HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN PERILAKU

advertisement
HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN PERILAKU BERHUTANG
(DISSAVING)
SKRIPSI
Oleh:
Kukuh Prasetyo Wibowo
201110230311128
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
2016
HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN PERILAKU BERHUTANG
(DISSAVING)
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)
SKRIPSI
Oleh:
Kukuh Prasetyo Wibowo
201110230311128
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
2016
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Skripsi
2.
3.
4.
5.
: Hubungan Compulsive Buying dengan Perilaku Berhutang
(Dissaving).
: Kukuh Prasetyo Wibowo
: 201110230311128
: Universitas Muhammadiyah Malang
: 20 Juni 2016 – 27 Juni 2016
Nama Peneliti
NIM
Perguruan Tinggi
Waktu Penelitian
Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal
Dewan Penguji
Ketua Penguji
: Diah Karmiyati, Dr. M.Si
Anggota Penguji : Nida Hasanati, Dr. M.Si
Adhyatman Prabowo, S.Psi, M.Psi
M. Shohib, S.Psi, M.Si
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Diah Karmiyati, M. Si
M. Shohib, S.Psi, M. Si
Malang,
Mengesahkan
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Dra. Tri Dayakisni, M.Si
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Kukuh Prasetyo Wibowo
Nim
: 201110230311128
Fakultas / Jurusan
: Psikologi
Perguruan Tinggi
: Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :
Hubungan Compulsive Buying dengan Perilaku Berhutang (Dissaving)
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk
kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak
bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya dan apabila pernyataan ini
tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang – undang yang berlaku.
Mengetahui
Malang, 23 Juli 2016
Ketua Program Studi
Yang Menyatakan
Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si
Kukuh Prasetyo Wibowo
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Puji Syukur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Compulsive Buying dengan Perilaku Berhutang
(Dissaving)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas
Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang.
2. Dr. Diah Karmiyati, M.Si dan M. Shohib, M. Si selaku Pembimbing I dan Pembimbing II
yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat
berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Dr. Diah Karmiyati, M.Si selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberi pengarahan
sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
4. Alm. Imam Hidayat dan Tutik Wahyuni selaku orang tua serta Kakak-kakakku tercinta, Rizky
Retnaning E, Bayu Eka I dan Himawan Primaditya, Rezka Farah Walidah yang telah
mendukung, bersabar dan memberikan do‟a serta kasih sayang sehingga penulis dapat
berjuang menyelesaikan skripsi ini hingga tuntas.
5. Sahabat terbaik Lucy dan Rusy yang selalu mendukung serta memberikan saran dan bantuan
kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman terdekat Alen, Aris, Bayu, Eky, Riga, dan Uchie yang selalu memberikan semangat,
membantu penulis mendapatkan subjek untuk skripsi ini, serta membantu penulis ketika
mengalami permasalahan yang berkaitan dengan jalannya penelitian ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan
bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran
demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
Malang, 23 Juli 2016
Penulis
Kukuh Prasetyo Wibowo
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 2
LANDASAN TEORI .......................................................................................................... 4
METODE PENELITIAN.................................................................................................... 7
A. RANCANGAN PENELITIAN ................................................................................ 7
B. SUBJEK PENELITIAN ........................................................................................... 7
C. VARIABEL DAN INSTRUMENT PENELITIAN ................................................. 8
D. PROSEDUR PENELITIAN .................................................................................... 9
HASIL PENELITIAN ........................................................................................................ 10
DISKUSI ............................................................................................................................. 11
SIMPULAN DAN IMPLIKASI ......................................................................................... 14
REFFERENSI ..................................................................................................................... 14
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Populasi dan Sampel Subjek Penelitian ................................................................ 8
Tabel 2. Indeks Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ........................................ 9
Tabel 3. Korelasi Product Moment Compulsive Buying Dengan Perilaku Berhutang ....... 10
Tabel 4. Deskripsi Statistik ................................................................................................. 11
vi
DAFTAR LAMPIRAN
BLUEPRINT....................................................................................................................... 18
SKALA .............................................................................................................................. 21
VALIDITAS DAN RELIABILITAS ................................................................................. 23
KORELASI PRODUCT MOMENT DAN DESKRIPSI STATISTIK .............................. 28
DATA EXCEL KORELASI PRODUCT-MOMENT ......................................................... 29
vii
HUBUNGAN ANTARA COMPULSIVE BUYING DENGAN PERILAKU
BERHUTANG
Kukuh Prasetyo Wibowo
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
[email protected]
ABSTRAK
Perilaku berhutang menjadi sebuah kegiatan sebagai pendukung dalam pemenuhan kebutuhan
yang mampu meningkatkan popularitas dirinya tersebut. Perilaku berbelanja yang dilakukan
secara tidak terencana dan dilakukan secara berulang yaitu perilaku compulsive buying ini
mampu menurunkan kemampuan finansial seseorang sehingga menyebabkan individu tersebut
memilih untuk melakukan perilaku berhutang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
seberapa kuat keterkaitan perilaku compulsive buying sehingga menjadi faktor seseorang dalam
melakukan perilaku berhutang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan subjek
penelitian yaitu mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang. Pengambilan sampel penelitian
ini menggunakan teknik Propotionate Cluster Sampling yang dimana populasi memiliki
kelompok tertentu secara proporsional. Adapun teknik analisis data menggunakan analisa data
korelasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara compulsive
buying dengan perilaku berhutang (r = 0.514; p = 0.000). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa compulsive buying memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku berhutang yang
dilakukan tiap individu terutama individu yang berada pada tingkat pendidikan strata 1.
Kata kunci: compulsive buying, perilaku berhutang, dissaving.
ABSTRACT
The behavior of the debtor becomes an activity as supporters in the fulfillment of the needs that
are able to increase the popularity of himself. Shopping behavior that is not done in a planned
and conducted repeated i.e. the behavior of compulsive buying is capable of lowering one's
financial ability thus causing these individuals choose to do behavior owes. The purpose of this
research is to find out how strong the Association behavior of compulsive buying so it becomes a
factor in the conduct of a person owed. This research uses a quantitative approach to the subject
of research i.e. student Muhammadiyah University of Malang. This research uses a sampling
technique Propotionate Cluster Sampling in which the population has a particular group
proportionally. As for the data analysis techniques using data analysis correlation. The results
showed the existence of a significant relationship between compulsive buying behavior owes (r =
0514; p = 0000). Thus it can be concluded that compulsive buying has a significant relationship
against the behavior of each individual debtor conducted primarily for individuals who are at the
level of the education strata 1.
Keyword: compulsive buying, dissaving behaviour, dissaving
1
Pada dasarnya manusia merupakan individu yang memiliki kepuasan yang tidak terbatas dengan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dalam diri mereka. Maka Maslow membuat teori hierarchy of
needs, yang menyebutkan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari 5 tingkatan, yaitu, kebutuhan
fisiologis, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan akan penerimaan diri, kebutuhan akan
penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan muncul
perasaan rendah diri, tidak berdaya, serta putus asa (Nugrahaini,2009). Dalam pemenuhan
kebutuhan tersebut, manusia tidak jauh dari yang namanya finansial guna memenuhi
kebutuhannya tersebut, seperti membeli pakaian, makanan, gadget, hingga alat trasnportasi guna
untuk memenuhi gaya hidup tersebut. Kebutuhan itu paling sering dilakukan dengan transaksi
jual-beli menggunakan uang.
Tanpa kita sadari kita sering sekali melakukan perilaku berhutang, baik karena tidak memiliki
uang ataupun karena memang kita malas untuk mengeluarkan uang milik kita. Seperti contoh,
saat kita ingin membeli suatu barang produksi namun uang kita ternyata kurang Rp.1000, maka
kita akan meminjam uang tersebut kepada teman kita. Contoh lain yaitu, saat kita sedang parkir
kendaraan, terkadang kita malas untuk mengeluarkan uang kita, maka kita akan meminjam uang
kepada teman kita untuk membayar tagihan parkir tersebut. Tanpa kita sadari juga, penggunaan
jasa kredit, merupakan perilaku berhutang dengan bunga yang cukup dibilang tinggi. Hal ini
diperoleh dari hasil wawancara dan observasi survey yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa responden (tahun 2015).
Tidak sedikit pula pihak jasa finance yang memberikan berbagai kemudahan untuk mendapatkan
barang-barang mewah mulai dari rumah, kendaraan bermotor, dan barang-barang elektronik
dengan menggunakan jasa program kredit. Dengan berbagai tawaran yang diberikan oleh pihak
finance atau bank, tidak sedikit masyarakat yang menggunakan program kredit tersebut. Mulai
dari program uang muka 10% hingga 0%, masyarakat sudah dapat menikmati barang yang
diinginkannya tersebut. Di United States sendiri, pengguna jasa kredit berada pada taraf yang
tinggi, dengan pendorong utama yaitu pada jasa hutang gadai yang meningkat antara pendapatan
kurang dari 36% menjadi lebih dari 66% dalam 3 tahun terakhir (Maki,2000).
Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, Lea, Webley, dan Levine pada tahun 1993,
menemukan bahwa tujuan orang berhutang adalah untuk memelihara dan meningkatkan gaya
hidupnya. Di Indonesia pada tahun 2008, kredit konsumsi yang disalurkan oleh bank mencapai
Rp. 1.297 trilyun (http://www.bi.go.id). Menurut William (dalam Nugrahaini, 2009), perilaku
berhutang yang “besar pasak daripada tiang”, yaitu kebiasaan berhutang yang melebihi dari
kemampuan membayar tersebut, memiliki beberapa dampak negatif dari berbagai aspek, baik
secara ekonomi, sosial, maupun psikologis dari pelaku hutang.
Pada penelitian Livingstone dan Lunt (1991), menunjukkan bahwa faktor perilaku merupakan
predictor penting dalam hutang dan pelunasan hutang. Sedangkan faktor psikologis, yang fokus
pada pertalian ekonomi, kemampuan mengendalikan otak, strategi pengelolaan, dan kesenangan
konsumen diketahui penting pula dan serangkaian praktek ekonomi spesifik juga terkait dengan
pengalaman berhutang. Peneliti mengatakan bahwa sampel yang diteliti yang terlibat hutang
sekitar 42% berhutang pada satu sumber, 23% berhutang pada 2 sumber, 18% memiliki 3
hutang, 13% memiliki 4 hutang, 4% mempunyai 5 hutang, dan 1% memiliki 6 hutang. Yang
mana sample terdiri dari 173 (62%) wanita dan 106 (38%) pria, yang kisaran usia dari 18-82
tahun, dengan usia rata-rata 44 tahun.
2
Dari hasil penelitian Prasadjaningsih (1998), menunjukkan mayoritas subjek memiliki perilaku
berhutang 63,1% yang didominasi oleh perempuan yang mencapai 69,2%, sedangkan kelompok
usia yang berhutang lebih didominasi oleh kelompok kawula muda (56,9%) dibanding kelompok
lainnya. Dari sisi pendidikan yang cenderung menunjukkan perilaku berhutang maupun tidak
adalah pada kategori status mahasiswa, tamat sarjana muda (48% yang berhutang, 40% tidak
berutang) kelompok yang menampilkan gaya hidup materialitas tergolong kelompok yang
menampilkan gaya hidup yang berfoya-foya.
Dari hasil penelitian Nugrahaini (2009), menunjukkan kemunculan perilaku dissaving
mahasiswa di Malang adalah 20% disebabkan oleh faktor gaya hidup hedonis, sedangkan 80%
disebabkan faktor lain seperti kiriman orang tua telat, jenis kelamin, faktor pribadi (usia terhadap
siklus hidup, pekerjaan, lingkungan, ekonomi, kepribadian, dan konsep diri) faktor budaya,
faktor psikologis (motivasi, persepsi, pembelajaan, dan sikap)
Selain itu, terdapat pula fenomena-fenomena bahwa pelaku hutang bukan hanya karena dalam
kondisi kekurangan. Dari penelitian yang dilakukan oleh Kempson (2002), menemukan fakta
yang mengejutkan, bahwa orang yang memiliki penghasilan yang dapat dibilang cukup tinggi
semakin berani berhutang/meminjam uang lebih banyak. Didukung dengan adanya fasilitas kartu
kredit yang telah banyak diberikan oleh pihak bank.
Tidak sedikit pula manusia yang meminjam uang atau berhutang demi memenuhi segala
keinginannya. Gaya hidup yang selalu ingin berfoya-foya, melakukan pembelian-pembelian
yang sering disebut dengan perilaku shopping. Hal ini sering sekali dijumpai di setiap daerah
perkotaan terutama pada daerah kota-kota besar. Asumsi tersebut didapat peneliti ketika salah
satu responden bercerita tentang pengalamannya, yaitu terlilit hutang yang menumpuk akibat
memenuhi hasrat hidup dalam berfoya-foya Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa perilaku
berbelanja ini sudah merupakan gaya hidup yang banyak dilakukan oleh tiap individu.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh peneliti, pusat perbelanjaan di daerah Kota Malang
sendiri selalu dipenuhi dengan individu tiap harinya. Sehingga hal ini memungkinkan bagi
individu tersebut untuk berperilaku belanja compulsif, yaitu melakukan tindakan berbelanja yang
pada awalnya tidak direncanakan yang didorong oleh adanya perasaan menyenangkan saat
melihat suatu produk tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lee and Workman (2015), menunjukkan
bahwa pelaku perilaku compulsive buying cenderung dilakukan oleh wanita daripada pria dan
partisipan dengan kecenderungan compulsive buying berada pada skor tertinggi pada brand
attachment dan brand loyalty daripada brand awareness. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
perilaku compulsive buying dapat terjadi akibat keterikatakan emosional individu pada suatu
merek tertentu, bukan pada kemampuan mengenali sebuah merek atau kesadaran diri individu
dalam mengenali atau mengingat suatu merek tertentu.
Pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Reisch, Gwozdz, & Raab (2010), menunjukkan
bahwa pelaku perilaku compulsive buying sering dilakukan oleh wanita daripada pria jika
ditinjau dari jenis kelamin. Sedangkan jika ditinjau dari usia, perilaku compulsive buying lebih
dominan pada kelompok usia 24-44 tahun dibanding dengan kelompok usia 45-60 tahun yang
memiliki prevelensi lebih rendah dalam melakukan perilaku compulsive buying.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Quoquab, Yasin, & Banu (2013),
menunjukkan bahwa perilaku compulsive buying dipengaruhi oleh pencitraan sosial atau dengan
3
kata lain peningkatan status sosial individu. Secara tidak langsung, setiap individu akan terfokus
pada pencitraan sosial mereka. Dengan demikan, individu tersebut cenderung membeli lebih
banyak produk yang memungkinkan bagi mereka untuk meningkatkan status sosial mereka yang
akhirnya mengarah pada perilaku compulsive buying.
Di Indonesia sendiri telah memiliki beberapa kota besar yang menyediakan fasilitas-fasilitas
seperti pusat perbelanjaan, salah satunya adalah Kota Malang, dimana di kota ini merupakan
destinasi wisata yang dapat dikatakan menjadi salah satu destinasi para turis mancanegara
maupun rakyat Indonesia sendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa di kota ini terdapat pusat
perbelanjaan yang mampu memanjakan mahasiswa untuk membeli produk-produk guna
meningkatkan kepopularitas mereka. Di Kota ini pula banyak mahasiswa yang hampir tidak
pernah absen dalam melakukan aktivitas seperti hangout dengan teman-temannya. Berdasarkan
survey peneliti, banyak mahasiswa yang melakukan aktivitas berbelanja, nongkrong di sebuah
cafe, hingga berwisata ke suatu lokasi wisata baik laki-laki maupun perempuan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk memenuhi kebutuhannya tersebut mahasiswa tersebut
memerlukan biaya yang tidak sedikit. Jika finansial yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut relatif
sedikit, maka mahasiswa tersebut tidak akan mampu memenuhi kebutuhannya tersebut, sehingga
mudah ditebak, bahwa untuk menunjang kebutuhannya tersebut, mahasiswa tersebut akan
melakukan tindakan berhutang, baik individu berjenis kelamin pria dan wanita.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, bahwa salah satu
penyebab perilaku berhutang adalah gaya hidup individu yang mengutamakan kemewahan dan
peningkatan status sosial dirinya baik melakukan kegiatan berkumpul di tempat mewah hingga
melakukan kegiatan berbelanja yang dimana hal tersebut merupakan salah satu predictor utama
dalam perilaku berhutang, yang dimana perilaku ini lebih sering dilakukan oleh mahasiswa
jenjang sarjana baik dalam kondisi ekonomi menengah ke bawah maupun menengah ke atas,
didukung dengan kondisi lingkungan perkotaan yang memanjakan para compulsive buyer untuk
melakukan aktivitas berbelanja, salah satunya adalah Kota Malang, yang dimana di kota ini
memiliki banyak destinasi pusat perbelanjaan. Sehingga hal tersebut menarik perhatian untuk
dilakukannya penelitian tentang “hubungan antara compulsive buying dengan perilaku
berhutang”, dengan tujuan agar peneliti mengetahui seberapa besar hubungan dari perilaku
kecenderungan compulsive buying terhadap perilaku berhutang (dissaving) pada mahasiswa
terutama pada mahasiswa yang menempuh pendidikan di kota Malang. Manfaat penelitian yaitu
memberikan tambahan kajian ilmu yang berkaitan dengan perilaku berhutang yang disebabkan
oleh perilaku compulsive buying pada mahasiswa, serta memberikan kontribusi dalam kehidupan
untuk menanggulangi perilaku berhutang guna memenuhi kesejahteraan hidup tiap individu.
Perilaku Berhutang (Dissaving)
Menurut Collins (1994), dissaving adalah pengeluaran untuk konsumsi yang lebih besar daripada
pendapatan, perbedaan ini dibayarkan dari tabungan sebelumnya. Seseorang individu akan
melakukan perilaku berhutang ketika pendapatan yang didapat lebih kecil daripada konsumsinya
atau disebut dengan dissaving. Menurut Keynes (Katona,1951), bila pendapatan suatu individu
meningkat, konsumsi pun akan meningkat pula, tetapi perubahan tingkat konsumsinya tidak
selalu sama besarnya dengan tingkat pendapatan, begitu pula sebaliknya. Ketika suatu
pendapatan individu menurun, penurunan konsumsinya tidak sebesar perubahan turunnya
pendapatan. Sedangkan menurut Katona (1951), dissaving ialah besar pengeluaran daripada
pendapatan yang diterima.
4
Dissaving sendiri adalah kelebihan pembelanjaan konsumsi diatas pendapatan disposisi. Salah
satu simpanan kekayaan yang diakumulasi dengan tabungan masa lalu yang berkurang atau
pinjaman yang mencadangkan penghasilan berikutnya (Nasution,1987). Selain itu, adapun
pengertian sederhana tentang hutang adalah uang yang dipinjam dari orang lain, dan ada
kewajiban membayar kembali apa yang dipinjam (Kamus Besar Indonesia, 1990, dalam
prasadjaningsih 1998). Dissaving juga disebut sebagai hutang yang mana hutang sering
disangkut pautkan dengan kegiatan kredit, memnjam, mengangsur, dan membeli tidak tunai.
Hornby mengemukakan bahwa hutang ialah pembayaran yang harus dipenuhi tapi belum
dibayarkan. (Brotoharsojo, 2005).
Dari berbagai pendapat yang diungkapkan oleh beberapa pencetus teori, maka peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa perilaku dissaving adalah perilaku meminjam yang berhubungan
dengan finansial yang dimana peminjam diwajibkan untuk mengembalikan atau membayar
kembali pinjaman atau tanggungan pembayaran cicilan yang disebabkan oleh kesenjangan antara
minimnya pendapatan dengan konsumsi.
Faktor-faktor perilaku berhutang
Menurut Katona (1951), dissaving muncul sebagai fenomena yang agak rumit. Yang pertama,
terdapat hubungan yang terbentuk antara pengeluaran yang melebihi suatu pendapatan. Yang
kedua, perilaku dissaving berkaitan dengan pengeluaran untuk barang tahan lama, yang pada
gilirannya lebih sering jika terdapat peningkatan pada pendapatannya. Yang ketiga, kebutuhan
seseorang akan menjadi lebih tinggi daripada pendapatan yang dia peroleh. Yang keempat,
individu tidak akan terjerumus ke dalam perilaku dissaving, jika individu tersebut memiliki
manajemen keuangan yang stabil dan kuat.
Menurut Katona (1951), faktor-faktor penyebab orang memiliki perilaku berhutang (dissaving)
adalah : (a) ketidakmampuan untuk memenuhi pengeluaran yang diperlukan dari pendapatan; (b)
keengganan untuk menjaga pengeluaran biasa pada tingkat pendapatan; (c) kesediaan untuk
membuat pengeluaran yang tidak biasa.
Compulsive Buying
Menurut Kellet dan Bolton (How & Ren, 2016), compulsive buying adalah urgensi atau
keinginan yang tidak dapat ditahan dan tidak dapat dikendalikan, yang berakibat dalam aktivitas
belanja yang berlebihan, menghabiskan banyak uang dan mengonsumsi waktu, seringkali segera
dilakukan setelah mengalami perasaan negative, yang berakibat kesulitan social, masalah
personal, dan kesulitan finansial.
Sementara O‟guin dan Faber (1989) mendefinisikan compulsive buying adalah sebagai
pembelian berulang yang kronis dimana konsumen tidak mampu menahan atau menghentikan
secara signifikan perilaku membeli tersebut, meskipun pembelian kompulsif dapat memberikan
perasaan positif dalam jangka pendek, namun dapat mengganggu fungsi kehidupan normal dan
menghasilkan konsekuensi negative yang signifikan. Selain itu, McElroy, Pope, dan Strakowsky
(Workman & Paper, 2010) mendefinisikan compulsive buying adalah perilaku yang mempunyai
karakteristik menyibukkan diri dengan pembelian atau dorongan untuk membeli yang tidak
tertahankan, mengganggu dan tidak terkendali yang diasosiasikan dengan pembelian secara
berulang dari barang yang diluar kemampuan atau berbelanja dengan jangka waktu yang lebih
lama dari yang direncanakan.
5
Menurut pendapat Magee (1994), compulsive buying merupakan perilaku yang menyebabkan
seorang individu untuk terus melakukan pembelian tanpa konsekuensi keuangan, social, atau
psikologis. Adapun pendapat menurut Ditmar (2007) mengartikan compulsive buying ialah
perilaku compulsive buyer yang suka membeli, beralih menjadi fungsi performansi yaitu
misalnya untuk mendapatkan status social yang berkaitan dengan nilai-nilai materialistik.
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa compulsive buying merupakan perilaku
pembelian kronis yang memiliki karakteristik sebagai kesibukan pribadi dengan membeli produk
secara berlebihan tanpa memikirkan konsekuensi finansial, social, serta psikologi, yang dimana
hal ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi performansi atau status sosial dari compulsive
buyer.
Faktor-faktor penyebab compulsive buying
Menurut Ditmar (dalam Diny, 2012), membagi faktor penyebab compulsive buying menjadi 2,
yaitu faktor individu dan faktor luar individu:
1. Faktor individu
Ketika individu tersebut menjadikan barang yang dibeli merupakan simbol dari dirinya
sendiri, dengan kata lain, barang yang dibeli bukan lagi sebagai pemuas kebutuhan individu
melainkan sebagai symbol keberadaan status social individu tersebut.
2. Faktor luar individu
Ketika lingkungan atau masyarakat sekitar memberikan dorongan kepada individu tersebut
untuk membeli produk-produk demi meningkatkan status social pada dirinya sendiri.
Ditmar mengemukakan bahwa ada beberapa ciri perilaku compulsive buying, antara lain :
1. Ketika membeli barang hanya bertujuan untuk menjembatani actual self dengan ideal self
atau disebut dengan self-discrepancies.
2. Akhir dari proses pembelian diikuti dengan perasaan depresi, dikarenakan habisnya uang
individu tersebut untuk membeli hal-hal yang seharusnya tidak dia butuhkan yang hal ini
diawali dengan perasaan menyesal atau bersalah atas perilaku compulsive tersebut.
O‟guin dan Faber (dalam Cole and Sherrel, 1995) sendiri memberikan aspek dalam perilaku
compulsive buying tersebut, yaitu (1) Kecenderungan untuk menghabiskan, dimana pelaku
pembelian kompulsif menunjukkan kecenderungan pembelian yang lebih tinggi daripada pelaku
pembeli yang biasa. (2) Aspek reaktif, berurusan dengan respon individu untuk dorongan yang
kuat untuk membeli suatu barang. Dengan demikian, seorang individu menunjukkan perilaku
pembelian kompulsif mungkin merasa bahwa motivasi atau mendesak untuk membeli sesuatu
yang di luar kendali mereka, sementara pelaku pembelian normal tidak akan melihat motivasi
seperti itu untuk membeli pembelian yang tak terkendali. (3) Perasaan bersalah pasca pembelian,
pelaku pembelian kompulsif akan selalu merasa bersalah ketika melakukan kebiasaan perilaku
pembelian kompulsif.
Hubungan compulsive buying terhadap perilaku berhutang (dissaving)
Menurut Kellet dan Bolton (How & Ren, 2016), compulsive buying adalah urgensi atau
keinginan yang tidak dapat ditahan dan tidak dapat dikendalikan, yang berakibat dalam aktivitas
belanja yang berlebihan, menghabiskan banyak uang dan mengonsumsi waktu, seringkali segera
dilakukan setelah mengalami perasaan negative, yang berakibat kesulitan sosial, masalah
personal, dan kesulitan finansial. Berdasarkan teori tersebut, dapat dikatakan bahwa compulsive
buying merupakan bentuk pengeluaran ekstrim yang dimana hal tersebut didorong oleh
6
keinginan yang tidak dapat ditahan serta dikendalikan sehingga dengan perilaku tersebut
mengakibatkan berkurangnya finansial secara drastis.
Sedangkan menurut Collins (1993), dissaving adalah pengeluaran untuk konsumsi yang lebih
besar daripada pendapatan, perbedaan ini dibayarkan dari tabungan sebelumnya. Berdasarkan
teori tersebut, individu akan melakukan perilaku berhutang ketika pengeluaran yang dialaminya
mengalahkan pendapatan yang dia terima.
Berdasarkan uraian diatas, maka didapatkan bahwa compulsive buying adalah perilaku yang
dimana individu akan melakukan pembelian secara berulang dan tidak terencana sebelumnya
terutama pada pembelian akan barang-barang dengan merek ternama guna untuk meningkatkan
status sosialnya. Pembelian secara mendadak dengan harga yang relative tinggi ini
mengakibatkan kondisi finansial individu tersebut akan menurun, dikarenakan pembelian dengan
harga yang relative tinggi tersebut, serta dilakukan secara tidak terencana, sehingga tidak
memungkiri individu tersebut cenderung akan melakukan pinjaman atau perilaku berhutang
(dissaving) yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pembeliannya tersebut yang
disebabkan pengeluaran ektrim yang dilakukannya melebihi dari pendapatan yang individu
tersebut miliki.
Hipotesa
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang ingin didapat adalah ada hubungan antara
compulsive buying terhadap perilaku berhutang (dissaving). Semakin tinggi compulsive buying,
maka akan semakin tinggi pula perilaku berhutangnya, semakin rendah compulsive buying,
maka akan semakin rendah pula perilaku berhutangnya.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat hubungan antara 2 variabel,
yaitu untuk mengetahui hubungan antara compulsive buying terhadap perilaku berhutang
(dissaving) pada mahasiswa Kota Malang.
Subjek penelitian
Sampel merupakan beberapa subjek yang mewakili dari suatu populasi (Arikunto, 2010). Subjek
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang sedang menempuh jenjang
pendidikan di kota Malang, tepatnya pada Universitas Muhammadiyah Malang. Pengambilan
subjek ini menggunakan Proportionate Cluster Sampling, yaitu sampel yang dihitung
berdasarkan perbandingan, yang dimana teknik ini digunakan ketika populasi tidak terdiri dari
individu-individu melainkan terdiri dari kelompok atau cluster secara proposional. Ukuran sampel
diambil dengan menggunakan taraf kesalahan 10% dengan menggunakan tabel Isaac & Michael yang
dimana ketika populasi berjumlah 30.000 maka didapat sampel sebanyak 268 subjek dari tiap subpopulasi yang dimana dalam penelitian ini, sub-populasi merupakan 10 fakultas dari Universitas
Muhammadiyah Malang, yang dijelaskan di tabel berikut:
7
Tabel 1. Jumlah Populasi dan Sampel Subjek Penelitian
No.
Fakultas
Populasi
Sampel
1
Fakultas Agama Islam
785
7
2
Fakultas Hukum
2024
18
3
Fakultas Teknik
5624
50
4
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
4895
44
5
Fakultas Ilmu Keguruan
5179
46
6
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
4292
39
7
Fakultas Ilmu Kesehatan
2036
18
8
Fakultas Kedokteran
660
6
9
Fakultas Psikologi
1751
16
10
Fakultas Peternakan dan Perikanan
2622
24
29.363
268
Total
Variabel dan instrumen penelitian
Pada penelitian ini, terdapat 2 variabel yang terdiri dari variable bebas dan variable terikat.
Variable bebas (independent variables) adalah variabel yang menyebabkan atau mempengaruhi
faktor-faktor yang diukur. Dalam hal ini, variable bebasnya adalah compulsive buying, yaitu
suatu perilaku yang menyebabkan individu melakukan pembelian secara terus menerus tanpa
memikirkan konsekuensi finansial, social, serta psikologisnya.
Variable terikat (dependent variables) merupakan faktor-faktor yang diobservasi dan diukur
untuk menentukan adanya pengaruh variable bebas. Dalam hal ini, variabel terikatnya adalah
perilaku berhutang (dissaving), yaitu pengeluaran yang lebih besar daripada pendapatan yang
diterima oleh individu.
Instrument dalam penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam melakukan
sebuah pengumpulan data. Instrument yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
lembar angket/kuesioner. Bentuk item kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah
item kuesioner tertutup, yang dimana pertanyaan yang dicantumkan telah disesuaikan oleh
peneliti. Alternative jawaban yang disediakan bergantung pada pemilihan peneliti sehingga
responden hanya bisa memilih jawaban yang mendekati pilihan paling tepat dengan yang
dialaminya.
Skala dalam penelitian ini terdiri dari dua skala yaitu skala tentang compulsive buying dengan
skala perilaku berhutang yang telah disusun oleh beberapa indikator. Skala compulsive buying ini
menggunakan indikator yang telah dikemukakan oleh O‟guinn dan Faber (1988) dan digunakan
oleh Fitri (2011) dengan aspek yaitu 1) Kecenderungan untuk menghabiskan, 2) Aspek reaktif,
8
3) Perasaan bersalah pasca pembelian. Skala ini memiliki hasil uji validitas yang bergerak antara
0.349 – 0.707 dan reliabilitas dengan cronbach’s alpha sebesar 0.794 dengan jumlah item 13
butir. . Setelah dilakukan try out oleh peneliti, pada skala compulsive buying didapat hasil uji
validitas yang bergerak antara 0.175 – 0.598 dan reliabilitas dengan cronbach’s alpha sebesar
0.760 dengan 11 item yang dinyatakan valid dan 2 item dinyatakan tidak valid (gugur).
Sedangkan pada skala perilaku berhutang (dissaving) disusun berdasarkan indikator yang
dikemukakan oleh Katona (1951) dan pernah digunakan oleh Nugroho (2010), dengan aspek
yaitu 1) Ketidakmampuan untuk memenuhi pengeluaran yang diperlukan dari pendapatan, 2)
Keengganan untuk menjaga pengeluaran biasa pada tingkat pendapatan, 3) Kesediaan untuk
membuat pengeluaran yang tidak biasa. Skala ini memiliki hasil uji validitas yang bergerak
antara 0.348 – 0.776 dan reliabilitas dengan cronbach’s alpha sebesar 0.902 yang terdiri dari 25
item total didapatkan 22 item dinyatakan valid dan 3 item dinyatakan tidak valid (gugur). Setelah
dilakukan try out oleh peneliti, didapat hasil uji validitas yang bergerak antara 0.257 – 0.599 dan
reliabilitas dengan cronbach’s alpha sebesar 0.842 dengan 22 item dinyatakan valid semua dan
tidak ada item yang tidak valid (gugur).
Tabel 2. Indeks Validitas dan Reliabitas Alat Ukur Penelitian
Skala
Jumlah Item Valid
Indeks Validitas
Indeks Reliabilitas
Compulsive buying
11
0.175 – 0.598
0.760
Perilaku
(dissaving)
22
0.257 – 0.599
0.842
berhutang
Penilaian atau skoring skala ini bergerak dari angka 1 hingga 4 untuk item unfavourable, dimana
untuk alternative jawaban “Sangat Setuju (SS)” diberi skor 1; “Setuju (S)” diberi skor 2; “Tidak
Setuju (TS) diberi skor 3; dan untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju (STS)” diberi skor 4.
Sedangkan untuk item favourable bergerak dari angka 4 hingga 1, dimana pada alternative
jawaban “Sangat Setuju (SS)” diberi skor 4; “Setuju (S)” diberi skor 3; “Tidak Setuju (TS) diberi
skor 2; dan untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju (STS)” diberi skor 1.
Prosedur dan Analisa Data Penelitian
Prosedur di awali dengan pendalaman materi dan penyusunan skala model likert yang telah
diadaptasi bentuknya, yaitu skala compulsive buying dan skala perilaku berhutang. Selanjutnya
peneliti menyebarkan skala untuk dilakukannya try out pada 100 subjek, dimana subjek
merupakan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang. Setelah melaksanakan penyebaran
skala try out, peneliti melakukan analisa validitas dan reliabilitas pada kedua skala yang akan
digunakan dalam penelitian. Berdasarkan hasil try out ditemukan bahwa terdapat 2 item yang
tidak valid pada skala compulsive buying.
Setelah dilakukan analisa data validitas dan reliabilitas, peneliti melanjutkan dengan penyebaran
skala pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang dengan jumlah subjek sebanyak 268
subjek dari 10 fakultas guna mendapatkan data penelitian. Setelah terkumpul data penelitian
sejumlah 268 angket, peneliti melakukan scoring pada tiap item di masing-masing skala
penelitian. Setelah hasil scoring dihitung, peneliti mulai melakukan analisa data korelasi product
9
moment untuk mengetahui hubungan antara compulsive buying dengan perilaku berhutang
dengan menggunakan bantuan software komputer IBM statistics SPSS 21. Arah korelasi ini
diikuti dengan koefisien korelasi yang bergerak antara -1 hingga +1, jika korelasi yang memiliki
koefisien -1, maka hal ini disebut koefisien negatif sempurna, begitu pula sebaliknya, jika
korelasi yang memiliki koefisien +1, maka hal ini disebut koefisien positif sempurna
(Winarsunu,2002). Ketika hasil korelasi didapat, peneliti menyusun kesimpulan berdasarkan
output hasil analisa data dan memaparkan hasil penelitian serta pembahasan dari penelitian
secara keseluruhan.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil analisa data pada skala yang telah disebarkan kepada 268 subjek yang terbagi
atas 10 fakultas Universitas Muhammadiyah Malang, menunjukkan hasil bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara compulsive buying dengan perilaku berhutang (dissaving)
dengan skor angka korelasi (r = 0.514) dan dengan hasil probabilitas (p = 0.000). Sumbangan
efektifnya (r2) variabel compulsive buying kepada perilaku berhutang (dissaving) sebesar
26.41%.
Tabel 3. Korelasi Product Moment Compulsive Buying Dengan Perilaku Berhutang
(dissaving)
Compulsive buying
Variabel
Perilaku berhutang
(Dissaving)
N
r
r2
p
268
0.514
26.41
0.000
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa perilaku berhutang (dissaving) dengan compulsive
buying memiliki tingkat signifikansi dan korelasi yang positif. Hasil analisa korelasi productmoment menunjukkan bahwa perilaku berhutang (dissaving) dengan compulsive buying (p =
0.000, r = 0.514) berkorelasi secara signifikan dan memiliki arah hubungan yang positif yang
berarti jika perilaku compulsive buying meningkat maka perilaku berhutang (dissaving) juga
meningkat. Begitu juga sebaliknya, jika perilaku compulsive buying rendah, maka perilaku
berhutang (dissaving) juga rendah. Adapun deskripsi data dari penelitian ini yang akan
dijabarkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 4. Deskripsi Data
N
Skor Minimum
Skor Maximum
Mean
Dissaving
268
28
79
47.18
Compulsive
Buying
268
13
40
27.13
10
Berdasarkan pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada variabel perilaku berhutang (dissaving)
yang berjumlah 268 subjek memiliki skor minimum sebesar 28 dan skor maksimum sebesar 79
dengan rata-rata 47.18. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian memiliki
kecenderungan untuk melakukan perilaku berhutang. Begitu juga dengan variabel compulsive
buying yang berjumlah 268 subjek memiliki skor minimum sebesar 13 dan skor maksimum
sebesar 40 dengan rata-rata 27.13. Dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian memiliki
kecenderungan untuk melakukan compulsive buying pula.
DISKUSI
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan pada compulsive buying dengan perilaku berhutang (dissaving) yang dilakukan oleh
mahasiswa dan sumbangan efektif (r2) dengan skor 26.41%. Hal ini menunjukkan bahwa
compulsive buying dan perilaku berhutang (dissaving) memiliki korelasi positif, sehingga ketika
compulsive buying tinggi maka perilaku berhutang (dissaving) akan tinggi pula, begitu juga
sebaliknya ketika compulsive buying rendah maka perilaku berhutang (dissaving) akan rendah
pula. Namun, dari hasil sumbangan efektifnya menyatakan bahwa perilaku berhutang (dissaving)
tidak hanya dipengaruhi oleh compulsive buying saja, melainkan terdapat faktor-faktor lain yang
mampu menyebabkan individu melakukan perilaku berhutang (dissaving).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis awal dimana hipotesis peneliti menyatakan bahwa
terdapat hubungan positif antara compulsive buying dengan perilaku berhutang (dissaving).
Berdasarkan hasil penelitian, telah membuktikan bahwa sikap yang dilakukan seseorang dapat
mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam hal ini sikap compulsive buying seseorang mampu
mempengaruhi perilaku berhutang (dissaving) individu tersebut terutama individu dengan
jenjang pendidikan S1. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Livingstone dan
Lunt (1992) yang mengemukakan bahwa faktor perilaku seseorang mampu menjadi prediktor
penting dalam berhutang yang mana hal tersebut dilakukan oleh individu yang memiliki rentang
usia antara 18-82 tahun.
Kebutuhan akan selalu melekat pada tiap intisari suatu individu. Maslow (1943) membagi
kebutuhan menjadi 5 tingkatan. Fisiologis, rasa aman, dicintai dan disayangi, harga diri, dan
aktualisasi diri, merupakan kebutuhan-kebutuhan yang ada pada diri tiap manusia. Tiap-tiap
manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain.
Perkembangan jaman saat ini seperti menuntun seseorang pada kebutuhan akan penghargaan diri
mereka. Perkembangan era modern seperti saat ini membuat individu berlomba-lomba dalam
peningkatan harga diri mereka. Hal ini membuat individu selalu ingin tampil berkelas agar tidak
ketinggalan jaman dan tidak merasa dikucilkan. Shoping merupakan salah satu cara agar individu
mendapatkan barang atau produk dengan merk terkenal dan ketika individu tersebut
mendapatkan produk tersebut, secara tidak langsung ketenarannya akan meningkat dan merasa
lebih percaya diri. Gaya hidup yang seperti ini akan membentuk individu menjadi pribadi
materialistik dan hedonisme yang menganggap tujuan hidup mereka hanya untuk kesenangan
duniawi.
Ketika seseorang yang memiliki paham materialisme, besar kemungkinan individu tersebut akan
melakukan perilaku compulsive buying seperti yang diungkapkan pada penelitian yang
dilakukan oleh Jalees et al (2014). Jalees mengungkapkan bahwa materialisme memiliki
11
pengaruh yang sangat kuat terhadap compulsive buying. Dittmar (2005) juga mendefinisikan
compulsive buying adalah perilaku akan kesenangan membeli yang beralih menjadi nilai
performansi seperti meningkatkan status sosial yang memiliki kaitan erat dengan nilai-nilai
materialistik. Kelemahan dari pelaku compulsive buying adalah ketidakmampuannya dalam
mengendalikan atau menahan perasaan ingin membeli suatu produk (Kristanto, 2011). Pelaku
compulsive buying akan selalu merasa ingin membeli produk ketika dia melakukan aktivitas
berbelanja. Pelaku compulsive buying tidak akan merasa tenang ketika dia belum mendapatkan
barang tersebut, namun ketika pelaku compulsive buying telah mendapatkan apa yang ingin dia
beli, dia akan merasa tenang walaupun muncul perasaan bersalah dalam pembeliannya tersebut.
Perilaku berbelanja selalu berkaitan erat dengan yang namanya uang atau finansial seseorang.
Perilaku ini merupakan tindakan ekonomi dalam suatu pembelian. Menukarkan uang untuk
mendapatkan barang yang diinginkan dan begitu juga dengan perilaku compulsive buying.
Compulsive buyer akan melakukan pembelian produk dengan merk terkenal yang notabennya
memiliki harga yang relative tinggi. Ketika suatu individu melakukan pembelian secara
impulsive dan berulang dengan kondisi finansial yang terbatas, individu tersebut akan
mengalami gangguan finansial akibat pembelian yang dilakukannya dan ketika keuangannya
sedang menurun, individu tersebut akan mencari cara untuk mendapatkan uang tambahan yang
salah satunya adalah berhutang.
Perilaku berhutang (dissaving) sendiri diartikan sebagai lebih besarnya pengeluaran yang
dilakukan suatu individu daripada pendapatan yang diterima (Katona, 1951). Pendapatan dapat
dianalogikan sebagai garasi untuk kendaraan roda 4 atau mobil dan pengeluaran dapat
dianalogikan sebagai sebuah truk besar. Perilaku berhutang (dissaving) dapat dianalogikan
sebagai truk besar yang ingin parkir di garasi yang notabennya untuk kendaraan roda 4 atau
mobil. Tentu saja hal ini tidak seimbang sehingga menimbulkan suatu permasalahan tertentu.
Keynes juga berpendapat tentang perilaku berhutang (dissaving) yaitu bahwa jika pendapatan
suatu individu meningkat, maka tingkat konsumsinya akan meningkat pula, namun jumlah
peningkatan konsumsinya tidak sama besar atau relative lebih besar jika dibandingkan dengan
kenaikan pendapatannya. Begitu juga sebaliknya, ketika pendapatan seseorang menurun, tingkat
konsumsinya akan menurun namun penurunannya tersebut tidak sebanding dengan penurunan
pendapatan.
Seorang mahasiswa yang notabennya masih dijatah atau ditanggung oleh orang tuanya, ketika
melakukan pembelian ekstrim dan dilakukan secara berulang atau yang disebut compulsive
buying, maka kondisi finansialnya akan menurun secara drastis akibat pembeliannya tersebut
sehingga pendapatan yang dia terima tidak akan cukup akibat pengeluaran yang dilakukannya
secara terus menerus. Sehingga ketika mahasiswa tersebut membutuhkan uang entah digunakan
untuk kepentingan sehari-hari atau untuk memenuhi kebutuhannya akan membeli produk dengan
brand ternama guna meningkatkan status social, mahasiswa tersebut akan meminjam uang
kepada kerabat dekatnya.
Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat korelasi antara compulsive buying dengan perilaku
berhutang (dissaving) pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang. Hal ini dibuktikan
dengan hasil analisis korelasi pada angket yang disebar pada 268 subjek yang menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara dua variable tersebut.
Lea et al (1993) mengemukakan bahwa tujuan orang berhutang ialah untuk meningkatkan dan
memelihara gaya hidup individu tersebut. Tiap individu memiliki kebutuhan-kebutuhan
12
tersendiri untuk mereka penuhi seperti yang diungkapkan oleh Abraham Maslow pada teori
hierarchy of needs dan ketika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka akan muncul perasaan
rendah diri, merasa terkucilkan, serta putus asa dalam menjalani kegiatan. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, individu akan melakukan peningkatan pada status social diri dan memelihara
gaya hidup mereka mulai dari menggunakan barang atau produk dengan bermerk tinggi atau
terkenal. Dengan melakukan hal tersebut, individu akan merasa dirinya berada pada puncak
ketenaran dan meningkatnya kepercayaan diri mereka. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang
dilakukan oleh Lee dan Workman (2015) yang menyebutkan bahwa seseorang mengalami
ketertarikan emosional pada suatu merk tertentu terutama merk dengan tingkat kepopularitas
yang tinggi sehingga hal ini memunculkan suatu perilaku membeli produk secara impulsive dan
akan berlangsung secara terus menerus yang disebut compulsive buying.
Menurut Magee (1994) pelaku compulsive buying akan mengalami konsekuensi psikologi,
social, dan keuangan akibat terus melakukan pembelian. Pembelian yang dilakukan tanpa henti
serta secara impulsive ini akan berakibat merosotnya permasalahan ekonomi dan untuk
memenuhi kebutuhan individu yang lainnya seperti kebutuhan sehari-hari ataupun kebutuhan
mendadak lainnya, individu tersebut akan memilih jalan berhutang. Ketika seseorang
memutuskan untuk berhutang, dia diwajibkan untuk mengembalikan hutang tersebut saat dia
menerima pendapatannya. Namun ketika perilaku compulsive buying itu tetap muncul, dia akan
tetap melakukan pembelian disertai dengan pengembalian hutang yang sebelumnya. Sehingga
hal itu membuat pendapatan yang dia terima akan selalu kurang atau tidak cukup dan individu
tersebut akan berhutang lagi untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya serta individu tersebut
tidak mampu untuk menyimpan keuangannya.
Ketika seseorang menganggap status social adalah tujuan utama hidupnya serta menjadikan hal
tersebut sebagai gaya hidupnya, sehingga individu tersebut mengalami perilaku compulsive
buying, maka perilaku compulsive buying tersebut mampu menjadi predictor penting suatu
individu dalam melakukan perilaku berhutang (dissaving). Hal ini juga didukung dari penelitian
yang dilakukan oleh Prasadjaningrum yang mengemukakan bahwa gaya hidup seseorang
merupakan faktor terjadinya perilaku berhutang pada seseorang dengan kategori status
mahasiswa serta penelitian yang dilakukan oleh Reisch et al (2010) yang menyatakan bahwa
pelaku compulsive buying lebih dominan dilakukan oleh individu rentang usia 24-44 tahun.
Ketika seseorang menuntut pemenuhan gaya hidupnya, seseorang tersebut akan melakukan
berbagai cara agar tuntutan akan gaya hidupnya terpenuhi sehingga mampu meningkatkan atau
mempertahankan status sosialnya di hadapan orang lain. Berhutang merupakan salah satu cara
agar pemenuhan gaya hidupnya tercapai ketika kondisi ekonomi sedang merosot.
Perkembangan era globalisasi telah menyebabkan peningkatan budaya konsumen yang memiliki
potensi negatif dalam bentuk materialisme (Bushra dan Bilal, 2014). Seseorang yang
memandang status sosial atau materialisme sebagai tujuan utama dalam kehidupan akan
mengarah pada perilaku pembelian yang berlangsung secara impulsif dan berulang. Ketertarikan
akan membeli secara signifikan akan menyebabkan gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, dan
menyebabkan permasalahan finansial (Sharma, Narang, Rajender, & Bathia, 2009). Individu
yang memiliki permasalahan dalam aspek finansialnya cenderung mengambil keputusan untuk
berhutang kepada orang lain (Shohib, 2015).
13
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berdasarkan hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara compulsive buying dengan perilaku berhutang (dissaving). Hal ini dibuktikan
dengan skor korelasi r sebesar 0.514 dengan taraf signifikan 0.000 (p < 0.05), dengan kata lain
semakin tinggi compulsive buying maka semakin tinggi pula perilaku berhutang (dissaving), dan
sebaliknya semakin rendah compulsive buying maka semakin rendah pula perilaku berhutang
(dissaving). Adapun sumbangan efektif (r2) compulsive buying terhadap perilaku berhutang
(dissaving) sebesar 26.41% yang berarti terdapat 73.59% perilaku berhutang (dissaving)
dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu faktor gaya hidup (lifestyle), perilaku hedonisme, sikap
terhadap uang, dan faktor eksternal (tersedianya kartu kredit dari pihak bank).
Implikasi penelitian ini bagi masyarakat ialah perilaku berhutang merupakan sebuah perilaku
yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dengan meminjam uang kepada
orang lain sehingga memerlukan banyaknya pertimbangan dalam mengambil keputusan dalam
berhutang agar tidak menimbulkan efek psikologis seperti stress. Perilaku berbelanja secara
impulsif dan berulang mampu mengakibatkan seseorang tidak mempertimbangkan keputusannya
dalam berhutang sehingga menimbulkan berbagai masalah yang akan muncul silih berganti
seperti masalah menurunnya finansial, meningkatnya tingkat stress dan depresi, gangguan sosial.
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan menggunakan salah satu
variabel hendaknya menggunakan sampel penelitian yang lebih beragam variasinya, seperti jenis
subjek penelitian yang telah memiliki penghasilan sendiri, atau sikap berdasarkan suatu budaya
daerah tertentu, dengan mempertimbangkan karekteristik demografi lainnya.
REFERENSI
Andrew, C.W. (2003). Debt as a Source of Financial Stress in Australian Households. School of
Economics and Finance, Queensland University of Technology, School of Economic and
Finance Discussion Paper and Working Paper No. 164.
Arikunto, Suharsimi, (1998), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,
Jakarta
Brotoharsojo, H. (2005). Psikologi Ekonomi & konsumen. Jakarta : Universitas Indonesia
Bushra, A., and Bilal, A. (2014). “The Relationship of Compulsive Buying with Consumer
Culture and Post-Purchase Regret”. Pakistan Journal of Commerce and Social Sciences.
8(3): 590-611
Cole,L and Sherrel, D. (1995).Comparing Scales to Measure Compulsive Buying: an Exploration
of
Their
Dimensionality.
Accessed
on
November
2 nd,
2015
from
http://www.acrwebsite.org/volumes/7779/volumes/v22/NA-22
Collins H. (1993). Dictionary of Economics, Glasgow : Harper Collins Publisher
14
Diny F.H. (2012). Hubungan antara kontrol diri dengan kecenderungan compulsive buying pada
mahasiswa. Skripsi Psikologi, Program Sarjana, Universitas Muhammadiyah Malang,
Malang.
Dittmar, H. (2005). “A New Look at „Compulsive Buying‟: Self-Discrepancies and Materialistic
Values as Predictors of Compulsive Buying Tendency.” Journal of Social and Clinical
Psychology, 24(5): 832-859.
Jalees, T, Amen, M, & Kazmi, Q. (2014). “A Structural Approach on Compulsive Buying
Behaviour”. Institute of Business Administration Karachi.
How, O.S & Ren, T.Y. (2016). Navigating the Cyber World With Your Child: A Guide For
Parents, Teachers, and Counsellors. Singapore: JCS Digital Solution Pte, Ltd.
Katona, G. (1951). Psychological Analysis of Economic Behaviour (1st ed.). USA: Mc-Graw-Hill
company, Inc
Kempson E. (2002). Over-indebtness in Britain. Personal Finance Research Centre. Britain
Kristanto, D. (2011). Pengaruh Orientasi Fashion, Money Attitude, dan Self-Esteem Terhadap
Perilaku Pembelian Kompulsif Pada Remaja. Skripsi Manajemen, Universitas Negri
Surabaya. (Tidak Diterbitkan)
Lea, S.E.G, Webley, P. & Levine, M.R. (1993). The Economic Psychology of Consumer Debt.
Journal of Economic Psychology 14, 85-119
Lee, S.H and Workman, J.E. (2015). “Compulsive Buying and Branding Phenomena”. Journal
of Open Innovation: Technology, Market, and Complexity. Vol. 1(3).
Livingstone, S.M., and Lunt, P.K. (1992). Predicting personal debt and debt repayment:
Psychological, social and economic determinants. Journal of Economic Psychology, 13,
111-134
Magee, A. (1994). Compulsive Buying Tendency as a Predictor of Attitudes and Perceptions.
Accessed on 22th September, 2015 from http://www.arcwebsite.org/volumes/7656/volumes/
v21/NA-21
Maki, D. M. (2000) The growth of consumer credit and the household debt service burden,
Board of Governors of the Federal Reserve System Working Paper, No. 2000/12.
Nasution, A. (1987). Kamus Ekonomi. Semarang: Dahara Prize.
Nugrahaini, Y.T (2009). Hubungan antara gaya hidup hedonis dengan perilaku dissaving
(berhutang) pada mahasiswa di Malang. Thesis Sarjana, Program Sarjana Universitas
Muhammadiyah Malang, Malang.
15
Nugroho, D.A. (2010). Hubungan antara Uncertainty avoidance dengan perilaku berhutang.
Skripsi Psikologi, Program Sarjana, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
O‟Guinn, T. C., and R. J. Faber. (1989). Compulsive Buying: A phenomenological Exploration.
Journal of Consumer Research, 16: 147-157.
Prasadjaningsih, MC. Oetami. (1998). Pengaruh Gaya Hidup, Nilai, Kepribadian, Sikap terhadap
Pilihan Perilaku Berhutang: sebuah kajian lapangan. Tesis psikologi, Program Pascasarjana
Universitas Indonesia, Depok.
Quoquab, F., Yasin, N.M., Banu, S. (2013). “Compulsive Buying Behaviour Among Young
Malaysian Consumer”. World Review of Business Research. Vol.3(2): 141-154.
Reisch, L.A., Gwozdz, W., and Raab, G. (2010). “Compulsive Buying in Denmark”.
Copenhagen Business School.
Sharma, V., Narang, K., Rajender, G., and Bhatia, M.S. (2009), “Shopaholism(Compulsive
Buying) – A New Entity”. Delphi Psychiatri Journal. Vol. 12(1).
Shohib, M. (2015). “Sikap Terhadap Uang dan Perilaku Berhutang”. Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan (JIPT). Vol. 3(1): 132-143.
Sugiyono, (2011), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta
Suharsaputra U, (2012), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, Bandung : PT
Refika Aditama
Winarsunu, T. (2006). Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan (Ed. Revisi).
Malang: UMM Press.
Workman, L & Paper, D. (2010). Compulsive Buying: A Theoritical Framework. Woodburry
School of Business: 4-10.
16
DAFTAR LAMPIRAN
A. BLUEPRINT
BLUEPRINT SKALA COMPULSIVE BUYING
No.
Aspek
Indikator Perilaku
Item
Unfavourable
1
Kecenderungan
untuk
menghabiskan
2
Aspek reaktif
Selalu membeli
barang tanpa pikir
panjang
1. Ketika saya punya
uang, saya tidak
menghabiskan uang
tersebut secara
langsung.
Memiliki keinginan
untuk membeli,
Terdapat motivasi
tinggi untuk membeli
suatu barang,
6. Saya mampu
menahan perasaan
untuk membeli
barang ketika sedang
berjalan di pusat
perbelanjaan.
17
Favourable
2. Saya terkadang
spontan untuk
membeli sesuatu
3. Bagi saya,
berbelanja adalah
cara menghadapi
stress dalam
kehidupan seharihari saya
4. Saya kadang-kadang
merasa ada sesuatu
dalam diri saya yang
mendorong untuk
membeli
5. Terkadang uang
kiriman saya selalu
habis terlebih
dahulu sebelum
kiriman yang akan
datang.
7. Terkadang saya
merasa memiliki
motivasi dalam diri
saya untuk membeli
barang ketika
memasuki pusat
perbelanjaan.
8. Terkadang saya
memiliki dorongan
yang tidak bisa
dijelaskan, sebuah
keinginan mendadak
dan spontan, untuk
pergi dan membeli
sesuatu.
9. Sesaat setelah
kiriman uang dari
orang tua, saya
langsung pergi ke
pusat perbelanjaan
untuk berbelanja
3
Perasaan bersalah
pasca pembelian
Merasa menyesal
setelah melakukan
pembelian,
Merasa barang yang
dibeli sebenarnya
tidak terlalu
diperlukan,
11. Saya tidak menyesal
karena saya telah
membeli barang yang
dijual di pusat
perbelanjaan.
sesuatu.
10. Saya adalah orang
yang sering
menanggapi atas
penawaran dari
para penjual
13. Saya kadangkadang berpikir, jika
saya suka membeli,
saya akan merasa
menyesal
12. Saya sangat senang
ketika saya baru saja
membeli produk yang
bermerk tinggi.
BLUEPRINT PERILAKU BERHUTANG
No.
Aspek
1
Ketidakmampuan
menyesuaikan
antara pengeluaran
dan pendapatan
Indikator Perilaku
Item
Favourable
Pemasukan yang
diterima lebih kecil
daripada pengeluaran
Ketidakmampuan
dalam mengatur
keuangan
3. Saat ini harga
barang-barang
kebutuhan naik,
sehingga saya tidak
mampu menyesuaikan
keuangan saya
9. Kebutuhan
pengeluaran saya lebih
besar dari pada
pendapatan saya tiap
bulan
10. Saya kesulitan
untuk mengatur
pengeluaran saya
17. Pengeluaran saya
tiap bulan lebih besar
dari pendapatan saya
2
Keengganan
menjaga
pengeluaran sesuai
dengan tingkat
pendapatan
Pendapatan selalu
habis
Tidak mampu
mengendalikan
pengeluaran
18. Jika keuangan saya
tidak mencukupi, saya
berusaha meminjam
kepada pihak lain
19. Uang saku saya tiap
bulan selalu habis,
sehingga tidak ada sisa
untuk ditabung
18
Unfavourable
1. Saya mampu
menyesuaikan antara
pengeluaran dan
pendapatan saya
11. Ketika berbelanja,
saya akan membeli
barang yang saya
butuhkan dengan harga
yang sesuai
12. Saat uang saya
menipis, saya berusaha
untuk
mencukupkannya
13. Saya berusaha
mencukupkan
pengeluaran saya
sehingga tidak sampai
mencari pinjaman uang
2. Saya berusaha
menjaga pengeluaran
saya agar tidak
melebihi pendapatan
saya
4. Saya harus dapat
menyisakan uang saku
saya untuk ditabung
setiap bulannya
22. Ketika saya
kehabisan uang, saya
mencari pinjaman
kepada orang lain
3
Kesediaan
membuat
pengeluaran yang
tidak biasa
Tetap melakukan
pengeluaran meskipun
tidak memiliki uang,
Tetap melakukan
pembelian walaupun
keadaan uang menipis,
Membeli barang diluar
kemampuan,
19
6. Saya melakukan
pembelanjaan diluar
kebutuhan saya
7. Ketika saya ingin
membeli barang yang
saya inginkan, saya
akan melakukan
meskipun tidak punya
uang
14. Saya selalu
membeli barang
yang saya suka
meskipun tidak
terlalu
membutuhkannya
20. Saya selalu
membeli barang yang
saya suka, meskipun
harganya tidak
terjangkau keuangan
saya
8. Uang saku saya tiap
bulan cukup untuk
membiayai kebutuhan
saya
15. Saya tidak sampai
meminjam kepada
orang lain untuk
memenuhi keperluan
saya
5. Saya tidak akan
membeli barang secara
berlebihan ketika
keuangan saya sedang
menipis
16. Saya hanya
berbelanja sesuai
dengan kebutuhan saya
tiap bulan
21. Saya selalu
berbelanja sesuai
dengan keadaan
keuangan saya
B. SKALA
1. Skala Perilaku Berhutang
No.
Pernyataan
SS
1
Saya mampu menyesuaikan antara pengeluaran dan uang bulanan/kiriman
saya
2
Saya berusaha menjaga pengeluaran saya agar tidak melebihi uang
bulanan/kiriman saya
3
Saat ini harga barang-barang kebutuhan naik, sehingga saya tidak mampu
menyesuaikan keuangan saya
4
Saya harus dapat menyisakan uang saku saya untuk ditabung setiap
bulannya
5
Saya tidak akan membeli barang secara berlebihan ketika keuangan saya
sedang menipis
6
Saya melakukan pembelanjaan diluar kebutuhan saya
7
Ketika saya ingin membeli barang yang saya inginkan, saya akan
melakukan meskipun tidak punya uang
8
Uang saku saya tiap bulan cukup untuk membiayai kebutuhan saya
9
Kebutuhan pengeluaran saya lebih besar dari pada uang bulanan/kiriman
saya tiap bulan
10
Saya kesulitan untuk mengatur pengeluaran saya
11
Ketika berbelanja, saya akan membeli barang yang saya butuhkan dengan
harga yang sesuai
12
Saat uang saya menipis, saya berusaha untuk mencukupkannya
13
Saya berusaha mencukupkan pengeluaran saya sehingga tidak sampai
mencari pinjaman uang
14
Saya selalu membeli barang yang saya suka meskipun tidak terlalu
membutuhkannya
15
Saya tidak sampai meminjam kepada orang lain untuk memenuhi
keperluan saya
16
Saya hanya berbelanja sesuai dengan kebutuhan saya tiap bulan
17
Pengeluaran saya tiap bulan lebih besar dari uang bulanan/kiriman saya
18
Jika keuangan saya tidak mencukupi, saya berusaha meminjam kepada
20
S
TS
STS
pihak lain
19
Uang saku saya tiap bulan selalu habis, sehingga tidak ada sisa untuk
ditabung
20
Saya selalu membeli barang yang saya suka, meskipun harganya tidak
terjangkau keuangan saya
21
Saya selalu berbelanja sesuai dengan keadaan keuangan saya
22
Ketika saya kehabisan uang, saya mencari pinjaman kepada orang lain
2. Skala Compulsive Buying
No Pernyataan
SS
1
Ketika saya punya uang, saya tidak menghabiskan uang tersebut secara
langsung.
2
Saya terkadang spontan untuk membeli sesuatu
3
Bagi saya, berbelanja adalah cara menghadapi stress dalam kehidupan
sehari-hari saya
4
Saya kadang-kadang merasa ada sesuatu dalam diri saya yang
mendorong untuk membeli
5
Terkadang uang kiriman saya selalu habis terlebih dahulu sebelum
kiriman yang akan datang.
6
Saya mampu menahan perasaan untuk membeli barang ketika sedang
berjalan di pusat perbelanjaan.
7
Terkadang saya merasa memiliki motivasi dalam diri saya untuk
membeli barang ketika memasuki pusat perbelanjaan.
8
Terkadang saya memiliki dorongan yang tidak bisa dijelaskan, sebuah
keinginan mendadak dan spontan, untuk pergi dan membeli sesuatu.
9
Sesaat setelah kiriman uang dari orang tua, saya langsung pergi ke
pusat perbelanjaan untuk berbelanja sesuatu.
10
Saya adalah orang yang sering menanggapi atas penawaran dari para
penjual
11
Saya kadang-kadang berpikir, jika saya suka membeli, saya akan
merasa menyesal
21
S
TS
STS
C. VALIDITAS DAN RELIABILITAS
1. Uji Validitas dan Reliabilitas skala compulsive buying.
Case Processing Summary
Reliability Statistics
N
Valid
Cases
%
100
100.0
0
.0
100
100.0
a
Excluded
Total
Cronbach's
N of Items
Alpha
.681
13
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Scale Statistics
Item Statistics
Mean
Std. Deviation
Mean
N
item_1
1.88
.686
100
item_2
2.82
.757
100
item_3
2.59
.889
100
item_4
2.92
.631
100
item_5
2.72
.740
100
item_6
2.11
.751
100
item_7
2.65
.592
100
item_8
2.72
.712
100
item_9
2.19
.677
100
item_10
2.39
.695
100
item_11
2.42
.654
100
item_12
2.37
.872
100
item_13
2.85
.716
100
Variance
32.63
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Scale Variance
Corrected Item-
Cronbach's
Item Deleted
if Item Deleted
Total
Alpha if Item
Correlation
Deleted
item_1
30.75
16.715
.220
.675
item_2
29.81
14.984
.488
.635
item_3
30.04
13.877
.566
.615
item_4
29.71
15.218
.569
.629
item_5
29.91
15.376
.430
.644
item_6
30.52
16.454
.230
.675
item_7
29.98
16.181
.395
.653
22
18.417
Std. Deviation
4.292
N of Items
13
item_8
29.91
14.749
.578
.622
item_9
30.44
15.825
.396
.651
item_10
30.24
16.811
.197
.678
item_11
30.21
18.349
-.064
.710
item_12
30.26
18.275
-.083
.728
item_13
29.78
16.618
.220
.675
R tabel : 0.17
Item tidak valid : item 11, dan item 12
2. Uji Validitas dan Reliabilitas skala compulsive buying (setelah direduksi)
Case Processing Summary
N
Valid
Cases
%
100
100.0
0
.0
100
100.0
a
Excluded
Total
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
N of Items
Alpha
.760
11
Item Statistics
Mean
Std. Deviation
N
item_1
1.88
.686
100
item_2
2.82
.757
100
item_3
2.59
.889
100
item_4
2.92
.631
100
item_5
2.72
.740
100
item_6
2.11
.751
100
item_7
2.65
.592
100
23
item_8
2.72
.712
100
item_9
2.19
.677
100
item_10
2.39
.695
100
item_13
2.85
.716
100
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Scale Variance
Corrected Item-
Cronbach's
Item Deleted
if Item Deleted
Total
Alpha if Item
Correlation
Deleted
item_1
25.96
16.746
.189
.767
item_2
25.02
14.767
.505
.729
item_3
25.25
13.341
.639
.706
item_4
24.92
14.963
.598
.721
item_5
25.12
15.137
.451
.736
item_6
25.73
16.563
.188
.770
item_7
25.19
15.772
.458
.738
item_8
25.12
14.450
.614
.715
item_9
25.65
15.462
.443
.738
item_10
25.45
16.210
.283
.757
item_13
24.99
16.737
.175
.770
Scale Statistics
Mean
Variance
27.84
3.
Std. Deviation
18.277
N of Items
4.275
11
Uji Validitas dan Reliabilitas skala perilaku berhutang
Case Processing Summary
N
Valid
Cases
a
Excluded
Total
%
100
100.0
0
.0
100
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
24
Reliability Statistics
Cronbach's
Cronbach's
Alpha
Alpha Based on
N of Items
Standardized
Items
.842
.843
22
Item Statistics
Mean
Std. Deviation
N
item_1
2.23
.679
100
item_2
1.85
.657
100
item_3
2.66
.714
100
item_4
2.03
.822
100
item_5
1.63
.646
100
item_6
2.47
.745
100
item_7
1.97
.870
100
item_8
2.23
.763
100
item_9
2.59
.740
100
item_10
2.64
.916
100
item_11
1.80
.569
100
item_12
1.74
.543
100
item_13
1.90
.810
100
item_14
2.32
.764
100
item_15
2.15
.730
100
item_16
2.10
.644
100
item_17
2.56
.770
100
item_18
2.17
.766
100
item_19
2.43
.807
100
item_20
2.14
.682
100
item_21
1.89
.567
100
item_22
2.21
.729
100
25
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Scale Variance
Corrected Item-
Squared
Cronbach's
Item Deleted
if Item Deleted
Total
Multiple
Alpha if Item
Correlation
Correlation
Deleted
item_1
45.48
54.070
.513
.551
.831
item_2
45.86
53.475
.599
.594
.828
item_3
45.05
55.967
.298
.427
.839
item_4
45.68
55.149
.314
.487
.840
item_5
46.08
54.600
.487
.413
.832
item_6
45.24
54.730
.397
.485
.836
item_7
45.74
55.507
.262
.298
.842
item_8
45.48
55.949
.274
.464
.841
item_9
45.12
54.288
.443
.509
.834
item_10
45.07
52.369
.487
.549
.832
item_11
45.91
57.052
.266
.367
.840
item_12
45.97
57.161
.269
.361
.840
item_13
45.81
53.994
.421
.399
.835
item_14
45.39
54.261
.428
.594
.834
item_15
45.56
55.158
.366
.616
.837
item_16
45.61
55.594
.381
.369
.836
item_17
45.15
55.179
.340
.464
.838
item_18
45.54
53.099
.535
.695
.830
item_19
45.28
52.891
.521
.524
.830
item_20
45.57
53.480
.573
.549
.829
item_21
45.82
57.139
.257
.360
.840
item_22
45.50
53.869
.492
.604
.832
Scale Statistics
Mean
Variance
47.71
Std. Deviation
59.663
7.724
N of Items
22
R tabel : 0.17
Item tidak valid : tidak ada
26
D. KORELASI PRODUCT MOMENT dan DESKRIPSI STATISTIK
Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
N
dissaving
47.18
8.237
268
compulsive_buying
27.13
4.216
268
Correlations
dissaving
compulsive_buy
ing
Pearson Correlation
1
**
.514
Sig. (2-tailed)
dissaving
.000
Sum of Squares and Cross-
18114.757
4769.687
67.846
17.864
268
268
**
1
products
Covariance
N
Pearson Correlation
.514
Sig. (2-tailed)
compulsive_buying
.000
Sum of Squares and Cross-
4769.687
4745.164
17.864
17.772
268
268
products
Covariance
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Descriptive Statistics
N
Range
Minimum Maximum
Sum
Mean
Std.
Variance
Deviation
Statistic Statistic
Statistic
Statistic
Statistic Statistic
Std.
Statistic
Statistic
Error
dissaving
268
51
28
79
12643
47.18
.503
8.237
67.846
compulsive_buying
268
27
13
40
7272
27.13
.258
4.216
17.772
Valid N (listwise)
268
27
E. DATA EXCEL KORELASI PRODUCT-MOMENT
No. Dissaving Compulsive
No. Dissaving Compulsive
Buying
Buying
1
53
36
135
40
30
2
57
20
136
46
25
3
45
26
137
54
29
4
36
26
138
35
27
5
41
33
139
36
20
6
54
33
140
41
27
7
41
27
141
37
22
8
55
28
142
47
19
9
53
28
143
45
23
10
42
29
144
39
24
11
51
31
145
48
30
12
41
26
146
43
24
13
49
33
147
47
33
14
56
29
148
43
21
15
56
30
149
57
25
16
47
30
150
42
26
17
48
26
151
41
24
18
45
26
152
32
21
19
57
30
153
45
25
20
55
30
154
47
29
21
51
30
155
47
24
22
36
26
156
41
21
23
54
29
157
45
24
24
50
24
158
43
22
28
25
43
25
159
51
25
26
49
28
160
44
25
27
51
30
161
37
28
28
42
24
162
50
24
29
36
26
163
41
26
30
52
29
164
49
24
31
44
23
165
49
20
32
42
29
166
42
28
33
59
39
167
55
31
34
46
26
168
47
29
35
49
29
169
49
25
36
49
26
170
54
30
37
36
31
171
45
26
38
51
29
172
32
24
39
51
29
173
47
26
40
42
23
174
34
25
41
31
20
175
56
28
42
44
27
176
38
23
43
41
25
177
40
21
44
38
27
178
44
20
45
47
22
179
46
24
46
57
27
180
43
33
29
47
47
30
181
57
28
48
55
27
182
38
23
49
49
28
183
41
28
50
50
28
184
34
22
51
48
29
185
46
28
52
46
27
186
45
28
53
43
27
187
46
28
54
46
25
188
51
25
55
44
28
189
43
21
56
58
32
190
49
28
57
54
32
191
56
34
58
60
33
192
64
31
59
64
40
193
45
29
60
38
23
194
46
23
61
49
22
195
59
28
62
43
24
196
45
24
63
59
28
197
35
28
64
40
23
198
64
34
65
57
30
199
59
31
66
55
24
200
66
32
30
67
62
28
201
64
37
68
28
19
202
45
22
69
47
23
203
44
25
70
36
35
204
55
30
71
37
13
205
40
23
72
46
31
206
49
27
73
49
29
207
63
32
74
37
24
208
44
27
75
39
36
209
42
27
76
43
26
210
45
29
77
48
25
211
48
29
78
39
32
212
48
24
79
48
30
213
43
25
80
50
26
214
46
22
81
47
25
215
44
25
82
43
20
216
46
24
83
58
23
217
64
37
84
53
23
218
47
29
85
55
27
219
42
23
86
53
28
220
34
29
31
87
34
25
221
45
27
88
37
27
222
57
29
89
63
35
223
46
29
90
45
27
224
43
24
91
49
27
225
48
29
92
48
35
226
45
24
93
41
29
227
42
27
94
51
29
228
79
37
95
50
31
229
46
28
96
58
34
230
51
27
97
53
32
231
46
23
98
46
31
232
41
25
99
66
34
233
34
19
100
34
25
234
48
27
101
47
30
235
51
35
102
47
18
236
61
34
103
59
27
237
41
28
104
66
33
238
39
28
105
52
31
239
44
26
106
53
26
240
46
27
32
107
36
31
241
54
27
108
43
24
242
39
29
109
40
30
243
44
29
110
39
31
244
42
22
111
41
26
245
57
25
112
50
31
246
47
28
113
48
28
247
55
28
114
49
26
248
38
16
115
47
14
249
34
29
116
29
25
250
33
34
117
38
16
251
48
31
118
44
25
252
44
22
119
48
27
253
41
25
120
51
31
254
46
28
121
44
27
255
54
29
122
44
25
256
56
27
123
34
22
257
38
27
124
36
32
258
59
31
125
43
29
259
42
24
126
60
29
260
59
31
33
127
70
37
261
45
24
128
40
25
262
48
29
129
36
22
263
40
21
130
40
21
264
57
30
131
52
28
265
66
32
132
44
26
266
62
31
133
52
25
267
65
30
134
43
25
268
65
34
34
Download