Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pada keempat bakteri uji terdapat korelasi positif antara konsentrasi ekstrak dengan aktivitas antibakteri, yaitu semakin besar konsentrasi ekstrak yang ditambahkan maka aktivitas antibakteri semakin besar pula yang ditunjukkan dengan semakin besarnya diameter zona hambat Hasil uji statistik juga menunjukkan bahwa aktivitas antibibakteri ekstrak dengan konsentrasi 500 mg/mL ternyata tidak berbeda nyata dengan ekstrak 125 mg/mL terhadap keempat bakteri uji. Sedangkan konsentrasi lainnya memiliki diameter zona hambat yang berbeda nyata. Perbandingan Penghambatan Ekstrak Daun Jawer Kotok Terhadap Ampisilin Kontrol positif yang digunakan pada penelitian ini adalah ampisilin 0.4 mg/mL. Ampisilin digunakan sebagai kontrol positif dalam penentuan aktivitas antibakteri daun jawer kotok karena ampisilin merupakan turunan dari penisilin yang mempunyai spektrum antibakteri yang luas. Gambar 5 menunjukkan zona hambat ampisilin konsentrasi 0.4 mg/mL terhadap bakteri uji. Zona hambat ampisilin terhadap B. subtilis, S. aureus, E. coli, dan P. aeruginosa masingmasing sebesar 26.2, 25.6042, 24.7708, dan 25.5292 mm. Diameter zona hambat yang dihasilkan oleh ekstrak aseton daun jawer kotok pada semua konsentrasi (0.05-500 mg/mL) terhadap keempat bakteri uji belum sebanding dengan dengan ampisilin 0.4 mg/mL. Zona hambat dari ampisilin sebagai kontrol mempunyai diameter zona hambat yang lebih besar jika dibandingkan dengan ekstrak daun jawer kotok walaupun konsentrasi kontrol jauh lebih rendah dari konsentrasi ekstrak. Hal ini dapat disebabkan ekstrak daun jawer kotok merupakan ekstrak kasar yang masih mengandung bahan organik lain selain senyawa antibakteri Perbandingan diameter zona bening ampisilin dan ekstrak daun jawer kotok dapat dilihat pada Gambar 6. 26.5 26 zona hambat (mm) 25.5 25 24.5 24 B. subtilis S.aureus E. coli P. aeruginosa bakteru uji Gambar 5 Daya hambat ampisilin 0.4 mg/mL. 30 25 20 zona hambat 15 10 5 0 500 30 5 0.8 0.2 Ampisilin konsentrasi (mg/mL) Gambar 6 Perbandingan daya hambat ekstrak aseton daun jawer kotok terhadap ampisilin 0.4 mg/mL. ( ) B. subtilis,( ) S. aureus ( )E. coli ( ) P. aeruginosa Hasil penelitian ini secara umum menunjukkan bahwa bakteri Gram positif (B. subtilis dan S. aureus) lebih mudah dihambat oleh ekstrak daun jawer kotok. Hal ini disebabkan oleh struktur dinding sel bakteri Gram positif yang relatif sederhana sehingga memudahkan senyawa antibakteri untuk masuk ke dalam sel dan menemukan sasaran untuk bekerja. Sedangkan struktur dinding sel bakteri Gram negatif lebih kompleks, berlapis tiga yaitu lapisan luar yang berupa lipoprotein, lapisan tengah yang berupa lipopolisakarida, dan lapisan dalam berupa peptidoglikan (Pelczar & Chan 1986). Membran terluar bakteri Gram negatif dapat menghalangi penembusan senyawa antibakteri (Siswandono & Soekardjo 1995) SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Daun jawer kotok (Coleus scutellaroides (L.) Benth. ) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif (Bacillus subtilis dan Staphylococcus aureus) dan bakteri Gram negatif (Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa). Aktivitas filtrat daun tua lebih besar jika dibandingkan dengan filtrat daun muda. Ekstrak aseton memiliki aktivitas antibakteri yang paling besar dibandingkan dengan ekstrak air dan heksana. Uji fitokimia menunjukkan ekstrak aseton daun jawer kotok mengandung alkaloid dan steroid. Konsentrasi ekstrak berbanding lurus dengan zona hambat yang dihasilkan. Semakin tinggi konsentrasi maka zona hambat yang dihasilkan lebih besar pula. Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) bakteri B. subtilis, S. aureus, E. coli dan S. aureus adalah sebesar 0.1 mg/mL dengan zona hambat masing-masing adalah 6.6438 6.500, 6.8062, dan 6.6188 mm. Saran Saran untuk penelitian lanjutan adalah perlu dilakukan penelitian aktivitas antibakteri dari bagian tanaman jawer kotok yang lain serta spesies tanaman jawer kotok yang lain. Selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui jumlah bakteri yang mampu dibunuh atau dihambat oleh ekstrak kasar daun jawer kotok serta perlu dilakukan pemurnian dan identifikasi senyawa kimia yang berperan sebagai antibakteri pada tanaman ini DAFTAR PUSTAKA Adijuwana, Nur MA. 1989. Teknik Spektroskopi dalam Analisis Biologi. Bogor: Pusat Antar Universitas IPB. Fardiaz S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. Gan S et al. 1980 Farmakologi dan Terapi. Ed ke-2. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Gani A. 2007. Aktivitas antibakteri ekstrak kasar daun cocor bebek (Kalanchoe gastonis-bonnieri) [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah; Niksolihin S, editor. Bandung: ITB. Terjemahan dari: Phytochemical Mathode. Harjadi W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Anderson WAD. 1961. Pathology. Fourth Edition.USA: The Mosby CV. Irianto K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Jilid I. Bandung: Yrama Widya. Asiamaya. 2000.Ileur (Coleus atropurpureus [L.]). [terhubung berkala]. http://www.asiamaya.comjamuisiilr_col eusatropurpureus.htm. [9Desember 2006]. Khopkar SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Saptohardjo A, penerjemah; Jakarta: UI Press. Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical Chemistry. Bauer Lay W & Hastowo S. 1992. Mikrobiologi. Jakarta: Rajawali. AN et al. 1968. Antibiotic susceptibility testing by standardize single disc method. Am of Clin Panthol. 45:493-496. Bintang M. 1993. Studi antimikroba dari Streptococcus lactis BCC 2259 [disertasi]. Bandung: Program Doktor Institut Teknologi Bandung. Buckle KA, et.al. 1985. Ilmu Pangan. Purnomo H, Adiono, penerjemah; Jakarta UI Pr. Dalimarta S. 2000. Atlas Tumbuhan Indonesia. Jilid ke-2. Jakarta: Trubus Agriwidya. [Depkes]. Departemen Kesehatan. 2000. Coleus blumei Benth. [terhubung berkala].http://bebas.vlsm.orgv12artike lttg_tanaman_obat/depkesbuku22072.pdf) [8 Maret 2007]. Fardiaz S. 1983. Bakteriologi Keamanan Pangan. Jilid I. Bogor: Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Mckanne L, Kandel J. 1996. Microbiology Essentials and Aplication. Ed ke-2. New York: McGraw Hill. Melawati. 2006. Optimasi proses maserasi Paniilli (Vanilla planifolia A) hasil modifikasi proses kuring [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Meloan CE. 1999. Chemical Separation. New York: J. Willey. Mukhopadhyay M. 2002. Natural Extract Using Supercritical Carbondioxide. London: CRC Pr. Murni A. 1998. Penapisan senyawa antibakteri dari ekstrak daun babadotan (Ageratum conyzoides [L.]) [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Naim R. 2004. Senyawa antimikroba dari tanaman. [terhubung berkala].