MODUL PERKULIAHAN Hegemoni Budaya Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Broadcasting Tatap Muka 11 Kode MK Disusun Oleh MK43011 Dicky Andika, M.Si Abstract Kompetensi Membahas gambaran secara umum dari Komunikasi Antarbudaya, memahami dimensi waktu Setelah memperoleh materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan kembali tentang dimensi waktu Akulturasi Proses yang dilalui individu-individu untuk memperoleh aturan-aturan (budaya) komunikasi dimulai pada masa awal kehidupan sampai akhir hayatnya disebut dengan internalisasi. Melalui proses sosialisasi dan pendidikan, pola-pola budaya ditanamkan ke dalam system syaraf dan menjadi bagian kepribadian dan perilaku kita (Adler, 1976). Proses belajar yang terinternalisasikan ini memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan anggota-anggota budaya lainnya yang juga memiliki pola-pola komunikasi serupa. Proses memperoleh pola-pola demikian oleh individu-individu itu disebut enkulturasi (Herkovits, 1966 : 24) atau istilah-istilah serupa lainnya, seperti pelaziman budaya (cultural conditioning) dan pemograman budaya (cultural programming). Proses sosialisasi adalah semua tindakan individu yang menempati berbagai kedudukan dalam masyarakat yang dijumpai seseorang dalam kehidupannya sehari-hari sejak ia dilahirkan, dicerna olehnya sehingga individu tersebut akan menjadikan pola-pola tindakan tersebut sebagai bagian dari kepribadiannya (Talcott & Parsons dalam Koentjaraningrat, 2003 : 143). Proses enkulturasi adalah proses belajar dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adat, system, norma, serta semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan seseorang (Koentjaraningrat, 2003 : 145). Proses ini telah dimulai sejak awal kehidupan, yaitu dalam lingkungan keluarga, kemudian dalam lingkungan yang makin lama makin luas. Pada awalnya seorang anak kecil mulai belajar dengan cara meniru tingkah laku orang sekitar, yang lama kelamaan menjadi pola yang mantap dan norma yang ‘13 2 Nama Mata Kuliah dari Modul Dicky Andika Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mengatur tingkah lakunya “dibudayakan”. Selain dalam lingkungan keluarga, norma-norma dapat pula dipelajarinya dari pengalamannya bergaul dengan sesama warga masyarakatnya dan secara formal di sekolah. Tentu saja dalam suatu masyarakat ada individu-individu yang mengalami berbagai hambatan dalam proses internalisasi, sosialisasi dan enkulturasinya, sehingga individu demikian akan mengalami kesukaran dalam menyesuaikan kepribadiannya dengan lingkungan social sekitar. Individu demikian cenderung untuk senantiasa menghindari norma-norma dan aturan-aturan masyarakatnya, dan hidupnya selalu diwarnai konflik dengan orang lain. Individu-individu semacam itu disebut deviants. Deviants merupakan factor yang sangat penting, karena dapat merupakan sumber dari berbagai kejadian dalam masyarakat dan kebudayaan yang bersifat positif dan negative. Positif karena merupakan perubahan dan pembaruan dari adat istiadat yang telah kuno. Negatif, karena berbagai ketegangan dalam masyarakat yang menjelma sebagai permusuhan antar golongan, berbagai macam penyakit jiwa, peristiwa-peristiwa bunuh diri, kejahatan dan demoralisasi dan sebagainya. Hubungan antarabudaya dan individu, seperti dalam proses enkulturasi, membangkitkan kemampuan manusia yang besar untuk menyesuaikan dirinya dengan keadaan. Secara bertahap imigran belajar menciptakan situasi-situasi dan relasi-relasi yang tepat dalam masyarakat pribumi sejalan dengan berbagai transaksinya yang ia lakukan dengan orang lain. Pada saatnya, imigran akan menggunakan cara-cara berperilaku masyarakat pribumi untuk menyesuaikan diri dengan pola-pola yang diterima masyarakat setempat; penyesuaian diri yang ia lakukan dengan lebih teliti. Perubahan-perubahan perilaku juga terjadi ketika seorang imigran menyimpang dari pola-pola budaya lama yang dianutnya dan mengganti pola-pola lama tersebut dengan pola-pola baru dalam budaya pribumi. Proses enkulturasi kedua yang terjadi pada imigran biasanya disebut akulturasi (acculturation). Akulturasi merupakan proses social yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsure- ‘13 3 Nama Mata Kuliah dari Modul Dicky Andika Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsure-unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu (Koentjaraningrat, 2003 : 155). Hasil dari proses akulturasi itu tampak dalam berpakaian, bahasa, kesenian dan sebagainya. Proses akulturasi memang sudah ada sejak dulu kala, tapi proses akulturasi dengan sifat yang khusus baru ada ketika kebudayaankebudayaan bangsa-bangsa Eropa Barat mulai menyebar ke daerah-daerah lain di muka bumi pada awal abad ke-15, dan mulai memengaruhi masyarakatmasyarakat bangsa di Afrika, Asia, Oceania, Amerika Utara dan Amerika Latin. Mereka membangun pusat-pusat kegiatan di berbagai tempat di sana, yang menjadi pangkal dari pemerintah-pemerintah jajahan, dan yang pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mencapai kejayaannya. Hasil yang tampak sekarang ini adalah bahwa sudah hampir tidak ada suku bangsa yang terhindar dari pengaruh-pengaruh unsure-unsur kebudayaan Eropa. Saat ini pengaruh unsureunsur kebudayaan Amerika dan Eropa yang juga di sebut “modernisasi” itu dialami oleh hampir seluruh warga suku bangsa di Afrika, Asia secara sangat intensif, bahkan sampai menyentuh system, norma dan nilai budaya mereka. Variabel-Variabel Komunikasi dalam Akulturasi Salah satu kerangka konseptual yang paling komprehensif dan bermanfaat dalam menganalisis akulturasi seorang imigran dari perspektif komunikasi terdapat pada perspektif system yang dielaborasi oleh Ruben (1975). Dalam perspektif system, unsure dasar suatu system komunikasi manusia teramati ketika orang secara aktif sedang berkomunikasi, berusaha untuk, dan mengharapkan berkomunikasi dengan lingkungan. Sebagai suatu system komunikasi terbuka, seseorang berinteraksi dengan lingkungan ‘13 4 Nama Mata Kuliah dari Modul Dicky Andika Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id melalui dua proses yang saling berhubungan ; komunikasi persona dan komunikasi social. Komunikasi Persona Komunikasi Persona (atau intrapersonal) mengacu kepada proses-proses mental yang dilakukan orang untuk mengatur dirinya sendiri dalam dan dengan lingkungan sosio-budayanya, mengembangkan cara-cara melihat, mendengar, memahami, dan merespons lingkungan. Variabel-variabel komunikasi persona terpenting dalam akulturasi : Kompleksitas struktur kognitif imigran dalam memersepsi lingkungan pribumi. Selama fase-fase awal akulturasi, persepsi seseorang imigran atas lingkungan pribuminya relative sederhana; persepsi imigran atas lingkungannya yang asing itu menunjukkan stereotistereotip kasar. Namun, setelah imigran mengetahui imigran lebih jauh, persepsi menjadi lebih halus dan kompleks, memungkinkannya menemukan banyak variasi dalam lingkungan pribumi. Fungsi pengetahuan tentang system komunikasi pribumi terbukti penting dalam meningkatkan partisipasi seorang imigran dalam jaringanjaringan komunikasi antarpersona dan komunikasi massa yang terdapat pada masyarakat pribumi. Citra Diri. Citra diri imigran yang berkaitan dengan citra-citra imigran tentang lingkungannya; masyarakat pribumi dan budaya aslinya. Motivasi akulturasi. Mengacu kepada kemauan imigran untuk belajar tentang, berpartisipasi dalam, dan diarahkan menuju system sosiobudaya pribumi. Komunikasi Sosial ‘13 5 Nama Mata Kuliah dari Modul Dicky Andika Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Komunikasi social dapat dikategorikan lebih jauh ke dalam komunikasi antarpersona dan komunikasi massa. Komunikasi antarpersona seorang imigran dapat diamati melalui derajat partisipasinya dalam hubungan-hubungan antarpersona dengan anggota-anggota masyarakat pribumi. Lebih jauh lagi menjabarkan komunikasi verbal dan nonverbalnya yang khusus dalam berinteraksi dengan anggota-anggota masyarakat pribumi. Komunikasi massa memainkan peranan penting dalam memperluas pengalaman-pengalaman imigran dalam masyarakat pribumi di luar lingkungan yang dapat dijangkaunya. Melalui komunikasi massa, seorang imigran mengetahui lebih jauh tentang berbagai unsure dalam system sosio-budaya pribumi. Dalam menyiarkan pesan-pesan yang merefleksikan aspirasi-aspirasi, mitos-mitos, kerja dan bermain, serta isu-isu spesifik dan peristiwa-peristiwa dalam masyarakat pribumi. Media secara eksplisit membawa nilai-nilai masyarakat (societal values), norma-norma perilaku, dan perspektif-perspektif tradisional untuk menafsirkan lingkungan. Lingkungan Komunikasi Komunikasi persona dan komunikasi social seorang imigran dan fungsi komunikasi-komunikasi tersebut tidak dapat sepenuhnya dipahami tanpa dihubungkan dengan lingkungan komunikasi masyarakat pribumi. Apakah imigran tinggal di desa atau kota metropolitan, tinggal di daerah miskin atau kaya, bekerja sebagai buruh pabrik atau eksekutif, semua itu merupakan kondisikondisi lingkungan yang mungkin secara signifikan memengaruhi perkembangan sosio-budaya yang akan dicapai imigran. Pada akhirnya masyarakat pribumilah yang memberikan kebebasan atau keluwesan kepada imigran-imigran minoritas untuk menyimpang dari pola-pola budaya masyarakat pribumi yang dominant dan untuk mengembangkan lembaga-lembaga etnik. Arah perilaku yang diharapkan dari proses hubungan antarbudaya, baik dari dua budaya atau multibudaya, sangat tergantung dari tipe budaya orang yang ditemui. Sebagai contoh, dua orang pebisnis berkebangsaan Inggris dan ‘13 6 Nama Mata Kuliah dari Modul Dicky Andika Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Iran sedang berada di Perancis. Mereka saling mengharapkan agar dapat mengakulturasikan kebudayaannya masing-masing ke dalam kebudayaan baru, Perancis. Keduanya bekerja sangat tertutup satu sama lain dengan kebudayaan mereka sendiri. Mereka mengharapkan agar kebiasaan berbasa-basi dalam “cocktail party” ala Eropa yang diawali dengan minuman alcohol tidak perlu diadakan karena hal itu tidak bisa diterima oleh orang Iran. Cerita tersebut menggambarkan bahwa penerapan perilaku-perilaku yang diharapkan biasa muncul di saat kita bertemu dengan lawan bicara yang berasal dari kebudayaan lain. Pertemuan orang Inggris dan Iran di Perancis itu baru diawali oleh perbedaan bangsa, kita belum melihat variable system social yang menjadi latar belakang dua orang tersebut, seperti status ekonomi, jenis kelamin, usia dan lain sebagainya. Bila semakin banyak perbedaan atas variable status social, akan semakin sukar kita menentukan arah perilaku yang diharapkan, dan akan semakin sukar pula terjadinya proses akulturasi antara dua atau lebih kebudayaan. Dengan demikian, akulturasi antarindividu dan kelompok menentukan orientasi budaya individu. Potensi Akulturasi Beberapa factor yang dianggap penting dalam memberi andil kepada potensi akulturasi yang besar, antara lain : 1. Kemiripan Kemiripan antara budaya asli (imigran) dan budaya pribumi mungkin merupakan factor terpenting yang menunjang potensi akulturasi. Seorang imigran dari Kanada ke Amerika, akan mempunyai potensi akulturasi yang lebih besar daripada seorang imigran Vietnam dari Asia Tenggara. Bahkan dua imigran dari budaya yang sama mungkin mempunyai latar belakang subkultur yang berbeda. Seorang imigran dari kota akan ‘13 7 Nama Mata Kuliah dari Modul Dicky Andika Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mempunyai potensi akulturasi yang lebih besar daripada seorang petani dari desa. 2. Demografik Usia dan latar belakang pendidikan sangat berhubungan dengan potensi akulturasi. Imigran yang lebih tua umumnya mengalami lebih banyak kesulitan dalam menyesuaikan diri diri dengan budaya baru. Pendidikan, terlepas dari konteks budayanya, ternyata memperbesar kapasitas seseorang untuk menghadapi pengalaman baru dan mengatasi tantangan hidup. 3. Kepribadian Faktor kepribadian, seperti suka berteman, toleransi, mau mengambil resiko, keluwesan kognitif, keterbukaan dan sebagainya. Karakteristikkarakteristik kepribadian ini dapat membantu imigran membentuk persepsi, perasaan dan perilakunya yang memudahkan dalam lingkungan yang baru. 4. Pengetahuan Pengetahuan imigran tentang budaya pribumi sebelum berimigrasi yang diperoleh dari kunjungan sebelumnya, kontak-kontak antarpersona, dan lewat media massa, juga dapat mempertinggi potensi akulturasi imigran. Asimilasi Akulturasi merupakan proses penyesuaian diri pendatang (imigran) kemudian mengoper budaya pribumi yang akhirnya mengarah pada asimilasi. ‘13 8 Nama Mata Kuliah dari Modul Dicky Andika Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Asimilasi merupakan derajat tertinggi akulturasi yang secara teoritis mungkin terjadi. Bagi kebanyakan imigran, asimilasi mungkin menjadi tujuan sepanjang hidup. Asimilasi adalah suatu proses social yang terjadi pada golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda setelah bergaul secara intensif, sehingga sifat khas dari unsure-unsur kebudayaan golongan-golongan itu masing-masing berubah menjadi unsure-unsur kebudayaan campuran (Koentjaraningrat, 2003 : 160). Dalam peristiwa seperti itu biasanya golongan minoritas yang berubah dan menyesuaikan diri dengan golongan mayoritas, sehingga sifat-sifat khas dari kebudayaannya lambat laun berubah dan menyatu dengan kebudayaan golongan mayoritas. Di Amerika Serikat yang dibanjiri banyak pendatang dari berbagai negeri, menganggap bahwa asimilasi merupakan suatu proses linear yang menandai hubungan antara kelompok-kelompok minoritas dan kelompok dominant. Ia juga dianggap sebagai akibat pengaruh dari masyarakat pribumi atas kelompok-kelompok minoritas sebagai suatu proses searah. Ide ini sering di sebut Amerikanisasi (Americanization) atau Konformitas Anglo (Anglo Conformity) atau sekedar Konformitas Pribumi (The Host Comformity) yang akan diperoleh bila kelompok-kelompok minoritas berasimilasi sepenuhnya ke dalam budaya dominant. Pergaulan intensif saja belum tentu mengakibatkan terjadinya suatu proses asimilasi, tanpa adanya toleransi dan simpati antara kedua golongan. Contoh, orang Tiong Hoa di Indonesia yang walaupun telah bergaul secara intensif dengan pribumi bangsa Indonesia sejak beberapa abad, belum seluruhnya terintegrasi ke dalam masyarakat dan kebudayaan Indonesia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses asimilasi timbul bila ada : ‘13 Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya. 9 Nama Mata Kuliah dari Modul Dicky Andika Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Orang-perorangan sebagai warga kelompok-kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama, sehingga Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri. Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya asimilasi, antara lain : Toleransi Kesempatan-kesempatan di bidang ekonomi yang sama Suatu sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya Sikap yang terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan Perkawinan campuran Adanya musuh bersama dari luar Faktor-faktor umum yang dapat menjadi penghalang terjadinya asimilasi : Terisolirnya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi tersebut Perasaan bahwa suatu kebudayaan yang satu lebih tinggi dari kebudayaan lain (etnosentrisme) Perbedaan badaniah/fisik In-group feeling yang kuat Apabila golongan minoritas mangalami gangguan dari golongan yang berkuasa ‘13 10 Perbedaan kepentingan dan pertentangan pribadi Nama Mata Kuliah dari Modul Dicky Andika Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka 1. Beer, Jennifer, Intercultural Communication at Work, Washington, 1997. 2. Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003. 3. Rumondor, Alex dkk, Komunikasi Antarbudaya, Universitas Terbuka, Jakarta, 1996. 4. Mulyana, Deddy, Komunikasi Efektif; Suatu Pendekatan Lintasbudaya, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004. ‘13 11 Nama Mata Kuliah dari Modul Dicky Andika Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id