perbedaan tingkat asupan energi, protein dan zat gizi mikro

advertisement
NASKAH PUBLIKASI
PERBEDAAN TINGKAT ASUPAN ENERGI, PROTEIN DAN ZAT GIZI
MIKRO (BESI, VITAMIN A, SENG) ANTARA ANAK SD STUNTING
DAN NON STUNTING DI KECAMATAN KARTASURA
KABUPATEN SUKOHARJO
Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Gizi
Disusun Oleh :
IRMA AYUMI CAHYA
J 310 100 017
PROGRAM STUDI S1 GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Judul Penelitian
: Perbedaan Tingkat Asupan Energi, Protein dan
Zat Gizi Mikro (Besi, Vitamin A, Seng) antara Anak
SD Stunting dan Non Stunting di Kecamatan
Kartasura Kabupaten Sukoharjo
Nama Mahasiswa
: Irma Ayumi Cahya
Nomor Induk Mahasiswa
: J 310 010 017
Telah disetujui untuk dipublikasikan oleh Program Studi Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Surakarta, Juli 2014
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
(Muwakidah, SKM., M. Kes)
(Elida Soviana, M. Gizi)
NIK. 865
NIK. -
Mengetahui,
Ketua Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
(Setyaningrum Rahmawaty, A., M.Kes., Ph.D)
NIK. 744
PERBEDAAN TINGKAT ASUPAN ENERGI, PROTEIN DAN ZAT GIZI MIKRO
(BESI, VITAMIN A, SENG) ANTARA ANAK SD STUNTING
DAN NON STUNTING DI KECAMATAN KARTASURA
KABUPATEN SUKOHARJO
Irma Ayumi Cahya
Program S1 Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Cluster of children in the age of elementary school is between 6-12
years old which have slow on growth. Among the nutrient intake that affects child
growth are energi sources, protein, Fe, vit A and Zn. If these are not sufficiently
acquired, children will grow stunting.
This research is on purpose to figure out the difference in level of energi
intake, protein, and micronutrient (Fe, vit A, Zn) between stunting and nonstunting of elementary school students in region of Kartasura, Sukoharjo.
The type of this research is observational in nature, consist of 32
stunting elementary school students and 32 non-stunting elementary school
students in sub-district of Kartasura, Sukoharjo. The measurement of children’s
nutrition status and 24 hours 3 days recall interview is non consecutive. Data
analysis of energi intake, protein, Fe, vitamin A, and Zn, is using hypothesis
statistic examination with Independent Sample T Test.
The result of this study shows that the deficit of energi intake, protein,
Fe, vitamin A, and Zn, of stunting elementary school students are 41%, 44%,
66%, 34%, 47%, and non-stunting elementary school students are 3%, 6%, 28%,
22%, 9%, in region of Kartasura, Sukoharjo. There are varieties on the level of
energi intake, protein intake, Fe intake, vitamin A intake and Zn intake of stunting
and non-stunting children in in region of Kartasura, Sukoharjo p value <0,005.
There are differences in level of energi intake, protein, and micronutrient
(Fe, vit A, Zn) between stunting and non-stunting of elementary school students
in region of Kartasura, Sukoharjo
Keywords
: stunting, energi intake, protein, Fe, Vit A and Zn
1
PENDAHULUAN
Anak
asupan energi dan zat gizi makro
usia
sekolah
dasar
pada
bayi
dioptimalkan
untuk
adalah anak yang berusia 6-12
mencegah kegagalan pertumbuhan
tahun.
di masa anak.
Selama
usia
sekolah,
pertumbuhan tetap terjadi namun
Besi
mempunyai
peran
tidak secepat pertumbuhan yang
penting di dalam tubuh yaitu sebagai
terjadi sebelumnya yaitu pada masa
alat angkut oksigen dari paru-paru
bayi
ke jaringan tubuh, sebagai alat
atau
pada
masa
remaja
nantinya (Sulistyoningsih, 2011).
angkut elektron di dalam sel dan
Pertumbuhan anak pendek
sebagai bagian terpadu berbagai
(stunting) tinggi dapat dipengaruhi
reaksi enzim di dalam jaringan tubuh
oleh banyak faktor, salah satunya
(Almatsier,
kurangnya asupan zat gizi. Kejadian
Rahfiludin
stunting pada anak usia sekolah
bahwa pemberian suplementasi Fe
dasar merupakan manifestasi dari
30mg dan Vitamin C 20mg pada
stunting pada waktu balita, karena
anak
tidak ada perbaikan tumbuh kejar
menunjukkan adanya peningkatan z-
(catch up growth) asupan zat gizi
score dari indikator TB/U pada kurun
makro dan mikro yang tidak sesuai
waktu dua bulan.
kebutuhan
disertai
dalam
jangka
penyakit
infeksi
lama,
(Ramli
2009).
(2002),
prasekolah
et
al
2012).
membantu
usia
di
(2000),
suplementasi
anak
menjelaskan
Indonesia,
Berdasarkan penelitian Hadi
dalam Rahmawati dan Wirawanni,
Pertumbuhan
Penelitian
vitamin
menjelaskan
A
akan
meningkatkan
tinggi
badan 0,10cm setiap 4 bulan pada
sekolah dasar membutuhkan asupan
anak
energi, zat gizi makro dan zat gizi
penambahan tinggi badan 0,22cm
mikro.
tiap 4 bulan pada anak usia ≥24
Menurut
Sjostrom
et
al
(2012), menjelaskan bahwa terdapat
hubungan antara asupan energi dan
zat
makro
<24
bulan
dan
bulan.
Berdasarkan penelitian yang
terhadap
dilakukan oleh Stewart et al (2009),
pertumbuhan bayi di Swedia. Bayi
menjelaskan bahwa suplementasi
premature di Swedia yang mendapat
asam folat, Fe dan Zn pada ibu
asupan energi rendah mengalami
hamil muda akan mempengaruhi
gagal
gizi
usia
pertumbuhan,
sehingga
2
Body Massa Indeks (BMI) anak atau
19,2% (Riskesdas, 2010). Data hasil
keadaan stunting pada anak.
survey di enam Sekolah Dasar
Status
anak
sekolah
wilayah Sukoharjo yang terdiri dari
diketahui
dengan
413 anak terdapat 17,43% anak
menggunakan parameter antropo-
yang memiliki status gizi stunting
metri dengan indeks pengukuran
dan 82,57% anak dengan status gizi
berat badan menurut umur (BB/U),
normal.
dasar
gizi
dapat
berat badan menurut tinggi badan
Berdasarkan latar belakang
(BB/TB) dan tinggi badan menurut
tersebut
umur (TB/U). Menurut Kemenkes
melakukan
(2010), bahwa indeks pengukuran
perbedaan tingkat asupan energi,
TB/U dapat dikategorikan sebagai
protein dan zat gizi mikro (Fe,
berikut:
vitamin A, Zn) antara anak SD
sangat
pendek
(z-score
maka
peneliti
penelitian
non
tentang
<-3SD), pendek (z-score -3SD s/d
stunting
< -2SD), normal (z-score -2SD s/d 2
Kecamatan Kartasura, Kabupaten
SD) dan tinggi (z-score >2SD).
Sukoharjo.
Keadaan stunting merupakan
dan
akan
stunting
di
BAHAN DAN METODE
gangguan pertumbuhan linier yang
Penelitian
ini
disebabkan karena malnutrisi kronis.
jenis
Keadaan stunting dapat diketahui
dengan
dengan
Cross Sectional. Lokasi penelitian ini
melihat
TB/U
yang
penelitian
menggunakan
observasional
melakukan
dihubungkan dengan umur dan jenis
dilaksanakan
kelamin yang telah ditetapkan oleh
Kartasura
World Health Organization (WHO).
Waktu penelitian ini akan dilakukan
Kejadian
stunting
di
pendekatan
Kabupaten
Kecamatan
Sukoharjo.
di
secara bertahap, yaitu mulai bulan
Indonesia masih menjadi perhatian,
Mei 2013 sampai dengan Februari
prevalensi stunting pada anak usia
2014.
6-12 tahun sebesar 35,6%. Hasil
Sampel merupakan objek yang
penelitian di provinsi Jawa Tengah,
diteliti
dan
dianggap
mewakili
status gizi pada anak umur 6-12
seluruh populasi. Sampel penelitian
tahun (usia sekolah) mempunyai
ini sebanyak 64 sampel yang terdiri
prevalensi stunting sebesar 34,1%
dari 32 anak SD stunting dan 32
yang terdiri dari anak sangat pendek
anak SD non stunting. Berikut ini
sebesar 14,9 % dan anak pendek
3
merupakan kriteria sampel dalam
Sukoharjo bulan Mei sampai Juni
penelitian ini:
2013). Perhitungan besar sampel
a. Kriteria Inklusi
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Siswa kelas III, IV dan V di
SD N kecamatan Kartasura
2) Siswa
yang
tinggi
dapat
badannya
diukur
menggu-
nakan microtoice (tidak cacat
pada kaki)
Keterangan :
n
p1
3) Siswa yang bersedia menjadi
responden
4) Kriteria
kelompok
p2
inklusi
untuk
stunting
adalah
yang pendek (TB/U <-2 SD
standar dari Kemenkes RI,
2010).
5) Kriteria
inklusi
kelompok
untuk
non
stunting
adalah normal (TB/U ≥ -2 SD
standar dari Kemenkes RI,
2010).
Siswa yang sakit pada saat
pengembilan data
2)
Siswa yang pindah sekolah
3)
Siswa
yang
mempunyai
tidak
data
tanggal
lahir.
Sampel
dihitung
dengan
menggunakan rumus Sastroasmoro
(1995),
stunting
dengan
Data
primer
dari
penelitian
ini
meliputi : data identitas responden,
tinggi
badan,
makan
anak
dan
data
berupa
asupan
tingkat
konsumsi energi, protein, Fe, vitamin
A dan Zn. Data sekunder dari
penelitian ini meliputi : gambaran
b. Kriteria Eksklusi
1)
d
α
: Jumlah sampel
: Proporsi pada kelompok
stunting (studi pendahuluan
menurut
Riskesdas
2010
adalah 0,34)
: Proporsi pada kelompok
stunting (studi pendahuluan
yang dilakukan peneliti adalah
0,17)
: Derajat ketepatan (0,21)
:Tingkat kemaknaan (95% = 1,96)
proporsi
sebesar
anak
17,43%
umum SD di Kartasura kabupaten
Sukoharjo,
identitas
orang
tua
subyek penelitian, identitas subyek
penelitian
Microtoice
digunakan
untuk mengukur tinggi badan anak
dengan
ketelitian
0,1
cm.
Wawancara tingkat asupan energi,
protein, Fe, Vitamin A dan Zn
dengan form recall 24 jam selama 3
hari tidak berturut-turut.
(berdasarkan hasil pengukuran anak
SD
di
Kartasura
kabupaten
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Distribusi Tingkat Asupan Energi
persentase asupan (%)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
defisit
kurang
ringan
normal
lebih
stunting
40,6
6,3
25
25
3,1
non stunting
3,1
9,4
18,8
68,8
0
Gambar 1. Distribusi Asupan Energi antara Anak SD Stunting dan Non Stunting
Hal ini dapat terjadi karena
Berdasarkan Gambar 1 di
atas
dapat
disimpulkan
asupan energi melalui makanan
bahwa
masih
tingkat asupan energi defisit pada
anak
SD
stunting
lebih
kurang
dibandingkan
dengan energi yang dikeluarkan.
besar
Ketidakseimbangan
daripada anak SD non stunting.
masukan
energi dengan kebutuhan yang
Tingkat asupan energi defisit pada
berlangsung dalam jangka lama
anak SD stunting adalah sebesar
akan
40,6% dan untuk anak SD non
menimbulkan
kesehatan
stunting adalah sebesar 3,1% (tidak
anak
masalah
terutama
pertumbuhan (Departemen Gizi
terdapat yang mengalami asupan
dan
energi defisit).
Kesehatan
Masyarakat,
2013).
persentase asupan (%)
2. Distribusi Tingkat Asupan Protein
70
60
50
40
30
20
10
0
defisit
kurang
ringan
normal
lebih
STUNTING
43,8
0
18,8
28,1
9,4
NON STUNTING
6,3
6,3
12,5
65,6
9,4
Gambar 2. Distribusi Asupan Protein antara Anak SD Stunting dan Non Stunting
5
Berdasarkan Gambar 2 dapat
masih kurang akan menjadikan anak
disimpulkan bahwa tingkat asupan
mengalami gangguan pertumbuhan
protein defisit pada anak SD stunting
yaitu anak akan tumbuh stunting,
lebih besar daripada asupan anak
kehilangan masa otot, luka yang
SD non stunting. Asupan protein
sukar sembuh dan meningkatkan
defisit pada anak defisit pada anak
resiko penyakit infeksi. Penelitian
SD non stunting
Hidayati et al (2010), menyebutkan
Menurut
Barasi
sebesar 6,3%.
(2007),
asupan
bahwa anak balita stunting adalah
protein anak yan
sebesar 65,6% dan anak SD non
persentase asupan (%)
3. Distribusi Tingkat Asupan Fe
70
60
50
40
30
20
10
0
stunting sebesar 28,1%.
defisit
kurang
ringan
normal
lebih
STUNTING
65,6
9,4
9,4
15,6
0
NON STUNTING
28,1
21,9
21,9
28,1
0
Gambar 3. Distribusi Asupan Fe antara Anak SD Stunting dan Non
Stunting
Berdasarkan Gambar 3 dapat
merupakan
defisiensi
gizi
yang
disimpulkan bahwa tingkat asupan
banyak terjadi pada anak, baik di
Fe defisit pada anak SD stunting
negara
lebih besar daripada anak SD yang
Defisiensi Fe terjadi dalam tiga
non stunting. Asupan Fe anak SD
tahap
yang
simpanan
asupan
proteinnya
kurang
maju
dan
diantaranya
Fe
berkembang.
terjadi
berkurang,
bila
terlihat
mempunyai resiko 3,46 kali akan
karena habisnya simpanan Fe dan
menjadi anak stunting dibandingkan
terjadi anemia gizi besi. Menurut
anak yang asupan proteinnya cukup.
Nasution
Hal ini terjadi karena tidak adanya
bahwa keseimbangan Fe ditentukan
kandungan Fe pada makanan yang
oleh simpanan Fe di dalam tubuh,
diasupan anak. defisiensi Fe
absorbsi Fe dan Fe yang hilang.
(2004),
menjelaskan
6
4.
Distribusi
Tingkat
Asupan
persentase asupan (%)
Vitamin A
50
40
30
20
10
0
defisit
kurang
ringan
normal
lebih
STUNTING
34,4
12,5
28,1
15,6
9,4
NON STUNTING
21,9
3,1
6,3
46,9
21,9
Gambar 4. Distribusi Asupan Vitamin A antara Anak SD Stunting dan Non Stunting
Almatsier (2009) menjelas-
Berdasarkan Gambar 4 dapat
disimpulkan bahwa tingkat asupan
kan bahwa defisiensi vitamin A
vitamin A defisit pada anak SD
primer terjadi akibat kurang asupan
stunting lebih besar daripada anak
atau
SD non stunting. Tingkat asupan
adanya gangguan penyerapan dan
vitamin A anak SD stunting sebesar
penggunaan
34,4% dan untuk anak SD non
kebutuhan yang meningkat ataupun
stunting adalah sebesar 21,9%.
karena
defisiensi
sekunder
di
adanya
karena
dalam
tubuh,
gangguan
pada
konversi karoten menjadi vitamin A.
persen asupan (%)
5. Distribusi Tingkat Asupan Zn
60
50
40
30
20
10
0
defisit
kurang
STUNTING
46,9
21,9
NON STUNTING
9,4
15,6
ringan
normal
lebih
3,1
28,1
0
12,5
56,3
6,3
stunting. Sumber Zn yang paling
Gambar 5. Distribusi Asupan Zn antara Anak SD Stunting dan Non
Stunting
Berdasarkan Gambar 5 dapat
besar
daripada
anak
SD
non
disimpulkan bahwa tingkat asupan
stunting. Tingkat Asupan Zn defisit
Zn defisit anak SD stunting lebih
pada anak SD stunting sebesar
7
46,9% sedangkan pada anak SD
nabati juga terdapat kandungan Zn,
non stunting sebesar 9,4%. Hal ini
seperti serealia tumbuk dan kacang-
berkaitan
kacangan namun dalam hal ini
dengan
frekuesi
asupan
kurangnya
makanan
yang
memiliki
ketersediaan
biologik
mengandung Zn pada anak non
rendah. Defisiensi Zn pada anak
stunting. Sumber Zn yang paling
akan mempengaruhi tubuh pendek
baik berasal dari sumber protein
dan
hewani seperti daging, hati, kerang
vitamin A (Almatsier, 2009).
mengganggu
metabolisme
dan telur. Bahan sumber protein
6. Perbedaan Tingkat Asupan Energi antara Anak SD Stunting dan
Non Stunting
Tabel 1. Perbedaan Tingkat Asupan Energi antara Anak SD Stunting dan Non
Stunting
Status Gizi
N
Mean
Min
Max
SD
Anak SD
Stunting
32
77.05
50.23
123.29
48.40
Non Stunting 32
93.63
69.16
107.20
9.82
p-value : 0.000
Berdasarkan Tabel 1 hasil
uji
statistik
Independent
menggunakan
Sample
T
uji
penelitian ini sumber energi yang
dikonsumsi
oleh
kedua
sampel
Test,
tidaklah jauh berbeda. Keduanya
didapatkan dengan nilai p sebesar
sama-sama mengkonsumsi sumber
0.000 yang berarti ada perbedaan
energi dari karbohidrat, protein dan
tingkat asupan energi antara anak
lemak seperti nasi, telur, daging
SD stunting dan non stunting di
ayam, tempe, tahu dan sayuran,
wilayah Kecamatan Kartasura.
yang
Menurut Departemen Gizi
membedakannya
jumlah
bahan
adalah
makanan
yang
dan Kesehatan Masyarakat (2013),
diasupan anak. Rata-rata jumlah
bahwa ketidakseimbangan masukan
bahan makanan yang diasupan oleh
energi
yang
anak SD non stunting (1921,29
lama
kkal/hari)
dengan
berlangsung
akan
kebutuhan
dalam
jangka
menimbulkan
kesehatan
anak
masalah
anak
terutama
kkal/hari).
lebih
SD
banyak
stunting
daripada
(1540,49
pertumbuhan anak. Data hasil
8
7. Perbedaan Tingkat Asupan Protein antara Anak SD Stunting dan
Non Stunting
Tabel 2. Perbedaan Tingkat Asupan Protein antara Anak SD Stunting dan Non
Stunting
Status Gizi
N
Mean
Min
Max
SD
Anak SD
Stunting
32
79.48
46.55
128.75
22.92
Non Stunting
32
99.60
68.34
168.95
18.77
p-value : 0.000
Berdasarkan Tabel 2 hasil
uji statistik dengan menggunakan uji
Independent
Sample
T
Test,
didapatkan dengan nilai p sebesar
0.000 yang berarti ada perbedaan
tingkat asupan protein antara anak
SD stunting dan non stunting di
wilayah
Kecamatan
Terdapatnya
Kartasura.
perbedaan
asupan
protein antara anak SD stunting dan
non
stunting
dalam
penelitian
diketahui dari jumlah dan sumber
protein
yang
dikonsumsi.
stunting
memmpunyai
asupan
protein
lebih
Anak
rata-rata
rendah
dibanding anak non stunting yaitu
masing-masing 44.89 gr/hari dan
57.09 gr/hari. Data hasil penelitian
bahan
makanan
sumber
protein
yang dikonsumsi oleh kedua sampel
tidaklah jauh berbeda. Keduanya
sama-sama
mengasupan
sumber
protein hewani dan nabati, namun
ada perbedaan selai pada jumlah
yaitu jenis bahan sumber protein
hewani yang diasupan anak non
stunting lebih sering daripada anak
stunting,
sumber
protein
hewani
diantaranya susu, daging, sosis,
ayam,
telur
dibandingkan
anak
stunting lebih sering mengasupan
tahu dan tempe untuk makanan
sehari-hari.
8.
Perbedaan Tingkat Asupan Fe antara Anak SD Stunting dan
Non Stunting
Tabel 3. Perbedaan Tingkat Asupan Fe antara Anak SD Stunting dan Non
Stunting
Status Gizi
Anak SD
Stunting
Non Stunting
N
Mean
Min
32
32
60.48
78.58
30.50
24.07
Max
SD
95.54
107.62
21.26
17.59
P-value : 0.000
9
Berdasarkan Tabel 3 hasil uji
Terdapatnya
perbedaan
statistik dengan menggunakan uji
asupan Fe antara anak SD stunting
Independent
Test,
dan non stunting dapat dilihat dari
didapatkan dengan nilai p sebesar
hasil recall 24 jam dimana anak non
0.000 yang berarti ada perbedaan
stunting
tingkat asupan Fe antara anak SD
makanan sumber Fe dari sumber
stunting dan non stunting di wilayah
protein hewani sedangkan untuk
Kecamatan Kartasura. Hal ini dapat
anak stunting jarang mengkonsumsi
disebabkan karena rendahnya Fe
telur, sayuran hijau dan buah.
Sample
T
sering
mengkonsumsi
yang terdapat di dalam makanan,
sehingga
penye-rapan
Fe
akan
berkurang (Linder, 2010).
9. Perbedaan Tingkat Asupan Vitamin A antara Anak SD Stunting dan
Non Stunting
Tabel 4. Perbedaan Tingkat Asupan Vitamin A antara Anak SD Stunting dan Non
Stunting
Status Gizi
N
Mean
Min
Max
SD
Anak SD
Stunting
32
76.61
28.98
161.53
30.46
Non Stunting
32
96.75
46.25
159.38
27.30
p-value : 0.007
Berdasarkan
Tabel
4
hasil
uji
membentuk
email
statistik dengan menggunakan uji
pertumbuhan
Independent
defisiensi
Sample
T
Test,
gigi.
dalam
Akibat
vitamin
A
dari
dapat
didapatkan dengan nilai p sebesar
menyebabkan pertumbuhan tulang
0.007 yang berarti ada perbedaan
terhambat dan bentuk tulang tidak
tingkat asupan vitamin A antara
normal (Almatsier, 2009).
anak SD stunting dan non stunting di
wilayah
Kecamatan
Kartasura.
Vitamin
A mempunyai
pengaruh
Hasil penelitian ini anak
stunting lebih sedikit jumlah asupan
vitamin
A
dibanding
terhadap sintesis protein, sehingga
penelitian
diketahui
juga
makanan
yang
berpengaruh
pertumbuhan
dibutuhkan
sel.
untuk
terhadap
Vitamin
anak
dari
non
sumber
dikonsumi.
Anak
A
stunting yaitu masing-masing 397,25
pertumbuhan
µg/hari dan 571,13 µg/hari. Sumber
tulang dan sel epitel yang
vitamin A terdapat pada hati ayam,
10
kuning telur, susu dan mentega,
dari jumlah Zn yang diasupan oleh
sedangkan sumber karoten terdapat
anak
pada sayuran berwarna hijau tua
sebanyak 4,18 g/hari sedangkan
dan buah-buahan berwarna kuning-
anak SD non stunting sebanyak 6,18
jingga seperti daunsingkong, kacang
g/hari.
yaitu
anak
SD
stunting
panjang, kangkung, bayam, buncis,
wortel, tomat, papaya dan jeruk.
10. Perbedaan Tingkat Asupan Zn antara Anak SD Stunting dan
Non Stunting
Tabel 5. Perbedaan Tingkat Asupan Zn antara Anak SD Stunting dan Non Stunting
Status Gizi
N
Mean
Min
Max
SD
Anak SD
Stunting
32
69.50
40.00
111.67
22.56
Non Stunting
32
93.63
30.67
150.83
25.06
p-value : 0.000
Berdasarkan table 5 hasil uji
Anak
stunting
jarang
statistik dengan menggunakan uji
mengasupan
makanan
sumber
Independent
Test,
protein hewani, sedangkan anak non
diperoleh nilai p sebesar 0.000 yang
stunting lebih sering hal ini juga
berarti
dipengaruhi oleh keadaan ekonomi
Sample
ada
T
perbedaan
tingkat
asupan Zn antara anak SD stunting
keluarga.
dan
non
stunting
Penelitian
ini
sejalan
di
wilayah
dengan penelitian dari beberapa ahli
Kartasura.
Seng
di Indonesia pada tahun 2005 di
merupakan zat gizi mikro yang
Kedungjati-grobogan pada anak SD,
mempunyai peran esensial di dalam
ditemukan anak yang mengalami
fungsi
mempunyai
defesiensi Zn sebesar 33,3%.
peran sebagai sintesis DNA dan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kecamatan
tubuh.
Seng
RNA.
KESIMPULAN
Defesiensi
Zn
dapat
mengganggu metabolisme vitamin A
(Almatsier,
2009).
terdapat
pada
sumber
protein
daging,
hati,
Sumber
bahan
makanan
hewani
kerang
Zn
dan
seperti
telur.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
tingkat
asupan
energi,
protein, Fe, Vitamin A, Zn yang
defisit anak SD stunting adalah 41%,
44%, 66%, 34%, 47% dan anak SD
non stunting adalah sebesar 3%,
Perbedaan tingkat asupan Zn dilihat
11
6%, 28%, 22%, 9% di wilayah
Pengembangan
Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
Kesehatan.Jakarta.
Ada
perbedaan
asupan
Hadi, H., Stoltzfus, RJ.,Dibley, MJ.,
energi, protein dan zat gizi mikro
Moulton,
(Fe, vitamin A dan Zn) antara anak
Kjohede, CL danSadjimin, T.
SD stunting dan non stunting di
2000.
wilayah
Supplementation Selectively
kecamatan
Kartasura
LH.,
West,
KP.,
Vitamin
A
kabupaten Sukoharjo.
Improves the Linear Growth
SARAN
of
Puskesmas
melakukan
diharapkan
program
Indonesian
Children:
Preschool
Result
from
a
kerja
Randomized Controlled Tial.
pengukuran status gizi (TB/U, BB/U,
Am J ClinNutr 2000;71:507-
BB/TB)
13. Diakses 1 Maret 2013.
secara
berkala
pada
sekolah-sekolah khususnya tingkat
Hidayati, L., Hadi, H., dan Kumara,
sekolah dasar untuk mendeteksi dini
A. 2010. Kekurangan Energi
status
dasar
dan
dapat
Faktor
gizi
sehingga
anak
sekolah
masalah
gizi
ditanggulangi dengan cepat.
Zat
Gizi
merupakan
Resiko
Kejadian
Stunted pada Anak Usia 1-3
Tahun
yang
Tinggal
di
DAFTAR PUSTAKA
Wilayah Kumuh Perkotaan
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar
Surakarta. Jurnal Kesehatan,
Ilmu Gizi.Gramedia Pustaka
ISSN 1979-7621. Vol. 3 No.
Utama.Jakarta.
1Juni 2010; 89-104. Diakses
Barasi, M E. 2007. At a Glance Ilmu
Gizi.Erlangga.Jakarta.
10 September 2013.
Kementerian Kesehatan RI. 2010.
Departemen Gizi dan Kesehatan
Keputusan
Menteri
Masyarakat. 2013. Gizi Dan
Kesehatan
Republik
Kesehatan
Indonesia
Masyarakat.
Rajawali Pers.Jakarta.
Nomor:
1995/Menkes/SK/XII/2010.
Depkes. 2010. Laporan Hasil Riset
Jakarta : Direktorat Jenderal
Kesehatan
Dasar
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu
(RISKESDAS).
Badan
dan Anak.
Penelitian
dan
Nasution,
E.
Suplementasi
2004.
Zn
Efek
dan
Fe
12
pada
Pertumbuhan
Digitized
by
USU
Anak.
Linear Growth and Reducen
digital
Peripheal
library.
Adiposity
in
School-age Children in Rural
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
Nepal. American Society for
Penelitian Kesehatan. Rineka
Nutrition,90:132-40.Diakses 5
Cipta.Jakarta.
Mei 2013.
Rafiludin,
MZ.
2002.
Pengaruh
Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk
Suplementasi Besi dan Seng
Kesehatan Ibu dan Anak.
melalui
Graha Ilmu. Yogyakarta.
Makanan
Jajanan
terhadap Perubahan Status
Tembaga pada Anak Sekolah
Dasar yang Pendek. UNDIP.
Semarang.
Sastroasmoro,
S
dan
S.1995.
Ismael,
Dasar-Dasar
Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta : Binarupa Aksara.
Sjostrom, ES., Ohlund, I., Ahlsson,
F., Norman, M., Engstrom,
E., Hellstrom, A., Fellman, V.,
Ollager, E dan Domellof, M.
2012. Effects of Postnatal
Energi
and
Intakes
on
Macronutrient
Growth
in
Extremely Preterm Infants: a
Popoulation-Based
Study.
Adc Dis Child 2012;97(Suppl
2):A1-A539.bmj.com diakses
1 Januari 2014.
Stewart, CP., Christian, P., Leclerq,
SC., West, KP.,Khatry, SK.
2009.
Antenatal
Suplementation
Acid
+Iron+Zinc
With
Folic
Improves
13
Download