KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN

advertisement
KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DITINJAU DARI
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
(Studi Kasus Guru PKn Di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta)
NASKAH PUBLIKASI
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
Guna mencapai derajat
Sarjana S-1
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Oleh:
KRESTI YULIANINGRUM
A 220 100 079
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DITINJAU DARI
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
(Studi Kasus Guru PKn Di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta)
Oleh:
Kresti Yulianingrum*, Danang Tunjung Laksono, S.Pd. M.Pd**
 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, FKIP,
UMS.
** Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muahammadiyah Surakarta, 2014.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan kompetensi
profesionalisme guru Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari latar belakang
pendidikan dan pelaksanaannya dalam pembelajaran di SMP Muhammadiyah 1
Surakarta.Penelitian ini menggunakan sumber data kepala sekolah, guru
Pendidikan Kewarganegaraan, guru mata pelajaran lain, dan siswa SMP
Muhammadiyah 1 Surakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara, observasi, dan mencatat dokumen atau arsip. Untuk validitas data
menggunakan trianggulasi sumber data dan triangulasi teknik atau metode
pengumpulan data. Metode penelitian ini, yaitu menggunakan teknik analisis
interaktif. Analisis interaktif digunakan untuk membandingkan data yang
diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumen.Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: 1) Ketiga guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMP
Muhammadiyah 1 Surakarta dapat dikatakan profesional, meskipun tidak semua
memenuhi syarat yang ditentukan. Karena untuk menjadi profesional, guru harus
memenuhi beberapa syarat. Syarat yang ditentukan terkait profesionalisme
tersebut belum semuanya dipenuhi misalnya latar belakang pendidikan
(kualifikasi akademik). 2) banyak usaha yang dilakukan oleh guru Pendidikan
Kewarganegaraan dalam meningkatkan profesionalitasnya, yaitu dengan
penguasaan materi, penggunaan TIK, penguasaan metodologi dengan membuat
PTK, mengembangkan diri dengan mengikuti MGMP, seminar, workshop, dan
pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat seperti bakti sosial. 3) dalam usaha
guru
Pendidikan
Kewarganegaraan
untuk
meningkatkan
kompetensi
profesionalismenya, masing-masing menghadapi kendala, antara lain tidak
menggunakan TIK, tidak melaksanakan PTK, tidak mengikuti seminar atau
workshop. Beberapa kendala yang dihadapi, tidak menjadikan guru Pendidikan
Pendidikan Kewarganegaraan untuk meningkatkan kompetensi profesionalisme.
Kata kunci: Kompetensi, Profesionalisme, Guru Pendidikan Kewarganegaraan,
Latar Belakang Pendidikan
PENDAHULUAN
Pendidikan dalam konteks pembangunan bangsa dan negara, masih
mengalami permasalahan yang serius. Kunandar (2011:7), menjelaskan bahwa
“bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan
yang sangat krusial dan multidimensional”. Hampir semua bidang kehidupan
berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat mengalami krisis yang berkepanjangan.
Setiap negara pasti mengharapkan memiliki kualitas pendidikan yang baik,
termasuk di Indonesia. Kualitas pendidikan di Indonesia banyak diperbincangkan
akhir-akhir ini, baik di kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat maupun
pihak pengambil kebijakan. Kualitas pendidikan nasional dinilai banyak kalangan
belum memadai bila dibandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara
tetangga seperti Malaysia, Singapura, Philipina, Thailand, dan Vietnam. Kualitas
pendidikan di Indonesia semakin terpuruk bila dibandingkan dengan negaranegara besar lainya pada abad ke-21.
Pada masa kini di seluruh dunia telah timbul pemikiran baru terhadap status
pendidikan. Pendidikan diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat
berharga dan benar-benar produktif, sebab pekerjaan produktif pada masa kini
adalah pekerjaan yang didasarkan pada akal, bukan tangan. Pembentukan orangorang terdidik sebagai pendidik merupakan modal yang paling penting suatu
bangsa. Pendidik dikatakan seorang guru profesional, apabila memiliki
kemampuan standar baik yang berkenaan dengan bidang akademik, paedagogis,
kualifikasi, dan sosial.
Janawi (2011:10-11), menjelaskan bahwa salah satu komponen yang harus
diperhatikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah guru, karena dalam
konteks pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar. Hal tersebut
dikarenakan guru adalah “garda terdepan” dalam pelaksanaan pendidikan. Guru
adalah sosok yang langsung berhadapan dengan peserta didik dalam
mentransformasi ilmu pengetahuan, sekaligus mendidik dengan nilai konstruktif.
Guru juga mengemban misi dan tugas berat, sehingga profesi guru dipandang
1
sebagai tugas mulia. Walaupun dalam realitanya guru selalu dipandang sebelah
mata dan senantiasa disebut sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa”.
Guru memiliki peran yang sangat strategis dalam proses pembelajaran.
Peran strategis guru dalam proses pembelajaran ini memiliki dampak pada
kompetensi yang dicapai siswa berupa pengetahuan, keterampilan dan moral.
Guru yang profesional pasti akan dapat menghasilkan pendidikan yang
berkualitas. Hal ini dapat dicapai dengan cara menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan, sehingga mampu memberikan motivasi dan semangat belajar
siswa. Guru profesional akan dapat melaksanakan pembelajaran yang dapat
menumbuhkan kreatifitas peserta didik.
Melalui strategi pembelajaran yang tepat dan beragam, peserta didik
diharapkan tidak hanya memahami materi saja tetapi juga dapat mendorong siswa
lebih aktif dalam proses pembelajaran. Semua itu dapat tercipta karena adanya
latar belakang pendidikan guru yang sesuai dengan bidang studi yang diampu,
yang dibekali dengan pengetahuan sesuai dengan bidangnya.
Guru profesional tidak hanya dituntut untuk mampu memiliki kepribadian
yang matang, penguasaan ilmu yang kuat, keterampilan mengajar, pengembangan
profesi, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai bidang studi
yang dikuasai. Tetapi pada kenyataan, masih banyak masyarakat yang
beranggapan bahwa siapapun bisa mengajar sehingga merasa tidak perlu
memperhatikan latar belakang pendidikan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas mendorong
peneliti untuk mengadakan penelitian terhadap kompetensi profesionalisme guru.
Oleh karena itu dipandang cukup penting untuk mengadakan penelitian
tentang kompetensi profesionalisme guru pendidikan kewarganegaraan ditinjau
dari latar belakang pendidikan di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mendeskripsikan kompetensi profesionalisme guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta ditinjau dari latar belakang
pendidikannya.
2
2. Untuk mendeskripsikan usaha yang dilakukan guru Pendidikan Kewarganegaraan
SMP
Muhammadiyah
1
Surakarta
dalam
meningkatkan
kompetensi
profesionalisme guru.
3. Untuk mendeskripsikan kendala yang dihadapi oleh guru Pendidikan
Kewarganegaraan di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta dalam meningkatkan
kompetensi profesionalisme.
LANDASAN TEORI
1. Kompetensi Profesionalisme Guru
a. Pengertian kompetensi. Sudjana dalam Janawi (2011:30), memahami
“kompetensi sebagai kemampuan yang disyaratkan untuk memangku profesi”.
Menurut Sardiman sebagaimana dikutip oleh Janawi (2011:30), “kompetensi
adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki seseorang berkenaan dengan
tugasnya”. Jadi, kompetensi adalah kemampuan, kecakapan, keterampilan yang
dimiliki seorang pendidik (guru) dalam menjalankan tugasnya.
b. Kompetensi guru. Menurut peneliti, dapat dikatakan bahwa kompetensi
guru merupakan segala pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki dan dikuasai oleh seorang pendidik (guru) yang memberikan ilmu atau
kepandaian kepada seseorang atau sekelompok orang. Guru dalam melaksanakan
tugasnya wajib memiliki kompetensi, dalam rangka keberhasilan pembelajaran
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
c. Macam-macam kompetensi guru. Peneliti merumuskan bahwa setiap
pendidik harus mengetahui beberapa kompetensi yang harus dimiliki. Sedikitnya
empat kompetensi dalam memegang profesinya. Keempat kompetensi tersebut
yaitu kompetensi paedagogik (penguasaan teori), kompetensi profesional
(kemampuan atau keahlian), kompetensi kesosialan (kemampuan berinteraksi),
dan kompetensi kepribadian (suri teladan).
d. Kompetensi profesionalisme guru. Janawi (2011:48-97), menjelaskan
bahwa kompetensi profesionalisme adalah kemampuan dasar tenaga pendidik
yang mampu menguasai keahlian dan keterampilan teoritik dan praktik dalam
pembelajaran. Seorang guru disebut profesional apabila guru memiliki
3
kemampuan standar baik yang berkenaan dengan bidang akademik, paedagogik,
kualifikasi dan sosial. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
kompetensi profesionalisme guru merupakan pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang dimiliki oleh pendidik (guru) dalam menjalankan tugasnya sesuai
bidang yang dikuasai dengan penuh tanggung jawab. Kompetensi profesionalisme
yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam mencapai keberhasilan pembelajaran
di dalam maupun di luar kelas.
2. Guru Pendidikan Kewarganegaraan
a. Pengertian guru. Djamarah (2000:1), menyatakan bahwa “guru adalah
figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting
dalam pendidikan”. Guru ialah seseorang yang mendidik dan menyalurkan ilmu
pengetahuan baik dalam lingkungan pendidikan formal maupun non formal
dengan penuh tanggung jawab, serta teladan kepada peserta didik dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya.
b. Pengertian pendidikan kewarganegaraan. Menurut Bakry (2008:3),
“Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik dalam mengembangkan kecintaan, kesetiaan, keberanian untuk berkorban
membela bangsa dan tanah air Indonesia”. Dari pengertian tersebut, peneliti
merumuskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang
memfokuskan pada pengembangan peserta didik dalam mengembangkan kecintaan,
kesetiaan, keberanian untuk berkorban membela bangsa dan tanah air Indonesia.
Mata pelajaran yang diadakan dalam rangka
pembe ntukan warga negara yang
paham dan mampu melaksanakan demokrasi Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
c. Pengertian guru Pendidikan Kewarganegaraan. Guru Pendidikan
Kewarganegaraan menurut peneliti adalah seseorang yang mendidik dan
menyalurkan ilmu pengetahuan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
kepada siswa untuk dapat berkorban kepada bangsa dan cinta tanah air Indonesia
dengan penuh tanggung jawab dengan memenuhi segala hal yang telah
ditetapkan, serta dapat menjadikan peserta didik mampu melaksanakan hak dan
4
kewajiban warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai
amanat Pancasila dan UUD 1945.
3. Latar Belakang Pendidikan
a. Pengertian latar belakang pendidikan. Merujuk pada Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan Dosen pasal 1 ayat (9), latar belakang
pendidikan sama halnya seperti Kualifikasi akademik yaitu “ijazah jenjang
pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru atau dosen sesuai dengan
jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan”. Latar
belakang pendidikan merupakan dasar pendidikan guru. Dasar tersebut berupa
ijazah (minimal S-1) yang dimiliki oleh seorang guru sesuai dengan jenis, jenjang,
dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan. Latar belakang pendidikan
yang dimiliki guru dalam mengajar, harus sesuai dengan bidang yang digeluti.
b. Macam-macam
latar
belakang
pendidikan
guru
Pendidikan
Kewarganegaraan. Di SMP Muhammadiyah 1 surakarta misalnya, ada tiga orang
guru Pendidikan Kewarganegaraan yang mengajar. Ketiga guru Pendidikan
Kewarganegaraan tersebut memiliki latar belakang yang berbeda. Pertama, latar
belakang PMP yang sekarang PKn, kedua Hukum (Sarjana Hukum), dan ketiga
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
4. Kompetensi Profesionalisme Guru Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau dari
Latar Belakang Pendidikan
Kompetensi profesionalisme merupakan pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang dimiliki oleh seorang pendifik (guru) dalam menjalankan tugasnya
sesuai dengan bidang yang dikuasai dengan penuh tanggung jawab. Dalam
menjalankan tugasnya sebagai pendidik, guru harus memegang profesi sesuai
dengan latar belakang pendidikan yang digelutinya. Baik Sekolah Dasar, guru
mata pelajaran Matematika, IPA, IPS, Bahasa, dan lain sebagainya termasuk
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) harus sesuai dengan latar belakang pendidikan
tersebut.
Latar belakang pendidikan yang dimiliki guru dalam mengajar, harus sesuai
dengan bidang yang digeluti. Guru Pendidikan Kewarganegaraan sejauh ini tidak
semua sesuai dengan latar belakang pendidikan Kewarganegaraan. Banyak
5
ditemui guru Pendidikan Kewarganegaraan yang berasal dari mata pelajaran lain
seperti Sejarah, IPS, atau bahkan Hukum (Sarjana Hukum).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Thohirin (2011:3),
penelitian kualitatif adalah:
Penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan
lain-lain dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada
suatu konteks khusus yang alamiah serta dengan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah.
Subjek penelitian ini terdiri dari kepala sekolah, guru Pendidikan
Kewarganegaraan, beberapa guru mata pelajaran lain, dan Siswa SMP
Muhammadiyah 1 Surakarta. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah
kompetensi profesional guru PKn di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta. Adapun
sumber data dalam penelitian ini adalah: narasumber atau informan yaitu kepala
sekolah, guru Pendidikan Kewarganegaraan, beberapa guru mata pelajaran lain,
dan Siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta; tempat dan peristiwa yaitu Tempat
penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta untuk memperoleh
data yang lebih lengkap, data atau informasi. Peristiwa yang dimaksud adalah
mengenai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai bahan untuk meninjau kompetensi profesionalisme
guru; arsip atau dokumen dalam penelitian ini adalah silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), ijazah yang dimiliki guru, dan foto dokumentasi sekolah.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara,
observasi, dan mencatat dokumen atau arsip. Wawancara dilakukan untuk
memperoleh informasi mengenai kompetensi profesionalisme guru Pendidikan
Kewarganegaraan. Observasi dilakukan untuk dapat mengetahui pelaksanaan
kompetensi
profesionalisme
guru
Pendidikan
Kewarganegaraan
dalam
pembelajaran. Mencatat dokumen atau arsip yang dijadikan kajian utama dalah
mengenai
kompetensi
profesionalisme
6
guru
Pendidikan Kewarganegaraan.
Sementara itu, dokumen pendamping berupa silabus, RPP, dan ijazah yang
dimiliki oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan.
Penelitian ini menggunakan dua macam trianggulasi. Pertama trianggulasi
sumber data berupa informasi tempat, peristiwa, dan dokumen yang diilustrasikan
sebagai berikut.
Narasumber
Kepala Sekolah, guru
PKn, guru lain dan siswa
Peristiwa
Pelaksanaan kompetensi
profesionalisme guru PKn
Dokumen
Silabus, RPP, ijazah yang
dimiliki guru PKn, dll.
Data mengenai kompetensi
profesionalisme guru PKn di
SMP Muhammadiyah 1
Surakarta
Kedua, triangulasi teknik pengumpulan data berasal dari wawancara, observasi,
dan mengkaji dokumen yang diilustrasikan sebagai berikut.
Wawancara
Kepala Sekolah, guru
PKn, guru lain, dan siswa
Pelaksanaan kompetensi
profesionalisme guru PKn
di dalam maupun di luar
kelas
Observasi
Dokumen
Data mengenai
kompetensi
profesionalisme guru
PKn di SMP
Muhammadiyah 1
Surakarta
Kompetensi profesionalisme
guru PKn, RPP, silabus,
ijazah, dan dokumen lainnya
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil
informasi
mengenai
penelitian yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh
kompetensi
profesionalisme
guru
Pendidikan
Kewarganegaraan ditinjau dari latar belakang pendidikan di SMP Muhammadiyah
1 Surakarta Tahun 2012 dengan hasil sebagaimana pemaparan di bawah ini.
7
1. Kompetensi Profesionalisme Guru Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau dari
Latar Belakang Pendidikan di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.
Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta
dapat dikatakan sebagai guru profesional, meskipun masing-masing memiliki
kekurangan dalam pelaksanaannya. Guru berlatah belakang pendidikan Hukum
memiliki kekurangan dalam hal jarang menggunakan TIK dan strategi
pembelajaran, selama mengajar tidak pernah melaksanakan PTK, jarang
mengikuti kegiatan diskusi ilmiah seperti seminar, workshop, kecuali pada
MGMP sekolah. guru berlatar belakang pendidikan IPS ekonomi, belum
memenuhi indikator dalam hal tidak pernah menggunakan TIK dan strategi
pembelajaran karena tidak begitu menguasainya, tidak pernah membuat PTK,
jarang mengikuti kegiatan diskusi ilmiah seperti seminar, workshop, kecuali
MGMP di sekolah. guru lulusan PMP (PKn) hanya kurang memenuhi indikator
yang ketiga, yaitu pelaksanaan PTK, karena dalam kurun waktu satu tahun, hanya
dapat membuat satu PTK, selain itu indikator yang lain sudah terpenuhi.
2. Usaha yang Dilakukan Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Muhammadiyah
1 Surakarta dalam Meningkatkan Kompetensi Profesionalisme.
Banyak usaha yang dilakukan guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam
meningkatkan kompetensi profesionalismenya. Usaha-usaha tersebut adalah
mempelajari materi yang akan diajarkan, mengikuti pelatihan TIK yang diadakan
oleh pihak sekolah, melaksanakan PTK, mengikuti kegiatan forum ilmiah seperti
MGMP sekolah, seminar, workshop, dan lain-lain, selanjutnya juga turut serta
dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat.
3. Kendala yang Dihadapi oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMP
Muhammadiyah 1 Surakarta dalam Meningkatkan Kompetensi Profesionalisme.
Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam hal meningkatkan kompetensi
profesionalisme, pelaksanaannya tidak selalu berjalan lancar, tetapi juga terdapat
kendala yang dihadapi. Masing-masing guru memiliki beberapa kendala dalam
seperti tidak pernah menggunakan TIK dalam pembelajaran karena faktor usia,
tidak menerapkan strategi pembelajaran karena tidak menguasainya, tidak
melaksanakan PTK karena tidak menguasai, tidak pernah mengikuti forum ilmiah
8
seperti seminar, workshop, dan lain-lain. Tetapi kendala tersebut tidak menjadi
penghambat oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan untuk meningkatkan
profesionalitasnya. Terbukti bahwa kinerja ketiga guru tersebut di sekolah dinilai
bagus dan profesional.
SIMPULAN
1. Kompetensi Profesionalisme Guru Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau dari
Latar Belakang Pendidikan di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.
Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta
dapat dikatakan sebagai guru profesional. Meskipun dalam pelaksanaannya belum
memenuhi persyaratan yang ditentukan. Persyaratan tersebut seperti latar
belakang yang sesuai, memiliki sertifikat guru profesional, dan juga memenuhi
indikator profesionalisme guru.
2. Usaha yang Dilakukan Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Muhammadiyah
1 Surakarta dalam Meningkatkan Kompetensi Profesionalisme.
Banyak usaha yang dilakukan guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam
meningkatkan kompetensi profesionalismenya. Usaha-usaha tersebut adalah
mempelajari materi yang akan diajarkan, mengikuti pelatihan TIK yang diadakan
oleh pihak sekolah, melaksanakan PTK, mengikuti kegiatan forum ilmiah seperti
MGMP sekolah, seminar, workshop, dan lain-lain, selanjutnya juga turut serta
dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat.
3. Kendala yang Dihadapi oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMP
Muhammadiyah 1 Surakarta dalam Meningkatkan Kompetensi Profesionalisme.
Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam hal meningkatkan kompetensi
profesionalisme, masing-masing guru memiliki beberapa kendala dalam seperti
tidak pernah menggunakan TIK dalam pembelajaran karena faktor usia, tidak
menerapkan
strategi
pembelajaran
karena
tidak
menguasainya,
tidak
melaksanakan PTK karena tidak menguasai, tidak pernah mengikuti forum ilmiah
seperti seminar, workshop, dan lain-lain. Tetapi kendala tersebut tidak menjadi
penghambat oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan untuk meningkatkan
profesionalitasnya
9
SARAN
1. Kepada Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebaiknya memberi ruang untuk diskusi ilmiah, mengadakan
berbagai acara diskusi ilmiah seperti seminar, workshop, untuk memudahkan guru
dalam partisipasinya, mengirimkan guru-guru untuk mengikuti forum ilmiah di
luar sekolah. Kepala sekolah hendaknya lebih selektif dalam menyeleksi calon
guru, harus sesuai dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki.
2. Kepada Guru
Guru hendaknya menguasai materi yang lebih luas dengan menambah
referensi lain yang sesuai, mengikuti pelatihan TIK agar dapat menguasai dan
diterapkan dalam pembelajaran, banyak mengikuti pelatihan penelitian (PTK)
untuk meningkatkan profesionalitasnya, selalu mengikuti kegiatan dalam
pengabdian kepada masyarakat.
3. Kepada Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti dapat digunakan sebagai wawasan dan pengetahuan untuk
mengadakan penelitian selanjutnya. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat,
membantu, dan memberi sumbangan pemikiran bagi penelitian yang sejenis
selanjutnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Bakry, Noor Ms. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Janawi. 2011. KOMPETENSI GURU Citra Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.
Kunandar. 2011. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT: Raja
Grafindo Persada.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
Thohirin, Dr. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan
Bimbingan Konseling. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Download