BEHAVIORAL FINANCE VERSUS STANDARD FINANCE

advertisement
BEHAVIORAL FINANCE VERSUS STANDARD FINANCE
Dwi Irawati
[email protected]
Universitas Muhammadiyah Purworejo
Abstrak
Tulisan ini mengulas perkembangan keuangan keperilakuan (behavioral finance) yang
semakin pesat setelah terjadi krisis keuangan di Amerika Serikat pada Desember 2007
hingga Juni 2009, yang dampaknya dirasakan perbankan dan pasar modal seluruh
dunia. Behavioral finance pada dasarnya adalah sebuah pendekatan komprehensif dan
kohesif yang mengombinasikan analisis fundamental, teknikal, dan analisis sentimen
dan psikologi dari pelaku pasar. Pendekatan behavioral mengalami perkembangan
yang amat pesat sebab pendekatan yang selama ini digunakan untuk pengambilan
keputusan oleh investor dianggap telah memperlihatkan kelemahan-kelemahan.
Para pelaku pasar mulai mempercayai bahwa kegagalan pasar (rontoknya pasar
modal) lebih disebabkan oleh banyaknya keputusan investasi yang didasarkan pada
perilaku irasional dibandingkan dengan perilaku yang didasarkan pada ekspektasi
terhadap nilai fundamental perusahaan yang dimiliki secara intrinsik dengan berbagai
pendekatan yang lazim dilakukan seperti pendekatan discounted free cash flow,
relative valuation, dan real options. Para pendukung behavioral finance berpandangan
bahwa pendekatan ini dapat melengkapi pendekatan tradisional sehingga cukup baik
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi oleh para investor.
Keywords: behavioral finance, traditional finance
PENDAHULUAN
berkaitan dengan upaya mengantisipasi
Krisis ekonomi dan keuangan yang
menurunnya
pertumbuhan
ekonomi,
terjadi pada negara adidaya Amerika
pertumbuhan
perusahaan,
ekspektasi
Serikat pada tahun 1997, diawali dengan
perolehan
terjadinya krisis Subprime Mortgage,
keyakinan terhadap going concern of the
perlahan namun pasti telah menghantam
company.
perekonomian negara-negara di seluruh
dividen,
Secara
dan
sepintas
menurunnya
memang
dunia dan berimplikasi pada rontoknya
pergerakan
pasar/bursa dunia karena adanya persepsi
bergerak lebih cepat dibandingkan dengan
atau kekhawatiran pelaku pasar global
ekspektasi
terhadap nilai aset/instrumen yang akan
perusahaan. Efek psikologis, persepsi
merosot. Kekhawatiran tersebut terutama
yang dibuat oleh pelaku pasar, atau, opini
Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance
Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis
pasar
tidak
nilai-nilai
sesuai
atau
fundamental
101
pelaku
pasar
mengenai
krisis
atau
kondisi tersebut dapat dijelaskan secara
peristiwa yang terjadi, melebihi keyakinan
rasional,
terhadap ekspektasi nilai fundamental
terintegrasinya seluruh pasar di dunia,
perusahaan yang dimiliki secara intrinsik
namun banyak hal yang irasional yang
dengan berbagai pendekatan yang lazim
tidak mampu dijelaskan oleh ekspektasi
dilakukan (seperti discounted free cash
fundamental semata sehingga seakan-akan
flow, relative valuation, dan pendekatan
prediksi yang kita lakukan selalu meleset.
real options). Akibatnya, pergerakan pasar
terlihat
rasional
kecenderungan
Seiring
dengan
lebih
semakin
bahkan
berkembangnya fenomena-fenomena dan
memunculkan anomali-anomali baru yang
anomali-anomali baru di pasar modal
relatif sulit untuk dijelaskan dengan
maupun
persepsi fundamental (rational perception,
terintegrasinya seluruh pasar (dahulu lebih
Sebagai
tersegmentasi), semakin cerdasnya para
contoh pada saat bursa saham Amerika
pelaku pasar, bertambahnya para pelaku
Serikat Dow Jones mengalami penurunan
pasar, dan semakin beragamnya produk-
yang tajam, secara psikologis penurunan
produk investasi baru, telah memunculkan
tersebut dapat berdampak pada penurunan
suatu pendekatan baru dalam analisis
tajam
pasar,
efficient
tidak
yaitu
market
hypothesis).
bursa-bursa
di
kawasan
lain,
pasar
yaitu
keuangan,
behavioral
semakin
“finance”
termasuk Bursa Efek Indonesia, kendati
analysis.
banyak
yang
merupakan pendekatan komprehensif dan
positif bagi saham-saham di Bursa Efek
kohesif yang mengombinasikan analisis
Indonesia (seperti kenaikan laba bersih,
fundamental,
informasi pembagian dividen, informasi
sentimen dan psikologi pelaku pasar.
pengembangan
dll.).
Anggap saja bahwa pasar modal maupun
Demikian pula dapat terjadi sebaliknya.
pasar keuangan sebagai “manusia” yang
Contoh
mempunyai
informasi
fundamental
bisnis
lainnya
emiten,
adalah
pada
saat
Analisis
behavioral
teknikal,
emosi,
dan
ini
analisis
karakteristik,
dan
ekspektasi fundamental terhadap suatu
kecenderungan
saham atau pasar sedang meningkat,
kondisi tertentu. Kumpulan persepsi dari
kadang
harga
seluruh pelaku pasar itulah yang akhirnya
mengalami penurunan tajam karena ada
membentuk harga dan menentukan arah
yang
terjadi
justru
dalam
suatu
sedang
pasar. Pasar bisa menjadi sedang sangat
melakukan aksi profit taking. Meskipun
sensitif, sangat optimistik, sangat bingung,
institutional
102
investor
yang
tertentu
Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance
Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis
atau sangat khawatir, yang semuanya
dapat
dianalisis
dengan
pendekatan
Kerangka dasar standard finance
seringkali
dikaitkan
dengan
teori
behavioral finance analysis. Pendekatan
portofolio modern dan hipotesis pasar
behavioral
analysis
mengombinasikan
efisien. Teori portofolio modern telah
pendekatan
analisis
fundamental
dan
berkembang selama 50 tahun terakhir,
analisis teknikal dalam memprediksi arah
dipublikasikan Harry Markowitz (1952)
pergerakan
bidang
dalam publikasinya Portfolio Selection.
menarik yang dapat dianalisis adalah
Teori ini mengungkapkan pentingnya
(bagaimana
diversifikasi untuk mengurangi risiko
memahami perilaku pergerakan antar
suatu investasi dengan asumsi bahwa
pasar saham, pasar komoditi, obligasi,
investor akan berperilaku secara rasional,
futures, indices, pasar non finansial),
dapat diprediksi, dan tidak menyimpang
sector rotation (bagaimana memahami
dari tata cara atau kebiasaan yang berlaku
siklus dari setiap sektor pada kondisi-
umum.
pasar.
intermarket
Beberapa
analysis
kondisi tertentu), dan market breath
(bagaimana
memahami
sentimen-
Ada
tiga
hal
utama
yang
mendasari teori portofolio modern, yaitu:
sentimen yang sedang meliputi suatu
(1)
pasar).
sekuritas
harapan
tingkat
individual
pengembalian
atau
portofolio
(security or portfolio expected rate of
PEMBAHASAN
1.
return), (2) penyimpangan baku dari
Standard Finance / Traditional
Finance
Penelitian yang telah dilakukan
sejak tahun 1990-an menunjukkan bahwa
teori-teori keuangan standard (standard
finance/traditional
finance)
tidak
memberikan kontribusi yang berarti di
dalam menjelaskan
pergerakan
saham
berharga
atau
Seringkali
surat
diketemukan
harga
lainnya.
fenomena
di
dalam pasar modal atau pasar keuangan
yang bertentangan dengan teori keuangan
return (standard deviation of return), dan
(3) korelasi dari sekuritas tersebut dengan
sekuritas
lain
yang
ada
di
dalam
portofolio. Berdasarkan ketiga hal itu
maka suatu portofolio yang efisien dapat
dibentuk dari berbagai kelompok sekuritas
misalnya saham atau obligasi. Portofolio
efisien adalah suatu portofolio atas suatu
sekuritas yang mempunyai return/harapan
return tertinggi (maksimum) pada tingkat
risiko tertentu, atau sebaliknya.
standar dan teori ekonomi konvensional.
Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance
Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis
103
Selanjutnya Treynor, Sharpe, dan
investasinya. Pengukuran risiko dalam
Litner memperkenalkan sebuah model
model
dalam penilaian harga sekuritas dengan
membandingkan
menggambarkan hubungan antara risiko
pengembalian
dan
premi pasar selama periode tertentu (Rm –
return
yang
diharapkan.
Model
tersebut merupakan pengembangan teori
portofolio
yang
Markowitz
dengan
istilah
baru
yaitu
dikemukan
oleh
memperkenalkan
oleh
β
antara
asset
investasi
yang
tingkat
dengan
Rf).
Menurut teori CAPM, tingkat
pengembalian
yang
diharapkan
dari
sistematik
sebuah portofolio sama dengan tingkat
(systematic risk) dan risiko spesifik atau
bunga bebas risiko ditambah dengan
risiko tidak sistematik (spesific risk or
premi risiko. Jika tingkat pengembalian
unsystematic risk). Pada tahun 1970,
yang diinginkan oleh investor lebih
William
nobel
rendah dari tingkat pengembalian yang
ekonomi atas teori pembentukan harga
diharapkan, maka investasi sebaiknya
aset keuangan yang kemudian
tidak dilakukan. Hasil perhitungan tingkat
disebut Capital Asset Pricing Model
pengembalian menggunakan CAPM pada
(CAPM).
berbagai tingkat risiko (β) digambarkan
Sharpe
risiko
diwakili
memperoleh
Pemikiran yang melandasi model
pada security market line.
ini adalah keuntungan investasi yang
CAPM berasumsi bahwa para
didapat oleh seorang investor didasari
investor adalah perencana pada suatu
oleh faktor nilai waktu dari uang (time
periode tunggal yang memiliki persepsi
value of money) dan risiko. Nilai waktu
yang sama mengenai keadaan pasar dan
dari uang diwakili oleh tingkat suku bunga
mencari mean-variance dari portofolio
bebas risiko (Rf) pada model, dimana Rf
yang optimal. CAPM juga berasumsi
merupakan pengganti opportunity cost
bahwa pasar saham yang ideal adalah
investor akibat menempatkan sejumlah
pasar saham yang besar, dan para investor
uang pada investasi yang dipilihnya
adalah para pricetakers, tidak ada pajak
selama periode tertentu. Sisi lain dari
maupun biaya transaksi, semua aset dapat
model
diperdagangkan secara umum, dan para
adalah
mewakili
risiko
serta
menghitung tingkat kompensasi yang
investor
diterima oleh investor akibat bersedia
meminjamkan pada jumlah yang tidak
mentolerir
terbatas pada tingkat suku bunga tetap
104
risiko
tambahan
dalam
dapat
meminjam
maupun
Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance
Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis
yang tidak berisiko (fixed risk free rate).
return
Dengan
investor
phenomenon (termasuk kebuntuan pasar
risikonya
modal sebagai imbas dari kejatuhan
memiliki
asumsi
ini,
portofolio
semua
yang
identik.
volatility
and
the
internet
saham-saham berbasis internet di akhir
Pokok
yang
tahun 1990-an), kejatuhan pasar modal di
finance
tahun 1929 dan 1987, serta dampak dari
adalah efficient market hypothesis (EMH)
krisis subprime mortgage di tahun 2007-
yang dikembangkan oleh Eugene Fama
2008.
diungkapkan
bahasan
lainnya
dalam standard
(1965) beranggapan bahwa di pasar yang
efisien
harga
suatu
sekuritas
Menyadari
ketidakmampuan
yang
traditional finance untuk menjelaskan
terbentuk merupakan cerminan dari semua
anomali dalam fenomena pasar uang dan
informasi yang tersedia dan relevan
pasar modal, para peneliti keuangan mulai
tentang sekuritas tersebut. Dengan kata
mengaitkan fenomena yang ada dengan
lain, harga yang terbentuk merupakan
aspek keperilakuan (behavioral finance).
nilai wajar (fair value). Akibatnya, secara
Selama
teori, pelaku pasar yang aktif tidak
finance muncul ke permukaan seiring
mungkin memperoleh abnormal return
dengan tuntutan perkembangan dunia
(beat the market) secara terus menerus
bisnis
karena investor lain akan segera tahu aksi
menyingkapi aspek atau unsur perilaku
yang dilakukan oleh seorang investor.
dalam proses pengambilan keputusan
Sehingga
untuk
keuangan dan/atau investasi. Hal ini
pengembalian
banyak diinspirasi oleh meningkatnya
investasi yang lebih tinggi adalah dengan
peran perilaku sebagai salah satu faktor
membeli asset-asset investasi yang lebih
yang menentukan strategi buy and sell
berisiko.
sekuritas.
satu-satunya
memperoleh
tingkat
cara
Namun kedua teori ini, CAPM dan
EMH,
tidak
mampu
memberikan
tahun
dan
akademik
Berikut
kronologis
1990-an,
ini
behavioural
yang
mulai
tabel
meringkas
perkembangan
behavioral
penjelasan tentang beberapa inkonsistensi
finance yang mendiskusikan kekuatan
(anomali) pasar modal, misalnya January
emosi dan psikologi investor dan traders
effect, Day of the week effects, stock
di pasar keuangan.
Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance
Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis
105
Tabel 1.
Kronologis Perkembangan Behavioral Finance
No.
Tahun
Judul : Peneliti
Isi
1
1841
Delusions and the Madness of menyajikan kronologis tentang kepanikan
Crowds (Charles MacKay)
yang terjadi di pasar sebagai cerminan
dari adanya aspek psikologis investor.
2
1895
The Crowd: A Study of the mengajukan gagasan tentang peran
Popular Mind (Gustave Le Bon) “crowds”, yang dapat diartikan sebagai
investor dan perilaku kelompok yang
mencoba kemampuan di bidang perilaku
keuangan, psikologi sosial, sosiologi, dan
sejarah.
3
1912
G.C. Selden : menerapkan perilaku keuangan dalam konteks psikologi di
pasar modal.
keuangan
2. Behavioral Finance
Menurut Ricciardi dan Simon
berikut:
attempts
to
“Behavioral
explain
finance
and
increase
investasi
dari
sudut
pandang manusia.
(2000:2) behavioral finance diartikan
sebagai
dan
Ricciardi
dan
Simon
(2000)
membagi tiga kelompok individu yang
mempunyai
kepentingan
baik
understanding of the reasoning patterns of
langsung/tidak
investors,
emotional
behavioral finance, yaitu: (1) Individual,
processes involved and the degree to
yang terdiri dari small investor, portfolio
which they influence the decision-making
manager, pension board; (2) Group, yang
process”. Behavioral finance mencoba
terdiri
menjelaskan
(portofolio); (3) Organisasi, misalnya
including
the
dan
meningkatkan
dari
langsung
secara
investor
terhadap
reksadana
pemahaman tentang pola-pola dari alasan
financial
investor termasuk aspek emosional dan
organization (misalnya universitas).
derajat
dari
aspek
mempengaruhi
keputusan.
tersebut
proses
Secara
dalam
pengambilan
Menurut
dan
Ricciardi,
non-profit
behavioral
finance merupakan suatu disiplin ilmu
spesifik
yang di dalamnya melekat interaksi
behavioral finance mencoba memberi
berbagai disiplin ilmu (interdisipliner) dan
jawaban
terus menerus berintegrasi sehingga dalam
atas
what,
lebih
institutions
why,
and
how
pembahasannya
106
tidak
bisa
dilakukan
Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance
Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis
isolasi. Behavioral finance dibangun oleh
rasionalitas
berbagai asumsi dan ide dari perilaku
kepada pemahaman yang salah atas
ekonomi.
sifat,
mekanisme sebenarnya dari anomali-
kesukaan, dan berbagai macam hal yang
anomali keuangan. Para praktisi di pasar
melekat dalam diri manusia sebagai
keuangan menggunakan istilah heuristics
makhluk intelektual dan sosial akan
untuk menyingkapi informasi yang akan
berinteraksi
digunakan untuk proses pengambilan
Keterlibatan
emosi,
melandasi
munculnya
keputusan melakukan suatu tindakan.
Bukti-bukti
mengarah
keputusan, sedangkan para ahli ekonomi
berhasil
keuangan perilaku memasukkan aspek
terkait
dengan
penelitian
agen “normal” bukan rasional dalam
perilaku
yang
mencoba
mengungkap
keputusan
proses
dalam
menunjukkan
rasionalitas
yang
dikembangkan
pengambilan
berkaitan dengan anomali-anomali yang
psikologis
ada dan ditemukan dalam studi empiris
koridor
bahwa
model-model
manusia
adalah
(Gumati: 2009).
makhluk rasional yang mengedepankan
aspek
akan
yang
ditemukan
berbasis
mungkin
walaupun
Para
ahli
psikologi
telah
proses
menemukan banyak kesalahan-kesalahan
menuju aspek tersebut dapat bermacam-
yang dibuat oleh manusia dalam proses
macam (Gumati, 2009).
pengambilan keputusan yang tidak acak.
Barberis and Thaler (2003) dan
Misalnya manusia membuat kesalahan
Rabin (1998) menemukan dukungan atas
secara sistematis dan khusus dalam hal
anggapan aspek
penilaian yang dilakukannya yaitu merasa
rasionalitas
dalam
keputusan.
Investor
pengambilan
(para
pelaku
terlalu yakin terhadap kemampuan yang
dimilikinya
ekonomi) pada saat dihadapkan pada
manusia
ketidakpastian
ekonomi
yang
dan
mengedepankan
(overconficence),
membuat
persepsi
atau,
yang
terkait
dengan
berlebihan, pada saat dia dihadapkan pada
keuangan
akan
pengambilan keputusan. Manusia/individu
dan
nalarnya.
karena
manusia
individu yang rasional, atau individu yang
diyakini selalu tidak bisa melepaskan diri
tidak rasional, akan memberikan respons
dari
yang berbeda.
Namun
akal
demikian,
aspek
pengambilan
bias
pada
keputusan,
saat
para
proses
yang
berperilaku
konservatif,
atau
ahli
Thaversky dan Kahneman (1974)
berpendapat bahwa penggunaan asumsi
mengungkapkan tiga faktor pada perilaku
Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance
Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis
107
manusia
yang
bertentangan
dengan
tidak
selalu
berperilaku
secara
asumsi-asumsi yang mendasari model
rasional.
ekonomi
pengambilan
bahwa ada bias yang melekat dan
keputusan. Fenomena ini disebut sebagai
terus ada yang dimotivasi oleh faktor-
"cognitive illusions" karena terkait dengan
faktor psikologi yang mempengaruhi
persepsi
dapat
pilihan orang di bawah kondisi
menimbulkan kesalahan. Ketiga faktor
ketidakpastian. Teori prospek ini
tersebut adalah:
mempertimbangkan
1.
sebagai
klasik
dalam
yang
seringkali
Risk attitudes
adalah
merupakan
bahwa
makhluk
tidak
tidak
Schwartz
memilih
bahwa
investasi
preferensi
fungsi
timbangan-
yang
dengan
probabilitas.
(1998:82)
menyatakan
investor
cenderung
mengevaluasi
yang
keluaran (outcome) dalam bentuk
pasti
dibandingkan
yang
dengan
keuntungan
mengandung
ketidakpastian
terhadap
dalam
dengan
tingkat
keuntungan
kemungkinan
dan
kerugian
beberapa
titik
relatif
referensi
tingkat kemakmuran yang diinginkan.
pengembaliannya. Terdapat hubungan
yang positif antara tingkat risiko
suatu
untuk
memberikan tingkat pengembalian
investasi
2.
Mental Accounting
Hal
yang
ini
merujuk
pada
diharapkan investor. Karena investor
kecenderungan
bersikap tidak menyukai risiko (risk
mengelompokkan keuangan mereka
averse) maka mereka baru bersedia
pada rekening yang berbeda-beda
mengambil
kesempatan
didasarkan pada kriteria-kriteria yang
investasi yang lebih berisiko apabila
bersifat subjektif, misalnya sumber
mereka dapat memperoleh tingkat
pendanaan dan maksud pemanfaatan
keuntungan yang lebih tinggi.
penghasilan. Pengalokasian fungsi
suatu
Penelitian yang dilakukan oleh
Thaversky
mengenai
(2000)
prospect
menjelaskan
theory
yang
berkaitan dengan ide bahwa manusia
108
sesuai
menyukai risiko. Investor akan lebih
sebuah
beranggapan
bahwa timbangan-timbangan tersebut
manusia
yang
suatu
ini
timbangan keputusan dan berasumsi
Asumsi mendasar dalam teori
ekonomi
Teori
investor
untuk
yang berbeda pada setiap rekening
sering
menyebabkan
dampak
irasional pada keputusan keuangan
yang
diambil
(baik
dalam
hal
Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance
Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis
pembelanjaan
yang
maupun
menyimpang
tabungan)
sementara
pada
konsep
bersamaan
sebagian
dari
ekonomi konvensional.
waktu
asset
yang memiliki risiko tinggi, yang
ini didasari pada persepsi nilai yang
berbeda
ditempatkan
ekonomi konvensional.
individu
pada
dimilikinya.
masing-masing
asset-asset
Sebagai
yang
menyisihkan
dana
untuk
membeli rumah atau dana pendidikan
bagi anak-anaknya bahkan alokasi
dana liburan merupakan hal wajib
yang
sangat
3.
penting.
Sehingga
pengalokasian dana untuk keperluan
yang dapat mendatangkan manfaat
keuangan sekalipun.
mental
accounting perilaku ekonomi yang
di
atas
juga
dapat
dianalogikan dengan seluruh populasi
dan pasar keuangan, yang dapat
membantu
untuk
pandang
manusia
memiliki
kecenderungan
untuk terlalu yakin atas kemampuan
dan prediksi untuk berhasil. Kondisi
ini merupakan hal normal yang
sekaligus merupakan cermin dari
tingkat keyakinan seseorang untuk
mencapai / mendapatkan sesuatu.
Penelitian
(1977)
Fishchhoff
menunjukkan
et.al
bahwa
terjadinya keyakinan yang berlebihan
(overconfidence) adalah hal yang
Penyimpangan
disebutkan
cara
Tidak bisa disangkal bahwa
ini tidak dapat diganggu gugat, untuk
keperluan apapun termasuk keperluan
dengan
Overconfidence
contoh,
beberapa orang mungkin merasa
bahwa
lain
diperlakukan sebagai risk capital
Perilaku yang tidak rasional
oleh
yang
menjelaskan
pandangan yang berbeda terhadap
uang, dimana sebagian asset yang
lumrah dalam kehidupan manusia.
Eksperimen
mengajukan
kepada
dilakukan
sejumlah
responden.
dengan
pertanyaan
Pertanyaan
didesain sedemikian rupa sehingga
responden sebenarnya tidak tahu
terlalu banyak mengenai jawaban
yang diharapkan. Selain pertanyaan-
dimiliki diperlakukan sebagai safety
pertanyaan yang diajukan, responden
capital yang diinvestasikan pada
juga diminta untuk memberikan skor
investasi-investasi
yang
memiliki
tingkat risiko yang rendah (dan
tingkat pengembalian yang rendah)
keyakinan
(confidence)
terhadap
kebenaran
jawaban
mereka.
Penelitian Fishchhoff et.al (1977)
Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance
Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis
109
menemukan bukti yang konsisten
belum).
bahwa reliabilitas jawaban keyakinan
menghindari untuk menjual saham-
(confidence) dan derajat keyakinan
saham yang secara jelas mengalami
yang
penurunan harga dan menyebabkan
berlebihan
(overconfidence)
tetap sama.
mungkin
kerugian bagi mereka. Selain itu,
Subjek overconfidence dalam
tanpa
berpikir
panjang,
investor
financial behavior diteliti oleh Daniel
menentukan pilihannya pada saham-
dan Titman (1999) yang menjelaskan
saham
bahwa keyakinan berlebihan yang
(memiliki tren harga positif), atau,
dimiliki
oleh
yang
sedang
diminati
investor
dapat
mengikuti apa yang dilakukan oleh
pergerakan
harga
investor lainnya. Oleh karena itu
saham terutama saham-saham yang
investor dapat merasionalisasi dengan
memerlukan interprestasi lebih lanjut
mudah jika saham-saham atau reksa
pada penilaiannya, seperti saham-
dana mengalami penurunan. Investor
saham
dapat
mempengaruhi
perusahaan
yang
sedang
bertumbuh.
mengurangi
emosionalnya
Bell
(1982)
selama
reaksi
sejumlah
melakukan
investor yang lain juga mengalami
penelitian mengenai yang disebut
kerugian pada saham-saham yang
dengan regret theory. Teori ini
berkinerja jelek.
menggambarkan penyesalan sebagai
Mengacu
emosi
110
Investor
yang
disebabkan
oleh
pada
hasi-hasil
penelitian pasar keuangan, para ahli
perbandingan antara keluaran tertentu
ekonomi
(given outcome) dengan sesuatu yang
hubungan antara bias pemikiran para
tidak jadi dipilih (foregone choice)
traders
yang
keuangan.
menyebabkan
individual
mencoba
dengan
memotret
anomali-anomali
Upaya-upaya
tersebut
tumbuhnya
kajian
melakukan evaluasi reaksi harapan
mendorong
pada situasi di masa yang akan
keuangan perilaku yang diperkirakan
datang. Regret theory diterapkan pada
akan terus berkembang. Misalnya,
psikologi
atau
dalam beberapa model para ahli
investor
dalam
reaksi
emosional
memperhitungkan
ekonomi
menunjukkan
bahwa
untuk membeli suatu saham atau
perilaku tidak rasional dari para
reksadana yang sudah menurun (atau
traders telah membuat berkurangnya
Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance
Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis
aksi
arbitrase
dan
sebagai
model keuangan tradisional masih mampu
pasar
memberikan dasar penarikan hipotesis
dikatakan
dalam melakukan analisis keuangan untuk
berada dalam bentuk efisien. Dalam
jangka panjang dalam kondisi pasar
hal lain, keyakinan yang berlebihan
efisien. Dengan kata lain, keuangan
(overconfidence) telah menimbulkan
keperilakuan dapat menjadi pelengkap
konsekwensinya
keuangan
adalah
tidak
dapat
pada
overreaction
suatu
arus
keuangan tradisional.
informasi baru, sedangkan pihak yang
konservatif
cenderung
mengarah
kepada sikap yang tidak bereaksi
(underreaction).
PENUTUP
Melihat perkembangan selama dua
dekade terakhir, terlihat jelas bagaimana
penelitian
(behavioral
keuangan
keperilakuan
finance)
memberikan
penjelasan terhadap praktik-praktik di
dunia nyata yang bertentangan dengan
model keuangan tradisional, terutama
dalam menjelaskan fenomena yang terjadi
pada periode-periode yang terbatas (event
study).
Meskipun
berbagai
penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Ricciardi V., and Simon, H, K. (2000).
What is Behavior in Finance?.
Business,
Education,
and
Technology Journal, Fall: 1 – 9.
Lintner, G. (1998). Behavioral Finance:
Why Investors Make Bad
Decisions. The Planner 13 (1): 7
– 8.
Ricciardi, V. (2000). “A Research Starting
Point for a New Scholar: A
Unique
Perspective
of
Behavioral Science.” Working
Paper. Golden State University.
Gumanti, T.A. 2009. Behavior Finance:
Suatu Telaah. Usahawan No. 01
TH XXXVIII 5-15.
penelitian keperilakuan belum mencukupi
Barberis N., and Thaler, R. (2008). A
Survey of Behavioral Finance
Constatinides, G.M., Harris, M
and Stulz, (Eds), Handbook of
Economics and Finance, Vol 1B,
North Holland, Amsterdam.
apabila digunakan untuk memprediksi
Rabin,
keperilakuan dapat memberikan jawaban
terhadap anomali-anomali dari teori-teori
standar pada periode yang terbatas, namun
kondisi jangka panjang. Masih diperlukan
penelitian lebih lanjut mengenai hal ini.
Bagaimanapun juga, sampai saat ini
asumsi-asumsi
yang
diterapkan
pada
M. (1998). Psychology and
Economics. Journal of Economic
Literature, 36. 11 – 46.
Thaversky, A., and Kahneman, D. 1974.
Judgment Under Uncertainty:
Heuristics and Biases 3-20.
Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance
Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis
111
Science New Series, Vol. 185.
American Association for the
Advancement of Science.
Kahneman, D., and Theversky, A. 2000.
Choices, Values and Frames.
Cambridge:
Cambridge
University Press.
Schwartz, H. 1998. Rationality Gone
Awry?
Decision
Making
Inconsistent With Economic and
Financial Theory. Westport –
Connecticut,
Greenwood
Publishing Group.
Fishchhoff,
B.,
Slovic
P.,
and
Lichtenstein, S. 1977. Knowing
with
Certainty
the
Appropriateness of Extremes
Confidence.
Journal
of
Experimental
Psychology:
Human
Perception
and
Performance, 3: 522–564.
Daniel, K., and Titman, S. 1999. "Market
Efficiency in an Irrational World"
Financial Analysis Journal, 55:
28-40.
Barber, B.M., and Odean, T. 2000.
Trading is Hazardous to your
Wealth: The Common Stock
Investment
Performance
of
Individual Investor. Journal of
Finance, 55 (2): 773-806.
Bell, D. 1982. Regret in Decision Making
Under Uncertainty. Operation
Research, 30: 961-81.
***
112
Dwi Irawati: Behavioral Finance Versus Standard Finance
Volume 11, No 2 Juli 2015 – SEGMEN Jurnal Manajemen Dan Bisnis
Download