalam
membaca yang pendek dibaca pendek.
g. Jika anak sudah lulus 6 jilid beserta ghorib, maka di tes bacaannya
kemudian setelah itu santri mendapatkan syahadah.
Adapun kekurangan dari metode pembelajaran kitab qiroati adalah bagi
yang tidak lancar lulusnya juga akan lama karena metode ini tidak
ditentukan oleh bulan atau tahun 11
5. Tujuan Pengajaran Kitab Qiroati
Pembelajaran kitab Qiroati merupakan proses belajar membaca AlQur’an dengan menggunakan kitab Qiroati. Tujuan dari belajar membaca Al-
11
http://dydyd0d0.wordpress.com/2010/01/07/penerapan-metode-qiroati-dalampembelajaran-alquran/, Diakses pada tanggal 16 Maret 2016.
8
Qur’an adalah bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai kaidah
qiro’ah dan tajwidnya.
Sebagaimana dalam buku pedoman pengajian Al-Qur’an, dijelaskan
bahwa maksud dan tujuan dari penngajian (Pendidikan) Al-Qur’an antara
lain:
a. Agar siswa mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, benar dan sesuai
dengan makhrojnya.
b. Agar siswa suka dan senang membiasakan diri membaca Al-Qur’an
dengan baik.
c. Agar siswa dapat menghafal sejumlah surat-surat pendek dalam AlQur’an yang dapat diterapkan dalam sehari-hari.
d. Agar peserta didik taat dan patuh kepada Allah SWT dan melaksanakan
ibadah lainnya, seperti sholat, puasa bershodaqoh dan sebagainya
sehingga sebagai pengenalan dan penghayatan isi kandungan AlQur’an.12
Sedangkan tujuan secara umum pembelajaran kitab qiroati adalah:
1. Menjaga kesucian dan kemurnian Al-Qur’an dengan baik dan benar
sesuai dengan qiro’ah dan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar
sesuai kaidah qiro’ah dan tajwidnya. Sehingga dapat membaca AlQur’an tanpa mengubah bacaannya. Karena apabila mengubah salah
satu bacaan saja, maka akan mengubah arti dari Al-Qur’an itu sendiri,
sebagaimana firman Allah dalam QS. Muzamil : 4.
‫َأ ْو ِز ْو َأ َأ ْو ِز َأ َأ ِّت ِز ْوا ُق ْو آَأ َأ ْو ِز يًال‬
12
Depag RI, Pedoman Pengajian Al-Qur’an Bagi Anak-anak (Jakarta: Proyek
Pengembangan Bimbingan dan Dakwah/Khutbah Agama Islam, 1983), hlm. 45
9
“Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan
perlahan-lahan”
Ketentuan menurut ijma’ (kesepakatan ulama):
Para ulama Qurra’ telah bersepakat bahwa membaca Al-Qur’an dengan
bertajwid itu hukumnya wajib ‘ain, baik dalam sholat maupun di luar
sholat. Sebagaimana yang diterangkan dalam kitab Matnul Jazary
karangan Syekh Abu Khoir Syamsuddin bin Muhammad Al-Jazary
halaman 13 beliau mengatakan:
“Adapun menggunakan tajwid hukumnya wajib bagi setiap pembaca AlQur’an, maka barang siapa yang membaca Al-Qur’an tanpa tajwid
adalah dosa, karena Allah SWT menurunkan Al-Qur’an dengan
bertajwid. Demikianlah yang sampai pada kita adalah dari Allah SWT
(secara mutawatir).”
2. Menyebarluaskan ilmu bacaan Al-Qur’an, karena sesungguhnya AlQur’an merupakan jamuan Allah SWT, maka dari itu kaum muslim
sebaiknya mempelajari jamuan-Nya semampu kita.
3. Memberi peringatan kembali kepada pendidik agar lebih berhati-hati
dalam mengajarkan Al-Qur’an. Sebagaimana telah dipesankan oleh para
ulama salaf, kalau mengajarkan Al-Qur’an harus berhati-hati, jangan
sembarangan atau sembrono, nanti berdosa, karena yang diajarkan itu
bukan perkataan manusia melainkan firman Allah SWT.
4. Meningkatkan kualitas pendidikan Al-Qur’an
Metode pembelajaran kitab Qiroati adalah metode yang dipakai oleh
berbagai kalangan, baik anak usia 3 tahun sampai pada orang dewasa.
10
Maka dari itu dalam pendidikan baca tulis Al-Qur’an dengan
menggunakan metode pembelajaran kitab qiroati ini diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pendidikan dalam membaca Al-Qur’an.13
B. Baca-Tulis Al-Qur’an
1. Pengertian Baca-Tulis Al-Qur’an
Kata baca dalam bahasa Indonesia mengandung arti melihat,
memperhatikan serta memahami isi dari yang tertulis dengan melisankan
atau hanya dalam hati.14 Dalam literature pendidikan Islam, istilah baca
mengandung dua penekanan, yaitu: tilawah dan qiroah. Istilah tilawah
mengandung makna mengikuti (membaca) apa adanya baik secara fisik
maupun mengikuti jejak dan kebijaksanaan, atau membaca apa adanya
sesuai dengan aturan bacaan yang benar dan baik.
Tulis atau menulis artinya membuat huruf (angka) dengan pena (pensil)
atau kapur.15 Dalam literature pendidikan islam, pemahaman tentang tulis
dapat dikembangkan ke dalam dua aspek yaitu tulis dalam arti khat an
kitabah. Khath mengandung makna menulis dengan benar dan baik.
Sedangkan kitabah mengandung makna menulis, mewasiatkan atau
13
BADKO Kota Pekalongan, Op. Cit., hlm. 13-14
Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 62
15
Ibid., hlm. 968
14
11
mewajibkan.16 Jadi menulis adalah membuat huruf atau angka dengan pena
atau pensil dengan suatu tujuan atau niat.
Sedangkan Al-Qur’an artinya firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril secara berangsur-angsur supaya
mudah dipahami serta menjadikan pedoman bagi umat islam secara
teratur.17
Menurut istilah ahli agama ialah nama bagi kalamullah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis dalam mushaf.18
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian Al-Qur’an
adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui
malaikat Jibril dengan berangsur-angsur, dan bagi siapa saja (umat islam)
yang membacanya maka termasuk ibadah dan mendapatkan pahala. Dahulu
Al-Qur’an itu masih berupa lembaran-lembaran namun sekarang sudah
dijilid menjadi satu.
Walaupun Al-Qur’an sudah berusia sekian ribu tahun, sudah
diterjemahkan dengan berbagai bahasa di dunia ini namun keasliannya,
huruf dan bahasanya masih tetap utuh sebagaimana keadaan yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Dari dulu sampai sekarang tak
berubah sebutir dzarrahpun.19 Kemurnian Al-Qur’an sampai kapanpun tidak
ada yang bisa merubahnya dan Allah yang akan menjaga kemurniannya.
16
Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Pemberdayaan,
Pengembangan Kurikulum, ingga redevisi Islamisasi Pengetahuan (Bandung: Penerbit Nuansa,
2003), hlm. 125
17
M. Quraish Shihab, Op. Cit., hlm. 43
18
M. Hasbi Ash Siddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an /Tafsir (Jakarta: PT.
Bulan Bintang, 1992), hlm. 1-2
19
Khadijah, Perkembangan Seni Baca Al-Qur’an dan Qiroat Tujuh di Indonesia (Jakarta:
Pustaka Al-husna, 1083), hlm. 12
12
2. Urgensi Baca-Tulis Al-Qur’an Bagi Anak
Pendidikan dalam islam itu sangat penting sekali, diantara pendidikan
yang sangat penting adalah pendidikan Al-Qur’an. pendidikan Al-Qur’an ini
paling mulia yang dapat diberikan kepada orang tua kepada anaknya, karena
Al-Qur’an merupakan lambang agama islam yang paling asasi dan hakiki.
Dengan memberikan pendidikan Al-Qur’an kepada anak, orang tua akan
mendapat keberkahan dari Al-Qur’an. begitu juga dengan sebaliknya juka
orang tua belum memberikan pendidikann Al-Qur’an kepada anak, maka
orang tua itu berdosa karena belum memenuhi kewajibannya. Berdasarkan
pernyataan tersebut, maka Rosulullah menegaskan dalam hadits sebagai
berikut20:
“Hak anak yang harus ditunaikan oleh orang tua ada tiga: memilihkan
nama yang baik ketika baru lahir, mengajarkan kitab Al-Qur’an ketika mulai
bisa berpikir, dan menikahkan ketika dewasa.” (HR. Ahmad).
Al-Qur’an mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap jiwa
manusia secara umum yang akan menggerakkannya. Semakin jernih suatu
jiwa, maka semakin berpengaruh pula pengaruh Al-Qur’an terhadapnya.
Anak adalah manusia yang paling jernih fitrahnya masih bersih, dan
setanpun terhalang untuk menggodanya.21
20
21
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalaul Hadits (Bandung: PT. Alma’rif, 1970), hln. 95
Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid, Op.cit., hlm. 163
13
Anak tak ubah sebagai kertas putih bersih tanpa noda, karena setiap
bayi yang dilahirkan itu dalam keadaan fitrah (membawa tauhid dan iman).
Jadi setiap perbuatan yang dilakukan itu tergantung pada didikan orang
tuanya dimasa kecil, dan orang tua inilah yang akan menjadikan anak
tersebut Muslim, Nasrani, Yahudi atau Majusi.22
Sebagaimana Ibnu Kholdun, Ibnu Sina dan Al-Ghazali, beliau bertiga
menekankan pentingnya anak-anak dididik Al-Qur’an. dengan menanamkan
kecintaan anak terhadap Al-Qur’an sejak dini, maka kecintaan itu akan
bersemi pada masa dewasanya kelak, mengalahkan kecintaan anak
terhadap hal yang lain, karena masa anak-anak itulah masa pembentukan
watak yang utama.23
Pada usia dini tersebut, anak memang suka meniru apa yang telah
diajarkan/diucapkan orang tuanya. Bila orang tua mengajarkan anak dengan
huruf-huruf hijaiyah secara berulang-ulang maka akan terekam pada anak
tersebut. Karena pada usia inilah ingatan anak sangat tajam sehingga bisa
diingat pada waktu dewasa. Begitu juga jika diajarkan yang sebaliknya
dengan kata-kata yang kotor.
Selain menyeru mendidik anak membaca Al-Qur’an, Rosulullah SAW
juga menekankan pentingnya mendidik anak menulis huruf-huruf Al-Qur’an.
Anak diharapkan memiliki kemampuan menulis Al-Qur’an dengan baik dan
22
Ibid., hlm. 176
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur’an,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2014), hlm. 59-61
23
14
benar dengan cara imla’, dikte atau setidak-tidaknya dengan cara menyalin
dari mushaf.24
Sebagaimana yang kita ketahui dalam wahyu yang turun pertama dan
kedua itu menggambarkan pentingnya qalam (alat tulis dan cetak) berikut
kegiatan tulis menulis.
Dalam hal tersebut sebagaimana fiirman Allah yang tertera dalam
wahyu yang pertama turun yaitu surah Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi
sebagai berikut:
‫َأ َأ َأ‬
‫اَّل ِز‬
‫ْو َأ َأ ٍق‬
‫َأ ُق‬
‫ِز ْوا ِز َأ ِّت َأ‬
‫ْو ِزا َأن آَأ ِز‬
‫َأ َأ ُّب َأ ْواَأ ْو‬
‫َأ َّل َأ ِز ْوا َأ َأ ِز‬
‫ْوا َأ ْو‬
‫َأ َأ َأ‬
‫ْوا َأ ْو‬
‫اَّل ِز‬
‫َأ َّل َأ ْو ِزا َأن آَأ َأ اَأ ْو يَأ ْوع َأ‬
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.25
Kemudian dari surat Al-Qalam ayat 1 yang berbunyi:
‫آ َأ ْوا َأ َأ ِز َأ َأ يَأ ْون ُق ُق آَأ‬
“Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis”.26
Yang mana dari kedua ayat diatas sudah jelas bahwa selain kewajiban
belajar membaca Al-Qur’an juga wajib untuk menulis.
24
25
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an (Bandung: Penerbit Mizan, 2004), hlm. 68
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Athtooriq, 2012), hlm.
597
26
Ibid., hlm. 564
15
Sesungguhnya dalam kegiatan menulis Al-Qur’an terdapat syi’ar agama
islam. Menggalakkan tradisi ini pada anak, berarti ikut serta menggemakan
syiar agama islam.27
Atas dasar ini orang tua dan pendidik tidak boleh mengabaikan aspek
pengajaran menulis huruf-huruf Al-Qur’an pada anak-anak. Jika orang tua
wajib mendidik membaca Al-Qur’an, maka orang tua juga wajib untuk
memberikan didikan menulis kepada anaknya.
3. Indikator Tingkat keberhasilan Baca-tulis Al-Qur’an
Tingkat keberhasilan secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga
tingkatan atau taraf, yaitu istimewa (maksimal), baik sekali (optimal), baik
(minimal), dan kurang.28
a. Istimewa/maksimal: apabila seluruh (100%) bahan pelajaran yang
diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.
b. Baik sekali/optimal: apabila sebagian besar (76%-99%) bahan pelajaran
yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.
c. Baik/minimal: apabila hanya (60%-75%) bahan pelajaran yang diajarkan
itu dapat dikuasai oleh siswa.
d. Kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan itu kurang dari 60%
dapat dikuasai oleh siswa.
27
28
hlm. 121
Ibid., hlm. 70
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002),
16
Demi ketetapan dan keobjektifan dalam pengamatan dan penelitian
terhadap proses belajar mengajar, seorang pengajar sangat perlu
memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Persiapan: seperti peralatan mengajar, buku pegangan dan sebagainya.
b. Sikap guru harus berwibawa dan suara di dalam mengajar harus keras
dan jelas.
c. Perumusan kompetensi dasar harus dirumuskan secara kongkrit.
d. Bahan pelajaran harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
e. Menguasai bahan pelajaran.
f.
Penguasaan situasi kelas.
g. Pilihan dan pelaksanaan metode mengajar.
h. Penggunaan alat pengajaran.
i.
Jalan pengajaran atau proses pembelajaran harus efektif dan efisisen.
j.
Teknik evaluasi yang harus disesuaikan dengan perubahan tingkah laku
murid yang diharapkan.29
Menurut
Nana
Sudjana
(1989),
indikator-indikator
tingkat
keberhasilan pembelajaran meliputi:
a. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh guru.
b. Kesesuaian proses pembelajaran dengan kurikulum.
c. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh siswa.
d. Interaksi anatara guru dan siswa
e. Keikutsertaan siswa dalam prosese pembelajaran.
29
Tim Penyusun Dikdaktik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik
Kurikulum PBM (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. 5, hlm. 164-166
17
f.
Motivasi siswa meningkat.
g. Keterampilan dan kemampuan guru dalam menyampaikan materi.
h. Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh siswa.30
Sedangkan
indikator-indikator
tingkat
keberhasilan
dalam
pembelajaran Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
a. Anak didik dapat membaca Al-Qur’an secara baik dan benar
(Mujawwad-Murattal).
b. Santri mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar dalam waktu
kurang lebihnya 2 tahun.
c. Siswa mampu membaca Al-Qur’an tanpa dituntun dalam waktu yang
singkat.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, metode
pembelajaran Al-Qur’an dapat dikatakan berhasil apabila, guru
menguasai kelas, guru menguasai materi pelajaran, guru menguasai
metode pengajaran, target kurikulum tercapai, dan dapat mencapai
indikator tingkat kemampuan baca-tulis Al-Qur’an dengan baik dalam
waktu yang tidak terlalu lama.
Penggunaan metode juga tidak harus terfokus pada satu bentuk
metode, akan tetapi dapat mengkombinasikan diantara metode yang
ada sesuai dengan situasi dan kondisi belajar.
30
Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Rosda Karya,
1991), Cet. 3, hlm. 60-63
Download