15 BAB II LANDASAN TEORI A. Penggunaan Metode Yanbu’a 1. Pengertian dan Sejarah Munculnya Metode Yanbu‟a Metode yanbu‟a adalah suatu metode baca tulis dan menghafal alQur‟an, dimana santri dituntut untuk membaca al-Qur‟an dengan cepat, tepat, lancer, tidak putus-putus dan tidak boleh mengeja, yang disesuaikan dengan kaidah tajwid dan makharijul huruf1. Adapun materinya terhimpun dalam sebuah kitab yanbu‟a yang terdiri dari llima jilid khusus belajar membaca dan dua jilid berisi materi gharib dan tajwid. Timbulnya Yanbu‟a bermula dari usulan dan dorongan alumni pondok Tahfidh Yanbu‟ul Qur‟an supaya mereka selalu ada hubungan dengan pondok.Disamping usulan dari masyarakat luas, juga dari lembaga pendidikan ma‟arif serta muslimat terutama dari cabang Kudus dan Jepara. Mestinya dari pihak pondok sudah menolak karena menganggap cukup metode yang sudah ada, tetapi karena desakan terus menerus dan memang dipandang perlu, terutama untuk menjalin keakraban antara alumni dengan pondok serta menjaga dan 1 M. Ulin Nuha Arwani, Thoriqoh Baca Tulis dan Menghafal al-Qur’an Yanbu’a Jilid I, (Kudus: Pondok Tahfidh Yanbu‟ul Qur‟an ,2004),hlm I 16 memelihara keseragaman bacaan, maka dengan tawakal dan memohon pertolongan kepada Allah tersusunlah kitab Yanbu‟a yang meliputi Thariqah Baca Tulis Menghafal al-Qur‟an.2 Kitab Yanbu‟a disusun oleh tiga tokoh pengasuh pondok Tahfidh Yanbu‟ul Qur‟an, sekaligus putra KH. Arwani Amin al-Qudsy (Alm) yang bernama KH.M.Ulin Nuha Arwani, KH.Ulil Albab Arwani, KH.M.Mansur Maskan (Alm) dan tokoh lainnya di antaranya ; KH. Sya‟roni Ahmadi Masih banyak lagi. 2. Tujuan Metode Yanbu‟a Untuk tujuan metode yanbu‟a sangatlah penting bagi santri atau murid yaitu sebagai berikut; a. Ikut andil dalam mencerdaskan anak bangsa supaya bisa membaca Al Qur'an dengan lancar dan benar. b. Nasyrul Ilmi (Menyebarluaskan Ilmu) khususnya Ilmu AlQur'an. c. Memasyarakatkan Al-Qur'an dengan Rosm Utsmaniy. d. Untuk membetulkan yang salah dan menyempurnakan yang kurang. e. Mengajak selalu mendarus Al-Qur'an dan musyafahah AlQur'an sampai khatam.3 2 Thoriqoh Baca Tulis dan Menghafal al-Qur‟an Yanbu‟a, bimbingan cara mengajar pondok Tahfidh Yanbu‟ul Qur‟an Kudus. 25 R.Akhir 1425/13 juni 2004 M 17 Dan perlu diingat bahwa Yanbu‟a adalah sebagai salah satu sarana untuk mencapai tujuan bukan sebagai tujuan. Dan tujuan khusus Metode Yanbu‟a adalah a. Dapat membaca al-Qur‟an dengan tartil yang meliputi : 1) Makhraj sebagai mungkin. 2) Mampu bacaan sholat dan gerakaanya 3) Mengenal bacaan ghorib dan bacaan yang musykilat 4) Hafal (paham) ilmu tajwid praktis b. Mengerti bacaan sholat dan gerakanya c. Hafal surat-surat pendek d. Mampu menulis arab dengan baik dan benar4 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Metode Yanbu‟a Adapun faktor yang mempengaruhi yaitu adanaya penghambatan dan pendukung yang mempengaruhi sistem pembelajaran di sekolah adalah : a. Ustadz-ustadzahnya sudah bersyahadah dan berdedkasi tinggi, serta kurikulum CBSA dalam pembelajanannya. 3 Ibid,hlm.2. 4 ibid 18 b. Penerapan pengajaran, setiap santri terlebih dahulu harus lulus jilid lima serta hafal materi tambahan makhoriju huruf dan sifatul huruf. Sedang kan penghambat yang mempengaruhi penggunaan metode yanbu‟a adalah : a. Minimnya sarana prasarana, b. Santri yang kesulitan memahami rosm utsmaniy c. Serta adanya siswa les tambahan sehingga tidak dapat mengikuti pembelajaran secara aktif. Selanjutnya solusi yang sudah dilakukan adalah untuk mengatasi kesulitan memahami rosrn ustmaniy dengan menunjukkan kalimatkalimat tertentu seperti Wawu jatuh setelah harakat Qammah yang tidak boleh dibaca panjang. Pada anak yang kurang minat dalam proses belajar mengajar dibuat bervariasi, sedangkan anak yang tidak bisa mengikuti pelajaran karena adanya les tambahan maka diberi jam tambahan.5 4. Petunjuk Penggunaan Metode yanbu‟a Metode Yanbu‟a merupakan sebuah metode praktis dan sisitematis dalam membaca al-Qur‟an. Metode dapat berhasil sesuai target (membaca al-Qur‟an) dalam kurun waktu yang singkat. 5 http://perahujagad.blogspot.com/2013/05/penerapan-metode-yanbua-dalam.html (diakses tanggal 25 mei 2015 jam 11.00) 19 Sedangkan metode sistematis artinya metode ini disusun secara sistematis disesuaikan dengan perkembangan kejiwaan anak. Oleh karena itu metode yanbu‟a adalah metode praktis dan sistematis, maka dalam pembelajarannya haruslah sesuai dengan cara penggunaan yang ditetapkan oleh mushannif (pengarang) agar tujuan yang dihendaki dicapai benar-benar tercapai maksimal. Berikut penggunaan Metode Yanbu‟a : a. Guru menyampaikan salam sebelum kalam dan jangan salam sebelum murid tenang. b. Guru membacakan Chadlroh (hal. 46 Juz 1) kemudian murid membaca Fatichah dan do'a pembuka. c. Guru berusaha supaya anak aktiv serta mandiri / CBSA (Cara Belajar Santri Aktiv) d. Guru jangan menuntun bacaan murid tetapi membimbing dengan cara: a) Menerangkan pokok pelajaran (yang bergaris bawah) b) Memberi contoh yang benar. c) Menyimak bacaan murid dengan sabar, teliti dan tegas. d) Menegur bacaan yang salah dengan isyarat, ketukan dls. dan bila sudah tidak bisa baru ditunjukkan yang betul. 20 e) Bila anak sudah lancar dan benar guru menaikkan halaman I sampai dengan beberapa halaman, menurut kemampuan murid6. f) Bila anak belum lancar dan benar atau masih banyak kesalahan jangan dinaikkan dan harus mengulang. g) Waktu belajar 60 - 75 menit dan dibagi menjadi tiga bagian : 1. 15-20 menit untuk membaca do'a, Absensi, menerangkan pokok pelajaran atau membaca secara klasikal. 2. 30-40 menit untuk mengajar secara individu / menyimak anak satu persatu, Yang tidak / belum maju supaya menulis 3. 10-15 menit memberi pelajaran tambahan (seperti : Fasholatan, Do'a, dls) nasihat dan do'a penutup.7 h) Setiap halaman kebanyakan terdiri dari empat kotak : 1. Kotak I : Materi pelajaran utama, keterangannya diawali dengan tanda titik. 2. Kotak II: Materi pelajaran tambahan, keterangannya diawali dengan tanda segitiga 3. Kotak III: Materi pelajaran menulis, keterangannya diawali dengan tanda segi empat 4. Kotak IV : Tempat keterangan I) Kotak II ikut dibaca oleh murid, bila perlu diterangkan 6 Thoriqoh Baca Tulis dan Menghafal al-Qur‟an Yanbu‟a, bimbingan cara mengajar pondok Tahfidh Yanbu‟ul Qur‟an (Kudus. 25 R.Akhir 1425/13 juni 2004 M)hlm 5 7 Ibid ,hlm 6-7 21 J) Kotak III untuk belajar menulis, bila perlu diterangkan (Tidak ikut dibaca) K) Lokal yang ideal untuk TPQ adalah 2 1/2 x 3 1/2 m, jumlah murid 15 anak untuk juz 1 dan 2, untuk juz 3 ke atas 20 anak. Hal. 13 Kotak III Mulai belajar Pegon yaitu : menulis bahasa Jawa/Indonesia dengan huruf Arab. Pegon ada dua : Pegon Jawa dan Pegon Melayu (Arab Melayu). Semestinya Pegon tidak ada charokat, charokat diganti dengan huruf. Fatchah diganti dengan Alif, Kasroh diganti Ya' dan Dlommah diganti Waw. Belajar menulisnya mengganti charokat.8 5. Karakteristik dan kurikulum dari Metode Yanbu‟a Kurikulum mempunyai kedudukan central dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktifitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup dan urutan isi, serta proses pendidikan. Kurikulum dalam sisitem persekolah merupakan suatu rencana yang mmemberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mmengajar.9Kurikulum adalah seperangkat rencana yang menjadi pedoman dan Pemmbelajaran 8 penghayatan ialah dalam keseluruh proses pertautan pemmbelajaran. kegiatan M.ulin Nuha Arwani, op.cit., hlm. 5. Nana saodih sukmadinata, Perencanaan kurikulum, (jakarta: Rineka cipta,2003, hlmm 4 9 yang 22 memungkinkan dan berkenaan dengan terjadinya interaksi belajar mengajar. Pembelajaran mmerupakan komunikasi dua arah, mmengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik sebagai murid/siswa.10 Dengan menggunakan metode yanbu‟a karakteristiknya adalah : a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal. b. Mmenggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi dalam pemmbelajaran. c. Menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan pencapain kommpetensi (membeca, menulis, mmenghafal). Dan adanya ciri khas dari metode yanbu‟a kelebihan dan kekurangannya sebagai berikut : Adapun kelebihan-kelebihan metode yanbu‟a antara lain : a. Metode yanbu‟a tidak hanya metode baca tulis melainkan juga metode menghafal bagi anak-anak b. Metode yanbu‟a menggunakan tulis khat rasm usmany (khat penulisan al-Qur‟an standar internasional) c. Contoh-contoh huruf yang sudah digandeng semuanya berasal dari Al-Qur‟an d. Terdapat mmateri menulis Arab jawa pegon 10 Syaiful sagala, konsep dan makna pembelajaran untuk membantu memecahkan problematika belajar mengajar, (Bandung :CV.Alfabeta,2006),hlm.61 23 e. Terdapat tanda-tanda khusus sebagai tanda pelajaran inti. Misalnya materi pelajaran pokok ditandai dengan lingkaran hitam kecil. Sedangkan kekurangannya metode yanmbu‟a, antara lain : a. Kurangnya pembinaan bagi para ustadz/ustadzah, lebih-lebih bagi ustadz/ustadzh yang jauh dari pusat yanbu‟a. b. Kurang ketatnya aturan terhadap siapa saja yang diperbolehkan mengajar yanbu‟a. B. Penggunaan Metode Qiroati 1. Sejarah dan Pengertian Metode Qiroati a. Sejarah timbulnya Qiroati11 Sebelum adanya Taman Kanak-kanak Al-Qur‟an (TKQ), pendidikan Al-Qur‟an di Indonesia masih menggunakan sistem “pengajian anak-anak” di musholah, langgar, masjid bahkan dirumahrumah. Metode pengajarannya dengan menggunakan turutan, yakni Al-Qur‟an juz 30 yang dilengkapi dengan petunjuk membaca AlQur‟an. Metode ini disusun oleh ulama‟ dari baghdad, sehingga metode ini dikenal dengan nama “Qoidah Baghdadiyah”. Qoidah ini telah terbukti menciptakan ulama‟-ulama‟ besar yang ahli dalam bidang Al-Qur‟an. Namun pada saat ini mayoritas umat Islam, khususnya anak-anak mulai enggan mengaji dengan menggunakan 11 Nur shodiq Achrom, Pendidikan dan pengajaran AL-Qur’an sistim Qoidah Qiroati, (Ngembul Kali pare : Koordinator Malang III, 1996), hlm. 5 24 turutan, karena dianggap kurang praktis dan efisien, terutama bagi mereka yang ingin bisa membaca Al-Qur‟an lebih cepat dan praktis. Melihat gejala seperti ini, banyak para ulama mencoba mencarikan atau menyajikan alternatif yang lebih menarik dan memudahkan anakanak dalam belajar membaca Al-Qur‟an. Tetapi alternatif yang ditawarkan selalu mengalami kegagalan, karena tidak ada bukti keberhasilanya. Di samping itu juga ada suatu pandangan atau kesepakatan yang tidak tertulis, bahkan kalau mengajar mengaji harus mamakai turutan. Sehingga metode baru yang ditawarkan hanya dipandang sebelah mata. Pada pertengahan tahun 1986 umat Islam dibuat lega dengan adanya metode atau model pengajian anak-anak yang baru, yakni pendidikan Al-Qur‟an anak-anak untuk usia 4 – 6 tahun yang dirintis oleh Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy Semarang. Karena pendidikannya seperti Taman Kanak-kanak umum, maka lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Taman Kanak-kanak Al-Qur‟an (TKQ). Keberadaan TKQ ini tidak terlepas dari usaha Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy dalam mencari metode belajar membaca Al-Qur‟an yang telah dirintis dan diuji coba sejak tahun 1963. Pada tahun 1963 Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy mulai mengajar ngaji kepada anak-anaknya dan anak-anak tetangganya dengan menggunakan turutan. Akan tetapi ternyata hasilnya kurang memuaskan, dimana anak-anak hanya mengahfal saja. 25 Jika petang Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy mengajar ngaji, sedangkan pada siang harinya berdagang . pada saat berkesempatan mengambil barang diluar kota, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Pekalongan, yogyakarta dan kota-kota lainnya, beliau selalu menyempatkan diri untuk meneliti dan mengamati pengajian anakanak 20 yang ada di mushalla, langgar dan masjid setempat. Ternyata hasilnya tidak jauh berbeda dengan yang dialami beliau.12 Berdasarkan rasa tidak puas dengan hasil dari mengaji dengan kitab turutan itu, maka beliau mencoba menyusun metode baru yang lebih efektif dan efisien. Akhirnya berkat hinayah, hidayah dan rahmah dari Allah SWT, Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy berhasil menyusun metode praktis belajar membaca Al-Qur‟an yang tersusun menjadi sepuluh jilid. Atas saran dua orang ustadz, yakni ustadz Joened dan ustadz Sukri Taufiq metode ini diberi nama “Metode Qiroaty”, yang berarti „inilah bacaan Al-Qur‟anku yang tartil‟. Metode Qiroati ini langsung mengajarkan bunyi huruf, yaki huruf-huruf yang berkharokat tanpa dieja dan mengenalkan nama-nama huruf secara acak serta langsung memasukkan bacaan yag bertajwid secara praktis bukan teoritis. Melihat keberhasilan Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy dengan metode Qiroatinya pada tahun 1966, H. Ja‟far, seorang ulama‟ semarang, mengajak beliau sowan kepada K.H. Arnawi Kudus untuk 12 Ibid ., hlm.6 26 menunjukkan buku qiroatinya. Dan Alhamdulillah, setelah diteliti dan dikoreksi, mendapat restu beliau. Setelah mendapat restu K.H Arwani buku Qiroati mulai dikenalkan kepada masyarakat semarang sekitarnya. 13 Pada bulan Mei 1986, Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy diajak oleh salah satu wali murid, sukito, untuk silaturrahim dan menyaksikan Ponpes Al-Qur‟an Anak-anak “Mambaul Hisan” di Sedayu Gresik, yang berdiri pada tahun 1965 yang diasuh K.H. Muhammad. Beliau merasa prihatin melihat anak-anak kecil di bawah umur 7 tahun, yang terpisah dari orang tuanya, dan semestinya anak-anak tersbut masih membutuhkan kasih sayang mereka. Akan tetapi dalam mengaji bacaan Al-Qur‟an mereka kurang tartil. Dari hasil kunjungan tersebut, beliau dapat menyimpulkan bahwa anak di bawah usia balita mampu diajarkan membaca Al-Qur‟an. Sepulang dari gresik, selama sebulan tepatnya di bulan Ramadhan, ust. H. Dahlan Salim Z, menyusun kembali buku Qiroati untuk usia taman kanak-kanak yang diambil dari qiroati 10 jilid. Kemudian dibukalah pendidikan Al-Qur‟an untuk anak-anak usia 4-6 tahun pada tanggal 1 juli 1986. inilah Taman Kanak-Kanak pertama di Indonesia. Kemudian atas saran KH. Hilal Sya‟ban yang juga direstui oleh KH. Turmudzi Taslim, Mujawwidin”. 13 Ibid., hlm.7 TKQ tersebut diberi nama “Roudlotul 27 Sebenarnya awal berdirinya merupakan percobaan, mungkinkah anak-anak usia TK (4-6 tahun) mampu membaca Al-Qur‟an. Pada hari pertama pembukaan, jumlah muridnya 26 anak dan tempat pendidikannya meminjam rumah Sdr. Ir. Abdullah, Kampung Wotprau 77, Semarang. Setelah berjalan kurag lebih 3 bulan, jumlah muridnya mencapai 70 anak.Proses belajar mengajar berlangsung setiap sore selama 1 jam, mulai jam 16.00 sampai 17.00 WIB. Sekalipun berdirinya TKQ merupakan percobaan dengan rencana 4 tahun hatam 30 juz, diluar dugaan ternyata dalam 2 tahun, tepatnya 22 juli 1988 telah menghatamkan yang pertama sebanyak 20 siswa putra/putri. Khatam dengan bacaan tajwid dan ghorib. 14 Lahirnya TKQ Roudlotul Mujawwidin ini mendapat sambutan yang sangat menggembirakan, sehingga di beberapa tempat berdiri pula lembaga-lembaga pendidikan Al-Qur‟an di Indonesia. Selain itu, di negeri jiran mulai berdiri pula TKQ dengan menggunakan metode Qiroati Malaysia, Serawak, Singapura, Brunai Darussalam dan Thailand. b. PengertianMetode Qiroati15 Metode Qiroati adalah suatu metode membaca al-Qur‟an yang langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qoidah ilmu tajwid. Dari latar belakang sejarah 14 Ibid., hlm 8-9 Nur Shodiq Achrom, Pendidikan Dan pengajaran Al-Qur’an Dengan Qoidah Qiraati,(Malang ; Ponpes Shirotul Fuqoha’, 1995) hlm. 9 15 28 qiroati dan taman kanak-kanak al-Qurannya, maka metode qiroati mempunyai tujuan, target, system, prinsip dan strategi dalam pengajaran. Metode Qiroati merupakan metode yang bias dikatakan metode membaca al-Qur‟an yang ada di Indonesia, yang terlepas dari pengaruh arab. Metode ini pertama kali disusun pada tahun 1963, hanya saja pada waktu itu metode qiroati belum disusun secara baik. Dan hanya digunakan untuk mengajarkan anaknya dan beberapa anak disekitar rumahnya,sehingga sosialisasi metode qiroati ini sangat kurang Berasal dari Metode qiroati inilah kemudian banyak sekali bermunculan metode membaca al-Qur‟an seperti metode Iqro‟, metode An-Nadliyah, metode Tilawaty, metode Al-Barqy dan yang lain sebagainya. Diawal penyusunan metode Qiroati ini terdiri dari 6 jilid, dengan ditambah satu jilid untuk persiapan (par-TK),dan dua buku pelengkap sebgai kelanjutan dari pelajaran yang sudah diselesaikan ,yaitu jus 27 serta ghorib Musykilat (kata-kata sulit). 2. Tujuan Metode Qiroati Dalam pengembangan dan penyebarannya buku qiroati tidak seperti buku lain pada umumnya,sebab mempunyai tujuan dan visi, misi dan amanah khusus. Buku tidak dijual bebas melainkan melalui coordinator yang tersedia berpegang teguh pada misi dan amanah 29 tersebut.Visi dari metode qiroati adalah menyampaikan ilmu baca alQur‟an dengan benar dan tartil, bukan menjual buku.Sedangkan misi dari metode ini adalah membudayakan bacaan al-Qur‟an yang benar dan memberantas bacaan al-Qur‟an yang salah kaprah16. Dengan adanya tashih bacaan al-Qur‟an bagi calon guru, maka etode qiroati dengan tujuan sebagai berikut : a. Menjaga kesucian dan kemurnian al-Qur‟an dari segi bacaannya agar tetap sesuai dengan kaidah ilmu tajwid b. Menyebarluaskan ilmu membaca al-Qur‟an c. Memberi peringatan kepada para pendidik al-Qur‟an agar lebih berhati-hati dalam mengajarkan al-Qur‟an d. Meningkatkan pendidikan al-Qur‟an. Dengan adanya tashih diharapkan hasil dari pendidikan al-Qur‟an kualitasnya terjamin dengan baik dan akan menjadikan murid tidak sekedar biasa membaca al-Qur‟an.17 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode Qiroati Adanya faktor yang memmpengaruhi dalam penggunaan metode qiroati yaitu masing-mmasing mempunyai berbagai kelebihan dan kekurangan yang ada yaitu : a. Kelebihamn metode qiroati 1) Praktis, mmudah dipahami dan dilaksanakan oleh peserta didik. 16 Ahmad Alwafa Wajih, panduan calon guru TKQ,1996,hlm. 6 Ibid, hlm 10-11 17 30 2) Peserta didik aktif dalam belajar membaca, guru hanya mmenjelaskan pkok pembelajaran dan memberi contoh bacaan 3) Peserta didik merasa tidak terbebani, materi diberikan secara bertahap, dari kata-kata yang mudah dan sederhana. 4) Efektif sekali baca langsung fasih dan tartil dengan ilmu tajwidnya. 5) Peserta didik menguasai bacaan-bacaan ghorib al-Qur‟an secara baik. 6) Peserta didik menguasai ilmu tajwid dengan praktis dan mudah. 7) Dalam waktu relatif tidak lama peserta didik mampu mmemmbaca al-Qur‟an dengan fasih,tartil, mmenguasai bacaan-bacaan ghorib dan ilmu tajwid. b. Kekurangan metode qiroati 1) Anak tidak bisa membaca dan mengeja 2) Anak kurang menguasai huruf hijaiyah secara urut dan lengkap 3) Bagi anak yang kurang aktif akan semakin tertinggal. 4. Petunjuk Strategi penggunaan Metode Qiroati18 Agar proses belajar mengajar berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, maka harus memakai strategi mengajar dalam mengajar Al-Qur‟an dikenal beberapa macam strategi. a. Strategi mengajar secara umum (global) 18 Sadar Harapan, Penjelasan lengak metode Qiroati,LPMQ ;2002,hlm 56 31 1) Individual atau privat atau sorogan Anak didik bergiliran membaca satu persatu,satu atau dia halam sesuai dengan kemampuan 2) Klasikal –Individual Sebagian waktu digunakan pendidik untuk menerangkan pokokpokok pelajaran secara klasikal sekedar 2 atau 3 halaman dan sebagian lagi untuk individu atau sorogan 3) Klasikal –baca simak Strategi ini digunakan untuk mengajarkan membaca dan menyimak bacaan Al-Qur‟an orang lain. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-A‟raf ayat 204 yang berbunyi : 5. َصتُوا لَ َعلَّ ُك ْم ت ُْر َح ُمون ْ ئ ا ْلقُ ْرآنُ فَا َ َوإِ َذا قُ ِر ِ ستَ ِم ُعوا لَهُ َوأَ ْن Artinya :”Dan apabila dibacakan Al-Qur‟an .maka dengarkanlah baik- baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat .” Caranya : a) Pendidik menerangkan pokok pelajaran mulai dari kelompok halaman terendah( secara klasikal) ,kemudian anak didik di tes satu persatu dan disimak oleh anak didik yag lain. b) Dilanjutkan kelompok halaman berikutnya. Pendidik menerangkan pokok pelajarannya, lalu anak didik di tes satu persatu dan disimak oleh semua anak didik.Demikian 32 seterusnya.Untuk sorogan dapat diterapkan pada kelas yang terdiri dari beberapa jilid dalam satu kelas.Sedangkan untuk klasikal –individual dan kasikal-baca simak hanya bisa diterapkan untuk kelas yang terdiri dari satu jilid saja. b. Strategi secara umum (detail) Agar kegiatan belajar mengajar Al-Qur‟an dapat berjalan dengan baik sehingga tercapai keberhasilan yang maksimal maka perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :19 1) Pendidik harus menekan kelas,dengan memberi pandangan menyeluruh terhadap semua anak didik sampai semuanya tenang,kemudian mengucapkan salam dan membeca doa iftitah. 2) Pelaksanaan pelajaran selama satu jam ditambah 15 menit untuk variasi (doa- doa harian,bacaan shalat,do‟a ikhtitam atau hafalan-hafalan lainnya) 3) Usahaan setiap anak mendapat kesempatan membaca satu persatu 4) Wawasan dan kecakapan anak harus senantiasa dikembangkaan dengan sarana prasarana yang ada. 5) Perhatian pendidik hendaknya menyeluruh,baik terhadap anak yang maju membaca mauupun yang lainnya 19 Nur shodic achrom,Pendidikan da Pengajaranal-qurandengan Qoidah Qiroati,(Malang:Ponpes Shirotul Fuqoha1995’)hlm 9 33 6) Penghayatan terhadap jiwa dan karakter anak sangat penting agar anak tertarik dan bersemangat untuk memperhatikan pelajaran. Jika ada yang diam terus dan tidak mau membaca maka pendidik harus tetap membujuknya dengan sedikit pujian. 7) Motivasi berupa himbauan da pujian sangat penting bagi anak terutam anak Pra TK .aak jangan selalu dimarahi, diancam atau ditakut-takuti. Tetapi kadang kala perlu dipuji dengan kata-kata manis ,didekati serta ucapan dan pendapatnya ditanggapi dengan baik 8) Pendidik senantiasa menanti kritikan yang sifatnya membangun demi meningkatkan mutu TKQ. Jangan cepat merasa puas 9) Jaga mutu pendidikan dengan melatih anak semaksimal mungkin 10) Idealnya untuk masing-masing kelas/jilid terdiri dari : a) Pra taman kanak- kanak :10 anak b) Jilid I :15 anak c) Jilid II s/d Al-Qur‟an :20 anak 11) Agar lebih mudah dalam mengajar, sebaiknya disediakan alatalat peraga dan administrasi belajar mengajar di dalam kelas antara lain : a) Buku data anak didik b) Buku absensi anak didik 34 c) Kartu/catatan prestasi anak didik (dipegang anak didik)si anak didik (dipegang pendidik) d) Catatan prestasi 6. Karakteristik atau cirri khas dari Metode Qiroati20 ciri khas dari metode Qiraati, yaitu bahwa untuk mengajarkan membaca Al-Qur‟an, seseorang harus ditashih (diuji/tes) terlebih dahulu. Kemudian Husnul Khotimah mulai mengadakan pelatihan kepada ustadz-ustadzah untuk bisa mengikuti pentashihan di koordintor Qiro‟ati. Dengan Visi dan misi sebagai berikut: Visi Qiraati Membudayakan Membaca al-Quran dengan Tartil Misi Qiraati 1. Mengadakan pendidikan al-Quran untuk menjaga, memeliharakehormatan dan kesusian al-Quran dari segi bacaan yang tartil 2. Menyebarkan ilmu dengan memberi ujian memakai buku Qiraati hanya bagi lambaga-lembaga/guru-guru yang taat, patuh, amanah dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh koordinator 3. Mengingatkan para guru agar berhati-hati jika mengajarkan al-Quran 20 http://qiraati.wordpress.com/2009/11/12/visi-misi-dan-ciri-ciri-qiraati/ 35 4. Mengadakan pembinaan para guru/calon guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan pengajaran al-Quran 5. Mengadakan Tashih untuk calon guru dengan obyektif 6. Mengadakan bimbingan metodologi bagi calon guru yang lulus tashih 7. Mengadakan tadarus bagi para guru ditingkat lembaga atau MMQ yang diadakan oleh coordinator Menunjuk atau memilih koordinator, kepada sekolah dan para guru yang amanah/ profesional dan berakhlakul karimah.Memotivasi para koordinator, kepada sekolah dan para guru senantiasa mohan petunjuk dan pertolongan kepada Allah demi kemajuan lembaganya dan mencari keridlaan-Nya. Ciri-Ciri Qiraati 1. Tidak di dijual secara bebas 2. Guru-guru lewat tashih dan pembinaan 3. Kelas TKP/TPQ dalam disiplin yang sama. 36 C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Metode Yanbu’a dan Metode Qiroati Menurut Ngalim purwanto membagi macam-macam factor keberhasilan belajar dalam dua factor, yaitu : factor dari dalam diri si pelajar (internal) dan factor dari luar diri si pelajar (eksternal).21 a. Faktor Internal Faktor internal ini terbagi dalam dua bagian yaitu fisiologis (kondisi fisik dan kondisi panca indra), dan factor psikologis terdiri atas minat, bakat, kecerdasan atau IQ, motivasi dan kemampuan kognitif. 1) Minat Minat secara bahasa diartikan sebagai perhatian,kesukaan (kecenderungan hati) kepada suatu keinginan.22 Sedangkan perhatian merupakan suatu pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu objek banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktifitas yang dilaksanakan.23 2) Kecerdasan atau IQ Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena pendidikan snagat berperan dalam mengarahkan dan mengembangkan kemampuan potensi-potensi social kemasyarakatan yang dimiliki oleh setiap manusia. Tujuan 21 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (bandung; Remaja Rosdakarya,1991). Hal 107 22 Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta :Balai Pustaka,1990).hal 651 23 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Pers, 1990, hal 14 37 dari pada pendidikan adalah untuk mengembangkan kepribadian manusia secara utuh dan seimbang melalui berlatih jiwa, intelek, rasio, perasaan dan berlatih jasmani. Sedangkan kecerdasan secara bahasa Indonesia diartikan sebgai kualitas kemampuan manusia yang mengakibatkan kemampuan untuk menghadapi dan memecahkan masalah terutama masalah-masalah baru, secara efektif dan efisien. Kecerdasan memiliki persamaan makna dengan kata inteligencie.24 3) Motivasi Motivasi dari segi bahasa berasal dari bahasa inggris Motivation yang bearti alas an,daya batin dan dorongan. 25Motivasi merupakan aktivitas psikologis yang mendorong siswa untuk melakukan sesuatu oleh karena itu motivasi dapat dijadikan sebagai sumber utama tindakan untuk mencapai tujuan. Berhasil atau tidaknya sesuatu tujuan akan tergantung pada atau tidaknya motivasai sendiri. Motivasi ini sangat dibutuhkan bagi siswa karena dengan motivasi ini anak menjadi aktif tanpa ada unsur paksaan dari orang lain. Di dalam ajaran islam hal ini telah di ajarkan dalam al-Qur‟an bahwa motivasi intrinsic sangat penting dalam menjalankan aktivitas sebagai hamba Allah : 24 Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi,(Jakarta; Rajawali Pers 1990),hal 212 25 John M.Echolis dan Hasan sadily, kamus inggris Indonesia ,(Jakarta; gramedia,2000), hal 377 38 “ Padahal Mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadanya dalam (Menjalankan) agama yang lurus (Q.S Al Bayyinah : 55)26 b. Faktor Eksternal Sementara factor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Ngalim Purwanto terbagi menjadi dua factor, yaitu : 1) Faktor lingkungan yang terdiri dari lingkungan (alam dan social) 2) Faktor instrumental (kurikulum, bahan pelajarn, guru, atau pengajara, sarana dan pra sarana dan administrasi (manajemen).27 Menurut Mustaqim, bahwa factor-faktor serta kondisi yang mendorong perbuatan belajar secara umum adalah sebagai berikut : a. “Situasi belajar (kesehatan jasmani, pengalaman b. Penguasaan alat-alat intelektual c. Berlatih-Berlatih yang terpencar d. Berlatif yang aktif e. Kebaikan bentuk dan sisitem f. Efek penghargaan (reward dan hukuman) 26 Soerjono,dkk, op.cit. hal 1084 Ngalim Purwanto,op.cit., hal 108 27 Keadaan psikis, 39 g. Tindakan-tindakan pedagogis h. Kapasitas dasar .28 28 Mustaqim, Op. cit., hal 69-70