Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015 PENGARUH ORIENTASI TUJUAN TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA SISWA YANG DIBELAJARKAN DENGAN INKUIRI TERBIMBING DAN COOPERATIVE LEARNING CYCLE 5E THE INFLUENCE OF GOAL ORIENTATIONS ON CHEMICAL EQUILIBRIUM CONCEPTS UNDERSTANDING OF STUDENTS TAUGHT BY GUIDED INQUIRY AND COOPERATIVE LEARNING CYCLE 5E Antina Delhita, I Wayan Dasna, Munzil Arif Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5, Malang (65145), Telp. (0341) 551-312 e-mail: [email protected] ABSTRAK: tujuan penelitian adalah menguji perbedaan pemahaman konsep kesetimbangan kimia siswa dengan orientasi tujuan belajar dan tujuan penampilan pada kelompok yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing dan Cooperative Learning Cycle (CLC) 5E. Penelitian quasi-experimental ini menggunakan rancangan The Static-Group Comparison Design. Kelas eksperimen dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing dan kelas kontrol dibelajarkan dengan CLC 5E. Data penelitian adalah skor orientasi tujuan yang diperoleh dari hasil pengisian angket dan skor pemahaman konsep yang diperoleh dari hasil tes dengan jenis soal two-tier diagnostic test. Validitas angket orientasi tujuan sebesar 94,1%, sedangkan validitas dan reliabilitas soal pemahaman konsep berturut-turut adalah 85,4% dan 0,71. Analisis data dilakukan dengan Anava Dua Jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman konsep kesetimbangan kimia kelompok siswa dengan orientasi tujuan belajar lebih baik dibandingkan tujuan penampilan baik pada kelas yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing maupun dengan CLC 5E, sedangkan pemahaman konsep kesetimbangan kimia kelompok dengan orientasi tujuan belajar dan tujuan penampilan pada kelas yang dibelajarkan dengan CLC 5E lebih baik dibandingkan inkuiri terbimbing. Kata Kunci: orientasi tujuan, inkuiri terbimbing, learning cycle, pemahaman konsep ABSTRACT: the purpose of the research was to test the differences of understanding chemical equilibrium concepts between learning-oriented group and performance-oriented group that was taught by guided inquiry and Cooperative Learning Cycle (CLC) 5E. This research used quasi experimental with The Static-Group Comparison Design. Experiment group was taught by using guided inquiry, while control group was taught by using CLC 5E. Data of this research were score of goal orientations that was obtained by filling questionnaire and score of students’ understanding was obtained by using two-tier diagnostic test. The goal orientations questionnaire validity was 94,1% while item test validity and reliability were 85,4% and 0,71. Data were analyzed using two ways Anova. Result of the research was mastery goal-oriented group has better understanding of chemical equilibrium concepts than performance goal-oriented group that were taught by using guided inquiry and CLC 5E while mastery goal-oriented group and performance goal-oriented group taught by using CLC 5E is better than guided inquiry. Keywords: goal orientations, guided inquiry, learning cycle, student understandings Kesetimbangan kimia merupakan materi sentral dalam pembelajaran kimia dan sering dipilih sebagai materi yang digunakan dalam studi di bidang pendidikan sains dengan berbagai macam tujuan penelitian, di antaranya untuk mengetahui kesulitan siswa dalam pembelajaran, miskonsepsi, menjelaskan kesalahan-kesalahan konsep, dan sebagainya (Garritz et al., 2012). Berdasarkan karakteristiknya, materi ini merupakan materi yang membutuhkan penggunaan tiga representasi sekaligus, yaitu makroskopis, mikroskopis, dan simbolis (Demircioglu et al., 2013). Terdapatnya representasi mikroskopis B - 50 Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015 menyebabkan materi kesetimbangan kimia merupakan materi yang abstrak karena tidak dapat diamati oleh indera. Adanya representasi simbolis juga membuat siswa kesulitan dalam mempelajari materi kesetimbangan kimia. Selain itu, kesetimbangan kimia juga merupakan materi yang kompleks dan dibelajarkan secara hierarki, artinya materi tersebut berkaitan dengan materi lain. Sebelum mempelajari materi kesetimbangan kimia siswa harus mempelajari dan memahami materi reaksi kimia, stoikiometri, dan laju reaksi. Materi kesetimbangan kimia kemudian penting dalam mengembangkan pemahaman materi lain, seperti reaksi oksidasi-reduksi, asam dan basa, dan kelarutan (Voska & Heikkinen, 2000). Berdasarkan hasil penyebaran angket (dokumen pribadi) pada 28 siswa SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang (UM) yang telah memperoleh materi kesetimbangan kimia dihasilkan fakta bahwa sebanyak 85,7% siswa menyatakan bahwa materi kesetimbangan merupakan materi yang sukar dan 14,3% sangat sukar. Alasan siswa menyatakan bahwa materi tersebut sukar karena bingung terhadap konsep yang dipelajari dan kebanyakan siswa mempelajari materi tersebut dengan cara menghafal. Ditemukannya belajar dengan cara menghafal membuktikan bahwa belum terjadi belajar bermakna. Upaya untuk mengarahkan siswa menjauh dari belajar hafalan dan mencapai pembelajaran bermakna dilakukan dengan mendorong dilaksanakannya pembelajaran inkuiri, yaitu melalui inkuiri terbimbing dan Cooperative Learning Cycle (CLC) 5E. Inkuiri terbimbing cocok digunakan untuk mengajarkan konsep dan generalisasinya terutama konsep abstrak (Eggen & Kauchak, 2012). Selain itu, melalui eksperimen siswa akan lebih memahami materi yang diajarkan daripada menghafal karena siswa melakukan pengamatan langsung dan mempunyai pengalaman baru melalui eksperimen yang dilakukannya. Beberapa penelitian menemukan keberhasilan penggunaan inkuiri terbimbing dalam pembelajaran kimia, di antaranya Bilgin (2009) pada konsep asam basa, Shaw et al. (2009) pada konsep efek isomer trans, Montes et al. (2003) pada konsep kelarutan, serta Lamba et al. (1997) pada konsep logam dan ion logam. Akan tetapi, Sadeh & Zion (2009) menemukan ketidakberhasilan inkuiri terbimbing dalam pembelajaran biologi. CLC 5E juga merupakan strategi pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan konsep kesetimbangan kimia guna menjauh dari belajar hafalan. Pada dasarnya CLC 5E merupakan inovasi dari Learning Cycle (LC) yang terdiri atas kegiatan-kegiatan yang memiliki tiga fungsi, yaitu: (1) mengenalkan konsep, (2) mendiskusikan konsep, (3) mengaplikasikan konsep. Selain itu, di dalam LC juga terdapat kegiatan laboratorium yang bertujuan lebih kepada mengenalkan konsep daripada verifikasi konsep (Abraham, 1997). Dengan terdapatnya kegiatan laboratarium ini, sama halnya dengan inkuiri terbimbing, akan memudahkan siswa dalam mempelajari konsep khususnya yang terkait dengan representasi makroskopis yang dapat diamati melalui eksperimen yang kemudian memerlukan penjelasan-penjelasan terkait representasi mikroskopis serta penggambaran simbol. Penelitian mengenai CLC 5E dilakukan oleh Setyowati (2012) dan memberikan hasil bahwa motivasi belajar siswa yang dibelajarkan dengan strategi CLC 5E lebih rendah dibandingkan CLC 5E-flash-jurnal metakognitif dan CLC 5E-flash. Akan tetapi, hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan CLC 5E lebih tinggi dibandingkan CLC 5E-flash dan lebih rendah dibandingkan CLC 5E-flashjurnal metakognitif. Dalam inkuiri terbimbing dan CLC 5E guru mengajukan berbagai pertanyaan untuk mendorong siswa berpikir kritis. Aspek penting dalam proses berpikir kritis adalah mendorong pemahaman mendalam tentang materi yang dipelajari. Pemahaman siswa terhadap konsep yang telah dipelajari dapat diukur dengan tes tulis berbentuk two-tier diagnostic test. Two-tier diagnostic test terdiri atas butir soal berbentuk pilihan ganda (content knowledge) yang diikuti dengan pilihan alasan (reason for the B - 51 Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015 content response) (Ozmen, 2008; Tyson et al., 1999). Siswa dapat dikatakan paham terhadap konsep apabila menjawab pilihan jawaban benar diikuti dengan alasan yang benar pula. Apabila pilihan jawaban siswa benar tetapi alasan salah atau sebaliknya, maka siswa dicurigai mengalami miskonsepsi atau boleh jadi hanya menebak. Apabila pilihan jawaban siswa dan alasannya salah, maka siswa tersebut dapat dikatakan tidak paham konsep. Selain mendorong pemahaman mendalam terhadap materi yang dipelajari, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam strategi inkuiri terbimbing dan CLC 5E juga dapat mengajak siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Karena tingkat keterlibatan siswa tinggi pada saat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru, maka jaminan keberhasilan dan rasa keingintahuan berkontribusi pada motivasi siswa. Motivasi erat kaitannya dengan tujuan yang akan dicapai (Slameto, 1995). Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya pendorongnya. Orientasi tujuan merupakan alasan atau tujuan seseorang terlibat dalam tugas atau pembelajaran (Morgil et al., 2007). Orientasi tujuan siswa digolongkan menjadi dua, yaitu tujuan belajar dan tujuan penampilan (Kadioglu & Uzuntiryaki, 2008; Swartz, 2002). Seseorang yang mempunyai orientasi tujuan belajar menggunakan strategi belajar mandiri (selfinstruction) dan evaluasi diri (selfmonitoring) untuk berprestasi atau mengembangkan kemampuan. Sebaliknya, seseorang yang mempunyai orientasi tujuan penampilan lebih tertarik untuk mendapatkan hasil yang positif, menghindarkan diri dari hasil yang negatif, serta menganggap bahwa kemampuan seseorang adalah konstan dan kegagalan adalah bukti dari kurangnya kemampuan yang dimiliki. Sejumlah artikel melaporkan pengaruh orientasi tujuan terhadap prestasi belajar. Cetin-Dindar & Geban (2011) menemukan bahwa siswa dengan orientasi tujuan belajar mempunyai pemahaman yang tinggi terhadap materi yang diajarkan. Penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian Kadiouglu & Uzuntiryaki (2008) yang melaporkan bahwa siswa dengan orientasi tujuan belajar tinggi justru mempunyai skor pemahaman konsep kimia yang rendah. Adanya perbedaan hasil penelitian mendorong peneliti untuk meneliti pengaruh orientasi tujuan terhadap pemahaman konsep kesetimbangan kimia siswa yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing dan CLC 5E. Dengan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah menguji perbedaan pemahaman konsep kesetimbangan kimia siswa dengan orientasi tujuan belajar dan tujuan penampilan pada kelompok yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing dan CLC 5E. METODE Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi-Experimental Designs dengan rancangan The Static-Group Comparison Design (Fraenkel & Wallen, 2009). Untuk meminimalkan terjadinya bias terhadap hasil penelitian, maka kedua kelompok diuji kesetaraannya dengan nilai kemampuan awal yang diperoleh dari nilai tiga materi sebelum kesetimbangan kimia, yaitu gaya antarmolekul, termokimia, dan laju reaksi. Hasil uji kesetaraan menunjukkan bahwa kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama. Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial (factorial design) 2x2. Rancangan tersebut disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Rancangan faktorial 2x2 Orientasi Tujuan Tujuan Belajar Tujuan Penampilan Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing CLC 5E Pemahaman Konsep Pemahaman Konsep Pemahaman Konsep Pemahaman Konsep B - 52 Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015 Penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 bulan November 2014 di SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang (UM). Pembelajaran untuk materi kesetimbangan kimia dialokasikan sebanyak enam kali pertemuan di mana setiap pertemuan selama 2x45 menit. Lima pertemuan untuk proses pembelajaran dan pertemuan terakhir untuk post-test. Subyek penelitian sejumlah dua kelas IPA yang diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) Instrumen perlakuan yang meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), handout, dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS); (2) Instrumen pengukuran yang meliputi Tes Pemahaman Konsep siswa terhadap materi Kesetimbangan Kimia berupa soal pilihan ganda berbentuk two-tier diagnostic test yang dikembangkan oleh Ozmen (2008) dan angket orientasi tujuan yang dikembangkan oleh Swartz (2002). Berdasarkan validasi oleh tiga ahli diperoleh validitas RPP sebesar 88,9%, LKS sebesar 88,9%, soal tes pemahaman konsep secara umum sebesar 85,4% , serta angket orientasi tujuan siswa sebesar 94,1%. Hasil validasi tersebut menyatakan bahwa instrumen valid dan tidak perlu revisi. Sementara itu, berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas diperoleh nilai Alpha Cronbach’s sebesar 0,71. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa butir soal tes pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini reliabel. Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis secara statistik dan dideskripsikan. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis varians (anava) dua jalur. HASIL Data yang diperoleh dari penelitian ini meliputi: (1) orientasi tujuan siswa; (2) pemahaman konsep. Tabel 2 Data Orientasi Tujuan Siswa pada Kelas Inkuiri Terbimbing dan Cooperative Learning Cycle (CLC) 5E Kelas OTB OTP Jumlah (siswa) (siswa) (siswa) Inkuiri Terbimbing 15 17 32 Cooperative Learning Cycle 5E 16 12 28 Jumlah (siswa) 31 29 60 Catatan: OTB = Orientasi Tujuan Belajar OTP = Orientasi Tujuan Penampilan Pemahaman konsep siswa pada materi kesetimbangan kimia diukur dengan menggunakan soal berbentuk two-tier diagnostic test sejumlah 15 nomor. Bentuk soal ini terdiri atas dua tingkat. Tingkat 1 berisi pertanyaan konsep (content knowledge) dan tingkat 2 berisi alasan (reason for the content response). Konsep yang diukur berjumlah sembilan konsep yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Konsep yang Diukur pada Tes Pemahaman Konsep Kesetimbangan Kimia Konsep yang Diukur Nomor Butir Soal Laju kesetimbangan 3 Tetapan kesetimbangan 1, 5, 11 Komposisi zat pada saat setimbang 7,8 Hubungan antara Kc dan Kp 15 Pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan 2, 9 Pengaruh perubahan volume terhadap pergeseran kesetimbangan 4, 12 Pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran kesetimbangan 13 Pengaruh perubahan tekanan terhadap pergeseran kesetimbangan 14 Pengaruh penambahan katalis terhadap sistem kesetimbangan 6, 10 B - 53 Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015 Siswa dikatakan paham konsep apabila menjawab pertanyaan tingkat 1 dan 2 dengan benar. Persentase pemahaman konsep siswa yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing dan CLC 5E dengan tujuan belajar dan penampilan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Persentase Pemahaman Konsep Siswa yang Dibelajarkan dengan Inkuiri Terbimbing dan CLC 5E dengan Orientasi Tujuan Berbeda Kombinasi Jawaban Benar-Benar pada Jawaban Benar pada Tingkat 1 No. Tingkat 1 dan 2 Soal Inkuiri Terbimbing CLC 5E Inkuiri Terbimbing CLC 5E OTB OTP OTB OTP OTB OTP OTB OTP 1 13,3 5,9 31,3 50,0 13,3 0 31,3 41,7 2 40,0 23,5 75,0 50,0 26,7 11,8 75,0 41,7 3 26,7 29,4 12,5 16,7 26,7 23,5 12,5 8,3 4 53,3 70,6 68,8 66,7 6,7 23,5 25,0 8,3 5 20,0 35,3 50,0 41,7 6,7 35,3 50,0 41,7 6 20,0 0 0 0 13,3 0 0 0 7 20,0 29,4 6,3 0 13,3 5,9 6,3 0 8 46,7 64,7 43,8 50,0 6,7 35,3 6,3 16,7 9 0 0 6,3 16,7 0 0 6,3 16,7 10 0 0 18,8 8,3 0 0 12,5 0 11 20,0 29,4 37,5 25,0 20,0 29,4 6,3 0 12 100 94,1 100 100 100 94,1 100 100 13 46,7 47,1 37,5 16,7 33,3 11,8 31,3 16,7 14 13,3 29,4 6,3 25,0 6,7 0 6,3 0 15 93,3 82,4 75,0 100 26,7 5,9 43,8 41,7 Catatan: OTB = Orientasi Tujuan Belajar OTP = Orientasi Tujuan Penampilan Skor pemahaman konsep yang diperoleh kemudian diuji dengan anava dua jalur. Syarat dilakukan analisis dengan anava dua jalur adalah data bertipe interval atau rasio, berdistribusi normal dan homogen. Karena itu, dilakukan uji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu. Hasil uji normalitas dan homogenitas disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 Hasil Uji Homogenitas dan Normalitas Skor Pemahaman Konsep Normalitas Homogenitas Keterangan Inkuiri CLC 5E Terbimbing Sig. 0,063 Sig. > 0,05 0,200 0,200 Fhitung 2,57 Fhitung < Ftabel Ftabel 3,15 homogen - Uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dan homogen. Dengan demikian, Keterangan Sig. > 0,05 normal analisis dengan anava dua jalur dapat dilanjutkan. Hasil uji anava dua jalur dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil Uji Analisis Varians Dua Jalur Variabel Strategi Pembelajaran Orientasi Tujuan Strategi*Orientasi Tujuan Sig. Output 0,017 0,186 0,389 Patokan 0,05 0,05 0,05 B - 54 Keterangan ada perbedaan tidak ada perbedaan tidak ada interaksi Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015 Hasil pengujian anava dua jalur menunjukkan tidak ada perbedaan pemahaman konsep kesetimbangan kimia pada kelompok orientasi tujuan belajar dan tujuan penampilan. Akan tetapi, apabila ditelusuri lebih lanjut skor rata-rata pemahaman konsep kelompok orientasi tujuan belajar dan tujuan penampilan pada kelas yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing dan CLC 5E, maka dapat diketahui perbedaannya. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Nilai Rata-rata Pemahaman Konsep Kelompok Orientasi Tujuan Belajar dan Penampilan pada Kelas Inkuiri Terbimbing dan CLC 5E Strategi Pembelajaran Orientasi Tujuan Inkuiri Terbimbing CLC 5E Tujuan Belajar 3,00 4,13 Tujuan Penampilan 2,76 3,33 Menengah Atas (SMA). Seperti yang diketahui bahwa persaingan pencapaian prestasi pada tingkat SMA masih ketat, yaitu dalam pencapaian prestasi di kelas ataupun sekolah berupa perolehan nilai setinggi-tingginya yang kemudian dapat digunakan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi favorit melalui jalur prestasi. Hal ini yang kemudian menyebabkan siswa sulit menentukan orientasi tujuan. Penjelasan ini didasari oleh hasil penelitian Kadiouglu & Uzuntiryaki (2008), dan Mustapa (2014). Akan tetapi, apabila dicermati berdasarkan nilai rata-rata pemahaman konsep pada Tabel 7 disimpulkan bahwa: (1) kelompok dengan orientasi tujuan belajar mempunyai pemahaman yang lebih baik dibandingkan kelompok orientasi tujuan penampilan baik pada kelas inkuri terbimbing maupun CLC 5E; (2) pemahaman konsep kelompok orientasi tujuan belajar dan tujuan penampilan pada kelas CLC 5E lebih baik dibandingkan kelas inkuiri terbimbing. Hal ini dikarenakan siswa dengan tujuan belajar mempunyai semangat tinggi dalam memahami apa yang dipelajari, suka mencari tantangan, dan senantiasa memperbaiki kegagalan untuk hasil yang lebih baik (Ames & Archer, 1988). Sementara itu, siswa dengan tujuan penampilan lebih memfokuskan pada hasil akhir pembelajaran daripada proses belajar yang menjadikan siswa tersebut kurang kompeten dan cenderung memilih cara belajar instan seperti menghafal. Akibatnya, pemahaman konsep siswa dengan tujuan PEMBAHASAN Hasil pengujian anava dua jalur menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa dengan orientasi tujuan belajar dan penampilan terhadap materi kesetimbangan kimia. Tidak adanya perbedaan ini disebabkan karena siswa belum mempunyai tujuan yang tetap dalam pembelajaran yang diikuti. Alasan ini didukung oleh fakta hasil angket orientasi tujuan siswa. Berdasarkan hasil angket tersebut, siswa yang dikategorikan mempunyai orientasi tujuan belajar adalah siswa dengan skor > 63, sedangkan siswa yang dikategorikan mempunyai tujuan penampilan adalah siswa dengan skor ≤ 63. Skor yang diperoleh siswa berada pada rentang nilai 55-73 untuk kelas inkuiri terbimbing dan 56-73 untuk kelas CLC 5E. Rentang nilai tersebut berada pada rentang di mana siswa dapat dikatakan belum mempunyai tujuan yang tetap, yaitu dapat berubah oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi berubahnya orientasi tujuan seseorang, antara lain: (1) apabila nilai yang dicapainya tinggi, maka memunculkan kepercayaan diri bahwa siswa tersebut mampu menguasai materi pelajaran (Swartz, 2002); (2) situasi atau kondisi kelas (Ames & Archer, 1988); (3) penilaian dari orang lain (Glover & Bruning, 1990). Selain penjelasan di atas, lemahnya orientasi tujuan yang berdampak terhadap tidak adanya perbedaan pemahaman konsep disebabkan oleh keadaan atau kondisi subyek penelitian, yaitu siswa Sekolah B - 55 Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015 penampilan lebih rendah dibandingkan tujuan belajar. Hasil ini didukung oleh temuan Ames & Archer (1988), CetinDindar & Geban (2011), serta Grant & Dweck (2003). Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa pemahaman konsep pada kedua kelas tidak dipengaruhi oleh orientasi tujuan siswa, melainkan dipengaruhi oleh strategi pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan temuan terdapatnya perbedaan pemahaman konsep kesetimbangan kimia pada kelas inkuiri terbimbing dan CLC 5E di mana pemahaman konsep kelas CLC 5E lebih baik dibandingkan inkuiri terbimbing, serta tidak terdapatnya interaksi antara strategi pembelajaran dengan orientasi tujuan berbeda terhadap pemahaman konsep. Tidak terdapatnya interaksi ini disebabkan satu variabel bebas membawa akibat-akibat terpisah yang signifikan (efek utama) (Kerlinger, 1981). (Online), (http://www.narst.org/publications/r esearch/cycle.cfm) diakses 12 Juni 2014 Ames, C. & Archer, J. 1988. Achievement Goals in the Classroom: Students’s Learning Strategies and Motivation Processes. Journal of Educational Psychology, 80(3): 260-267 Bilgin, I. 2009. The Effect of Guided Inquiry Instruction Incorporating a Cooperative Learning Approach on University Student’s Achievement of Acid Bases Concepts and Attitude Toward Guided Inquiry Instruction. Scientific Research and Essay, 4(10): 1038-1046 Cetin-Dindar, A. & Geban, O. 2011. What Affect High School Student’s Chemistry Learning? Makalah disajikan pada World Conference on New Trends in Science Education (WCNTSE), Turki, 19-23 September 2011. Dalam Western Anatolia Journal of Educational Science, (Online), (http://web.deu.edu.tr/baed), diakses 24 Juni 2014 Demircioglu, G., Demircioglu, H. & Yadigaroglu, M. 2013. An Investigation of Chemistry Student Teacher’s Understanding of Chemical Equilibrium. International Journal on New Trends in Education and Their Implications, 4(19): 185192 Eggen, P. & Kauchak, D. 2012. Strategie and Models for Teachers: Teaching Content and Thinking Skills (Sixth Edition). Boston: Pearson Education, Inc Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E. 2009. How to Design and Evaluate Research in Education Seventh Edition. New York: McGraw-Hill Garritz, A., Irazoque, G. & Izquierdo, M. 2012. Chemistry Teachers Pedagogical Content Knowledge on Chemical Equilibrium. Proceedings of Edulearn12 Conference 2nd-4th 2012, 3979-3983, (Online), (http://garritz.com/andoni_ garritz_ruiz/documentos/2013/30_G KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pemaparan dalam pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep kesetimbangan kimia kelompok siswa dengan orientasi tujuan belajar lebih baik dibandingkan tujuan penampilan baik pada kelas yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing maupun dengan CLC 5E, serta pemahaman konsep kesetimbangan kimia kelompok dengan orientasi tujuan belajar dan tujuan penampilan pada kelas yang dibelajarkan dengan CLC 5E lebih baik dibandingkan inkuiri terbimbing. SARAN Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk perbaikan penelitian lebih lanjut adalah guru sebaiknya menciptakan suasana kelas yang menonjolkan pengembangan diri serta partisipasi karena iklim kelas berbasis tujuan belajar memberikan hasil positif dalam perolehan pemahaman konsep. DAFTAR RUJUKAN Abraham, M.R. 1997. The Learning Cycle Approach to Science Instruction. Dari NARST: Publications-Research Matters to the Science Teacher, B - 56 Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015 arritz-IrazoqueIzquierdoProceedings Edulearn2012.pdf) diakses 16 Juli 2014 Glover, J.A. & Bruning, R.H. 1990. Educational Psychology Principles and Applications Third Edition. United States of America: Harper Collins Grant, H. & Dweck, C.S. 2003. Clarifying Achievement Goals and Their Impact. Journal of Personality and Social Psychology, 85(3): 541-553 Kadiouglu, C., Uzuntiryaki, E. 2008. Motivational Factors Contributing to Turkish High School Student’s Achievement in Gases and Chemical Reactions. Makalah disajikan pada American Educational Research Association (AERA), New York, 24-28 Maret 2008. Dalam AERA, (Online), (http://www.aera.net), diakses 24 Juni 2014 Kerlinger, F.N. 1981. Foundations of Behavioral Research Second Edition. Japan: Holt-Saunders International Editions Lamba, R., Sharma, S. & Lloyd, B.W. 1997. Constructing Chemical Concepts through A Study of Metals and Metal Ions: Guided-Inquiry Experiments for General Chemistry. Journal of Chemical Education, 74(9): 1095-1099 Montes, I., Lai, C. & Sanabria, D. 2003. Like Dissolves Like- A Guided Inquiry Experiment for Organic Chemistry. Journal of Chemical Education, 80(4): 447-449 Morgil, I., Oskay, O.O. & Temel, S. 2007. The Effects of Goal Orientation and Self-Directed Learning on PreService Chemistry Student’s Achievement. Makalah disajikan pada The 2nd European Variety in Chemistry Education, Prague, 27-30 Juni 2007. Dalam 2 nd European Variety in Chemistry Education, (Online), (http://www.studiumchemie.cz/mate rialy/Sborniky/Proceedings_EuroVa riety_Prague_2007.pdf), diakses 24 Juni 2014 Mustapa, K. 2014. Pengaruh Strategi Pembelajaran Online dan Ekspositori dengan Orientasi Tujuan Berbeda terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Mahasiswa pada Mata Kuliah Kimia Dasar. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang Ozmen, H. 2008. Determination of Student’s Alternative Conceptions about Chemical Equilibrium: A Review of Research and the Case of Turkey. Chemistry Education Research and Practice, 9(3): 225233 Sadeh, I. & Zion, M. 2009. The Development of Dynamic Inquiry Performances within an Open Inquiry Setting: A Comparison to Guided Inquiry Setting. Journal of Research in Science Teaching, 46(10): 1137-1160 Setyowati, I. 2012. Pengaruh Variasi Media pada Cooperative Learning Cycle (CLC)5E dan Kemampuan Awal terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa dalam Materi Laju Reaksi. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang Shaw, J.L., Dockery, C.R., Lewis, S.E., Harris, L. & Bettis, R. 2009. The Trans Effect: A Guided-Inquiry Experiment for Upper Division Inorganic Chemistry. Journal of Chemical Education, 86(12): 14161418 Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya: Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta Swartz. 2002. Goal Orientation and Training Transfer Initiation and Maintenance. Thesis. Blacksburg: Virginia Polytechnic Institute and State University, (Online), (http://scholar.lib.vt.edu/theses/avail able/etd05282002083423/unrestricted/ DESthesispaper.pdf), diakses 23 Juni 2014 Tyson, L., Treagust, D.F. & Bucat, R.B. 1999. The Complexity of Teaching B - 57 Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015 and Learning Chemical Equilibrium. Journal of Chemical Education, 76(4): 554-558 Voska, K.W., Heikkinen, H.W. 2000. Identiļ¬cation and Analysis of Student Conceptions Used to Solve Chemical Equilibrium Problems. Journal of Research in Science Teaching, 37(2): 160-176 B - 58