BEHAVIORAL FINANCE VERSUS STANDARD FINANCE Dwi Irawati [email protected] Universitas Muhammadiyah Purworejo Abstrak Tulisan ini mengulas perkembangan keuangan keperilakuan (behavioral finance) yang semakin pesat setelah terjadi krisis keuangan di Amerika Serikat pada Desember 2007 hingga Juni 2009, yang dampaknya dirasakan perbankan dan pasar modal seluruh dunia. Behavioral finance pada dasarnya adalah sebuah pendekatan komprehensif dan kohesif yang mengombinasikan analisis fundamental, teknikal, dan analisis sentimen dan psikologi dari pelaku pasar. Pendekatan behavioral mengalami perkembangan yang amat pesat sebab pendekatan yang selama ini digunakan untuk pengambilan keputusan oleh investor dianggap telah memperlihatkan kelemahan-kelemahan. Para pelaku pasar mulai mempercayai bahwa kegagalan pasar (rontoknya pasar modal) lebih disebabkan oleh banyaknya keputusan investasi yang didasarkan pada perilaku irasional dibandingkan dengan perilaku yang didasarkan pada ekspektasi terhadap nilai fundamental perusahaan yang dimiliki secara intrinsik dengan berbagai pendekatan yang lazim dilakukan seperti pendekatan discounted free cash flow, relative valuation, dan real options. Para pendukung behavioral finance berpandangan bahwa pendekatan ini dapat melengkapi pendekatan tradisional sehingga cukup baik digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi oleh para investor. Keywords: behavioral finance, traditional finance PENDAHULUAN berkaitan dengan upaya mengantisipasi Krisis ekonomi dan keuangan yang menurunnya pertumbuhan ekonomi, terjadi pada negara adidaya Amerika pertumbuhan perusahaan, ekspektasi Serikat pada tahun 1997, diawali dengan perolehan terjadinya krisis Subprime Mortgage, keyakinan terhadap going concern of the perlahan namun pasti telah menghantam company. perekonomian negara-negara di seluruh dividen, Secara dan sepintas menurunnya memang dunia dan berimplikasi pada rontoknya pergerakan pasar/bursa dunia karena adanya persepsi bergerak lebih cepat dibandingkan dengan atau kekhawatiran pelaku pasar global ekspektasi terhadap nilai aset/instrumen yang akan perusahaan. Efek psikologis, persepsi merosot. Kekhawatiran tersebut terutama yang dibuat oleh pelaku pasar, atau, opini Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis pasar tidak nilai-nilai sesuai atau fundamental 101 pelaku pasar mengenai krisis atau kondisi tersebut dapat dijelaskan secara peristiwa yang terjadi, melebihi keyakinan rasional, terhadap ekspektasi nilai fundamental terintegrasinya seluruh pasar di dunia, perusahaan yang dimiliki secara intrinsik namun banyak hal yang irasional yang dengan berbagai pendekatan yang lazim tidak mampu dijelaskan oleh ekspektasi dilakukan (seperti discounted free cash fundamental semata sehingga seakan-akan flow, relative valuation, dan pendekatan prediksi yang kita lakukan selalu meleset. real options). Akibatnya, pergerakan pasar terlihat rasional kecenderungan Seiring dengan lebih semakin bahkan berkembangnya fenomena-fenomena dan memunculkan anomali-anomali baru yang anomali-anomali baru di pasar modal relatif sulit untuk dijelaskan dengan maupun persepsi fundamental (rational perception, terintegrasinya seluruh pasar (dahulu lebih Sebagai tersegmentasi), semakin cerdasnya para contoh pada saat bursa saham Amerika pelaku pasar, bertambahnya para pelaku Serikat Dow Jones mengalami penurunan pasar, dan semakin beragamnya produk- yang tajam, secara psikologis penurunan produk investasi baru, telah memunculkan tersebut dapat berdampak pada penurunan suatu pendekatan baru dalam analisis tajam pasar, efficient tidak yaitu market hypothesis). bursa-bursa di kawasan lain, pasar yaitu keuangan, behavioral semakin “finance” termasuk Bursa Efek Indonesia, kendati analysis. banyak yang merupakan pendekatan komprehensif dan positif bagi saham-saham di Bursa Efek kohesif yang mengombinasikan analisis Indonesia (seperti kenaikan laba bersih, fundamental, informasi pembagian dividen, informasi sentimen dan psikologi pelaku pasar. pengembangan dll.). Anggap saja bahwa pasar modal maupun Demikian pula dapat terjadi sebaliknya. pasar keuangan sebagai “manusia” yang Contoh mempunyai informasi fundamental bisnis lainnya emiten, adalah pada saat Analisis behavioral teknikal, emosi, dan ini analisis karakteristik, dan ekspektasi fundamental terhadap suatu kecenderungan saham atau pasar sedang meningkat, kondisi tertentu. Kumpulan persepsi dari kadang harga seluruh pelaku pasar itulah yang akhirnya mengalami penurunan tajam karena ada membentuk harga dan menentukan arah yang terjadi justru dalam suatu sedang pasar. Pasar bisa menjadi sedang sangat melakukan aksi profit taking. Meskipun sensitif, sangat optimistik, sangat bingung, institutional 102 investor yang tertentu Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis atau sangat khawatir, yang semuanya dapat dianalisis dengan pendekatan Kerangka dasar standard finance seringkali dikaitkan dengan teori behavioral finance analysis. Pendekatan portofolio modern dan hipotesis pasar behavioral analysis mengombinasikan efisien. Teori portofolio modern telah pendekatan analisis fundamental dan berkembang selama 50 tahun terakhir, analisis teknikal dalam memprediksi arah dipublikasikan Harry Markowitz (1952) pergerakan bidang dalam publikasinya Portfolio Selection. menarik yang dapat dianalisis adalah Teori ini mengungkapkan pentingnya (bagaimana diversifikasi untuk mengurangi risiko memahami perilaku pergerakan antar suatu investasi dengan asumsi bahwa pasar saham, pasar komoditi, obligasi, investor akan berperilaku secara rasional, futures, indices, pasar non finansial), dapat diprediksi, dan tidak menyimpang sector rotation (bagaimana memahami dari tata cara atau kebiasaan yang berlaku siklus dari setiap sektor pada kondisi- umum. pasar. intermarket Beberapa analysis kondisi tertentu), dan market breath (bagaimana memahami sentimen- Ada tiga hal utama yang mendasari teori portofolio modern, yaitu: sentimen yang sedang meliputi suatu (1) pasar). sekuritas harapan tingkat individual pengembalian atau portofolio (security or portfolio expected rate of PEMBAHASAN 1. return), (2) penyimpangan baku dari Standard Finance / Traditional Finance Penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 1990-an menunjukkan bahwa teori-teori keuangan standard (standard finance/traditional finance) tidak memberikan kontribusi yang berarti di dalam menjelaskan pergerakan saham berharga atau Seringkali surat diketemukan harga lainnya. fenomena di dalam pasar modal atau pasar keuangan yang bertentangan dengan teori keuangan return (standard deviation of return), dan (3) korelasi dari sekuritas tersebut dengan sekuritas lain yang ada di dalam portofolio. Berdasarkan ketiga hal itu maka suatu portofolio yang efisien dapat dibentuk dari berbagai kelompok sekuritas misalnya saham atau obligasi. Portofolio efisien adalah suatu portofolio atas suatu sekuritas yang mempunyai return/harapan return tertinggi (maksimum) pada tingkat risiko tertentu, atau sebaliknya. standar dan teori ekonomi konvensional. Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis 103 Selanjutnya Treynor, Sharpe, dan investasinya. Pengukuran risiko dalam Litner memperkenalkan sebuah model model dalam penilaian harga sekuritas dengan membandingkan menggambarkan hubungan antara risiko pengembalian dan premi pasar selama periode tertentu (Rm – return yang diharapkan. Model tersebut merupakan pengembangan teori portofolio yang Markowitz dengan istilah baru yaitu dikemukan oleh memperkenalkan oleh β antara asset investasi yang tingkat dengan Rf). Menurut teori CAPM, tingkat pengembalian yang diharapkan dari sistematik sebuah portofolio sama dengan tingkat (systematic risk) dan risiko spesifik atau bunga bebas risiko ditambah dengan risiko tidak sistematik (spesific risk or premi risiko. Jika tingkat pengembalian unsystematic risk). Pada tahun 1970, yang diinginkan oleh investor lebih William nobel rendah dari tingkat pengembalian yang ekonomi atas teori pembentukan harga diharapkan, maka investasi sebaiknya aset keuangan yang kemudian tidak dilakukan. Hasil perhitungan tingkat disebut Capital Asset Pricing Model pengembalian menggunakan CAPM pada (CAPM). berbagai tingkat risiko (β) digambarkan Sharpe risiko diwakili memperoleh Pemikiran yang melandasi model pada security market line. ini adalah keuntungan investasi yang CAPM berasumsi bahwa para didapat oleh seorang investor didasari investor adalah perencana pada suatu oleh faktor nilai waktu dari uang (time periode tunggal yang memiliki persepsi value of money) dan risiko. Nilai waktu yang sama mengenai keadaan pasar dan dari uang diwakili oleh tingkat suku bunga mencari mean-variance dari portofolio bebas risiko (Rf) pada model, dimana Rf yang optimal. CAPM juga berasumsi merupakan pengganti opportunity cost bahwa pasar saham yang ideal adalah investor akibat menempatkan sejumlah pasar saham yang besar, dan para investor uang pada investasi yang dipilihnya adalah para pricetakers, tidak ada pajak selama periode tertentu. Sisi lain dari maupun biaya transaksi, semua aset dapat model diperdagangkan secara umum, dan para adalah mewakili risiko serta menghitung tingkat kompensasi yang investor diterima oleh investor akibat bersedia meminjamkan pada jumlah yang tidak mentolerir terbatas pada tingkat suku bunga tetap 104 risiko tambahan dalam dapat meminjam maupun Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis yang tidak berisiko (fixed risk free rate). return Dengan investor phenomenon (termasuk kebuntuan pasar risikonya modal sebagai imbas dari kejatuhan memiliki asumsi ini, portofolio semua yang identik. volatility and the internet saham-saham berbasis internet di akhir Pokok yang tahun 1990-an), kejatuhan pasar modal di finance tahun 1929 dan 1987, serta dampak dari adalah efficient market hypothesis (EMH) krisis subprime mortgage di tahun 2007- yang dikembangkan oleh Eugene Fama 2008. diungkapkan bahasan lainnya dalam standard (1965) beranggapan bahwa di pasar yang efisien harga suatu sekuritas Menyadari ketidakmampuan yang traditional finance untuk menjelaskan terbentuk merupakan cerminan dari semua anomali dalam fenomena pasar uang dan informasi yang tersedia dan relevan pasar modal, para peneliti keuangan mulai tentang sekuritas tersebut. Dengan kata mengaitkan fenomena yang ada dengan lain, harga yang terbentuk merupakan aspek keperilakuan (behavioral finance). nilai wajar (fair value). Akibatnya, secara Selama teori, pelaku pasar yang aktif tidak finance muncul ke permukaan seiring mungkin memperoleh abnormal return dengan tuntutan perkembangan dunia (beat the market) secara terus menerus bisnis karena investor lain akan segera tahu aksi menyingkapi aspek atau unsur perilaku yang dilakukan oleh seorang investor. dalam proses pengambilan keputusan Sehingga untuk keuangan dan/atau investasi. Hal ini pengembalian banyak diinspirasi oleh meningkatnya investasi yang lebih tinggi adalah dengan peran perilaku sebagai salah satu faktor membeli asset-asset investasi yang lebih yang menentukan strategi buy and sell berisiko. sekuritas. satu-satunya memperoleh tingkat cara Namun kedua teori ini, CAPM dan EMH, tidak mampu memberikan tahun dan akademik Berikut kronologis 1990-an, ini behavioural yang mulai tabel meringkas perkembangan behavioral penjelasan tentang beberapa inkonsistensi finance yang mendiskusikan kekuatan (anomali) pasar modal, misalnya January emosi dan psikologi investor dan traders effect, Day of the week effects, stock di pasar keuangan. Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis 105 Tabel 1. Kronologis Perkembangan Behavioral Finance No. Tahun Judul : Peneliti Isi 1 1841 Delusions and the Madness of menyajikan kronologis tentang kepanikan Crowds (Charles MacKay) yang terjadi di pasar sebagai cerminan dari adanya aspek psikologis investor. 2 1895 The Crowd: A Study of the mengajukan gagasan tentang peran Popular Mind (Gustave Le Bon) “crowds”, yang dapat diartikan sebagai investor dan perilaku kelompok yang mencoba kemampuan di bidang perilaku keuangan, psikologi sosial, sosiologi, dan sejarah. 3 1912 G.C. Selden : menerapkan perilaku keuangan dalam konteks psikologi di pasar modal. keuangan 2. Behavioral Finance Menurut Ricciardi dan Simon berikut: attempts to “Behavioral explain finance and increase investasi dari sudut pandang manusia. (2000:2) behavioral finance diartikan sebagai dan Ricciardi dan Simon (2000) membagi tiga kelompok individu yang mempunyai kepentingan baik understanding of the reasoning patterns of langsung/tidak investors, emotional behavioral finance, yaitu: (1) Individual, processes involved and the degree to yang terdiri dari small investor, portfolio which they influence the decision-making manager, pension board; (2) Group, yang process”. Behavioral finance mencoba terdiri menjelaskan (portofolio); (3) Organisasi, misalnya including the dan meningkatkan dari langsung secara investor terhadap reksadana pemahaman tentang pola-pola dari alasan financial investor termasuk aspek emosional dan organization (misalnya universitas). derajat dari aspek mempengaruhi keputusan. tersebut proses Secara dalam pengambilan Menurut dan Ricciardi, non-profit behavioral finance merupakan suatu disiplin ilmu spesifik yang di dalamnya melekat interaksi behavioral finance mencoba memberi berbagai disiplin ilmu (interdisipliner) dan jawaban terus menerus berintegrasi sehingga dalam atas what, lebih institutions why, and how pembahasannya 106 tidak bisa dilakukan Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis isolasi. Behavioral finance dibangun oleh rasionalitas berbagai asumsi dan ide dari perilaku kepada pemahaman yang salah atas ekonomi. sifat, mekanisme sebenarnya dari anomali- kesukaan, dan berbagai macam hal yang anomali keuangan. Para praktisi di pasar melekat dalam diri manusia sebagai keuangan menggunakan istilah heuristics makhluk intelektual dan sosial akan untuk menyingkapi informasi yang akan berinteraksi digunakan untuk proses pengambilan Keterlibatan emosi, melandasi munculnya keputusan melakukan suatu tindakan. Bukti-bukti mengarah keputusan, sedangkan para ahli ekonomi berhasil keuangan perilaku memasukkan aspek terkait dengan penelitian agen “normal” bukan rasional dalam perilaku yang mencoba mengungkap keputusan proses dalam menunjukkan rasionalitas yang dikembangkan pengambilan berkaitan dengan anomali-anomali yang psikologis ada dan ditemukan dalam studi empiris koridor bahwa model-model manusia adalah (Gumati: 2009). makhluk rasional yang mengedepankan aspek akan yang ditemukan berbasis mungkin walaupun Para ahli psikologi telah proses menemukan banyak kesalahan-kesalahan menuju aspek tersebut dapat bermacam- yang dibuat oleh manusia dalam proses macam (Gumati, 2009). pengambilan keputusan yang tidak acak. Barberis and Thaler (2003) dan Misalnya manusia membuat kesalahan Rabin (1998) menemukan dukungan atas secara sistematis dan khusus dalam hal anggapan aspek penilaian yang dilakukannya yaitu merasa rasionalitas dalam keputusan. Investor pengambilan (para pelaku terlalu yakin terhadap kemampuan yang dimilikinya ekonomi) pada saat dihadapkan pada manusia ketidakpastian ekonomi yang dan mengedepankan (overconficence), membuat persepsi atau, yang terkait dengan berlebihan, pada saat dia dihadapkan pada keuangan akan pengambilan keputusan. Manusia/individu dan nalarnya. karena manusia individu yang rasional, atau individu yang diyakini selalu tidak bisa melepaskan diri tidak rasional, akan memberikan respons dari yang berbeda. Namun akal demikian, aspek pengambilan bias pada keputusan, saat para proses yang berperilaku konservatif, atau ahli Thaversky dan Kahneman (1974) berpendapat bahwa penggunaan asumsi mengungkapkan tiga faktor pada perilaku Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis 107 manusia yang bertentangan dengan tidak selalu berperilaku secara asumsi-asumsi yang mendasari model rasional. ekonomi pengambilan bahwa ada bias yang melekat dan keputusan. Fenomena ini disebut sebagai terus ada yang dimotivasi oleh faktor- "cognitive illusions" karena terkait dengan faktor psikologi yang mempengaruhi persepsi dapat pilihan orang di bawah kondisi menimbulkan kesalahan. Ketiga faktor ketidakpastian. Teori prospek ini tersebut adalah: mempertimbangkan 1. sebagai klasik dalam yang seringkali Risk attitudes adalah merupakan bahwa makhluk tidak tidak Schwartz memilih bahwa investasi preferensi fungsi timbangan- yang dengan probabilitas. (1998:82) menyatakan investor cenderung mengevaluasi yang keluaran (outcome) dalam bentuk pasti dibandingkan yang dengan keuntungan mengandung ketidakpastian terhadap dalam dengan tingkat keuntungan kemungkinan dan kerugian beberapa titik relatif referensi tingkat kemakmuran yang diinginkan. pengembaliannya. Terdapat hubungan yang positif antara tingkat risiko suatu untuk memberikan tingkat pengembalian investasi 2. Mental Accounting Hal yang ini merujuk pada diharapkan investor. Karena investor kecenderungan bersikap tidak menyukai risiko (risk mengelompokkan keuangan mereka averse) maka mereka baru bersedia pada rekening yang berbeda-beda mengambil kesempatan didasarkan pada kriteria-kriteria yang investasi yang lebih berisiko apabila bersifat subjektif, misalnya sumber mereka dapat memperoleh tingkat pendanaan dan maksud pemanfaatan keuntungan yang lebih tinggi. penghasilan. Pengalokasian fungsi suatu Penelitian yang dilakukan oleh Thaversky mengenai (2000) prospect menjelaskan theory yang berkaitan dengan ide bahwa manusia 108 sesuai menyukai risiko. Investor akan lebih sebuah beranggapan bahwa timbangan-timbangan tersebut manusia yang suatu ini timbangan keputusan dan berasumsi Asumsi mendasar dalam teori ekonomi Teori investor untuk yang berbeda pada setiap rekening sering menyebabkan dampak irasional pada keputusan keuangan yang diambil (baik dalam hal Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis pembelanjaan yang maupun menyimpang tabungan) sementara pada konsep bersamaan sebagian dari ekonomi konvensional. waktu asset yang memiliki risiko tinggi, yang ini didasari pada persepsi nilai yang berbeda ditempatkan ekonomi konvensional. individu pada dimilikinya. masing-masing asset-asset Sebagai yang menyisihkan dana untuk membeli rumah atau dana pendidikan bagi anak-anaknya bahkan alokasi dana liburan merupakan hal wajib yang sangat 3. penting. Sehingga pengalokasian dana untuk keperluan yang dapat mendatangkan manfaat keuangan sekalipun. mental accounting perilaku ekonomi yang di atas juga dapat dianalogikan dengan seluruh populasi dan pasar keuangan, yang dapat membantu untuk pandang manusia memiliki kecenderungan untuk terlalu yakin atas kemampuan dan prediksi untuk berhasil. Kondisi ini merupakan hal normal yang sekaligus merupakan cermin dari tingkat keyakinan seseorang untuk mencapai / mendapatkan sesuatu. Penelitian (1977) Fishchhoff menunjukkan et.al bahwa terjadinya keyakinan yang berlebihan (overconfidence) adalah hal yang Penyimpangan disebutkan cara Tidak bisa disangkal bahwa ini tidak dapat diganggu gugat, untuk keperluan apapun termasuk keperluan dengan Overconfidence contoh, beberapa orang mungkin merasa bahwa lain diperlakukan sebagai risk capital Perilaku yang tidak rasional oleh yang menjelaskan pandangan yang berbeda terhadap uang, dimana sebagian asset yang lumrah dalam kehidupan manusia. Eksperimen mengajukan kepada dilakukan sejumlah responden. dengan pertanyaan Pertanyaan didesain sedemikian rupa sehingga responden sebenarnya tidak tahu terlalu banyak mengenai jawaban yang diharapkan. Selain pertanyaan- dimiliki diperlakukan sebagai safety pertanyaan yang diajukan, responden capital yang diinvestasikan pada juga diminta untuk memberikan skor investasi-investasi yang memiliki tingkat risiko yang rendah (dan tingkat pengembalian yang rendah) keyakinan (confidence) terhadap kebenaran jawaban mereka. Penelitian Fishchhoff et.al (1977) Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis 109 menemukan bukti yang konsisten belum). bahwa reliabilitas jawaban keyakinan menghindari untuk menjual saham- (confidence) dan derajat keyakinan saham yang secara jelas mengalami yang penurunan harga dan menyebabkan berlebihan (overconfidence) tetap sama. mungkin kerugian bagi mereka. Selain itu, Subjek overconfidence dalam tanpa berpikir panjang, investor financial behavior diteliti oleh Daniel menentukan pilihannya pada saham- dan Titman (1999) yang menjelaskan saham bahwa keyakinan berlebihan yang (memiliki tren harga positif), atau, dimiliki oleh yang sedang diminati investor dapat mengikuti apa yang dilakukan oleh pergerakan harga investor lainnya. Oleh karena itu saham terutama saham-saham yang investor dapat merasionalisasi dengan memerlukan interprestasi lebih lanjut mudah jika saham-saham atau reksa pada penilaiannya, seperti saham- dana mengalami penurunan. Investor saham dapat mempengaruhi perusahaan yang sedang bertumbuh. mengurangi emosionalnya Bell (1982) selama reaksi sejumlah melakukan investor yang lain juga mengalami penelitian mengenai yang disebut kerugian pada saham-saham yang dengan regret theory. Teori ini berkinerja jelek. menggambarkan penyesalan sebagai Mengacu emosi 110 Investor yang disebabkan oleh pada hasi-hasil penelitian pasar keuangan, para ahli perbandingan antara keluaran tertentu ekonomi (given outcome) dengan sesuatu yang hubungan antara bias pemikiran para tidak jadi dipilih (foregone choice) traders yang keuangan. menyebabkan individual mencoba dengan memotret anomali-anomali Upaya-upaya tersebut tumbuhnya kajian melakukan evaluasi reaksi harapan mendorong pada situasi di masa yang akan keuangan perilaku yang diperkirakan datang. Regret theory diterapkan pada akan terus berkembang. Misalnya, psikologi atau dalam beberapa model para ahli investor dalam reaksi emosional memperhitungkan ekonomi menunjukkan bahwa untuk membeli suatu saham atau perilaku tidak rasional dari para reksadana yang sudah menurun (atau traders telah membuat berkurangnya Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis aksi arbitrase dan sebagai model keuangan tradisional masih mampu pasar memberikan dasar penarikan hipotesis dikatakan dalam melakukan analisis keuangan untuk berada dalam bentuk efisien. Dalam jangka panjang dalam kondisi pasar hal lain, keyakinan yang berlebihan efisien. Dengan kata lain, keuangan (overconfidence) telah menimbulkan keperilakuan dapat menjadi pelengkap konsekwensinya keuangan adalah tidak dapat pada overreaction suatu arus keuangan tradisional. informasi baru, sedangkan pihak yang konservatif cenderung mengarah kepada sikap yang tidak bereaksi (underreaction). PENUTUP Melihat perkembangan selama dua dekade terakhir, terlihat jelas bagaimana penelitian (behavioral keuangan keperilakuan finance) memberikan penjelasan terhadap praktik-praktik di dunia nyata yang bertentangan dengan model keuangan tradisional, terutama dalam menjelaskan fenomena yang terjadi pada periode-periode yang terbatas (event study). Meskipun berbagai penelitian DAFTAR PUSTAKA Ricciardi V., and Simon, H, K. (2000). What is Behavior in Finance?. Business, Education, and Technology Journal, Fall: 1 – 9. Lintner, G. (1998). Behavioral Finance: Why Investors Make Bad Decisions. The Planner 13 (1): 7 – 8. Ricciardi, V. (2000). “A Research Starting Point for a New Scholar: A Unique Perspective of Behavioral Science.” Working Paper. Golden State University. Gumanti, T.A. 2009. Behavior Finance: Suatu Telaah. Usahawan No. 01 TH XXXVIII 5-15. penelitian keperilakuan belum mencukupi Barberis N., and Thaler, R. (2008). A Survey of Behavioral Finance Constatinides, G.M., Harris, M and Stulz, (Eds), Handbook of Economics and Finance, Vol 1B, North Holland, Amsterdam. apabila digunakan untuk memprediksi Rabin, keperilakuan dapat memberikan jawaban terhadap anomali-anomali dari teori-teori standar pada periode yang terbatas, namun kondisi jangka panjang. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini. Bagaimanapun juga, sampai saat ini asumsi-asumsi yang diterapkan pada M. (1998). Psychology and Economics. Journal of Economic Literature, 36. 11 – 46. Thaversky, A., and Kahneman, D. 1974. Judgment Under Uncertainty: Heuristics and Biases 3-20. Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis 111 Science New Series, Vol. 185. American Association for the Advancement of Science. Kahneman, D., and Theversky, A. 2000. Choices, Values and Frames. Cambridge: Cambridge University Press. Schwartz, H. 1998. Rationality Gone Awry? Decision Making Inconsistent With Economic and Financial Theory. Westport – Connecticut, Greenwood Publishing Group. Fishchhoff, B., Slovic P., and Lichtenstein, S. 1977. Knowing with Certainty the Appropriateness of Extremes Confidence. Journal of Experimental Psychology: Human Perception and Performance, 3: 522–564. Daniel, K., and Titman, S. 1999. "Market Efficiency in an Irrational World" Financial Analysis Journal, 55: 28-40. Barber, B.M., and Odean, T. 2000. Trading is Hazardous to your Wealth: The Common Stock Investment Performance of Individual Investor. Journal of Finance, 55 (2): 773-806. Bell, D. 1982. Regret in Decision Making Under Uncertainty. Operation Research, 30: 961-81. *** 112 Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis