BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di masa

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di masa sekarang ini, perkembangan industri hospitality khususnya dalam
bidang Food&Beverage service semakin berkembang dengan pesat. Biasanya jenis
usaha yang bergerak dalam bidang ini adalah restoran. Salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya fenomena ini dikarenakan makanan bukan lagi produk
konsumsi untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia semata. Makanan saat ini
menjadi sebuah gaya hidup baru di kalangan masyarakat. Makanan berubah menjadi
sebuah industri kuliner yang memberikan tidak hanya cita rasa tetapi juga kebutuhan
lain manusia untuk bersosialisasi maupun beraktualisasi. Sebab, industri kuliner yang
berkembang saat ini juga menyediakan ruang bagi konsumen untuk bisa berkumpul
dengan komunitasnya melalui layanan ruangan maupun jasa lainnya. Hal ini dapat
dilihat melalui pertumbuhan ekonomi di Provinsi DKI Jakarta yang terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun dan salah satu sektor yang ikut berperan dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah sektor perdagangan-hotel-restoran.
Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Menurut Lapangan Usaha
(Juta Rupiah)
Tahun
Sektor
2010
2011
178.357.449 204.480.250
2012
2013
228.042.601
265.127.737
Perdagangan,
Hotel, Restoran
PDRB
862.089.737 982.804.778 1.103.692.660 1.255.925.782
Sumber: www.jakarta.bps.go.id
Menurut Andrews (2013:9), “Restoran merupakan fasilitas komersial yang
menyajikan
makanan
dan
minuman
bagi
pelanggan
untuk
mendapatkan
keuntungan.” Dari definisi ini, maka perusahaan yang bergerak dalam bidang inipun
dituntut untuk semakin meningkatkan kualitasnya, tidak hanya kualitas makanan
semata, tetapi juga kualitas pelayanan atau service yang diberikan dalam penyajian
makanan kepada pelanggan. Untuk dapat memberikan kualitas pelayanan yang
maksimal tentunya perlu didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan
1
2
berkompetensi, sehingga dalam usahanya perusahaan tidak hanya mendapatkan atau
mencari keuntungan semata namun juga dapat memberikan kepuasan bagi para
pelanggannya dan membuat pelanggan menjadi loyal dan percaya terhadap
perusahaan.
Dalam setiap perusahaan, sumber daya manusia yang berkualitas menjadi
kebutuhan dan faktor utama bagi perusahaan. Oleh karena itu, agar dapat memiliki
sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat mendukung
tercapainya tujuan perusahaan, maka diperlukan manajemen sumber daya manusia
yang baik. Hal ini didukung oleh arti dari manajemen sumber daya manusia dalam
Yani (2012:2) yang secara lugas memiliki pengertian sebagai “kegiatan perencanaan,
pengadaan, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia
dalam upaya mencapai tujuan individu ataupun organisasional.” Sedangkan menurut
Dessler (2011:5) dalam bukunya menyatakan bahwa “Manajemen sumber daya
manusia adalah proses memperoleh, melatih, menilai, dan memberikan kompensasi
kepada karyawan, memerhatikan hubungan kerja mereka, kesehatan, keamanan, dan
masalah keadilan.” Dari kedua definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
pelatihan merupakan salah satu bagian untuk mengembangkan sumber daya manusia
melalui manajemen sumber daya manusia dari suatu perusahaan atau organisasi.
Pelatihan merupakan suatu alat yang dapat digunakan dalam mengembangkan
kualitas serta kompetensi berupa keterampilan dan kemampuan dari sumber daya
manusia di suatu perusahaan. Menurut Mariot Tua Efendi H dalam Yani (2012:82),
“Latihan dan pengembangan dapat didefinisikan sebagai usaha yang terencana dari
organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
pegawai.” Selain itu, menurut Sjafri Mangkuprawira dalam Yani (2012:82),
“Pelatihan bagi karyawan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan
keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu
melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar.”
Dengan adanya pelatihan bagi karyawan, maka perusahaan dapat mengembangkan
keterampilan dan pengetahuan karyawan tersebut sehingga karyawan tersebut dapat
memberikan kinerja yang baik dan sesuai dengan standar yang ada sehingga dapat
membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Dengan didukung oleh pelatihan, setiap karyawan diharapkan agar dapat
melakukan atau menjalankan pekerjaannya dengan baik, hal itu dapat dilihat melalui
kinerja dari karyawan yang telah sesuai dengan standar yang ada bahkan dapat
3
memberikan hasil kerja yang lebih dari yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Menurut Wibowo dalam Yani (2012:3) “Kinerja merupakan hasil pekerjaan atau
prestasi kerja yang mencakup bagaimana proses pekerjaan itu berlangsung.”
Sedangkan menurut Moeheriono dalam Abdullah (2014:3) “Kinerja atau performace
merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program
kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi
yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi.”
Dari definisi diatas, dapat diketahui bahwa dalam proses mengembangkan
sumber daya manusia yang baik, terdapat alat yang dapat digunakan yaitu pelatihan.
Pelatihan merupakan suatu alat untuk meningkatkan kinerja karyawan, karena
dengan adanya pelatihan maka dapat meningkatkan pengetahuan serta keterampilan
karyawan tersebut yang dapat mendukung karyawan untuk dapat melakukan
pekerjaan dan tanggung jawabnya dengan baik sehingga dapat memberikan kinerja
yang memuaskan. Dari pemaparan yang dijabarkan diatas penulis ingin meneliti
mengenai hubungan dan pengaruh antara pelatihan terhadap kinerja karyawan,
khususnya pada usaha yang bergerak pada bidang Food&Beverage service yaitu
restoran.
Dalam sebuah usaha restoran, produk yang dijual kepada tamu atau pelanggan
bukanlah makanan semata, namun juga berupa jasa yang diimplementasikan dalam
bentuk pelayanan atau service dari para pramusaji atau server. Untuk memberikan
service yang baik dan sesuai dengan standar dari perusahaan sendiri, maka
dibutuhkan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang harus dikuasai dan
diimplementasikan oleh para pramusaji dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan. Menurut Hartatik (2014:35), “SOP adalah satu set instruksi tertulis yang
digunakan untuk kegiatan rutin atau aktivitas yang berulang kali dilakukan oleh
sebuah organisasi.” Dengan menerapkan SOP maka tentunya kegiatan operasional
restoran akan berjalan lebih teratur, rapi, dan lebih efisien. Agar seluruh pramusaji
dapat menguasai dan menerapkan standar operasional ini dalam memberikan
pelayanan kepada tamu, maka salah satu cara atau alat yang dapat digunakan adalah
melalui pelatihan.
Untuk pemilihan tempat penelitian, penulis memilih salah satu restoran steak
yang berada di kawasan Cipete, Jakarta Selatan yaitu ABUBA Steak. Pemilihan
tempat ini selain didasari oleh jenis usaha yang bergerak dalam bidang
Food&Beverage service, restoran ini pada awalnya merupakan sebuah restoran steak
4
kecil yang semakin terus berkembang hingga sekarang ini. Penulis yang juga
merupakan konsumen dari restoran ini melihat berbagai perubahan dan peningkatan
terutama perkembangan dari sisi sumber daya manusianya. Sebagai konsumen,
penulis merasakan secara langsung peningkatan pada kualitas pelayanan dari para
pramusaji di restoran ini. Namun selain terdapat peningkatan dalam kualitas
pelayanan, terkadang juga terjadi penurunan dari service yang diberikan. Hal itu
dapat dirasakan terutama ketika restoran dalam keadaan ramai dan sibuk. Hal ini
didukung oleh hasil wawancara penulis dengan manajer restoran ABUBA Steak
yang menyatakan bahwa, para pramusaji seringkali tidak konsisten menjalankan
standar operasional yang ada, hal itu dapat dilihat dengan terlewatkannya beberapa
standar operasional yang harus dijalankan, salah satunya seperti prebushing yaitu
proses clearing priring kotor dan setelah itu menawarkan dessert kepada tamu.
Tetapi karena dalam keadaan yang ramai dan sibuk, tahapan tersebut menjadi
terlewatkan. Dengan SOP yang tidak dijalankan secara menyeluruh tentunya
mempengaruhi kegiatan operasional restoran. Hal ini mempengaruhi service time
yang biasanya 15 menit bisa menjadi 25 menit, selain itu juga mempengaruhi waiting
list dan membuat turnover tamu menjadi lebih lambat. Berikut merupakan guest
comment yang menjadi salah satu acuan bagi pihak restoran untuk mengetahui
keluhan dari tamu.
5
Gambar 1.1 Guest Comment
Sumber: ABUBA Steak
Hal ini tentu dapat menjadi bahan evaluasi bagi ABUBA Steak dalam
memberikan pelatihan bagi para pramusaji sehingga dapat memberikan kinerja
berupa service yang baik. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengangkat topik
sumber daya manusia pada restoran ABUBA Steak dengan judul “Pengaruh
Pelatihan SOP terhadap Kinerja Pramusaji pada Restoran ABUBA Steak,
Cipete, Jakarta Selatan” untuk penelitian ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
yang
telah
dipaparkan
diatas,
penulis
merumuskan beberapa masalah dari “Pengaruh Pelatihan SOP terhadap Kinerja
Pramusaji pada Restoran ABUBA Steak, Cipete, Jakarta Sealatan” menjadi:
•
Bagaimana pelatihan SOP pada ABUBA Steak?
•
Bagaimana kinerja pramusaji di ABUBA Steak?
•
Bagaimana pengaruh pelatihan SOP terhadap kinerja pramusaji di ABUBA
Steak?
6
1.3 Ruang Lingkup
Agar penelitian yang dilakukan dapat terfokus dan berjalan dengan efektif,
maka penulis hanya memfokuskan ruang lingkup dari objek penelitian kepada
seluruh pramusaji ABUBA Steak, Cipete, Jakarta Selatan.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berikut ini merupakan tujuan dari penulisan tugas akhir ini:
1. Untuk dapat mengetahui pelatihan SOP yang diterima oleh seorang pramusaji di
ABUBA Steak.
2. Untuk dapat mengetahui kinerja yang diberikan pramusaji di ABUBA Steak,
yang dapat dilihat melalui service daripada pramusaji tersebut.
3. Untuk dapat mengetahui hubungan atau pengaruh dari pelatihan SOP terhadap
service yang diberikan oleh pramusaji di ABUBA Steak.
Adapun beberapa manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini, diantaranya
sebagai berikut:
1. Bagi penulis sendiri, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis
dalam mengimplementasikan ilmu yang telah penulis dapatkan selama menjalani
masa perkuliahan, serta diharapkan pula dengan penelitian ini, penulis dapat
menambah wawasan maupun pengetahuan serta pengalaman mengenai sumber
daya manusia khususnya yang berhubungan dengan pelatihan dan kinerja dari
tiap individu.
2. Bagi perusahaan, diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan dengan
menjadi referensi masukan dan bahan pertimbangan bagi perkembangan
manajemen sumber daya manusia.
3. Bagi para pembaca, diharapkan agar penelitian ini dapat menjadi wawasan dan
menambah informasi yang berhubungan dengan sumber daya manusia, sekaligus
dapat menjadi bahan perbandingan bilamana terdapat penelitian-penelitian lain
dengan topik pembahasan yang terkait.
7
1.5 Sistematika Penulisan
BAB 1
Berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan dan
manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB 2
Berisikan mengenai tinjauan pustaka yang mendukung penelitian, yang berupa
teori-teori yang dipakai sebagai dasar pembuatan skripsi.
BAB 3
Berisikan tentang metode penelitian yang menjabarkan secara rinci bagaimana
penelitian dilakukan melalui langkah-langkah yang digunakan dalam proses
pengumpulan data.
BAB 4
Berisikan analisa hasil penelitian yang terkandung di dalamnya proses
pengolahan data dari seluruh kegiatan penelitian ini.
BAB 5
Berisikan kesimpulan dan saran yang penulis susun setelah melakukan seluruh
proses penelitian. Pada bab ini pula, penulis menjawab rumusan masalah yang
ada dan memberikan saran atau masukan bagi perusahaan serta informasi bagi
para pembaca.
1.6 Tinjauan Pustaka
Berikut ini merupakan salah satu jurnal yang memuat penelitian terdahulu
yang menjelaskan mengenai hubungan antara pengaruh pelatihan terhadap
kinerja karyawan. Berdasarkan Leonando Agusta dan Eddy Madiono Sutanto
dalam Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol.1, No. 3, 2013 “Pengaruh Pelatihan dan
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV Haragon Surabaya” adalah
penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan.
Dari jurnal tersebut diketahui bahwa variabel yang memiliki pengaruh yang
dominan terhadap kinerja karyawan adalah variabel pelatihan, dengan
8
determinasi sebesar 29%. Sedangkan untuk variabel motivasi hanya memiliki
nilai determinasi sebesar 10% terhadap variabel kinerja.
Download