analisis komunikasi partisipasi pada

advertisement
ANALISIS KOMUNIKASI PARTISIPASI PADA PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERBAIKAN GIZI
(Studi Kasus Kelompok Gizi Masyarakat Pulokerto Kota Palembang)
ALI ALAMSYAH KUSUMADINATA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Komunikasi Partisipasi
pada Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Perbaikan Gizi (Studi Kasus
Kelompok Gizi Masyarakat Pulokerto Kota Palembang) adalah karya saya dengan
arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari
karya tulis yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Bogor, Juli 2012
Ali Alamsyah Kusumadinata
NIM I352080021
ABSTRACT
ALI ALAMSYAH KUSUMADINATA. ANALYSIS OF PARTICIPATORY
COMMUNICATION IN COMMUNITY EMPOWERMENT THROUGH
PROGRAM NUTRITION INTERVENTION (Case Study at Kelompok Gizi
Masyarakat Pulokerto Palembang City). Under the supervision of SARWITITI
SARWOPRASODJO and NINUK PURNANINGSIH.
Nutrition intervention through community empowerment program aims to
empower improve people's nutrition. this research was done in the district of
Pulokerto, Palembang city. The aims of this research were (1) to analyze the
meaning of the personal factor in nutrition improvement program, (2) to analyze
the group dynamics that occur in nutrition improvement program, (3) to analyze
the participatory communication that takes place in the nutrition program. This
research was conducted with qualitative methods used the instrumental case study
approach. Data was collected by interviewing the participant involved,
participating observation and documentation. The results showed that (1) the
influence of personal factors in the empowerment program to improve nutrition
and motivational factors, affected the perception of community involvement in the
program. (2) Factors affecting the dynamics of group empowerment program of
activities to improve nutrition, looked at cohesion, leadership and role within the
group. (3) The communication mode of participation that occur using monologues
and dialogues in the success of nutrition improvement program on community
empowerment.
Keywords: participatory communication, dynamic group, personal factors
RINGKASAN
ALI ALAMSYAH KUSUMADINATA. Analisis Komunikasi Partisipasi Pada
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Perbaikan Gizi (Studi Kasus
Kelompok Gizi Masyarakat Pulokerto Kota Palembang). Dibimbing oleh
SARWITITI SARWOPRASODJO dan NINUK PURNANINGSIH.
Pembangunan manusia adalah suatu proses menuju perubahan kearah yang
lebih baik dimana hidup lebih sehat, lebih berpendidikan, dan dapat menikmati
standar hidup yang layak. Pembangunan Indonesia menempati peringkat 124 dari
187 negara yang didasarkan dari hasil riset United Nations Development
Programme (UNDP) tahun 2011. Hal ini dipengaruhi tiga faktor, yaitu harapan
hidup, kesehatan, pengetahuan dan standar hidup atau pendapatan perkapita. Oleh
karena itu peningkatan mutu sumber daya manusia merupakan fokus dari sebuah
pembangunan. Program Nutrition Intervention Through Community
Empowerment (NICE) yang berlatar belakang kesehatan keluarga dimana
program tersebut dianggarkan dari kerja sama Asian Develompment Bank dengan
pemerintah dalam bentuk atau proyek program perbaikan gizi yang berbasis
pemberdayaan masyarakat.
Prinsip dari program NICE adalah akses,
keterbukaan, partisipasi dan kelembagaan. Program tersebut menggunakan
konsep komunikasi yang berbasis partisipasi dalam menggerakkan program.
Program yang berjalan selama ini menggunakan konsep yang sama namun setelah
pelaksanaan program mengalami ketimpangan dengan penggunaan komunikasi
yang tidak merata sebagaimana prinsip dari komunikasi partisipasi adanya
keselarasan dalam program. Keberhasilan program pembangunan dalam program
pembangunan yang berbasis pemberdayaan dari sejumlah penelitian terdahulu
tidak terlepas dari pelaksana program di lapangan baik oleh karakteristik personal
maupun dinamika kelompok dari pelaksanaan program dalam menggerakkan
program. Oleh karena itu, penelitian ini untuk melihat pemaknaan dari sebuah
program pembangunan, dinamika kelompok yang terjadi di lapangan serta
komunikasi partisipasi yang terjadi dalam proses interaksi pada sebuah program
yang berbasis pemberdayaan.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian tersebut menggunakan
pendekatan kualitatif dimana peneliti menggali informasi dengan langsung
berinteraksi dalam kegiatan program. Data yang digunakan adalah pertama data
primer yang merupakan data langsung dari informan. Kedua data sekunder yang
merupakan data yang diperoleh dari instansi terkait, media massa dan artikel
ilmiah. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara,
pengamatan berperan serta terbatas serta dokumentasi. Data diolah dengan
menggunakan teknik model interkatif Huberman. Data diperoleh dan
dikelompokkan dalam kategori serta direduksi ataupun diverivikasi lalu
disimpulkan sesuai dengan tujuan penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor personal kelompok dalam
Proses komunikasi perlu diperhatikan dalam memulai sebuah komunikasi
program pembangunan. Proses komunikasi tercipta oleh adanya pemaknaan yang
sama dengan memberikan pendekatan dan arahan yang jelas terhadap suatu
program. Komunikasi yang dibangun dalam program tersebut dapat menciptakan
komunikasi yang kongruen dan konvergen. Informasi yang diperoleh dari
informan menunjukkan bahwa persepsi dan motivasi yang sama terhadap program
dapat membangun sebuah komunikasi partisipiasi dalam program pembangunan.
Persepsi dan motivasi ini dibangun oleh interaksi yang berulang dalam peristiwa
yang berbeda dalam konteks program pembangunan. Peristiwa komunikasi
pembangunan tersebut dalam bentuk pelaksanaan program baik pada tahap
perencanaan berupa pembentukan kelompok, pelaksanaan berupa rapat kerja
kelompok dan pelaksanaan rencana kelompok, monitoring dan evaluasi pada saat
sosialisasi hasil kerja kelompok. Faktor personal yang dibangun masing-masing
informan berbeda-beda pengertian namun memiliki satuan pemaknaan yang sama
dalam menjalankan program.
Faktor dinamika kelompok yang terjadi dalam program pemberdayaan
mempengaruhi peristiwa komunikasi partisipasi pada program pemberdayaan gizi
masyarakat. Faktor dinamika kelompok yang dimaksud adalah proses pelaksanaan
kegiatan program yang diukur dari kekompakan, kepemimpinan dan peranan yang
dilakukan dalam kelompok progran. Program yang dijalankan sesuai dengan
tupoksi yang diharapkan meskipun hasil yang dicapai belum mampu
memberdayakan masyarakat secara langsung. Proses pemberdayaan
membutuhkan waktu yang panjang dan tidak dapat dilakukan dengan instan.
Komunikasi partisipasi yang terjadi adalah komunikasi yang berbasis
program. Komunikasi ini berbentuk komunikasi yang terdiri dari dialog dan
gabungan monolog dan dialog. Komunikasi yang monolog dan dialog terjadi
dalam peristiwa komunikasi pada tahap pembentukan kelompok, rapat kerja
dalam kelompok, sosialisasi hasil kegiatan kelompok. Kegiatan komunikasi yang
dialog pada pelaksanaan bersifat fungsional dimana menjalankan fungsi yang
telah direncanakan bersama. Komunikasi monolog dan dialog pada tahap
pembentukan kelompok bersifat informatif dan interaktif. Tahapan rapat kerja
kelompok menggunakan komunikasi yang bersifat informatif dan konsultatif.
Berbeda dengan tahapan sosialisasi kerja kelompok bersifat interaktif dan
konsultatif. Perbedaan ini didasarkan oleh peristiwa yang terjadi dalam interaksi
kelompok. Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah perlunya
diperhatikan dalam setiap peristiwa komunikasi program yang terjadi dalam
program perbaikan gizi yaitu karakteristik personal seseorang dalam membangun
komunikasi yang konvergen sehingga minat yang dimunculkan sesuai dengan
arahan pembangunan yang dilakukan dan perlunya mengefektifkan dinamika
kelompok diantara anggota sehingga komunikasi yang dilakukan tepat sasaran
dengan mengembangkan komunikasi yang multitrack agar komunikasi jelas dan
memiliki kesenangan yang sama.
Kata Kunci : Komunikasi partisipasi, karakteristik personal, dinamika kelompok
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak cipta dilindungi Undang-undang :
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik
atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISIS KOMUNIKASI PARTISIPASI PADA PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERBAIKAN GIZI
(Studi Kasus Kelompok Gizi Masyarakat Pulokerto Kota Palembang)
ALI ALAMSYAH KUSUMADINATA
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis :
Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS
Judul Tesis
Nama
: Analisis Komunikasi Partisipasi Pada Pemberdayaan
Masyarakat Melalui
Program Perbaikan Gizi
(Studi Kasus Kelompok Gizi Masyarakat Pulokerto Kota
Palembang)
: Ali Alamsyah Kusumadinata
NRP
: I352080021
Program Studi
: Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
(KMP)
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS
Ketua
Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si
Anggota
Diketahui
Koordinator Program Studi
Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan
Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS
Tanggal Ujian : 6 Juni 2012
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada
waktunya sesuai dengan harapan dan keinginan penulis. Selesainya karya ilmiah
ini tak terlepas dari bimbingan, perhatian dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan rasa hormat kepada :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS selaku ketua komisi pembimbing yang
senantiasa memberikan bimbingan serta petunjuk kepada penulis yang
bersifat membangun.
Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si selaku pembimbing ke II yang selalu
memberikan arahan dan bimbingan serta dukungan dalam penelitian ini.
Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku ketua program studi komunikasi
pembangunan pertanian dan pedesaan yang memberikan dukungan.
Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS selaku penguji luar komisi yang memberikan
dorongan dan masukan kepada penulis.
Pemerintah Kecamatan Gandus, Dinas Kesehatan Kota Palembang,
Kelurahan Pulokerto, Puskesmas Gandus dan Masyarakat Gandus yang telah
bersedia membantu proses kelancaran serta dijadikan obyek penelitian.
Kupersembahkan kepada kedua orang tuaku (Abdul Hamid dan Tri Ratna),
adikku (Muhamad Yusuf) dan istriku (Astrid Sri Wahyuni Sumah) selalu
memberikan inspirasi dan motivasi serta kasih sayang kepada penulis.
Seluruh teman di Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan yang
telah memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis, saya ucapkan terima
kasih semuanya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam karya ilmiah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan. Amin.
Bogor,
Juli 2012
Ali Alamsyah Kusumadinata
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tembilahan, Riau pada tanggal 03 November 1984
dari Ayah Abdul Hamid dan Ibu Tri Ratna. Penulis merupakan putra pertama dari
dua bersaudara.
Tahun 2002 penulis lulus dari SMA Bina Warga I Palembang dan pada
tahun yang sama lulus seleksi masuk penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya dan menamatkannya pada tahun 2007.
Pada tahun 2008, penulis melanjutkan studi ke Program Pascasarjana IPB pada
mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP) dengan sumber
pendanaan sendiri. Penulis menyelesaikan pendidikan strata dua (S2) pada tahun
2012. Penulis pernah aktif di beberapa kegiatan organisasi KAHMI cabang
Palembang, Ikatan Alumni UNSRI serta Organisasi Himpunan Mahasiswa
Muslim Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (Himmpas IPB), Forum Mahasiswa
Pascasarjana (WACANA) IPB Bogor, Dewan Perwakilan Mahasiswa
Pascasarjana (DEMA).
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................
xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
xviii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
xix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..........................................................................................
Rumusan Masalah .....................................................................................
Tujuan Penelitian .......................................................................................
Manfaat Penelitian .....................................................................................
1
3
4
4
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi Pembangunan ........................................................................
Komunikasi Partisipasi ..............................................................................
Komunikasi Partisipasi pada Pemberdayaan Masyarakat .........................
Komunikasi Kelompok .............................................................................
Faktor Karakteristik Personal Kelompok ..................................................
Persepsi ..............................................................................................
Motivasi ..............................................................................................
Faktor Dinamika dalam Kelompok ...........................................................
Kekompakan ......................................................................................
Kepemimpinan ...................................................................................
Peranan ...............................................................................................
Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Perbaikan Gizi ...................
Tujuan dan Sasaran Program Perbaikan Gizi .....................................
Organisasi Pelaksana Program Perbaikan Gizi ..................................
Kegiatan Komunikasi Program Perbaikan Gizi .................................
Mekanisme Kegiatan Program Perbaikan Gizi ..................................
State of the Arts Hasil Penelitian ........................................................
5
9
14
15
18
18
19
21
21
22
22
23
23
24
26
26
27
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran ..................................................................................
Definisi Konseptual ...................................................................................
Hipotesis Pengarah ....................................................................................
31
33
35
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian .......................................................................................
Tempat dan Waktu Kajian .........................................................................
Jenis Teknik Pengumpulan Data ...............................................................
Sumber Data dan Validitas Data ...............................................................
Pengolahan dan Analisis data ....................................................................
37
39
39
41
43
Halaman
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Objek Penelitian .........................................................................
Letak Geografis dan Administrasi ........................................................
Keadaan Demografis ............................................................................
Aktivitas Keagamaan, Pendidikan dan Kesehatan................................
Perhubungan dan Komunikasi ..............................................................
Program Perbaikan Gizi dalam KGM Pulokerto..........................................
Tujuan Program Perbaikan Gizi ...........................................................
Organisasi Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi .................................
Sasaran Penerima Program Perbaikan Gizi ..........................................
Strategi Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi .....................................
Deskripsi Peristiwa Komunikasi pada Program Pemberdayaan Perbaikan
Gizi Masyarakat ...........................................................................................
Pertemuan Pembentukan Kelompok Kerja ..........................................
Pertemuan Rapat Kerja Kelompok .......................................................
Pelaksanaan Kegiatan Kelompok Gizi Masyarakat ............................
Sosialisasi Kegiatan Kelompok Gizi Masyarakat ................................
Setting Komunikasi pada Program Pemberdayaan Perbaikan Gizi
Masyarakat ...................................................................................................
Faktor Personal Partisipan dalam Pemaknaan Kegiatan Program
Perbaikan Gizi Masyarakat ..........................................................................
Informan An, Anggota KGM dan Kader Posyandu .............................
Informan Hd, Ketua Pokja PKK dan Sekretaris KGM .........................
Informan Zr, Petugas Penyuluh Kesehatan dan DTT Program NICE
Informan Md, Tokoh Masyarakat dan Bendahara NICE-KGM
Pulokerto ...............................................................................................
Informan Ad, Fasilitator Masyarakat Program NICE Kecamatan
Gandus ..................................................................................................
Ikhtisar ..................................................................................................
Faktor Dinamika Kelompok dalam Program Pemberdayaan Perbaikan
Gizi Masyarakat ...........................................................................................
Kekompakan dalam Kelompok ............................................................
Kepemimpinan dalam Kelompok .........................................................
Peranan dalam Kelompok .....................................................................
Ikhtisar ..................................................................................................
Analisis Komunikasi Partisipasi pada Program Perbaikan Gizi
Masyarakat ...................................................................................................
Pembentukan Kelompok dalam Program Perbaikan Gizi ....................
Rapat Kerja Kelompok dalam Program Perbaikan Gizi .......................
Pelaksanaan Kerja Kelompok dalam Program Perbaikan Gizi ............
Sosialisasi Kegiatan Kelompok dalam Program Gizi Masyarakat ......
Ikhtisar ..................................................................................................
Implikasi Teoritis: Komunikasi Personal dan Dinamika Kelompok dalam
Upaya Membangun Komunikasi Partisipasi dalam Pembangunan ............
45
45
46
48
49
51
51
52
52
52
55
55
63
69
71
76
79
80
82
85
88
90
93
96
96
101
103
106
112
112
115
118
199
120
124
Halaman
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ..................................................................................................
Saran ............................................................................................................
127
128
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
129
LAMPIRAN ....................................................................................................
133
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Konsep pendekatan komunikasi pembangunan.............................................
8
2 State of the arts penelitian komunikasi partisipasi .......................................
27
3 Teknik pengumpulan data dalam satuan peristiwa .......................................
41
4
Sumber data informan penelitian .................................................................
42
4
Orbitasi jarak dan waktu tempuh di Kelurahan Pulokerto ...........................
46
5
Persentase tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Pulokerto ...............
47
6
Rangkaian kegiatan komunikasi pada program pemberdayaan perbaikan
gizi ...............................................................................................................
75
7
Pemaknaan faktor personal yang melekat pada An .....................................
82
8
Pemaknaan faktor personal yang melekat pada Hd .....................................
85
9
Pemaknaan faktor personal yang melekat pada Zr ......................................
88
10 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada Md .....................................
90
11 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada Ad .....................................
92
12 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada informan ...........................
94
13 Tanggapan informan terhadap peristiwa dinamika kelompok pada
program pemberdayan perbaikan gizi masyarakat ......................................
108
14 Pendekatan komunikasi partisipasi dalam peritistiwa program perbaikan
gizi masyarakat ...........................................................................................
126
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Kerangka pemikiran penelitian........................................................................
33
2 Proses analisis data..........................................................................................
44
3 Siklus kegiatan program perbaikan gizi..........................................................
54
4 Setting rapat di Kelurahan Pulokerto ..............................................................
76
5 Setting rapat di kediaman rumah ....................................................................
77
6 Setting rapat di Puskesmas Gandus ................................................................
78
7 Hubungan komunikasi partisipasi (monolog dan dialog) terhadap faktor
personal dan dinamika kelompok ..................................................................
122
8 Hubungan komunikasi partisipasi (dialog) terhadap faktor yang
mempengaruhi pada KGM Pulokerto ...........................................................
123
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Peta lokasi penelitian Kelurahan Pulokerto Kota Palembang ........................
135
2 Daftar panduan pertanyaan penelitian ............................................................
137
3 Dokumentasi pertemuan..................................................................................
141
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan manusia adalah suatu proses menuju perubahan kearah yang
lebih baik dimana hidup lebih sehat, lebih berpendidikan, dan dapat menikmati
standar hidup yang layak. Pembangunan Indonesia menempati peringkat 124 dari
187 negara yang didasarkan dari hasil riset United Nations Development
Programme (UNDP) tahun 2011. Hal ini dipengaruhi tiga faktor, yaitu harapan
hidup, kesehatan, pengetahuan dan standar hidup atau pendapatan perkapita. Oleh
karena itu peningkatan mutu sumber daya manusia merupakan fokus dari sebuah
pembangunan.
Peranan komunikasi dalam pembangunan merupakan sebuah syarat
majunya sebuah bangsa. Tanpa sebuah komunikasi dalam sebuah program
pembangunan tidak memiliki arti dalam berbangsa. Arti sebuah komunikasi dalam
pembangunan merupakan sebuah perubahan baru bagi pembangunan di Indonesia.
Program-program yang berbasis masyarakat lebih dikedepankan dengan lahirnya
beberapa program yang berbasis partisipatif. Pentingnya sebuah program yang
berbasis partisipatif merupakan salah satu fungsi dari komunikasi partisipasi. Oleh
karena itu, komunikasi partisipasi yang merupakan bentuk antitesa dari
komunikasi bersifat top down.
Komunikasi partisipasi merupakan bentuk strategi program pembangunan
yang melibatkan masyarakat dalam pembangunan. Masyarakat diajak dalam
memahami permasalahan yang terjadi dan melibatkan dalam perencanaan hingga
pelaksanaan pembangunan. Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan baik
berupa monitoring dan evaluasi juga menjadi bagian penting pembangunan.
Sejumlah kasus yang telah bergulir dari program pembangunan menggunakan
strategi komunikasi partisipasi dalam menggerakkan pembangunan tersebut.
Salah satunya adalah Program Kelompok Gizi Masyarakat yang merupakan
program yang dikelola oleh pemerintah bekerja sama dengan masyarakat luar
negeri dalam upaya memperbaiki gizi masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat lokal. Program perbaikan gizi tersebut dikelola secara partisipasi oleh
masyarakat sehingga mampu berperan aktif dalam setiap program kegiatan yang
2
memfokuskan pada bidang perbaikan gizi keluarga dan masyarakat dengan
pendekatan kelompok dan massa.
Program serupa yang berbasis masyarakat telah banyak menghiasi kegiatan
pembangunan salah satunya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM). Muchlis (2009) menemukan bahwa program PNPM yang berbasis
masyarakat masih terkooptasi oleh kepentingan pemerintah. Hal ini didukung
oleh Zainuri (2005) menyatakan Program Pengembangan Kecamatan (PPK)
sekarang berganti nama dengan PNPM belum berhasil memberdayakan keluarga
miskin. Selain itu, Muchtar (2007) menyatakan bahwa tidak terjadi sebuah proses
pemberdayaan dalam implementasi P2KP yang saat ini berubah nama menjadi
PNPM. Akan tetapi sebaliknya, Solihin (2005) mengungkapkan bahwa
keberhasilan dari program P2KP di Kota Depok memiliki temuan berbeda,
terdapat
peningkatan
pada
aspek
ekonomi
sebesar
60%
penambahan
kesejahteraan, terciptanya interaksi antar kelompok dan fasilitator yang harmonis
serta peningkatan sarana dan prasarana.
Program pemberdayaan yang berbasis kelompok merupakan strategi
program pembangunan sehingga komunikasi yang dilakukan menjadi sebuah
solusi bersama menghadapi masalah yang dirasakan. Pendekatan kelompok dan
personal dengan menggunakan isu komunikasi partisipasi dalam sebuah
pemberdayaan tidak hanya dilakukan pada program besar namun, pada program
yang beraspek kecil menggunakan pendekatan kelompok. Strategi komunikasi
yang digunakan dikenal dengan komunikasi partisipasi. Komunikasi partisipasi
merupakan komunikasi yang terjadi antar pemegang kekuasaan dan penerima
kekuasaan duduk bersama secara bersama dengan prinsip saling keterbukaan dan
kemerdekaan dalam setiap otonom individu, sehingga tercipta partisipasi yang
diharapkan dari sebuah komunikasi.
Komunikasi partisipasi merupakan proses penyampaian pesan melalui
kebebasan berbicara dalam setiap otonom individu. Hasil penelitian terdahulu
menunjukkan pentingnya
komunikasi
partisipasi
dalam setiap program.
Mulyasari (2009) berpendapat bahwa komunikasi partisipasi memiliki hubungan
terhadap kepuasan dan partisipasi masyarakat dalam keberhasilan pelaksanaan
program. Yusron (2011) menunjukkan bahwa komunikasi partisipasi melibatkan
3
masyarakat secara lokal sehingga pemahaman dan kemampuan masyarakat
terhadap program menjadi faktor yang memiliki pengaruh terhadap keberhasilan
sebuah program. Adapun Saputra (2011) menambahkan bahwa perilaku
komunikasi partisipasi sangat ditentukan oleh karakteristik pelaku serta peran
pelaku di dalam sebuah penyampaian program pembangunan.
Program Nutrition Intervention Through Community Empowerment (NICE)
yang berlatar belakang kesehatan keluarga dimana program tersebut dianggarkan
dari kerja sama Asian Develompment Bank dengan pemerintah dalam bentuk atau
proyek program perbaikan gizi yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Prinsip
dari program NICE adalah akses, keterbukaan, partisipasi dan kelembagaan.
Sehingga program tersebut menggunakan konsep komunikasi yang berbasis
partisipasi dalam menggerakkan program.
Banyak program yang berjalan
menggunakan konsep yang sama namun setelah pelaksanaan program mengalami
ketimpangan dengan penggunaan komunikasi yang tidak merata sebagaimana
prinsip dari komunikasi partisipasi adanya keselarasan dalam program.
Keberhasilan program pembangunan dalam program pembangunan yang berbasis
pemberdayaan dari sejumlah penelitian terdahulu tidak terlepas dari pelaksana
program di lapangan baik oleh karakteristik personal maupun dinamika kelompok
dari pelaksanaan program dalam menggerakkan program. Oleh karena itu, Penulis
tertarik melakukan kajian untuk melihat pemaknaan dari sebuah program
pembangunan, dinamika kelompok yang terjadi di lapangan serta komunikasi
partisipasi yang terjadi dalam proses interaksi pada sebuah program yang berbasis
pemberdayaan.
Rumusan Masalah
Komunikasi
pemberdayaan.
partisipasi
Keterlibatan
adalah
bagian
masyarakat
dalam
dari
strategi
program
komunikasi
adalah
bentuk
pemberdayaan yang partisipatif. Sehingga penelitian ingin melihat program
perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat yang merupakan basis
pemberdayaan secara partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat. Sehingga
menarik bagi peneliti untuk melihat faktor yang menjadi pengaruh dalam
komunikasi partisipasi itu sendiri. Secara spesifik penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut:
4
1. Bagaimanakah faktor personal memaknai program perbaikan gizi masyarakat?
2. Bagaimanakah dinamika kelompok yang terjadi dalam program perbaikan
gizi?
3. Bagaimanakah proses komunikasi partisipasi yang terjadi di dalam program
perbaikan gizi masyarakat?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang terdapat pada
rumusan masalah. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dan
menganalisis
fenomena
komunikasi
partisipasi
dalam
sebuah
program
pembangunan. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis
faktor personal dalam memaknai program perbaikan gizi
masyarakat.
2. Menganalisis dinamika kelompok yang terjadi di dalam program perbaikan gizi
masyarakat.
3. Mengkaji proses komunikasi partisipasi yang berlangsung di dalam program
perbaikan gizi masyarakat.
Manfaat Penelitian
1. Memberikan sumbangan pemikiran kepada ilmu pengetahuan khususnya
dibidang ilmu komunikasi dalam pelaksanaan program pemberdayaan
masyarakat.
2. Memberikan sumbang saran bagi dunia kepraktisian pada pekerja sosial
khususnya Dinas Kesehatan, Lembaga Masyarakat untuk dapat mengambil
kebijakan dan menerapkan program pembangunan secara umum, khususnya
program pembangunan perdesaan.
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi Pembangunan
Komunikasi pembangunan merupakan komunikasi yang bertujuan untuk
melaksanakan rencana pembangunan suatu negara. Kegiatan komunikasi untuk
perubahan sosial yang berencana. Komunikasi pembangunan dimaksudkan untuk
secara sadar meningkatkan pembangunan yang manusiawi. Kegiatan komunikasi
pembangunan adalah kegiatan yang mendidik dan memotivasi masyarakat.
Tujuan komunikasi pembangunan adalah menanamkan gagasan-gagasan, sikap
mental dan mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan oleh suatu negara
berkembang. Aspek komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi
komunikasi sebagai aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik diantara semua
pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan terutama antara masyarakat dan
pemerintah. Sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian terhadap
pembangunan (Ardianto & Harun 2011).
Schramm (1964) merumuskan tugas pokok komunikasi dalam suatu
perubahan sosial yaitu: (1) Menyampaikan informasi tentang pembangunan
nasional kepada masyarakat agar dapat memusatkan perhatian pada kebutuhan
akan perubahan, kesempatan dan cara mengadakan perubahan, sarana-sarana
perubahan, dan membangkitkan aspirasi nasional; (2) Memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk mengambil bagian secara aktif dalam proses pembuatan
keputusan, memperluas dialog agar melibatkan semua pihak yang membuat
keputusan mengenai perubahan, memberi kesempatan kepada para pemimpin
masyarakat untuk memimpin dan mendengarkan pendapat rakyat kecil, serta
menciptakan arus informasi yang berjalan lancar dari bawah ke atas; (3) Mendidik
tenaga kerja yang diperlukan dalam pembangunan yang mendukung proses untuk
mengubah hidup masyarakat.
Effendy (2001) komunikasi pembangunan merupakan proses penyebaran
pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada khalayak guna mengubah
sikap, pendapat dan perilakunya dalam rangka meningkatkan kemajuan lahiriah
dan kepuasan batiniah, yang dalam keselarasannya dirasakan secara merata oleh
seluruh rakyat. Strategi yang ditekankan adalah perlunya sosialisasi pembangunan
6
kepada seluruh para pelaku pembangunan daerah dan masyarakat secara umum
melalui berbagai media yang strategis.
Jamias FJ (1975) menyatakan bahwa
tujuan dari sebuah komunikasi
pembangunan adalah untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan dengan
sasaran yang diharapkan adalah sekelompok massa dengan tingkat literasi dan
penghasilan rendah dengan atribut sosial ekonomi. Oleh sebab itu, mereka harus
berubah dengan adanya keterbukaan informasi dan motivasi untuk menerima serta
memanfaatkan ide-ide dan keterampilan yang belum pernah diketahui dalam
waktu singkat dibanding proses yang diambil dalam keadaan normal.
Agar komunikasi pembangunan lebih berhasil mencapai sasarannya serta
menghindari bias pembangunan maka, Rogers (1985) mengungkapkan perlunya
sebuah prinsip-prinsip dalam komunikasi pembangunan yaitu: (1) Penggunaan
pesan yang dirancang khusus untuk khalayak yang spesifik; (2) Pendekatan
ceiling effect yaitu dengan mengkomunikasikan pesan-pesan kepada khalayak
yang benar-benar berkepentingan tersebut memiliki kesempatan untuk mengejar
ketertinggalannya dan dengan demikian dapat mempersempit jarak efek
komunikasi bagi khalayak yang tidak dituju; (3) Penggunaan pendekatan dengan
melokalisasi penyampaian pesan bagi kepentingan khalayak, Lokalisasi tersebut
disesuaikan dengan situasi kesempatan dimana khalayak berada; (4) Pemanfaatan
saluran tradisional yaitu berbagai bentuk pertunjukkan rakyat yang sejak lama
memang berfungsi sebagai saluran pesan yang akrab dengan masyarakat setempat;
(5) Pengenalan para pemimpin opini dikalangan lapisan masyarakat yang
berkekurangan
dan
meminta
bantuan
mereka
untuk
membantu
mengkomunikasikan pesan-pesan pembangunan; (6) Mengaktifkan keikutsertaan
agen-agen perubahan yang berasal dari kalangan masyarakat sendiri sebagai
petugas lembaga pembangunan yang beroperasi dikalangan rekan sejawat mereka
sendiri; (7) Menciptakan dan membina cara-cara atau mekanisme bagi
keikutsertaan khalayak sebagai pelaku pembangunan sejak dari tahapan
perencanaan hingga tahapan evaluasi.
Ardianto & Harun (2011) empat strategi dalam komunikasi pembangunan
yang sering digunakan dalam pembangunan ialah: (1) Strategi yang berdasarkan
media dimana strategi menggunakan media tertentu yang disukai, strategi tersebut
7
adalah teknik yang paling mudah, paling popular karena media digunakan sebagai
basis penyampaian pesan; (2) Strategi dengan menggunakan desain instruksional
dimana strategi yang biasa digunakan oleh para pendidik dalam memfokuskan
pesan pembangunan dengan pembelajaran kepada individu yang dituju lebih
kepada pendekatan sistem untuk pengembangan bahan material; (3) Strategi
partisipatori adalah strategi yang menggunakan pendekatan kepada kerjasama
komunitas dan pertumbuhan pribadi sehingga penekanannya adalah keikut sertaan
individu yang sederajat dalam proses berbagai pengetahuan dan keterampilan; (4)
Strategi pemasaran merupakan strategi yang sifatnya langsung kepada
masyarakat.
Tufte T & Paolo (2009) membagi sebuah strategi komunikasi pembangunan
dalam tiga konsep dalam pelaksanaannya yaitu: (1) Pendekatan difusi atau
monolog, konsep tersebut menekankan pada pemberian informasi kepada
masyarakat dengan menggunakan media ataupun katalisator dari masyarakat,
sasarannya adalah massa; (2) Pendekatan pelatihan, konsep yang ditekankan pada
informasi dan keterampilan hidup dimana model penerapan sistem dengan
pelatihan dua arah atau didaktik, Sasaran dari bentuk ini adalah kelompok yang
dilatih dengan pesan yang telah disusun berdasarkan kriteria yang hendak dicapai
oleh komunikator berdasarkan strategi dan jangka waktu yang telah ditetapkan;
(3) Pendekatan partisipasi atau dua arah dimana komunikasi yang dilakukan
melibatkan masing-masing pihak yang terkait dengan pendekatan kehidupan
sehari-hari dimana rekan kerja merupakan bagaian dari sasaran dalam program
pembangunan. Pembagaian strategi komunikasi pembungunan tersebut dapat
dilihat pada Tabel 1.
8
Tabel 1 Konsep pendekatan komunikasi pembangunan
Komunikasi
Pembangunan
Model Difusi (satu
arah/ komunikasi
monolog
Definisi
masalah
Rendahnya
informasi
Aspek budaya
Aspek media
Aspek
pendidikan
Model Diklat
Rendahnya
informasi
dan
keterampilan
Budaya
sebagai Budaya
sebagai
penghambat
pendukung
Diluar
Agen Kelompok kerja di
pembaharu
luar komunitas
Pendidikan Bank Keterampilan
(Bank Pedagogy)
hidup, didaktik
Aspek sasaran
Massa Khalayak Peserta pelatihan
yang pasif
Aspek pesan
Pesan
bersifat Materi
mengajak
pengalaman
Aspek hasil
Perubahan
perilaku
Dampak
Perubahan
perilaku
tampak
Jangka Waktu
Pendek
dan
Perubahan
perilaku,
aturan
sosial,
keterampilan ahli
Perubahan
yang perilaku individu
termasuk
keterampilannya
Pendek
Model Partisipatori
(dua arah/
komunikasi
dialogik)
Rendahnya
kerja
sama
antar
stakeholder
Budaya
sebagai
satuan hidup
Hubungan kerja di
dalam dan di luar
Media
didik
(Liberating
Pedagogy)
Partisipasi
Masyarakat/
stakeholder
Masalah sosial dan
pemecahannya,
dialog
Individu, perilaku
sosial, aturan sosial,
hubungan sosial
Hubungan
kerja
sama yang erat dan
menimbulkan
tidakan bersama
Pendek dan panjang
Sumber : Tufte T & Paolo (2009)
Schramm (1964) membagi atas tiga fungsi dari sebuah komunikasi
pembangunan yaitu: (1) Sebagai pemberi informasi, media massa merupakan
salah satu alat yang digunakan dalam penyampaian pesan pembangunan secara
cepat dan luas; (2) Pembuatan keputusan, setiap kelompok-kelompok di
masyarakat dapat segera melakukan koordinasi dengan berbagai pihak dan
menetapkan keputusan-keputusan yang berkenaan dalam pembangunan; (3)
Sebagai pendidik, masyarakat dapat diberikan secara langsung pendidikan yang
murah, cepat dan bermutu melalui fungsi komunikasi pembangunan.
9
Mardikanto (1987) menggarisbawahi empat peranan komunikasi dalam
proses pembangunan adalah: (1) Menerangkan kepada masyarakat tentang
identitas dirinya sendiri; (2) Memberikan aspirasi terhadap anggota masyarakat;
(3) Menunjukkan teknik atau alternatif yang dapat dilakukan; (4) Menerangkan
tentang alternatif yang dirasakan paling tepat oleh masyarakatnya untuk
melepaskan diri dari masalah yang dihadapi.
Komunikasi merupakan bagian dari proses perubahan dan pembaharuan
masyarakat, pembangunan membutuhkan kontribusi komunikasi, baik bagian dari
kegiatan masyarakat maupun sebagai ilmu yang terus berkembang dari waktu ke
waktu. Banyak proses pembangunan tidak mencapai sasarannya hanya karena
rendahnya frekuensi informasi dan komunikasi kepada masyarakat sehingga tidak
menimbulkan tingkat partisipasi yang mamadai. Padahal, partisipasi masyarakat
sangat diperlukan bagi usaha pencapaian tujuan pembangunan (Dilla 2007).
Komunikasi pembangunan diartikan sebagai sebuah perubahan berencana
yang dikehendaki melalui aktor-aktor pembangunan melalui sejumlah rangkaian
komunikasi. Perubahan tersebut menyangkut perubahan struktur komunitas dan
perubahan kebudayaan. Salah satu penyebab perubahan tersebut adalah karena
adanya penemuan baru (inovasi). Inovasi tersebut bisa saja berupa alat dan bisa
pula berupa ide baru. Komunikasi pembangunan berperan sebagai fasilitator
pembangunan dan mendiseminasikan ke dalam sistem sosial yang lebih luas.
Ringkasnya komunikasi pembangunan adalah pembangunan itu sendiri yang
menggerakkan kelompok, masyarakat dan negara untuk melakukan sebuah
perubahan di masyarakat.
Komunikasi Partisipasi
Prinsip dari sebuah komunikasi partisipasi adalah keterlibatan masyarakat
untuk aktif berdialog dalam sebuah kegiatan program pembangunan yang
direncanakan secara bersama dimulai dari tahap perencanaan hingga tahap
menikmati hasil secara bersama. Pertanyaan yang membantu kita untuk
memahami sebuah komunikasi partisipasi adalah apakah inti masalah yang terjadi,
apakah ada keterlibatan terhadap budaya, apa saja yang mempengaruhi masalah
tersebut, apa saja prinsip yang dipahami dan dipercaya oleh masyarakat,
siapasajakah stakeholder yang terlibat dan apakah peran masing-masing pihak
10
terkait tersebut, bagaimanakah komunikasi pesan tersebut disampaikan, apa
sajakah tujuan program serta bagaimanakah dampak yang dirsakan serta berapa
lamakah waktu yang digunakan untuk mencapainya. Setelah memperoleh jawaban
dari pertanyaan tersebut dapat membantu mengurutkan permasalahan dan menarik
solusi bersama. Hal tersebutlah dikategorikan komunikasi partisipasi. Prinsip
dasar dari komunikasi partisipasi adalah dialog, aspirasi (voices), media didik
(liberating pedagogy), serta aksi dan refleksi bersama (Tufte T & Paolo 2009)
Dialog merupakan sebuah bentuk komunikasi yang melibatkan dua orang
atau lebih yang membahas bersama masalah yang dihadapi. Dialog bersifat
membantu dalam sebuah penyelesaian bersama. Proses sebuah dialog melibatkan
semua pihak tanpa ada yang terkucilkan. Dialog adalah sebuah bentuk komunikasi
yang horizontal dimana melibatkan kelompok dalam sebuah pemecahan masalah
yang dihadapi dan berfikir reflektif untuk mengambil tindakan. Bahasan sebuah
dialog tidak hanya bersifat tataran informatif namun juga mengidentifikasi
masalah, menganalisisnya, serta menemukan solusi atas permasalahan yang
terjadi.
Aspirasi (voices) merupakan bentuk dari dukungan suara yang keluar dari
aktivitas komunikasi. Aspirasi yang berasal dari kata asingnya voice merupakan
bentuk inti dari dialog yang menghubungkan antara pihak-pihak yang saling
berkiatan dengan tujuan tersebut. Aspirasi diujarkan melalui pertemuan yang
sesuai dengan format kegiatannya. Salah satu bentuk penyaluran aspirasi adalah
dialog bersama. Aspirasi atau juga dikenal dengan usulan adalah bentuk pesan
yang disampaikan melalui forum bersama sehingga masalah yang terjadi dapat
terpecahkan dan dilakukan secara bersama.
Media didik (liberating pedagogy) merupakan bentuk cara komunikasi
yang dilakukan dalam sebuah dialog untuk membantu seseorang menyalurkan
aspirasinya dalam proses dialog. Penulis dalam hal ini mengartikan media didik
merupakan bentuk tipe sebuah media yang digunakan dalam proses komunikasi
yang melibatkan seseorang baik berasal dari luar ataupun dalam komunitas
kelompok tersebut. Pedagogi sendiri merupakan ilmu dan seni dalam mendidik.
Umumnya radio atau televisi sering dijadikan media dalam penyampaian aspirasi.
Media tersebut hanya sebatas saluran yang memberikan informasi kepada yang
11
belum memiliki informasi. Media didik merupakan tempat dimana partisipan
membangun kesepahaman bersama.
Freire membagi empat pilar yaitu love,
humulity, faith dan hope (red; cinta, santun, percaya dan harapan). Hasil dari
media tersebut terbentuknya pemahaman bersama dalam satuan aksi nyata. Media
didik diartikan sebagai pendidikan yang membebaskan yang merupakan tindakan
yang dipahami, bukan pengalihan informasi. media didik sejenis media atau
suasana belajar dimana objek yang dapat dipahami terhenti pada satu titik namun
menghubungkan dengan pelaku pemahaman yang saling berhadapan. Hubungan
komunikasi yang kontinu terjadi dalam suatu objek.
Aksi dari sebuah refleksi yang ditampilkan kembali dari aksi merupakan
hasil dari kegiatan proses dialog. Partisipasi merupakan bentuk dari peran serta
masyarakat langsung dalam memahami kehidupan. Sehingga masyarakat
merupakan bagian dari masalah yang mereka ketahui dan pahami serta
memberikan solusi. Kata kunci dari adalah adanya kesadaran yang timbul dari
proses reflektif sehingga adanya komitmen bersama dalam pelaksanaan aksinya.
Sehingga penting bagi seorang pemimpin untuk memahami konstituen terhadap
permasalahan yang dihadapi terhadap dinamika dialog untuk menyatukan
pandangan dalam satu komitmen bersama.
Pelaksanaan program komunikasi partisipasi memiliki fase dalam
pelaksanaannya. Fase tersebut terbagi atas empat yaitu: (1) Identifikasi dari
sebuah masalah komunikasi partisipasi yang terjadi (participatory communication
assessment) merupakan metode dan alat komunikasi yang digunakan untuk meninvestigasi dan merunut kondisi; (2) Desain strategi
komunikasi partisipasi
(participatory communicaton strategy design), hal ini didasarkan pada temuan
dari penelitian dan pendefinisian masalah untuk menyelesaikannya masalah yang
ada;
(3)
Implementasi
dari
aktivitas
komunikasi
(implementation
of
communication activities) merupakan sebuah eksekusi dari perencanaan yang
matang ke dalam tahapan realisasi; (4) Monitoring dan Evaluasi merupakan
program yang dipantau secara berkala hingga akhir.
Rahim (2004) membagi empat identifikasi program sesuai dengan
komunikasi partisipasi yaitu dialog, heteroglasia (keberagaman), poliponi
(kebebasan)
serta
karnafal
(kemerdekaan).
Dialog
adalah
komunikasi
12
transaksional dengan pengrim (sender) dan penerima (receiver) pesan saling
berinteraksi dalam suatu periode waktu tertentu hingga sampai pada maknamakna yang saling berbagi. Esensi dari dialog adalah mengenal dan menghormati
pembicara lain atau suara lain, sebagai subyek yang otonom, tidak lagi hanya
sebagai obyek komunikasi. Setiap orang memiliki hak yang sama untuk bicara
atau untuk didengar dan mengharap bahwa suaranya tidak akan ditekan atau
disatukan dengan suara orang lain. Heteroglasia adalah konsep yang menunjukkan
fakta bahwa sistem pembangunan selalu dilandasi oleh berbagai kelompok dan
komunitas yang berbeda-beda dengan berbagai variasi ekonomi, sosial dan faktor
budaya yang saling mengisi satu sama lain. Perbedaan berikutnya adalah pada
level aktivitas pembangunan, baik ditingkat nasional-lokal, makro-mikro, publicprivat, teknis-ideologis maupun informasional-emosional. Terkait dengan
berbagai perbedaan tersebut terdapat berbagai macam perbedaan bahasa dan pesan
atau komunikasi yang melibatkan berbagai peserta yang berbeda.
Poliponi adalah bentuk tertinggi dari suatu dialog, dimana suara-suara yang
tidak menyatu atau terpisah dan meningkat menjadi terbuka, memperjelas satu
sama lain dan tidak menutupi satu sama lain sehingga proses ini tercipta dari
sebuah proses dialog yang panjang dengan dan otonom. Karnaval merupakan
konsep dimana bagi terbangunnya variasi dari semua ritual seperti legenda,
komik, festival, permainan, parodi dan hiburan secara bersama-sama. Proses ini
dilakukan dengan tidak formal dan biasa juga diselingi oleh humor dan canda
tawa. Anggota komunitas didorong berpartisipasi dalam karnaval secara bebas.
Karnaval tidak memiliki sangsi resmi dan merupakan lawan dari sesuatu yang
serius dan otoratif dari negara, agama, politik dan doktrin-doktrin ekonomi.
Karnaval dalam pembangunan secara berdampingan saling mengartikulasikan
dan mengisi. Orang-orang hidup dengan karnaval sebelum dan selama mereka
hidup dengan pembangunan. Bahasa dan gaya dari komunikasi karnaval
berdasarkan pengalaman khalayak yang tidak termediasi, menggunakan kosakata
yang umum, fantastik dan berbau pengalaman dari mereka.
Tujuan komunikasi partisipasi sendiri lebih kepada memberikan kekuasaan
kepada masyarakat untuk membangun wilayahnya. Hal ini diharapkan terjadinya
pembangunan yang berorientasi bottom-up dimana masyarakat didorong untuk
13
berpartisipasi dalam aktivitas sebuah program pembangunan. Masyarakat sering
sekali ditekan hanya untuk dijadikan sebagai objek sebuah pembangunan dalam
sebuah tujuan proyek pembangunan dimana untuk mendapatkan kerja sama
formal dan nonformal yang lebih baik. Sehingga masyarakat kalangan bawah
diikutsertakan dalam aktivitas yang akan memenuhi kebutuhan konsumen barangbarang industri mereka dalam waktu jangka panjang. Oleh karena itu, Bordenave
menganggap salah satunya adalah partisipasi merupakan salah satu cara untuk
mengakhiri ketergantungan masa yang lebih besar terhadap pasar yang
dikendalikan oleh kaum elit atau penguasa tersebut (Melkote 1991).
Komunikasi
partisipasi
juga
memperkenalkan
sebuah
konsep
conscientization (kesadaran) dimana lebih banyak dialog dan berpusat pada
penerima serta menyentuh kepada kesadaran struktur sosial. Jalur komunikasi
yang digunakan dalam komunikasi yang berbasis masyarakat ini sifatnya mau
berbicara dan memahami satu sama lain. Komunikasi partisipatsi merupakan salah
satu bentuk strategi komunikasi yang digunakan sebagai alat untuk pembebasan
dari belenggu mental dan psikologis yang mengikat seseorang.
Temuan dari hasil penelitian, Muchlis (2009) menyatakan bahwa
komunikasi partisipasi yang dilakukan cenderung mengikuti arus keinginan dari
penyelenggara program sehingga hasil kegiatan lebih mengerjakan proyek tanpa
adanya internalisasi dalam sebuah pemberdayaan. Sehingga kemampuan
masyarakat dalam pengelolaan kegiatan tidak memiliki kredibilitas dikarenakan
intensitas komunikasi yang bersifat konvergensi yang cenderung lemah antara
pendamping dan masyarakat (Wahyuni 2006). Peran fasilitator sebagai
pendamping memiliki hubungan yang sangat erat kepada bentuk kegiatan, apakah
akan dilakukan secara monolog ataupun dialog.
Saputra (2011) menyatakan bahwa kegiatan komunikasi partisipasi akan
berlangsung sukses, dimana akses yang diberikan kepada masyarakat lebih
terbuka, terjadinya sebuah dialog dalam setiap pertemuan, serta format pertemuan
yang bersifat mengelaborasi permasalahan dan solusi bersama. Satriani (2011)
menyatakan keberhasilan dari sebuah komunikasi partisipasi terletak pada akses
yang sama sehingga menciptakan dialog yang terbuka terhadap setiap kegiatan
yang akan direncanakan bersama. Dialog yang terbuka membawa kepada setiap
14
partisipan akan memberikan kemampuannya untuk mengungkapkan suara-suara
yang berbeda dan menentukan sikap yang berbeda pula sehingga pertemuan itu
dijembatani dalam suatu kegiatan yang disesuaikan dengan kehendak partisipan.
Penelitian ini mendekatkan pemahaman bahwa komunikasi partisipasi terjadi
dengan prinsip adanya sebuah dialog bersama membahas permasalahan yang
sama, dimana memiliki suara-suara/ aspirasi dari setiap partisipan untuk bersuara
sehingga menghasilkan sebuah refleksi bersama dan aksi yang nyata dalam
sebuah kegiatan.
Komunikasi Partisipasi pada Pemberdayaan Masyarakat
Ife (1995) pemberdayaan merupakan sebuah proses dalam membantu
komunitas/ kelompok dengan sumberdaya, kesempatan, pengetahuan dan keahlian
untuk meningkatkan kapasitas komunitas/ kelompok sehingga dapat berpartisipasi
untuk menentukan kehidupan masa depan mereka. Proses pemberdayaan
melibatkan peran aktif keterlibatan masyarakat dalam menyusun langkah-langkah
program yang harus diselesaikan. Langkah-langkah tersebut adalah mengurutkan
kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat, membuat strategi komunikasi untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki, mengimplementasikan aktivitas komunikasi
pertahapan dan melakukan monitoring dan evaluasi dalam program.
Kegiatan pemberdayaan dalam sebuah program memiliki berbagai macam
cara untuk melakukan aksi program, Tufte & Paolo (2009) memberikan tiga cara
untuk melakukan komunikasi partisipasi dalam sebuah program: (1) Komunikasi
secara monologik dimana komunikasi yang dilakukan dengan penyampaian secara
langsung kepada masyarakat dengan menggunakan pendekatan instruksi dan atau
pengumuman, metode ini dilakukan dengan pendekatan yang berisfat massa dan
persuasif; (2) Komunikasi secara dialogik dimana komunikas yang dilakukan
dengan pelibatan masyarakat sebagai sumber dan penerima dalam menggerakkan
program yang digeluti, kegiatan ini melibatkan stakeholder dari pihak-pihak yang
terkait dari problematika yang dihadapi sehingga rumusan kegiatan dilakukan
dengan tahapan-tahapan yang telah disepakati bersama oleh sejumlah pihak yang
terkait di masyarakat; (3) Komunikasi secara gabungan dari monologik dan
dialogik atau multi tract, kegiatan ini dilakukan dengan menggabungkan sejumlah
komunikasi secara massa dan perkelompok dalam penyampaian pesan. Aktivitas
15
komunikasi mengkombinasikan penekanan kepada media sekunder dan primer
yang menitik beratkan pada interpersonal dan dialog kesejumlah masyarakat.
Kegiatan proses komunikasi partisipasi pada pemberdayaan dipengaruhi oleh
fleksibilitas dan adaptibilitas terhadap situasi yang beragam, sehingga tipe
komunikasi dapat didekatkan pada ketiga pendekatan tersebut.
Leeuwis (2003) membagi pendekatan komunikasi atas tiga kelompok yaitu:
(1) Pendekatan objektif atau transmisi dimana terdiri dari komunkator yang
mengirimkan pesan melalui saluran kepada komunikan; (2) Pendekatan subjektif
atau berorientasi pada penerima dimana penerima adalah fokus utama;
(3) Pendekatan jaringan sosial atau negosiasi yang merupakan gabungan dari
kedua model subjektif dan objektif, dimana melibatkan sistem lingkungan yang
berinteraksi dan tidak terpisahkan dari pengirim, pesan dan penerima.
Pemberdayaan masyarakat dalam sejumlah program memberikan ruang
kepada masyarakat untuk melakukan dialog secara bersama dalam memetakan
kegiatan program. Pemetaan sasaran yang dilakukan berfungsi sebagai tujuan
yang akan ditempuh sesuai dengan kehendak dan keinginan masyarakat. Muchlis
(1999) mensyaratkan dalam sebuah komunikasi partisipasi pada pemberdayaan
perlunya dialog dimana menampung semua saran dari semua lapisan sehingga
keinginan masyarakat sesungguhnya tidak terpecah belah oleh kepentingan
kelompok lain. Komunikasi yang dua arah melibatkan unsur sosial dan budaya
masyarakat sebagai aspek penting dalam pelaksanaannya. Jadi komunikasi
partisipasi pada pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan dengan pendekatan
dialog bersama secara terbuka dan mendengarkan aspirasi serta saran bersama
demi kepentingan komunitas/ kelompok untuk meningngkatkan kemampuan
dalam melakukan aksi dan refleksi terhadap permasalahan yang dihadapi.
Komunikasi Kelompok
Bungin (2009) komunikasi kelompok adalah
perpindahan pesan
yang
dilakukan lebih dari dua orang dalam satu komunitas/ kelompok melalui forum
bersama dalam membicarakan isu yang diangkat oleh kelompok untuk
menemukan satu kesepakatan bersama dalam melakukan aksi kelompok.
Komunikasi kelompok memiliki dua suku kata komunikasi dan kelompok. Berlo
16
(1960) Komunikasi adalah perpindahan pesan dari pemberi pesan ke penerima
pesan melalui media dan saluran tertentu sehingga memunculkan makna yan sama
bagi pemberi dan penerima. Sedangkan Vitayala (1995) kelompok didefinisikan
sebagai suatu sistem yang berarti suatu keadaan yang tersusun dari berbagai unsur
yang saling berkaitan dalam suatu ikatan keteraturan tertentu yang melakukan
beberapa proses tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk mewujudkan peranan
atau fungsinya dalam mencapai tujuan tertentu. Soekanto (1990) menjelaskan
bahwa kelompok adalah dua individu atau lebih berinteraksi secara tatap muka,
masing-masing
menyadari
keanggotaannya
dalam
kelompok,
menyadari
keberadaan anggota kelompok lainnya, dan menyadari saling ketergantungan
secara positif dalam mencapai tujuan bersama. Kelompok sosial memiliki empat
ciri antara lain: (1) Dorongan motif yang sama; (2) Reaksi-reaksi dan kecakapan
yang berlainan; (3) Penegasan struktur kelompok; (4) Penegasan norma-norma
kelompok.
Adler dan Rodman (Bungin 2009), elemen kelompok terdiri dari interaksi,
dimana masing-masing individu mempertukarkan pesan antar mereka dalam
sebuah satuan orang, waktu, sebuah kelompok mensyaratkan sebuah frekuensi
yang panjang sehingga membentuk ciri tersendiri. Ukuran dan jumlah dalam
sebuah kelompok, dan kemudian tujuan yang mengandung bahwa kelompok
akan membantu individu mencapai tujuan dan sebaliknya. Keberadaan kelompok
dicerminkan oleh adanya fungsi yang akan dilaksanakan. Fungsi tersebut
mencakup hubungan sosial, penididikan, persuasi, pemecahan masalah, dan
pembuatan keputusan serta fungsi terapi.
Shaw (1976) mengidentifikasi suatu kelompok merupakan suatu kumpulan
individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa
kepuasan satu sama lain, berinteraksi satu sama lain, dan berkomunikasi tatap
muka. Cathcart dan Samovar (1974) mendefinisikan kelompok merupakan
sebagai sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu
pertemuan yang bersifat tatap muka, dimana setiap anggota kelompok mendapat
kesan atau peningkatan antara satu sama lainnya, sehingga angota-anggota
kelompok tersebut dapat saling berinteraksi kepada sesama mereka dan saling
memberikan tanggapan.
17
Suharto (1997) terdapat beberapa jenis kelompok yang sering digunakan
sebagai media yaitu:
1. Kelompok percakapan sosial, kelompok tersebut merupakan kelompok terbuka
dan informal dan memiliki ciri tidak memiliki rencana kegiatan yang
dirumuskan secara jelas dan formal. Setiap anggota berhak mengusulkan untuk
menggantikan dengan yang lebih menarik. Tujuan utama dalam kelompok ini
adalah mencari kenalan atau sahabat baru dan tujuan tersebut tidak harus
menjadi tujuan dari kelompok.
2. Kelompok
rekreasi,
merupakan
kelompok
yang
bertujuan
untuk
menyelenggarakan kegiatan rekreatif atau latihan olah raga dan bersifat
spontanitas dan tidak memiliki pemimpin yang formal. Terbentuknya
kelompok tersebut merupakan keyakinan bahwasanya kegiatan tersebut dapat
membangun karakter yang dapat mencegah perilaku yang maladaptif.
3. Kelompok keterampilan rekreasi merupakan kelompok yang bertujuan
mengasah keterampilan tertentu dari para anggotanya dan juga memiliki
agenda rekreasi. Kelompok tersebut memiliki penasehat, pelatih serta memiliki
orientasi tugas yang lebih jelas.
4. Kelompok pendidikan kelompok tersebut memfokuskan kepada kemampuan
memperoleh keterampilan dan pengetahuan. Pimpinan kelompok berasal dari
kalangan profesional dan berfungsi sebagai pengajar atau pendidik.
5. Kelompok pemecahan masalah dan pembuatan keputusan merupakan
kelompok yang melibatkan baik klien/ penerima pelayanan maupun para
petugas pemberi pelayanan di suatu lembaga. Tujuan bergabungnya kelompok
tersebut adalah menemukan sumber-sumber baru dalam memenuhi kebutuhan
baru.
6. Kelompok mandiri merupakan kelompok relawan yang memiliki struktur
kelompok yang kecil dan memiliki tujuan yang sama dan masing-masing
anggota memiliki kecakapan yang spesifik. Kelompok tersebut melakukan
kegiatan
bersama
dengan
menemukenali
masalah
bersama
dan
memecahkannya baik secara peribadi, kelompok maupun secara sosial.
Kelompok sosialisasi merupakan kelompok yang mengembangkan atau
mengubah sikap dari perilaku para anggota kelompok agar lebih dapat diterima
18
secara sosial. Kelompok tersebut memfokuskan pada pengembangan
keterampilan sosial, peningkatan kepercayaan diri dan perencanaan masa
depan.
7. Kelompok penyembuhan merupakan kelompok yang beranggotakan memiliki
masalah personal dan emosional. Kelompok tersebut dibentuk untuk merubah
tingkah laku.
8. Kelompok sensitivitas merupakan kelompok pertemuan atau kelompok
pelatihan. Setiap anggota berinteraksi satu dengan yang lain secara mendalam
dan saling mengungkapkan masalahnya sendiri secara terbuka. Tujuan dari
kelompok ini untuk meningkatkan kesadaran interpersonal.
Sehingga dapat
disimpulkan bahwa komunikasi
kelompok adalah
komunikasi yang dilakukan dalam lingkup kelompok dengan mengedepankan
tujuan kelompok yang ingin dicapai melalui forum diskusi melalui norma atau
turan yang telah diatur oleh kelompok dalam mencapai sasaran yang dikehendaki
oleh kelompok. Komunikasi kelompok memiliki batasan waktu, jumlah, interaksi
dan tujuan dalam proses pertukaran pesan yang dilakukan antar anggota
kelompok.
Faktor Karakteristik Personal Kelompok
Karakteristik personal merupakan bentuk dari identitas diri dari masingmasing anggota kelompok. Karakteristik personal tersebut meliputi persepsi dan
motivasi anggota dalam mengikuti suatu kelompok.
Persepsi
Persepsi merupakan hal yang penting dalam komunikasi karena akan sangat
menentukan penerimaan pesan oleh penerima.
Mulyana (2005) mengartikan
persepsi merupakan inti dari komunikasi sedangkan penafsiran (interpretasi)
adalah inti dari persepsi. Persepsi akan menentuan seseorang berkomunikasi yang
efektif sehingga dapat diterima dan dipahami serta merespon dengan tepat. Oleh
karena itu semakin tinggi derajat kesamaan persepsi diantara pihak-pihak yang
berkomunikasi akan semakin efektif proses komunikasi yang dilakukan oleh
kelompok.
19
Rakhmat (2005) mengungkapkan bahwa persepsi besar pengaruhnya
terhadap ketepatan penerimaan pesan di dalam proses komunikasi.
Persepsi
dirangkai dari proses penginderawian dimana Rakhmat (2005) dan Mulyana
(2005) menyebutnya sebagai proses sensasi. Atensi sangat penting peranannya
dalam memunculkan hasil akhir dari proses persepsi. Persepsi juga mengandung
selektifitas secara fungsional dimana akan memenuhi objek-objek yang menjadi
tujuannya.
Secara umum terdapat dua faktor yang menyebabkan terjadinya persepsi
yaitu faktor biologis dan faktor sosio psikologis. Faktor biologis berkaitan dengan
sistem organ tubuh dalam menerima rangsangan informasi. Faktor biologis
tersebut disebabkan oleh motif biologis seperti kebutuhan makanan, minuman,
istirahat dan sebagainya. Faktor sosio psikologis merupakan bentuk dari interaksi
dari pengalaman dan kerangka rujukan yang diperoleh dari sistem nilai yang
berlaku. Hal ini di sebabkan oleh motif sosiogenesis dimana adanya rasa ingin
tahu, kompetensi, mencari identitas, kebutuhan akan nilai dan makna kehidupan
serta motif pemenuhan diri. Selain itu faktor situasi juga mempengaruhi kondisi
seseorang dalam memahami yang terjadi baik disebabkan oleh waktu, suasana,
teknologi dan lingkungan sosial.
Persepsi memiliki variasi pada masing-masing orang antara satu waktu dan
suasana yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh pengalaman, subjektivitas,
kontekstual, dugaan dan evaluatif.
Motivasi
Motivasi adalah faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang yang
menggerakkan dan mengarahkannya untuk memenuhi tujuan tertentu. Proses
timbulnya motivasi merupakan gabungan dari konsep kebutuhan, dorongan,
tujuan dan imbalan (Sudita & Gitosudarmo 1997).
Kecenderungan individu dalam berkelompok dipengaruhi oleh motif yang
ingin diperoleh. Rakhmat (2005) individu akan mendengarkan apa yang
diinginkan dan apa yang tidak diinginkan.
Sejumlah teori kenapa orang
bergabung dalam sebuah kelompok yaitu adanya kedekatan, emosi dan perasaan
yang sama, adanya kesamaan sikap terhadap tujuan yang ingin dicapai serta
adanya alasan praktis yang mengacu pada teori kebutuhan Maslow. Kelompok-
20
kelompok tersebut cenderung memberikan kepuasan kebutuhan-kebutuhan sosial
yang mendasar dari orang yang berkelompok. Letak nilai praktis dari teori ini
disebabkan oleh alasan-alasan tertentu misalnya alasan ekonomi, sosial,
keamanan, politis dan lainnya.
Abraham
Maslow
menyebutkan
beberapa
jenis
kebutuhan
yang
ditampakkan yaitu: (1) Kebutuhan fisiologi berupa makanan, minuman,
perlindungan fisik, bernapas dan seksual; (2) Kebutuhan rasa aman berupa
perlindungan dari ancaman, bahaya dan konflik dan lingkungan hidup; (3)
Kebutuhan rasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima dalam kelompok,
berafiliasi, berinteraksi dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai; (4)
Kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang
lain; (5) Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri berupa pengakuan terhadap
kapasitas pengetahuan, keterampilan dan potensi yang dimilikinya. McClelland
membagi atas tiga kebutuhan yaitu: (1) Need for Achievment, yaitu kebutuhan
untuk berprestasi sebagai refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk
memecahkan masalah; (2) Need for Affiliation, yaitu dorongan untuk berafiliasi
atau berinteraksi dengan orang lain; (3) Need for Power, yaitu dorongan untuk
berkuasa sebagai refleksi dari keinginan untuk mencapai otoritas dan memiliki
pengaruh atas orang lain. Serta teori ERG (Existance, Relatedness, Growth) yaitu;
(1) Existance needs adalah kebutuhan yang berkaitan dengan fisik manusia, yaitu
makan, minum, pakaian, bernapas, rumah, keamanan dan kondisi kerja; (2)
Relatedness needs merupakan kebutuhan interpersonal dalam bentuk kepuasan
dalam berinteraksi dengan lingkungan kerja; (3) Growth needs adalah kebutuhan
untuk mengembangkan dan meningkatkan pribadi seseorang.
Yusuf (1988) menyatakan bahwa semakin banyak seseorang melakukan
aktivitas maka akan semakin beraneka interaksi dan semakin kuat tumbuhnya
sentimen dengan yang lain sehingga semakin banyak sentimen yang ditularkan
pada orang lain. Semakin banyak aktivitas yang ditularkan maka semakin banyak
sentimen seseorang dipahami orang lain sehingga memungkinkan untuk
ditularkannya kepada aktivitas dan interaksi. Jadi motivasi adalah suatu dorongan
yang menyebabkan individu melakukan tindakan sesuai dengan keinginan dan
kelompok yang ingin dicapai.
21
Motivasi dan persepsi merupakan hal yang melatarbelakangi seseorang
bertindak secara konatif dan afektif dalam melahirkan sebuah kegiatan/ aksi.
Motivasi yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah dorongan dan kemauan
dari setiap individu dalam mengikuti kegiatan kelompok pada sebuah program.
Sedangkan, persepsi adalah kemampuan dan sikap komunikasi individu dalam
mengikuti setiap kegiatan kelompok.
Faktor Dinamika dalam Kelompok
Dinamika kelompok adalah keberagaman interaksi dalam kelompok antara
masing-masing anggota dalam menjalankan fungsi kelompok. Dinamika dalam
penelitian ini dibagi atas tiga pendekatan yaitu kekompakan, kepemimpinan dan
peranan.
Kekompakan
Cartwright dan Zander (1968) mendefinisikan kekompakan kelompok
sebagai hasil dari semua tindakan yang memperkuat anggota kelompok untuk
tetap tinggal (berada) dalam kelompok. Carolina & Iskandar (1993) Kekompakan
kelompok adalah tongkat kebersamaan yang menggambarkan ketertarikan
anggota kelompok kepada kelompoknya. Indikator dari sebuah kekompakan
yaitu; (1) Memiliki daya tarik kelompok terhadap anggota-anggotanya; (2)
Sebagai koordinasi dari usaha-usaha anggota kelompok; (3) Tindakan motivasi
anggota kelompok untuk mengerjakan berbagai tugas kelompok dengan penuh
semangat dan efisien. Saputra (2011) menyatakan kekompakan merupakan hal
berpengaruh dalam kegiatan kelompok sehingga, fungsi setiap anggota dalam
memelihara kekompakan adalah penunjang kegiatan program.
Kekompakan dalam penelitian ini adalah keterlibatan anggota dalam setiap
kegiatan kelompok baik dalam melaksanakan tugas kelompok maupun
memelihara kelompok. Setiap anggota dapat melakukan fungsi sebagai
penyumbang ide, pencari informasi, pemberi informasi, pencari pendapat,
pemberi pendapat, pengulas, pengarah serta penggerak. Selain itu sebagai
pemelihara kelompok, anggota dapat bersikap sebagai pendorong, pencipta
keserasian, pengkompromi, penjaga gawang, penetap standar serta pengikut.
22
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah hubungan antar dua orang atau lebih, dimana salah
seorangnya mempengaruhi yang lainnya untuk mencapai tujuan bersama.
Romli (2011) merangkum beberapa definisi kepemimpinan sebagai kegiatan
untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja dengan rela untuk mencapai tujuan
bersama. Anoraga dalam Romli (2011) mengemukakan kepemimpinan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain melalui komunikasi, baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orangorang untuk mengikuti kehendak pimpinan. Kepemimpinan merupakan proses
mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para
anggota kelompok dan setidaknya terdapat tiga implikasi yang penting yaitu; (1)
Kepemimpinan harus melibatkan orang lain, bawahan atau pengikut. Tanpa
bawahan, semua sifat-sifat kepemimpinan seorang pemimpin akan menjadi tidak
relevan; (2) Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama
diantara pemimpin dan anggota kelompok; (3) Kepemimpinan sebagai
kemampuan
untuk
menggunakan
berbagai
bentuk
kekuasaan
untuk
mempengaruhi perilaku pengikut melalui sejumlah cara.
Kepemimpinan dalam sebuah kelompok dibagi atas dua tipologi yaitu
kelompok sentris dan pemimpin sentris. Kelompok sentris adalah pemimpin
secara aktif mendorong anggota kelompok untuk ikut bersama bertanggung jawab
dalam melaksanakan, mengarahkan, serta mengkoordinasikan dan mengevaluasi
kegiatan. Pemimpin sentris adalah pemimpin formal dari kelompok menganggap
dirinya bertanggung jawab sepenuhnya terhadap fungsi-fungsi kelompok
(Goldberg & Carl 2006).
Pada penelitian ini yang dimaksud dengan
kepemimpinan adalah kemampuan anggota kelompok dalam melaksanakan tugas
kelompok dalam sebuah program.
Peranan
Peranan diartikan sebagai fungsi-fungsi yang dilakukan oleh anggota dalam
kelompok, antara lain memberikan pendapat, menjelaskan penilaian terhadap
anggota lain atau bermacam tugas serta proses tingkah laku. Goldberg & Carl
(2006) mendefinisikan peranan didasarkan pada harapan-harapan peserta diskusi.
Ia mencatat terdapat dua kecenderungan dalam
melakukan peranan yaitu:
23
(1) Anggota kelompok mendukung tingkah laku peranan yang dianggap paling
membantu kelompok; (2) Anggota kelompok diberikan wewenang untuk
melaksanakan fungsi yang mereka tangani secara efisien.
Peranan dalam kelompok merupakan tugas fungsi kelompok yang harus
dilakukan oleh kelompok dalam usaha mencapai tujuan kelompok. Cartwright dan
zander (1968) mengidentifikasi fungsi dalam kelompok yaitu: (1) Koordinasi,
berfungsi sebagai koordinasi untuk menjembatani kesenjangan antara anggota; (2)
Informasi, bertujuan memberikan informasi kepada masing-masing anggota; (3)
Prakarsa, berfungsi menumbuhkan dan mengembangkan prakarsa anggota; (4)
Penyebaran, berfungsi menyebarkan hal-hal yang dilakukan kelompok kepada
masyarakat atau lingkungannya; (5) Kepuasan, berfungsi untuk memberikan
kepuasan kepada anggota; (6) Kejelasan, berfungsi menciptakan kejelasan kepada
anggota seperti tujuan dan kebutuhan-kebutuhan anggota.
Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Perbaikan Gizi
Program perbaikan gizi adalah salah satu program yang diselenggarakan
oleh pemerintah, khususnya dinas kesehatan yang dialokasikan dari pendanaan
Asian Develompment Bank. Program ini dilatarbelakangi oleh tingkat kerawanan
gizi yang melanda keluarga miskin di Indonesia. Angka prevalensi gizi
ditargetkan oleh pemerintah berada pada angka 20% hingga akhir 2015. Pada
tahun 2008 angka ini telah tercapai, namun tidak merata di seluruh Indonesia.
Oleh karena itu, program tersebut merupakan salah satu program yang membantu
dalam mengentaskan kerawanan gizi di masyarakat. Sehingga untuk melakukan
upaya tersebut diperlukan partisipasi masyarakat secara langsung dengan prinsip
dari oleh dan untuk masyarakat sendiri. Kegiatan tersebut melibatkan masyarakat
dalam strategi kelompok di masing-masing kelurahan yang dinamakan dengan
Kelompok Gizi Masyarakat. Masyarakat aktif dalam mengidentifikasi masalah
gizi, merencanakan pemecahannya, melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
direncanakan serta memantau dan mengevaluasi kegiatan.
Tujuan dan Sasaran Program Perbaikan Gizi
Tujuan dari program ini adalah masyarakat mampu berperan aktif dalam
memecahkan masalahnya sendiri yang dimulai dari identifikasi masalah,
merencanakan, melaksanakan hingga pengawasan dan evaluasi. Hal ini tak
24
terlepas dari bentuk pemberdayaan, aspek kemampuan dan kemandirian
masyarakat untuk peduli dalam mengatasi masalah gizi dan kesehatan di wilayah
rawan gizi lebih ditekankan.
Sasaran program adalah kelompok rumah tangga yang memiliki balita, ibu
hamil dan ibu menyusui pada keluarga miskin, kader posyandu, posyandu, SD/
Madrasah dan masyarakat penerima Paket Gizi Masyarakat (PGM). Adapun
indikator dari keberhasilan program perbaikan gizi adalah: (1) Meningkatkan
jumlah balita dan ibu hami yang sehat dimana ditandai dengan meningkatnya
jumlah kunjungan ke posyandu; (2) Meningkatkan pengetahuan ibu terhadap ASI
ekslusif; (3) Meningkatkan layanan kesehatan di masyarakat oleh masyarakat; (4)
Meningkatkan peran perempuan dalam pelembagaan; (5) Meningkatkan kinerja
dalam posyandu; (6) Meningkatkan pemanfaatan posyandu di masyarakat; (7)
Meningkatkan penggunaan air bersih dan kegiatan sanitasi; (8) Meningkatkan
konsumsi garam beryodium; (9) Meningkatkan kegiatan keluarga sadar gizi di
daerah proyek.
Organisasi Pelaksana Program Perbaikan Gizi
Organisasi pelaksana dalam kegiatan ini adalah pemerintah Kecamatan,
Kelurahan, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Dinas KesehatanPuskesmas dan posyandu serta Kelompok Gizi Masyarakat. Adapun pemerintah
kecamatan berperan sebagai penasehat dan memberikan dukungan dalam upaya
menggerakkan program dan melakukan pembinaan untuk terselenggara kegiatan
program. Pemerintah kelurahan berperan sebagai pemberi dukungan kebijakan,
mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk dapat hadir pada pertemuan
rapat program, mengkoordinasikan kader posyandu, pengurus PKK, tokoh
masyarakat agar berperan aktif dalam program kegiatan, menindak lanjuti dan
mengetahui hasil kegiatan rapat dan penyelenggaraan kegiatan serta melakukan
pembinaan untuk terselenggara kegiatan program terus berlanjut.
Dinas Kesehatan berperan sebagai penanggung jawab program hingga
tingkat provinsi termasuk perguliran dana bantuan kepada masing-masing
lembaga pokja di tiap kelurahan. Selain itu, puskesmas
berperan membantu
pemenuhan pelayanan kesehatan baik sarana dan prasarana (seperti alat
25
timbangan, distribusi KMS, distribusi MPA, distribusi obat-obatan dan vitamin)
serta dukungan bimbingan tenaga teknis kesehatan.
Posyandu merupakan sasaran dari program kegiatan perbaikan gizi.
Sedangkan kelompok gizi masyarakat merupakan kelompok kerja dari
pelaksanaan proyek yang dibentuk oleh pihak kelurahan yang bertugas
mengidentifikasi masalah, merencanakan pemecahannya, melaksanakan kegiatankegiatan yang direncanakan serta memantau dan mengevaluasi program. Adapun,
organisasi kelompok gizi masyarakat terdiri dari ketua, bendahara dan sekretaris
serta dibantu oleh fasilitator masyarakat.
Ketua didalam pokja KGM berperan sebagai pimpinan kerja dalam
kelompok dengan memimpin pertemuan yang diselenggarakan oleh KGM serta
bertanggung jawab terhadap penyusunan proposal dan pelaksanaan kegiatan,
pengorganisasian sumbangan dari masyarakat yang terkumpul dari sumber lain,
memeriksa dan menyetujui pengajuan pencairan dan pengeluaran dana KGM
serta melakukan pengawasan dan bertanggung jawab terhadap setiap kegiatan
paket gizi yang diusulkan dan bertanggung jawab melaporkan hasil kemajuan
kegiatan kepada masyarakat melalui forum pertemuan maupun kepada pengelola
proyek program perbaikan gizi. Sekretaris berperan sebagai administrator dari
KGM, melaksanakan kegiatan ketatausahaan, serta melaksanakan kegiatan yang
mendukung kegiatan teknis proyek. Adapun, bendahara berperan sebagai
pengelola keuangan secara terbuka, menerima, menyimpan dan membayar
pengeluaran yang dilakukan, membuat pertanggung jawaban pembukuan
keuangan, serta membuat laporan keuangan setiap bulannya.
Fasilitator masyarakat adalah tenaga terlatih yang ditempatkan untuk
pendampingan kegiatan pemberdayaan gizi masyarakat. Tugas yang dilakukan
tenaga pendamping adalah membantu memfasilitasi pembentukan KGM,
membantu masyarakat dalam menyusun proposal paket kegiatan bersama,
bertanggung jawab terhadap kegiatan yang terselenggara, melakukan pembinaan
dan pelaksanaan kegiatan PGM, melaporkan hasil kegiatan kepada puskesmas dan
memfasilitasi KGM dalam pencatatan dan penyusunan laporan kegiatan dan
keuangan.
26
Kegiatan Komunikasi Program Perbaikan Gizi
Diseminasi dan sosialisasi kegiatan program dilakukan secara berjenjang
yaitu sosialisasi di tingkat provinsi, kabupaten/ kota, kecamatan dan kelurahan/
desa, hingga pelatihan bagi satuan kerja kelompok pelaksana di kelurahan.
Penyebaran informasi dilakukan melalui forum musyawarah dan kegiatan
kemasyarakatan antara lain, arisan kelurahan PKK, pertemuan posyandu di tiap
rukun warga, pertemuan sosialisasi di kelurahan, kecamatan dan puskesmas, serta
pemanfaatan papan pengumuman. Selain itu media massa digunakan sebagai
penyebar luasan informasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui media
massa elektronik dan cetak untuk diketahui oleh masyarakat luas.
Mekanisme Kegiatan Program Perbaikan Gizi
Kegiatan yang dilakukan pada proyek program perbaikan gizi adalah
dengan melakukan sosialisasi kepada pemerintah di setiap tingkatan. Setelah
melakukan kegiatan tersebut program perbaikan gizi membentuk kelompok kerja
dalam melakukan kegiatan program. Masing-masing anggota kelompok dilatih
dan dibina dalam menjalankan kelompok gizi. Lalu dilanjutkan dengan
melakukan pendataan baik secara survey mawas diri, musyawarah masyarakat
dengan berdiskusi dengan masyarakat setempat, dan mengidentifikasi masalah
yang terjadi dalam kaitannya dengan gizi keluarga yang dibantu oleh pihak
puskesmas dan fasilitator masyarakat.
Kelompok kerja gizi membuat proposal paket gizi yang diusulkan kepada
pemegang program di tingkat kota dalam hal ini pada dinas kesehatan. Usulan
paket proposal terdapat kelengakapan data, jadwal kegiatan, target kegiatan dan
anggaran kegiatan. Setelah paket gizi disetujui bersama oleh pemimpin lokal dan
ketua kelompok kerja gizi masyarakat, paket di realisasikan di masyarakat secara
terjadwal. Paket gizi yang dibuat berlangsung selama satu tahun kegiatan.
Masing-masing paket gizi diajukan satu kali dalam setahun dalam tiga tahun
masa program. Paket gizi yang di buat oleh kelompok terdiri dari tiga tahapan
paket. Setiap paket harus menyisihkan anggaran untuk membangun dan
memperbaiki sanitasi sekolah. Selain itu juga menyisihkan dari 10% anggaran
untuk mengembangkan ekonomi kreatif dalam menjalankan kegiatan program
perbaikan gizi setelah tiga tahun. Tujuan dari anggaran 10% dari total paket gizi
27
yang digulirkan adalah untuk menggerakkan lembaga KGM agar dapat beregulasi
mengakomodasi kegiatan yang masih berlangsung. Paket gizi yang telah
dijalankan dilaporkan secara perbulannya kepada dinas kesehatan. Kegiatan
monitoring dan evaluasi dilakukan oleh pokja KGM, kelurahan, puskesmas,
kecamatan dan dinas kesehatan.
State of the Arts Hasil Penelitian
Komunikasi partisipasi adalah salah satu model komunikasi program
pembangunan yang melekat pada pemberdayaan masyarakat. Hasil penelitian
terdahulu menjelaskan bahwa komunikasi partisipasi memiliki pengaruh terhadap
kelangsungan dalam sebuah program oleh karena itu, pentingnya komunikasi
partisipasi dalam sebuah program sangat menentukan diterima dan ditolaknya
sebuah program pembangunan. Peneliti merangkum hasil penelitian yang telah
diteliti mengenai komunikasi partisipasi pada Tabel 2.
Tabel 2 State of the arts penelitian komunikasi partisipasi
Peneliti
Judul Penelitian
Temuan
Metodologi
Wahyuni S Proses
Komunikasi a. Terdapat hubungan antara Kuantitatif
(2006)
dan Partisipasi Dalam
pola intervensi terhadap
Pembangunan
proses komunikasi.
Masyarakat
Desa: b. Terdapat hubungan proses
Kasus program Reksa
komunikasi
terhadap
Dana di Kecamatan
prasyarat partisipasi.
Ciampea, Kabupaten c. Terdapat
hubungan
Bogor
prasyarat
partisipasi
terhadap partisipasi dalam
program.
d. Komunikasi
partisipasi
yang
berbasis
pada
partisipasi
kegiatan
program.
Cahyanto PG Efektivitas
a. Terdapat hubungan antara Kuantitatif
(2007)
Komunikasi
karakteristik
partisipan
Partisipatif
dalam
terhadap
komunikasi
Pelaksanaan
Prima
partisipatif dalam program.
Tani di Kecamatan b. Terdapat
hubungan
Sungai
Kakap,
komunikasi
partisipatif
Kabupaten Pontianak
terhadap
efektivitas
komunikasi.
c. Komunikasi
partisipasi
yang
berbasis
pada
partisipasi
kegiatan
program.
28
Mulyasari G
(2009)
Komunikasi
Partisipatif
Warga
Pada
Bengkulu
Regional Development
Project (BRDP)
Muchlis F
(2009)
Analisis Komunikasi
Partisipatif
dalam
Program
Pemberdayaan
Masyarakat:
Studi
kasus
pada
Implementasi
Musyawarah
dalam
PNPM
Mandiri
Pedesaan di Desa
Teluk,
Kecamatan
Pemayung, Kabupaten
Batang Hari
Saputra Y
(2011)
Faktor-Faktor
yang
Berhubungan Dengan
Perilaku Komunikasi
Partisipatif Fasilitator
(Kasus PNPM Mandiri
di
Kota
Bandar
Lampung)
Yusron A
(2011)
Komunikasi Tingkat
Basis dan Kesadaran
kritis Pengarustamaan
Gender (Studi Kasus
Kegiatan
Pinjaman
Bergulir
PNPM
Mandiri di Kelurahan
a. Terdapat
hubungan
keragaan individu terhadap
komunikasi partisipatif .
b. Terdapat hubungan antara
kredibilitas
fasilitator
terhadap
komunikasi
partisipatif.
c. Terdapat
hubungan
komunikasi
partisipatif
terhadap
kepuasan
partisipan.
d. Komunikasi
partisipasi
yang
berbasis
pada
partisipasi
kegiatan
program.
a. Terdapat
pengaruh
kredibilitas fasilitator dan
peran fasilitator terhadap
komunikasi
partisipasi
yang terjadi pada program
PNPM.
b. Proses
komunikasi
partisipatif yang terjadi
memiliki ciri heteroglasia
yang terbatas, dialog yang
tertutup dan akses yang
terbatas.
c. Terdapat
pengaruh
komunikasi
partisipatif
bagi
kelangsungan
program.
d. Komunikasi
partisipasi
yang
berbasis
dialog,
akses, heteroglasia.
a. Terdapat hubungan antara
karakteristik
fasilitator
terhadap
komunikasi
partisipasi.
b. Terdapat hubungan antara
peran fasilitatif fasilitator
terhadap
komunikasi
partisipatif.
c. Komunikasi
partisipasi
yang
berbasis
akses,
dialog, refleksi dan aksi.
a. Model komunikasi yang
terjadi dalam komunikasi
partisipasi terbagi atas dua
yaitu
linear
dan
transaksional.
b. Komunikasi
partisipasi
yang
berbasis
akses,
Kuantitatif
Kualitatif
Kuantitatif
Kualitatif
29
Kenanga
Sumber
Cirebon)
Satriani I
(2011)
Tabel
menggunakan
Kecamatan
Kabupaten
Komunikasi
Partisipatif
pada
Program
Pos
Pemberdayaan
Keluarga: Studi kasus
di RW 05 Kelurahan
Situgede, Kecamatan
Bogor Barat
2
menggambarkan
c.
a.
b.
c.
pemanfaatan, kontrol serta
partisipasi.
Adanya pengaruh media
komunikasi, terpaan pesan,
persepsi,
keragaman
karakteristik,
pencitraan
dan aktivitas program,
inisiasi
terhadap
komunikasi
partisipasi
pada sebuah program
Terdapat pengaruh peran Kualitatif
setiap partisipan terhadap
komunikasi partisipatif.
Terdapat
pengaruh
komunikasi
partisipatif
bagi
kelangsungan
program.
Komunikasi
partisipatif
yang
berbasis
akses,
dialog,
heteroglasia,
poliponi dan karnaval.
bahwa
terdapat
empat
penelitian
yang
metodelogi kuantitatif dan tiga penelitian yang menggunakan
metodelogi kualitatif. Pendekatan penelitian yang digunakan pada metodologi
kuantitatif adalah teknik survey dengan pengambilan sampel stratified random
sampling. Sedangkan pada metodologi kualitatif pendekatannya dengan
menggunakan teknik studi kasus dengan pengambilan informan secara snowball
dan purposive berdasarkan keterlibatan informan terhadap program.
Komunikasi partisipasi yang digunakan dalam penelitian pada Tabel 2
terbagi atas dua pendekatan yaitu pertama, komunikasi partisipasi yang berbasis
keaktifan partisipan pada tahapan kegiatan yang terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan. Kedua adalah komunikasi partisipasi
yang menggunakan pendekatan akses, heteroglasia, dialog, poliponi, karnaval,
refleksi dan aksi, peran, kontrol dan pemanfaatan.
Proses komunikasi partisipasi pada Tabel 2 dipengaruhi oleh faktor
karakteristik personal seperti karakteristik individu, kredibilitas, prasyarat
individu, keragaman karakteristik. Selain itu peran dari pendamping dan pelaku
yang terkait dalam program berhubungan terhadap perilaku dari komunikasi
partisipasi masing-masing individu.
30
Adapun aspek komunikasi partisipasi yang menjadi amatan penelitian
terdahulu adalah unit analisis yang terdiri dari aspek dialog, akses, heterogalasia,
poliponi, karnaval, peran, pemanfaatan dan kontrol serta refleksi dan aksi. Pada
hasil penelitian terdahulu peneliti melihat belum adanya penelitian mengenai
faktor kelompok dalam komunikasi partisipasi sehingga peneliti tertarik
menggabungkan unit analisis dari faktor yang mempengaruhi komunikasi
partisipasi. Sedangkan unsur komunikasi partisipasi sendiri peneliti ambil dari
teori Tufte & Paolo (2009) yang menyatakan bahwa dasar komunikasi partisipasi
adalah adanya dialog, ide ataupun aspirasi masyarakat, media, dan refleksi aksi
dari sebuah program.
Konsep penelitian yang sesuai ditemukan di lapangan adalah faktor personal
dan dinamika kelompok. Kedua faktor tersebut dapat mempengaruhi komunikasi
partisipasi dalam program. Adapun faktor personal adalah persepsi dan motivasi
dari masing-masing individu partisipan yang aktif dalam program. Sedangkan
pada dinamika kelompok adalah peranan, kekompakan dalam menjaga dan
melaksanakan tugas serta kepemimpinan yang digunakan dalam kelompok.
Penelitian ini dilakukan pada program pemberdayaan masyarakat melalui
perbaikan gizi dengan mengambil kasus pada kelompok gizi masyarakat (KGM).
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran
Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang mampu
memberikan keberdayaan bagi masyarakat. Program pembangunan yang berbasis
partisipasi merupakan salah satu alternatif pembangunan yang memberikan
kemampuan kepada masyarakat untuk dapat mengelola program dengan
keinginan dan harapan masyarakat. Pembangunan yang berpartisipasi tentu tak
terlepas dari sebuah komunikasi yang berbasis partisipasi. program-program
pembangunan
yang berbasis
partisipasi
masyarakat lebih berdaya dan mandiri.
diharapkan
mampu menjadikan
Isu komunikasi pembangunan di era
globalisasi menjadikan pembangunan yang merata dan berkeadilan sosial.
Komunikasi pembangunan yang bercorak partisipasi yang lebih ditekankan demi
mencapai harapan dan realitas masyarakat.
Komunikasi partisipasi yang berbasiskan pemberdayaan menjadikan
masyarakat lebih terbuka dan memiliki kesetaraan yang sama dalam memiliki hak
yang otonom untuk menentukan langkah keinginannya. Tufte & Paolo (2009)
menekankan prinsip komunikasi partisipasi hendaklah lebih membuka dialog
kepada segenap unsur sehingga dapat menampung aspirasi yang ingin dicapai.
Selain itu, media didik yang memberikan kebebasan untuk berbicara, terbuka,
setara, tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Serta refleksi dan aksi yang
senantiasa dilakukan bersama untuk mencapai satu tujuan yang sama.
Pendekatan komunikasi partisipasi sering digunakan dalam beberapa
kegiatan program pembangunan. Sejumlah kasus program pemerintah lebih
memfokus peningkatan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia. Pendekatan
komunikasi yang lebih menggunakan pendekatan kelompok dan komunitas yang
sering digunakan dalam program. Pada kasus penelitian analisis komunikasi
partisipasi pada pemberdayaan melalui program perbaikan gizi pada studi kasus
kelompok gizi masyarakat di Kota Palembang menggunakan pendekatan
komunikasi partisipasi. Komunikasi partisipasi pada program perbaikan gizi
dilihat dari kasus yang terdiri dari pertemuan yang dilakukan oleh kelompok.
Pertemuan tersebut terdiri dari pertemuan pembentukan kelompok, rapat kerja
32
kelompok, pelaksanaan kegiatan dan sosialisasi evaluasi kegiatan kelompok.
Fokus yang dilakukan adalah melihat kegiatan komunikasi partisipasi berupa
dialog, aspirasi dan aksi refleksi yang terjadi dalam empat kasus. Selain itu
Sebagai instrumen pendamping yang lain peneliti melihat faktor personal dalam
kelompok yang menggunakan pendekatan pemaknaan dari sebuah persepsi dan
motivasi yang dimiliki oleh subjek penelitian. Faktor dinamika kelompok yang
terdapat dalam kelompok antara lain; kekompakan, peranan dan kepemimpinan
dalam sebuah kelompok juga mempengaruhi sejumlah kegiatan yang dilakukan
dalam program pemberdayaan masyarakat yang berbasis komunikasi partisipasi.
Kekompakan kelompok peneliti definisikan sebagai aktivitas yang
dilakukan kelompok dalam menyelesaikan tugas dan menjaga kelompok.
Kekompakan
kelompok terlihat
dari peristiwa rapat
pertemuan
dalam
membicarakan kegiatan kelompok. Selain itu, peranan anggota kelompok
membantu jalannya komunikasi partisipasi peranan tersebut baik berupa fasilitatif,
edukatif, representatif ataupun teknik dalam kegiatan. Kepemimpinan kelompok
dalam pengambilan keputusan senantiasa digunakan sebagai bagian instrumen
dinamika kelompok, sehingga keputusan apakah diberikan kepada kelompok
ataupun hanya diambil oleh sepihak oleh pemimpim kelompok.
Penelitian ini dilakukan di Kota Palembang, dengan mengambil disalah satu
sudut bagian timur kota. Fokus program yang dilihat adalah program gizi
masyarakat dengan tujuan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan dan kemandirian agar peduli dalam memahami masalah gizi dan
kesehatan di wilayahnya. Sehingga masyarakat mampu merencanakan dan
menerapkan secara berkelompok program kesehatan pada tataran kelompok di
lingkungannya. Kerangka pemikiran penelitian yang digunakan dapat disketsakan
pada Gambar 1.
33
Faktor Personal
Kelompok:
1. Persepsi
2. Motivasi
Komunikasi Partisipasi
Program Pemberdayaan
Gizi Masyarakat
(Monolog – Dialog)
Dialog
Aspirasi
Aksi dan refleksi
Pemberdayaan
Masyarakat
Faktor Dinamika
Kelompok :
1. Kekompakan
2. Kepemimpinan
3. Peranan
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Definisi Konseptual
1.
Komunikasi
partisipasi
adalah
bentuk
komunikasi
pada
program
pembangunan yang berbasis keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan
pelaksanaan program. Dimulai dari tahap penggalian ide, perencanaan,
pelaksanaan hingga evaluasi dan monitoring.
2.
Komunikasi partisipasi memiliki prinsip yaitu adanya sebuah dialog, aspirasi,
serta aksi refleksi dari kegiatan.
3.
Dialog merupakan bentuk proses komunikasi yang terjadi antara partisipan
sebagai palaku kegiatan dalam sebuah program dengan ciri memberikan hak
yang sama dalam memberikan suara dalam pertemuan tersebut, saling
menghormati dan menghargai pendapat dalam sebuah forum kegiatan.
4.
Monolog adalah komunikasi yang terjadi searah antara petugas proyek
program dengan masyarakat yang dilakukan dengan sosialisasi program
secara langsung.
34
5.
Monolog dan dialog adalak komunikasi yang terjadi searah secara informatif
dan diimbangi dengan pemanaan yang sama dengan dialog dalam
memutuskan dan menetapkan program yang dijalankan.
6.
Aspirasi adalah ide-ide masyarakat yang tergali serta kehendak masyarakat
yang diangkat dalam ruang pertemuan.
7.
Aksi dan refleksi adalah bentuk kegiatan yang dilakukan yang merupakan
aksi komunikatif yang dilakukan pada program sehingga memiliki komitmen
yang sama dalam pelaksanaannya.
8.
Faktor yang mempengaruhi komunikasi yang partisipatori adalah berasal dari
faktor karakteristik personal komunikasi kelompok dan faktor dinamika
kelompok.
9.
Faktor karakteristik personal kelompok terbagi atas dua yaitu persepsi
anggota kelompok dan motivasi dari anggota kelompok.
10. Persepsi adalah pendapat dan sikap serta pemaknaan yang dimiliki partisipan
terhadap kegiatan program yang berlangsung dalam kelompok.
11. Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan partisipan bertindak sesuai
dengan tujuan atau harapannya baik yang disebabkan oleh kebutuhan
individu akan prestasi, insentif, serta regulasi kelompok.
12. Faktor
dinamika
kelompok
terdiri
dari
kekompakan
kelompok,
kepemimpinan dan peran kelompok dalam menjalankan tugas atau mencapai
tujuan yang diharapkan.
13. Kekompakan
adalah
merupakan
kebersamaan
yang
menggambarkan
ketertarikan anggota kelompok kepada kelompok dimana diidentifikasikan
dalam tiga hal yaitu daya tarik kelompok terhadap anggotanya, koordinasi
dari kegiatan kelompok serta motivasi dan dorongan anggota untuk
melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab
14. Peranan adalah tindakan yang dilakukan dalam mencapai tujuan dalam hal ini
fungsi-fungsi komunikasi dilakukan oleh partisipan program baik berupa
fungsi koordinasi, informasi, prakarsa, penyebaran, kepuasan, kejelasan.
15. Kepemimpinan adalah kemampuan anggota kelompok dalam melaksanakan
tugas kelompok dalam sebuah program perbaikan gizi.
35
Hipotesis Pengarah
Berkembangnya isu komunikasi partisipasi dalam pembangunan merupakan
sebuah kemajuan bagi sebuah pemberdayaan masyarakat. Pendekatan komunikasi
partisipasi merupakan salah satu bentuk komunikasi arus bawah. Penelitian ini
menduga bahwa komunikasi partisipasi yang dilakukan dalam sebuah program
memiliki pengaruh terhadap masyarakat langsung baik individu maupun
kelompok dalam pengelolaannya. Oleh karena itu hipotesa yang digunakan oleh
peneliti adalah:
1.
Adanya kecenderungan faktor personal kelompok mempengaruhi jalannya
komunikasi partisipasi pada program pemberdayaan masyarakat.
2.
Masih minimnya dinamika kelompok yang dijalankan oleh masyarakat dalam
pelaksanaan komunikasi partisipasi pada program pemberdayaan masyarakat.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengambil fakta berdasarkan
pemahaman subyek peneliti yang mengetengahkan hasil pengamatan secara rinci.
Penelitian ini lebih kepada kedalaman dan cakupan informasi dan berusaha
membangun tentang unit analisis yang diteliti. Penelitian kualitatif tersebut
melihat bentuk partisipasi yang terjadi di dalam peristiwa berdasarkan subyek
penelitian. Kerangka konseptual yang dibangun peneliti menjadi pengarah agar
hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yaitu
menyoroti beberapa kasus dengan melakukan wawancara, pengamatan yang
berperan serta terbatas dan
menganalisis dokumen yang berkaitan dengan
aktifitas pertemuan rapat di kelompok gizi masyarakat. Studi kasus merupakan
salah satu metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Studi kasus adalah
penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase
spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subyek penelitian tersebut dapat
berupa individu yang terkait pada kegiatan kelompok baik berasal dari kader
posyandu, anggota masyarakat, petugas kesehatan serta aparatur pemerintah. Studi
kasus yang peneliti pelajari secara lebih mendalam dapat menggali latar belakang
serta melakukan interaksi terhadap unit-unit sosial yang menjadi subyek
penelitian. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara detail
tentang latar belakang, sifat serta karakter yang khas dari suatu kasus, dan sifat
khas tersebut dapat dijadikan sebagai sesuatu hal yang bersifat umum (Kriantono
2010).
Metode studi kasus memiliki keunikan atau keunggulan tersendiri dalam
kancah penelitian sosial. Studi kasus memberikan akses atau peluang yang luas
kepada peneliti untuk menelaah secara mendalam, detail, intensif, dan menyeluruh
terhadap unit sosial yang diteliti. Studi kasus dapat memasuki unit sosial terkecil
seperti kelompok, himpunan, maupun bentuk unit sosial lainnya. Studi kasus
bersifat komprehensif, mendalam, serta diupayakan untuk menelaah masalah atau
fenomena yang kontemporer dalam khasanah metodologi penelitian.
38
Yin dan Mudzakir (2002) studi kasus adalah inkuiri empiris yang
menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata, dengan menggunakan
multi sumber bukti yang digunakan untuk mempertegas sebuah kasus atau
konteks. Keunggulan dari metodologi ini adalah sebagai berikut: (1) Studi kasus
memberikan informasi penting mengenai hubungan antar variabel serta proses
yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas; (2) Studi kasus
memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai sebuah konsep
dasar perilaku manusia dengan melakukan penyelidikan yang intensif sehingga
ditemukan karakteristik dan hubungan-hubungan yang tidak diduga sebelumnya;
(3) Studi kasus menyajikan data dan temuan yang berguna sebagai dasar untuk
membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar
untuk pengembangan ilmu sosial.
Studi kasus merupakan desain yang tidak kaku namun menawarkan
keluwesan dan fleksibel dengan perkembangan kondisi di lapangan yang unik dan
penting sesuai dengan fakta empiris yang dicermati. Sebuah fenomena sosial
merupakan buruan dari penelitian kualitatif karena bersifat dinamis dan unik
dimana tidak diciptakan menurut kehendak (Bungin 2003).
Penelitian menggunakan desain studi kasus dengan mempertimbangkan
antara lain: (1) Pertanyaan penelitian berkenaan dengan “Bagaimana” dan
“Mengapa”; (2) Penelitian memberikan peluang besar bagi peneliti untuk
mengembangkan gejala sosial sebagaimana adanya; (3) Peristiwa atau gejala
sosial terhubung dengan konteks kehidupan nyata. Studi kasus bermanfaat untuk
mengembangkan teori bukan untuk menghitung frekuensi. Studi kasus berfungsi
sebagai pendukung atau instrumen untuk membantu peneliti dalam memahami
suatu permasalahan sehingga digunakan studi kasus bersifat instrumental. Studi
kasus instrumental adalah studi atas kasus untuk alasan eksternal, kasus hanya
dijadikan sebagai sarana untuk memahami hal lain di luar kasus seperti untuk
membuktikan suatu teori yang sebelumnya sudah ada (Herdiansyah 2010).
39
Tempat dan Waktu Kajian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pulo Kerto, Kecamatan Gandus Kota
Palembang. alasan lokasi penelitian ini diambil adalah: (1) Wilayah Pulokerto
sering sekali memperoleh proyek program pemerintah dan dianggap telah berhasil
semisal adalah PNPM, P2KP dan sebagainya, sehingga peneliti tertarik untuk
melihat proses jalannya salah satu program yang peneliti ambil kasusnya di
wilayah tersebut; (2) Wilayah tersebut memiliki kekerabatan yang masih alami
dari penduduk asli pinggiran Kota Palembang yang berasal dari suku Komering,
dan Enim; (3) Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah nelayan, tani
dan buruh bangunan; (4) Penghasilan penduduk yang minim berada di bawah
upah minimum Kota Palembang; (5) Kemudahan peneliti untuk dapat masuk
kedalam wilayah tersebut melalui jaringan kelembagaan kesehatan dan personal
yang dibangun melalui hubungan yang intens selama peneliti hidup. Waktu
pengumpulan data hingga proses penulisan sampai dengan pembimbingan berupa
konsultasi kepada promotor komisi pembimbing dilakukan pada Juni 2010 - Juli
2012.
Jenis teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang secara langsung diperoleh melalui sebuah penelitian yang
berupa kata-kata atau tindakan. Sedangkan data sekunder adalah data yang berasal
dari kepustakaan dan sumber yang berada di luar sumber utama. Data yang digali
adalah data yang sesuai dengan tujuan yang ingin di jawab peneliti.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara: (1) Bertemu dan
mewawancarai dengan partisipan rapat yang mengikuti kegiatan Kelompok Gizi
Masyarakat; (2) Mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh aktor secara partisipasi
berperan serta terbatas dalam beberapa kegiatan antara lain sosialisasi, rapat
kerja, dan pelaksanaan kegiatan; (3) Melakukan cross check kembali jawabanjawaban yang diberikan oleh responden peneliti lalu menarik kesimpulan
sementara dan mengujinya kembali dengan verifikasi data yang telah diamati; (4)
Selama melakukan penggalian data peneliti juga melakukan reduksi data terhadap
informasi yang di dapat dari responden dan menampilkannya dalam bentuk
40
laporan serta melakukan verifikasi dalam setiap tujuan penelitian yang akan
dijawab.
Teknik pengumpulan data tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.
Wawancara Mendalam
Taknik wawancara digunakan peneliti untuk menggali data menjawab tujuan
dari penelitian, teknik wawancara langsung adalah merupakan bagian dari
data primer. Wawancara yang dilakukan bersifat luwes, terbuka dan tidak
berstruktur serta tidak kaku. Teknik ini dilakukan dengan berulang kali secara
langsung antara peneliti dan tineliti. Peneliti melakukan wawancara dengan
beberapa informan yang terlibat dalam satuan peristiwa dan menanyakan
sesuai dengan panduan pertanyaan yang telah dirancang peneliti. Setelah itu
peneliti menyalinnya dalam bentuk catatan lapangan dan melakukan
pengkodesasian yang sesuai dengan unit analisis atau dikenal dengan proses
reduksisasi. Pada kegiatan wawancara peneliti menggunakan media MP3
sebagai alat perekam, buku tulis sebagai alat pencatat dan kamera sebagai
dokumentasi.
2.
Pengamatan Berperan Serta Terbatas (Observasi)
Pengamatan berperan serta terbatas atau observasi dilakukan peneliti dengan
melihat, merasakan dan memaknai kehidupan beserta ragam peristiwa dan
gejala sosial di dalamnya sebagaimana subyek peneliti melihat, merasakan
dan memaknainya sehingga memungkinkan pembentukan pengetahuan secara
bersama dengan masyarakat. Peneliti melakukan wawancara mendalam
sekaligus berperanserta dalam beberapa kegiatan dalam program. Peneliti
mengikuti rapat-rapat bersama dengan masyarakat dan membantu dalam
pemberian penyuluhan.
3.
Penulusuran Analisis Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan menganalisis dan melakukan kajian pustaka
terhadap berbagai literatur yakni skripsi, tesis, disertasi, jurnal serta data dari
media massa yang terkait dengan topik penelitian. Kajian literatur membantu
peneliti dalam menyimpulkan data di lapangan. Beberapa data sekunder yang
dapat diperoleh di lapangan adalah dokumentasi foto, serta menelusuri portal
website yang berkenaan informasi tentang program kelompok gizi
41
masyarakat ataupun artikel di majalah dan koran lokal yang memberitakan
tentang program kelompok gizi masyarakat di suatu wilayah.
Adapun peristiwa kasus serta informasi data dan teknik yang digunakan
tersaji dalam Tabel 3.
Tabel 3 Teknik pengumpulan data dalam satuan peristiwa
Peristiwa
Pembentukan
Kelompok Gizi
Masyarakat
Rapat Kerja
Kelompok Gizi
Masyarakat
Pelaksanaan
Program Kerja
Kelompok Gizi
Masyarakat
Sosialisasi kegiatan
KGM
Informasi Data
Komunikasi
Partisipasi,
Karakteristik
Personal,
Dinamika Kelompok
Komunikasi
Partisipasi,
Karakteristik
Personal,
Dinamika Kelompok
Metode
Jenis Data
Wawancara dan
Observasi
Primer dan
Sekunder
Wawancara dan
Observasi
Primer dan
Sekunder
Komunikasi
Partisipasi,
Wawancara dan
Karakteristik
Personal,
Observasi
Dinamika Kelompok
Primer dan
Sekunder
Komunikasi
Partisipasi,
Wawancara dan
Karakteristik
Personal,
Observasi
Dinamika Kelompok
Primer dan
Sekunder
Sumber Data dan Validitas Data
Sumber data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan tujuan
penelitian. Dalam penelitian kualitatif, sampel sumber data dipilih, dan
mengutamakan perspektif emik, artinya mementingkan pandangan informan,
yakni bagaimana mereka memandang dan menafsirkan dunia dari pendiriannya.
Tidak bisa memaksakan kehendak untuk mendapatkan data yang diinginkan.
Sumber data primer penelitian adalah informasi yang diperoleh dari
informan.
Penentuan
informan
dilakukan
dengan
prinsip
convenience
(kemudahan). Ruslan (2003) menyatakan bahwa penentuan informan dengan cara
ini berdasarkan kemudahan dalam memilih unsur populasi (orang atau peristiwa)
yang datanya berlimpah dan mudah diperoleh oleh peneliti. Artinya, memiliki
kebebasan untuk memilih sumber informasi yang paling cepat, mudah dan murah.
Berdasarkan definisi di atas, maka batasan subyek penelitian yang dapat
diambil adalah :
1. Masyarakat yang terlibat dan yang terkena dampak dari program gizi
khususnya progran kelompok gizi masyarakat.
42
2. Tokoh masyarakat yang memberikan dukungan terhadap program gizi yang
mampu memberikan inspirasi untuk dapat berpartisipasi.
3. Pengurus kelompok gizi masyarakat yang mampu menjelaskan pertanyaan dari
peneliti mengenai program kerja yang partisipasi dari program yang berjalan.
4. Aparatur pemerintah yang memberikan arahan dan pendampingan kepada
kelompok.
5. Fasilitator yang mendampingi kelompok gizi selama program berlangsung.
Sumber data yang dipilih dari penulusuran di lapangan adalah sebagai
berikut:
Tabel 4 Sumber data informan penelitian
Nama
Zamira (Zr)
Andi (Ad)
Madri (Md)
Hindun (Hd)
Anita (An)
Jenis
Kelamin
/Umur
Perempuan/
36 thn
Laki-laki/
27 Thn
Laki-laki/
43 Thn
Perempuan/
42 Thn
Perempuan/
42 thn
Pekerjaan
Pegawai Negeri
Sipil-Puskesmas
Gandus
Fasilitator Program
Perbaikan Gizi
Tokoh Masyarakat/
Ketua RT 19
Kelurahan Pulokerto
Ibu Rumah Tangga
dan Ketua Pokja
PKK Kelurahan
Pulokerto
Ibu Rumah Tangga
dan kader posyandu
Alasan Pemilihan
Penanggung Jawab Progam
KGM Kecamatan Ganduspenyuluh kesehatan Kecamatan
Gandus
Fasilitator pendamping dalam
program perbaikan gizi di
Kecamatan Gandus
Tokoh masyarakat yang aktif
dan terlibat dalam program
perbaikan gizi dan kelompok
gizi
Aktivis perempuan di Kelurahan
Pulokerto yang terlibat dalam
kegiatan program perbaikan gizi
dan kelompok gizi masyarakat
Aktivis kesehatan di lingkungan
Kelurahan Pulokerto dan terlibat
dalam kepanitiaan program
perbaikan gizi dan kelompok
gizi masyarakat
43
Validitas data adalah proses teknik pengambilan data dengan menggunakan
teknik triangulasi data dan sumber. Teknik validitas dilakukan untuk mengetahui
keabsahan data yang diambil sehingga dapat diterima keautentikannya. Menguji
kredibilitas penelitian kualitatif digunakan triangulasi. Triangulasi meliputi
triangulasi sumber dan teknik pengumpulan data. Triangulasi sumber dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data
yang telah dianalisis menghasilkan suatu kesimpulan, selanjutnya dimintakan
kesepakatan (member check) dengan sumber-sumber data tersebut. Pengecekan
dilakukan dengan diskusi kelompok kepada informan pada saat disela-sela
sebelum pertemuan berlangsung. Triangulasi teknik pengumpulan data dilakukan
dengan cara mengecek kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Teknik yang digunakan berupa wawancara atau pengamatan. Selain itu, perlunya
melakukan realibilitas pada penelitian kualitatif yang biasa disebut dependabilitas.
Suatu penelitian dikatakan dependable apabila dapat mengulang/mereplikasi
kembali proses penelitian tersebut (Herdiansyah 2010).
Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini bersifat deskriptif, maka data yang diperoleh dianalisis
menurut kenyataan yang ada dan didasarkan pada teori konstruksi sosial yang
digunakan tanpa mengabaikan prinsip-prinsip komunikasi pembangunan dalam
arti luas, kemudian diperbandingkan dengan kasus yang terjadi dalam unit
analisis. Data yang diperoleh diolah dengan mengelompokkan berdasarkan teori
yang digunakan oleh peneliti. Teori yang digunakan dihubungkan antar data,
untuk kemudian disusun kesimpulan yang menjelaskan data.
Prinsip analisis data yang digunakan adalah dialogik atau dialektikal yang
mengembangkan terjadinya dialog dan dialektika antara peneliti dan sumber data.
Data yang diperoleh dari pendekatan penelitian kualitatif diolah secara tiga tahap
analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data serta penarikan
kesimpulan/ verifikasi dengan menggunakan model interaktif dari Huberman.
Ketiga kegiatan analisis yang dilakukan merupakan proses siklus dan interaktif
yang berlangsung secara simultan (Miles & Huberman 1992). Sebagai mana
digambarkan pada Gambar 2.
44
Pengumpulan
Data
2
Penyajian
Data
1
3
Reduksi
Data
Simpulan atau
Verifikasi
Gambar 2 Proses analisis data
1.
Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari
catatan lapang. Proses mereduksi data dilakukan sejak pengambilan data di
lapangan sampai pada proses penulisan. Data tersebut ditampilkan dalam
bentuk uraian singkat maupun menggolongkannya dalam bentuk yang lebih
luas.
2.
Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekelompok informasi yang tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.
3.
Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan merupakan temuan baru atas objek penelitian yang telah
diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan memikirkan ulang secara
penulisan, meninjau ulang secara catatan lapangan dan berdiskusi dengan
rekanan yang memahami kasus tersebut untuk mengembangkan kesepakatan
intersubjektif serta menempatkan salinan temuan dalam suatu seperangkat
tulisan dalam penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Obyek Penelitian
Letak Geografis dan Administrasi
Kelurahan Pulokerto terletak di wilayah Kota Palembang yang berada di
wilayah selatan kota. Kelurahan Pulokerto merupakan bagian dari Kecamatan
Gandus. Kelurahan ini memiliki gugus wilayah yang terdiri 50% rawa, 30%
daratan serta 20% persen berada di wilayah sungai. Wilayah tersebut terletak
pada 2°59′27.99″ Lintang Selatan 104°45′24.24″ Bujur Timur.
Kelurahan
Pulokerto memiliki luas wilayah 34,91 kilometer persegi, wilayah ini dilalui oleh
Sungai Musi sebagai sungai utama yang membelah Kota Palembang.
Iklim Kelurahan Pulokerto merupakan iklim daerah tropis dengan angin
lembab nisbi dengan kecepatan angin berkisar antara 2300 - 4500 meter per jam.
Suhu wilayah ini berkisar antara 23.4oC sampai dengan 31.7oC. Curah hujan
pertahun berkisar antara 2000-3000 milimeter. Sedangkan kelembaban udara
berkisar antara 75% - 89% dengan rata-rata penyinaran matahari 45% persen.
Topografi tanah relatif datar dan rendah serta rawa.
Hanya sebagian kecil
wilayah tersebut yang tanahnya terletak pada tempat yang agak tinggi. Wilayah
ini sebagian besar adalah rawa sehingga pada saat musim hujan daerah tersebut
tergenang.
Letak Kelurahan Pulokerto berada di ujung Kota Palembang yang
berbatasan langsung dengan Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Banyuasin.
Batas-batas wilayah Kelurahan Pulokerto terdiri dari :
- Sebelah Barat
: Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim.
- Sebelah Utara
: Desa Sukajadi, Kecamatan Talang Kelapa,
Kabupaten Banyuasin.
- Sebelah Timur
: Kelurahan Gandus, Kecamatan Gandus.
- Sebelah Selatan : Kelurahan Kramasan, Kecamatan Kertapati.
Jarak orbitasi yang dapat ditempuh dari kelurahan ke kecamatan bervariasi
namun dengan kendaraan bermotor dapat ditempuh selama 20 menit, sedangkan
jarak dari kelurahan ke pusat kota dapat ditempuh dengan 60 menit dengan
kendaraan bermotor dan jarak dari kelurahan ke provinsi dapat ditempuh selama
80 menit atau sekitar 25 kilometer.
46
Tabel 4 Orbitasi jarak dan waktu tempuh di Kelurahan Pulokerto
No
Orbitasi
Jarak
Waktu
1
Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan
10 km
20 menit
2
Jarak dari pusat pemerintah kota
20 km
60 menit
3
Jarak dari pusat pemerintah provinsi
25 km
80 menit
Sejarah berdirinya Kelurahan Pulokerto sudah sejak lama, tempat ini
dahulunya hanya dihuni satu keluarga yang dikenal dengan nama Pak Kerto.
Keluarga ini bermata pencaharian nelayan dan petani. Keluarga Kerto samakin
bertambah dengan pesatnya interaksi dengan penduduk luar dan jumlah anggota
keluarga makin bertambah, untuk mengabadikan wilayah tersebut maka
dinamakanlah Pulokerto. Pulo yang berarti hamparan sungai atau pulau dan Kerto
adalah nama penghuni pertama di wilayah ini. Pulokerto pada tahun 1999 masih
berada di bawah administrasi wilayah Kecamatan Ilir Barat II, tepatnya Kelurahan
Gandus.
Tahun 2001, Wilayah Pulokerto berdiri menjadi satuan pemerintah
Kelurahan Pulokerto berpisah dari Kelurahan Gandus. Sebelumnya Kelurahan
Pulokerto masuk pada wilayah administrasi Kelurahan Gandus. Kelurahan
Pulokerto berpisah berdasarkan peraturan daerah Kota Palembang No. 9 tanggal
20 September 2001. Status Desa Pulokerto di tingkatkan menjadi Kelurahan
Pulokerto. Kelurahan Pulokerto menempati kantor kelurahan di tengah kawasan
pemukiman masyarakat yang berukuran 520 meter persegi. Kawasan Kelurahan
Pulokerto sebagian berada di pinggir Sungai Musi dan Delta Musi. Terdapat 4
rukun warga yang menempati wilayah daerah pinggiran sungai Musi antara lain
RW 7, 8, 9 dan 10 sedangkan sisanya berada wilayah perbukitan.
Keadaan Demografis
Penduduk Kelurahan Pulokerto memiliki tingkat kondisi ekonomi yang
berada pada pada tingkat prasejahtera dan sejahtera. Profesi yang digeluti oleh
kalangan yang ada di wilayah ini adalah pedagang, petani, nelayan, buruh dan
aparatur pemerintah. Hasil sensus 2010 penduduk Kelurahan Pulokerto berjumlah
11 786 jiwa dimana laki-laki berjumlah 5 962 jiwa atau 50,58% dan perempuan
5 824 jiwa atau 49,41% dengan perbandingan ratio penduduk 1.17 antara lakilaki dan perempuan atau 102,37% berarti setiap 100 orang penduduk perempuan
47
terdapat 102 orang penduduk laki-laki. Wilayah Pulokerto memiliki 2 953 kepala
keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan dua orang anak. Wilayah Pulokerto dibagi
menjadi 32 Rukun Tetangga dan 10 Rukun Warga. Kepadatan Kelurahan
Pulokerto 338 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan yang terpadat di RW 2, 3
dan 4 yaitu sebanyak 44 jiwa per kilometerpersegi, sedangkan kepadatan yang
terendah di RW 7, 8 dan 10 yaitu sebanyak 24 jiwa per kilometerpersegi. Wilayah
yang padat memiliki spesifikasi wilayah berada di dataran dimana aksesibilitas
jalan raya dan sarana yang menunjang. Sedangkan untuk, wilayah yang tidak
terlampau padat tidak memiliki aksesibitas yang lengkap sehingga masyarakat
lebih cenderung memanfaatkan kondisi alam yang ada.
Tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku seseorang dalam menjalani roda
kehidupan dimana pendidikan yang tinggi mempengaruhi usaha mata pencaharian
seseorang sehingga berdampak pada status ekonomi yang dimiliki masyarakat.
Hal ini dapat di jelaskan pada Tabel 5.
Tabel 5 Persentase tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Pulokerto
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Penduduk
3 500
Persentase (%)
1
Belum Sekolah
2
Tidak sekolah
1 580
13,41
3
SD/ MI
2 990
25,37
4
SMP/MTs
2 569
21,80
5
SMA/ MA
880
7,47
6
AK/ DIPLOMA
156
1,32
7
Pergurutan Tinggi
111
0,94
11 786
100,00
Total
29,70
Sumber : Puskesmas Gandus Tahun 2010
Jumlah masyarakat yang memiliki status pendidikan yang baik berada di
54,64% sedangkan yang sangat baik hanya 2,26% dan 43,1% berada dalam
keadaan tidak memiliki pendidikan. Masyarakat Pulokerto sebagian besar adalah
nelayan dan petani serta pekerja bangunan ataupun buruh karet yang tidak
membutuhkan pendidikan yang tinggi. Anggapan masyarakat pendidikan tinggi
48
sulit untuk diraih karena kebutuhan pangan dan papan yang sangat sulit dijangkau
apalagi harus memikirkan pendidikan yang memang mahal. Angka pendidikan ini
juga mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat, dimana dari survey yang
dilakukan oleh Puskesmas Gandus, hanya 64% rumah tangga yang memiliki
jamban,. sedangkan sisanya membuang ke sungai. Selain itu, dampak dari
pendidikan yang rendah adalah pemanfaatan ASI sebagai asupan bayi yang
rendah dikarenakan tingkat pendapatan keluarga yang kurang memenuhi
kebutuhan ditambah dengan tingkat kesehatan ibu yang kurang, terutama pada
gejala kurang energi protein.
Komposisi mata pencaharian masyarakat Kelurahan Pulokerto memiliki
mata pencaharian di bidang pertanian, buruh pabrik dan bangunan, pedagang dan
pegawai negeri sipil.
Komposisi terbesar 52% adalah nelayan dan petani,
sedangkan yang kedua adalah buruh bangunan dan pabrik sebesar 30% dan
sisanya 18% adalah pedagang dan pegawai negeri sipil. Sebagian masyarakat
memiliki waktu kerja yang tidak menentu, mata pencaharian nelayan dilakukan
pada waktu sore dan pagi hari sedangkan pertanian dilakukan sesuai dengan masa
tanam dan panen. Umumnya di wilayah ini pertanian terbagi atas dua yaitu
pertanian rawa dan perkebunan. Pertanian rawa dilakukan dengan menanam padi
rawa dengan musim tanam satu hingga dua kali dalam setahun dengan masa
tanam empat hingga enam bulan. Sedangkan pertanian perkebunan dilakukan
sesuai dengan kondisi alam. Perkebunan yang dikelola dalam hal ini adalah karet.
Disamping pertanaman, masyarakat juga memanfaatkan ternak sapi, kambing,
ayam dan itik/ bebek sebagai mata pencaharian tambahan, disamping bertani dan
nelayan. Berdasarkan pantauan peneliti terdapat dua kelompok peternak yang
membudidayakan sapi dan kambing yang berjumlah 1000 ekor yang dikelola atas
bantuan dinas pertaian dan peternakan dinas pertanian Kota Palembang.
Aktivititas Keagamaan, Pendidikan, Kesehatan
Kegiatan masyarakat di kelurahan Pulokerto sangatlah beragam selain
memiliki mata pencaharian utama sebagai petani dan nelayan. Pada bidang
keagamaan saja masyarakat memiliki perkumpulan badan amal kematian di tiap
masjid. Kelurahan Pulokerto memiliki fasilitas rumah ibadah berupa masjid
sebanyak enam buah dan Mushola atau langgar sebanyak empat buah yang
49
masing-masing dimanfaatkan sebagai aktivitas keagamaan seperti solat jumat,
solat berjamaah dan pengajian ibu-ibu dan anak-anak.
Sedangkan aktivititas
pendidikan kelurahan ini memiliki empat buah sekolah dasar, dua buah taman
kanak-kanak, dua buah taman bermain anak PAUD dan taman bacaan. Masingmasing fasilitas sekolah dimanfaatkan oleh masyarakat Pulokerto untuk mendidik
anak-anak dan membina masyarakat.
Selain itu terdapat satu buah Puskesmas di Kecamatan serta dua buah
puskesmas pembantu yang ada di Kelurahan Pulokerto yang melayani jasa
kesehatan masyarakat seperti pengecekkan kesehatan, pemeriksaan ibu hamil,
penyelenggaraan imunisasi dan penyuluhan kesehatan. Dua puskesmas pembantu
ini terletak berjauhan. Satu puskesmas terapung yang terletak di pinggiran sungai
tepat berada di kampung laut Pulokerto, satu puskesmas pembantu yang berada di
pemukiman masyarakat berada di Desa Air Itam. Selain itu terdapat juga pos
pelayanan terpadu yang membantu masyarakat untuk imunisasi tambahan tiap
bulannya. Posyandu yang terdapat di Pulokerto dari tahun 2009 hingga sekarang
jumlahnya bertambah. Tahun 2009 posyandu berjumlah sembilan posyandu
dengan bergulirnya kegiatan program perbaikan gizi terjadi penambahan
posyandu sebanyak tiga buah sehingga menjadi dua belas posyandu. Penambahan
ini merupakan tanda peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan mulai
bertambah. Selain itu pula dengan adanya program perbaikan gizi, terjadi
penurunan angka kekurangan energi protein yang dialami oleh ibu hamil dan ibu
dan balita dan disamping itu pelayanan jasa kesehatan seperti konseling,
penyuluhan dan pengobatan menjadi rutin dilakukan tiap bulannya di masingmasing posyandu, sekolah, dan pada acara keagamaan.
Perhubungan dan Komunikasi
Kelurahan Pulokerto telah memiliki sarana dan prasarana transportasi
namun masih belum memadai. Sarana jalan masih belum beraspal maupun jalan
yang masih setapak dimana dilaluinya harus dengan jalan kaki. Sedangkan
prasarana yang belum memadai seperti angkutan umum yang kurang tersedia.
Masyarakat mengandalkan ojek ataupun mobil angkutan kota yang beroperasi dari
pukul 06.00-16.00 WIB sebagai alat transportasi darat. Sedangkan disisi lain
50
masyarakat juga mengandalkan transportasi laut yang dikenal dengan ketek atau
perahu bermotor.
Setiap masyarakat Pulokerto memiliki televisi dan radio sebagai media
saluran komunikasi. Selain itu, beberapa dari mereka telah memiliki telepon
genggam yang dimanfaatkan sebagai saluran komunikasi antar keluarga ataupun
rekanan bisnis. Sarana komunikasi lain pun mulai terbuka seperti warung telkom
yang ada di tengah kelurahan, telepon umum. Dampak terhadap teknologi
komunikasi mengakibatkan terbukanya usaha bisnis bagi masyarakat seperti
warung internet yang dikelola oleh masyarakat sendiri, tercatat terdapat tiga buah
warnet yang menempati pemukiman masyarakat yang menyebar di komplek
Griya Asri. Disamping itu juga, komunikasi tradisional pun masih digunakan
seperti papan pengumuman di tingkat Rukun Warga, penggunaan masjid sebagai
sarana informasi, pertemuan gotong royong warga tiap bulannya.
Komunikasi dalam sebuah masyarakat tentu tidak terlepas dari masyarakat
secara langsung baik tokoh masyarakat yang dianggap sebagi informasi utama
atau tokoh pendapat yang selalu dimintakan pendapatnya. Masing-masing rukun
tetangga memiliki pemimpin-pemimpin yang dianggap sebagai opinion leader
yang memberikan informasi setiap program pembangunan yang akan datang.
Informasi ini didapat dari sosialisasi yang dilakukan di kelurahan atau kecamatan.
Tokoh-tokoh ini umumnya menjabat sebagai perangkat rukun warga ataupun
rukun tetangga sehingga masyarakat akan lebih mudah menghubungi mereka
yang menjadi sasaran dan diinformasikan ke masyarakat luas. Selain itu juga
setiap tiga bulan sekali masyarakat Kelurahan Pulokerto mengadakan rapat dan
pertemuan
bersama
antar
masyarakat
permasalahan yang ada di masyarakat.
di
kelurahan
membahas
seputar
51
Program Perbaikan Gizi dalam Kelompok Gizi Masyarakat Pulokerto
Program perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat merupakan
singkatan dari Nutrition Intervention Through Community Empowerment
disingkat dengan NICE adalah salah satu program yang didanai oleh Asian
Development Bank (ADB). Program perbaikan gizi dilatar belakangi oleh
banyaknya kasus gizi buruk dan kekurangan gizi yang menimpa masyarakat
miskin terutama masyarakat pinggiran dan pedesaan. Program perbaikan gizi
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam
hal permasalahan gizi dan kesehatan di wilayahnya.
Kelurahan Pulokerto merupakan salah satu wilayah yang mendapat program
perbaikan gizi masyarakat. Sebanyak empat kelurahan yang terpilih menjadi
prioritas program yaitu Kelurahan Karang Anyar, Karang Jaya, Gandus, dan
Kelurahan Pulokerto. Proses pemilihan dilakukan oleh pihak Kecamatan,
Kelurahan dan Dinas Kesehatan Kota Palembang. Keterpilihan wilayah Pulokerto
memperoleh program didasarkan pada: (1) Kurangnya sarana dan prasarana
kesehatan yang dimiliki di wilayah tersebut; (2) Kurangnya bidan kesehatan dan
petugas kesehatan; (3) Penduduk yang memiliki mata pencaharian kurang dari
layak dibawah Rp.750.000 perbulannya; (4) Pernah terjadi gizi buruk dan
tingginya prevalensi kematian ibu dan balita serta kurang gizi; (5) Minimnya
sanitasi kesehatan warga.
Tujuan Program Perbaikan Gizi
Tujuan program perbaikan gizi adalah: (1) Terbangunnya lembaga
kemasyarakatan dalam bentuk kelompok sadar gizi yang dipercaya, representatif,
terbuka serta aksesibiltas bagi masyarakat sehingga berperansertanya masyarakat
terhadap program perbaikan gizi; (2) Terlaksananya program perbaikan gizi yang
dilaksanakan bersama pihak masyarakat dan pemerintah dalam satuan kerja; (3)
Bersinerginya program perbaikan gizi dan program pemberdayaan yang
sejenisnya yang membantu masyarakat dalam hal memberikan solusi terhadap
permasalahan yang dialami sehingga mampu mandiri. Selain itu membangun
kesadaran dan kemampuan masyarakat bersama pemerintah menanggulangi
permasalahan kesehatan terutama permasalahan gizi.
52
Organisasi Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi
Organisasi pelaksana adalah Dinas Kesehatan Kota Palembang sebagai
Manajer proyek program perbaikan gizi masyarakat. Dinas Kesehatan Kota
Palembang melakukan sosialisasi kepada pihak kecamatan dan kelurahan sebagai
koordinasi dalam penentuan dan pelaksanaan program di wilayah Kecamatan
Gandus. Setelah memperoleh sasaran kelurahan yang menerima proyek program
perbaikan gizi, ditentukanlah kelompok kerja program yang dipilih langsung oleh
masyarakat. Kelompok kerja melakukan tugasnya dibantu oleh fasilitator
masyarakat beserta petugas puskesmas sebagai pendamping masyarakat.
Pelaksanaan program dimonitoring dan dievaluasi oleh petugas puskesmas dan
dinas kesehatan Kota Palembang.
Sasaran Penerima Program Perbaikan Gizi
Sasaran penerima program perbaikan gizi adalah posyandu, ibu dan balita
dari kalangan keluarga miskin, kader posyandu, sekolah dasar dan madrasah, serta
masyarakat desa penerima paket gizi masyarakat (PGM). Proyek program
perbaikan gizi diberikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang bersifat
penyuluhan dan pelatihan. Kegiatan tersebut diusulkan dalam bentuk paket gizi
masyarakat oleh kelompok gizi melalui partisipasi aktif masyarakat.
Strategi Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi
Strategi pelaksanaan program perbaikan gizi dilakukan dengan membentuk
kelompok kerja. Kelompok kerja berjumlah sepuluh orang dari kalangan
masyarakat setempat. Komposisi kelompok kerja di Kelurahan Pulokerto terdiri
dari enam orang perempuan dan empat orang laki-laki. Komposisi kelompok
dihasilkan dari rapat kelurahan yang terjadi pada tanggal 14 Desember 2009.
Tujuan keterlibatan laki-laki dalam kelompok kerja agar dapat memberikan
perlindungan dan membantu tugas anggota perempuan. Masing-masing
perwakilan dari sepuluh rukun warga terwakilkan dalam kelompok kerja tersebut.
Fungsi kelompok kerja adalah melakukan pendataan target sasaran
penerima program yang didasarkan pada data hasil survey dan wawancara dengan
penerima program. Setelah memperoleh data, kelompok kerja melakukan diskusi
terbatas bersama dengan fasilitator dan petugas puskesmas untuk menentukan
paket gizi yang akan direncanakan. Paket gizi masyarakat adalah kumpulan
53
agenda kerja yang diusulkan oleh kelompok gizi masyarakat kepada pihak
penyandang dana program. Pengusulan paket gizi diusulkan melalui dinas
kesehatan kota yang diketahui oleh pimpinan lokal dan pelaksana program di
lapangan. Paket gizi dibuat oleh kelompok sebanyak tiga kali dalam masa proyek
program perbaikan gizi selama tiga tahun.
Kelompok kerja melakukan tugas setelah dana pakat gizi diterima dari
penyelenggara proyek. Adapun kegiatan yang dikelola oleh kelompok adalah
kegiatan yang menunjang kesadaran masyarakat tentang perbaikan gizi. Kegiatan
yang dilakukan adalah: (1) Melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhan oleh
posyandu seperti meja, kursi dan alat ukur; (2) Memberikan pelatihan kepada
kader posyandu oleh petugas puskesmas setiap bulannya; (3) Memberikan
pendampingan pengisian buku sistem informasi posyandu oleh kelompok dan
petugas puskesmas setiap bulannya; (4) Memberikan penyuluhan kepada
masyarakat khususnya ibu rumah tangga yang di selenggarakan di posyandu
setiap bulannya oleh petugas kesehatan; (5) Memberikan pelatihan dan
penyuluhan kepada ibu hamil dan ibu menyusui
tentang kesehatan ibu oleh
petugas kesehatan yang dilaksanakan di salah satu rumah tokoh masyarakat; (6)
Memberikan penyuluhan kepada pedagang kantin sekolah tentang kesehatan
makanan sekolah yang baik untuk dikonsumsi yang diselenggarakan di tiga
sekolah dasar Kelurahan Pulokerto.
Kelompok kerja menganggarkan perbaikan sanitasi sekolah yang telah
rusak. Penganggaran ini telah menjadi bagian dari aturan dari proyek program
perbaikan gizi. Kelompok gizi masyarakat Pulokerto melakukan pemugaran di
dua sekolah yaitu SD Negeri 172 dan SD Muhammadiyah Air Itam dengan
memugar kamar mandi sekolah dan membuat tempat cuci tangan serta
mambangun sarana penampungan air. Masa proyek program perbaikan gizi hanya
terbatas tiga tahun sehingga kelompok diwajibkan mengalokasikan dana 10% dari
dana paket gizi tahap tiga untuk membangun ekonom kreatif masyarakat. Bentuk
dari ekonomi kreatif yang dikelola oleh kelompok gizi Pulokerto adalah
membangun unit usaha penjualan bambu yang bekerja sama dengan petani bambu
di wilayah Pulokerto.
54
Kegiatan yang telah dilakukan dilaporkan setiap bulannya oleh kelompok
kerja baik dalam bentuk laporan kegiatan maupun laporan keuangan. Laporan
tersebut diaudit oleh petugas kesehatan puskemas dan dinas kesehatan sebagai
penyelenggara proyek program perbaikan gizi. Adapun kegiatan dari proyek
program perbaikan gizi dapat digambarkan melalui siklus pada sketsa Gambar 3.
Tahap Perencanaan
Tahap Pelaksanaan
Pembentukan Kelompok di
Masyarakat (Pokja)
Pembuatan
Paket
Gizi
Masyarakat (Survey dan
Musyawarah kelompok)
Tahap Persiapan
Sosialisasi
Perbaikan Gizi
Penunjukkan
sasaran program
Program
wilayah
Pembuatan proposal Paket
gizi
Pelaksanaan kegiatan Paket
gizi
Tahap Evaluasi
Laporan Pertanggung
jawaban Kelompok tertulis
dan lisan
Audit program kegiatan
KGM
Keputusan Dinas
Kesehatan,
Puskesmas
Kecamatan dan
Kelurahan
Gambar 3 Siklus kegiatan program perbaikan gizi
55
Deskripsi Peristiwa Komunikasi pada Program Pemberdayaan
Perbaikan Gizi Masyarakat
Pertemuan Pembentukan Kelompok Kerja
Pembentukan kelompok gizi masyarakat atau disingkat dengan KGM adalah
salah satu peristiwa komunikasi yang menjadi objek penelitian dari peneliti.
Peristiwa pembentukan kelompok adalah bagian dari tahapan ke dua setelah
penentuan sasaran proyek program perbaikan gizi yang ditentukan oleh pihak
pemegang kebijakan. Pembentukan kelompok gizi dilakukan pada hari Senin
tanggal 14 Desember 2009 pukul 10.00-12.00 WIB. Pembentukan kelompok
dilakukan di kantor aula Kelurahan Pulokerto.
Peserta yang hadir saat pembentukan berjumlah 25 orang yang mewakili
dari berbagai unsur dari kalangan masyarakat. Unsur yang terwakilkan dari
masyarakat antara lain adalah kaum perempuan baik berasal kader posyandu, ibu
PKK Kelurahan Pulokerto, tokoh masyarakat, pendidik maupun ibu rumah
tangga, sedangkan dari kaum laki-laki kebanyakan adalah Rukun Tetangga,
Rukun Warga, tokoh pemuda serta tokoh agama. Kegiatan pertemuan didominasi
oleh kaum perempuan. Jumlah kaum perempuan yang hadir sebanyak 15 orang
dan kaum laki-laki berjumlah 10 orang. Informasi kegiatan dilakukan dengan
mengundang masyarakat baik dengan mengirimkan surat ke tokoh masyarakat dan
pihak RT dan RW serta menempelkan surat ke papan pengumuman yang dapat
dibaca oleh masyarakat. Dominasi kaum perempuan yang hadir adalah salah satu
syarat karena di dalam surat undangan tersebut ditujukan kepada kaum ibu.
Selain itu, peserta yang juga hadir adalah petugas kesehatan dan fasilitator
program.
Partisipan rapat yang telah hadir memasuki ruangan aula Kelurahan
Pulokerto yang lebarnya 70 meter persegi. Partisipan duduk di setiap kursi yang
telah dipersiapkan. Kursi tersebut diatur berjejer lima vertikal dan lima horizontal.
Bentuk pertemuan menggunakan pola huruf U, dimana masing-masing partisipan
rapat dapat saling bertatap muka. Tidak ada batasan tempat duduk antara laki-laki
dan perempuan hanya saja terjadi dengan sendirinya perempuan duduk dengan
rombongan perempuan dan laki-laki duduk pada rombongan laki-laki sehingga
terlihat seperti mengelompok.
56
Pertemuan dibuka setelah semua partisipan rapat hadir di dalam ruangan.
Rapat dibuka langsung oleh lurah Pulokerto dengan mengucapkan salam dan
memberikan beberapa alasan pertemuan rapat serta arahan rapat. Adapun
ungkapan dari lurah tersebut tertuang dalam kutipan berikut ini.
“Rapat pertemuan ini kito adakan dengan alasan bahwa pentingnya
program NICE ini bagi kito supaya jelas dan dak menimbulkan tando
tanyo bagi kito dan perlunya kito membicarakannyo karena
masyarakat kito yang nak mengelolanya nantinyo sehingga perlu hadir
untuk memahaminyo sehingga dak saling mencurigai....selain itu
perlunyo kerja samo dari kito masyarakat untuk saling bahu membahu
dan saling membantu dalam pengelolaan program tersebut
kedepannyo... aku mengharapkan nantinya setelah terpilihnya
pengurus kelompok yang terpilih ini dak katek saling mencurigai
atupun saling melempar tanggung jawab.... jadi ini la tanggung jawab
kito yang ado di sini... berarti kito la jadi wakil dari masyarakat
kito...jadi siapo itu yang menjadi kelompok kerja dalam program ini
nanti aku serahkan pada maysrakat yang ado ini.... baiknyo mak mano
jadi aku hanya mendengarkan bae kemauan kamu yang ado”.
Lurah berpesan agar peserta rapat dapat aktif mendengarkan dan terlibat
langsung dalam rapat sehingga tidak menimbulkan kecurigaan terhadap unsur
pemerintah. Partisipan rapat diberikan kebebasan untuk bertanya bila masih ada
dalam rapat ini yang masih belum jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir
terhadap kegiatan program yang akan dijalankan nantinya. Lurah juga berpesan,
setelah kelompok kerja terpilih, agar memaksimalkan program tersebut dikelola
dan dimanfaatkan dengan baik sehingga dapat dirasakan masyarakat disetiap
lapisan.
Pengantar dari lurah telah disampaikan, selanjutnya pengeras suara
berpindah kepada petugas kesehatan yang merupakan perwakilan dari NICE atau
Proyek Perbaikan Gizi Masyarakat. Petugas kesehatan menerangkan kepada
masyarakat bahwa program NICE atau Proyek program perbaikan gizi masyarakat
adalah salah satu program di bidang gizi yang melibatkan masyarakat langsung
sebagai pelaku kegiatan program. Program ini melibatkan masyarakat langsung
sebagai pembuat kegiatan, apa yang harus dilakukan dan berapa jumlah alokasi
yang dibutuhkan sesuai dengan besaran kegiatan tersebut. Sumber dana program
ini berasal dari Asian Development Bank (ADB) atau Bank Pembangunan Asia.
Proyek program ini adalah pinjaman kepada masyarakat Indonesia yang diberikan
57
oleh ADB untuk mengurangi angka gizi buruk yang melanda masyarakat
Indonesia. Pemberian bantuan ini dalam bentuk proyek program perbaikan gizi
melalui pemberdayaan masyarakat atau biasa disingkat dengan NICE (Nutrition
Intervention Through Community Empowerment). Pemberian bantuan program
ini melibatkan 524 desa dan kelurahan yang memperoleh program. Kota
Palembang memiliki 117 kelurahan, tetapi hanya 110 kelurahan yang memperoleh
bantuan dengan kriteria yang telah ditentukan oleh pihak NICE sendiri.
Sedangkan, cara kerja proyek program ini adalah dengan membentuk kelompok
kerja yang terdiri dari sepuluh orang yang terdiri dari ketua, bendahara, dan
sekretaris serta anggota. Kelompok kerja inilah yang akan menyusun kegiatan
paket gizi tersebut. Kelompok kerja yang dipilih akan menjalankan program
sesuai dengan aturan main dari proyek NICE. Kelompok kerja tidak sendiri dalam
menyusun rencana kegiatan, namun akan dibantu oleh fasilitator beserta pihak
puskesmas. Susunan kelompok kerja sesai dengan arahan dari lurah, diserahkan
langsung kepada masyarakat untuk memilih pengurus yang akan menjalankan
program tersebut. Kelompok kerja adalah hasil perundingan yang dipilih bersama
masyarakat yang hadir.
Petugas kesehatan juga menekankan bahwa program perbaikan gizi
sangatlah penting bagi Kelurahan Pulokerto, karena kegiatan ini berfungsi
memantau perkembangan gizi masyarakat terutama ibu balita, ibu hamil (bumil),
dan ibu rumah tangga, selain memberikan informasi dan pelatihan kepada
masyarakat serta mendekatkan peran serta puskesmas sebagai layanan yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat. Program ini juga mengaktifkan kembali posyandu
dan kader di posyandu untuk meningkatkan kinerja posyandu. Program perbaikan
gizi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi sekolah dengan memantau
dan memberikan penerangan bagi siswa sekolah dan pedagang kantin untuk
menjaga kebersihan lingkungan. Sisa dari 10% anggaran proyek program
perbaikan gizi diharapkan dapat membangun ekonomi inovatif yang dikelola
langsung oleh kelompok. Petugas kesehatan menyarankan agar pengelolaan
program sebaiknya dilakukan secara bersama dengan kelompok gizi yang lain
dalam satu Kecamatan Gandus sehingga dapat menyelaraskan kegiatan bersama.
58
Petugas kesehatan telah selesai memberikan pengantar yang baik berupa
informasi dan arahan, sehingga pengeras suara berpindah ke fasilitator
masyarakat. Fasilitator masyarakat memberikan beberapa penjelasan kepada
peserta rapat. Fasilitator menekankan bahwa program proyek NICE merupakan
salah satu sarana bantuan buat kelembagaan pemberdayaan masyarakat agar dapat
bergerak. Selama ini, kelembagaan pemberdayaan hanya berupa papan nama,
namun dengan adanya NICE sebagai sponsor pendanaannya, kelembagaan ini
akan dapat bekerja sesuai dengan petunjuk dan pelaksanaan yang diatur oleh
NICE sendiri. Kegiatan ini tidak hanya melibatkan kelompok, namun juga
melibatkan masyarakat langsung. Setelah kelompok terbentuk, NICE akan
memberikan pelatihan kepada bendahara dan sekretaris dalam waktu dekatnya.
Kelompok akan diberikan bekal buku bacaan mengenai aturan pada kegiatan
NICE sendiri. Kelompok dapat memanfaatkan data-data yang ada sebagai sumber
informasi awal untuk menentukan langkah kegiatan dalam menentukan paket gizi
masyarakat. Fasilitator menegaskan kembali bahwa kelompok kerja harus dapat
mengatur pengelolaan keuangan sesuai dengan porsi kegiatan yang akan
dilaksanakan sesuai dengan kondisi masyarakat atau permasalahan yang ada.
Pengeras suara diletakkan oleh faskel setelah beberapa penyampaian dan
lurah mempersilahkan wakil lurah mengambil alih acara untuk meneruskan ke
acara berikutnya. Acara berikutnya diusulkan oleh salah satu warga agar langsung
saja menentukan kelompok yang akan melaksanakan tugas di proyek program
perbaikan gizi tersebut. Usulan tersebut disambut oleh partisipan yang lain dan
wakil lurah pun memberikan kesempatan kepada partisipan yang hadir untuk
mencalonkan kandidat kelompok kerja. Berikut adalah kutipan yang disampaikan
oleh wakil lurah Pulokerto.
“Baiklah bapak-bapak dan ibu-ibu, sebaiknya kita memimilih
kelompok kerja terlebih dahulu sebelum meneruskan pertanyaan atau
tanya jawab. Saya menyarankan kepada bapak-bapak dan ibu-ibu
untuk mengusulkan nama yang akan diusulkan menjadi ketua,
bendahara dan sekretaris terlebih dahulu”.
Suasana sedikit ribut, beberapa suara terdengar menyebut nama yang akan
menjadi bagian dari kelompok kerja gizi. Wakil lurah memberikan teknis
pemilihan. Tetapi, partisipan rapat menginterupsi agar wakil lurah saja yang
59
langsung menunjuk nama-nama yang menjadi kelompok kerja. Namun wakil
lurah menolak dengan alasan bahwa hal ini sudah pernah dilakukan. Berikut isi
jawaban dari wakil lurah.
“Sebenarnya kelompok ini telah ada namanya secara administrasi,
namun karena pengurus yang lama tidak mampu memegang kerja
proyek ini dengan beberapa pertimbangan antara lain anggaran dana
yang besar dan perlu menangani kegiatan yang lain sehingga secara
terbuka saja kita pilih kembali susunan formasi pengurus yang
baru....kalaupun pengurus kemarin yang telah ditetapkan mau dipilih
kembali saya serahkan kepada bapak dan ibu yang hadir.”
Beberapa nama dari partisipan mulai disebut dalam rapat seperti Madri,
Rafik, Sabaruddin dan Nafiah dari kaum laki-laki, sedangkan dari perempuan
beberapa nama yaitu Maitati, Hindun, Halijah, Yenarni dan Hermina, serta
Annita. Wakil lurah menuliskan nama-nama tersebut di papan tulis nama-nama
yang dipilih menjadi pengurus kelompok kerja gizi. Kemudian wakil lurah
memberikan arahan sebagai berikut.
“Nama-nama yang akan menjadi bagian dari proyek program NICE
sudah kita pilih tinggal lagi kita menetapkan nama-nama yang akan
menjadi ketua, bendahara dan sekretaris. Saya menyerahkan kembali
kepada para peserta rapat.”
Peserta rapat menunjuk nama Madri, Rafik dan Hindun serta Anita dan
terjadilah dialog antara partisipan. Beberapa peserta yang rapat lebih cenderung
kepada Madri dan Rafik menjadi ketua. Tak berapa lama, wakil lurah
menawarkan untuk pemilihan langsung. Rafik terpilih sebagai ketua melalui
pemilihan langsung. Sedangkan bendahara dan sekretaris dipilih melalui
pemilihan langsung dan terbuka dan akhirnya terpilih Madri sebagai bendahara
dan Hindun sebagai sekretaris.
Pemilihan kelompok kerja telah terpilih, wakil lurah mempersilahkan
kelompok kerja untuk memperkenalkan diri dan asal tempat tinggal serta
memberikan kata sambutannya. Rafik, sebagai ketua, mewakili kelompok kerja
memberikan kata pengantanya. Isi pengantar yang diberikan adalah ajakan untuk
dapat bekerja sama dan meminta untuk bantuan dari peserta yang hadir untuk
memberikan sosialisasi kepada anggota masyarakat yang lain. Sejenak, acara
terdiam selama beberapa saat. Lalu wakil lurah meneruskan acara dengan acara
tanya jawab, tetapi waktu telah menunjukkan pukul 11.30 WIB, sehingga acara
tanya jawab dibatasi hanya tiga puluh menit dari wakil lurah. Peserta rapat pun
60
menyetujuinya dengan berdiam tanpa mengomentari waktu yang ditawarkan
karena hari sudah siang.
Sesi tanya jawab berlangsung, dimana pertanyaan di mulai dari pengurus
yang baru terbentuk. Pertanyaan pertama diajukan dari ketua kelompok kerja yaitu
Rafik. Adapun sesi pertanyaan tersebut langsung di jawab oleh petugas. Adapun
kutipannya sebagai berikut.
Rafik : saya nak ngajukan pertanyaan ke petugas kesehatan, mak
ini.... beberapa dari anggota kita perlu tahu berapo nian
anggaran dana yang digunakan untuk program ini, sehingga
kito dak saling mencurigai dan apo langkah-langkah kami
sebagai kelompok kerja ni yang harus kami lakukan tahap
awal ni.?
PK
: begini pak... terima kasih pertanyaannya... anggaran dana
yang digelontorkan itu ado 140 juta.... namun ini dak
langsung dibagike......ini dilakukan beberapa tahapan. Jadi
teknisnyo kelompok kerja akan memiliki rekening Bank yang
telah kami tunjuk dalam hal ini Bank BRI. Yang menjadi
tanda terima rekening tersebut hanya tigo uoang yang
bertanggung jawab yaitu ketua, bendahara, dan sekretaris.
Dana yang akan dibagikan sesuai dengan besaran usulan
kegiatan yang akan dilakukan persatuan paket kerjo.
Sehingga dana tersebut harus habis. Langkah yang harus
dilakukan oleh kelompok adalah menentukan paket gizi yang
nak dilakukan kedepannyo setalah melihat permasalahan di
posyandu ataupun di lingkup kesehatan lingkungan sekitar.
Jadi ageknyo akan di dampingi sendiri oleh fasilitator dan
saya. Kalu masih dak mengerti pacak datang ke puskesmas
langsung.
Rafik : jadi mak mano pengurusannyo di Bank.?
PK
: masalah itu telah kami pikirkan dan telah kami buatkan
nama-nama pengurus tersebut setelah memperoleh SK nama
pengurus kelompok gizi. Jadi kelompok terus konsultasikan
hal ini ke fasilitator yang mendampingi. Yang perlu dipegang
ini adonyo kebersamaan dan kesepakatan bersama sesama
kelompok.
Rafik : ini, nanyo lagi ni bu.... mak mano masalah dana 10% itu?
PK
: dana 10% itu dana yang nak diperuntukkan buat lembaga
kelompok KGM agar pacak tetap berlangsung..... meskipun
proyek perbaikan gizi ini dak katek lagi. Dana itu
dimaksudke dikelola oleh kelompok tu la.... sehingga pacak
mengoperasionalkan pengelolaan lembaga KGM sendiri.
Kalu pacak dana itu dikelola oleh kelompok gizi tu la sebagai
pengembangan gizi..... sehingga berkaitan dengan program
proyek ini
61
Rafik : jadi dana itu sebagai dana usaha KGM dengan kato lain....
atau mak mano.....
PK
: iyo, dana itu sebagai dana usaha, untuk regulasi kerja
kelompok bae...tetapi sifatnyo harus mendukung usaha
proyek perbaikan gizi.
Rafik : oooo.....mak mano dengan mekanisme nyo apakah masuk
dalam paket yang diusulkan jugo....
PK
: iyo, apapun yang dilakukan dalam pengelolaan proyek ini
harus ditulis dan dilaporkan...
Pertanyaan berikutnya dipersilahkan kepada yang hadir dan kesempatan diberikan
kepada bapak AS yang merupakan perwakilan dari RW.03 RT 12. Adapun
pertanyaan yang diajukan sebagai berikut.
Mak ini, ibu... apakah penggunaan dana ini pacak pulo dialokasikan
ke penggunaan pembangunan cak posyandu atau pembangunan sarana
warga lainnya. Sebelumunyo terima kasih.
Pertanyaan yang diajukan oleh bapak AS mengenai penggunaan dana tersebut
akan dialokasikan kemana saja atau dengan kata lain penggunaan dana tersebut
diperuntukkan untuk apa saja. Pertanyaan ini di jawab oleh PK sebagai berikut.
Terima kasih pak pertanyaan nyo, mak ini... penggunaan anggaran
dana itu diserahkan samo kelompok kerja ini. Kelompok kerja yang
akan menyeleksi kegiatan-kegiatan apo yang nak diisi sehingga
anggarannyo kembali lagi ke kelompok sendiri yang menentukan
penganggarannyo. Kito sebagai pihak pendamping hanya memberikan
pendampingan dan konseling kegiatan. Nantinyo kelompok nak
membangun sarana sanitasi masyarakat kito kembalikan lagi ke
kelompk... yang penting sesuai dengan pengajuannyo fungsi dari
proyek program peningkatan perbaikan gizi.....mungkin mak itu bae
pak.
Fasilitator lalu menambahkan jawaban dari petugas kesehatan, adapun kutipannya
sebagai berikut.
Mak ini pak, aku nak nambahin sedikit. Kalu mengenai pembangunan
sarana masyarakat berdasarkan aturan yang ado kemungkinan dak
pacak keculai yang telah di setting oleh program ini cak rehab fasilitas
sanitasi sekolah namun kalu kelompok sendiri dan masyarakat merasa
perlu kemungkinan biso bae. Proyek ini siftanya membantu bae yang
perlu kito samo-samo pahami.
62
Pihak perempuan mengajukan pertanyaan kepada petugas kesehatan.
Pertanyaan diajukan oleh Ibu Hindun, sebagai perwakilan. Kutipan pertanyaannya
sebagai berikut.
“Begini ibu, kami senang ado program proyek perbaikan gizi ini, dan
apakah ado pelatihan buat kami sebelum menjalankan program ini,
kareno kami samo sekali dak tahu... iyo, apakah program ini
dikhususkan buat ibu-ibu bae atau mak mano sesungguhnyo...?
Jawaban langsung disampaikan oleh petugas kesehatan atas pertanyaan ibu
Hindun. Adapun kutipan jawaban sebagai berikut.
Terima kasih bu... akhirnyo dari perempuan ado jugo yang nak
bertanyo... mak ini bu... sebelum program ini di jalankan, insyaallah
ado pelatihan yang akan di lakukan oleh ibu dan bapak sebagai
pengurus. Pelatihan ini hanya akan di hadiri oleh ketua, bendahara
ataupun sekretaris atau perwakilan untuk menjalankan program ini.
Kegiatan ini resmi yang akan dihadiri dari KGM yang ado di Kota
Palembang. Masalah waktunyo akan ditentukan oleh pihak NICE
pusat langsung. Ditunggu bae. .... kalu masalah apakah program ini
hanya untuk ibu-ibu.... yo... namonyo jugo program perbaikan gizi....
masalah terbesarnya ado pada ibu dan balita jadi masalah ini memang
beratnya di ibu hamil dan ibu balita.
Pengantar terakhir yang diberikan oleh petugas kesehatan berupa nasehat
agar program tersebut dapat dijalankan sebagaimana aturannya dan perlu diingat
bahwa program tersebut bukan untuk mengambil keuntungan, akan tetapi
kelompok merupakan bagian dari masyarakat yang membantu masyarakat
langsung dalam membuat dan menentukan kegiatan yang sesuai dibutuhkan oleh
masyarakat sendiri. Sehingga, perlunya kerja sama antara berbagai pihak baik
puskesmas, kelurahan dan masyarakat.
Waktu telah menunjukkan pukul 12.00 WIB. Wakil lurah memberikan kode
bagi masyarakat yang hadir untuk menutup acara. Acara ditutup dengan
pembacaan doa oleh peserta rapat. Setelah berakhir pertemuan pembentukan
kelompok, acara selanjutnya dikembalikan ke kelompok untuk mengatur jadwal
kerja kelompok dalam menyusun kegiatan program perbaikan gizi.
Acara dilanjutkan dengan rapat kerja kelompok yang dilakukan oleh
kelompok dan fasilitator. Kegiatan ini dilakukan setelah beberapa minggu dari
kegiatan pembentukan kelompok tersebut.
Fasilitator masyarakat selalu
menghubungi pengurus kelompok dan memberikan arahan agar kelompok
63
berkumpul dan mengadakan rapat segera dan menetapkan paket-paket kegiatan
yang akan dilakukan.
Pertemuan Rapat Kerja Kelompok
Pertemuan rapat kerja dilakukan setelah beberapa minggu kelompok
dibentuk. Pertemuan kelompok disepakati bersama dua minggu sekali di kantor
Kelurahan. Kesepakatan ini ditentukan oleh kelompok dengan mendengar
beberapa kesempatan dari anggota kelompok. Pertemuan ditetapkan langsung oleh
ketua setelah mendengar keterangan dari anggota dan fasilitator.
Pertemuan pertama diadakan bulan Januari minggu pertama tahun 2010 di
kantor Kelurahan Pulokerto di ruang rapat PKK. Kegiatan pertemuan dilakukan
pada pukul 10.00-11.00 WIB. Kegiatan ini dihadiri sepuluh orang kelompok dan
satu orang fasilitator. Kegiatan ini dipimpin oleh ketua kelompok. Pertemuan
kelompok ini membahas kegiatan yang akan dilakukan untuk menghasilkan paket
gizi yang akan diusulkan. Pada pertemuan ini sesama anggota kelompok mulai
mengakrabkan diri dengan saling berdiskusi dan bercanda bersama. Anggota
kelompok menggunakan pakaian bebas, namun formal.
Acara dibuka oleh ketua dengan memberikan salam kepada anggota.
Kemudian mendengarkan arahan dari fasilitator kegiatan, apa saja bentuk yang
akan dilakukan dalam rapat tersebut. Fasilitator kemudian memberikan pengantar
rapat kerja ke anggota kelompok. Arahan tersebut berisi agar rapat ini dapat
dilakukan secara serius, namun santai sehingga anggota tidak terlampau tegang
namun berisi dan menyelesaikan tugas. Selain itu juga, kegiatan rapat ini
mendengarkan pendapat usulan tahap awal yang akan dilakukan kelompok pada
tahap pertemuan berikutnya. Fasilitator juga menyarankan agar pertemuan ini
tidak hanya dilakukan langsung, namun rutin dan bertahap sehingga koordinasi
antar pengurus dapat berjalan dengan baik. Fasilitator menerangkan perihal
seputar Kelompok Gizi Masyarakat sendiri. Kegiatan Kelompok Gizi Masyarakat
merupakan salah satu bentuk kesepakatan bersama kelompok kepada masyarakat
untuk membuat paket usulan. Sehingga, kelompok dapat terlebih dahulu
melakukan survey dan diskusi, menggali informasi kepada masyarakat sasaran
seperti pengguna posyandu, bidan dan puskesmas. Fasilitator juga menyarankan
agar kelompok memastikan untuk memiliki basecamp atau sekretariat yang tetap
64
sehingga masyarakat dapat langsung bertanya ke kelompok atau ke sekretariat
langsung.
Ketua memberikan kesempatan kepada anggota untuk memberikan usulan,
setelah fasilitator memberikan pengantarnya. Selang beberapa lama, seorang
kelompok yaitu HD memberikan tanggapan dan dukungan apa yang dikatakan
oleh fasilitator. HD menyarankan yang berisi agar kelompok gizi masyarakat
dapat memiliki pakaian seragam sehingga terlihat formal dalam setiap melakukan
tugas baik rapat dan turun lapang. Selain itu, HD juga menyarankan agar sebelum
menentukan paket usulan, semua anggota harus melakukan survey yang dilakukan
secara bersama-sama ke posyandu-posyandu dan melakukan kunjungan ke rumah
bidan praktek ataupun puskesmas untuk meminta masukan. Setelah aspirasi yang
disampaikan oleh salah satu anggota kelompok, ketua memberikan kesempatan
kepada anggota lain untuk menanggapinya, tetapi semua peserta pun diam. Ketua
lalu mengajukan pertanyaan kembali untuk meminta tanggapan dari anggota
terhadap usulan tersebut. Semua anggota menyetujui untuk pemindahan
sekretariat dan membuat baju dinas KGM serta melakukan survey ke posyanduposyandu sebagai tahap awal kegiatan KGM. Ketua KGM menawarkan kembali
kepada anggota untuk meminta masukkan dan saran. Namun tidak satupun yang
memberikan masukan. Ketua KGM pun langsung mengulangi kembali hasil
pertemuan rapat tersebut dan akan menanyakan kembali pertemuan tahapan
selanjutnya. Setelah pertemuan pertama, pertemuan kedua akan dilanjutkan
kembali pada akhir bulan Januari 2010 dengan agenda melakukan survey dan
wawancara di posyandu serta melakukan diskusi dengan bidan dan petugas
kesehatan. Hasil pertemuan rapat pertama mengarahkan kegiatan KGM untuk
menghasilkan paket kegiatan gizi masyarakat sesuai dengan kehendak dari
anggota dan masyarakat.
Pertemuan kedua dilakukan di kediaman bendahara KGM Pulokerto.
Kediaman ini merangkap posyandu Seroja di RW. 8 yang melingkupi RT. 19, 20
dan 21. Pada pertemuan ini anggota yang hadir adalah anggota KGM terdiri
kelompok kerja sepuluh, fasilitator dan petugas kesehatan gizi. Pertemuan tersebut
membahas paket yang telah dibahas pada pertemuan dua minggu yang lalu. Hasil
pertemuan lalu dimasukkan dalam usulan paket gizi yang langsung diketik oleh
65
fasilitator dengan menggunakan media komputer. Selain itu, pertemuan rapat
kedua ini juga mengagendakan pertemuan pada bulan Februari dan Maret 2010
untuk melakukan kunjungan ke setiap posyandu yang ada di Kelurahan Pulokerto.
Tujuan dari pertemuan tersebut untuk mendata posyandu serta mendiskusikan
kebutuhan yang diusulkan oleh posyandu dari kader dan berdiskusi dengan
masyarakat pengguna langsung. Pertemuan kedua mengusulkan untuk menjadikan
terlebih dahulu usulan kasar yang telah dirancang oleh sekretaris KGM dan
fasilitator yang ditawarkan kepada anggota lain. Hasil pertemuan tersebut
mengusulkan untuk melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan KGM dan
posyandu dan memberikan kegiatan pelatihan kepada kader posyandu. Hasil rapat
ini juga mengumumkan agar salah satu dari anggota menghadiri pelatihan
kegiatan NICE yang akan diselenggarakan bulan Maret 2010.
Pertemuan ketiga dan keempat, kelompok sepuluh KGM melakukan
observasi ke posyandu yang ada di Kelurahan Pulokerto di sembilan posyandu.
Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan sepeda motor. Pertemuan ini
dilakukan dengan mendata serta melakukan wawancara kepada kader dan
pengguna posyandu. Hasil pendataan yang diperoleh akan didiskusikan pada
pertemuan pada bulan Maret akhir 2010.
Pertemuan bulan Maret 2010 di akhir bulan, merupakan pertemuan yang
menyimpulkan dan membuat paket gizi secara utuh untuk diusulkan ke puskesmas
dan dilanjutkan ke dinas kesehatan yang menaungi proyek program gizi tersebut.
Hasil pertemuan tersebut mengusulkan untuk membuat pakaian dinas KGM,
melengkapi sarana posyandu, melatih kader posyandu, melengkapi kebutuhan
administrasi KGM dan posyandu. Usulan ini ditanda tangani langsung oleh ketua,
bendahara, sekretaris serta fasilitator langsung di depan anggota lain.
Paket telah disahkan dan ditandatangani bersama kemudian di usulkan ke
kelurahan sebagai pengesahan dari kepala wilayah setempat. Kemudian
perwakilan kelompok yaitu ketua dan bendahara langsung bersama fasilitator
mengunjungi dinas kesehatan kota untuk mengurus keuangan dari pencairan dana
program yang akan dijalankan di masyarakat.
Pertemuan di bulan April, KGM telah mulai melakukan aktivitas kegiatan
dengan melakukan kegiatan pemantauan posyandu setiap hari buka, melengkapi
66
sarana prasarana posyandu seperti kursi dan meja, papan posyandu serta alat
timbang dan alat ukur. Selain itu, mengadakan pelatihan sistem informasi
posyandu bagi kader yang dilatih oleh petugas kesehatan puskesmas. Setiap
kegiatan pelaksanaan program dilakukan evaluasi yang telah dilakukan dengan
membuat berita acara kegiatan dan hasil target kegiatan yang dilakukan oleh
kelompok. Tahapan pertama KGM berlangsung pada Januari - Desember 2010.
Pertemuan rapat tahap usulan kedua tahun ke dua program NICE dilakukan
pada bulan Desember 2010. Pertemuan tersebut hanya berlangsung dua kali
pertemuan, yaitu di bulan Desember dan Januari 2011. Pertemuan tersebut
dilakukan di kediaman sekretaris KGM. Pertemuan tahap kedua dihadiri oleh
kelompok sepuluh dan petugas kesehatan, serta fasilitator. Pertemuan kedua
menghasilkan kegiatan yang telah dirancang bersama setelah hasil diskusi dan
evaluasi yang dilakukan secara bersama di setiap waktu kosong pada kegiatan
KGM. Usulan yang diusulkan pada tahap kedua adalah mengusulkan mengadakan
senam hamil bagi ibu hamil, mengadakan penyuluhan kesehatan bagi siswa
sekolah dan penjaga kantin sekolah, membangun dan merenovasi fasilitas sanitasi
sekolah, serta melengkapi administrasi operasional KGM. Kegiatan ini diusulkan
oleh kelompok langsung dengan mengikuti pola pertemuan pertama pada kegiatan
tahap awal. Pada pertemuan tahap kedua kelompok kerja sepuluh KGM telah
lebih menguasai kondisi lapangan, serta telah terbiasa dengan laporan-laporan
yang harus dibuat dan dilaporkan sebagai bagian pertanggung jawaban dari
Kelompok Kerja Gizi masyarakat Kelurahan Pulokerto.
Pertemuan tahap kedua ini yang menjadi vokal hanya ketua, bendahara, dan
sekretaris dalam mengambil keputusan, sedangkan anggota lebih banyak diam dan
mengaminkan saja kegiatan tersebut karena keterlibatan yang sering dilakukan
antara ketua, bendahara dan sekretaris dalam setiap pertemuan dengan wakil
pemerintah ataupun koordinator pemegang program NICE. Sehingga, usulan
kegiatan tersebut tidak berlangsung lama untuk menentukan jadwal yang
diagendakan hingga menjadi paket gizi masyarakat, hanya membutuhkan waktu
selama dua kali pertemuan paket gizi telah diserahkan ke satuan kerja di dinas
kesehatan kota yang menaungi program NICE.
67
Hasil pertemuan tahap kedua menghasilkan agenda jadwal piket antar
kelompok kerja. Hal ini dilakukan agar menjaga keadilan bersama antar pengurus
serta menjaga koordinasi dan komunikasi antar anggota kelompok gizi masyarakat
Kelurahan Pulokerto. Pelaksanaan jadwal piket tersebut dilakukan untuk
melibatkan setiap anggota kelompok sepuluh serta lebih mengintensifkan
pemantauan per wilayah. Selain itu, pertemuan KGM menghasilkan agenda
penyuluhan gizi masyarakat ke sekolah yang ada di Kelurahan Puilokerto SDN
172 dan SD Muhammdiyah Air Itam, penyuluhan gizi ke posyandu dengan
melibatkan fasilitator dan penyuluh kesehatan dari Pukesmas Gandus sebagai
pemateri. Kegiatan perbaikan dan renovasi gedung sanitasi sekolah dan
pembuatan bak sampah merupakan bagian dari agenda KGM. Pemberian door
prize dan demo masak dalam setiap pertemuan posyandu. Kegiatan tahap kedua
ini berlangsung dari bulan Januari - Desember 2011.
Pertemuan pada tahap tiga dilakukan pada bulan Oktober 2011, yang
dihadiri oleh fasilitator dan kelompok kerja sepuluh. Pertemuan tersebut
dilakukan di kediaman sekretaris KGM. Pertemuan dilakukan dengan membahas
persiapan usulan tahap III. Pertemuan dibuka oleh ketua KGM dengan salam dan
dilanjutkan dengan menjelaskan tahap akhir dari kegiatan NICE setelah tahun
kedua di tahun 2011. Usulan paket gizi sebelumnya telah di buat oleh fasilitator
dan mengusulkan kepada ketua dengan mempertimbangkan suara dari anggota.
Usulan tersebut ditawarkan oleh ketua kepada anggota.
“usulan paket ketigo la, ado contohnyo... kiro-kiro dari usulan yang
ado sekarang ado dak yang nak mengusulkan kegiatan lain atau mak
mano dari ibu dan bapak yang ado”.
Pertanyaan
tersebut
langsung
diajukan
oleh
anggota,
dengan
mempertanyakan kegiatan dari anggaran dana 10% dari kegiatan KGM yang akan
digunakan. Sedangkan yang lain mengusulkan untuk mengadakan kembali
kegiatan kumpul-kumpul bersama seperti pada kegiatan yang pertama. Pertanyaan
tersebut pun dijawab langsung oleh ketua KGM. Kegiatan pada tahap ketiga akan
diusulkan kegiatan sama seperti kegiatan pada tahap kedua yang membedakannya
adalah penggunaan dana KGM 10% yang digunakan untuk dana ekonomi inovatif
KGM. Tujuan dari ekonomi inovatif ini untuk menjalankan roda regulasi KGM
agar dapat berjalan sesuai dengan fungsi kelembagaan. Kegiatan yang diusulkan
68
akan diserahkan kembali kepada satker NICE Kota Palembang. Kegiatan 10%
akan diusulkan untuk usaha bambu belah yang bekerja sama dengan petani bambu
di Air Itam Pulokerto. Pembagian usaha ini dibagi berdasarkan keuntungan
bersama. Pembagian hasil dibagi sebesar 50% keuntungan KGM dan 50% petani.
Jumlah modal yang digunakan bila dinominalkan sejumlah Rp.4.200.000,- dari
anggaran tahap ketiga. Penuturan petani usaha bambu KGM akan memperoleh
hasil kegiatan setiap dari hasil penjualan dan akan disetorkan setiap bulannya ke
ketua KGM.
Setelah penawaran usulan lain yang ditawarkan oleh ketua, anggota
menyerahkan langsung ke ketua dan bendahara atas kegiatan dari KGM. Hal ini
sesuai dengan pernyataan dari HD.
“kami menyerahkan bae la kalu dana 10% yang ado, yang penting
pertanggung jawabannyo pacak kito lakukan. Kalu memang biso, mak
mano tanggapan dari fasilitator”
Fasilitator menanggapi usulan usaha yang akan dilakukan tersebut.
Fasilitator menganggap tidak masalah dan usulan yang baik, hal ini selagi dapat
masih dipertanggung jawabkan dan dana regulasi tersebut langsung dimanfaatkan
untuk kepentingan lembaga KGM itu sendiri. Sehingga dari keuntungan yang
diperoleh KGM dapat berjalan meskipun kegiatan ini tidak lagi di sokong oleh
dana dari proyek NICE. Tetapi, fasilitator masih ragu akan ide penggunanaan
dana 10% dari anggaran tahap ketiga tersebut, sehingga pada rapat sosialisasi
kunjungan dari satker NICE ke puskesmas Gandus pada bulan Desember akan
dicoba dikonfirmasi ulang. Setelah beberapa usulan diterima dan akan dijadikan
sebagai usulan paket tiga, yang bermasalah hanya dana 10% rapat yang perlu di
bahas. Adapun hasil rapat kegiatan KGM pada tahap ketiga adalah pemantapan
posyandu pada hari buka posyandu dengan pendampingan kader posyandu,
memberikan door prize pada hari buka posyandu kepada pengunjung posyandu,
membuka posyandu plus, melaksanakan program makanan tambahan di
posyandu, melakukan demo masak serta penyuluhan kesehatan di tiap posyandu,
mengadakan usaha ekonomi kreatif berupa bisnis bambu. Setelah agenda usulan
diulas kembali oleh sekretaris, acara langsung ditutup oleh ketua menandatangani
usulan paket gizi masyarakat atas nama ketua dan bendahara. Kegiatan ini
dilakukan dari Januari - Desember 2012.
69
Pelaksanaan Kegiatan Kelompok Gizi Masyarakat
Kegiatan KGM yang telah dirumuskan dan telah disosialisasikan kepada
pihak pertama pemegang proyek NICE dilaksanakan beserta masyarakat.
Kegiatan tersebut melibatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan acara. Acara
kegiatan berhubungan dengan kegiatan posyandu (pos pelayanan terpadu).
Pelaksanaan kegiatan KGM peneliti gambarkan dalam bentuk paparan cerita
berupa deskriptif.
Kegiatan pelaksanaan kelompok gizi dilakukan sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan oleh kelompok gizi Kelurahan Pulokerto. Kegiatan pada tahap
pertama lebih memfokuskan pada kegiatan melengkapi sarana dan prasarana
posyandu seperti pengadaan meja, kursi, papan posyandu, alat timbang, alat ukur
serta alat tulis posyandu sebagai laporan sistem informasi posyandu. Selain itu
juga, pemberian bantuan dana PMT ke posyandu yang merupakan bagian dari
agenda rutin di posyandu, pemberian dana insentif kepada kader, mengadakan
kegiatan penyuluhan kesehatan di posyandu dan mengadakan demo masak di
posyandu. Kegiatan ini bergulir dilakukan di tiap posyandu yang ada di Kelurahan
Pulokerto. Acara ini mendapat tanggapan dari masyarakat dan dengan segera
mendatangi posyandu. Acara di buka dari pukul 08.30 - 11.00 WIB. Kegiatan ini
dipandu oleh masing-masing kader posyandu disetiap posyandu yang didampingi
oleh kelompok gizi masyarakat, fasilitator dan petugas kesehatan.
“Kami senang dengan kegiata ini, kampung kami jadi rame dan anakanak berdatangan untuk memeriahkan acara seperti ini. Kami bisa
mengecek kesehatan dan mendengarkan penyuluhan dari petugas
kesehatan. Kami pacak langsung betanyo sehingga kami dak susah
lagi nak datang ke puskesmas. Ini kami harapkan pacak berlangsung
terus” (Pengunjung posyandu).
Kegiatan ini mendapat tanggapan yang baik dari pengunjung posyandu ibuibu baik yang hamil, maupun yang memiliki balita tak luput pula lanjut usia.
Kegiatan ini dimeriahkan pula dengan mengadakan demo masak dengan
mengambil bahan dasar yang berasal dari sumber lokal seperti telur ayam, ubi dan
kacang hijau. Sehingga hasil kegiatan demo masak langsung disantap di
posyandu. Kegiatan ini memupuk rasa kebersamaan dan keeratan bersama antar
warga. Pada akhir acara dilakukan pengundian kepada balita yang memiliki berat
70
badan yang naik dan memiliki kunjungan yang rutin dan memperoleh door prize
yang telah disiapkan oleh kelompok gizi masyarakat.
Pada kegiatan tahap kedua kegiatan KGM Kelurahan Pulokerto hampir
sama dengan kegiatan tahap pertama. Kegiatan ini meliputi pemberian
pendampingan kepada kader posyandu, mengadakan PMT di tiap posyandu,
mengadakan senam ibu hamil disetiap posyandu, mengadakan penyuluhan kepada
ibu dan balita, serta memberikan penyuluhan ke sekolah-sekolah akan sanitasi dan
gizi seimbang. Selain itu juga mengadakan perbaikan sanitasi sekolah yang telah
rusak.
Kegiatan tahap kedua melibatkan dari berbagai unsur baik dari guru
sekolah, masyarakat, pedagang kantin sekolah, fasilitator dan petugas kesehatan.
Kegiatan ini mendapat apresiasi dari sekolah yang terkena dampak dari dana
program KGM. Adapun pernyataan pihak sekolah sebagai berikut.
“kami senang sekolah kami memperoleh bantuan berupa rehab kamar
mandi dan wc sekolah, sehingga murid semakin sadar penggunaan
kamar mandi dan WC dapat difungsikan dengan baik, selama ini
anak-anak asal-asal saja bila buang air kecil sehingga dengan adanya
wc yang baru anak-anak menggunakan dan menjaganya” (Guru UKS
SDN 172 Pulokerto).
Selain kegiatan perbaikan sanitasi sekolah, pada tahap dua diadakan kegiatan
senam ibu hamil yang dilakukan di tiap posyandu. Kegiatan ini sedikit mendapat
apresiasi dari ibu hamil. Adapun alasan yang mereka ungkapkan adalah rasa malu
menirukan gaya pelatih senam hamil, serta belum terbiasa dengan kegiatankegiatan yang ada, namun ibu hamil yang mengikuti kegiatan merasa senang
dengan kegiatan ini selain pemahaman mereka bertambah, mereka akan
menirukannya kembali di rumah mereka masing-masing.
Kegiatan tahap tiga hampir sama dengan kegiatan tahap pertama dan kedua
yang membedakan adalah kegiatan ini lebih mempertahankan kelembagaan KGM
di Kelurahan Pulokerto. Proses regulasi kelembagaan yang digunakan adalah
menggunakan 10% dari dana tahap ketiga sebesar Rp.4.200.000,00 sebagaimana
dana regulasi kelompok yang digunakan untuk menghidupkan kegiatan KGM agar
dapat mandiri dan berjalan sesuai dengan program awal. Selain itu, kegiatan
posyandu dapat berjalan sesuai dengan fungsi pada hari buka posyandu. Jadi
71
kegiatan pada tahap ketiga lebih kepada memantapkan kegiatan tahap kedua dan
tahap pertama agar posyandu tetap eksis di hari buka tiap bulannya.
Sosialisasi Kegiatan Kelompok Gizi Masyarakat
Pelaksanaan sosialisasi adalah bagian pertemuan yang dilakukan oleh
kelompok kerja gizi masyarakat dengan fasilitator dan pemerintah sebagai
penyelenggara program. Pertemuan dilakukan di Puskesmas Gandus, dengan
mendengarkan beberapa tindak lanjut yang telah dilakukan di kelompok gizi
masing-masing. Pertemuan dihadiri oleh empat kelompok gizi yang berasal dari
satu kecamatan. Kelompok gizi tersebut adalah kelompok gizi masyarakat
Kelurahan Pulokerto, Gandus, Karang jaya dan Karang anyar. Pertemuan tersebut
telah dilakukan satu kali pada bulan Juni 2011. Pertemuan tersebut lebih kepada
memantau jalannya kegiatan tahapan pertama yang telah dilakukan di lapangan.
Pantauan ini dilakukan oleh NICE Pusat dari Kemeneterian Kesehatan, Provinsi
Sumatera Selatan serta Kota Palembang. Kegiatan yang dilakukan dengan
menanyakan kesan dan tanggapan kepada tim sepuluh KGM tentang program
proyek NICE. Selain itu mereka juga menanyakan langsung kepada masyarakat
tentang manfaat langsung yang diperoleh oleh masyarakat. Pertemuan ini
dilakukan dari pukul 10.00 - 13.00 WIB. Tim pemantau pusat bekerja langsung
turun ke lapang melihat prosesi kegiatan kerja KGM di lapangan.
Peneliti mencoba menggali dari pengurus KGM Pulokerto dari hasil
observasi dari pusat. Komentar HD atas pertemuan tersebut adalah.
“hasilnya baik bae... dan kami dan bebohong, memang ini yang kito
gaweke di lapangan.... kito butuh layanan dari bidan atau dokter
puskesmas... jadi masyarakat memang mengharapkan kegiatan seperti
ini selain menambah motivasinyo jugo untuk datang ke kegiatan
KGM baik di posyandu atau kegiatan pelatihan yang kami
selenggarakan jugo menambah keterlibatan dari masyarakat untuk
peduli memantau kesehatan masing-masing tetangga baik yang hamil
maupun yang sakit, ibu-ibu ataupun bapa-bapak”
Kegiatan pemantauan yang dilakukan memberikan motivasi kepada anggota
masyarakat untuk terlibat dan datang serta berpartisipasi dalam kegiatan KGM.
Sehingga KGM menjadi bagian dari masyarakat dalam mendekatkan kesehatan
yang berbasis masyarakat. Kegiatan pertemuan dilakukan dengan interkasi antara
petugas dengan masyarakat dan menanyakan kebutuhan serta hal yang telah dirasa
72
telah baik bagi masyarakat. Hasil tanggapan yang dilontarkan oleh masyarakat
bahwa mereka senang dengan kegiatan seperti ini dan mereka mengharapkan
kegiatan ini lebih rutin dijalankan. Akhir pertemuan pesan dari petugas
koordinator pusat NICE yang dititipkan ke petugas gizi adalah agar program
tersebut
dikelola
dengan
baik
dan
dioptimalkan
penggunaanya
untuk
meningkatkan kesadaran akan keluarga yang sadar gizi. Pertemuan ditutup dengan
makan bersama antara masyarakat dan petugas NICE serta kelompok sepuluh
KGM Kelurahan Pulokerto.
Pertemuan kedua dilakukan pada bulan Desember 2011, pertemuan tersebut
merupakan pertemuan berkala dari penyelenggara program NICE di tingkat Kota
Palembang. Program perbaikan gizi masyarakat dilakukan untuk melihat aktivitas
yang telah dilakukan oleh masyarakat. Kegiatan program gizi yang telah
dilakukan oleh tim pelaksana yang berkoordinasi dengan pihak puskesmas dan
fasilitator dalam pelaksanaannya. Kegiatan sosialisasi dilakukan di Puskesmas
Gandus, Kecamatan Gandus. Peserta pertemuan adalah perwakilan dari tim
pelaksana NICE pusat Kota Palembang, Kelompok Gizi Masyarakat kelurahan,
fasilitator dan petugas kesehatan serta perwakilan dari masyarakat pengguna.
Kegiatan dilakukan pada hari kamis, tanggal 8 Desember 2011. Acara
berlangsung pada pukul 11.00 - 13.00. Acara dilakukan di ruang tunggu
puskesmas, ruangan pertemuan berukuran 64 meter persegi. Ruangan terdapat
kursi-kursi yang telah dipersiapkan dan meja yang berada di depan yang
digunakan untuk pembatas antara tim pemantau dari NICE dan peserta kelompok
KGM Kelurahan. Peserta yang hadir berjumlah 15 orang yang berasal dari
masyarakat dan 2 orang dari pelaksana NICE serta 2 orang dari petugas kesehatan,
2 orang fasilitator masyarakat serta 1 orang perwakilan dari masyarakat.
Acara di buka oleh pimpinan Puskesmas Gandus dengan memperkenalkan
tamu yang hadir serta memberikan arahan tentang hasil yang telah dicapai oleh
Kelompok Gizi Masyarakat di Kecamatan Gandus. Pimpinan juga memberikan
nasehat kepada Kelompok Gizi Masyarakat untuk memahami arti kelompok gizi
tersebut agar dapat membantu keluarga miskin dan ibu-ibu yang memiliki
kelonggaran waktu dalam hari-harinya agar dimanfaatkan untuk memanfaatkan
lingkungan dan tetangga menjadi lebih produktif dengan berdiskusi bersama serta
73
saling berbagi ilmu dan pengalaman. Ia juga menambahkan agar kegiatan KGM
tidak putus dan berhenti hanya karena berakhirnya program ini. Namun dapat
berlanjut dengan kegiatan dan pendanaan dana yang dicari sendiri ataupun
menggandeng sponsor lain dari swasta.
Acara dilanjutkan dengan mendengarkan sosialisasi dari NICE Kota
Palembang. Petugas NICE Kota Palembang memperkenalkan diri sebelum
melanjutkan pembicaraannya. Tiga point didapatkan dari pembicraan yang
dilakukan oleh petugas NICE Kota Palembang. Ia menyampaikan bahwa NICE
akan berakhir pada tahun 2012 sehingga diperlukan adanya kegiatan yang
memiliki regulasi kelembagaan dari KGM, sehingga dibutuhkannya dana
pemantapan kelembagaan
10% dari dana
alokasi
tahap ketiga
untuk
memanfaatkannya sebagai dana inovasi ekonomi lokal yang dikoordinasikan oleh
KGM sendiri. Selain itu juga, diperlukan adanya posyandu plus yang dibuka
setiap satu bulan sekali yang memayungi posyandu yang belum mendata warga
agar datang ke posyandu tersebut. Poin akhir yang disampaikan oleh petugas
NICE Kota Palembang adalah perlunya pendataan posyandu yang valid dan
berkelanjutan sehingga bermanfaat bagi masyarakat. Adapun kutipan dari petugas
NICE adalah sebagai berikut.
“KGM yang sekarang sudah cukup sukses namun disana-sini perlu
mendapat tekanan bagi KGM. Terutama penggunaan anggaran harus
lah tepat sasaran yang digunakan sehingga anggaran tersebut dapat
termanfaatkan dengan adil dan berimbang. Untuk kegiatan yang ada,
saya melihat sudah baik dari hasil kunjungan kemarin dengan pihak
pemantau NICE dari pusat sehingga kami yakin sejauh ini berjalan
dengan baik. Perlu hal menjadi tekanan agar kelompok gizi
memikirkan kedepannya NICE tidak selamanya akan ada. Kami telah
sampaikan NICE hanya program dengan batas waktu tiga tahun
seperti bapak ibu tahu sama seperti program-program pemerintah yang
lain sehingga dana ini harus dimanfaatkan dengan tepat sasaran dan
kegiatan. Saya pahami kesulitan bapak dan ibu untuk mengalokasikan
dana yang sedikit ini harus dibagi dengan beberapa kegiatan namun
ini memang program bantuan sehingga selebihnya adalah partisipasi
kita dalam mensukseskan pembangunan.”
“Kegiatan NICE tahun 2012 akan berakhir dengan diglontorkan dana
akhir sebesar 40 jutaan akan mengakhiri kegiatan NICE di wilayah
kita. Perlu menjadi tekanan bahwa dana 10 persen dari kegiatan
ekonomi kreatif harus lah dimanfaatkan untuk usaha kemandirian
KGM. Bagaimana kelompok mengelola dengan dana sebesar 10
74
persen dengan nilai 4 jutaan dapat mempertahankan KGM dan
posyandu dapat saling terkoordinasi. Saya rasa sudah waktunya KGM
di Kecamatan Gandus dapat membuktikan hasil kerja tiga tahun ini.
Iya...diharapkan pada tahap III kedepannya KGM mempersiapkan
beberapa kegiatan posyandu plus, tidak hanya buka setiap hari buka
namun juga setiap harinya tetap berlangsung. Disamping itu juga
bentuk kewirausahaan yang diharapkan juga dapat melibatkan semua
kelompok sehingga masyarakat tahu dan menjadi bagian dari
kelompok gizi. Mungkin saya akan mendengar bentuk ekonomi
kreatif yang telah dipersipakn oleh masing-masing KGM” (Bendahara
NICE Kota Palembang).
Kegiatan dilanjutkan dengan mendengarkan tanggapan dari masyarakat.
Pertanyaan dari masyarakat beragam dari partisipan yang hadir. Namun sebelum
pertanyaan diajukan, partisipan masyarakat melaporkan hasil kegiatan yang telah
dilakukan. Kesimpulan dari laporan tersebut adalah aktivitas KGM yang telah
dilakukan mencapai target serapan dana 80% dari kegiatan. Kegiatan tersebut
masih terkendala dengan jumlah dana yang minim untuk wilayah yang sulit
dijangkau. Serta pelaporan yang membingungkan untuk menyesuaikan dengan
kegiatan. Sebagaimana kutipan dari peserta yang hadir.
“Kegiatan ini memang gampang-gampang susah ibu. Kami dari segi
kegiatan mungkin dapat kami lakukan tetapi terkadang permasalahan
di pelaporan kegiatan, karena kami sedikit sekali yang memang telah
terbiasa dengan laporan-laporan administrasi. Memang kami bisa
meminta bantuan kepada fasilitator tetapi kan tidak semua yang bisa
dilaporkan fasilitator. Mungkin ibu memberikan kemudahan agar
pelaporan nya dibuat semudah mungkin sehingga tidak menguras
tenaga kami. Selama ini kan yang bekerja dalam kelompok hanya
beberapa orang saja, anggota lain lebih kepada menunggu. Apalagi ini
menurut saya pertanggung jawaban dana memang besar” (Partisipan
masyarakat dalam rapat).
“Masalah dana inovatif KGM kami setuju bapak dan ibu, kami akan
mengusulkan dengan berbisnis kayu ataupun bambu namun untuk
keuntungannya, kami menggunakan sistem bagi hasil. Kenapa kami
gunakan ini karena hasilnya jelas dan orang yang akan kami ajak kerja
sama dapat kami pertanggungjawabkan” (Partisipan masyarakat dalam
rapat).
Dilain pihak pula terdapat tanggapan yang berbeda dari para peserta yang
hadir.
75
“Kami agak berbeda dengan KGM Pulokerto, menurut kami usaha
bisnis kayu memang menjanjikan, akan tetapi telah sesuaikah dengan
kegiatan KGM ini maksud dan tujuannya” (Partisipan masyarakat
dalam rapat).
“Iya, kami sepakat kata ibu Asih.... bagaimana menurut kami agar
dana inovasi itu digunakan untuk keperluan masyarakat dengan
memutar uangnya melalui penjualan sembako dan diperdagangkan
pada saat posyandu berlangsung” (Partisipan masyarakat dalam rapat).
Acara dilanjutkan dengan mendengarkan tanggapan dari petugas program
NICE Kota Palembang. Ia menegaskan bahwa apapun bentuk dana inovasi
tersebut, diserahkan kepada masyarakat dan dipertanggungjawabkan bersama.
Oleh karena itu, hal yang penting adalah keberlanjutan KGM sebagai bagian dari
lembaga pemberdayaan masyarakat dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan
oleh masyarakat. Pertemuan tersebut diakhiri dengan doa dan dilanjutkan dengan
melengkapi administrasi program NICE. Adapun rangkuman dari empat peristiwa
komunikasi yang dideskripsikan di atas di rangkum dalam Tabel 6.
Tabel 6
Rangkaian kegiatan komunikasi pada program pemberdayaan
perbaikan gizi
Peristiwa
komunikasi
Tempat
Pembentukan
kelompok gizi
masyarakat
Kelurahan
Pulokerto
Rapat kerja KGM
Kediaman tokoh
masyarakat
Pelaksanaan
program kerja
KGM
Ruang publik:
puskesmas,
sekolah, posyandu
Sosialisasi monev
KGM
Puskemas Gandus
Partisipan
Isi
Aparatur kelurahan,
petugas kesehatan,
fasilitator,
masyarakat
Pulokerto
Petugas kesehatan,
fasilitator,
kelompok gizi
masyarakat
Petugas kesehatan,
fasilitator,
kelompok gizi,
masyarakat
Pulokerto
Petugas kesehatan,
fasilitator,
kelompok gizi,
masyarakat
Pulokerto
Sosialisasi NICE
kepada masyarakat
dan membentuk
kelompok gizi
masyarakat
Melakukan pemetaan
permasalahan,
program kerja KGM,
proposal kegiatan
Pelaksanaan kegiatan
KGM sesuai dengan
proposal kegiatan
masyarakat
Sosialisasi: monitoring
dan evaluasi hasil
kegiatan kelompok
gizi dan
permasalahannya
76
Setting Komunikasi Pada Program Pemberdayaan Perbaikan Gizi
Masyarakat
Setting kontak dialog atau diskusi dilakukan di ketiga tempat. Pemilihan
tempat dilakukan sesuai lokasi yang dominan. Pada pembentukan kelompok
dilakukan di Kelurahan Pulokerto, hal ini dilakukan karena dominasi dari pihak
aparatur kelurahan, sehingga dilakukan di kantor kelurahan. Hal ini dikatakan
oleh Zr.
“...pemilihan sosialisasi awal di kelurahan diminta langsung oleh
pihak kelurahan.... tadinya kami meminta agar dilakukan satu kali di
kantor kecamatan... tapi pihak Kelurahan Pulokerto minta
disosialisasikan kembali di kelurahan.... kami sedikit keberatan
namun dari pihak pusat kota telah memakluminya dan menyetujui..”
Adapun setting tempat dilakukan oleh pihak Kelurahan Pulokerto dengan
sistem terbuka. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini. Sistem ini
memang sering digunakan bila melakukan sosialisasi. Peserta yang hadir adalah
tokoh-tokoh yang sering aktif dalam pembangunan Kelurahan Pulokerto.
Keterangan gambar:
= Tokoh masyarakat/ peserta
= Pintu masuk
= Meja
= Pihak kelurahan/ fasilitator/
petugas sosialisasi program
Gambar 4 Setting rapat di Kelurahan Pulokerto
Adapun setting kedua dilakukan di kediaman ibu HD. Hal ini dikarenakan
bersifat internal rapat kerja kelompok. Kediaman ibu HD, proses interaksi lebih
santai. Sebelumnya, pertemuan dilakukan di kantor kelurahan membicarakan
rapat kerja. Akan tetapi, permintaan dari anggota, rapat kerja dipindahkan ke
kediaman ibu HD. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan rasa formalitas di
kalangan anggota kelompok gizi masyarakat. Adapun setting pertemuan dapat
dilihat pada Gambar 5.
77
Keterangan:
= Tokoh masyarakat/ peserta
= Pintu masuk
= Pihak kelurahan/ fasilitator/
petugas sosialisasi program
Gambar 5 Setting rapat di kediaman rumah
Kegiatan rapat kerja dilakukan seminggu sekali di kediaman ibu Hd,
terkadang juga dilakukan di rumah Md. Hal ini disebabkan untuk melepas
kebosanan dari anggota. Partisipan yang hadir dalam rapat, yaitu anggota
kelompok yang berjumlah 10 orang, fasilitator dan petugas kesehatan.
Kegiatan pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat dilakukan di
salah satu ruang publik masyarakat, yaitu di posyandu, lapangan, sekolah dan
puskesmas. Kegiatan ini melibatkan masyarakat langsung. Hal ini senada dengan
pernyataan dari Hd.
“...kegiatan pelaksanaan program NICE dilakukan di sekretariat
posyandu yang ada di Kelurahan Pulokerto, namun ada pula
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah, seperti penyuluhan
kesehatan masyarakat di kantin sekolah... kami sering juga
melakukannya di posyandu karena lebih fleksibel untuk dijangkau
oleh masyarakat...”.
Setting yang keempat dilakukan di puskesmas dalam bentuk sosialisasi
hasil pelaksanaan program yang dilakukan oleh kelompok gizi masyarakat.
Pertemuan tersebut dilakukan didasari oleh monitoring dan evaluasi pihak dinas
kesehatan kota. Kegiatan ini ditentukan oleh pihak pengurus NICE pusat. Adapun
setting kegiatan adalah mendengarkan laporan dari sejumlah kelompok gizi
masyarakat yang ada di Kecamatan Gandus. Hal ini dinyatakan oleh Zr.
“.... kegiatan sosialisasi ditentukan oleh pihak dinas kota untuk
mengetahui sejak mana kegiatan yang telah dilakukan... kelompok
gizi masyarakat dapat memberikan penjelasan serta keluhan yang
dihadapi dalam pelaksanaan program perbaikan gizi tersebut....
kegiatan ini dilakukan idealnya sekali dalam setahun dalam masa
tiga tahun program NICE di Sumatra Selatan... kegaitan ini selain
78
memberikan sosialisasi juga mempertemukan masing-masing
kelompok agar dapat saling berbagi dan membagi pengalaman...”.
Setting yang dilakukan di puskesmas sama seperti yang dilakukan di
Kelurahan Pulokerto. Adapun setting di puskesmas dapat dilihat pada Gambar 6.
Partisipan yang hadir di rapat sosialisasi monitoring adalah direktur NICE Kota
Palembang, kepala puskesmas, fasilitator dan sejumlah anggota kelompok gizi
masyarakat. Penyampaian informasi rapat dilakukan dengan undangan yang
dikirimkan ke kelompok gizi masyarakat oleh puskesmas.
Keterangan gambar:
= Fasilitator/ petugas
kesehatan
= Anggota KGM
= Kepala puskesmas
= Direktur NICE kota
= Meja
= Pintu Masuk
Gambar 6 Setting rapat di Puskesmas Gandus
79
Faktor Personal Partisipan dalam Pemaknaan Kegiatan Program Perbaikan
Gizi Masyarakat
Peristiwa komunikasi dalam pertemuan program NICE sangat intensif
dengan komunikasi terbuka antar masyarakat dan penyelenggara satuan kerja
NICE di pemerintah. Pertemuan yang dilakukan dengan melibatkan tokoh
masyarakat dalam pengambilan keputusan hingga pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan tahapan program, dimulai dari pembuatan rencana kerja, dan sosialisasi
kegiatan kelompok hingga monitoring dan evaluasi. Pembentukan dilakukan
dengan mengedepankan musyawarah mufakat antar warga dan pemerintah
sebagai fasilitasi kegiatan atas kegiatan program NICE itu sendiri.
Pada penelitian ini peneliti membagi faktor personal dan faktor kelompok
dalam pertemuan yang dilakukan dalam setiap kali rapat KGM, baik dimulai pada
tahap pembentukan kelompok, rapat kerja, sosialisasai kegiatan kerja maupun
pelaksanaan kegiatan KGM di lapangan. Informasi personal dan kelompok,
peneliti dapatkan melalui diskusi dan wawancara kepada informan yang terlibat.
Adapun informan yang terlibat adalah: (1) An, seorang pengguna posyandu yang
merangkap sebagai ketua posyandu dan anggota KGM. (2) Md adalah seorang
tokoh masyarakat yang merangkap sebagai bendahara KGM Kelurahan Pulokerto
dan Ketua PNPM Kelurahan Pulokerto. (3) Hd adalah sekretaris KGM Kelurahan
Pulokerto yang merangkap sebagai ketua pokja kesehatan PKK Kelurahan
Pulokerto. (4) Ad adalah seorang fasilitator sarjana pendamping pada proyek
program NICE. (5) Zr adalah petugas kesehatan yang juga merupakan penyuluh
kesehatan gizi serta bagian dari tim pelaksana teknis KGM di Kecamatan Gandus.
Faktor personal adalah faktor yang dialami kelompok KGM dalam
keterlibatannya terhadap aktivitas proyek program NICE. Faktor ini terdiri dari
faktor persepsi dan motivasi. Persepsi merupakan bagian dari komunikasi berupa
pandangan atau pendapat seseorang terhadap apa yang dirasa dan dialami dalam
interaksinya terhadap proyek program NICE. Sedangkan motivasi adalah
dorongan yang dimiliki setiap personal kelompok dalam keterlibatannya terhadap
program proyek NICE. Adapun interaksi yang dialami oleh informan terbagi atas
empat peristiwa yaitu peristiwa pembentukan kelompok, peristiwa rapat kerja
80
kelompok, peristiwa pelaksanaan kegiatan kelompok serta sosialisasi kelompok
kerja gizi masyarakat.
Informan An, Anggota KGM dan Kader Posyandu
AN adalah seorang perempuan yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga.
Keseharian ibu tiga orang anak ini, selain mengerjakan pekerjaan domestik rumah
tangga, juga aktif pada kegiatan sosial seperti kegiatan PKK di Kelurahan
Pulokerto, anggota Usaha Kecil Mikro Kelurahan Pulokerto, pengurus PNPM
Perkotaan Kelurahan Pulokerto. An juga terlibat dalam kegiatan posyandu di
Posyandu Aneka ABP di RT 8 RW 2 Kapling II PT. ABP. An dipercaya sebagai
pengurus posyandu Aneka dan giat mensosialisasikan peranan posyandu dalam
lingkungan kemasyarakatan di wilayahnya.
Keterlibatannya dalam posyandu yang menariknya terlibat dalam proyek
program NICE yang merupakan program yang mengisukan tentang keluarga sadar
gizi bagi masyarakat miskin dan rawan gizi buruk. An terlibat dalam kegiatan ini
sejak diisukan maraknya gizi buruk yang ditemukan di Kecamatan Gandus
sehingga pemerintah mewaspadai dan menyebarkan informasi agar setiap kader
posyandu waspada bila menemukan gizi buruk untuk segera melaporkan ke bidan
atau puskesmas terdekat. Keaktifannya di posyandu merupakan sebuah
kesetiaannya kepada hobi yang ia geluti. An merupakan tokoh wanita yang
disegani dan menjadi pionir dalam setiap inovasi baru yang diterapkan. An juga
anggota dalam kegiatan simpan pinjam di PNPM perkotaan. Selain itu, ia juga
merupakan dari anggota usaha kecil yang mengelola kerupuk dan kemplang di
wilayah Kelurahan Pulokerto.
Keterlibatan An dalam program NICE merupakan tawaran dari petugas
kesehatan dan kelurahan. Keaktifannya berinteraksi dalam setiap bulan
melaporkan perkembangan balita di posyandu baik di puskesmas kecamatan
maupun kelurahan. An merasa senang dengan keterlibatannya di program NICE.
“Saya senang terlibat di Program NICE, bagai saya program NICE
adalah pengabdian ke masyarakat. Memang pada dasarnya saya suka
membantu sehingga apapun kegiatan di masyarakat akan saya geluti,
ini telah tertanam sejak muda sebelum saya menikah, dengan
terlibatnya saya di KGM keluarga pada dasarnya mendukung dengan
tetap memprioritaskan keluarga”.
81
Hobi dan kegemarannya membantu lingkungan sekitar serta keterlibatannya
dalam lembaga-lemabaga kemasyarakatan membawanya mengikuti program
NICE
dan
menjadi
bagian
keluarga
yang
sadar
gizi.
Keinginannya
mengaktualisasikan diri dalam segala kegiatan yang bersifat sosial memberikan
ruang baginya bahwa An adalah bagian dari masyarakat yang dihargai dan
memiliki andil dalam kemasyarakatan. Proses ini disebut dengan strukturasi
adaptif, dimana An merupakan bagian dari struktur sistem kelompok yang
mengikuti aturan main sosial sehingga memperoleh penghargaan terhadap apa
yang dilakukan.
Persepsi yang terbentuk dari An adalah kegiatan NICE tidak hanya sekedar
program yang berbasis proyek namun dapat memberikannya hal yang baru dalam
kehidupan An dan keluarganya. Program NICE memberikannya kesadaran
bagaimana mengatur gizi keluarga, membuat jadwal antara keluarga dan kegiatan
sosial, menambah pengalaman berteman dengan kelurahan lain. Sehingga
pengalaman yang didapatkan akan dibagi di lingkungannya.
“Saya melihat NICE baik buat kami khususnya pengguna
posyandu...saya sangat berterima kasih dengan program NICE
beberapa fasilitas di posyandu dapat terpenuhi dengan bantuan NICE,
kalau mengandalkan swadaya masyarakat sangat berat seperti
tabungan bulanan paling hanya terkumpul 20 ribu, itu pun hanya
cukup untuk beli kacang hijau saja untuk PMT, dengan adanya
program NICE program makanan tambahan dapat rutin diadakan,
kader semakin semangat dengan insentif yang diberikan”.
Program NICE yang digeluti oleh An membawa pengalaman yang berharga
baginya, meskipun ia harus meluangkan waktu untuk pertemuan dalam setiap
rapat-rapat NICE. Ia tidak aktif dalam rapat, namun ia menjunjung tinggi hasil
rapat dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan rapat atau pertemuan. Ketika
pembentukan kelompok, An lebih banyak diam dan menerima apa yang menjadi
keputusan. Namun setiap kesempatan berdiskusi bersama An sering memberikan
usulan yang taktis dalam setiap pelaksanaan. Pada kegiatan rapat kerja, An
sebelum melakukan pertemuan terlebih dahulu, mengunjungi teman satu tim dan
terlebih dahulu telah berkonsolidasi beberapa kegiatan yang akan diangkat
sehingga dalam setiap pertemuan hanya perwakilan saja yang berbicara. Adapun
pada pelaksanaan, An senantiasa melaksanakan dan terlibat dalam setiap
82
pekerjaan di NICE. Sedangkan, pada tahapan sosialisasi kegiatan dengan satker
NICE pusat, An memberikan dukungannya agar NICE dapat terus dipertahankan.
Adapun ulasan persepsi dan motivasi An dapat di simpulkan dalam Tabel 7.
Tabel 7 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada An
Dimensi faktor Pembentukan
personal
kelompok
Motivasi
Aktualisasi
sosial
Persepsi
Pengalaman
baru
Rapat kerja
kelompok
Identitas sosial
Pelaksanaan
program kerja
Identitas sosial
Berbagi
dan Menunaikan
menemukan
tangung jawab
yang baru
Sosialisasi
kegiatan
Identitas
sosial
Berbagi dan
belajar
Pada Tabel 7 menunjukkan reduksi yang dilakukan oleh peneliti terhadap An.
Setelah melakukan diskusi dan pembicaraan dengan An terhadap kegiatan yang
dilakukan di kelompok gizi masyarakat, maka An memiliki motivasi yang
dikategorikan sebagai aktualisasi diri, dimana An melakukan kegiatan sosial
setelah kebutuhan yang terpenuhi dan menampakkan diri dalam bentuk kesibukan
sosial, serta di dukung oleh keluarga baik dari anak dan suami. Aktualiasasi
tersebut dinampakkan dalam identitas sosial yang telah terbentuk.
Persepsi yang terbentuk adalah An menyatakan, tidak lain mencari
pengetahuan dan pengalaman yang baru. Selama ini An memperoleh dari
posyandu, An mencoba menggali dari kegiatan-kegiatan yang berbasis program
untuk menambah khazanah pengetahuannya. Selain itu, An menganggap dapat
berbagi dan bercerita tentang permasalahan lingkungannya apalagi An dikenal
sebagai aktivis perempuan di lingkungannya yang senantiasa membantu
masyarakat. Oleh karena itu, rasa tanggung jawabnya dibuktikannya terhadap
kegiatan yang dilakukan di KGM dimana, An selalu memiliki informasi terbaru
tentang kelompok gizi masyarakat baik di lingkungannya maupun di luar
wilayahnya.
Informan Hd, Ketua Pokja PKK dan Sekretaris KGM
Hd adalah seorang perempuan yang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan
sosial, meskipun ia seorang ibu rumah tangga dari dua anak. Hd aktif dalam
kegiatan kelembagaan di kelurahan antara lain Pokja Kesehatan PKK dan
merupakan bagian dari sekretaris KGM di Kelurahan Pulokerto. Keaktifan Hd
83
adalah pengetahuan dan keterampilannya dalam memobilisasi masyarakat
terutama dari kalangan perempuan. Hd memiliki jenjang pendidikan sekolah
menengah atas (SMA). Meskipun demikian, Hd tetap eksis dengan segelintir
aktivitas di masyarakat. Baginya kesibukan di luar dapat memberikannya
pencerahan di dalam rumah tangganya.
Hd aktif dalam kegiatan KGM dari program NICE setelah ia terpilih
menjadi anggota dan memiliki peran sebagai sekretaris di KGM. Ia bertugas
sebagai administrator surat menyurat dan laporan-laporan berita acara dari
kegiatan KGM. Hd juga menggagas kegiatan yang penting dan krusial dalam
kegiatan KGM karena pemahaman dan pengetahuannya tentang kapita selekta
akan sosial kesehatan masyarakat setempat. Hd bukanlah seorang sarjana, ia
hanya bertamatkan Sekolah Menengah Atas, namun karena kemampuannya
membaca situasi sosial, sehingga ide-idenya selalu digunakan dalam setiap
pertemuan.
Keterlibatan Hd dalam KGM merupakan salah satu bentuk motivasinya
untuk memberikan kemampuannya dalam bidang sosial. Ia selalu mencari
kesibukan dalam keseharian untuk mengisi kekosongan waktu. Sebagaimana yang
Ia tuturkan.
“saya tidak bisa diam di rumah, saya lebih senang mencari kesibukan
dan berbicara serta cerita bersama dengan ibu-ibu yang ada di
lingkungan kami dari pada harus diam di rumah. Bagi saya diam
menjenuhkan, apalagi anak pertama sudah kerja dan anak kedua masih
sekolah, saya perlu mencari sesuatu yang bisa membuat saya
bergerak”.
Hd terlibat dalam pemberdayaan kesejahteraan keluarga sejak tahun 2005.
Selain aktif di kelurahan, Hd juga aktif berdagang pakaian dan barang kosmetik
yang dapat dijual setiap kali pertemuan dan menawarkan barang dagangannya ke
masing-masing anggota. Hd tergolong aktif dalam berdiplomasi dan menjadi
penyambung lidah antar anggota dan kelompok. Hd tergolong jenis anggota
pendorong dan penjaga gawang dalam kelompok. Hal ini terlihat dari sikapnya
yang selalu menawarkan dan menggali ide dari anggota dan memberikan pujian
kepada anggota, selain itu juga ia seorang yang menjaga saluran komunikasi antar
anggota maupun di luar anggota agar pekerjaan yang dikerjakan dapat berjalan
dengan baik dan kelompok menjadi terpelihara.
84
Persepsi yang terbangun di pemikiran Hd dengan terlibatnya dalam program
ini lebih ingin melakukan kerja ke masyarakat. Meskipun ia tahu bahwa proyek
program NICE ini memiliki batas waktu dalam tiga tahun, baginya program ini
adalah program yang perlu di sambut dengan baik dan perlu mendapat dukungan
dari semua kalangan.
“Program NICE yang dikelola oleh KGM adalah program yang baik
dan tepat sasaran sesuai dengan tupoksi pokja PKK. Saya sangat
setuju dan senang terlibat dalam kegiatan ini selain membantu saya
dalam menggerakkan pokja PKK namun juga memberikan wawasan
baru bagi saya. Pengelolaan KGM sama sekali tidak asing bagi saya,
hanya saja mungkin karena lambannya saya dalam membuat
dokumentasi kerja sehingga pekerjaan menjadi agak sedikit
terbengkalai. Sebenarnya pekerjaan di KGM sangat menyenangkan.
Saya berharap program serupa dapat terlibat meskipun hanya sebatas
menjadi penggembira”.
Kegiatan kelompok gizi masyarakat mulai dari pembentukan kelompok, Hd
telah ditetapkan sebagai anggota dan ditempatkan sebagai sekretaris. Hal ini
dikarenakan oleh perannya di PKK sesuai dengan tugas pokoknya. Hd di lembaga
pemberdayaan kesejahteraan keluarga berperan sebagai ketua Pokja kesehatan.
Persepsi Hd terhadap kegiatan KGM dari tiap peristiwa yang dihadapinya
merupakan bagian dari interaksi yang memang tidak terduga, ia berusaha
melakukan yang terbaik dalam pengerjaan tugas yang dipercayakan kepadanya.
Pada peristiwa rapat kerja, ia lebih mengambil sikap dan tindakan sebagai
penyumbang ide, dan pencari informasi serta memberikan informasi sehingga ia
lebih aktif dibandingkan anggota lain. Setiap kerja pelaksanaan tugas di lapangan,
ia lebih senang memberikan motivasi dan memberikan anekdot lucu berupa
gurauan. Pada sosialisasi kelompok kepada satker NICE, ia lebih bersikap
menjadi pengikut atas apa yang telah diputuskan.
Motivasi yang dibangun oleh Hd adalah motivasi sosial yang merupakan
salah satu kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Sedangkan persepsi yang dibangun
adalah kegiatan yang bermanfaat buat diri dan lingkungannya sehingga ia
melakukan kegiatan mana yang menjadi terbaik buat orang lain dan dirinya.
Adapun ulasan persepsi dan motivasi Hd dapat di simpulkan dalam Tabel 8.
85
Tabel 8 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada Hd
Dimensi faktor Pembentukan
Rapat kerja
Pelaksanaan
personal
kelompok
kelompok
program kerja
Motivasi
Eksistensi
Identitas sosial Identitas sosial
sosial
Persepsi
Program
Berbagi
dan Menunaikan
pemberdayaan musyawarah
tangung jawab
Sosialisasi
kegiatan
Identitas
sosial
Berbagi dan
belajar
Tabel 8, menunjukkan reduksi data dari dimensi faktor personal dari Hd.
Hasilnya menunjukkan bahwa Hd memiliki motivasi dalam pembentukan
kelompok lebih kepada eksistensi sosial, artinya adalah kegiatan Hd yang masih
bersangkutan dengan kegiatannya di PKK merupakan bagian dari kerja Hd.
Sehingga ia sangat bersyukur manakala mendengar program tersebut. Setiap
tahun, ia dan pengurus PKK lain memiliki agenda-agenda namun dari sekian yang
diagendakan hanya beberapa yang jalan tuturnya. Adanya program ini, Hd merasa
bahwa pemberdayaan masyarakat di desanya sedikit terbantu.
Persepsi yang terbentuk dalam program perbaikan gizi masyarakat memiliki
reduksi yang sama dengan An. Namun, yang membedakannya adalah Hd
menyakini bahwa program ini sangat membantu memberdayakan masyarakat.
Masyarakat dapat menentukan arah kegiatan yang ingin dilakukan, namun
kendala bukan hanya di Hd dan masyarakat, akan tetapi waktu program yang
cepat sehingga masyarakat dan pengurus membutuhkan sedikit waktu untuk
sosialisasi bersama dan duduk bersama membuat kerja yang memang berkualitas.
Pada sosialisasi hasil kerja, Hd menganggap kegiatan yang dilakukan di
puskesmas membuat ia semakin belajar dan berbagi sesama rekannya dan
pendamping. Adanya curhat yang sama membuktikan bahwa Hd dan rekan
berjuang dalam usaha pemberdayaan di bidang gizi keluarga.
Informan Zr, Petugas Penyuluh Kesehatan dan DTT Program NICE
Zr adalah seorang wanita yang berusia 36 tahun. Zr berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Palembang. Selama
empat tahun Zr bertugas di lingkungan Puskesmas Gandus. Posisi Zr saat ini
sebagai penyuluh kesehatan gizi di masyarakat dan hampir setiap hari melakukan
penyuluhan kesehatan baik di posyandu dan sekolah. Zr tak canggung
memberikan nasehat kepada ibu dan anak-anak. Hampir setiap hari, dari Senin
86
hingga Sabtu, Zr dikunjungi masyarakat Gandus untuk dimintakan kesediaannya
ke posyandu, namanya sudah menjadi terbiasa di dengar di masyarakat dengan
sebutan Ira. Zr memiliki tingkat pendidikan D3 Gizi Masyarakat di salah satu
Politeknik Kesehatan di Kota Palembang.
Zr membidangi kegiatan NICE sebagai tim teknis
program NICE.
Peranannya mensosialisasikan kegiatan NICE kepada masyarakat melalui KGM
dan posyandu. Ia juga bertanggung jawab atas usulan yang diusulkan ke satker
NICE Kota Palembang. Zr menerangkan bahwa kegiatan NICE yang dipahaminya
adalah kegiatan yang berbasis masyarakat semuanya digerakkan oleh masyarakat
dan petugas kesehatan lebih kepada membantu dan melancarkan jalannya
kegiatan. Hal ini dipahaminya saat bekerja menangani program NICE di
Kabupaten Lahat tahun 2008.
Zr mengetahui NICE di Kecamatan Gandus setelah program ini
dilimpahkan kepadanya tahun 2009, setelah petugas kesehatan yang lama pindah
tugas ke puskesmas lain. Sehingga program NICE Kecamatan Gandus menjadi
tanggung jawabnya. Motivasi Zr tidak lebih kepada tugas pokoknya sebagai
pegawai negeri sipil, namun dibalik itu ia menanamkan dalam kesehariannya
adalah pemberdayaan diri dan masyarakat. Ia berusaha membangun persepsi yang
positif dalam membangun pekerjaan sehingga harapannya program NICE tidak
dianggap sebagai program sebatas jangka pendek namun perlu dipertahankan
dengan kemampuan sosial kemasyarakatan untuk dapat bertahan hingga
kemandirian kesehatan terwujud.
“Program NICE yang saya pahami sekarang saya lihat lebih kepada
proyek saja. Artinya program ini lepas dari kehidupan masyrakat tidak
mengena di masyarakat sehingga apapun yang dilakukan NICE hanya
sebatas wujud dari pemberian pemerintah. Padahal yang dimaksudkan
bukan itu, pemerintah membantu dan masyarakat dengan segenap
kemampuan yang ada melakukan apa yang menjadi kebutuhan untuk
mewujudkan kesehatan keluarga sehingga tercipta kadar gizi itu,
selama ini hanya sebatas tekanan yang kami berikan, supaya mereka
membuka posyandu, aktif dalam pencatatan informasi posyandu. saya
berharap masyarakat lebih jauh sadar dan dapat memanfaatkan
program ini. Saya berharap diakhir program ini telah sampai pada
85% kunjungan posyandu meningkat, meningkatnya kesehatan balita
dengan naiknya pertumbuhan sesuai KMS serta imunisasi kepada
balita yang lengkap.”
87
Persepsi yang dibangun oleh Zr adalah program NICE adalah program yang
belum mempuni di masyarakat. Masyarakat masih perlu mendapat pendampingan
yang lebih dari pemerintah pusat. Jika tidak NICE dan KGM yang merupakan
kelembagaan yang telah terbangun, akan hanya menjadi proyek program yang
tinggal nama. Zr memahami pentingnya program ini, namun program ini tetap
dikembalikan kepada masyarakat langsung sebagai pelaku dan penentu terhadap
kebijakan program proyek NICE. Zr sedikit merasa kecewa dengan pelaksanaan
kegiatan KGM di lapangan. Oleh karena itu, partisipasi masyarakat yang rendah
dalam kunjungan ke posyandu, padahal sosialisasi ke posyandu termasuk sering
intensitasnya dilakukan.
Peristiwa rapat pembentukan kelompok Zr lebih mengambil sikap netral
sehingga ia mendukung siapa saja yang menjadi bagian kelompok gizi
masyarakat. Rapat kerja yang dilakukan dalam setiap kegiatan KGM, Zr berusaha
menghadiri dan membantu KGM dalam menyusun paket gizi yang akan diusulkan
tanpa harus intervensi dan mengikuti keinginan dari kelompok. Zr juga
bertanggung jawab terhadap sosialisasi kelompok terhadap hasil kerja yang
diaudit langsung oleh satuan kerja NICE Kota Palembang.
“Satker NICE selalu mengontrol kegiatan KGM di tiap kecamatan,
telah tiga kali pengauditan kegiatan dilakukan dan itu melibatkan
KGM dan masyarakat sehingga kita tidak menutupinya. Memang
kondisi NICE-KGM seperti yang dilihat. Cuma kita mengharapkan
kebijakan dari KGM agar dapat mempoles dengan bahasa-bahasa
administrasi yang baik. Meskipun kegiatan itu tak sebagus yang
ditulis. Satker NICE memberikan arahan dan meminta masukan dari
pelaku-pelaku KGM sehingga sebelum kegiatan kita sudah
mengundang pengurus inti KGM di empat kelurahan”.
Reduksi data yang diperoleh oleh peneliti tentang faktor personal dari Zr
adalah dapat dilihat pada Tabel 9. Pada Tabel 9 memperlihatkan bahwa motivasi
yang terbentuk adalah tanggung jawab kerja dan sosial dari Zr yang menaungi
kegiatan gizi dalam dunia kerja di Puskesmas Gandus. Sehingga pada kasus
lainnya seperti rapat kerja, pelaksanaan kerja dan sosialisasi kegiatan mengikuti
identitas sosial yang melekat pada diri Zr sebaggai penyuluh kesehatan di
Kecamatan Gandus. sedangkan persepsi yang terbentuk adalah program
pemberdayaan yang berbasis proyek, dimana Zr mengungkapkan semua
88
dialokasikan besaran sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan sehingga
pengalokasiannya sesuai dengan negosiasi yang dilakukan antara masyarakat dan
pemerintah. Zr juga menekankan bahwa alokasi tersebut menjadi tanggung jawab
bersama dari masyarakat dan petugas teknis di lapangan. Selain itu, pada kasus
rapat kerja persepsi yang terbangun adalah musyawarah bersama menentukan
alokasi anggaran besaran kegiatan, sedangkan pada pelaksanaan program, Zr
bersifat pengawasan terhadap apa yang dilakukan dan membantu apa yang dapat
dibantu dalam kegiatan kelompok gizi masyarakat. Pada kasus sosialisasi Zr
saling berbagi dan belajar dalam menangani kelompok yang masih tertinggal
dalam menjalankan target yang dibuat sehingga kegiatan program pemberdayaan
yang berbasis proyek dapat dilakukan dengan transparan dan saling membantu
satu kelompok satu dengan yang lain. Adapun pemaknaan faktor persoonal Zr
tersaji dalam Tabel 9.
Tabel 9 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada Zr
Dimensi faktor
Pembentukan
personal
kelompok
Motivasi
Tanggung jawab
sosial dan kerja
Persepsi
Program
pemberdayaan
berbasis proyek
Rapat kerja
Pelaksanaan
kelompok
program kerja
Identitas
Identitas sosial
sosial
Berbagi dan Pengawasan
musyawarah kegiatan
Sosialisasi
kegiatan
Identitas
sosial
Berbagi dan
belajar
Informan Md, Tokoh Masyarakat dan Bendahara NICE-KGM Pulokerto
Md merupakan salah satu tokoh muda dan tokoh masyarakat di Kelurahan
Pulokerto. Md aktif di beberapa kegiatan kemasyarakatan di lingkungan kelurahan
baik di bidang kesehatan, pertanian dan pendidikan. Ia juga merupakan bagian
dari tim PNPM Mandiri Perkotaan. Keterlibatan Md dalam kegiatan program
NICE berperan sebagai bendahara KGM Pulokerto. Md dipilih oleh masyarakat
langsung dengan pemilihan yang dilakukan pada bulan Januari 2010. Md
memiliki profesi sebagai wirausaha, sebelumnya ia adalah seorang karyawan
pabrik ABP. Semenjak keluar dari pabrik, ia lebih leluasa mengurusi kepentingan
masyarakat. Ia merasa lebih nyaman dengan kondisi sekarang dengan terlibat
dalam setiap proyek yang dicanangkan di Kelurahan Pulokerto. Sebagaimana
kutipan yang dituturkan oleh Md.
89
“saya sangat senang dengan kondisi sekarang tanpa harus ke pabrik
lagi meskipun penghasilan saya tidak tetap. Sekarang saya lebih siap
melayani kepentingan masyarakat. Meskipun dari sana saya
mendapatkan hanya untuk uang saku saja. Namun sudah cukup bagi
saya. Keaktifan di kelurahan cukup membantu saya aktif dalam setiap
kegiatan di proyek-proyek yang di lokasi Kelurahan Pulokerto. Saya
sering mendatangi setiap rapat-rapat yang dilakukan di kelurahan
sehingga informasi yang terbaru sangat saya hargai meskipun itu
belum ada kejelasan. Kegiatan KGM ini saya tahunya dari istri
bermula dan saya datang ke kecamatan saat adanya sosialisasi.
Langsung saya coba cari tahu dan akhirnya terlibat”.
Keaktifan Md terhadap informasi sangat membantunya untuk memberikan
penjelasan kepada masyarakat tentang program-program yang membantu
kehidupannya dan keluarga. Persepsi Md terhadap kegiatan dari KGM merupakan
bagian tanggung jawabnya sebagai anggota KGM dan bendahara KGM. Ia
senantisa berkomunikasi dengan sekretaris dan ketua setiap pengeluaran anggaran
KGM yang dikeluarkannya. KGM tidak dapat berjalan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan, tanpa tanda tangannya beserta ketua. Md sangat
menjunjung tinggi nilai kejujuran. Md menilai kegiatan KGM telah baik dalam
pelaksanaannya. Kegiatan ini menyerupai kegiatan PNPM perkotaan yang
digelutinya saat ini.
“Kegiatan ini bagi saya, mirip PNPM yang kami jalankan dalam
beberapa waktu lalu, dimana kita membuat rencanan anggaran dan
mencairkan dan melaporkannya atas kegiatan yang telah kita
rencanakan sesuai dengan pengalokasian yang ada”.
Keterlibatan Md dalam proyek bukan hanya program NICE saja, namun
juga program yang lain juga yang berasal dari departeman pemerintah, selain
NICE telah ia geluti. Sehingga bagi Md pekerjaan proyek bukan merupakan
masalah baginya karena pengalamannya. Md mempersepsikan pertemuan dalam
setiap pembahasan di KGM NICE adalah penting dan merupakan suatu
keharusan, karena dengan cara pertemuan dan komunikasi bagi pelaku di
lapangan sangat membantu petugas dalam menyelesaikan proyek dan program
tersebut. Pertemuan dalam pembentukan kelompok ia persepsikan sebagai
sebagai bagian pengumpulan informasi yang harus ia ketahui tentang NICE
sendiri. Keterlibatannya merupakan bagian kepercayaan masyarakat terhadap Md.
Selain itu pertemuan rapat kerja merupakan bagian dari proses penyelesaian
90
program yang ia dan anggota yang harus dilaksanakan. Tahapan sosialisasi
merupakan bagian dari pertanggung jawaban atas hasil yang telah dikerjakan oleh
kelompok ke masyarakat. Pada tahap pelaksanaan adalah tahap penyelesaian
program setelah hasil rapat yang dibicarakan dilakukan sesuai dengan rencana
bersama.
Adapun motivasi yang dibangun oleh Md adalah kegiatan sosial dimana
dapat mengaktualisasikan kehidupannya. Sehingga dengan aktualisasi tersebut, ia
merepresentasikan hidupnya buat masyarakat sehingga memperoleh pengakuan
dari masyarakat. Pengakuan yang dimiliki Md telah ada sejak menjabat sebagai
ketua RT 19 sehingga mendorongnya untuk mengaktualisasikan kehidupannya
pada kegiatan-kegiatan program yang telah direncanakan. Adapun ringkasan
faktor personal Md disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada Md
Dimensi faktor
Pembentukan
personal
kelompok
Motivasi
Eksistensi sosial
Rapat kerja
kelompok
Identitas sosial
Persepsi
Bermusyawarah Pelaksanaan
menentukan
kegiatan
kegiatan
Program
pemberdayaan
berbasis proyek
Pelaksanaan
program kerja
Identitas sosial
Sosialisasi
kegiatan
Identitas
sosial
Audit
informasi
dan aksi
Informan Ad, Fasilitator Masyarakat Program NICE Kecamatan Gandus
Ad adalah salah satu fasilitator yang ada di Kecamatan Gandus untuk
kegiatan program NICE. Ia seorang sarjana pendamping yang diberikan tanggung
jawab oleh pemerintah dalam program NICE. Ia merupakan penduduk asli dan
telah mengenal Kota Palembang. Meskipun untuk Kecamatan Gandus, ia belum
cukup mengenal namun secara umum wilayah Kecamatan Gandus adalah bagian
dari perjalanan Kuliah Kerja Nyata saat di kampusnya dahulu. Selain
memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan NICE KGM, ia juga seorang
wiraswasta. Kepiawaiannya terhadap masyarakat dengan bergaul dan membuka
diri sehingga ia mudah dikenal oleh anggota KGM dan Puskesmas.
Ad terlibat di program NICE sejak tahun 2007, ia memperoleh informasi
dari kampus untuk menjadi fasilitator masyarakat dari program NICE. Tugas Ad
adalah mengaudit dan mengontrol program NICE di Kecamatan Gandus serta
membangun jaringan ke masyarakat dan mendampingi masyarakat dalam
91
membangun hubungan yang baik antara masyarakat dan pelaksana program
NICE.
Persepsi terhadap kegiatan NICE di KGM Pulokerto pada tahap
pembentukan kelompok yang ia pahami adalah kelompok dapat berbuat banyak
dengan program bantuan NICE ini. Sehingga kasus yang serupa berupa gizi buruk
dan pemakaian layanan posyandu serta layanan kesehatan secara kelembagaan
lokal dapat dimanfaatkan dan diberdayakan serta dipergunakan sesuai dengan
pengalokasiannya. Ad berharap banyak setelah kelompok dibentuk dapat
melakukan fungsi kelembagaan yang diharapkan oleh pemerintah. Selain itu,
anggapannya terhadap rapat kerja, ia berkeyakinan dapat merencanakan kegiatan
yang inovatif,
namun
karena
kondisi
masyarakat
yang perlu
adanya
pemberdayaan lebih membuatnya sulit untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
baru.
“Harapan saya kegiatan ini baik buat masyarakat, namun yang tahu
permasalahan itu adalah anggota kelompok sendiri. Saya berharap
banyak dengan adanya KGM, masyarakat dapat memanfaatkan
kelompok ini sebagai saluran komunikasi”.
Ad memiliki keinginan sesuai dengan keinginan fasilitator pada umumnya
pelaksanaan program KGM sesuai dengan tujuannya. Meskipun program NICE
adalah proyek yang memiliki waktu kerja yang singkat dan memiliki nilai guna
berjangka panjang. Peristiwa sosialisasi kegiatan yang terjadi di KGM terbangun
persepsi bahwa kegiatan KGM ini sulit untuk diterima masyarakat, karena
ketidakpahaman masyarakat terhadap nilai program sehingga kelompok sulit
untuk membahasakannya dalam kehidupan lokal. Ia berharap kegiatan yang
dilakukan lebih baik kegiatan yang lumrah dilakukan tanpa harus menggunakan
bahasa yang berbeda sehingga sulit untuk diterjemahkan oleh masyarakat yang
memiliki pendidikan yang lemah. Pada saat pelaksanaan kegiatan KGM baginya
telah memiliki nilai partisipasi yang baik dari beberapa kelompok masyarakat.
Namun, di satu sisi belum terjadi kontak yang baik dari beberapa tokoh
masyarakat sehingga menimbulkan isu yang tidak baik terhadap KGM. Isu
tersebut digambarkan bahwa kegiatan KGM dikhususkan bagi masyarakat miskin
yang tidak mampu, sehingga beberapa masyarakat tidak ingin aktif karena takut
disebut sebagai masyarakat miskin.
92
Motivasi Ad adalah merupakan bagian dari tanggung jawabnya sebagai
fasilitator dalam menjalankan tugasnya. Proses motivasi telah dibangun oleh
fasilitator pada saat mendapat pelatihan sebelum melakukan terjun lapang. Setelah
Ad terjun kelapangan timbul harapan dan keinginannya untuk membangkitkan
semangat masyarakat. Namun , berbeda apa yang dikehendakinya dan dilakukan
di masyarakat sehingga ia mencoba untuk tidak mengatur masyarakat dalam
kelompok namun memberikan pendampingan dan mengikuti alur jalannya
berpikir masyarakat dalam setiap pertemuan rapat. Pada Tabel 11 reduksi data
yang menggambarkan pemaknaan yang melekat pada Ad.
Tabel 11 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada Ad
Dimensi faktor
Pembentukan
Rapat kerja
Pelaksanaan
personal
kelompok
kelompok
program kerja
Motivasi
Tanggung
Identitas sosial Identitas sosial
jawab sosial dan
kerja
Persepsi
Program
Berbagi
dan Pendampingan
pemberdayaan
bermusyawarah
berbasis proyek
Sosialisasi
kegiatan
Identitas
sosial
Penguatan
informasi
Tabel 11 menunjukkan bahwa motivasi Ad hampir sama dengan motivasi
dari Zr. Tanggung jawab sosial dan kerja yang merupakan motivasinya dalam
melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Sehingga motivasi selanjutnya
dalam rapat kerja, pelaksanaan program kerja dan sosialisasi kegiatan adalah
identitas sosial yang melekat pada Ad sebagai seorang fasilitator. Sedangkan
persepsi yang dimilikinya adalah ia menganggap bahwa kegiatan pembentukan
kelompok adalah program pemberdayaan yang berbasis proyek dimana memiliki
sejumlah anggaran yang telah dialokasikan sesuai besaran yang diusulkan
sehingga masyarakat menghitung nilai kegunaan dari aksi yang dilakukan.
Aktivitas rapat kerja, Ad berpersepsi sebagai pendamping yang berbagi dan
bermusyawarah memberikan informasi dan bantuan kepada masyarakat agar
terselenggara dengan baik program yang direncanakan. Aktivitas pelaksanaan Ad
melakukan kerja sebagai pendamping dimana memberikan pendampingan ke
masyarakat dan memberikan penerangan kepada kelompok setiap aktivitas yang
telah direncanakan. Pada tahapan sosialisasi Ad memberikan penguatan informasi
93
dari hasil laporan yang diutarakan kepada penanggung jawab program yang ada di
pusat dan regional.
Ikhtisar
Faktor karakteristik personal terdiri dari persepsi dan motivasi dari setiap
informan. Faktor personal dimaknai bersama oleh informan dalam setiap interaksi
antar pertemuan kelompok. Sehingga masing-masing orang memiliki perbedaan,
akan tetapi kesamaan faktor personal tidak memiliki arti bahwa adanya kesamaan
persepsi dan motivasi namun adanya kedekatan yang sama antara informan yang
satu dengan informan yang lain. Lima informan yang diteliti dalam program
pemberdayaan perbaikan gizi masyarakat menyatakan bahwa faktor personal dan
motivasi memiliki peranan yang kuat untuk membentuk seseorang dalam
menjalankan program.
Lima informan memiliki motivasi yang berbeda satu dengan yang lain
dimana perbedaan tersebut dipengaruhi oleh faktor tanggung jawabnya terhadap
kegiatan yang digeluti atau dengan kata lain tugas dan peran yang berbeda
masing-masing informan. Sedangkan persamaannya adalah lima informan akan
tetap konsisten terhadap apa yang telah dipegang atau menjadi tanggung jawabnya
sebagai aktor dalam sebuah program.
Aspek motivasi terbagi atas tiga perbedaan, dimana An diawal kegiatan
sebelum aktif di KGM, hanya ingin mengatualisasikan kehidupannya, sedangkan
Hd dan Md merupakan eksistensi sosial, dimana mereka adalah bagian dari tokoh
masyarakat yang memiliki peran ganda terhadap tugas dan fungsinya dalam
masyarakat. Sedangkan pada informan Zr dan Ad merupakan tanggung jawab
sosial dan pekerjaan. Hal ini berarti adanya kesamaan tanggung jawab dan beban
kerja yang diemban oleh Zr dan Ad dalam menyukseskan kegiatan program di
masyarakat.
Aspek persepsi pada informan Zr, Md, Ad menyatakan bahwa program
NICE adalah program pemberdayaan yang berbasis proyek, dimana artinya
program tersebut memiliki limit waktu program yang pendek dan memiliki
anggaran yang besar dalam pengalokasian kegiatannya. Sehingga tiga informan
tersebut telah memiliki pengalaman sebelum program tersebut. Oleh karena itu,
ketiga informan tersebut tidak asing terhadap program yang serupa. Informan An
94
dan Hd memandang sebuah pengalaman baru dan program yang memberdayakan
mereka dan masyarakat lainnya sehingga pada tahap rapat kerja dan pelaksanaan
persepsi yang tertangkap adalah melaksanakan tugas sesuai dengan kegiatan yang
telah diarahkan. Sedangkan pada tahap sosialisasi kegiatan, kelima informan
hanya memberikan laporan dan cerita tentang aktivitas yang mereka rasakan
dalam kegiatan pemberdayaan yang berbasis perbaikan gizi. Penjabaran tentang
kelima informan tertera pada Tabel 12.
Tabel 12 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada informan
Informan
Dimensi
Faktor
personal
Motivasi
An
Kasus yang diamati
Pembentukan
kelompok
Aktualisasi
sosial
Rapat kerja
kelompok
Identitas sosial
Pelaksanaan
program kerja
Identitas
sosial
Persepsi
Pengalaman
baru
Berbagi dan
menemukan
yang baru
Menunaikan
tangung jawab
Motivasi
Eksistensi
sosial
Identitas sosial
Identitas
sosial
Persepsi
Program
pemberdayaan
Berbagi dan
musyawarah
Menunaikan
tangung jawab
Hd
Motivasi
Zr
Persepsi
Motivasi
Md
Persepsi
Motivasi
Ad
Persepsi
Tanggung
Identitas
jawab sosial
Identitas sosial
sosial
dan kerja
Program
pemberdayaan
Berbagi dan
Pengawasan
berbasis
musyawarah
kegiatan
proyek
Eksistensi
Identitas
Identitas sosial
sosial
sosial
Program
Bermusyawarah
pemberdayaan
Pelaksanaan
menentukan
berbasis
kegiatan
kegiatan
proyek
Tanggung
Identitas
jawab sosial
Identitas sosial
sosial
dan kerja
Program
pemberdayaan
Berbagi dan
Pendampingan
berbasis
bermusyawarah
proyek
Sosialisasi
kegiatan
Identitas
sosial
Berbagi
dan
belajar
Identitas
sosial
Berbagi
dan
belajar
Identitas
sosial
Berbagi
dan
belajar
Identitas
sosial
Audit
informasi
dan aksi
Identitas
sosial
Penguatan
informasi
95
Hasil analisa dari kelima informan menyatakan bahwa faktor personal
dalam kegiatan program pemberdayaan perbaikan gizi menunjukkan bahwa
adanya hubungan dan pengaruh terhadap faktor personal terhadap jalannya
kegiatan program. Hal ini senada yang diutarakan Cahyanto (2007), bahwa
karakteristik seseorang mempengaruhi berjalannya kegiatan program. Sehingga
keberlanjutan dari sebuah program dipengaruhi oleh karakteristik dari sebuah
wilayah program. Selain itu, hal ini juga diperkuat oleh Mulyasari (2009), dimana
faktor Kepercayaan dari pengurus atau pelaku program mempengaruhi sebuah
kegiatan program agar dapat berjalan dengan baik dimana setiap pengurus telah
saling mengenal dan memiliki sejarah identitas yang baik di mata setiap informan.
Rakhmat (2005) mengungkapka bahwa persepsi seseorang ditentukan oleh
faktor personal dan faktor situasional. Faktor personal adalah faktor yang berasal
dari dalam diri seseorang seperti motivasi, pengalaman masa lalu yang berasal
dari dalam diri seseorang, sedangkan situasional adalah faktor yang berasal dari
luar diri seseorang, misalnya adalah teman berbicara, teman satu tim dalam
sebuah kelompok. Faktor situasional tersebut menentukan sekali apa yang
menjadi penekanan kejadian yang dialami oleh informan atau pelaku program.
Sehingga kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan informasi yang
diterima sama sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pemberi pesan. Persepsi
seseorang dan motivasi seseorang dalam sebuah program merupakan kaitan yang
erat terhadap peristiwa komunikasi, khususnya. Sehingga dari hipotesis yang
diajukan oleh peneliti adanya hubungan terhadap faktor personal dalam sebuah
komunikasi partisipasi merupakan jawaban yang tidak dapat dielakan. Arti kata
persepsi dan motivasi seseorang dalam program pemberdayaan masyarakat pada
perbaikan gizi memiliki unsur penting yang perlu diperhatikan kepada
masyarakat. Sehingga program ini dapat berjalan sesuai dengan keinginan yang
sesuai dengan target yang ingin dicapai.
96
Faktor Dinamika Kelompok dalam Program Pemberdayaan Perbaikan Gizi
Masyarakat
Faktor dinamika kelompok adalah salah satu faktor yang menjadi
pertanyaan dalam penelitian ini. Hipotesis pengarah yang diajukan oleh peneliti
adalah dinamika kelompok dalam sebuah program pemberdayaan yang berbasis
pendekatan kepada komunitas masih bersifat pasif. Apa sajakah dinamika
kelompok yang penulis maksud. Dinamika kelompok yang dimaksud adalah
proses interaksi yang dilakukan oleh individu dalam menjalankan kegiatan
program pemberdayaan perbaikan gizi masyarakat/NICE. Instrumen untuk
mengukur dinamika kelompok penulis bagi atas tiga yaitu kekompakan,
kepemimpinan dan peranan.
Kekompakan adalah merupakan kebersamaan yang menggambarkan
ketertarikan anggota kelompok kepada kelompok yang diidentifikasikan dalam
tiga hal yaitu daya tarik kelompok terhadap anggotanya, koordinasi dari kegiatan
kelompok serta motivasi dan dorongan anggota untuk melaksanakan tugas dengan
penuh tanggung jawab. Instrumen kedua adalah kepemimpinan. Kepemimpinan
adalah kemampuan anggota kelompok dalam melaksanakan tugas kelompok baik
mendelegasikan tanggung jawab atau kekuasaan, mengorganisir kelompok serta
menyelesaikan permasalahan secara bersama. Instrumen ketiga adalah peranan,
tindakan yang dilakukan dalam mencapai tujuan dalam hal ini fungsi yang bersifat
fungsi koordinasi, informasi, prakarsa, penyebaran, kepuasan, kejelasan. adapun
penjelasan tersebut sebagai berikut.
Kekompakan dalam Kelompok
Kegiatan program pemberdayaan perbaikan gizi masyarakat terdiri atas
kegiatan pembentukan kelompok, rapat kerja, pelaksanaan program dan sosialisasi
program. Kegiatan ini melibatkan sejumlah masyarakat Pulokerto yang
berpartisipasi dalam pembangunan. Instrumen pertama kekompakan didefinisikan
sebagai kebersamaan yang menggambarkan ketertarikan anggota kelompok
kepada kelompok, dimana diidentifikasikan dalam tiga hal yaitu: (1) Daya tarik
kelompok terhadap anggotanya, (2) Koordinasi dari kegiatan kelompok, (3) Serta
97
motivasi dan dorongan anggota untuk melaksanakan tugas dengan penuh
tanggung jawab.
Daya tarik kelompok terhadap anggotanya adalah daya tarik kelompok
terhadap manfaat yang didapat oleh anggota terhadap kelompok. Program
pemberdayaan perbaikan gizi melibatkan tokoh masyarakat yang melakukan aksi
bersama dengan masyarakat. Kasus pembentukan kelompok daya tarik lebih
dilihat oleh tokoh masyarakat terhadap peluang untuk mendengarkan sosialisasi
pesan pembangunan dari program. Ketertarikan ini dilihat dari sejumlah aktivitas
yang didapat serta partisipasi masyarakat untuk mengetahui maksud dan tujuan
program tersebut. Hal ini senada disampaikan oleh Md.
“berawalnya adanya isu tentang program posyandu, sejumlah kader
mempertanyakan adanya dana program untuk pembangunan posyandu
kepada saya, maka saat itu saya tertarik dengan mengikuti rapat yang
diadakan di kelurahan, saya berharap kegiatan tersebut dapat
membantu masyarakat lebih di daerah saya”.
Daya tarik dalam kelompok terlihat dari antusias pertanyaan yang
ditanyakan dalam rapat pembentukan kelompok. Kegiatan ini memang syarat
dengan program yang berbentuk proyek namun, partisipasi masyarakat tetap aktif
dalam mengenali program tersebut. Hal ini dibuktikan dengan pemilihan
kelompok sepuluh dengan cara pemilihan langsung. Senada yang diungkapkan
oleh Ad sebagai seorang fasilitator.
“Meskipun ini berbasis program proyek, masyarakat tetap berrhatihati dengan program tersebut dan berusaha mencari tahu dan
mengenali cara kerja dan aturan main yang dilakukan dalam program
tersebut”.
Pencalonan anggota kelompok memiliki minat yang besar dari masyarakat
yang hadir. Sehingga membuktikan bahwa kegiatan program tersebut memiliki
daya tarik yang baik buat anggota.
Kasus pertemuan kedua adalah rapat kerja yang dilakukan oleh kelompok,
dalam hal ini anggota kelompok telah menyadari kegiatan yang berlangsung
dalam program tersebut sehingga anggota kelompok memiliki pengalaman dan
minat yang besar untuk membaktikan diri terhadap program pemberdayaan
perbaikan gizi masyarakat. Daya tarik dari kegiatan rapat kerja dilakukan dengan
mengadakan pertemuan bersama di salah satu rumah anggota, membuat janji
98
bersama sebelum rapat kerja diselenggarakan untuk pergi bersama ke salah satu
anggota serta membuat pakai seragam yang sama. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan daya tarik kelompok terhadap lingkungan sekitarnya. Senanda yang
diungkapkan oleh Hd.
“KGM Pulokerto memang memiliki pakain seragam yang sama dari
sepulu orang yang ada. Hal ini dilakukan untuk mengikat anggota agar
tetap kompak dalam menjalankan tugas kelompok dalam program
pemberdayaan gizi tersebut. Selain itu, penggunaan pakain tersbut
dilakukan saat kunjungan ke posyandu-posyandu, sosialisasi ke
sekolah dan kegiatan yang berkenaan dengan KGM”.
Hal ini diutarakan juga oleh An bahwa kegiatan KGM setiap kali pertemuan
resmi wajib menggunakan pakaian seragam. Tujuan penggunaan ini bagi An
cukup berkesan dimana identitasnya sebagai anggota KGM diakui di masyarakat.
Selain itu, kegiatan rapat kerja dilakukan dengan saling menunggu anggota yang
belum hadir untuk mendiskusikan kegiatan yang akan diusulkan. Apabila anggota
yang berhalangan hadir maka sosialisasi langsung disampaikan ke anggota yang
terdekat. Anggota yang berhalangan hadir akan dicatat dan diperhitungkan
mendapat tugas dua kali dari anggota yang hadir. Hal ini bertujuan untuk menjaga
kekompakan yang ada di KGM Pulokerto. Selain itu substansi rapat tetap
dipertahankan
dengan
memberikan
kesempatan
kepada
anggota
untuk
mengusulkan dari hasil observasi anggota di lapangan dan wawancara dengan
kader posyandu terhadap usulan kegiatan yang akan diselenggarakan. Antusias ini
memang lebih sedikit. Hal ini disebabkan oleh anggota lebih menyerahkan kepada
pengurus inti ketua, bendahara dan sekretaris. Terdapat hal yang unik dalam
pertemuan tersbut yaitu perilaku Hd yang senantiasa mempengaruhi anggota
kelompok untuk memberikan hak perwakilan padanya sehingga semua tugas
terlimpah kepada Hd semua. Walaupun tak disangkal Hd adalah sekretaris dalam
kelompok tersebut yang mana tugasnya adalah membuat laporan paket gizi yang
telah disepakati dan membuat laporan harian dan keuangan setiap hari kegiatan di
KGM. Berbeda dengan anggota lain setelah kegiatan selesai, anggota KGM telah
selesai sedangkan Hd tetap melakukan tugasnya membuat catatan dan pelaporan.
Namun, Hd tetap memberikan semangat kepada anggota lain.
99
Kasus ketiga adalah pada pelaksanaan kegiatan KGM dalam program
pemberdayaan perbaikan gizi. Kasus tersebut semua anggota hadir dengan
menggunakan pakaian seragam. Hal ini menjadi bagian daya tarik dari
masyarakat. Pakaian seragam yang digunakan bercorak merah dan hitam sehingga
terlihat seperti pakaian salah satu partai. Namun, setelah diberikan penjelasan
kepada masyarakat tentang aktivitas KGM, masyarakat tertawa dan sering
mengikuti kegiatan KGM yang diselenggarakan. Hal ini senada yang disampaikan
Ad.
“saya awalnya agak kaget juga, ditanya dari partai mana oleh
masyarakat, namun dengan adanya penjelasan dari pak Madri dan
Rafik semuanya jadi jelas setelah duduk bersama dengan
masyarakat.Memang pakaiannya seperti partai namun tulisan KGM
nyakan terlihat jelas di bahu belakang. Tetapi dampak dari itu,
antusias masyarakat semakin tinggi dengan program ini sehingga
tingkat partisipasi yang hadir ke posyandu terkadang meningkat
dengan pakaian seragam tersebut”.
Daya tarik pakaian seragam merupakan salah satu yang mempererat
kekompakan kelompok. Identitas dari anggota KGM dapat dikenali dari pakaian
seragam yang digunakan. Selain itu, kegiatan pelaksanaan selalu disuguhkan
dengan makan bersama yang dilakukan oleh anggota di salah satu kediaman
anggota dengan makanan khas Kota Palembang. Hal ini bertujuan untuk
mempererat kelompok.
Kasus keempat adalah kegiatan yang dilakukan di Puskesmas Gandus
dimana sosialisasi hasil kegiatan yang telah dilakukan oleh kelompok. Kegiatan
ini hanya mengundang beberapa anggota inti dalam kelompok yaitu ketua,
bendahara dan sekretaris. Pada kegiatan sosialisasi penjelasan dilakukan oleh
ketua kepada penanggung jawab NICE Kota Palembang. Hal ini telah disepakati
bersama oleh anggota KGM Pulokerto agar ketua memberikan keterangan perihal
tentang usaha yang dilakukan oleh KGM Pulokerto. Setelah rapat usai, hasil rapat
disosialisasikan kembali ke anggota dengan mengirimkan pesan singkat ke
sejumlah anggota.
Indikasi kedua dari kekompakan kelompok adalah adanya koordinasi
dalam kegiatan program pemberdayaan perbaikan gizi masyarakat. Koordinasi
yang dilakukan dalam pembentukan kelompok dilakukan oleh masyarakat dengan
100
saling bertemu dan mensosialisakan pada rapat bersama dengan aparatur
kelurahan. Sedangkan pada kasus rapat kerja kelompok, koordinasi senantiasa
dilakukan dengan melakukan rapat kerja dengan menanyakan usulan kepada
anggota dan memberikan kesempatan untuk mendengarkan pendapat dari masingmasing anggota. Hal ini senada yang dikatakan oleh Md.
“kegiatan rapat kerja dilakukan untuk menentukan paket-paket gi yang
akan kita lakukan. Tujuannya saya pikir sama dengan yang dilakaukan
dengan program lain. KGM di rapat kerja senantiasa memberikan
kesempatan kepada anggota untuk memberikan saran atau pendapat.
Namun masalahnya terkadang anggota malas untuk berbicara sendiri
sehingga terwakilkan oleh satu atau dua orang saja, tapi tetap menjadi
bahan pertimbangan dalam rapat namanya juga usulan yng akan kita
usulkan ke pusat”.
Koordinasi
yang terlihat juga dalam kasus pelaksanaan kegiatan KGM
terlihat dengan hadirnya sejumlah anggota kesepuluh KGM. Kegiatan ini
dilakukan untuk memperkenalkan kepada masyarakat tim pemberdaya Kelurahan
Pulokerto. Kehadiran ini terkadang bersamaan dengan membawa sepeda motor
bersama sehingga terlihat seperti konfoi bersamaan ke satu posyandu atau ke
sekolah. Hal ini membuktikan adanya kekompakan yang ditampakan oleh KGM
Kelurahan Pulokerto.
Kasus keempat adalah sosialisasi kegiatan yang terlihat adalah koordinasi
kelompok dengan anggota lain setelah pertemuan usai. Hal ini menandakan bahwa
kegiatan tersebut telah menjadi bagian yang lumrah diantara anggota kelompok.
Selain itu, pada rapat sosialisasi masing-masing kelompok saling memberikan
pendapat yang berbeda dan memberikan dukungan pendapat terhadap apa yang
diusulkan demi kemajuan kelompok bersama.
Indikator ketiga dari kekompakan kelompok adalah saling mendukung dan
memberikan motivasi antara satu anggota dengan anggota lain. Hal ini terlihat
dari kegiatan Hd yang senantiasa memberikan dorongan kepada anggota KGM
dan kader untuk tetap bekerja dengan sepenuh hati dan melakukan pekerjaan
dengan sebaik mungkin. Sebagaimana penuturun Hd.
“saya selalu memberikan penekanan kepada kader dan anggota untuk
tetap hadir dalam setiap pertemuan KGM dan membuka posyandu
yang ada disekitar rumah yang ada posyandunya. Kami telah membagi
tugas diantara anggota untuk mensosialisasikan posyandu dan dana
yang ada dari pemerintah. Hasilnya alhamdulilah ada peningkatan
101
kenaikan jumlah posyandu dan partisipan kehadiran posyandu sedikit
meningkat. Paling tidak tugas KGM Pulokerto tidak dianggap mainmain oleh Puskesmas”.
Hipotesis pengarah kedua adalah minimnya dinamika kelompok dalam
komunikasi partisipasi dalam kegiatan program pemberdayaan perbaikan gizi
dinyatakan ditolak dengan memperhatikan Instrumen kekompakan yang terlihat
dari tiga indikator yaitu adanya daya tarik kelompok oleh anggota, koordinasi dari
anggota serta dorongan dan motivasi anggota untuk semangat bekerja dalam
program.
Kepemimpinan dalam Kelompok
Instrumen ke dua dari dinamika kelompok adalah kepemimpinan kelompok
yang dilihat dari empat kasus pembentukan kelompok, rapat kerja kelompok,
pelaksanaan program kerja dan sosialisasi kegiatan. Indikator yang digunakan
dalam kepemimpinan kelompok adalah (1) Kemampuan anggota kelompok dalam
melaksanakan tugas kelompok baik mendelegasikan tanggung jawab atau
kekuasaan, (2) Mengorganisir kelompok serta, (3) Menyelesaikan permasalahan
secara bersama.
Kasus pembentukan kelompok yang dilihat dari kepemimpinan dilakukan
dalam pertemuan pembentukan kelompok, terlihat jelas bahwa kepemimpinan
yang dilakukan secara terbuka dengan memberikan kesempatan yang terbuka bagi
setiap anggota partisipan yang hadir untuk memilih anggota kelompok KGM.
Partisipan yang hadir berusaha memilih calon anggota sesuai dengan pengalaman
dan hubungan personal yang telah lama dibangun oleh anggota. Kegiatan
pemilihan anggota dalam KGM yang akan melaksanakan tugas program
pemberdayaan perbaikan gizi. Kemampuan partisipan dalam memilih kelompok
sepuluh pada hari yang bersamaan dengan sosialisasi merupakan salah satu bukti
bahwa kepemimpinan yang dilakukan cukup dinamis dimana kegiatan pemilihan
tersebut mendengarkan saran dan masukan dari sejumlah kalangan baik yang
berasal dari suara yang berbeda. Sehingga dari instrumen pendelegasian
kekuasaan kepada anggota telah terpenuhi dalam kegiatan tersebut. Sedangkan
instrumen kedua mengkoordinasikan kelompok telah memenuhi kuota yang
dibuktikan dengan terpilihnya kelompok sepuluh dari rukun warga dan topografi
102
yang berbeda. Hal ini diperkuat dengan terbentukanya kelompok yang langsung
ditetapkan dalam satuan kerja dan menggalang rapat langsung.
Adapun kasus kedua adalah rapat kerja yang dilakukan kelompok, kegiatan
rapat kerja yang dilakukan dengan melaksanakan musyawarah bersama dengan
anggota kelompok, fasilitator dan petugas kesehatan. Kegiatan tersebut dilakukan
dengan mendengarkan sejumlah pendapat dari fasilitator dan petugas kesehatan
ditambah masukan dari anggota. Rapat dipimpin oleh ketua kelompok dan
pengambilan keputusan dilakukan secara bersama dengan anggota kelompok
dengan sepengetahuan peserta yang hadir. Indikator dari kepemimpinan kelompok
adalah kelompok mampu melaksanakan tugas dengan baik dengan membagi tugas
bersama dengan anggota yang lain. Pendelegasian ini antara lain adalah
penyusunan penangung jawab tiap kegiatan, daftar piket kunjungan ke posyandu
serta sosialisasi per kampung yang dilakukan oleh anggota. Indikator kedua
adalah mengorganisir kelompok dengan melihat sejumlah peristiwa dimana
adanya pembagian tugas yang disepakati bersama. Indikator ketiga adalah
menyelesaikan permasalahan secara bersama dengan jalan musyawarah dan
mendengarkan ketua sebagai pimpinan yang dituakan.
Kasus yang ketiga adalah pelaksanaan kerja kelompok, pada kasus ini
terlihat bahwa anggota mampu melaksanakan tugas yang telah diembannya
dengan bekerja sama antar anggota. Setalah kegiatan selesai, rapat terbatas
dilakukan untuk mengevaluasi hasil dari kegiatan yang telah dilakukan. Tujuan ini
dilakukan untuk mendengarkan pandangan dan pendapat dari anggota terhadap
hasil kegiatan yang telah dicapai. Selain itu, tujuan rapat terbatas untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada antar kelompok serta mengkoordinasikan
pemikiran dan pendapat hasil dari kegiatan yang telah berlangsung untuk
dijadikan pembelajaran. Kegiatan ini lebih terlihat kompak dimana dihiasi dengan
guyonan antar kelompok dalam pelaksanaannya. Hal ini dituturkan oleh Md pada
saat peneliti memverifikasi data.
“memang kegiatan pertemuan setelah kegiatan KGM, kita selalu
kumpul bersama. tujuan tidak lain mengkomunikasi hasil-hasil yang
telah dilakukan selain itu mana yang dapat anggota bantu buat
anggota lain yang masih terkendala dengan tugas dalam kelompok
dibicarakan dalam pertemuan tersebut. Pertemuan tersbut tentu ada
anggaran yang telah disisihkan buat kelancaran program. Prinsipnya
103
program yang dijalankan itu adalah komunikasi yang lancar saja
antar anggota, terbuka apa yang kita lakukan dan saling
mendukung”.
Kasus keempat adalah sosialisasi kegiatan yang telah dilakukan. Kegiatan
ini diwakilkan oleh ketiga pengurus inti yaitu ketua, bendahara dan sekretaris.
Kegiatan ini menyampaikan hasil kerja kelompok kepada pihak pusat serta
memberikan masukan buat KGM kedepannya. Selain itu, pertemuan ini
merupakan wahana untuk mengkoordinasikan kegiatan kedepannya yang akan
dilakukan serta melihat masalah yang dihadapi kedepannya dengan mengandalkan
pendapat atau saran dari anggota dari kelompok lain yang memberikan masukan
yang berguna bagi KGM dalam program pemberdayaan perbaikan gizi
masyarakat.
Empat
kasus
tersebut
dalam
program
perbaikan
gizi
memiliki
kepemimpinan kelompok yang baik dalam menyelesaikan program pemberdayaan
perbaikan gizi masyarakat yang merupkan unit bagian dari dinamika kelompok.
Empat kasus tersebut instrumen kepemimpinan adalah distribusi wewenang ke
sejumlah anggota, pengorganisasian anggota serta penyelesaian masalah bersama
dengan anggota kelompok. Sehingga dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa
kepemimpinan kelompok yang merupakan bagian dari dinamika kelompok
memiliki pengaruh terhadap jalannya program agar tetap berimbang serta hipotesa
pengarah yang dinyatakan, ditolak. Artinya dengan melihat kepemimpinan
kelompok yang dilakukan di program pemberdayaan perbaikan gizi dimana
terjadinya penyebaran delegasi dari ketua ke anggota, adanya pengorganisasian
kelompok serta pemecahan masalah yang dilakukan oleh kelompok terdapat
dinamika kelompok yang baik dalam satuan kerja program.
Peranan dalam Kelompok
Peranan adalah tindakan yang dilakukan dalam mencapai tujuan dalam hal
ini fungsi yang bersifat koordinasi, informasi, prakarsa, penyebaran, kepuasan dan
kejelasan. Peranan yang dilihat dari empat kasus yaitu pembentukan kelompok,
rapat kerja, pelaksanaan kegiatan dan sosialisasi kegiatan yang telah dilakukan.
Peranan dalam kelompok merupakan salah satu bagian dari dinamika kelompok.
Kasus pertama adalah pada pembentukan kelompok, fungsi yang dilakukan
koordinasi yang dimana fungsi tersebut dapat dilihat dari terselenggaranya rapat
104
sosialisasi dan terbentuknya kelompok KGM. Hal ini berarti adanya informasi
yang sama diterima oleh masyarakat dari pemerintah yang menyelanggarakan
program. Peristiwa pembentukan kelompok, prakarsa yang dibangun oleh pihak
kelurahan mendapat legitimasi dari masyarakat dimana usulan nama-nama
anggota kelompok sepuluh berasal dari masyarakat tanpa ada tekanan dari pihak
kelurahan. Sedangkan penyebaran informasi ditindaklanjuti oleh kelompok
dengan melakukan sosialisasi kelompok gizi masyarakat ke sasaran program yaitu
posyandu, sekolah dan kalangan ibu rumah tangga di lingkungan Kelurahan
Pulokerto. Hal ini memberikan kepuasan bagi anggota dalam menjalankan tugas
yang disebabkan oleh kejelasan tugas dan tanggung jawab dari kerja program
yang dilakukan oleh kelompok.
Kasus kedua yang merupakan rapat kerja kelompok dilakukan di kediaman
anggota kelompok gizi masyarakat. Kegiatan ini melibatkan koordinasi antar
anggota dengan mengirimkan pesan singkat dan sikap yang saling terbuka.
Informasi yang dikirimkan biasa melalui jaringan komunikasi antar kader yang
terdekat ke masing-masing kader, sehingga informasi setiap kader selalu terbaru.
Anggota
yang
tidak
aktif
diberikan
dorongan
dan
motivasi
dengan
mengunjunginya dan mendengarkan alasan dari anggota, sehingga anggota yang
berhenti dapat segera digantikan oleh anggota lain yang telah dipilih oleh ketua
untuk mengisi kekosongan. Dukungan dari anggota kelompok dalam rapat dengan
menyetujui hasil rapat dan menerima keputusan rapat serta menjalankannya
dengan penuh tanggung jawab. Anggota kelompok dapat merasakan kepuasan
dengan bersama saling membantu dalam setiap kegiatan dan masalah yang terjadi
rumah tangga. Hal ini diperoleh karena kejelasan yang diterima anggota terhadap
kegiatan yang berlangsung.
Kasus yang ketiga adalah pelaksanaan kegiatan kelompok gizi pada
program pemberdayaan perbaikan gizi masyarakat. Peristiwa ini terlihat
koordinasi dalam setiap pertemuan dalam pelaksanaan. Koordinasi dilakukan
berdasarkan hasil rapat bersama dimana membagi tugas bersama berdasarkan
letak domisili. Sedangkan, jangkauan sasaran yang jauh, kelompok melakukan
kunjungan bersama dengan kelompok lainnya. Kelompok senantiasa tak lepas dari
informasi yang digunakan dengan telepon seluler. Prakarsa berupa ide dan
105
pendapat disampaikan langsung kepada ketua baik saat rapat besar maupun saat
diskusi kecil. Sosialisasi informasi ke masyarakat dilakukan dengan bentuk
pengumuman yang dilakukan melalui tokoh masyarakat, atau dengan langsung
melakukan kunjungan ke sasaran program, misalnya kunjungan ke posyandu,
kelompok akan membawa beberapa unit perlengkapan yang menarik untuk dilihat
dan menggunakan pakaian seragam yang menarik untuk diikuti. Hal ini
merupakan bentuk kejelasan dan kerja sama yang baik antar setiap kelompok dan
kader posyandu dan tokoh masyarakat.
Kasus keempat adalah sosialisasi yang dilakukan di puskesmas. Kegiatan
ini memperlihatkan koordinasi yang baik antar kelompok dan petugas kesehatan.
Informasi yang diterima oleh direktur NICE Kota Palembang sama dengan yang
diperoleh di lapangan. Hal ini didukung oleh prakarsa dari anggota kelompok
yang aktif dalam menyebarkan informasi ke lingkungannya. Sehingga
menimbulkan kejelasan di masyarakat, baik sasaran maupun yang bukan.
Keempat kasus tersebut yang dikonsentrasikan dari peranan dapat
dikategorikan peristiwa tersebut memiliki peranan kelompok yang baik dimana
fungsi tugas kelompok berupa koordinasi yang jelas, informasi yang tepat,
membangun prakarsa diantara kelompok, sosialisasi informasi ke masyarakat serta
kejelasan informasi yang membaut masyarakat dan anggota menjadi puas. Artinya
bahwa dengan instrumen ini dapat dinyatakan bahwa peranan dalam kelompok
adalah baik dan dapat disimpulkan sementara dinamika kelompok yang terjadi
dalam program pemberdayaan perbaikan gizi masyarakat dilakukan dengan baik.
Sehingga hipotesis pengarah yang di perjelas tidak terbukti bahwa dinamika
kelompok yang terjadi telah baik. Hal ini berdampak pada program pemberdayaan
perbaikan gizi masyarakat yang jalan sesuai dengan program yang diusulkan oleh
kelompok dan mendapat sambutan dari masyarakat.
106
Ikhtisar
Dinamika kelompok adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk
melihat kegiatan dari sebuah kelompok apakah kelompok tersebut dinamis atau
stagnan. Dinamika kelompok bersifat statis, dimana instrumen kelompok terdiri
atas kekompakan, kepemimpinan, peranan kelompok. Dinamika kelompok yang
terjadi dalam empat kasus yang dijelaskan terdahulu pada subbab sebelumnya
yaitu pembentukan kelompok, rapat kerja kelompok, pelaksanaan kegiatan,
sosialisasi kerja kelompok menunjukkan hasil yang baik dimana terjadinya
dinamika kelompok.
Carolina dan Iskandar (1993) menyatakan bahwa salah satu unsur dinamika
kelompok adalah kekompakan yang terjadi dalam setiap peristiwa dalam
kelompok program pemberdayaan perbaikan gizi masyarakat. Kekompakan
tersebut teridentifikasi dengan indikasi adanya daya tarik kelompok terhadap
anggotanya terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan, adanya koordinasi
kelompok kepada masing-masing anggota dan masyarakat serta saling
memberikan motivasi kepada anggota dan masyarakat yang menjadi sasaran.
Unsur yang kedua adalah, kepemimpinan dalam kelompok dimana
diindikasikan dalam bentuk penyebaran kekuasaan berupa pendelegasian tugas,
mengorganisir kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi di dalam
kelompok (Romli 2011). Kegiatan yang dilakukan dalam program perbaikan gizi
selalu melibatkan keputusan bersama dengan kelompok. Sehingga pada tataran
pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan dengan membagi tugas bersama dengan
anggota lain. Sedangkan pengorganisasian kelompok dilakukan dengan membagi
tugas bersama persatuan wilayah kerja yang terdekat dari anggota. Tugas yang
diemban dalam program perbaikan gizi telah dikonfirmasi kepada anggota
kelompok. Tugas tersebut dirembugkan secara bersama dalam rapat kegiatan
program.
Unsur ketiga adalah peranan dalam melakukan fungsi koordinasi, informasi,
prakarsa, penyebaran, kepuasan dan kejelasan dalam program pemberdayaan
perbaikan gizi masyarakat (Cartwright dan Zander 1968). Fungsi tersebut
dijalankan secara bersama dalam setiap kasus yang diamati. Fungsi yang sering
107
dominan dilakukan adalah fungsi informasi dan penyebaran kepada anggota dan
lingkungan masyarakat.
Faktor dinamika kelompok yang terjadi di kelompok gizi masyarakat
Pulokerto dapat disimpulkan berlangsung secara baik dan mempengaruhi program
pemberdayaan perbaikan gizi secara langsung. Hal ini terlihat pada kegiatan yang
dilakukan secara bersama dengan masyarakat pada aktivitas pembentukan
kelompok, pelaksanaan tugas kelompok, rapat kerja kelompok dan sosialisasi
hasil kegiatan yang dilakukan oleh kelompok gizi masyarakat. Maka hipotesis
yang diajukan ditolak bahwa dinamika yang terjadi tidak minimal, namun
dinamika kelompok dilakukan sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat.
Tanggapan dari lima informan mendukung terhadap apa yang menjadi
kesimpulan peneliti. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 13 tentang tanggapan kelima
informan terhadap kegiatan atau peristiwa yang dialami oleh informan dari sudut
dinamika kelompok.
108
108
Tabel 13 Tanggapan informan terhadap peristiwa dinamika kelompok pada program pemberdayan perbaikan gizi masyarakat
Peristiwa
Dimensi
dinamika
kelompok
Kekompakan
Tanggapan Informan
An
Hd
Zr
Md
Ad
“Cukup
memberikan
ketertarikan buat
saya,
apalagi
selaku ketua RT”
“Memberikan
tantangan baru
dalam
kelompok KGM
Pulokerto”
“Memberikan
kesempamtan
kepada
masyarakat untuk
partisipasi agar
terbuka
jangan
hanya kita saja
yang
selalu
berperan,
sehingga
dapat
merasakan
dan
memberikan
penghargaan.”
“Lebih
melakukan Memberikan informasi Mensosialisasikan
melalui fungsi informasi dan yang sejelas2nya kepada kembali kepada
“Memberikan
kesempatan
kepada
masyarakat
yang memiliki
minat terhadap
aktivitas ini”
Pemilihan dilakukan “Memberikan
“Pembagian tugas yang
secara langsung dan dorongan
kepada sudah baik, anggota telah
terbuka
anggota KGM yang memahami
tugasnya
lain untuk aktif”
masing-masing, namun
masih kurangnya daya
juang untuk mengajak
masyarakat untuk datang
ke posyandu memang
harus dimaklumi karena
kesibukan
masingmasing”
Kepemimpinan Setiap orang mendapat “Memberikan
kerja “Kerja
program
Pembentukan
diberikan kesempatan yang sama dan peran dilakukan
dengan
kelompok
memilih calonnya
yang
sama
tiap mendistribusikan kepada
anggota sehingga tidak sejumlah anggota yang
menumpuk
di tidak bekerja sehingga
pengurus inti”
pekerjaan
dapat
terselesaikan, selain itu
mengajak
masyarakat
yang tertarik dengan
kerja-kerja
kemasyarakatan”
Peranan
“Informasi
disampaikan
Memberikan
informasi yang
109
rapat secara langsung
dengan partisipan dan
dijelaskan
kepada
kami”
Kekompakan
Rapat Kerja
kelompok
memberikan
ide
kepada anggota dan
memasukkan ke dalam
paket program”
“Dorongan dari Hd “Memberikan
untuk datang dan kesempatan
membantunya”
masyarakat
untuk
berpartisipasi sehingga
perlu bujukan dan
motivasi dari kita”
Kepemimpinan “Kami
mendapat
kesempatan yang sama
untuk memberikan ide
dan pendapat”
Memberikan
kesempatan
untuk
memberikan usulan,
dan
memecahkan
masalah bersama
“Informasi
disampaikan langsung
ke kami bila ada berita
terbaru,
biasa
dilakukan
melalui
pesan singkat atau
pesan melalui Hd”
Lebih
memberikan
informasi
dan
kesempatan
pada
anggota lain untuk
berpendapat.
Peranan
masyarakat
tentang masyarakat yang jelas,
serta
program tersebut dan berhalangan
mendampingi
tugas
dari
program hadir.
masyarakat
tersebut yang dilakoni
yang
terpilih
oleh kelompok.
sebagai anggota
kelompok
dalam program.
Memberikan
Melemparkan
Memberikan
pendampingan agar tetap kepada anggota pendampingan
tertarik dan mudah dalam agar memperoleh dan dukungan
membuat laporan usulan. saran
dan secata teknis.
masukan dalam
rapat
terutama
dalam hal teknis
di lapangan nanti
Kegiatan yang dilakukan Membagi
Memberikan
disesuaikan
dengan kelompok kerja pendampingan
kehendak dan keinginan dalam
setiap bagi kelompok
dari masyarakat sehingga bidang
serta agar tetap jelas
puskesmas tidak dapat memberikan
kerja
yang
memaksa.
penjelasan hasil dilakukan
kerja yang akan
dilakukan.
Memberikan informasi Menghasilkan
Pendampingan
dan
memberikan proposal kegiatan secara bertahap
pendampingan
teknis sehingga
dapat
dalam
pembuatan diurus
proposal kegiatan
administrasi
kepentingan
KGM kedepan
110
pakaian “Biasa kita janjian
sebelum
melalukan
kunjungan
kerja
ataupun pengamatan
ke lapangan”
Kepemimpinan “Semua
mendapat “Pembagian
tugas
kerja
yang
sama antar
anggota
meskipun berat terasa kelompok”
ringan”
Kekompakan
Pelaksanaan
program
kerja
Peranan
Kekompakan
Sosialisasi
kegiatan
Penggunaan
sergam
Memberikan
pendampingan
Memberikan
informasi dengan
mengumumkan
ke
masyarakat
agenda KGM
Mobilisasi
masyarakat untuk
datang dan hadir
dalam
setiap
satuan RT
Memberikan
bantuan
berupa
penyuluhan
kesehatan,
sebenarnya
bisa dilakukan anggota
kelompok namun tetap
harus dituntun sehingga
mereka
lebih
menyerahkan ke petugas
kesehatan
Saling berkoordinasi Memberikan
Memberikan informasi Memberikan info
satu dengan yang lain
penjelasan
kepada kepada masyarakat agar dan
kepada
setiap masyarakat atas aktif dan datang ke masyarakat
kedatangan
serta posyandu dan menjaga
memberikan
kesehatan lingkungan
penyuluhan
dan
pembinaan
kepada
kader
“Lebih menyerahkan “Mendukung
Memberikan
Memberikan
ke pada ketua dalam pernyataan
yang pndampingan
dan penjelasan akan
berbicara ke khalayak” dujarkan oleh ketua pembinaan
tiap kegiatan
yang
dalam rapat dengar kelompok
telah dilakukan
pendapat
di
puskesmas”
Pendampingan
dan pendekatan
persuasif
Pendampingan
Menjaga
hubungan
komunkasi
dengan anggota
dan masyarakat
Hanya
mendengarkan
dan
memberikan
saran
dan
masukan bagi
kelompok demi
kelancaran
KGM kedepan
111
Kepemimpinan “Koordinasi
yang
dilakukan selama ini
telah
baik,
setiap
kegiatan
yang
melibatkan
anggota
senantiasa diberitakan
kepada kami”
Menyerahkan
Mendengarkan
Memberikan
sepenuhnya ke masing- masukan
dari pendampingan
masing kelompok
direktur
NICE
pusat
dengan
membandingkan
kondisi
di
lapangan
Peranan
Memberikan informasi
kepada
kelompok
berkenaan dengan KGM
dan teknis kerjanya
Membuat paket gizi
bersama dengan kader
dan membagi tugas
dalam
pelaksanaan
dalam
memantau
posyandu
secara
bergilir
dengan
anggota yang lain.
Penyebaran informasi “Memberikan
ke masyarakat
penjelasan
kepada
anggota
kelompok
terhadap
sosialisasi
yang dilakukan”
Memberikan
masukan kepada
pihak
dinas
kesehatan
dan
melakukan
sharing bersama
Memberikan
pendampingan
dan
memberikan
ulasan
dan
usulan kepada
kelompok yang
dibina.
112
Analisis Komunikasi Partisipasi pada Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Program
perbaikan
pemberdayaan di bidang
gizi
masyarakat
adalah
salah
satu
prorgam
kesehatan. Program perbaiakn gizi yang dilakukan
dalam tahapan empat peristiwa yaitu pembenrukan kelompok, prapat kerja
kelompok, pelaksanaan kegiatan kelompok dan sosialisasi hasil kegiatan
kelompok yang telah dilakukan. Kegiatan tersebut dilakukan dalam satuan
dimensi program pemberdayaan gizi masyarakat. Tujuan program tersebut adalah
memberikan keberdayaan kepada masyarakat untuk dapat membaca dan memiliki
sikap dan tindakan terhadap peristiwa kerawanan gizi di suatu wilayah. Kegiatan
ini dilakukan dari masa 2008 hingga tahun 2012. Kegiatan ini dilaksanakan
dengan batas waktu tiga tahun dimana masyarakat diharapkan dapat lebih berdaya
dalam hal kerawanan gizi.
Pembentukan Kelompok dalam Program Perbaikan Gizi
Pembentukan kelompok adalah salah satu kegiatan yang dilakukan program
perbaikan gizi masyarakat yang nantinya dinamakan kelompok gizi masyarakat
Pulokerto. Kelompok ini terbentuk dengan cara dipilih langsung oleh masyarakat
melalui perwakilannya di Kelurahan. Kelompok yang terpilih berjumlah sepuluh
orang yang akan melaksanakan kegiatan program pemberdayaan gizi masyarakat
dengan melakukan kegiatan survey pendataan dan penggalian data dan
menentukan kegiatan yang akan diusulkan ke pemerintah melalui program
yangtelah disusun dengan nama paket gizi masyarakat.
Proses pemebntukan kelompok melibatkan masyarakat langsung terutama
tokoh-tokoh masyarakat antara lain kader posyandu, ketua RT dan RW, aktivis
perempuan, guru sekolah, kalangan pemuda. Pemilihan ini dilakukan dengan
mendengarkan beberapa sosialisasi langsung dilakukan oleh petugas kesehatan
dalam hal ini petugas program perbaikan gizi yang ditunjuk untuk melakukan
sosialisasi informasi program. Sebagaimana yang disampaikan Zr.
“Sosialisasi ini dilakukan di masing-masing kelurahan, pada awalnya
kami lakukan di kecamatan namun pihak kelurahan meminta kami
kembali untuk melakukan sosialisasi....setelah sosialisasi akan
langsung dibentuk kelompok gizi masyarakat yang akan melakukan
fungsi pelaksanaan dalam program ini selain itu yang aka membuat
rencana kerja yang telah mereka pilih seseuai dengan permasalahan
yang terjadi di lingkungan mereka...”.
113
Kegiatan sosialisasi pun langsung disampaikan oleh fasilitator. Kegiatan ini
telah jauhari dilakukan dengan mendekatai aktor pembangunan yang ada di
Kelurahan Pulokerto mulai dari aktor masyarakat, pemuda hingga, perempuan.
Kegiatan penyampaian pesan program mengikuti alur kegiatan kelembagaan yang
ada di
Kelurahan dimana kelurahan
memiliki
lembaga
pemberdayaan
kesejahteraan keluarga dan kasi pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini
dilakukan dengan memberikan pengumuman melalui papan pengumuman yang
tertempel di gedung pertemuan di kelurahan. Sedangkan, surat resmi diajukan ke
tokoh-tokoh masyarakat. Hal ini senada apa yang disampaikan oleh Hd sebagai
salah satu ketua pokja PKK.
“sebelumnya kegiatan sosialisasi diadakan, pihak kelurahan dan
puskesmas memberikan surat undangan namun saya lihat juga ada
informasi yang tertempel di papan pengumuman. Peserta yang hadi
nampaknya teebuka namun yang hadir biasanya orang yang biasa aktif
di kemasyarakatan”.
Acara di mulai dengan melakukan penerangan akan informasi program
terlebih dahulu. Tahap selanjutnya dilakukan pemilihan kelompok. Terdapat hal
yang menarik dalam pemilihan kelompok. Kelompok tersebut awalnya telah
dipilih, namun karena kurang puas masyarakat terhadap susunan kelompok maka
dilakukan pemilihan ulang. Hal ini di tuturkan oleh An.
“sebenarnya pemilihan itu dilakukan atas dasar ketidak puasan saja.
Kalau saat itu saya memang menjadi ketua tanpa dipilih langsung
ditunjuk oleh pak lurah, namun saat itu tujuan pak lurah untuk
menjebolkan program ini karena untuk dapat memperoleh program ini
pak lurah langsung menyusun nama-nama yang ada pada susunan
kader posyandu yang aktif di lingkungan kelurahan, kemudian setelah
pertemuan di kelurahan baru diadakan pemilihan ulang, dan yang
terpilih masih orang-orang itu juga yang berbeda adalah susunan
pengurus inti”.
Pernyataan An tersebut mengandung tersirat bahwa kegiatan komunikasi
yang dilakukan memiliki unsur demokrasi. Kebebasan berbicara dalam forum
dimanfaatkan masyarakat dengan cara berdialog. Usulan aspirasi yang dilakukan
dengan memberikan pernyataan dan memilih calon yang diinginkan meskipun
calonnya hanya itulagi, namun yang menarik adalah adanya kebebasan
114
masyarakat untuk memilih langsung dan melakukan refleksi bersama dalam aksi
pemilihan tersebut.
Dialog yang dilakukan adalah dialog yang informatif dimana masyarakat
bertanya dan pihak pemegang program menjawab dan menjelaskan kegiatan
tersebut. Kegiatan ini juga memiliki interaksi yang dilakukan interaktif dimana
masyarakat dapat memilih dan menentukan jago yang diunggulkan. Hal ini senada
yang diungkapkan oleh Ad.
“Program ini memang betul transparan, masyarakat yang menentukan
dengan kaidah aturan main yang digunakan oleh pemerintah.
Sepertinya masyarakat lebih cerdas dan selama ini masyarakat tidak
puas dengan penunjukkan langsung, saya selaku fasilitator merasa
bersyukur adanya keterbukaan dengan masyarakat”.
Dialog yang terbuka dalam menyampaikan sosialisasi tersebut dikenal
dengan kegiatan yang monolog dan pemilihan yang dilakukan dengan langsung
secara aktif dinamakan kegiatan yang dialog. Kegiatan ini dikategorikan dalam
komunikasi monolog dan dialog yang informatif dan interaktif.
Rahim (2004) mengungkapkan bahwa komunikasi adalah memiliki makna
di dalamnya dimana adanya komunikan yang menyampaikan pesan, dimana pesan
tersebut telah terbentuk jauhari dari kegiatan yang berlangsung ataupun pada saat
berlangsung yang dinamakan persepsi. Pesan yang disampaikan atau yang
ditangkap akan diolah kembali dan dipikirkan menjadi sebuah bentuk pesan dan
tindakan yang kritis. Sehingga itulah sebabnya kegiatan dalam pembentukan
kelompok dalam program pemberdayaan ditanggapi asyarakat dengan pemilihan
langsung yang dilakukan oleh masyarakat sendiri.
Kebebasan beraspirasi dalam ruang publik adalah salah satu ciri
keberagaman yang dikatakan oleh Rahim (2004). Hasil penelitian terdahulu
Satriani (201) menyatakan bahwa keberagaman dalam suatu kegiatan merupakan
modal dasar dalam pengembangan program kedepan. Hal ini dikukuhkan oleh
Muchlis (2009) bahwa kebaragaman akan terpecahkan oleh tindakan penekanan
yang dilakukan aparatur pemerintah yang otoriter. Keberagaman yang dilakukan
dengan berdialog adalah kebergaman yang baik dan berfungsi baik agar
kebebasan beraspirasi mengungkapkan pendapat. Kasus pemebntukan kelompok,
masyarakat memanfaatkan momen ini dengan menggunakan wadah untuk
115
bermusyawarah dengan masyarakat lainnya dan meminta informasi yang akurat
tentang program tersebut. Sifat kebebasan ini dikategorikan dengan kebebasan
yang informatif dan interaktif.
Hasil dari pertemuan ini adalah terbentuknya kelompok yang dilegitimasi
oleh pemerintah kelurahan dalam menjalankan program tiga tahun kedepan
terhadap permasalahn gizi ataupun kesehatan yang dialami. Refleksi dan aksi
yang di utarakan Tufte dan Paolo (2009) bahwa prinsip sebuah komunikasi yang
partisipasi adalah adanya dialog yang terbuka, aspirasi dimana adanya suara-suara
yang memberikan pendapat usulan dan bertanya ataupun hanya dalam bentuk
tawa kecil, media pertemuan yang menyenangkan serta refleksi aksi yang
dibuktikan dari ouput yang diinginkan. Pada pertemuan pembentukan kelompok
menghasilkan tim sepuluh dari kelompok gizi masyarakat dengan susunan
pengurus inti dan pelaksana. Susunan tersebut terdiri atas empat orang laki-laki
dan enam orang perempuan. Hal ini disarkan pada kuota perempuan hendaklah
sebesar mungkin, namun karena luas wilayah Pulokerto yang luas dibanding
kelurahan lain serta masih dikenalnya kepala adalah haruslah seorang laki-laki
yang memiliki pengalaman dan wawasan yang luas.
Hasil refleksi – aksi yang dinyatakan dalam peristiwa ini telah membuktikan
bahwa komunikasi partiasipasi adalah salah satu komunikasi yang memberikan
ruang kepada masyarakat untuk memilih apa yang diinginkan dengan pendekatan
langsung ke orang. Hal ini sesuai dengan tujuan pemberdayaan yang sebenarnya
dimana fokusnya adalah orang dapat berdaya melalui dirinya sendiri.
Rapat Kerja Kelompok dalam Program Perbaikan Gizi
Rapat kerja kelompok dalam program perbaikan gizi dilakukan untuk
membuat proposal kegiatan yang dilakukan oleh kelompok kedepan. Kegiatan ini
dilakukan oleh anggota kelompok yang telah terpilih. Rapat kerja dilakukan
dengan lebih dahulu mengumpulkan informasi data dari masyarakat tentang
kerawanan gizi di masyarakat. Usulan yang di nyatakan haruslah sesuai dengan
kegiatan yang diisukan dalam program.
Kelompok melakukan pendataan dengan mengundang sasaran program dan
terjun langsung kelapangan. Sasaran program adalah wanita hamil, ibu dan balita,
116
sekolah dan masyarakat yang memiliki warung. Hal ini dilakukan untuk menjaga
kesehatan dasar di masyarakat. Kegiatan rapat kerja didampingi oleh petugas
NICE program baik fasilitator dan penanggung jawab kegiatan NICE dari
Puskesmas Gandus. Hal ini senada yang dinyatakan Md.
“kegiatan ini dilakukan di sekretariat KGM sementara kami
menggunakan alamat sekretaris atau saya. Kegiatan ini lebih
memfokuskan kegiatan posyandu berupa fasilitas kesehatan
masyarakat dasar. Kami mendapat usulan ini langsung ke posyandu
yang kami tanyakan, mereka lebih memilih untuk melengkapi sarana
prasaran posyandu dan memberikan uang insentif bagi kader. hal itu
telah kami usulkan dalam pagu proposal yang dibuat dengan nama
paket gizi masyarakat, nantinya paket gizi ini di kirimkan ke
sekretariat NICE langsung ke ibu kota Palembang, di Dinkes Kota,
dari sanalah apakah kegiatan ini diterima atau tidak. Umumnya akami
langsung meminta bantuan fasilitator dan petugas kesehatan untuk
mengecek list kegiatan dan usulan yang akan dilakukan”.
Kutipan yang dijelaskan oleh Md menerangkan bahwa kegiatan kelompok
diawali dengan mendata dengan cara berdiskusi bersama masyarakat. Lalu
dilanjutkan dengan penggarapan usulan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok
dengan didampingi oleh fasilitator. Hal ini bertujuan untuk mencairkan pendanaan
yang akan diusulkan oleh kelompok. Usulan ini diterima atau tidak tergantung
pada selekasi yang dilakukan oleh NICE Pusat apakah telah sesuai dengan roh nya
program tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Zr dalam sela-sela diskusi dengan
peneliti di ruang kerjanya.
“diterima atau tidak kegiatan yang diusulkan tergantung pada jenis
kegiatan yang dilakukan, usulan itu tertera pada buku panduan
kegiatan yang dimiliki masing-masing kelompok yang telah ditatar
masing-masing kelompok. Sehingga pihak pusat sudah mengetahui
dengan pasti kegiatan yang akan dilakukan karena sebelumnya ada
komunikasi langsung dengan masing-masing kelompok melalui
perwakilannya. Kami hanya mengecek list saja agar ini dipertegas.
Umumnya dilist tersebut seperti kegiatan pengadaan barang, kegiatan
yang bersifat pelatihan, dan nantinya mereka akan menyisihkan 10%
dari dana anggran untuk keberlanjutan program”.
Kegiatan rapat kerja dilakukan dengan santai, beberapa kali peneliti
mengikuti kegiatan tersebut penuh dengan canda tawa dan keseriusan pada saat
pemberian tanggapan terhadap usulan yang disampaikan, namun dalam bentuk
santai. Kegiatan tersebut juga membebaskan anggota kelompok untuk berdiskusi
117
dengan anggota lain sehingga rapat serasa seperti mengobrol dengan anggota
keluarga sendiri.
Kegiatan tersebut menyiratkan bahwa kegiatan ini penuh dengan
komunikasi yang dialog, dimana anggota terbuka untuk mengekspresikan
tindakannya dalam satuan usulan yang diterima oleh kelompok. Dialog yang
dilakukanpun terpantau oleh petugas NICE sehingga kegiatan ini lebih bersifat
konsultatif namun informatif. Kegiatan dialog yang informatif dan konsultatif
lebih bersifat memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk memilih kegiatan
yang dilakukan namun dalam koridor ketetapan yang telah disepakati bersama
dalam program pemberdayaan tersebut.
Aspirasi yang dilakukan bersifat terbatas karena dikerangkakan oleh aturan
program. Namun, masyarakat akan jauh lebih memudahkannya untuk melihat
situasi yang dilakukan di lapangan selama ini dengan mencocokan usulan
program. Permasalahan yang dihadapi di dalam kelembagaan kesehatan di
masyarakat dapat dilengkapi oleh masyarakat dengan mengusulkan melalui
program tersebut. Usulan yang diusulkan kader dan anggota dalam kegiatan rapat
kerja telah sesuai dengan rangkaian kegiatan yang diinginkan dalam program.
Refleksi aksi yang dilakukan terlebih dahulu dengan mengadakan
penggalian dat langsung ke pokok sasaran untuk memperoleh gambaran kegiatan
yang akan diusulkan. Kegiatan ini mendengarkan kader, masyarakat dan
permasalahan yang terjadi khususnya di kesehatan lingkungan dan kelompok.
Oleh karena itu pendekatan personal yang dilakukan oleh kelompok menjadi
bagian penting dalam kesuksesan program. Hal ini didukung oleh pernyataan dari
Hd saat sela penelitia dan Hd melakukan kunjungan ke posyandu laut di Pulokerto
seberang.
“pendekatan yang dilakukan langsung ke orang, jadi kami tidak
pernah melakukan pendekatan secara lembaga, menanyakan kepada
ketua kelompok atau apa. Kami langsung ke orang yang dituju
sehingga memperoleh informasi yang berguna dari sana baru kami
diskusikan dengan anggota lain dan kami kosnultasikan dengan pihak
yang berwenang dalam program ini. Sehingga keputusan dalam
program ini sangat sulit dilakukan karena kita memang kerja dulu di
lapangan baru mengambil keputusan. Permasalahan yang kami alami
terkadang tak sesuainya keinginan di lapangan dengan alokasi yang
dirancang dalam program sehingga pelaporan yang kami buat
118
menyesuaikan saja asalkan memiliki nilai yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Kasus seperti diatas merupakan salah satu kasus yang sering terjadi dalam
kegiatan program. Hal ini terjadi juga pada penelitian yang dilakukan oleh
Dharmawan (2012) di Desa Cikahuripan Kecamatan Cisolok Kabupaten
Sukabumi, dimana anggaran yang dianggarkan tidak sesuai dengan pengalokasin
kegiatan sehingga alokasi dilarikan pada kegiatan lain yang memiliki fungsi yang
sama. Komunikasi partisipasi adalah sebuah proses refleksi bersama dimana
kegiatan yang direncanakan tidak sesuai dapat direfleksikan kembali dengan
mengahasilkan aksi yang berbeda sesuai dengan kegiatan yang bernilai sama
dalam suatu program.
Pelaksanaan Kerja Kelompok dalam Program Perbaikan Gizi
Pelaksanaan kegiatan kelompok dalam program perbaikan gizi antara lain
program yang bersifat bantuan kepada posyandu dengan memberikan sarana dan
prasarana peralatan yang dibutuhkan oleh posyandu. Selain itu kegiatan ini juga
memberikan bantuan kepada pihak sekolah pembangunan perbaikan fasilitasi
sanitasi sekolah. Selebihnya kegiatana yang berekenaan dengan pemberdayaan
masyarakat baik yang bersifat pendampingan maupun pemberian penyuluhan
kepada masyarakat.
Kegiatan pelaksanaan dengan melakukan dilaog yang bersifat fungsional
dimana masyarakat langsung berhadapan dengan kelompok gizi masyarakat
melakukan dilaog bersama dan menjalankan tugas fungsi dari kegiatan program
perbaikan gizi masyarakat. Selain itu dialog yang dilakukan dengan masyarakat
adalah terkadang memberikan kesalahan persepsi di mata masyarakat yang
dianggap “bagi-bagi uang”. Persepsi yang salah ini ditepis oleh Hd saat
berkesempatan memberikan penyuluhan kesehatan yang terbatas di posyandu.
“Ibu-ibu ini kita dari kelompok gizi masyarakat yang merupakan
bagian dari lembaga di bawah kelurahan dan puskesmas. Kita diberi
tugas untuk memberikan pemberdayaan kepada kader posyandu dan
ibu-ibu. Sekiranya ibu memiliki keinginan untuk melakukan misalnya
penyuluhan anak atau giz atau berupa apa mari kita berdiskusi kapan
waktunya akan kita atur sehingga nantinya kita sama-sama mengerti
akan gizi”.
119
Penjelasan dari Hd merupakan deskripsi bahwa gambaran masyarakat
terhadap sesuatu adalah bagi-bagi uang. Kegiatan program pemberdayaan
perbaikan gizi merupakan betuk dari program nasional dimana meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dari sisi pengetahuan dan kecakapan dari segi
kesehatan. Pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kelembagaan yang dikelola oleh masyarakat.
Pelaksanaan kegiatan kelompok gizi masyarakat di monitoring oleh petugas
kesehatan serta di evaluasi oleh petugas pusat dengan mendatangi kegiatan yang
sedang berlangsung. Kegiatan ini di buat meriah namun tampak sederhana.
Kegiatan tersebut berlangsung hanya setengah hari hal ini dilakukan karena
keterbatasan waktu partisipan dalam kegiatan.
Kasus pelaksanaan kelompok gizi masyarakat menunjukkan bahwa
tergalinya ide secara refleksi dan aksi dilakukan oleh masyarakat dengan
menggunakan dialog yang bersifat fungsional sehingga kegiatan ini menjadi
seperti perayaan atau karnaval yang telah disusun bersama. Hal ini tk terlepas dari
aspirasi dari segenap masyarakat yang mendukung program tersebut dalam
meenyampaikan pesan pembangunan khususnya di bidang kesahatan.
Sosialisasi Kegiatan Kelompok dalam Program Gizi Masyarakat
Kegiatan kelompok pada program perbaikan gizi adalah kegiatan yang
berupa sarasehan dari pengurus pusat NICE Kota Palembang. Kegiatan ini
mendengarkan dan berdiskusi serta memberikan pendampingan langsung ke
kelompok gizi masyarakat. Pertemuan ini dilakukan untuk melihat sejauh mana
perkembangan dan hasil yang telah dicapai oleh masyarakat.
Kegiatan sosialisasi hasil kelompok merupakan salah satu bentuk
monitoring dan evaluasi dari pihak-pihak yang terlibat. Kegiatan tersebut
mengedepankan dialog dan aspirasi dan refleksi bersama atas aksi yang telah
dikerjakan dan menghasilkan refleksi baru untuk ditindak lanjuti dengan aksi
berikutnya.
Kegiatan refleksi ini terlihat dari tanggapan kelompok saat memberikan
laporan lisan kepada pemegang program. refleksi dilakukan untuk memetakan
120
hal-hal yang menjadi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Sehingga aksi
yang dilakukan akan memberikan solusi lanjutan di masyarakat.
Dialog bersama yang bersifat interaktif dan konsultatif, artinya kegiatan ini
mengguanakan pendekatan partisipasi. Hal yang menyatakan partispasi adalah
kelompok diberkan kebebasan untuk berbicara tentang masalah-masalah yang
dihadapi serta manfaat dari program tersebut sehingga daya kritis masyarakat
akan sebuah program terash dengan baik dan dapat menerapkan pesan
pembangunan dalam kehidupannya. Rogers (1985) komunikasi pembangunan
yang berkelanjutan adalah komunikasi yang disampaikan melalui tahapan-tahapan
yang panjang namun tepat sasaran melalui pihak-pihak yang memiliki pengruh
langsung terhadap pembangunan. Pesan tersebut akan ditiru dan diterima dengan
cepat oleh masyarakat.
Ikhtisar
Komunikasi
partisipasi merupakan salah satu bentuk komunikasi
pembangunan yang dilakukan dalam program perbaikan gizi. Komunikasi tersebut
dilakukan dengan pendekatan dua mode komunikasi yaitu mode dialog dan mode
monolog dan dialog. Masing-masing fungsi mode merupakan cara yang
digunakan komunikator dalam menyampaikan pesan program perbaikan gizi.
Kegiatan komunikasi partisipasi yang menerapkan monolog dan dialog
tidak terlepas dari kegiatan dialog yang mencari aspirasi masyarakat, aspirasi yang
membebaskan tanpa suatu tekanan, serta refleksi dialog dengan menghasilkan
satuan aksi kerja yang terprogram. Tujuan kegiatan ini dilakukan agar menunjang
komunikasi yang sama dimana timbulnya makna yang sama dalam pembangunan.
Empat kasus kegiatan komunikasi partisipasi yang diteliti oleh peneliti
mengahasilkan bentuk gambaran kausalitas yang kuat antara komunikasi
partisipasi dengan
kegiatan partisipasi
yang berlangsung dalam program.
Terdapat kecendrungan yang dominan dimana pilihan mode komunikasi partispasi
memiliki hubungan yang kuat terhadap aktivitas partisipasi. Hal ini dapat di
gambarkan melalui Gambar 7 dan 8 hubungan antara komunikasi dan faktor
personal dan dinamika kelompok.
121
Peristiwa Komunikasi Monolog- Dialog
Peristiwa kegiatan pembentukan kelompok faktor yang terkait adalah
komunikasi individu interpersonal yang mana persepsi dan motivasi dari masingmasing aktor telah memiliki basis kegiatan sosial dimana informan adalah bagian
dari
aktivis
kemasyarakatan
sehingga
upaya
yang
dilakukan
untuk
memberdayakan masyarakat. Aktor tersebut adalah tokoh yang dipandang oleh
masyarakat adalah orang yang dipercaya mampu melaksakan kegiatan program
tersebut dan mampu memberikan keberdayaan bagi mereka. Sehingga dapat
dikategorikan bahwa persepsi dan motivasi dalam setiap aktor bernilai positif.
Sedangkan pada faktor kelompok, instrumentasi peranan dari seorang masingmasing anggota memiliki peran sebagai informator yang memberikan informasi
dan pendampingan dalam setiap kegiatan yang dilakukan, peran organisator dari
kegiatan program, peran animasi sosial saling memberikan dukungan dan saling
memberikan masukan selain itu, peran membangun jaringan komunikasi,
membagi pengetahuan kepada masyarakat dan mendengarkan masyarakat serta
memberikan pelatihan dan pendampingan langsung kepada sasaran program.
Dinamika kelompok pada instrumen kepemimpinan dilakukan dan
dikendalikan oleh kelompok. Kelompok melakukan diskusi bersama
antar
kelompok. Pada instrumen kekompakan pada kegiatan pertemuan pembentukan
kelompok upaya untuk melaksanakan tugas bersama dan memberikan koordinasi
yang jelas antar anggota dan memelihara kelompok untuk tetap satu suara dalam
mengambil keputusan bersama. Komunikasi partisipasi yang menjadi instrumen
penting dalam pengamatan adalah dialog yang terjadi, aspirasi dan refleksi aksi
yang terlihat dalam diskusi bersama di nilai sebagai kegiatan yang aktif serta
memiliki nilai pemberdayaan. Nilai pemberdayaan ini adalah masyarakat terlibat
langsung dalam memberikan usulan dan masukan sehingga proses ini sampai
kepada pengambilan keputusan dari kegiatan program. Hal ini dapat dirangkum
dalam Gambar 7.
122
Peranan (+)
Kepemimpinan (+)
Kekompakan (+)
Peristiwa
pembentukan/ Rapat
kerja/ Sosialisasi
kegiatan kelompok
Komunikasi Partisipasi
Monolog dan dialog (+)
Aspirasi (+)
Refleksi Aksi (+)
Informatif/
Interaktif /
Konusltatif
Persepsi (+)
Motivasi (+)
Gambar 7 Hubungan komunikasi partisipasi (monolog dan dialog)
terhadap faktor personal dan dinamika kelompok
Peristiwa Komunikasi Dialog
Proses komunikasi dialog adalah proses komunikasi melibatkan masyarakat
dalam peran serta kegiatan. Proses komunikasi dialog lebih diidentikkan dengan
komunikasi yang transaksional. Kegiatan program perbaikan gizi dilakukan
dengan melibatkan masyarakat sebagai pelaku.
Komunikasi yang dialog dilakukan dalam peristiwa komunikasi partisipasi
dalam bentuk pelaksanaan kegiatan dimana masyarakat saling berkomunikasi
dengan kelompok dan petugas kesehatan tentang kesehatannya. Adapun faktor
yang mempengaruhi peristiwa dialog adalah motivasi dan persepsi masyarakat
terhadap keinginan informasi baru dalam sebuah program. Sehingga adanya
kemauan dan keinginan untuk terlibat dalam sebuah program. Keinginan ini
menunjukkan adanya nilai positif diantara instrumen motivasi dan persepsi.
Persepsi yang dibangun adalah persepsi program dimana masyarakat memperoleh
informasi bagi kegiatan mereka sehingga informasi tersebut dapat bermanfaat bagi
mereka dan kelompoknya. Dari persepsi inilah menjadikan motivasi mereka kuat
untuk terlibat dalam bentuk kegiatan yang dilangsungkan oleh KGM. Motivasi
123
yang notabene adalah motivasi aktualisasi diri dalam masyarakat sehingga
persepsi yang dibangun lebih kepada persepsi sosial dimana keterlibatan dalam
hal kegiatan sosial membuat mereka dikenal dan menjadi bagian dari masyarakat.
Dinamika kelompok pada setiap peristiwa di KGM, peneliti melihat dari
sudut kekompakan, kepemimpinan dan peranan yang terjadi dalam kegiatan
program perbaikan gizi. Sehingga gambaran kegiatan tersebut dapat digambarkan
pada Gambar 8.
Peranan (+)
Kepemimpinan (+)
Kekompakan (+)
Pelaksanaan kegiatan
kelompok Gizi
Masyarakat
Komunikasi Partisipasi
Dialog (+)
Aspirasi (+)
Refleksi (+)
Fungsional
Persepsi (+)
Motivasi (+)
Gambar 8 Hubungan komunikasi partisipasi (dialog) terhadap faktor yang
mempengaruhi pada KGM Pulokerto
124
Implikasi Teoritis: Komunikasi Personal dan Dinamika Kelompok dalam
Upaya Membangun Komunikasi Partisipasi dalam Pembangunan
Karakteristik masyarakat yang berbeda melihat sebuah pembangunan yang
berbasis program tentu membutuhkan pendekatan persuasif dalam membangun
pandangan kepada masyrakat. Pembangunan pandangan itu, menggunakan teknik
yang satu arah ataupun dua arah dan bisa dilakukan secara bersamaan. Upaya
pemberian pemahaman kepada masyarakat sampai kepada tahap pelaksanaan,
realisasi yang nyata membutuhkan waktu yang tak sedikit sehingga diperlukan
sebuah manajemen komunikasi yang baik untuk melakukan arahan tersebut.
Rogers (1983) membangun sebuah kebiasaan perilaku yang sesuai dengan
arahan komunikasi inovasi, tentu diperlukan sebuah inovasi yang memiliki waktu
yang panjang. Namun, tahapan itu dimulai dari hal yang dapat dilihat, mudah
untuk dilaksanakan, mudah untuk diterapkan, dapat dijangkau dan memiliki
keuntungan bagi yang mencobanya. Tahapan-tahapan tersebut merupakan bagian
dari penciptaan persepsi dibenak masing-masing orang. Rakhmat (2005)
pendekatan suatu persepsi adalah sebuah persamaan apa yang dipikirkan sama
dengan apa yang dialami sehingga lahirlah sebuah kebutuhan yang mendasarinya.
Kebutuhan akan membawa kepada keinginan seseorang atau dengan kata lain
motivasi dalam menggapai yang dimaksud.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang dibangun dalam
sebuah program melalui pendekatan personal dari kelompok atau anggota
kelompok yang memiliki kebiasaan dan terbiasa dengan kebiasaan tersebut. Hal
ini dikarenakan adanya dalil dalam persepsi dimana sifat-sifat perseptual dan
kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara
keseluruhan. Artinya pendekatan sebuah program pembangunan pada program
perbaikan gizi
yang berbasis kesehatan selama ini menggunakan pendekatan
kelompok, komunitas, lembaga dimana dengan memilih masyarakat-masyarakat
yang memiliki kepedulian dan mampu merubah kebiasaan dari masyarakat
sendiri. Penelitian ini memperlihatkan bahwa tokoh masyarakat dan kader yang
terlibat dalam suatu kelembagaan atau sebuah kelempok akan mudah
menyesuaikan diri dengan program yang dicanangkan oleh pemerintah melalui
tahapan yang telah diperkenalkan.
125
Program perbaikan gizi yang diperkenalkan tersebut memiliki dinamika
kelompok sendiri dalam kelembagaan sehingga dalam pengembangannya
diperlukan sebuah keaktifan dari individu kelompok dalam setiap aktivitas
kelembagaan. Komunikasi partisipasi yang merupakan satuan komunikasi
program memiliki beragam teknik yang dibangun di lapangan. Salah satu teknik
pengembangan komunikasi secara monolog dan dialog. Teknik komunikasi
monolog dilakukan melalui tahapan perkenalan dengan masyarakat dengan
memberikan sosialisasi bersama, mendengarkan dan mengambil keputusan akan
program yang ditawarkan. Teknik ini hanya bersifat menyentuh aspek kognitif
dalam individu seseorang. Hal inilah yang perlu penekanan untuk melihat peserta
komunikasi yang terlihat, berapakah usianya, siapakah mereka, dari mana mereka,
dan bagaimana mereka bersimpati dalam sebuah program. Sehingga perlunya
pemahaman komunikasi secara personal dan kelompok dalam penerapan program.
Teknik kedua adalah teknik monolog dimana komunikasi yang dilakukan
dengan memberikan sebuah kebebasan untuk berbicara dan pendapat. Teknik ini
merupakan titik kritis seseorang dimana orang dapat mengatakan tidak dan ia
dengan berbagai alasan yang diungkapkan secara gamblang. Oleh karena itu,
komunikai ini lebih kepada teknik yang bersifat negosiasi. Adapun teknik yang
bersifat konsultatif penekanan kebebasan hanya diberikan pada saat komunikasi
telah mengalami kesamaan yang dikenal dengan konvergensi. Konvergensi
tersebut lahir dari sebuah kebebasan komunikasi dimana Rahim (2004)
menentukan tingkatan komunikasi tersebut menjadi empat tingkatan. Tingkatan
pertama adalah dialog dimana komunikasi hanya bersifat saling transaksi atas
informasi yang didapat. Kedua adalah tingkatan heteroglasia dimana komunikasi
yang dibangun pada tahapan negosiasi namun bersifat bebas. Ketiga adalah
poliponi yang merupakan kemunculan konvergensi suara dari masing-masih
komunikan sehingga tahapan ini melahirkan tingkatan komunikasi yang karnaval.
Karnaval melahikan komunikasi yang memberikan kebebasan untuk berekspresi
dalam melakukan tindakan.
Hasil penelitian menunjukkan dari empat peristiwa komunikasi yang
terbangun satu peristiwa yang menunjukkan komunikasi secara dialog dan tiga
peristiwa komunikasi secara monolog dan dialog. Pendekatan komunikasi secara
126
monolog dan dialog adalah pendekatan yang aman untuk dilakukan dalam basis
program karena lebih memasyarakat dengan ide-ide yang berasal dari sumber dan
dipertemukan pada format program yang akan dibangun. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 14.
Tabel 14 Pendekatan komunikasi partisipasi dalam peritistiwa program perbaikan
gizi masyarakat
Pembentukan kelompok
Pendekatan
komunikasi partisipasi
Monolog dan dialog
Rapat kerja kelompok
Monolog dan dialog
Peristiwa
Pelaksanaan kegiatan
kelompok
Sosialisasi kegiatan
kelompok
Substansi Komunikasi
Informatif dan interaktif
Informatif dan
konsultatif
Dialog
Fungsional
Monolog dan dialog
Interaktif dan konsultatif
Kesimpulan dapat diambil dalam penelitian ini adalah komunikasi apapun
yang digunakan dalam pembangunan sebuah program perlunya diperhatikan
aspek komunikasi personal kelompok dan dinamika kelompok yang telah
terbangun di masyarakat. Hal ini bertujuan untuk menghindari sebuah penolakan
dari
masyarakat.
Proses
komunikasi
yang
dilakukan
dalam
program
pemberdayaan dapat dilakukan dengan mode pendekatan dialog, monolog ataupun
gabungan dari keduanya. Tujuannya tidak lain memberikan transfer informasi
yang sama akan pembangunan agar lebih berdaya dan mampu mandiri.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Uraian hasil penelitian tersebut, maka peneliti mengambil kesimpulan
menjadi tiga hal untuk menjawab rumusan masalah yang berkaitan dengan
komunikasi partisipasi dalam progran pemberdayaan perbaikan gizi masyarakat
sebagai berikut :
1. Faktor personal kelompok dalam Proses komunikasi perlu diperhatikan
dalam memulai sebuah komunikasi program pembangunan. Proses
komunikasi tercipta oleh adanya pemaknaan yang sama dengan
memberikan pendekatan dan arahan yang jelas terhadap suatu program.
Sehingga komunikasi yang dibangun dapat menciptakan komunikasi yang
kongruen dan konvergen dalam sebuah program. Pada kelima informan
menunjukkan bahwa informan telah memiliki persepsi dan motivasi yang
sama terhadap program. Persepsi dan motivasi ini dibangun oleh interaksi
yang berulang dan instens dalam pelaksanaan program baik pada tahap
perencanaan berupa pembentukan kelompok, pelaksanaan berupa rapat
kerja kelompok dan pelaksanaan rencana kelompok, monitoring dan
evaluasi pada saat sosialisasi hasil kerja kelompok. Faktor personal yang
dibangun masing-masing informan berbeda-beda pengertian namun
memiliki satuan pemaknaan yang sama dalam menjalankan program.
2. Faktor dinamika kelompok yang terjadi dalam program pemberdayaan
mempengaruhi
peristiwa
komunikasi
partisipasi
pada
program
pemberdayaan gizi masyarakat. Faktor dinamika kelompok yang dimaksud
adalah
proses
pelaksanaan
kegiatan
program
yang
diukur
dari
kekompakan, kepemimpinan dan peranan yang dilakukan dalam kelompok
progran. Program yang dijalankan sesuai dengan tupoksi yang diharapkan
meskipun hasil yang dicapai belum mampu memberdayakan masyarakat
secara langsung. Karena proses pemberdayaan membutuhkan waktu yang
panjang dan tidak dapat dilakukan dengan instan.
3. Komunikasi partisipasi yang terjadi adalah komunikasi yang berbasis
program. Komunikasi ini berbentuk komunikasi yang terdiri dari dialog
dan gabungan monolog dan dialog. Komunikasi yang monolog dan dialog
128
terjadi dalam peristiwa komunikasi pada tahap pembentukan kelompok,
rapat kerja dalam kelompok, sosialisasi hasil kegiatan kelompok. Kegiatan
komunikasi yang dialog pada pelaksanaan bersifat fungsional dimana
menjalankan fungsi yang telah dierencanakan bersama. Sedangkan,
komunikasi monolog dan dialog pada tahap pembentukan kelompok
bersifat informatif dan
interaktif. Tahapan rapat kerja kelompok
komunikasi yang digunakan bersifat informatif dan konsultatif. Berbeda
dengan tahapan sosialisasi kerja kelompok bersifat interaktif dan
konsultatif. Perbedaan ini didasarkan oleh peristiwa yang terjadi dalam
interaksi kelompok.
Saran
Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Perlunya diperhatikan dalam setiap peristiwa komunikasi program yang
terjadi dalam program perbaikan gizi, karakteristik personal seseorang dalam
membangun komunikasi yang konvergen sehingga minat yang dimunculkan
sesuai dengan arahan pembangunan yang dilakukan.
2.
Perlunya mengefektifkan dinamika kelompok diantara anggota sehingga
komunikasi
yang
dilakukan
tepat
sasaran
dengan
mengembangkan
komunikasi yang multitrack agar komunikasi jelas dan memiliki kesenangan
yang sama.
3.
Mode komunikasi partisipasi yang terjadi dalam program perbaikan gizi
hendakalah menggunakan komunikasi yang multitrack agar setiap kelompok
dan sasaran program terjalin pemaknaan yang sama dalam program.
4.
Perlunya dilakukan penelitian lanjut untuk dapat mengukur efektivitas
komunikasi partisipasi Kelompok Gizi Masyarakat dalam pelaksanaan
program NICE tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto E dan Harun R. 2011. Komunikasi Pembangunan dan Perubahan sosial:
Perspektif Dominan Kaji Ulang dan Teori Kritis. Jakarta : Rajawali Pers.
Berlo. 1960. The Process of Communication Introduction to Theory and Practice.
New York: Holt, Rinehart and Winston.
Bungin B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
________. 2009. Sosiologi Komunikasi, edisi ke-4. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Cahyanto PG. 2007. Efektivitas Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima
Tani di Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Pontianak [Tesis]. Bogor:
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Carolina N dan Iskandar J. 1993. Dinamika Kelompok. Bandung : Sekolah Tinggi
Kesejahteraan Sosial.
Cartwright D dan Zander A. 1968. Group Dynamics Research and Theory. New
York : Harper and Row Publishers.
Cathcart RS dan Samvor LA. 1974. Small Group Communication: A Reader
Dubuque. Iowa: Brown Company Publishers.
Dharmawan L. 2012. Proses Komunikasi dan Partisipaasi Masyarakat dalam
Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan: Studi Kasus Program
Pemberdayaan Masyarakat di Desa Cikahuripan Kecamatan Cisolok
Kabupaten Sukabumi [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Dilla S. 2007. Komunikasi Pembangunan. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Effendy OU. 2001. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Ed ke-14. Bandung:
Rosdakarya.
Goldberg AA dan Carl EL. 2006. Komunikasi Kelompok; Proses-Proses Dikusi
dan Penerapannya. Jakarta: UIP
Herdiansyah H. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu sosial.
Jakarta: Salemba Humnika.
Ife J. 1995. Community Development: Creating community lternatives-vision,
analysis and practice. Australia: Longman Pty Ltd.
Jamias JF. 1975. Readings in Development Communictioan Laguna. Philippines:
LosBanos College.
Kriantono R. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Edisi ke-5. Jakarta: Prenada
Media Group.
130
Leeuwis C. 2003. Communication For Rural Innovationan. Netherlands:
Blackwell Publishing Company.
Mardikanto T. 1987. Komunikasi Pembangunan. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
Melkote SR. 1991. Communication For Develompment in Third World. New
Delhi: Sage Publications.
Miles MB dan Huberman AM. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.
Muchlis F. 2009. Analisis Komunikasi Partisipatif dalam Program Pemberdayaan
Masyarakat: Studi kasus pada Implementasi Musyawarah dalam PNPM
Mandiri Pedesaan di Desa Teluk, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batang
Hari [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Muchtar. 2007. Strategi Pemberdayaan Berbasis Kelembagaan Lokal Dalam
Penanganan Kemiskinan Perkotaan (Kasus Implementasi P2KP di Desa
Sukadanau). Jakarta: BALATBANGSOS Departemen Sosial Republik
Indonesia.
Mulyana D. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyasari G. 2009. Komunikasi Partisipatif Warga Pada Bengkulu Regional
Development Project (BRDP) [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Puskesmas Gandus. 2010. Profil Puskesmas Gandus. Palembang: Humas
Puskesmas Kota Palembang.
Rahim SA. 2004. Participatory Development Communication as a Dialogical
Process dalam White, SA. 2004. Participatory Communication Working
for Change and Devwelopment. New Delhi: Sage Publication India Pvt
Ltd.
Rakhmat J. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.
Rogers EM. 1983. Diffusion of Innovation.Third Edition. New York: Free Press.
Rogers EM. 1985. Komunikasi dan Pembangunan: Perspektif Kritis. Penerjemah
Dasmar Nurdin. Jakarta: LP3ES.
Romli K. 2011. Komunikasi Organisasi Lengkap. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Ruslan R. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Saputra Y. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Komunikasi
Partisipatif Fasilitator (Kasus PNPM Mandiri di Kota Bandar Lampung)
[Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
131
Satriani I. 2011. Komunikasi Partisipatif pada Program Pos Pemberdayaan
Keluarga: Studi kasus di RW 05 Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor
Barat [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Schramm W. 1964. Mass Media and National Development: Role of Information
in The Developing Countries. Stanford: Stanford University Press.
Shaw ME. 1976. Group Dynamics: The Psychology of Small Group Behavior.
New York: Mc Graw Hill.
Soekanto S. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pres.
Solihin T. 2005. Evaluasi Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
(P2KP) dalam rangka Pemberdayaan Masyarakat. Kelurahan Abadijaya,
Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat [Tesis]. Bogor:
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Sudita NI dan Gitosudarmo I. 1997. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: BPFE.
Suharto E. 1997. Pembangunan Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spketrum
Pemikiran. Bandung: Lembaga Studi Pembangunan Sekolah Tinggi
Kesejahteraan Sosial.
Tufte T dan Paolo M. 2009. A practical Guide participatory Communication.
Washington: The World Bank.
Vitayala ASH, Tjitopranoto P dan Wahyudi. 1995. Penyuluhan Pembangunan di
Indonesia Menyongsong Abad 21. Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya
Nusantara.
Wahyuni S. 2006. Proses Komunikasi dan Partisipasi Dalam Pembangunan
Masyarakat Desa: Kasus program Reksa Dana di Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
Yin RK dan Mudzakir MD. 2002. Studi Kasus (desain dan Metode). Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Yusron A. 2011. Komunikasi Tingkat Basis dan Kesadaran kritis Pengarustamaan
Gender (Studi Kasus Kegiatan Pinjaman Bergulir PNPM Mandiri di
Kelurahan Kenanga Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon)[Tesis].
Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Yusuf Y. 1988. Dinamika Kelompok. Bandung: Armico.
Zainuri. M. 2005. Pemberdayaan Keluarga Miskin dalam Program Pengembangan
Kecamatan menurut Perspektif Pekerjaan Sosial (Studi Kasus di Kecamatan
Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau)[Tesis]. Bogor:
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta lokasi penelitian Kelurahan Pulokerto Kota Palembang
Lampiran 2 Panduan pertanyaan penelitian
No
A
1
2
3
4
5
B
5
6
7
8
9
10
11
12
A
1
2
3
4
5
6
7
8
9
B
Pertanyaan
Faktor Personal kelompok
Motivasi
Apakah motivasi anda mengikutin kegiatan
program?
Apakah anda memanfaatkan program
tersebut sesuai sasarannya?
Bagaimanakah anda memanfaatkan media
program tersebut?
Apakah anda memahami program dengan
baik?
Apakah dialog terjadi antar partisipan ?
Persepsi
Apa pendapat anda tentang dialog yang
terjadi?
Bagaimanakah tanggapan yang hadir?
Bagaimanakah suasana yang anda rasakan?
Bagaimanakah anda memahami program
tersebut?
Apakah pendapat anda dengan keputusan
yang telah ditetapkan?
Bagaimanakah anda menilai tentang
partisipan yang hadir?
apakah ada keuntungan bagi anda mengikuti
aktivitas tersebut?
Bagaimana seharusnya kegiatan ini?
Faktor Dinamika Kelompok
Kepemimpinan
Bagaimanakah keputusan yang diambil?
Apakah anda berperan dalam pengambilan
keputusan?
Apakah anda memanfaatkan media
komunikasi dalam memberi usulan?
Apakah anda memahami betul masalah yang
terjadi?
Dapatkah anda mengarahkan keinginan anda
menjadi keputusan?
Apa yang anda lakukan ketika keputusan
yang sudah diambil ?
Pernahkah anda menentang keputusan dan
apa yang anda lakukan setelahnya?
Bagaimanakah suasana seharusnya terjadi?
Apakah memahami keputusan yang diambil?
Kekompakan
Jawaban
Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
C
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A
11
12
13
14
15
Apakah keputusan yang ada menjadi rujukan
anda?
Bagaimanakah interaksi anda sesama
kelompok?
Apakah terjalin suasana yang harmonis antar
kelompok?
Apa yang menjadi penyebab timbulnya
kekompakan kelompok?
Bagaimana anda menilai kelompok pecah?
Apakah kelompok melakukan diskusi
bersama?
Apa yang dilakukan bila terjadi kebuntuan ?
Apakah anda melakukan tugas sesuai dengan
jadwal ataukah menyesuaikan dengan
kegiatan kelompok ?
Bagaimanakah kelompok membangun
keakraban?
Peranan
Bagaimanakah anda melakukan tugas
kelompok?
Apakah anda melakukan tugas berdasarkan
petunjuk kelompok?
bagaimanakah anda menyelesaikan tugas
kelompok?
Apakah peran anda menguntungkan buat
anda?
Apakah anda menerima peran yang anda
lakukan?
Apa sajakah peran yang anda lakukan dalam
kegiatan yang ada?
Mengapa anda melakukan peran tersebut?
Apa yang membuat anda menikmati peran
tersebut?
Bagaimanakah anda memandang peran
tersebut?
Apakah anda memahami peran tersebut?
Komunikasi partisipatif
Dialog
Apakah tercipta iklim yang kondusif untuk
berdiskusi?
Apakah yang hadir merasa terangkul?
Mengapa?
Apakah anda merasa terhargai, bagaimakah
anda mewarnai kegiatan tersebut?
Apakah anda melakukan umpan balik ketika
memabahas topik yang dibicarakan?
Bagaimanakah anda mengetahui langkah
B
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
D
26
27
28
29
30
selanjutnya?
Aspirasi
Bagaimanakah suasana kegiatan ?
Apakah setiap yang hadir dapat memberikan
suara kepada kepada kelompok ?
Bagaimanakah partisipan aktif dalam
menyampaikan usulannya?
Apakah suasan mendukung untuk bebas
berbicara ataukah tertikat?
Apakah setiap partisipan memberikan
kesempatan untuk mengutarakan ide atau
masukan?
Apakah media (alat) yang sering digunakan
dalam rapat?
Apakah tempat dan lokasi menentukan
keberhasilan dari program?
Apakah pertemuan tersebut efektif dalam
pelaksanaannya?
Bagaimanakah anda memanfaatkan
pertemuan tersebut?
Apakah semua pihak dapat menjangkau
lokasi tersebut?
Refleksi-Aksi
Bagaimanakah anda memaknai permasalahan
tersebut?
Apakah permasalahan tersebut bisa
dipecahkan melalui program tersebut?
Apakah anda yakin dengan program tersebut
menghasilkan sesuatu yang dapat membantu
anda dan masyarakat?
Bagaimanakah anda memperoleh informasi
permasalahan dan program tersebut?
Apakah anda dipandu oleh fasilitator ataukah
rekan sejawat dalam memahami program dan
masalah tersebut?
Lampiran 3 Dokumentasi pertemuan
1. Pertemuan sosialisasi NICE-KGM dan musyawarah masyarakat
2. Kegiatan penyuluhan kepada masyarakat di Kecamatan Gandus
3. Aktivitas NICE-KGM di Posyandu
3. Suasana rapat NICE-KGM beserta fasilitator dan petugas puskesmas
4. Aksi fisik dari kegiatan NICE- KGM, pembangunan sarana penampungan air di
sekolah
Download