BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. “Real Science is both product and process, inseparably Joint” (Suprijono, 2003: 11). Menurut Trianto (2010:136), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa inggris „scienceβ. Kata „scienceβ itu sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin „scientiaβ yang berarti saya tahu. „Scienceβ terdiri dari social science (ilmu pengetahuan social) dan natural science (ilmu pengetahuan alam). Menurut Slameto dkk (2009:1), IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang fenomena-fenomena alam yang disusun melalui tahapan-tahapan metode ilmiah yang bersifat khaskhusus, penarikan kesimpulan, dan seterusnya. Fenomena-fenomena alam yang diungkap biasanya dapat dirumuskan dalam besaranbesaran fisika. Menurut Hardini dan Puspitasari (2012:151), menuliskan bahwa mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 8 1) Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4) Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi. 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam. 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Karakteristik kajian Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Proses pembelajaran IPA selain mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa juga penemuan sesuatu yang bermakna. Pembelajaran IPA lebih menekankan eksperimen dan pengamatan untuk menemukan hal-hal yang baru bagi siswa. Kegiatan tersebut akan menunjang siswa untuk aktif dalam pembelajaran, karena siswa 9 terlibat penuh dalam proses pembelajaran. IPA merupakan Ilmu Pengetahuan yang sangat memungkinkan untuk melakukan eksperimen dan pengamatan, serta dalam proses pembelajaran juga mudah dilakukan variasi-variasi yang menarik bagi siswa supaya perhatian siswa terfokus dalam pembelajaran. 2.1.2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah. Fokus program pengajaran IPA di SD bertujuan untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka dimana mereka hidup. Setiap guru harus paham akan alasan mengapa IPA diajarkan di sekolah dasar. Ada berbagai alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasukkan kedalam kurikulum suatu sekolah. Alasan mengapa IPA diajarkan di SD menurut Samatowa (2010:4) adalah: 1. Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa. Kesejahteraan materiil suatu bangsa banyak sekali bergantung pada kemampuan bangsa dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi. Sedangkan teknologi sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Suatu teknologi tidak akan berkembang pesat bila tidak didasari pengetahuan dasar yang memadai. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah IPA. 2. Bila diajarkan menurut cara yang tepat, IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan untuk berfikir kritis. Misalnya IPA diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”. Dengan metode ini anak dihadapkan pada suatu masalah. Anak diminta untuk menyelidiki masalah tersebut. Dari berbagai 10 saran dikemukakan anak mereka dituntun merancang percobaan. Akibatnya anak mengamati percobaan sampai memperoleh suatu kesimpulan. 3. Pelajaran IPA modern lebih mementingkan kemampuan berfikir dari pada menghafal. Disamping itu dipentingkan juga kemampuan mengadakan pengamatan secara teliti, menggunakan prinsip memecahkan percobaan sederhana, menyusun data, mengemukakan dugaan dan lain-lainnya. 4. Mata pelajaran ini memiliki nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyau potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Samatowa (2010:5), Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak didefinisikan oleh Plato dan Marten yang terdapat dalam Carin (1993:5) yaitu: (1) mengamati apa yang terjadi, (2) mencoba memahami apa yang diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, (4) Menguji ramalan-ramalan dibawah kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar. 2.1.3. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006:1) secara terperinci adalah: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 11 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, 4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan; 6. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs. 2.2. Hasil Belajar 2.2.1. Pengertian Belajar Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar menurut Slameto (2010:3-4) yaitu: a. . Perubahan terjadi secara sadar Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurangkurangnya ia merasakan telah terjadi suatu perubahan dalam dirinya b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih 12 baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. Pengertian belajar menurut Thursan (2001:1) mengemukakan belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia,dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku, seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain. Hal ini berarti peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kulitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagi bidang. Apabila tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan,orang tersebut belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain,ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar. 13 Menurut Hamalik (2002:2) “ belajar tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial bermacam- macam keterampilan lain dan cita-cita. Dengan demikian seorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada diri orang yang belajar akibat adanya latihan dan pengalaman melalui olah informasi, respon positif yang semula belum tahu menjadi lebih tahu supaya mendapat suatu kepribadian baru yang lebih baik. Dari beberapa definisi diatas dapat disumpulkan belajar adalah suatu proses interaksi manusia baik secara langsung (dengan contoh) ataupun tidak langsung (dengan kata-kata) dengan lingkungan untuk memperoleh suatuperubahan, tingkah laku yang berupa perbuatan, pemahaman, keterampilan dan sifat yang positif sehingga membawa pada kondisi kehidupan yang lebih baik dan bermakna. 2.2.2. Pengertian Hasil Belajar Hamalik (1995: 48) mengatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku subyek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang. Sependapat dengan Hamalik, Sudjana (2005: 3) mengatakan bahwa hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Winkel (1994: 13) mengemukakan salah satu ciri khas yang menandakan telah terjadi kegiatan belajar adalah dengan adanya perubahan pada orang yang belajar dan mengalami perubahan dari belum tahu atau belum mampu menjadi sudah tahu atau menjadi mampu. Menurut Sudjana (2004:14) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes 14 yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan mengajar atau belajar” Dimyati dan Moedjiono (1992:40). Hasil belajar dapat berupa pengetahuan (kognitif), tingkah laku atau sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor), yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa hasil belajar merupakan perolehan seseorang dari suatu perbuatan belajar, atau hasil belajar merupakan kecakapan nyata yang dicapai siswa dalam waktu tertentu. Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat yang diperoleh oleh setiap siswa setelah proses belajar. Sanjaya (2005:90) juga menjelaskan bahwa, belajar bukan hanya sebagai hasil, akan tetapi juga sebagai proses. Belajar mengembangkan dua sisi yang sama pentingnya yaitu sisi hasil dan proses. Oleh karena itu, keberhasilan belajar tidak hanya diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana proses penguasaan itu terjadi. Hal ini terutama diajukan untuk menentukan perubahan perilaku yang non kognitif. Menurut Bloom (Suprijono,2012:6-7) ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: a. Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), menguraikan (analisys), mengorganisasikan (sintesis), dan penilaian (evaluation). 15 b. Ranah afektif Berkenaan dengan sikap (receiving), memberikan respon (responding) dan nilai (valuing). Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuanya itu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. c. Ranah Psikomotor Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan dan mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Dari berbagai penjelasan tentang hasil belajar di atas, dapat dimengerti bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku subyek dimana terjadi perubahan dari belum tahu atau belum mampu menjadi tahu dan menjadi mampu yang terjadi pada aspek kogntitif, afektif dan psikomotorik. 2.2.3. Pengukuran Hasil Belajar Cara mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat melakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan melakukan evaluasi dan tes. Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjamin dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan (UU No 20 Tahun 2003 SISDIKNAS ). 16 Dalam penelitian ini, penulis memilih untuk membuat batasan tentang hasil belajar sebagai hasil atau capaian yang telah diperoleh siswa karena telah melewati proses belajar mengajar, dimana hasil atau capaian itu diukur dengan memberikan tes. Nilai yang diperoleh dari hasil tes tersebut kemudian yang diukur untuk melihat siswa tersebut telah berhasil mencapai belajarnya atau masih belum. Agar lebih terukur, kriteria nilai sebagai bukti keberhasilan bahwa siswa tersebut telah berhasil mengikuti proses pembelajaran, diukur berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Khusus dalam penelitian ini, acuan ukuran KKM adalah sebagai berikut: Ketuntasan individual = Ketuntasan klasikal = ππ’πππ β πππππ πππ π ππππ ππ’πππ β πππππ π₯100% ππ’πππ β π ππ π€π π¦πππ π‘π’ππ‘ππ πππππππ ππ’πππ β π πππ’ππ’ β π ππ π€π π₯100% Keterangan Ketuntasan indiviual : Jika siswa mencapai ketuntasan skor > 65 Ketuntasan klasikal : Jika > 75% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan skor > 65. 2.3. Model Pembelajaran 2.3.1. Pengertian Model Pembelajaran Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikologi dengan pendekatan dalam settingeksperimen yang dilakukan. Konsep model pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya. Menurut Supriyono Koes H (2003: 4), model pembelajaran adalah sebuah rencana atau pola yang mengorganisasikan pembelajaran dalam kelas dan menunjukn penggunaan materi pembelajaran. 17 Model pembelajaran berbeda dengan strategi, metode dan prinsip pembelajaran. Model pembelajaran merupakan kesatuan dari metode, strategi dan langkah-langkah pembelajaran. Salah satu ciri khusus model pembelajaran yang tidak dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu yaitu tingkah laku mengajar (sintaks) yang menggambarkan pola sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Lebih lanjut Ismail (dalam (Widiarto, Rachmadi, 2004: 76) menyabutkan bahwa istilah model pembelajaran tidak dipunyai oleh strategi atau motode tertentu yaitu: a. Rasional teoritik yang logis disusun oleh penciptanya b. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut berhasil (syntaks) d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai Salah satu yang membedakan model pembelajaran yang satu dengan yang lain adalah tingkah laku mengajar (syntaks) yang digunakan oleh masing-masing model pembelajaran. Syntaks inilah yang menjadi ciri khas dari suatu model pembelajaran. Masing-masing model pembelajran memiliki syntaks yang berbeda-beda meskipun memiliki tujuan pembelajaran yang sama. Dari berbagai pemaparan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran merupakan sebuah rencana atau pola yang mengorganisasikan pembelajaran dalam kelas dan menunjukn penggunaan materi pembelajaran, dimana model pembelajaran itu sendiri berbeda dengan metode maupun strategi pembelajaran. Ciri mendasar yang membuat model pembelajaran berbeda dengan metode pembelajaran maupun strategi pembelajaran adalah bahwa model 18 pembelajaran merupakan satu kesatuan yang disebut sintaks atau tingkah laku mengajar. 2.3.2. Model Pembelajaran Picture and Picture Model pembelajaran picture and picture merupakan sebuah model dimana guru menggunakan alat bantu media atau gambar untuk menerangkan sebuah materi atau memfasilitasi siswa untuk aktif belajar. Dengan menggunakan alat bantu atau media gambar, diharapkan siswa mampu mengikuti pelajaran dengan fokus yang baik dan dalam kondisi yang menyenangkan. Sehingga apapun pesan yang disampaikan bisa diterima dengan baik dan mampu meresap di hati, serta dapat diingat kembali oleh siswa. Picture and picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis (Hamdani, 2010: 89). Sehingga, siswa yang cepat mengurutkan gambar jawaban atau soal yang benar, sebelum waktu yang ditentukan habis, maka merekalah yang mendapat poin. Dalam menerapkan model pembelajaran picture and picture, gambar menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga, sebelum proses pembelajaran, guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan, baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar (Anggraini, 2013: 13). Menurut Suprijono (Natlina, dkk, 2009: 2) model pembelajaran picture and picture adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan sistematis, seperti menyusun gambar berurutan, menunjukkan gambar, memberi keterangan gambar dan menjelaskan gambar. Model pembelajaran picture and picture ini berbeda dengan media gambar, dimana picture and picture berupa gambar yang belum disusun secara berurutan dan yang menggunakannya adalah siswa. Sedangkan media 19 gambar merupakan gambar utuh yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. 2.3.3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Picture and Picture Menurut Ahmadi (2011:58) model pembelajaran ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya. Adapun kelebihan dari model pembelajaran picture and picture ini adalah : a. Guru dengan metode inovatif ini akan dapat dengan mudah mengetahui kemampuan masing-masing siswa. b. Melatih berfikir logis dan sistematis siswa c. Dengan model ini dapat mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran. d. Guru hanya sebagai pendamping dalam proses belajar. e. Proses belajar akan dapat diikuti seragam oleh siswa Sedangkan kekurangannya menurut Ahmadi (2011:58) dari metode pembelajaran ini adalah: a. Memakan banyak waktu. b. Harus memersiapkan banyak alat dan bahan yang berhubungan dengan materi yang diajarkan dengan model tersebut. c. Membutuhkan biaya yang tidak sedikit. d. Guru dituntut untuk lebih terampil dalam menyajikan gambar sehingga mendorong motivasi siswa untuk lebih aktif. 2.3.4. Langkah-langkah Pembelajaran Model Pembelajaran Picture and Picture Menurut Ahmadi (2011:58) adapun langkah-langkah dari pelaksanaan picture and picture ini adalah sebagai berikut : a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. b. Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan. 20 c. Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan materi). d. Guru menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau memasangkan gambar-gambar yang ada. e. Guru member pertanyaan mengenai alasan siswa dalam menentukan urutan gambar. f. Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan menanamkan konsep materi yang sesuai dengan kompetensi yang di capai. g. Guru menyampaikan kesimpulan. 2.4. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan PTK karya Sulastri yang berjudul: meningkatkan hasil belajar IPA melalui model pembelajaran picture and picture siswa kelas IV semester I SD N Slungkep 02 Kecamatan Keyen Kabupaten Pati Tahun 2011/2012. Hasil penelitian menunjukan: penerapan model picture and picture dengan KKM 6,5 dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV semester I SD Negeri Slungkep 02 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati Tahun 2011/2012 . Hal ini dilihat dari kenaikan nilai hasil belajar setiap siklus dimana pada pra siklus ketuntasan belajar siswa pada pra siklus ada 6 siswa atau 27,3% naik menjadi 16 siswa atau72,7% pada siklus I, meningkat lagi pada siklus II menjadi 19 siswaatau 86,4%. Demikian peningkatan juga terjadi pada keaktifan siswa dimana pada pra siklus keaktifan pada kategori baik sekali ada 7 siswa atau 31,8 naik menjadi 14 siswa atau 6,37% pada siklus I dan terakhir pada siklus II menjadi 20 siswa atau 90,9% . Dari hasil ini ketuntasan hasil belajar dan keaktifan belajar sudah mencapai indikator yaitu 80% keatas. Dengan kata lain hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture telah tuntas atau mencapai KKM yang di harapkan. 21 PTK karya Agung Rimba Kurniawan yang berjudul Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Sains Materi Rantai Makanan Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Picture And Picture Siswa Kelas IV SDN No.76/I Sungai Buluh” ,hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan motivasi belajar siswa dengan nilai rata-rata 56,31 dalam kategori cukup tinggi pada siklus I, dan meningkat pada siklus II dengan skor rata-rata menjadi 71,05. Dari siswa yang tuntas belajar 13 siswa pada siklus I menjadi 18 siswa pada siklus kedua. Hal ini menunjukkan kelengkapan klasik 68,42% pada siklus I dan 94,73% pada siklus kedua. Terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II karena peningkatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi serta anggota kelompok mengubah setiap siklus. Ini menunjukkan hasil dari upaya pemulihan proses pembelajaran untuk meningkatkan motivasi siswa dan hasil belajar dengan menggunkan model pembelajaran picture and picture. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture untuk meningkatkan motivasi dan pembelajaran ilmu Sains dari rantai makanan pada siswa kelas IV SDN 76 / I Sungai Buluh. Berdasarkan kajian penelitian diatas, penggunaan metode pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Dengan mengacu pada penelitian diatas maka dilakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Picture And Picture Pada Siswa Kelas II SD N Gendongan 01 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. 22 2.5. Kerangka Berpikir Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA, yang dalam pelaksanaannya siswa disuruh untuk menempelkan gambar tentang pertumbuhan hewan sesuai dengan urutannya. Dengan langkah-langkah model pembelajaran picture and picture, proses belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan dan siswa menjadi lebih tertarik, terlibat dan lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga hasil belajar menjadi meningkat. Siswa yang lebih cepat menangkap materi pelajaran mengajari siswa yang lambat, sehingga terjadi tutor sebaya selama proses pembelajaran. 23 Skema Kerangka Berpikir KONDISI AWAL Guru :Belum menggunakan model picture and picture dalam Pembelajaran Siswa :Banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM Kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran Siklus I TINDAKAN Menggunakan model picture and picture Menggunakan model picture and picture Pembelajaran) pada kegiatan awal Siklus II Menggunakan model picture and picture pada kegiatan inti KONDISI AKHIR Diduga Penggunakan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas II di SD Negeri Gendongan 01 pada mata pelajaran IPA materi mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada hewan dan tanaman 24 2.6. Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori dan kerangka berpikir diatas, maka peneliti dapat merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Melalaui penerapan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas II SD Negeri Gendongan 01 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga semester II tahun pelajaran 2013/2014. 25