b - 50 pengaruh orientasi tujuan terhadap

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
PENGARUH ORIENTASI TUJUAN TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP
KESETIMBANGAN KIMIA SISWA YANG DIBELAJARKAN DENGAN
INKUIRI TERBIMBING DAN COOPERATIVE LEARNING CYCLE 5E
THE INFLUENCE OF GOAL ORIENTATIONS ON CHEMICAL
EQUILIBRIUM CONCEPTS UNDERSTANDING OF STUDENTS
TAUGHT BY GUIDED INQUIRY AND COOPERATIVE
LEARNING CYCLE 5E
Antina Delhita, I Wayan Dasna, Munzil Arif
Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang 5, Malang (65145), Telp. (0341) 551-312
e-mail: [email protected]
ABSTRAK: tujuan penelitian adalah menguji perbedaan pemahaman konsep kesetimbangan kimia siswa
dengan orientasi tujuan belajar dan tujuan penampilan pada kelompok yang dibelajarkan dengan inkuiri
terbimbing dan Cooperative Learning Cycle (CLC) 5E. Penelitian quasi-experimental ini menggunakan
rancangan The Static-Group Comparison Design. Kelas eksperimen dibelajarkan dengan inkuiri
terbimbing dan kelas kontrol dibelajarkan dengan CLC 5E. Data penelitian adalah skor orientasi tujuan
yang diperoleh dari hasil pengisian angket dan skor pemahaman konsep yang diperoleh dari hasil tes
dengan jenis soal two-tier diagnostic test. Validitas angket orientasi tujuan sebesar 94,1%, sedangkan
validitas dan reliabilitas soal pemahaman konsep berturut-turut adalah 85,4% dan 0,71. Analisis data
dilakukan dengan Anava Dua Jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman konsep
kesetimbangan kimia kelompok siswa dengan orientasi tujuan belajar lebih baik dibandingkan tujuan
penampilan baik pada kelas yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing maupun dengan CLC 5E,
sedangkan pemahaman konsep kesetimbangan kimia kelompok dengan orientasi tujuan belajar dan tujuan
penampilan pada kelas yang dibelajarkan dengan CLC 5E lebih baik dibandingkan inkuiri terbimbing.
Kata Kunci: orientasi tujuan, inkuiri terbimbing, learning cycle, pemahaman konsep
ABSTRACT: the purpose of the research was to test the differences of understanding chemical
equilibrium concepts between learning-oriented group and performance-oriented group that was taught by
guided inquiry and Cooperative Learning Cycle (CLC) 5E. This research used quasi experimental with
The Static-Group Comparison Design. Experiment group was taught by using guided inquiry, while
control group was taught by using CLC 5E. Data of this research were score of goal orientations that was
obtained by filling questionnaire and score of students’ understanding was obtained by using two-tier
diagnostic test. The goal orientations questionnaire validity was 94,1% while item test validity and
reliability were 85,4% and 0,71. Data were analyzed using two ways Anova. Result of the research was
mastery goal-oriented group has better understanding of chemical equilibrium concepts than performance
goal-oriented group that were taught by using guided inquiry and CLC 5E while mastery goal-oriented
group and performance goal-oriented group taught by using CLC 5E is better than guided inquiry.
Keywords: goal orientations, guided inquiry, learning cycle, student understandings
Kesetimbangan kimia merupakan
materi sentral dalam pembelajaran kimia
dan sering dipilih sebagai materi yang
digunakan dalam studi di bidang
pendidikan sains dengan berbagai macam
tujuan penelitian, di antaranya untuk
mengetahui
kesulitan
siswa
dalam
pembelajaran, miskonsepsi, menjelaskan
kesalahan-kesalahan
konsep,
dan
sebagainya (Garritz et al., 2012).
Berdasarkan karakteristiknya, materi ini
merupakan materi yang membutuhkan
penggunaan tiga representasi sekaligus,
yaitu makroskopis, mikroskopis, dan
simbolis (Demircioglu et al., 2013).
Terdapatnya representasi mikroskopis
B - 50
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
menyebabkan materi kesetimbangan kimia
merupakan materi yang abstrak karena
tidak dapat diamati oleh indera. Adanya
representasi simbolis juga membuat siswa
kesulitan dalam mempelajari materi
kesetimbangan kimia.
Selain itu, kesetimbangan kimia
juga merupakan materi yang kompleks dan
dibelajarkan secara hierarki, artinya materi
tersebut berkaitan dengan materi lain.
Sebelum
mempelajari
materi
kesetimbangan
kimia
siswa
harus
mempelajari dan memahami materi reaksi
kimia, stoikiometri, dan laju reaksi. Materi
kesetimbangan kimia kemudian penting
dalam mengembangkan pemahaman materi
lain, seperti reaksi oksidasi-reduksi, asam
dan basa, dan kelarutan (Voska &
Heikkinen, 2000).
Berdasarkan
hasil
penyebaran
angket (dokumen pribadi) pada 28 siswa
SMA Laboratorium Universitas Negeri
Malang (UM) yang telah memperoleh
materi kesetimbangan kimia dihasilkan
fakta bahwa sebanyak 85,7% siswa
menyatakan bahwa materi kesetimbangan
merupakan materi yang sukar dan 14,3%
sangat sukar. Alasan siswa menyatakan
bahwa materi tersebut sukar karena bingung
terhadap konsep yang dipelajari dan
kebanyakan siswa mempelajari materi
tersebut
dengan
cara
menghafal.
Ditemukannya
belajar dengan cara
menghafal membuktikan bahwa belum
terjadi belajar bermakna.
Upaya untuk mengarahkan siswa
menjauh dari belajar hafalan dan mencapai
pembelajaran bermakna dilakukan dengan
mendorong dilaksanakannya pembelajaran
inkuiri, yaitu melalui inkuiri terbimbing dan
Cooperative Learning Cycle (CLC) 5E.
Inkuiri terbimbing cocok digunakan untuk
mengajarkan konsep dan generalisasinya
terutama konsep abstrak (Eggen &
Kauchak, 2012). Selain itu, melalui
eksperimen siswa akan lebih memahami
materi yang diajarkan daripada menghafal
karena siswa melakukan pengamatan
langsung dan mempunyai pengalaman baru
melalui eksperimen yang dilakukannya.
Beberapa
penelitian
menemukan
keberhasilan penggunaan inkuiri terbimbing
dalam pembelajaran kimia, di antaranya
Bilgin (2009) pada konsep asam basa, Shaw
et al. (2009) pada konsep efek isomer trans,
Montes et al. (2003) pada konsep kelarutan,
serta Lamba et al. (1997) pada konsep
logam dan ion logam. Akan tetapi, Sadeh &
Zion (2009) menemukan ketidakberhasilan
inkuiri terbimbing dalam pembelajaran
biologi.
CLC 5E juga merupakan strategi
pembelajaran yang digunakan untuk
mengajarkan konsep kesetimbangan kimia
guna menjauh dari belajar hafalan. Pada
dasarnya CLC 5E merupakan inovasi dari
Learning Cycle (LC) yang terdiri atas
kegiatan-kegiatan yang memiliki tiga
fungsi, yaitu: (1) mengenalkan konsep, (2)
mendiskusikan
konsep,
(3)
mengaplikasikan konsep. Selain itu, di
dalam LC juga terdapat kegiatan
laboratorium yang bertujuan lebih kepada
mengenalkan konsep daripada verifikasi
konsep
(Abraham,
1997).
Dengan
terdapatnya kegiatan laboratarium ini, sama
halnya dengan inkuiri terbimbing, akan
memudahkan siswa dalam mempelajari
konsep khususnya yang terkait dengan
representasi makroskopis yang dapat
diamati melalui eksperimen yang kemudian
memerlukan penjelasan-penjelasan terkait
representasi
mikroskopis
serta
penggambaran simbol. Penelitian mengenai
CLC 5E dilakukan oleh Setyowati (2012)
dan memberikan hasil bahwa motivasi
belajar siswa yang dibelajarkan dengan
strategi CLC 5E lebih rendah dibandingkan
CLC 5E-flash-jurnal metakognitif dan CLC
5E-flash. Akan tetapi, hasil belajar siswa
yang dibelajarkan dengan CLC 5E lebih
tinggi dibandingkan CLC 5E-flash dan
lebih rendah dibandingkan CLC 5E-flashjurnal metakognitif.
Dalam inkuiri terbimbing dan CLC
5E guru mengajukan berbagai pertanyaan
untuk mendorong siswa berpikir kritis.
Aspek penting dalam proses berpikir kritis
adalah mendorong pemahaman mendalam
tentang materi yang dipelajari. Pemahaman
siswa terhadap konsep yang telah dipelajari
dapat diukur dengan tes tulis berbentuk
two-tier diagnostic test. Two-tier diagnostic
test terdiri atas butir soal berbentuk pilihan
ganda (content knowledge) yang diikuti
dengan pilihan alasan (reason for the
B - 51
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
content response) (Ozmen, 2008; Tyson et
al., 1999). Siswa dapat dikatakan paham
terhadap konsep apabila menjawab pilihan
jawaban benar diikuti dengan alasan yang
benar pula. Apabila pilihan jawaban siswa
benar tetapi alasan salah atau sebaliknya,
maka
siswa
dicurigai
mengalami
miskonsepsi atau boleh jadi hanya
menebak. Apabila pilihan jawaban siswa
dan alasannya salah, maka siswa tersebut
dapat dikatakan tidak paham konsep.
Selain mendorong pemahaman
mendalam terhadap materi yang dipelajari,
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
guru dalam strategi inkuiri terbimbing dan
CLC 5E juga dapat mengajak siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Karena tingkat keterlibatan siswa tinggi
pada saat menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh guru, maka jaminan
keberhasilan dan rasa keingintahuan
berkontribusi pada motivasi siswa. Motivasi
erat kaitannya dengan tujuan yang akan
dicapai (Slameto, 1995). Di dalam
menentukan tujuan itu dapat disadari atau
tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu
perlu berbuat, sedangkan yang menjadi
penyebab berbuat adalah motivasi itu
sendiri sebagai daya pendorongnya.
Orientasi tujuan merupakan alasan
atau tujuan seseorang terlibat dalam tugas
atau pembelajaran (Morgil et al., 2007).
Orientasi tujuan siswa digolongkan menjadi
dua, yaitu tujuan belajar dan tujuan
penampilan (Kadioglu & Uzuntiryaki,
2008; Swartz, 2002). Seseorang yang
mempunyai orientasi tujuan belajar
menggunakan strategi belajar mandiri (selfinstruction) dan evaluasi diri (selfmonitoring)
untuk
berprestasi
atau
mengembangkan kemampuan. Sebaliknya,
seseorang yang mempunyai orientasi tujuan
penampilan
lebih
tertarik
untuk
mendapatkan
hasil
yang
positif,
menghindarkan diri dari hasil yang negatif,
serta menganggap bahwa kemampuan
seseorang adalah konstan dan kegagalan
adalah bukti dari kurangnya kemampuan
yang dimiliki.
Sejumlah
artikel
melaporkan
pengaruh orientasi tujuan terhadap prestasi
belajar. Cetin-Dindar & Geban (2011)
menemukan bahwa siswa dengan orientasi
tujuan belajar mempunyai pemahaman
yang tinggi terhadap materi yang diajarkan.
Penelitian tersebut bertentangan dengan
penelitian Kadiouglu & Uzuntiryaki (2008)
yang melaporkan bahwa siswa dengan
orientasi tujuan belajar tinggi justru
mempunyai skor pemahaman konsep kimia
yang rendah. Adanya perbedaan hasil
penelitian mendorong peneliti untuk
meneliti pengaruh orientasi tujuan terhadap
pemahaman konsep kesetimbangan kimia
siswa yang dibelajarkan dengan inkuiri
terbimbing dan CLC 5E. Dengan
permasalahan di atas, tujuan penelitian ini
adalah menguji perbedaan pemahaman
konsep kesetimbangan kimia siswa dengan
orientasi tujuan belajar dan tujuan
penampilan
pada
kelompok
yang
dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing dan
CLC 5E.
METODE
Metode penelitian yang digunakan
adalah Quasi-Experimental Designs dengan
rancangan The Static-Group Comparison
Design (Fraenkel & Wallen, 2009). Untuk
meminimalkan terjadinya bias terhadap
hasil penelitian, maka kedua kelompok
diuji
kesetaraannya
dengan
nilai
kemampuan awal yang diperoleh dari nilai
tiga materi sebelum kesetimbangan kimia,
yaitu gaya antarmolekul, termokimia, dan
laju
reaksi.
Hasil
uji
kesetaraan
menunjukkan
bahwa
kedua
kelas
mempunyai kemampuan awal yang sama.
Penelitian
ini
menggunakan
rancangan faktorial (factorial design) 2x2.
Rancangan tersebut disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rancangan faktorial 2x2
Orientasi Tujuan
Tujuan Belajar
Tujuan Penampilan
Strategi Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing
CLC 5E
Pemahaman Konsep
Pemahaman Konsep
Pemahaman Konsep
Pemahaman Konsep
B - 52
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
Penelitian dilakukan pada semester
ganjil tahun ajaran 2014/2015 bulan
November 2014 di SMA Laboratorium
Universitas
Negeri
Malang
(UM).
Pembelajaran untuk materi kesetimbangan
kimia dialokasikan sebanyak enam kali
pertemuan di mana setiap pertemuan
selama 2x45 menit. Lima pertemuan untuk
proses pembelajaran dan pertemuan
terakhir untuk post-test. Subyek penelitian
sejumlah dua kelas IPA yang diambil
dengan menggunakan teknik cluster
random sampling.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini dikelompokkan menjadi dua,
yaitu: (1) Instrumen perlakuan yang
meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), handout, dan Lembar Kegiatan
Siswa (LKS); (2) Instrumen pengukuran
yang meliputi Tes Pemahaman Konsep
siswa terhadap materi Kesetimbangan
Kimia berupa soal pilihan ganda berbentuk
two-tier diagnostic test yang dikembangkan
oleh Ozmen (2008) dan angket orientasi
tujuan yang dikembangkan oleh Swartz
(2002).
Berdasarkan validasi oleh tiga ahli
diperoleh validitas RPP sebesar 88,9%,
LKS sebesar 88,9%, soal tes pemahaman
konsep secara umum sebesar 85,4% , serta
angket orientasi tujuan siswa sebesar
94,1%. Hasil validasi tersebut menyatakan
bahwa instrumen valid dan tidak perlu
revisi. Sementara itu, berdasarkan hasil
perhitungan reliabilitas diperoleh nilai
Alpha Cronbach’s sebesar 0,71. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa butir
soal tes pemahaman konsep yang
digunakan dalam penelitian ini reliabel.
Data yang diperoleh dari penelitian
dianalisis
secara
statistik
dan
dideskripsikan. Analisis statistik yang
digunakan adalah analisis varians (anava)
dua jalur.
HASIL
Data yang diperoleh dari penelitian
ini meliputi: (1) orientasi tujuan siswa; (2)
pemahaman konsep.
Tabel 2 Data Orientasi Tujuan Siswa pada Kelas Inkuiri Terbimbing dan Cooperative Learning
Cycle (CLC) 5E
Kelas
OTB
OTP
Jumlah
(siswa)
(siswa)
(siswa)
Inkuiri Terbimbing
15
17
32
Cooperative Learning Cycle 5E
16
12
28
Jumlah (siswa)
31
29
60
Catatan: OTB = Orientasi Tujuan Belajar
OTP = Orientasi Tujuan Penampilan
Pemahaman konsep siswa pada
materi kesetimbangan kimia diukur dengan
menggunakan soal berbentuk two-tier
diagnostic test sejumlah 15 nomor. Bentuk
soal ini terdiri atas dua tingkat. Tingkat 1
berisi
pertanyaan
konsep
(content
knowledge) dan tingkat 2 berisi alasan
(reason for the content response). Konsep
yang diukur berjumlah sembilan konsep
yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Konsep yang Diukur pada Tes Pemahaman Konsep Kesetimbangan Kimia
Konsep yang Diukur
Nomor Butir Soal
Laju kesetimbangan
3
Tetapan kesetimbangan
1, 5, 11
Komposisi zat pada saat setimbang
7,8
Hubungan antara Kc dan Kp
15
Pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan 2, 9
Pengaruh perubahan volume terhadap pergeseran kesetimbangan
4, 12
Pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran kesetimbangan
13
Pengaruh perubahan tekanan terhadap pergeseran kesetimbangan
14
Pengaruh penambahan katalis terhadap sistem kesetimbangan
6, 10
B - 53
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
Siswa dikatakan paham konsep
apabila menjawab pertanyaan tingkat 1 dan
2 dengan benar. Persentase pemahaman
konsep siswa yang dibelajarkan dengan
inkuiri terbimbing dan CLC 5E dengan
tujuan belajar dan penampilan dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4 Persentase Pemahaman Konsep Siswa yang Dibelajarkan dengan Inkuiri Terbimbing dan
CLC 5E dengan Orientasi Tujuan Berbeda
Kombinasi Jawaban Benar-Benar pada
Jawaban Benar pada Tingkat 1
No.
Tingkat 1 dan 2
Soal
Inkuiri Terbimbing
CLC 5E
Inkuiri Terbimbing
CLC 5E
OTB
OTP
OTB
OTP
OTB
OTP
OTB
OTP
1
13,3
5,9
31,3
50,0
13,3
0
31,3
41,7
2
40,0
23,5
75,0
50,0
26,7
11,8
75,0
41,7
3
26,7
29,4
12,5
16,7
26,7
23,5
12,5
8,3
4
53,3
70,6
68,8
66,7
6,7
23,5
25,0
8,3
5
20,0
35,3
50,0
41,7
6,7
35,3
50,0
41,7
6
20,0
0
0
0
13,3
0
0
0
7
20,0
29,4
6,3
0
13,3
5,9
6,3
0
8
46,7
64,7
43,8
50,0
6,7
35,3
6,3
16,7
9
0
0
6,3
16,7
0
0
6,3
16,7
10
0
0
18,8
8,3
0
0
12,5
0
11
20,0
29,4
37,5
25,0
20,0
29,4
6,3
0
12
100
94,1
100
100
100
94,1
100
100
13
46,7
47,1
37,5
16,7
33,3
11,8
31,3
16,7
14
13,3
29,4
6,3
25,0
6,7
0
6,3
0
15
93,3
82,4
75,0
100
26,7
5,9
43,8
41,7
Catatan: OTB = Orientasi Tujuan Belajar
OTP = Orientasi Tujuan Penampilan
Skor pemahaman konsep yang
diperoleh kemudian diuji dengan anava dua
jalur. Syarat dilakukan analisis dengan
anava dua jalur adalah data bertipe interval
atau rasio, berdistribusi normal dan
homogen. Karena itu, dilakukan uji
normalitas dan homogenitas terlebih
dahulu. Hasil uji normalitas dan
homogenitas disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5 Hasil Uji Homogenitas dan Normalitas Skor Pemahaman Konsep
Normalitas
Homogenitas
Keterangan
Inkuiri
CLC 5E
Terbimbing
Sig.
0,063
Sig. > 0,05
0,200
0,200
Fhitung
2,57
Fhitung < Ftabel
Ftabel
3,15
homogen
-
Uji normalitas dan homogenitas
menunjukkan bahwa data terdistribusi
normal dan homogen. Dengan demikian,
Keterangan
Sig. > 0,05
normal
analisis dengan anava dua jalur dapat
dilanjutkan. Hasil uji anava dua jalur dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil Uji Analisis Varians Dua Jalur
Variabel
Strategi Pembelajaran
Orientasi Tujuan
Strategi*Orientasi Tujuan
Sig.
Output
0,017
0,186
0,389
Patokan
0,05
0,05
0,05
B - 54
Keterangan
ada perbedaan
tidak ada perbedaan
tidak ada interaksi
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
Hasil pengujian anava dua jalur
menunjukkan
tidak
ada
perbedaan
pemahaman konsep kesetimbangan kimia
pada kelompok orientasi tujuan belajar dan
tujuan penampilan. Akan tetapi, apabila
ditelusuri lebih lanjut skor rata-rata
pemahaman konsep kelompok orientasi
tujuan belajar dan tujuan penampilan pada
kelas yang dibelajarkan dengan inkuiri
terbimbing dan CLC 5E, maka dapat
diketahui perbedaannya. Perbedaan tersebut
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Nilai Rata-rata Pemahaman Konsep Kelompok Orientasi Tujuan Belajar dan
Penampilan pada Kelas Inkuiri Terbimbing dan CLC 5E
Strategi Pembelajaran
Orientasi Tujuan
Inkuiri Terbimbing
CLC 5E
Tujuan Belajar
3,00
4,13
Tujuan Penampilan
2,76
3,33
Menengah Atas (SMA). Seperti yang
diketahui bahwa persaingan pencapaian
prestasi pada tingkat SMA masih ketat,
yaitu dalam pencapaian prestasi di kelas
ataupun sekolah berupa perolehan nilai
setinggi-tingginya yang kemudian dapat
digunakan untuk melanjutkan pendidikan
ke perguruan tinggi favorit melalui jalur
prestasi. Hal ini
yang kemudian
menyebabkan siswa sulit menentukan
orientasi tujuan. Penjelasan ini didasari oleh
hasil penelitian Kadiouglu & Uzuntiryaki
(2008), dan Mustapa (2014).
Akan tetapi, apabila dicermati
berdasarkan nilai rata-rata pemahaman
konsep pada Tabel 7 disimpulkan bahwa:
(1) kelompok dengan orientasi tujuan
belajar mempunyai pemahaman yang lebih
baik dibandingkan kelompok orientasi
tujuan penampilan baik pada kelas inkuri
terbimbing maupun CLC 5E; (2)
pemahaman konsep kelompok orientasi
tujuan belajar dan tujuan penampilan pada
kelas CLC 5E lebih baik dibandingkan
kelas inkuiri terbimbing. Hal ini
dikarenakan siswa dengan tujuan belajar
mempunyai semangat tinggi dalam
memahami apa yang dipelajari, suka
mencari
tantangan,
dan
senantiasa
memperbaiki kegagalan untuk hasil yang
lebih baik (Ames & Archer, 1988).
Sementara itu, siswa dengan tujuan
penampilan lebih memfokuskan pada hasil
akhir pembelajaran daripada proses belajar
yang menjadikan siswa tersebut kurang
kompeten dan cenderung memilih cara
belajar instan seperti menghafal. Akibatnya,
pemahaman konsep siswa dengan tujuan
PEMBAHASAN
Hasil pengujian anava dua jalur
menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan pemahaman konsep siswa
dengan orientasi tujuan belajar dan
penampilan terhadap materi kesetimbangan
kimia. Tidak adanya perbedaan ini
disebabkan karena siswa belum mempunyai
tujuan yang tetap dalam pembelajaran yang
diikuti. Alasan ini didukung oleh fakta hasil
angket orientasi tujuan siswa.
Berdasarkan hasil angket tersebut,
siswa yang dikategorikan mempunyai
orientasi tujuan belajar adalah siswa dengan
skor > 63, sedangkan siswa yang
dikategorikan
mempunyai
tujuan
penampilan adalah siswa dengan skor ≤ 63.
Skor yang diperoleh siswa berada pada
rentang nilai 55-73 untuk kelas inkuiri
terbimbing dan 56-73 untuk kelas CLC 5E.
Rentang nilai tersebut berada pada rentang
di mana siswa dapat dikatakan belum
mempunyai tujuan yang tetap, yaitu dapat
berubah oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
yang mempengaruhi berubahnya orientasi
tujuan seseorang, antara lain: (1) apabila
nilai yang dicapainya tinggi, maka
memunculkan kepercayaan diri bahwa
siswa tersebut mampu menguasai materi
pelajaran (Swartz, 2002); (2) situasi atau
kondisi kelas (Ames & Archer, 1988); (3)
penilaian dari orang lain (Glover &
Bruning, 1990).
Selain penjelasan di atas, lemahnya
orientasi tujuan yang berdampak terhadap
tidak adanya perbedaan pemahaman konsep
disebabkan oleh keadaan atau kondisi
subyek penelitian, yaitu siswa Sekolah
B - 55
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
penampilan lebih rendah dibandingkan
tujuan belajar. Hasil ini didukung oleh
temuan Ames & Archer (1988), CetinDindar & Geban (2011), serta Grant &
Dweck (2003).
Hasil tersebut juga menunjukkan
bahwa pemahaman konsep pada kedua
kelas tidak dipengaruhi oleh orientasi
tujuan siswa, melainkan dipengaruhi oleh
strategi pembelajaran. Hal ini diperkuat
dengan temuan terdapatnya perbedaan
pemahaman konsep kesetimbangan kimia
pada kelas inkuiri terbimbing dan CLC 5E
di mana pemahaman konsep kelas CLC 5E
lebih baik dibandingkan inkuiri terbimbing,
serta tidak terdapatnya interaksi antara
strategi pembelajaran dengan orientasi
tujuan berbeda terhadap pemahaman
konsep. Tidak terdapatnya interaksi ini
disebabkan satu variabel bebas membawa
akibat-akibat terpisah yang signifikan (efek
utama) (Kerlinger, 1981).
(Online),
(http://www.narst.org/publications/r
esearch/cycle.cfm) diakses 12 Juni
2014
Ames, C. & Archer, J. 1988. Achievement
Goals in the Classroom: Students’s
Learning Strategies and Motivation
Processes. Journal of Educational
Psychology, 80(3): 260-267
Bilgin, I. 2009. The Effect of Guided
Inquiry Instruction Incorporating a
Cooperative Learning Approach on
University Student’s Achievement
of Acid Bases Concepts and Attitude
Toward Guided Inquiry Instruction.
Scientific Research and Essay,
4(10): 1038-1046
Cetin-Dindar, A. & Geban, O. 2011. What
Affect High School Student’s
Chemistry
Learning?
Makalah
disajikan pada World Conference on
New Trends in Science Education
(WCNTSE),
Turki,
19-23
September 2011. Dalam Western
Anatolia Journal of Educational
Science,
(Online),
(http://web.deu.edu.tr/baed), diakses
24 Juni 2014
Demircioglu, G., Demircioglu, H. &
Yadigaroglu,
M.
2013.
An
Investigation of Chemistry Student
Teacher’s
Understanding
of
Chemical Equilibrium. International
Journal on New Trends in Education
and Their Implications, 4(19): 185192
Eggen, P. & Kauchak, D. 2012. Strategie
and Models for Teachers: Teaching
Content and Thinking Skills (Sixth
Edition).
Boston:
Pearson
Education, Inc
Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E. 2009. How
to Design and Evaluate Research in
Education Seventh Edition. New
York: McGraw-Hill
Garritz, A., Irazoque, G. & Izquierdo, M.
2012.
Chemistry
Teachers
Pedagogical Content Knowledge on
Chemical Equilibrium. Proceedings
of Edulearn12 Conference 2nd-4th
2012,
3979-3983,
(Online),
(http://garritz.com/andoni_
garritz_ruiz/documentos/2013/30_G
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pemaparan dalam pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa pemahaman konsep
kesetimbangan kimia kelompok siswa
dengan orientasi tujuan belajar lebih baik
dibandingkan tujuan penampilan baik pada
kelas yang dibelajarkan dengan inkuiri
terbimbing maupun dengan CLC 5E, serta
pemahaman konsep kesetimbangan kimia
kelompok dengan orientasi tujuan belajar
dan tujuan penampilan pada kelas yang
dibelajarkan dengan CLC 5E lebih baik
dibandingkan inkuiri terbimbing.
SARAN
Saran yang dapat diberikan
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
untuk perbaikan penelitian lebih lanjut
adalah guru sebaiknya menciptakan suasana
kelas yang menonjolkan pengembangan diri
serta partisipasi karena iklim kelas berbasis
tujuan belajar memberikan hasil positif
dalam perolehan pemahaman konsep.
DAFTAR RUJUKAN
Abraham, M.R. 1997. The Learning Cycle
Approach to Science Instruction.
Dari NARST: Publications-Research
Matters to the Science Teacher,
B - 56
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
arritz-IrazoqueIzquierdoProceedings
Edulearn2012.pdf) diakses 16 Juli
2014
Glover, J.A. & Bruning, R.H. 1990.
Educational Psychology Principles
and Applications Third Edition.
United States of America: Harper
Collins
Grant, H. & Dweck, C.S. 2003. Clarifying
Achievement Goals and Their
Impact. Journal of Personality and
Social Psychology, 85(3): 541-553
Kadiouglu, C., Uzuntiryaki, E. 2008.
Motivational Factors Contributing
to Turkish High School Student’s
Achievement in Gases and Chemical
Reactions. Makalah disajikan pada
American Educational Research
Association (AERA), New York,
24-28 Maret 2008. Dalam AERA,
(Online),
(http://www.aera.net),
diakses 24 Juni 2014
Kerlinger, F.N. 1981. Foundations of
Behavioral
Research
Second
Edition.
Japan:
Holt-Saunders
International Editions
Lamba, R., Sharma, S. & Lloyd, B.W.
1997.
Constructing
Chemical
Concepts through A Study of Metals
and Metal Ions: Guided-Inquiry
Experiments for General Chemistry.
Journal of Chemical Education,
74(9): 1095-1099
Montes, I., Lai, C. & Sanabria, D. 2003.
Like Dissolves Like- A Guided
Inquiry Experiment for Organic
Chemistry. Journal of Chemical
Education, 80(4): 447-449
Morgil, I., Oskay, O.O. & Temel, S. 2007.
The Effects of Goal Orientation and
Self-Directed Learning on PreService
Chemistry
Student’s
Achievement. Makalah disajikan
pada The 2nd European Variety in
Chemistry Education, Prague, 27-30
Juni 2007. Dalam 2 nd European
Variety in Chemistry Education,
(Online),
(http://www.studiumchemie.cz/mate
rialy/Sborniky/Proceedings_EuroVa
riety_Prague_2007.pdf), diakses 24
Juni 2014
Mustapa, K. 2014. Pengaruh Strategi
Pembelajaran
Online
dan
Ekspositori
dengan
Orientasi
Tujuan
Berbeda
terhadap
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Mahasiswa pada Mata Kuliah Kimia
Dasar. Disertasi tidak diterbitkan.
Malang: Program Pascasarjana
Universitas Negeri Malang
Ozmen, H. 2008. Determination of
Student’s Alternative Conceptions
about Chemical Equilibrium: A
Review of Research and the Case of
Turkey.
Chemistry
Education
Research and Practice, 9(3): 225233
Sadeh, I. & Zion, M. 2009. The
Development of Dynamic Inquiry
Performances within an Open
Inquiry Setting: A Comparison to
Guided Inquiry Setting. Journal of
Research in Science Teaching,
46(10): 1137-1160
Setyowati, I. 2012. Pengaruh Variasi
Media pada Cooperative Learning
Cycle (CLC)5E dan Kemampuan
Awal terhadap Motivasi dan Hasil
Belajar Siswa dalam Materi Laju
Reaksi. Tesis tidak diterbitkan.
Malang: Program Pascasarjana
Universitas Negeri Malang
Shaw, J.L., Dockery, C.R., Lewis, S.E.,
Harris, L. & Bettis, R. 2009. The
Trans Effect: A Guided-Inquiry
Experiment for Upper Division
Inorganic Chemistry. Journal of
Chemical Education, 86(12): 14161418
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya: Edisi
Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta
Swartz. 2002. Goal Orientation and
Training Transfer Initiation and
Maintenance. Thesis. Blacksburg:
Virginia Polytechnic Institute and
State
University,
(Online),
(http://scholar.lib.vt.edu/theses/avail
able/etd05282002083423/unrestricted/
DESthesispaper.pdf), diakses 23
Juni 2014
Tyson, L., Treagust, D.F. & Bucat, R.B.
1999. The Complexity of Teaching
B - 57
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
and Learning Chemical Equilibrium.
Journal of Chemical Education,
76(4): 554-558
Voska, K.W., Heikkinen, H.W. 2000.
Identiļ¬cation and Analysis of
Student Conceptions Used to Solve
Chemical Equilibrium Problems.
Journal of Research in Science
Teaching, 37(2): 160-176
B - 58
Download