BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh kualitas kinerja guru. Kualitas kinerja guru tidak terlepas dari upaya pemantauan kepala sekolah dan pengawas selaku supervisor di sekolah. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar perlu mendapat perhatian dari pengawas sekolah secara terus menerus. Untuk peningkatan kinerja guru, pengawas sebagai supervisor mempunyai peranan dan andil yang sangat penting dalam memberikan bimbingan dan bantuan kepada para kepala sekolah dan guru sehingga tercipta iklim kerja yang kondusif. Mengacu Permenpan Nomor 15 tahun 2009 tentang jabatan fungsional pengawas dan angka kreditnya, dapat dikemukakan tentang tugas pokok dan tanggung jawab pengawas sekolah yang meliputi: pengawasan penyelenggaraan 1. Melaksanakan pendidikan di sekolah sesuai dengan penugasannya pada TK, SD, SLB, SLTP dan SLTA. 2. Meningkatkan kualitas proses belajarmengajar/bimbingan dan hasil prestasi belajar/bimbingan siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Tugas pokok yang pertama merujuk pada supervisi manajerial sedangkan tugas pokok yang kedua merujuk pada supervisi akademik. Pengawasan manajerial pada dasarnya memberikan pembinaan, penilaian dan bantuan/bimbingan mulai dari rencana program, proses, sampai dengan hasil. Bimbingan dan bantuan diberikan kepada kepala sekolah dan seluruh staf sekolah dalam pengelolaan atau penyelenggaraan pendidikan di sekolah guna meningkatkan kinerja sekolah. Pengawasan akademik berkaitan dengan membina dan membantu 1 guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar siswa. Dilihat dari fungsi tampak dengan jelas peranan supervisi itu. Peranan itu tampak dalam kinerja pengawas yang melaksanakan tugasnya. Mengenai peranan supervisi dapat dikemukakan berbagai pendapat para ahli. Menurut (Olivia dalam Sahertian, 1981:25-26) seorang pengawas dapat berperan sebagai 1) Koordinator, 2) Konsultan, 3) Pemimpin kelompok, 4) Evaluator. Yang harus diubah ialah unjuk kerja para pembina pendidikan (supervisor) yang memakai pola lama yaitu mencari kesalahan dan kebiasaan memberi pengarahan. Dalam iklim demokrasi harus ada reformasi unjuk kerja para Pembina pendidikan seperti yang diungkapkan Willes (1995). Ia menegaskan peranan seorang supervisor ialah membantu, memberi support dan mengikutsertakan secara terus menerus. Kalau terus menerus mengarahkan selain tidak demokratis, juga tidak memberi kesempatan guru-guru belajar berdiri sendiri (otonom) dalam arti profesional. Guru tidak diberi kesempatan untuk berdiri atas tanggung jawab sendiri, padahal ciri dari guru yang profesional ialah guru-guru memiliki otonomi dalam arti bebas dalam mengembangkan diri sendiri atas dasar kesadaran diri sendiri. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan pengawas serta angket yang diisi oleh pengawas, program yang disusun oleh pengawas dan instrument supervisi proses belajar mengajar masih perlu disempurnakan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sehingga menunjang tugas pengawas. Data yang saya peroleh di lapangan, kegiatan supervisi terhadap proses belajar mengajar yang dilaksanakan para pengawas ke sekolah pada tahun 2013 adalah sebagai berikut: 2 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 BULAN PENGAWAS A B C D E F G H I J A N 1 4 4 5 2 2 4 P E B 2 3 8 7 2 2 4 4 M A R 2 4 4 4 5 2 2 6 4 A P R 2 4 5 4 5 3 2 4 4 M E I 2 2 6 2 6 1 1 2 2 J U N 2 2 2 2 1 1 4 J U L 1 1 1 1 1 - A G U 2 4 3 4 5 2 2 2 4 S E P 2 4 6 8 8 3 2 2 4 O K T 2 4 6 8 7 2 2 6 4 N O P 2 4 5 4 4 1 1 4 4 D E S 2 3 2 3 1 1 4 4 KE T Pengawas jarang melakukan supervisi proses belajar mengajar karena instrumen yang ada selama ini tidak lengkap, belum ada skor dan pedoman penilaian perilaku guru yang digunakan sebagai acuan dalam penilaian, sehingga tidak memotivasi pengawas untuk melakukan supervisi proses belajar mengajar (tidak sesuai kebutuhan). Pembaca, guru yang disupervisi, bahkan pengawas sendiri sebagai supervisor masih harus berpikir lagi apabila akan memberikan penilaian. Instrumen yang dibutuhkan oleh pengawas adalah instrumen yang ada skor dan pedoman penilaiannya, sehingga mempermudah pengawas dalam memberikan penilaian proses belajar mengajar. Selesai supervisi proses belajar mengajar pembaca dapat langsung memahami hasil supervisi. Apabila dalam satu bulan ada 20 – 24 hari, minimal dalam satu bulan semestinya pengawas melakukan supervisi proses belajar mengajar minimal 20 kali. Berangkat dari kenyataan di lapangan terdapat kesenjangan antara instrumen yang dipakai selama ini dengan instrumen yang dibutuhkan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengembangan instrumen supervisi proses belajar mengajar melalui pendidikan dan pelatihan. Oleh kerena itu penulis memilih judul ”Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan Instrumen Supervisi Proses Belajar Mengajar Untuk Meningkatkan Kinerja Pengawas.” 3 1.2 Identifikasi Masalah Mengingat permasalahan kinerja pengawas dalam pelaksanaan supervisi pendidikan yang begitu luas dan kompleks maka penulis menyoroti permasalahan yang perlu diidentifikasi, antara lain: 1. Belum adanya perencanaan yang baik dalam pelaksanaan supervisi proses belajar mengajar 2. Instrumen supervisi proses belajar mengajar kurang sesuai kebutuhan 1.3 Batasan Masalah Dari latar belakang dan masalah yang dijumpai sebagaimana telah teridentifikasi di atas, maka permasalahan yang perlu untuk diteliti dalam proposal ini dapat dibatasi pada ”Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan Instrumen Supervisi Proses Belajar Mengajar Untuk Meningkatkan Kinerja Pengawas”. Adapun hal – hal yang menjadi fokus untuk diteliti adalah: evaluasi kinerja pengawas menyangkut: (1) perencanaan program supervisi, (2) instrumen supervisi, (3) pelaksanaan supervisi, (4) evaluasi kinerja pengawas dalam pelaksanaan supervisi pendidikan. 1.4 Rumusan Masalah Dari sejumlah masalah yang dijumpai sebagaimana sudah teridentifikasi di atas, maka masalah itu perlu dirumuskan sebagai berikut: Adapun hal – hal yang menjadi fokus untuk diteliti adalah: Evaluasi kinerja pengawas menyangkut: 1. Bagaimana program pengawas yang ada selama ini? 2. Bagaimana instrumen supervisi PBM yang ada selama ini? 3. Bagaimana pengembangan program pengawas yang dibutuhkan? 4. Bagaimana pengembangan instrumen supervisi PBM yang dibutuhkan?. 4 1.5 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang diteliti, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui perencanaan program dan instumen pengawas tentang supervisi proses belajar mengajar yang sudah dilaksanakan, 2. Mengetahui kesesuaian program dan Instrumen supervisi proses belajar mengajar yang dibutuhkan di lapangan. 1.6 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran: 1. Manfaat Teoritis Dengan program pengawas dan instrumen supervisi proses belajar mengajar yang telah dibenahi dan dikembangkan sesuai kebutuhan maka dapat membantu guru, kepala sekolah dan pengawas sendiri untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar yang akhirnya dapat juga meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi pengambil keputusan yaitu Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Salatiga pada umumnya dapat dijadikan sebagai bukti empirik, bahan masukan, dan pertimbangan untuk mengambil keputusan strategis guna peningkatan efektifitas dan efisiensi penyelenggara supervisi pendidikan di sekolah dasar pada masa mendatang. b. Bagi beberapa pihak diantaranya guru, kepala sekolah terlebih para pengawas hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bukti empirik dan acuan, untuk meningkatkan efektifitas manajemen dan efisiensi bagi pengawas guna penyempurnaan pada waktu mendatang. 5