Steak Steak berasal dari beef steak yang artinya adalah sepotong daging. Daging yang biasanya diolah menjadi steak adalah daging merah dan dada ayam. Kebanyakan steak dipotong tegak lurus dengan fiber otot, menambah kelegitan daging. Steak biasanya dimasak dengan cara dipanggang/dibakar akan tetapi dapat juga digoreng tepung. Steak merupakan potongan daging yang sesuai untuk diolah menjadi masakan. Kata steak lebih populer sebagai olahan dari daging yang dipanggang atau dibakar. Steak biasanya disajikan bersama aneka saus pilihan misalnya saus barbeque, saus lada hitam, saus putih, dan sebagainya (Sufi, 2009). Salah satu pengolahan daging adalah dengan memasak daging yaitu menjadi steak, dimana kualitasnya dipengaruhi oleh kualitas daging serta metode pemasakan yang dilakukan. Metode pemasakan pada steak sangat terkait dengan lamanya proses pemasakan, karena proses pemasakan akan menentukan kualitas fisik daging diantaranya adalah tekstur, pH, kekuatan tarik, DIA atau WHC, susut masak dan organolaptik (Soeparno, 2005). pH. pH steak 5,57 dari pH daging sebelum pemanggangan 5,5 hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Rasyad (2012) bahwa proses pemanggangan dengan perlakuan lama dalam microwave cenderung meningkatkan nilai pH steak daging. Rasa. Steak yang memiliki tingkat kematangan well done yaitu daging steak yang sudah kering tanpa juicy ketika dimakan. Hal ini dipengaruhi oleh lamanya proses pemanggangan yang sangat berpengaruh terhadap karakteristik daging steak yang dihasilkan. Daging yang diberi perlakuan pemasakan dan pemanasan akan mempengaruhi kesan juicy pada daging dan meningkatkan Daya Ikat Air (DIA), karena proses pemanasan yang terjadi pada daging akan mendegradasi protein, menguapkan air, dekomposisi asam amino dan mengakibatkan jaringan ikat mengalami pengembangan (Sudrajat, 2003). Aroma. Aroma steak adalah gurih karena menurut Amerine et. al. (1965), bahwa kadar lemak dan umur banyak mempengaruhi aroma. Daging yang biasa digunakan untuk steak adalah tenderloin dimana bagian ini memiliki perlemakan yang baik. Tekstur. Lamanya proses pemanggangan pada daging akan berpengaruh terhadap nilai keempukan dan kesan juicy (Vasanthi dan Dusyanthan, 2006). Pemasakan yang dilakukan paling lama adalah dengan waktu 10 menit yang merupakan skor tertinggi 4,07 dengan suhu 200oC. Penampilan. Penampilan steak daging sapi berkaitan dengan warna daging dan lama proses pemanggangan. Amelia (2018) menyatakan bahwa steak dengan tingkat kematangan rare ditandai dengan daging steak yang ketika dipotong memiliki warna merah pada bagian tengahnya, dengan juicy yang membuat cita rasa daging menjadi sangat terasa, steake dengan tingkat kematangan medium rare daging bagian dalam steak masih terlihat agak kemerahan, steak dengan tingkat kematangan medium well bagian dalam yang berwarna merah muda dan steak dengan tingkat kematangan well done dari segi penampilannya terlihat berwarna coklat dan bertekstur kering. Tingkat kesukaan. Menurut Rasyad, et al. (2012) menyatakan bahwa pemanggangan yang paling baik dilakukan adalah dengan waktu yang lama (10 menit) atau dikenal dengan istilah tingkat kematangan well done, hal ini dilakukan agar diperoleh tekstur yang baik pada daging tersebut. Jika dilihat pada Tabel 2, hasil tersebut menunjukkan bahwa steak yang paling disukai oleh panelis adalah metode pemanggangan yang dilakukan dengan waktu paling lama yaitu 10 menit. Selain karena suhu dan waktu yang ideal untuk pemasakan, panelis yang merupakan bagian dari masyarakat Indonesia ini sangat menentukan tingkat kesukaan terhadap steak tersebut. Masyarakat Indonesia lebih menyukai makanan yang dimasak secara matang, berbeda dengan masyarakat luar yang terbiasa dengan makanan yang dikonsumsi secara mentah. Referensi Amelia, Lapika. 2018.Cairan Merah pada Stea Ternyata Bukan Darah tapi Sari Daging (Juicy). http://www.abuelaskitchen.com/cairan-merah-pada-steak-ternyata-bukan-darah-tapi-saridaging-juicy/ Diakses tanggal 26 Agustus 2019 Amerine, M.A., R.M. Pangborn dan E.B. Roessler. 1965. Principles of Sensory Evaluationof Food. Academic Press, New York. Rasyad, N.V.B., D. Rosyidi dan A.S. Widati. 2012. Pengaruh Lama Pemanggangan dalam Microwave terhadap Kualitas Fisik Steak Daging Ayam. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak 7 (1): 6-11. Sudrajat, A. 2003. Pengaruh Temperatur dan Lama Pemasakan terhadap Karakteristik Fisik dan Organoleptik Daging Ayam Broiler. Skripsi Fakultas Peternakan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Sufi. 2009. Steak Favorit dan Sehat. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Soeparno. 2005. Ilmu Dan Teknologi Daging. Cetakan Ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Vasanthi.C.,V. Venkataramanujamdan K. Dushyanthan. 2006. Effect of cooking temperature and time on the physico-chemical, histological and sensory properties of female carabeef (buffalo) meat. Department of Meat Science and Technology, Madras Veterinary College, Chennai 600007, India.