28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat

advertisement
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2013 di
Laboratorium Pertanian Universitas Sultan Syarif Kasim Riau.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Laminar Air Flow (LAF), hot plate magnetic stirrer, mikropipet, vortex,
penjepit tabung, ball pipetor, spatula, oven, lemari pendingin, rak tabung
reaksi, blender, cawan petri diameter 120 mm, inkubator, autoklaf,
seperangkat alat destilasi, jarum ose, neraca analitik, pipet tetes, gunting,
sarung tangan, penggaris, pembakar bunsen, lemari pendingin, rotary
vacuum evaporator dan alat-alat gelas.
2. Bahan
Daun cincau, metanol, nutrien agar (NA), etanol, aquades, serbuk Mg,
HgCl2, HCl pekat, amoniak, kloroform, asam sulfat 2 N, FeCl3, asam
sulfat, asam asetat, kalium iodida, NaCl fisiologis, tetrasiklin, alumunium
foil, kertas saring, kapas berlemak.
3. Bakteri yang digunakan
Bakteri
yang
digunakan
adalah
bakteri
Escherichia
coli
dan
Staphylococcus aureus yang diperoleh dari koleksi laboratorium pertanian
UIN SUSKA RIAU
28
29
C. Prosedur Penelitian
1. Preparasi Sampel
Daun cincau hijau spesies (Premna oblongifolia Mers) diambil dari
kabupaten kampar sebanyak 4 kg. Sampel yang akan diuji dibersihkan dari
pengotornya. Kemudian dilakukan proses perajangan dan dikering anginkan
selama ±1 minggu. Setelah kering, sampel dihaluskan sampai menjadi bubuk.
Proses ini dilakukan untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga
proses penetrasi pelarut ke dalam sampel dapat berlangsung dengan optimal.
2. Pembuatan larutan Pereaksi
a. Larutan Pereaksi Meyer
A
B
HgCl2
1,358 g
Akuades
60 ml
KI
5g
Akuades
10 ml
Tuangkan larutan A ke dalam larutan B, encerkan dengan akuades sampai
volum larutan menjadi 100 ml.
*Pereaksi untuk hampir semua alkaloida dengan membentuk endapan
putih dalam suasana sedikit asam.1
1
hlm. 71.
Mulyono HAM, Membuat Reagen Kimia Di Laboratorium, Bumi Aksara, Jakarta, 2009,
30
b.
Larutan Pereaksi Liebermann-Burchard
Pereaksi Liebermann-Burchard terdiri dari anhidrida asam asetat
(p.a), dan asam sulfat (p.a) dengan perbandingan 3:1.2
c. Pereaksi Besi (III) Klorida 1%
Sebanyak 1 gram besi (III) klorida dilarutkan dalam air suling
hingga 100 ml, dipindahkan ke erlenmeyer.
d. Larutan Asam Sulfat 2N
Sebanyak 2,72 ml asam sulfat pekat dilarutkan dengan air suling
dengan labu ukur 50 ml hingga tanda batas labu.3
3.
Pembuatan Media
a.
Pembuatan Media Nutrient Agar
Media NA dibuat sebanyak 2%. Kemudian dipanaskan hingga larut
dalam labu erlenmeyer, disumbat dengan kapas berlemak dan ditutup
dengan alumunium foil lalu disterilkan dengan autoklaf pada suhu 1210 C
selama 15 menit.
b.
Larutan Natrium Klorida 0,9%
Sebanyak 0,9 g NaCl ditimbang dan dilarutkan dengan air suling,
dimasukkan dalam labu ukur 100 ml sampai larut sempurna, ditambahkan
air suling sampai batas labu, dimasukkan dalam Erlenmeyer steril yang
bertutup, kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15
menit.
2
Malec dan Pomilio, 2003, dikutip dari K. Siadi, “Ekstrak Bungkil Biji Jarak Pagar
(Jatropha Curcas) Sebagai Biopestisida Yang Efektif Dengan Penambahan Larutan NaCl”, N
0215-9945, April 2012, hlm. 78.
3
Mulyono, Op.Cit,. hlm.31
31
c.
Pembuatan Agar Miring
Sebanyak 3 ml media Nutrien Agar cair, dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, diletakkan pada sudut kemiringan 30-450C dan dibiarkan
memadat, kemudian disimpan di dalam lemari pendingin.4
4.
Skrining Fitokimia
Uji Flavonoid
Sebanyak 1 g ekstrak daun cincau ditambahkan etanol 95%
kemudian dipanaskan. Lapisan atas dipipet dan ditambahkan dengan HCl
pekat 2 N dan serbuk Mg. Flavonoid: munculnya warna merah.
Uji Alkaloid
Sebanyak 4 g sampel ditambahkan kloroform secukupnya,
selanjutnya ditambahkan 10 ml amoniak dan 10 ml kloroform. Kemudian
larutan disaring ke dalam tabung reaksi dan filtrat ditambahkan 10 tetes
H2SO4 2N. Campuran dikocok dengan teratur, dibiarkan beberapa menit
sampai terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas dipindahkan ke dalam tabung
reaksi sebanyak 1 ml. Kemudian kedalam tabung tersebut ditambahkan
beberapa tetes pereaksi mayer. Apabila terbentuk endapan putih
menunjukan bahwa sampel tersebut mengandung alkaloid.5
4
Lowysa Wanti Silaban,”Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Kulit Buah
Sentul Terhadap Beberapa Bakteri Secara Invitro” Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan,
2009.
5
Marlinda, Meiske S. Sangi, Audy D. Wuntu. “Analisis Senyawa Metabolit Sekunder
dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.)”, Jurnal MIPA
UNSRAT Online 1 (1) 24-28), 2012, hlm. 25.
32
Uji Steroid
Sejumlah sampel dilarutkan dalam 2 ml kloroform dalam tabung
reaksi yang kering. Lalu didalamnya ditambahkan 10 tetes anhidrat asetat
dan 3 tetes asam sulfat pekat. Jika terbentuk warna biru atau hijau maka
sampel positif mengandung steroid..6
Tanin
Sampel daun cincau halus sebanyak 20 mg ditambah etanol sampai
sampel terendam semuanya. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes larutan
FeCl3 1%. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam
kebiruan atau hijau.7
Saponin
Sebanyak 0,5 gram serbuk simplisia dimasukkan kedalam tabung
reaksi ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan kemudian dikocok
selama 10 detik, jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil dan tidak
berkurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam
klorida 2 N menunjukkan adanya saponin.8
5.
Ekstraksi
Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi menggunakan
pelarut metanol. Maserasi dengan pelarut metanol dilakukan pada suhu
ruang selama 24 jam dengan pengadukan sesering mungkin. Sampel
kering berupa bubuk halus daun cincau sebanyak 200 g dimaserasi dengan
6
Azwin, Apriandi. “Aktivitas Antioksidan Dan Komponen Bioaktif Keong Ipong-Ipong
(Fasciolaria Salmo)”, Skripsi. Institut Pertanian Bogor . Bogor. 2011.
7
Mira Marlinda, Meiske S. Sangi, Audy D. Wuntu, Op.Cit., hlm. 25.
8
Lowysa Wanti Silaban. Loc.Cit.
33
1 liter (1 : 5) pelarut metanol. Selanjutnya filtrat metanol dipisahkan dari
residunya dengan penyaringan dilanjutkan dengan maserasi ulangan
hingga pelarutnya jernih. Filtrat yang didapat dicampur kemudian
diuapkan pelarutnya menggunakan rotari vacum evaporator hingga
diperoleh ekstrak pekat metanol serbuk daun cincau.
6.
Pembiakan bakteri
a.
Pembuatan Stok Kultur (Bakteri Staphylococcus aureus dan E.coli)
Diambil satu koloni bakteri Staphylococcus aureus dengan
menggunakan kawat ose steril, lalu ditanamkan pada media Nutrien
Agar miring dengan cara menggores, setelah itu diinkubasi dalam
inkubator pada suhu 36 ± 10C selama 18-24 jam. Untuk pembuatan
stok kultur bakteri Escherichia coli dilakukan cara yang sama seperti
pada bakteri Staphylococcus aureus.9
b. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji
Dari stok kultur bakteri yang telah tumbuh diambil dengan
jarum ose steril lalu disuspensikan dalam tabung yang berisi 10 ml
larutan natrium klorida 0,9%, kemudian diinkubasi selama 24 jam
pada suhu 370C.
9
Lowysa Wanti Silaban, Op.Cit., hlm. 26
34
7. Uji aktivitas antibakteri
Uji sumur difusi ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada
aktivitas antibakteri ekstrak metanol daun cincau terhadap bakteri E. Coli
dan S. Aureus. Uji ini merupakan uji kualitatif dan dilakukan sebanyak 3
kali ulangan. Sebelum uji sumur difusi dilakukan, terlebih dahulu dibuat
larutan ekstrak dengan konsentrasi 1g/ml dan tetrasiklin tablet 500 mg
dengan konsentrasi 10% (w/v). Kultur bakteri yang telah diremajakan
diambil sebanyak 0,1 ml dimasukkan ke dalam cawan petri steril.
Selanjutnya media agar steril 20 ml dituangkan ke dalam cawan petri,
lalu dicampur merata dan dibiarkan memadat pada suhu kamar. Setelah
media memadat, dibuat lubang berdiameter 0,6 cm menggunakan
pangkal pipet tetes, lalu ditetesi dengan perlakuan-perlakuan (ekstrak
metanol daun cincau hijau dan tetrasiklin sebagai kontrol positif serta
metanol sebagai kontrol negatif) sebanyak 0,1 ml. Kemudian dilakukan
pra inkubasi selama 15 menit pada suhu kamar. Inkubasi dilakukan pada
suhu 37oC selama 24 jam. Daya antibakteri masing-masing perlakuan
ditunjukkan oleh diameter zona bening disekitar lubang.
8. Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum
Setelah diketahui ekstrak metanol daun cincau hijau mempunyai
aktivitas antibakteri, selanjutnya ekstrak metanol daun cincau hijau
ditentukan Konsentrasi Hambat Minimum terhadap bakteri uji. KHM
digunakan untuk mengetahui konsentrasi minimum dari suatu larutan
antimikroba terhadap pertumbuhan mikroba tertentu. Variasi konsentrasi
35
yang digunakan untuk menentukan KHM pada penelitian ini yaitu 62,5
mg/ml, 125 mg/ml, 250 mg/ml, 500 mg/ml. Kultur bakteri yang telah
diremajakan diambil sebanyak 0,1 ml dimasukkan ke dalam cawan petri
steril. Selanjutnya media agar steril 20 ml dituangkan ke dalam cawan
petri, lalu dicampur merata dan dibiarkan memadat pada suhu kamar.
Setelah media memadat, dibuat lubang berdiameter 0,6 cm menggunakan
pangkal pipet tetes, lalu ditetesi dengan masing konsentrasi ekstrak dan
metanol sebagai kontrol negatif sebanyak 0,1 ml. Kemudian dilakukan
pra inkubasi selama 15 menit pada suhu kamar. Inkubasi dilakukan pada
suhu 37oC selama 24 jam. Aktivitas antibakterinya diperoleh dengan
mengukur zona bening.
Zona hambat dihitung dengan mengukur diameter zona bening. Uji ini
dilakukan pada kedua bakteri (Staphylococcus aureus dan Escherichia coli)
dengan tiga kali pengulangan. Pengujian ini dilakukan secara aseptik. Dari
pengujian ini, akan diketahui pada konsentrasi berapa ekstrak memiliki
aktivitas antibakteri.10
D. Teknik Analisis Data
Data akan didapat setelah dilakukan analisa pada serbuk simplisia,
yaitu setelah melalui proses skrining fitokimia, ekstraksi, dan uji aktivitas
antibakteri dengan metode difusi agar sumur. Berikut format tabel hasil
skrining fitokimia dan aktivitas antibakteri dari ekstrak daun cincau hijau
(Premna oblongifilia Merr).
10
Ibid.
36
Tabel III.1 Skrining fitokimia ekstrak daun cincau hijau (Premna oblongifilia
Merr).
No.
Golongan senyawa
Hasil Ekstrak daun
1. Flavonoid
2. Alkaloid
3. Steroid
4. Saponin
5. Tanin
Setelah melakukan uji akktivitas antibakteri, diukur diameter zona
hambat dengan penggaris atau jangka sorong seperti contoh berikut,
kemudian data yang di peroleh dituangkan dalam tabel diameter hambat.
diameter zona hambat
Gambar III.1 Contoh Pengukuran Diameter Hambat
Contoh pengukuran diameter hambat (gambar hasil uji aktivitas
dari ekstrak etanol kulit buah sentul terhadap bakteri Shigella dysenteriae
oleh Lowsya Wanti Silaban.)
Diameter zona hambat =
Dimana : D1, D2, D3 adalah areal bening (mm)
d adalah diameter sumur (mm)
37
Tabel III.2 diameter hambat ekstrak daun cincau hijau (Premna oblongifolia
Merr).
No
Konsentrasi
(mg/ml)
1
2
3
4
5
6
500
250
125
62,5
Kontrol positif
Kontrol negatif
1
S. aures
2
3
D*
1
E. coli
2
3
D*
Keterangan :
D* : diameter rata-rata zona hambat
Konsentrasi terendah yang menunjukkan adanya zona bening disebut
konsentrasi hambat minimum (KHM).
Download