Upaya Meningkatkan Hasil Belajar ILMU Pengetahuan Alam

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata
latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi
kemudian berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau
Sains. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan
kumpulan pengetahuan dan proses.
Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah
kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan
mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses
yang tidak dapat dipisahkan. “Real Science is both product and
process, inseparably Joint” (Suprijono, 2003: 11).
Menurut Trianto (2010:136), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula
berasal dari bahasa inggris „scienceβ€Ÿ. Kata „scienceβ€Ÿ itu sendiri berasal
dari kata dalam Bahasa Latin „scientiaβ€Ÿ yang berarti saya tahu.
„Scienceβ€Ÿ terdiri dari social science (ilmu pengetahuan social) dan
natural science (ilmu pengetahuan alam).
Menurut Slameto dkk (2009:1), IPA merupakan cabang ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang fenomena-fenomena alam yang
disusun melalui tahapan-tahapan metode ilmiah yang bersifat khaskhusus, penarikan kesimpulan, dan seterusnya. Fenomena-fenomena
alam yang diungkap biasanya dapat dirumuskan dalam besaranbesaran fisika.
Menurut Hardini dan Puspitasari (2012:151), menuliskan bahwa
mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
8
1) Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan
keteraturan alam ciptaan-Nya.
2) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam
gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan
kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling
memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
4) Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta
sumber daya alam.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
selanjutnya.
Karakteristik kajian Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan
sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan
eksperimen, pengamatan dan deduksi untuk menghasilkan suatu
penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya.
Proses pembelajaran IPA selain mengaitkan dengan kehidupan
sehari-hari siswa juga penemuan sesuatu yang bermakna.
Pembelajaran IPA lebih menekankan eksperimen dan pengamatan
untuk menemukan hal-hal yang baru bagi siswa. Kegiatan tersebut
akan menunjang siswa untuk aktif dalam pembelajaran, karena siswa
9
terlibat penuh dalam proses pembelajaran. IPA merupakan Ilmu
Pengetahuan yang sangat memungkinkan untuk melakukan
eksperimen dan pengamatan, serta dalam proses pembelajaran juga
mudah dilakukan variasi-variasi yang menarik bagi siswa supaya
perhatian siswa terfokus dalam pembelajaran.
2.1.2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam di SD hendaknya membuka kesempatan
untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini
akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan
mencari jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan cara
berpikir ilmiah. Fokus program pengajaran IPA di SD bertujuan untuk
memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka
dimana mereka hidup.
Setiap guru harus paham akan alasan mengapa IPA diajarkan di
sekolah dasar. Ada berbagai alasan yang menyebabkan satu mata
pelajaran itu dimasukkan kedalam kurikulum suatu sekolah. Alasan
mengapa IPA diajarkan di SD menurut Samatowa (2010:4) adalah:
1.
Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa. Kesejahteraan materiil
suatu bangsa banyak sekali bergantung pada kemampuan bangsa
dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi.
Sedangkan
teknologi
sering
disebut-sebut
sebagai
tulang
punggung pembangunan. Suatu teknologi tidak akan berkembang
pesat bila tidak didasari pengetahuan dasar yang memadai.
Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah IPA.
2.
Bila diajarkan menurut cara yang tepat, IPA merupakan suatu
mata pelajaran yang memberikan kesempatan untuk berfikir kritis.
Misalnya IPA diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan
sendiri”. Dengan metode ini anak dihadapkan pada suatu masalah.
Anak diminta untuk menyelidiki masalah tersebut. Dari berbagai
10
saran dikemukakan anak mereka dituntun merancang percobaan.
Akibatnya anak mengamati percobaan sampai memperoleh suatu
kesimpulan.
3.
Pelajaran IPA modern lebih mementingkan kemampuan berfikir
dari
pada
menghafal.
Disamping
itu
dipentingkan
juga
kemampuan mengadakan pengamatan secara teliti, menggunakan
prinsip memecahkan percobaan sederhana, menyusun data,
mengemukakan dugaan dan lain-lainnya.
4.
Mata pelajaran ini memiliki nilai-nilai pendidikan yaitu
mempunyau potensi yang dapat membentuk kepribadian anak
secara keseluruhan.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya
dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting.
Samatowa (2010:5), Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak
didefinisikan oleh Plato dan Marten yang terdapat dalam Carin
(1993:5) yaitu: (1) mengamati apa yang terjadi, (2) mencoba
memahami apa yang diamati, (3) mempergunakan pengetahuan
baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, (4) Menguji
ramalan-ramalan dibawah kondisi untuk melihat apakah ramalan
tersebut benar.
2.1.3. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP
(Depdiknas, 2006:1) secara terperinci adalah:
1.
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam
ciptaann-Nya,
2.
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari,
11
3.
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat,
4.
Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,
5.
Meningkatkan
kesadaran
untuk
berperan
serta
dalam
memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan
segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan;
6.
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
2.2. Hasil Belajar
2.2.1. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar menurut
Slameto (2010:3-4) yaitu:
a.
. Perubahan terjadi secara sadar
Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu
atau sekurangkurangnya ia merasakan telah terjadi suatu
perubahan dalam dirinya
b.
Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis.
c.
Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa
bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih
12
baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha
belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan
yang diperoleh.
d.
Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap
atau permanen. Ini berarti tingkah laku yang terjadi setelah
belajar akan bersifat menetap.
e.
Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada
tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada
perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.
f.
Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses
belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika
seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami
perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap,
keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.
Pengertian belajar menurut Thursan (2001:1) mengemukakan
belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia,dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas
dan
kuantitas
tingkah
laku,
seperti
peningkatan
kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir,
dan lain-lain. Hal ini berarti peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kulitas dan
kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagi bidang. Apabila tidak
mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan,orang
tersebut belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain,ia
mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
13
Menurut Hamalik (2002:2) “ belajar tidak hanya mata pelajaran,
tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat,
penyesuaian sosial bermacam- macam keterampilan lain dan cita-cita.
Dengan demikian seorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan
pada diri orang yang belajar akibat adanya latihan dan pengalaman
melalui olah informasi, respon positif yang semula belum tahu menjadi
lebih tahu supaya mendapat suatu kepribadian baru yang lebih baik.
Dari beberapa definisi diatas dapat disumpulkan belajar adalah
suatu proses interaksi manusia baik secara langsung (dengan contoh)
ataupun tidak langsung (dengan kata-kata) dengan lingkungan untuk
memperoleh suatuperubahan, tingkah laku yang berupa perbuatan,
pemahaman, keterampilan dan sifat yang positif sehingga membawa
pada kondisi kehidupan yang lebih baik dan bermakna.
2.2.2. Pengertian Hasil Belajar
Hamalik (1995: 48) mengatakan bahwa hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku subyek yang meliputi kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik dalam situasi tertentu berkat pengalamannya
berulang-ulang. Sependapat dengan Hamalik, Sudjana (2005: 3)
mengatakan bahwa hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang
mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Winkel (1994: 13) mengemukakan salah satu ciri khas yang
menandakan telah terjadi kegiatan belajar adalah dengan adanya
perubahan pada orang yang belajar dan mengalami perubahan dari
belum tahu atau belum mampu menjadi sudah tahu atau menjadi
mampu.
Menurut Sudjana (2004:14) hasil belajar adalah suatu akibat dari
proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes
14
yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes
perbuatan.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan
mengajar atau belajar” Dimyati dan Moedjiono (1992:40). Hasil
belajar dapat berupa pengetahuan (kognitif), tingkah laku atau sikap
(afektif), dan keterampilan (psikomotor), yang diperoleh siswa dalam
proses pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa hasil belajar
merupakan perolehan seseorang dari suatu perbuatan belajar, atau hasil
belajar merupakan kecakapan nyata yang dicapai siswa dalam waktu
tertentu. Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat
yang diperoleh oleh setiap siswa setelah proses belajar.
Sanjaya (2005:90) juga menjelaskan bahwa, belajar bukan
hanya sebagai hasil, akan tetapi juga sebagai proses. Belajar
mengembangkan dua sisi yang sama pentingnya yaitu sisi hasil dan
proses. Oleh karena itu, keberhasilan belajar tidak hanya diukur dari
sejauh mana siswa dapat menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana
proses penguasaan itu terjadi. Hal ini terutama diajukan untuk
menentukan perubahan perilaku yang non kognitif.
Menurut Bloom (Suprijono,2012:6-7) ada tiga ranah (domain)
hasil belajar, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Perinciannya
adalah sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
6 aspek yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehension), penerapan (application), menguraikan
(analisys), mengorganisasikan (sintesis), dan penilaian
(evaluation).
15
b. Ranah afektif
Berkenaan dengan sikap (receiving), memberikan respon
(responding) dan nilai (valuing). Ranah afektif meliputi lima
jenjang kemampuanya itu menerima, menjawab atau reaksi,
menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau
kompleks nilai.
c. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda,
koordinasi neuromuscular (menghubungkan dan
mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan
daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol,
namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus
menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses
pembelajaran di sekolah.
Dari berbagai penjelasan tentang hasil belajar di atas, dapat
dimengerti bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku subyek
dimana terjadi perubahan dari belum tahu atau belum mampu menjadi
tahu dan menjadi mampu yang terjadi pada aspek kogntitif, afektif dan
psikomotorik.
2.2.3. Pengukuran Hasil Belajar
Cara mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat melakukan
dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan melakukan evaluasi
dan tes. Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjamin
dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen
pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai
bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan (UU No 20
Tahun 2003 SISDIKNAS ).
16
Dalam penelitian ini, penulis memilih untuk membuat batasan
tentang hasil belajar sebagai hasil atau capaian yang telah diperoleh
siswa karena telah melewati proses belajar mengajar, dimana hasil
atau capaian itu diukur dengan memberikan tes. Nilai yang diperoleh
dari hasil tes tersebut kemudian yang diukur untuk melihat siswa
tersebut telah berhasil mencapai belajarnya atau masih belum. Agar
lebih terukur, kriteria nilai sebagai bukti keberhasilan bahwa siswa
tersebut telah berhasil mengikuti proses pembelajaran, diukur
berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Khusus dalam
penelitian ini, acuan ukuran KKM adalah sebagai berikut:
Ketuntasan individual =
Ketuntasan klasikal
=
π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Ž β„Ž π‘›π‘–π‘™π‘Žπ‘– π‘šπ‘Žπ‘˜ π‘ π‘–π‘šπ‘Žπ‘™
π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Ž β„Ž π‘›π‘–π‘™π‘Žπ‘–
π‘₯100%
π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Ž β„Ž π‘ π‘–π‘ π‘€π‘Ž π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘‘π‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘  π‘π‘’π‘™π‘Žπ‘—π‘Žπ‘Ÿ
π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Ž β„Ž π‘ π‘’π‘™π‘’π‘Ÿπ‘’ β„Ž π‘ π‘–π‘ π‘€π‘Ž
π‘₯100%
Keterangan
Ketuntasan indiviual : Jika siswa mencapai ketuntasan skor > 65
Ketuntasan klasikal : Jika > 75% dari seluruh siswa mencapai
ketuntasan skor > 65.
2.3. Model Pembelajaran
2.3.1. Pengertian Model Pembelajaran
Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar
psikologi
dengan
pendekatan
dalam
settingeksperimen
yang
dilakukan. Konsep model pembelajaran untuk pertama kalinya
dikembangkan oleh Bruce dan koleganya. Menurut Supriyono Koes H
(2003: 4), model pembelajaran adalah sebuah rencana atau pola yang
mengorganisasikan pembelajaran dalam kelas dan menunjukn
penggunaan materi pembelajaran.
17
Model pembelajaran berbeda dengan strategi, metode dan prinsip
pembelajaran. Model pembelajaran merupakan kesatuan dari metode,
strategi dan langkah-langkah pembelajaran. Salah satu ciri khusus
model pembelajaran yang tidak dimiliki oleh strategi atau prosedur
tertentu yaitu tingkah laku mengajar (sintaks) yang menggambarkan
pola sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Lebih lanjut Ismail
(dalam (Widiarto, Rachmadi, 2004: 76) menyabutkan bahwa istilah
model pembelajaran tidak dipunyai oleh strategi atau motode tertentu
yaitu:
a. Rasional teoritik yang logis disusun oleh penciptanya
b. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut
berhasil (syntaks)
d.
Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai
Salah satu yang membedakan model pembelajaran yang satu
dengan yang lain adalah tingkah laku mengajar (syntaks) yang
digunakan oleh masing-masing model pembelajaran. Syntaks inilah
yang menjadi ciri khas dari suatu model pembelajaran. Masing-masing
model pembelajran memiliki syntaks yang berbeda-beda meskipun
memiliki tujuan pembelajaran yang sama.
Dari berbagai pemaparan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa model pembelajaran merupakan sebuah rencana atau pola yang
mengorganisasikan pembelajaran dalam kelas dan menunjukn
penggunaan materi pembelajaran, dimana model pembelajaran itu
sendiri berbeda dengan metode maupun strategi pembelajaran. Ciri
mendasar yang membuat model pembelajaran berbeda dengan metode
pembelajaran maupun strategi pembelajaran adalah bahwa model
18
pembelajaran merupakan satu kesatuan yang disebut sintaks atau
tingkah laku mengajar.
2.3.2. Model Pembelajaran Picture and Picture
Model pembelajaran picture and picture merupakan sebuah model
dimana guru menggunakan alat bantu media atau gambar untuk
menerangkan sebuah materi atau memfasilitasi siswa untuk aktif
belajar. Dengan menggunakan alat bantu atau media gambar,
diharapkan siswa mampu mengikuti pelajaran dengan fokus yang baik
dan dalam kondisi yang menyenangkan. Sehingga apapun pesan yang
disampaikan bisa diterima dengan baik dan mampu meresap di hati,
serta dapat diingat kembali oleh siswa. Picture and picture adalah
suatu model belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau
diurutkan menjadi urutan logis (Hamdani, 2010: 89). Sehingga, siswa
yang cepat mengurutkan gambar jawaban atau soal yang benar,
sebelum waktu yang ditentukan habis, maka merekalah yang mendapat
poin.
Dalam menerapkan model pembelajaran picture and picture,
gambar menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga,
sebelum proses pembelajaran, guru sudah menyiapkan gambar yang
akan ditampilkan, baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta
dalam ukuran besar (Anggraini, 2013: 13).
Menurut Suprijono (Natlina, dkk, 2009: 2) model pembelajaran
picture and picture adalah suatu
model pembelajaran yang
menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan
sistematis, seperti menyusun gambar berurutan, menunjukkan gambar,
memberi keterangan gambar dan menjelaskan gambar. Model
pembelajaran picture and picture ini berbeda dengan media gambar,
dimana picture and picture berupa gambar yang belum disusun secara
berurutan dan yang menggunakannya adalah siswa. Sedangkan media
19
gambar merupakan gambar utuh yang digunakan oleh guru dalam
proses pembelajaran.
2.3.3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Picture and
Picture
Menurut Ahmadi (2011:58) model pembelajaran ini juga
memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya. Adapun
kelebihan dari model pembelajaran picture and picture ini adalah :
a.
Guru dengan metode inovatif ini akan dapat dengan mudah
mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
b.
Melatih berfikir logis dan sistematis siswa
c.
Dengan model ini dapat mendorong siswa untuk aktif dalam
pembelajaran.
d.
Guru hanya sebagai pendamping dalam proses belajar.
e.
Proses belajar akan dapat diikuti seragam oleh siswa
Sedangkan kekurangannya menurut Ahmadi (2011:58) dari
metode pembelajaran ini adalah:
a.
Memakan banyak waktu.
b.
Harus memersiapkan banyak alat dan bahan yang berhubungan
dengan materi yang diajarkan dengan model tersebut.
c.
Membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
d.
Guru dituntut untuk lebih terampil dalam menyajikan gambar
sehingga mendorong motivasi siswa untuk lebih aktif.
2.3.4. Langkah-langkah Pembelajaran Model Pembelajaran Picture and
Picture
Menurut Ahmadi (2011:58) adapun langkah-langkah dari pelaksanaan
picture and picture ini adalah sebagai berikut :
a.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang
ingin dicapai.
b.
Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan.
20
c.
Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan
(berkaitan dengan materi).
d.
Guru menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau
memasangkan gambar-gambar yang ada.
e.
Guru member pertanyaan mengenai alasan siswa dalam
menentukan urutan gambar.
f.
Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan
menanamkan konsep materi yang sesuai dengan kompetensi
yang di capai.
g.
Guru menyampaikan kesimpulan.
2.4. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
PTK karya Sulastri yang berjudul: meningkatkan hasil belajar IPA melalui
model pembelajaran picture and picture siswa kelas IV semester I SD N
Slungkep 02 Kecamatan Keyen Kabupaten Pati Tahun 2011/2012. Hasil
penelitian menunjukan: penerapan model picture and picture dengan KKM
6,5 dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV
semester I SD Negeri Slungkep 02 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati Tahun
2011/2012 . Hal ini dilihat dari kenaikan nilai hasil belajar setiap siklus
dimana pada pra siklus ketuntasan belajar siswa pada pra siklus ada 6 siswa
atau 27,3% naik menjadi 16 siswa atau72,7% pada siklus I, meningkat lagi
pada siklus II menjadi 19 siswaatau 86,4%. Demikian peningkatan juga
terjadi pada keaktifan siswa dimana pada pra siklus keaktifan pada kategori
baik sekali ada 7 siswa atau 31,8 naik menjadi 14 siswa atau 6,37% pada
siklus I dan terakhir pada siklus II menjadi 20 siswa atau 90,9% . Dari hasil
ini ketuntasan hasil belajar dan keaktifan belajar sudah mencapai indikator
yaitu 80% keatas. Dengan kata lain hasil belajar siswa dengan menggunakan
model pembelajaran picture and picture telah tuntas atau mencapai KKM
yang di harapkan.
21
PTK karya Agung Rimba Kurniawan yang berjudul Meningkatkan Motivasi
dan Hasil Belajar Sains Materi Rantai Makanan Dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Picture And Picture Siswa Kelas IV SDN No.76/I
Sungai Buluh” ,hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan motivasi
belajar siswa dengan nilai rata-rata 56,31 dalam kategori cukup tinggi pada
siklus I, dan meningkat pada siklus II dengan skor rata-rata menjadi 71,05.
Dari siswa yang tuntas belajar 13 siswa pada siklus I menjadi 18 siswa pada
siklus kedua. Hal ini menunjukkan kelengkapan klasik 68,42% pada siklus I
dan 94,73% pada siklus kedua. Terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II
karena peningkatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi serta
anggota kelompok mengubah setiap siklus. Ini menunjukkan hasil dari upaya
pemulihan proses pembelajaran untuk meningkatkan motivasi siswa dan
hasil belajar dengan menggunkan model pembelajaran picture and picture.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan
model pembelajaran picture and picture untuk meningkatkan motivasi dan
pembelajaran ilmu Sains dari rantai makanan pada siswa kelas IV SDN 76 /
I Sungai Buluh.
Berdasarkan kajian penelitian diatas, penggunaan metode pembelajaran
picture and picture dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Dengan
mengacu pada penelitian diatas maka dilakukan penelitian dengan judul
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam
Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Picture And Picture Pada Siswa Kelas
II SD N Gendongan 01 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.
22
2.5. Kerangka Berpikir
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar
siswa pada pembelajaran IPA, yang dalam pelaksanaannya siswa disuruh
untuk menempelkan gambar tentang pertumbuhan hewan sesuai dengan
urutannya.
Dengan langkah-langkah model pembelajaran picture and picture, proses
belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan dan siswa menjadi lebih
tertarik, terlibat dan lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran
sehingga hasil belajar menjadi meningkat.
Siswa yang lebih cepat menangkap materi pelajaran mengajari siswa yang
lambat, sehingga terjadi tutor sebaya selama proses pembelajaran.
23
Skema Kerangka Berpikir
KONDISI
AWAL
Guru :Belum
menggunakan
model picture and
picture dalam
Pembelajaran
Siswa :Banyak siswa yang
mendapat nilai di bawah
KKM
Kurangnya motivasi siswa
dalam pembelajaran
Siklus I
TINDAKAN
Menggunakan
model picture and
picture
Menggunakan model
picture and picture
Pembelajaran) pada
kegiatan awal
Siklus II
Menggunakan model
picture and picture
pada kegiatan inti
KONDISI
AKHIR
Diduga Penggunakan model pembelajaran picture
and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa
Kelas II di SD Negeri Gendongan 01 pada mata
pelajaran IPA materi mengidentifikasi perubahan
yang terjadi pada hewan dan tanaman
24
2.6. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori dan kerangka berpikir
diatas, maka peneliti dapat merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
Melalaui penerapan model pembelajaran
picture and picture dapat
meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas II SD Negeri
Gendongan 01 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga semester II tahun pelajaran
2013/2014.
25
Download