TINJAUAN PUSTAKA Domba Menurut Tomaszewska et al. (1993) domba berasal dari Asia, yang terdiri atas 40 varietas. Domba-domba tersebut menyebar hampir di setiap negara. Ternak domba merupakan hasil domestikasi domba Argali (Ovis ammon), domba Urial (Ovis vignei) yang berasal dari Asia Tengah dan domba Moufflon (Ovis muimon) yang berasal dari Asia kecil dan Eropa. Semua domba mempunyai karakteristik yang sama sehingga diklasifikasikan sebagai kingdom Animalia, phylum Chordata atau hewan bertulang belakang, class Mammalia atau hewan menyusui, ordo Artiodactyla atau hewan berkuku genap, family Bovidae atau hewan memamah biak, genus Ovis, spesies Ovis aries. Jenis domba lokal antara lain domba garut dan domba ekor tipis. Menurut Merkens dan Soemirat (1926) yang dicatat oleh Heriyadi (2002), bahwa asal usul domba Priangan adalah merupakan perkawinan silang segi tiga, antara domba lokal dengan domba Merino dan kemudian dengan domba Kaapstad dari Afrika. Menurut Heryadi (2002) domba Priangan/Garut memiliki ciri-ciri morfologi yang meliputi: (1). Kepala pendek, lebar dan dalam serta profilnya cembung. (2).Ekornya berbentuk segitiga terbalik dengan timbunan lemak pada pangkal ekor dan mengecil pada bagian bawah. (3). Telinga rumpung sampai ngadaun hiris (4 – 8 cm) (4). Domba Priangan yang jantan bertanduk besar, kokoh dan melingkar sedangkan domba betina tidak bertanduk, kalaupun bertanduk ukurannya kecil. (5). Domba jantan memiliki bobot badan rata-rata 57,74 kg dan yang betina adalah 36,89 kg. (6). Warna bulu pada domba Priangan adalah masih berkombinasi ada yang hitam, coklat dan putih. Domba Priangan/Garut mencapai pubertas pada umur 7 – 10 bulan dengan bobot badan rata-rata untuk jantan 16,8 – 24,0 kg dan betina 14,5 kg. Bobot badan pada waktu pubertas berkisar antara 38 – 60% dari bobot badan dewasa. Jarak kelahiran domba Priangan/Garut adalah 240 hari (8 bulan) atau dalam dua tahun dapat melahirkan tiga kali. Hal ini disebabkan karena pada umumnya kegiatan reproduksi domba-domba di Indonesia berlangsung sepanjang tahun (Toelihere, 1985). Einstiana (2006) menyatakan bahwa jenis domba ekor tipis memiliki tubuh yang kecil, sehingga disebut domba kacang atau biasa dikenal sebagai domba Jawa. 3 Ekor relatif kecil dan tipis, bulu badan berwarna putih, kadang-kadang berwarna lain, belang-belang hitam di sekitar mata, hidung atau bagian tubuh lain. Domba betina umumnya tidak memiliki tanduk, sedangkan pada jantan memiliki tanduk kecil dan melingkar. Gatenby (1991) menyatakan bahwa domba ekor tipis jawa memiliki berat sekitar 20 kg, tatepi terdapat variasi. Domba yang hidup di dataran tinggi memiliki berat badan rata-rata sebesar 27 kg, sedangkan dataran rendah sebesar 16 kg. Domba ekor tipis Jawa termasuk domba prolifik, dan secara umum mampu menghasilkan dua sampai tiga anak dalam satu kelahiran. Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa domba lokal di daerah tropik dapat kawin sepanjang tahun. Namun, hal ini memberikan dampak pada persentase beranak cenderung rendah. Dewasa kelamin yang dicapai domba di daerah tropik akan lebih lambat dibandingkan domba di daerah dingin. Perkawinan yang baik biasanya dilakukan setelah 12 – 34 jam mengalami birahi yang merupakan puncak birahi pada betina. Biasanya tingkat keberhasilannya 90% untuk menghasilkan betina bunting dengan lama bunting 5 bulan. Data teknis reproduksi ternak domba pada Tabel 1. Tabel 1. Data Teknis Reproduksi Ternak Domba Parameter Jantan Betina Masak kelamin 6-8 bulan 6-8 bulan Kawin pertama >12bulan 12-15 bulan Siklus birahi - Setiap 17 hari sekali Lama birahi - 30-40 jam Lama bunting - 5-6 bulan (144-152 hari) Afkir 6-8 tahun 5 tahun Sumber : Sudarmono dan Sugeng (2005) Suharno dan Nazarudin (1994) mengatakan bahwa pakan domba dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu hijauan sebagai makanan utama dan konsentrat sebagai makanan tambahan. Jumlah pemberian konsentrat untuk induk bunting tua adalah 0,5 kg/ekor/hari dimulai pada 1,5 bulan menjelang kelahiran. Jumlah pemberian konsentrat untuk induk yang sedang menyusui disesuaikan dengan 4 jumlah anak yang disusuinya, induk yang memiliki 1 ekor anak, cukup diberi konsentrat 0,9 kg/ekor/hari, induk yang beranak 2 ekor atau lebih diberi konsentrat sebanyak 1,4 kg/ekor/hari dan pejantan yang sedang dipergunakan sebagai pemacek perlu diberi konsentrat sebanyak 0,5-1,0 kg/ekor/hari. Hadiningrum (2006) dalam penelitiannya menyatakan faktor nutrisi menjadi sangat penting artinya dalam usaha menghasilkan daging yang berkualitas baik. Pakan yang bermutu tinggi, murah dan tersedia sepanjang tahun merupakan criteria yang digunakan dalam pemilihan jenis pakan. Jenis pakan yang digunakan pada usaha domba Tawakkal adalah hijauan berupa rumput lapang dan ampas tahu. Pengadaan rumput lapang dilakukan setiap hari dengan jumlah konsumsi per ekor per hari sekitar 2,25 kg. Rumput lapang yang digunakan adalah rumput lapang yang tidak terlalu muda dan terlalu tua. Usaha Ternak Domba Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian. Pemeliharaan ternak dianggap sebagai bagian dari pekerjaan bertani. Kondisi ini tercermin dari intregrasi yang dilakukan oleh petani peternak dengan menggabungkan usaha pertanian dengan pemeliharaan ternak (Suharno dan Nazaruddin, 1994). Usaha ternak domba sudah lama dikembangkan di Indonesia namun pemeliharaannya masih bersifat tradisional artinya usaha tersebit hanya memenuhi kebutuhan sendiri dan bersifat sambilan (Sugeng, 2007). Beternak domba merupakan salah satu yang dapat diandalkan untuk meningkatkan kehidupan peternak karena keunggulannya. Ternak domba di Indonesia kebanyakan diusahakan oleh petani ternak di daerah pedesaan. Domba yang diusahakan umumnya dalam jumlah kecil, 3-5 ekor per keluarga, dipelihara secara tradisonal dan merupakan bagian dari usahatani sehingga tingkat pendapatan yang diperolehpun kecil (Sugeng dan Sudarmono, 2005). Domba merupakan salah satu jenis ternak potong kecil yang memberikan beberapa keuntungan, seperti : a) mudah beradaptasi dengan lingkungan, b) cepat berkembang biak, c) memiliki sifat hidup berkelompok, d) modal yang dibutuhkan kecil (Sugeng, 2007). Potensi ekonomi lainnya yang dimiliki ternak domba diantaranya modal usaha cepat berputar karena pemasaran yang mudah, proses perkembangbiakanya dapat diatur, dan ternak domba suka bergerombol sehingga dalam hal tenaga kerja yang melakukan sistem penggembalaan akan lebih efisien (Mulyono, 2005). Pasar ternak domba masih terbuka (belum jenuh). Selera konsumen untuk menikmati 5 daging domba dalam bentuk sate atau gulai cukup besar. Dikatakan perkembangan kota-kota besar dan ilmu pengetahuan serta perbaikan pendapatan mendorong masyarakat untuk memenuhi gizi, khususnya protein hewani termasuk daging domba. Hasil penelitian Winarso (2000), mengenai analisis pemasaran ternak domba di Kabupaten Bogor mengungkapkan bahwa harga domba yang dipasarkan tidak dipengaruhi oleh kualitas domba karena domba yang dipasarkan pada umumnya adalah untuk ternak potong kecuali konsumen membeli domba untuk keperluan tertentu, misalnya pembibitan atau acara keluarga. Kusumaningrum (2004) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa bangsa domba yang dipelihara peternak biasanya adalah domba garut dan domba lokal. Domba tersebut dikelompokkan berdasarkan tujuan pemeliharaan, yaitu untuk pembibitan, pembesaran dan penggemukkan. Usaha Pembibitan Domba Usaha ternak domba sudah lama dikembangkan di Indonesia, salah satu jenis usaha ternak domba adalah usaha pembibitan. Pembibitan merupakan salah satu usaha untuk menghasilkan bibit. Keberhasilan dalam usaha ternak domba sangat ditentukan oleh bibit domba yang digunakan dalam usahaternak domba. Menurut Blakely, J dan D. H. Bade (1991) mengemukakan cara seleksi seekor domba bervariasi, tergantung pada tujuan pemanfaatan domba itu. Seleksi dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik yang dapat dibagi menjadi seleksi berdasarkan penilaian (judging) individual, seleksi berdasarkan silsilah, seleksi berdasarkan penampilans atau performans, serta seleksi berdasarkan pengujian atau test produksi. Mulyono (2005) menyatakan bahwa syarat calon induk yaitu ukuran badan besar, tetapi tidak terlalu gemuk, bentuk tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, bulu bersih dan mengkilap. Keempat kakinya lurus dan terlihat kokoh serta tumit tinggi, tidak ada cacatdi bagian tubuhnya, bentuk dan ukuran alat kelamin normal, umur lebih dari 1 tahun, jumlah gigi dipilih yang lengkap dan berdasarkan buku catatan, domba yang dipilih yang lahir kembar atau kelahiran tunggal yang berasal dari induk muda dan mempunyai pertumbuhan yang baik. Syarat calon pejantan yang baik adalah ukuran badan normal, tubuh panjang, dan besar, bentuk perut normal, dada dalam dan lebar, kakinya kokoh, lurus, kuat dan terlihat tonjolan tulang yang besar pada kaki serta mata tidak rabun atau buta. 6 Pertumbuhanya relative cepat, gerakanya lincah dan terlihat ganas, alat kelaminya normal dan simetris serta sering terlihat ereksi, tidak pernah mengalami penyakit yang serius, umurnya antara 15 bulan hingga 5 tahun dan calon pejantan berasal dari kelahiran kembar dan berasal dari induk dengan jumlah anak lahir lebih dari dua. Bila berasal dari kelahiran tunggal, pilih pejantan yang berasal dari induk dengan jumlah anak satu (Mulyono, 2005). Pemilihan bibit harus memperhatikan usia ternak yang masih muda dan tidak pernah terserang penyakit yang membahayakan (Duldjaman dan Rahayu, 1996). Menurut Dinas Peternakan (1997), bibit ternak yang baik juga harus berbulu bersih dan mengkilat serta mempunyai daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan. Usaha Penggemukan Domba Penggemukan domba adalah pemeliharaan domba yang bertujuan untuk menghasilkan jumlah dan kualitas daging yang baik sebagai mana dikehendaki konsumen (Sugeng, 2007). Hasil penelitian Hadiningrum (2006) mengatakan bahwa bakalan yang digemukkan adalah domba ekor tipis dan domba garut. Pertambahan bobot badan domba Tawakkal selama periode penggemukan dapat mencapai 9-10 kg per ekor atau sekitar 110 gram ekor per hari. Cara penggemukan di usaha ternak domba Tawakkal menggunakan sistem dry lot fattening. Sugeng (2007) mengatakan bahwa dry lot fattening merupakan salah satu cara penggemukan dimana domba-dombayang digemukkan tinggal di dalam kandang terus-menerus. Domba-domba tersebut tidak digembalakan karena semua kebutuhan pakan telah terpenuhi dan disediakan dalam kandang oleh kepala kandang. Keuntungan sistem ini adalah domba cepat menjadi gemuk karena banyak mendapat unsure protein, karbohidrat, dan lemak. Usaha penggemukan domba ekor tipis akhir-akhir ini cukup diminati oleh masyarakat sebagai usaha ternak komersial karena usaha ini dinilai lebih ekonomis, relative lebih cepat, rendah modal serta lebih praktis (Yamin, 2001). Strategi Pengembangan Usaha Strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan perusahaan dengan tantangan lingkungan, dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi (Jauch dan Glueck, 1995). Menurut Rangkuti 7 (1997), strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Strategi menjelaskan bagaimana perusahaan akan mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah ditentukan sebelumnya. Ada beberapa strategi pengembangan penting yang perlu mendapat perhatian. Termasuk didalamnya tujuan yang jelas dari pemeliharaan, pengembangan kesempatan berproduksi yang berkelanjutan, penelitian berkelanjutan dan pengabsahan hasil-hasil penelitian (Mastika et al., 1993). Rangkuti (1997) mengatakan bahwa suatu perusahaan dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi itu disebut perencanaan strategis. Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Rangkuti (1997) menyatakan bahwa pada perinsipnya strategi dapat dikelompokkan bersadarkan tiga tipe strategi yaitu, strategi manajemen, strategi investasi dan strategi bisnis. Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan dan sebagainya. Strategi investasi adalah kegiatan yang berorientasi pada investasi. Misalnya, apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi divestasi, dan sebagainya. Strategi bisnis ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi, dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan. Analisis Lingkungan Internal Lingkungan internal merupakan lingkungan organisasi yang berada di dalam organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi langsung dan khusus pada perusahaan. Pearce dan Robinson (1997) mengungkapkan bahwa lingkungan internal meliputi faktor- faktor internal perusahaan yang teridentifikasi sebagai kekuatan (strengths) atau kelemahan (weaknesses) yang digunakan untuk mengembangkan 8 serangkaian langkah strategik bagi perusahaan. Tujuan analisis lingkungan internal adalah untuk dapat menilai kekuatan dan kelemahan dalam mencapai tujuan perusahaan. Identifikasi faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan adalah dalam upaya untuk memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman. David (2009) membagi bidang fungsional bisnis menjadi beberapa variabel dalam analisis lingkungan internal, yaitu : 1. Manajemen Manajemen merupakan suatu tingkatan sastem pengaturan organisasi yang mencakup sistem produksi, distribusi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, dan keuangan. Fungsi manajemen terdiri atas lima aktivitas besar yaitu perencanaan (planing), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), pengarahan (leading), serta pengontrolan (controling). 2. Pemasaran Pemasaran dapat diuraikan sebagai proses menetapkan, menciptaka, dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk. Ada tujuh fungsi dasar pemasaran yaitu (a). analisis pelanggan, (b). menjual produk, (c). merencanakan produk dan jasa, (d). menetapkan harga, (e). distribusi, (f). riset pemasaran, dan (g). analisis peluang. 3. Keuangan Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing perusahaan dan daya tarik bagi investor. Menetapkan kekuatan dan kelemahan keuangan amat penting utnuk merumuskan strategi secara efektif. 4. Produksi dan Operasi Fungsi produksi terdiri dari aktivitas mengubah masukan (input) menjadi barang atau jasa (output). Manajemen produksi dan operasi menangani masukan, pengubahan, dan keluaran yang bervariasi antar industri dan pasar.. 5. Penelitian dan Pengembangan Istilah penelitian dan pengembangan digunakan untuk menggambarkan beragam kegiatan. Dalam beberapa institusi, para ilmuwan melakukan penelitian dan pengembangan dasar di laboratorium dan berkonsentrasi pada masalah teoritis, 9 sementara di perusahaan para ahli melakukan pengembangan prodik dengan berkonsentrasi pada peningkatan kualitas produk. 6. Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia merupakan aset utama bagi perusahaan. Strategi yang terbaik sekalipun tidak akan menjadi berarti apabila sumber daya manusianya tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk menjalankan tugas-tugas tersebut. Kualitas SDM sangat berpengaruh terhadap kinerja, kepuasan karyawan, maupun keberlangsungan hidup perusahaan. 7. Sistem Informasi Manajemen Sistem infomasi manajemen bertujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan cara meningkatkan kulitas keputusan manajerial. Sistem informasi manajemen yang efektif berusaha mengumpulkan, memebri kode, menyimpan, mensintesa emudian baru menyjikan informasi yang bernama database. Dengan adanya database perusahaan dapat melaksanakan kegiatan operasional dan menyusun strategi secara akurat. Analisis Lingkungan Eksternal David (2009) menjelaskan bahwa analisis terhadap lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi suatu perusahaan sehingga manajemen perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat merumuskan suatu strategi. Analisis lingkungan eksternal menekankan pada evaluasi terhadap peristiwa di luar kendali sebuah perusahaan. Tujuan dari analisis lingkungan eksternal adalah untuk mengembangkan daftar terbatas peluang yang dapat dimanfaatkan perusahaan dan ancaman yang dihindari. Lingkungan eksternal perusahaan merupakan lingkungan yang terdiri dari faktor-faktor yang dapat menjadi peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berada di luar pengawasan dan kontrol pihak manajemen perusahaan (Pearce dan Robinson, 1997). Pearce dan Robinson (1997) membagi lingkungan eksternal menjadi tiga sub kategori faktor yang saling berkaitan yakni faktor-faktor dalam lingkungan jauh (remote), faktorfaktor dalam lingkungan industri, dan faktor-faktor dalam lingkungan operasional. Faktor-faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Lingkungan Jauh 10 Lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor- faktor yang pada dasarnya di luar dan terlepas dari perusahaan. Menurut Pearce dan Robinson (1997), lingkungan jauh adalah faktor- faktor yang bersumber dari luar, dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan tertentu. Faktor- faktor tersebut meliputi faktor politik, ekonomi, sosial, dan teknologi (PEST). Faktor politik adalah peraturan-peraturan, undang-undang dan kebijaksanaan pemerintah baik pada tingkat nasional, propinsi maupun daerah yang menentukan beroperasinya suatu perusaha an. Arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting bagi para pengusaha untuk berusaha. Oleh karena itu, faktorfaktor politik, pemerintah, dan hukum dapat mencerminkan peluang atau ancaman kunci untuk organisasi kecil dan besar (David, 2009). Faktor ekonomi berkaitan dengans sifat dan arah sistem ekonomi tempat suatu perusahaan beroperasi (Pearce dan Robinson, 1997). Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor ekonomi adalah siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas dan tenaga kerja (Umar, 2003). Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup orang-orang di lingkungan ekstern perusahaan. Faktor-faktor tersebut biasanya dikembangkan dari kondisi kultural, ekologis, demografis, religius, pendidikan dan etnis. Faktor teknologi perlu diperhatikan untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi karena dapat mempengaruhi industri. Adaptasi teknologi yang kreatif dapat membuka kemungkinan terciptanya produk baru, penyempurna produk yang sudah ada, atau penyempurnaan dalam teknik produksi dan pemasaran. 2. Lingkungan Industri Struktur industri mempunyai pengaruh yang kuat dalam menentukan aturan persaingan dan strategi yang secara potensial tersedia bagi perusahaan. Analisis struktur industri merupakan penunjang fundamental untuk menentukan posisi relatif perusahaan yang kemudian dapat digunakan untuk merumuskan strategi keunggulan bersaing. Lingkungan industri terdiri dari hambatan masuk, kekuatan pemasok, kekuatan pembeli, ketersediaan substitusi dan persaingan antar perusahaan. 11 3. Lingkungan Operasional Strategi dan tujuan perusahaan dipengaruhi oleh daya tarik industri dimana mereka memilih untuk menjalankan bisnis dan posisi daya saingnya dalam industri tersebut. Lingkungan operasional terdiri dari pesaing, pelanggan, kreditor, tenaga kerja, dan pemasok. Analisis SWOT Rangkuti (1997) mengatakan bahwa analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats ) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness). Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matrix SWOT. Matrix ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrix ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis. 1) Strategi S-O, strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya; 2) Strategi W-O, strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada; 3) Strategi S-T, strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman; dan 4) Strategi W-T, strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Analisis ini dilakukan untuk melihat kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman dalam merencanakan pengembangan usaha pembibitan domba di Peternakan Tawakkal Farm. Beberapa faktor yang dianalisis adalah internal yang meliputi kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness), serta faktor eksternal yaitu 12 peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Dengan analisis SWOT dapat diidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan suatu strategi pengembangan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang tapi secara bersamaan juga bisa meminimalkan kelemahan dan ancaman. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun matriks SWOT adalah sebagai berikut : 1. Menentukan faktor-faktor peluang eksternal perusahaan 2. Menentukan faktor-faktor ancaman eksternal perusahaan 3. Menentukan faktor-faktor kekuatan internal perusahaan 4. Menetukan faktor-faktor kelemahan internal perusahaan 5. Menyesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk peluang eksternal untuk mendapatkan strategi S-O 6. Menyesuaikan kelemahan internal dengan mendapatkan strategi W-O 7. Menyesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi S-T 8. Menyesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi W-T Pada dasarnya analisis SWOT haruslah membandingkan kondisi sama yang dihadapi oleh pesaingnya berdasarkan kriteria subjektif ataupun objektif (skala industri), sebab dengan membandingkan maka perusahaan yang berkepentingan dapat menentukan rencana strategis untuk menghadapi persaingan tersebut. Akan tetapi bila perusahaan yang dimaksud hingga pada saat dilakukan kajian situasi ternyata tidak memiliki data tentang pesaing atau pesaingnya belum terpetakan baik dalam skala industri (kumpulan perusahaan yang menghasilkan barang sama) maupun gari inteligen perusahaan, sedangkan perusahaan mendesak sekali untuk mempersiapkan rencana usaha strategis terutama dari manajemen organisasi, maka dengan menggunakan segi pemasaran dan analisis SWOT yang dimodifikasi sedemikian hingga menjadikan ia dapat digunakan oleh perusahaan tanpa harus mengetahui skala industri atau data inteligen mengenai pesaingnya (Putong, 2003). 13