bab ii landasan teori

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Teori Pendanaan
Seperti telah dijelaskan dalam bab sebelumnya dewasa ini perkembangan
pasar di sektor konstruksi dan infrastruktur menunjukan angka yang positif. Banyak
sekali badan usaha baru yang bermunculan. Langkah yang tepat dalam keputusan
pendanaan perusahaan haruslah dicermati dan dianalisa dengan hati-hati.Keputusan
perusahaan dalam mengeluarkan modal atau yang biasa dikenal capital expenditure
merupakan salah satu yang paling vital karena hubungannya yang erat dengan fungsi
utama manajemen keuangan yang meliputi investment decision, financing decision
dan managerial decision.
Berdasarkan teori pecking order terdapat dua metode yang bisa ditempuh oleh
perusahaan yaituinternal financing dan external financing.Teori ini lebih menekankan
keputusan pendanaan yang mengikuti hirarki dimana pendanaan internal lebih
diutamakan.Namun pada kasus perusahaan yang menggunakan pendanaan eksternal,
pendanaan melalui pinjaman lebih didahulukan dibanding dengan pendanaan yang
diperoleh dari pemegang saham baru.
Pendanaan bisa juga didapatkan dari Pasar Modal atau Pasar Uang.Hal seperti
inilah yang harus diperhatikan oleh manajemen perusahaan sebelum mengambil
keputusan.Suatu langkah pendanaan belum tentu cocok dengan perusahaan
terkait.Pendanaan dari pasar modal diantaranya adalah IPO, Obligasi dan
Reksadana.Pendanaan dari sisi pasar uang adalah pinjaman kepada pihak luar, seperti
bank dan juga deposito.
2.2
Pasar Modal
2.2.1 Perkembangan Pasar Modal
Perkembangan pasar modal di sebuah Negara tentunya diharapkan dapat
berjalan dengan mulus menuju arah yang positif. Pasar modal memiliki dua fungsi
yakni fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal adalah sarana tempat
bertemunya pihak yang memiliki dana berlebih dan pihak yang membutuhkan dana
disebut sebagai alasan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi. Sedangkan sifat
pasar modal yang memungkinkan pihak investor mendapatkan return sesuai dengan
karakteristik investasi yang dipilih adalah alasan pasar modal juga menjalankan
fungsi keuangan. Fakta tentang perkembangan perusahaan yang melakukan aksi IPO
pun dapat menjadi salah satu informasi yang cukup berguna bagi investor.
Jumlah Emiten
Perkembangan IPO
30
25
20
15
10
5
0
23
24
19
17
12
IPO saham
2008
2009
2010
2011
2012
Gambar 2.1 Grafik pertumbuhan IPO saham Indonesia
Gambar di atas menjelaskan tentang perkembangan saham perdana selama
lima tahun terakhir. Angka tertinggi ditunjukkan pada tahun 2011. Sebanyak 24
perusahaan melakukan aksi penawaran saham perdana. Sedangkan titik terendah
tergambarkan pada tahun 2009. Hanya sekitar 12 perusahaan yang melakukan aksi
penawaran perdana. Pada tahun 2012, meski tak signifikan terjadi penurunan dalam
perkembangan IPO dalam negeri. Apabila ditahun sebelumnya terdapat 24
perusahaan yang melakukan IPO, pada tahun 2012 hanya terdapat 19 perusahaan
yang melakukan aksi IPO.
Investor yang menanamkan dana di pasar modal tentunya mengharapkan
timbal balik dari investasinya. Untuk itu investor perlu memahami benar tipe
investasi dan sektor investasi mereka. Timbal balik atau yang biasa dikenal dengan
sebutan return ini dapat membantu investor dalam menentukan pilihan investasi.
Gambar berikut adalah grafik return sektoral pada tanggal 31 Desember 2012.
Return Sektoral (31 Desember 2012)
60.00% 45.28%
35.82%30.47%
40.00%
26.24%21.46%
15.81%
20.00%
2.67%
2.54% 1.41%
0.00%
‐20.00%
‐40.00%
‐20.97%
Gambar 2.2 Return Sektoral per 31 Desember 2012
Meskipun perkembangan IPO pada tahun 2012 menurun dibanding dengan
tahun sebelumnya, namun kondisi perkembangan return sektoral pada tahun 2012
untuk sektor properti dan infrastruktur menempati peringkat pertama. Dari gambar di
atas dapat dilihat sektor properti menduduki urutan pertama dengan presentase
45.28% dan diikuti oleh sektor infrastruktur dengan presentase 35.82%. Sedangkan
dalam posisi terakhir adalah sektor pertambangan yang menunjukan hasil negative
yakni -20.97%.Hal ini membuktikan sektor infrastruktur dan properti sedang banyak
diminati.
2.2.2 Pelaku dalam Pasar Modal
Elemen – elemen yang terlibat dalam pasar modal sangat menentukan
perkembangan suatu pasar modal.Setiap elemen yang terlibat memiliki peran dan
fungsinya masing-masing.Instrumen yang ditransaksikan dalam pasar modal berupa
emiten.Emitenadalah suatu perusahaan yang menjual kepemilikannya kepada
masyarakat (go public).
Lembaga Penunjangmerupakan elemen yang menunjang dan mendukung
berjalannya pasar modal. Lembaga penunjang dalam pasar modal terdiri dari
beberapa bagian, yakni penjamin emisi(underwriter),
Penanggung (Guarantor),
Wali Amanat (Trustee), Perantara Perdagangan Efek (Broker, Pialang), Pedagang
Efek (Dealer), Perusahaan Surat Berharga (Securities Company),
Perusahaan
Pengelola Dana (invesment Company) dan Biro Administrasi Efek.
2.2.2.1 Underwriter
Lembaga penunjang pertama adalah penjamin Emisi atau yang dikenal dengan
Underwriter.Sesuai dengan namanya, underwriter berfungsi sebagai penjamin dalam
penjualan efek yang diterbitkan oleh perusahaan penerbit saham.Underwriter
biasanya akan memberi jaminan kepada penerbit saham yang apabila sahamnya tidak
laku terjual akan menanggung risiko dan sebaliknya jika saham yang dijual laku akan
mendapat imbalan. Dalam hal ini underwriter tentu saja menghadapi risiko, oleh
sebab itu underwriter tidak ingin menanggung semua efek yang dijual, namun tetap
ada empat macam bentuk penjaminan efek oleh penjamin emisi, yaitu Full Firm
Commitment, Best Effort Commitment, Standby Commitment, dan All or None
Commitment.
Pada umumnya underwriter mempunyai 3 fungsi, yaitu advisory function,
underwriter
function
dan
marketing
function.
Sebagai
advisory,
underwritermemberikan saran kepada perusahaan yang akan go public mengenai
jenis sekuritas yang akan dikeluarkan, penentuan harga sekuritas dan waktu
penawarannya. Underwriter function adalah fungsi penjaminan dimana emiten akan
meminta underwriter untuk menjamin penjualan saham perdana emiten tersebut.
Jika
emiten
meminta
underwriter
untuk
memberikan
jaminan
full
commitment, maka underwriter menjamin seluruh sekuritas akan terjual, dan bersedia
membeli sisanya jika sebagian sekuritas tidak terjual. Untuk perusahaan-perusahaan
yang belum mapan tersebut, biasanya underwriter hanya beranimemberikan jaminan
best effort saja, artinya underwriter hanya akan berusaha sebaik mungkin untuk
menjual sekuritas yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut.
2.2.2.2 Wali Amanat (Trustee)
Berikutnya adalah Wali Amanat atau trustee.Trustee diperlukan apabila
perusahaan menerbitkan efek dalam bentuk obligasi.Sesuai dengan namanya, trustee
adalah wali atau wakil dari pemberi amanat, yang dalam hal ini adalah
investor.Trustee bertugas sebagai analis kemampuan dan kredibilitas emiten.
Tidak hanya itu trustee juga akan menilai kekayaan emiten yang akan
dijadikan jaminan dan melakukan pengawasan terhadap kekayaan emiten. Dalam
tugasnya yang mewakili kepentingan investor,trustee akan mengikuti secara terus
menerus perkembangan perusahaan emiten dan jika diperlukan memberi nasihat
kepada emiten dan melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap pembayaran
bunga dan pinjaman pokok obligasi. Trustee juga berperan sebagai agen utama
pembayaran.
2.2.2.3 Perantara Perdagangan Efek (Broker)
Dalam pasar modal tentunya ada pihak yang melakukan transaksi jual beli
efek yang listing di bursa efek.Pihak ini dikenal sebagai Perantara Perdagangan Efek
atau broker.Brokerakan menyiapkan informasi yang dibutuhkan investor. Informasi
tersebut digunakan investor untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan
keuangan.
Apabila broker merupakan perantara dealer atau pedagang efek dapat
membeli efek atas namanya sendiri dan tetap dapat memberikan informasi terkait
pasar modal kepada kliennya sendiri. Meski dealer dapat melakukan transaksi
sendiri, dalam praktiknya dealer harus mengutamakan kepentingan kliennya.
2.2.2.4 Securities Company
Securities company merupakan badan yang bergerak di bidang perdagangan
efek-efek dalam bursa. Securities company terdiri dari beberapa tenaga professional
dalam system perdagangan efek, diantaranya adalah underwriter, broker, fund
management. Jasa professional inilah yang membedakan securities company dengan
dealer.
2.2.2.5 Pengelola Dana (Investment Company)
Berikutnya adalah perusahaan pengelola dana (investment company). Sesuai
dengan namanya investment company berkewajiban mengatur modal yang datang dari
investor. Dalam menjalankan tugasnya investment company sebagai pihak yang
memutuskan efek yang akan dijual dan efek yang akan dibeli akan dibantu dengan
lembaga custodian yang akan melaksanankan transaksi jual beli dan penagihan bunga
dan dividen kepada emiten. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwainvestment
company mempunyai dua unit utama yakni fund management dan custodian.
2.2.2.6 Biro Administrasi Efek
Lembaga penunjang yang sangat dibutuhkan dalam pasar modal adalah biro
administrasi efek. Lembaga ini menangani administrasi terkait dengan kepentingan
investor dan emiten. Adapun beberapa tugas dari biro administrasi efek ialah :
1. Membanfu emiten dan underwriter dalam rangka emisi efek;
2. Melaksanakan kegiatan penyimpanan dan pengalihan hak atas saham
para investor;
3. Menyusun Daftar Pemegang Saham dan perubahannya untuk
melakukan
Pembukuan
Pemegang
Saham
Pemegang Saham) atas permintaan emiten;
(pembuatan
Daftar
4. Menyiapkan korespondensi emiten kepada pemegang saham, misalnya
pengumuman Rapat Umum Pemegang Saham dan pengumumam
pembayaran deviden atas nama emiten.
5. Membuat laporan-laporan bila diminta oleh instansi berweweng,
seperti Bapepam.
2.3
Initial Public Offering (IPO)
2.3.1 Pengertian IPO
Initial Public Offering (IPO) atau penawaran umum perdana dapat diartikan
sebagai kegiatan penawaran saham ke publik untuk pertama kali. UU RI No 8 tahun
1995 tentang pasar modal mendifinisikan penawaran umum sebagai kegiatan
penawaran yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat. Yang
dimaksud dengan Efek dalam hal ini adalah surat berharga yaitu surat pengakuan
utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan,
kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dari setiap derivatif dari efek.
IPO adalah sebuah aksi korporasi perusahaan dalam mendapatkan dana dari
masyarakat untuk kepentingan perusahaan going concern (Manurung, 2012).
2.3.2Tujuan IPO
Menurut Brau dan Fawcett (2004) yang telah melakukan penelitian dan
survey lapangan terdapat 4 motivasi perusahaan dalam melakukan IPO, sebagaimana
yang telah dihasilkan dalam penelitian-penelitian sebelumnya.Survei yang dilakukan
oleh Brau dan Fawcett dijalankan dengan sampel 336 Chief Financial Officer
(CFO).Adapaun keempat motivasi tersebut adalah sebagai berikut :
•
Menekancost of capital perusahaan, sesuai dengan pernyataan Scott
(1976) dan Modigliani dan Miller (1963) sebuah perusahaan akan melakukan proses
IPO apabila hal tersebut akan menekan cost of capital (biaya modal) yang kemudian
akan menaikan nilai perusahaan terkait (value of company). Menurut Myers dan
Majluf (1984) yang menjelaskan tentang pola urutan pemenuhan kebutuhan keuangan
dalam sebuah perusahaan, urutan pertama akan dimulai dari pemegang saham
(internal equity) kemudian penggunaan utang (debt financing) dan yang terakhir
adalah andil dari pihak luar dalam kepemilikan saham (external equity).
•
Strategi bagi pemegang saham untuk keluar dari perusahaan
(insiders to cash out), sebagaimana yang diungkapkan Zingales (1995) dan Mello
dan Parsons (1998). Dengan go public, pemegang saham dapat menjual kepemilikan
sahamnya dan mendapatkan keuntungan dari investasi yang selama ini telah
dilakukan di perusahaan tersebut.
•
menurut
Pembuka kesempatan untuk melakukan akusisisi (takeover),
Zingales
(1995),
Brau,
Francis,
dan
Kohers
(2003)
aktivitas
IPOmemungkinkan perusahaan mendapatkan suntikan modal dari luar. Modal
tersebut tentu saja dapat digunakan untuk mengakusisi perusahaan lainnya. Teori ini
berlaku juga sebaliknya, perusahaan yang melakukan IPO dapat diakusisi oleh
perusahaan lainnya dengan harga pasar.
•
Langkah strategis perusahaan, Chemmanur dan Fulghieri (1999)
menyatakan bahwa IPOadalah salah satu cara untuk memperluas kepemilikan atas
perusahaan. Maksimovic dan Pichler (2001) mengutarakan bahwa IPOdilakukan
untuk meningkatkan reputasi dan publisitas perusahaan.
Pagano, Panetta, dan Zingales (1998) juga melakukan penelitian empiris
mengenai mengapa suatu perusahaan melakukan go public. Mereka melakukan
penelitian pada perusahaan-perusahaan di Italia dengan membandingkan kondisi
perusahaan sebelum melakukan IPO (go public) dengan kondisi perusahaan setelah
melakukan IPO (go public). Hasil penelitian tersebut mengungkapkan beberapa
temuan penting diantaranya, Faktor utama yang mendorong perusahaan melakukan
go public adalah meningkatnya market-to-book ratio dari perusahaan sejenis yang
telah diperdagangkan di bursa.
Hal ini karena mencerminkan meningkatnya kebutuhan investasi dan peluang
untuk tumbuh pada industri tersebut. Faktor utama lainnya adalah besarnya ukuran
perusahaan, dimana semakin besar ukuran perusahaan semakin mungkin perusahaan
tersebut melakukan go public. Perusahaan cenderung melakukan go public untuk
memperbaiki struktur keuangannya setelah melakukan investasi yang cukup besar,
bukan sebaliknya untuk membiayai investasi dan pertumbuhannya. Setelah
melakukan IPO atau go public, perusahaan akan mendapatkan penurunan biaya kredit
karena meningkatnya prestige dan aspek keterbukaan perusahaan.
2.4 Obligasi
Obligasi atau bond adalah salah satu instrument financial yang dibeli oleh
investor dan pemegang obligasi berhak untuk mendapatkan kupon yang dibayarkan
secara berkala dan nilai pokok (principal) saat obligasi tersebut jatuh tempo. Proses
pengujian dan pemberian peringkat sebelum sebuah institusi mengeluarkan obligasi
dilakukan oleh Bapepam selaku pengawas pasar modal dan lembaga pemeringkat.
Waktu yang dibutuhkan dalam penerbitan obligasi biasanya mencapai 3-6 bulan.
Menurut Fabozzi (2007) obligasi menurut periodenya dibagi menjadi tiga,
yakni short term, intermediate dan long term. Short term bond adalah obligasi yang
memiliki periode antara 1 sampai 5 tahun. Intermediate bond adalah obligasi yang
memiliki periode antara 5 sampai 12 tahun dan long term bond adalah obligasi yang
memiliki periode diatas 12 tahun.
2.4.1 Jenis-jenis Obligasi
Dalam perdagangan obligasi di pasar modal, terdapat dua jenis obligasi. Yang
pertama obligasi yang berdenominasi rupiah dan obligasi valuta yang berdenominasi
valuta asing. Begitu juga halnya dengan pengelompokan obligasi berdasarkan
kuponnya. Terdapat dua jenis kupon obligasi, yakni floating rate atau obligasi dengan
tingkat bunga mengambang dan fixed rate obligasi dengan kupon tetap dari awal
sampai jatuh tempo.
Di lain sisi terdapat obligasi kupon nil (zero coupon bond) yaitu obligasi yang
tidak membayar kupon bunga sampai jatuh tempo. Pada obligasi jenis ini investor
mendapatkan kupon bunga sekaligus pada saat obligasi tersebut jatuh tempo dimana
obligasi tersebut dibeli pada diskon. Imbal hasil obligasi didapatkan dari selisih antar
harga obligasi saat dibeli dengan saat jatuh tempo.
Obligasi berdasarkan penerbit juga dikelompokan menjadi dua, obligasi
pemerintah dan obligasi perusahaan. Obligasi pemerintah kemudian dibagi menjadi
dua, yaitu obligasi pemerintah pusat dan obligasi pemerintah daerah.
2.4.2 Volatilitas Harga Obligasi
Dalam teorinya Fabozzi (2007) mengemukakan bahwa terdapat tiga macam
volatilitas sebuah harga obligasi, yakni sebagai berikut:
•
Perubahan persentase harga simetris dalam kasus perubahan yang kecil dalam
yield.
•
Perubahan persentase harga asimetris dalam kasus perubahan yang besar
dalam yield.
•
Apabila terjadi perubahan yang besar dalam yield maka apresiasi terhadap
harga lebih besar dibandingkan dengan depresiasi terhadap harga sesuai
dengan perubahan terhadap yield tersebut.
2.5 Kebijakan Hutang
Salah satu kebijakan perusahaan dalam menyuntikan modal adalah hutang atau
debt. Keputusan ini tergolong penting bagi perusahaan karena menentukan tumbuh
kembangnya bisnis perusahaan. Terlalu banyak hutang akan membuat perusahaan
terlilit bunga dan menyeretnya kedalam krisis (financial distress). Sehubungan
dengan ini maka perusahaan dengan proprosi hutang yang tinggi sejalan dengan
risiko kebangkrutan yang dihadapi perusahaan. Sehingga debtholders memerlukan
return tambahan guna menutupi risiko tersebut.
Sebuah teori permodalan yang bernama agency theory(Jensen dan Meckling,
1976) mengenalkan adanya dua macam biaya untuk perwakilan, yakni agency cost of
debt dan agency cost of equity. Pengertian dari agency cost of debt adalah beban
biaya yang muncul karena adanya penggunaan hutang perusahaan sedangkan agency
cost of equity adalah beban biaya pada pihak pemegang saham. Dengan adanya teori
ini dapat dikatakan bahwa hutang adalah alat untuk menbagi beban biaya perwakilan
antara pemegang saham dan debtholders. Hal ini tentunya akan mebuat agency cost
of equity menurun dan agency cost of debt meningkat.
2.5.1 Kredit Analis
Sebelum menyetujui pinjaman yang diajukan oleh perusahaan, pihak bank
terlebih dahulu akan menganalisa perusahaan terkait, khususnya dibidang keuangan.
Analisa top-down dan bottom-up penting untuk dilakukan analis (Fabozzi, 1998).
Top-down analisis sendiri mencakup pandangan dari sisi ekonomi makro dan
pertimbangan kompetitif yang lebih luas, sedangkan bottom-up analisis mencakup
banyak hal yang dipertimbangkan, diantaranya adalah umur emiten, ukuran,
diversifikasi produk, posisi kompetitif terhadap konsumennya, paparan dalam
perubahan teknologi, regulasi, kerentanan terhadap factor ekonomi makro dan strategi
bisnis dan keuangan perusahaan.
Terlepas dari bisnis yang digeluti perusahaan, analisis mendalam lebih
difokuskan kepada bagian keuangan khususnya pada financial statement perusahaan.
Hal ini diperlukan dalam upaya kredit analis menilai perusahaan terkait. Berbagai
cara dapat dilakukan dalam menganalisa laporan keuangan perusahaan, mulai dari
rasio keuangan, membaca tren yang terjadi sampai membuat proyeksi dari analisis
cash flow.
2.5.2 Kriteria
Dalam menentukan keputusan pemberian pinjaman kepada suatu perusahaan
tentunya pihak bank memiliki beberapa kriteria. Dengan bertambah ketatnya
persaingan di berbagai lapisan industri pihak perbankan tampaknya mulai
mengurangi minatnya dalam mengucurkan dana small business loan. Menurut Seitz
(1999) pihak bank menilai kriteria berdasarkan 5 C yang akan diuraikan sebagai
berikut:
•
Character - kesan yang disampaikan kepada pemberi pinjaman yang
berpotensi. Pemberi pinjaman yang akan menentukan apakah suatu
perusahaan dapat dipercaya dan dapat melunasi hutangnya apabila
disetujui. Dalam pertimbangan ini pihak bank akan melihat lebih jauh
tentang latar belakang dan pengalaman perusahaan di bidangnya.
•
Capitalatau modal adalah uang yang atau akan diinvestasikan ke dalam
sebuah bisnis. Pemberi pinjaman akan melihat risiko yang mungkin
dihadapinya dan juga risiko yang perusahaan ambil agar bisnis yang
dijalankan dapat berhasil. Dalam pertimbangan ini pemberi pinjaman akan
menganalisis catatan bisnis secara seksama yang meliputi catatan pajak,
account payable dan account receiveable.
•
Capacity – kapasitas perusahaan dalam memenuhi kewajibannya adalah
faktor yang paling penting. Pemberi pinjaman akan mencari tahu
bagaimana perusahaan akan melunasi kewajibannya. Pemberi pinjaman
akan mempertimbangkan cash flow dari bisnis terkait, waktu pembayaran
dan probabilitas keberhasilan pelunasan kewajiban oleh perusahaan.
•
Conditions – mengacu kepada tujuan dari business loan, penempatan dana
yang didapat dari pinjaman juga menentukan kriteria dari pemberi
pinjaman.
•
Collateral – pengertian dari kolateral adalah aset yang akan dipertaruhkan
apabila perusahaan tidak dapat melunasi kewajibannya. Pemberi pinjaman
akan mencari tahu apakah perusahaan mempunya sumber lain yang dapat
digunakan untuk melunasi kewajibannya.
2.6
Reksadana
Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portfolio Efek oleh
Manajer investasi (Pasal 1 angka 27 UU No 8 Tahun 1995)
2.6.1 Jenis-Jenis Reksa Dana
A. Reksa Dana Konvensional (Keputusan Ketua Bapepam Nomor : KEP08/PM/1997 tentang pedoman pengumuman harian nilai aktiva bersih reksa
dana terbuka), yang meliputi ;
1).
Reksa Dana Pasar Uang
Reksa Dana Pasar Uang adalah Reksa Dana yang hanya melakukan
investasi pada Efek bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari 1
(satu) tahun
2).
Reksa Dana Pendapatan Tetap
Reksa Dana Pendapatan Tetap adalah Reksa Dana yang melakukan
investasi sekurang – kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk efek
bersifat hutang.
3).
Reksa Dana Saham
Reksa Dana Saham adalah Reksa Dana yang melakukan investasi
sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam efek bersifat ekuitas
4).
Reksa Dana Campuran
Reksa Dana Campuran adalah Reksa Dana yang melakukan investasi
dalam efek bersifat Ekuitas dan Efek bersifat utang yang perbandingan
tidak termasuk Reksa Dana saham dan Reksa Dana pendapatan tetap
B. Reksa Dana Terstruktur (Keputusan Ketua Bapepam – LK Nomor : KEP262/BL/2011 tentang Pedoman Pengelolaan Reksa Dana Terproteksi, Reksa
Dana dengan Penjaminan, dan Reksa Dana Indeks) yang meliputi ;
1).
Reksa Dana Terproteksi
Reksa Dana Terproteksi adalah Reksa Dana yang memberikan
proteksi atas investasi awal melalui mekanisme pengelolaan
portfolionya
pada
saat
jatuh
tempo.Reksa
Dana
Terproteksi
menginvestasikan dananya di Efek Utang dengan peringkat layak
investasi.
2).
Reksa Dana Penjaminan
Reksa Dana Penjaminan adalah Reksa Dana yang memberikan
jaminan atas nilai investasi awal pada saat jatuh tempo, dimana
penjaminan bukan oleh Manajer Investasi, tetapi melalui penjaminan
pihak ketiga, seperti bank dan asuransi.Reksa Dana Penjaminan
menginvestasikan dananya di Efek utang dengan peringkat layak
investasi sekurang-kurangnya 80% dari NAB.
3).
Reksa Dana Indeks
Reksa Dana Indeks adalah Reksa Dana yang portfolio Efeknya terdiri
atas Efek yang menjadi bagian dari suatu indeks yang menjadi
acuannya. Reksa Dana Indeks wajib memperhatikan :
a)
Sekurang-kurangnya 80% dari NAB diinvestasikan pada efek
yang merupakan bagian dari kumpulan Efek yang ada dalam
indeks tersebut
b).
Investasi pada Efek dala indeks wajib berjumlah sekurangkurangnya 80% dari keseluruhan Efek dalam Indeks
Reksa Dana "Konvensional"
Reksa Dana "Terstruktur"
Tidak berlaku, untuk proteksi sampai dengan
Investasi luar negeri < 15% NAB
30%
Investasi Efek ekuitas < 5% modal
Tidak berlaku
disetor perusahaan
investasi pada suatu perusahaan < 10%
Tidak berlaku
NAB, Kecuali SBI dan Obligasi Negara
Dijual secara terus menerus sesuai
Dijual hanya pada masa penawaran umum,
dengan KIK dan Prospektus
kecuali Reksa Dana Indeks
Tabel 2.1 Perbedaan Reksa Dana Konvensional dan Terstruktur
C. Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK) Penyertaan Terbatas
(keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor : KEP-43/BL/2008)Reksa Dana
Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif, yang selanjutnya diinvestasikan oleh
Manajer Investasi pada portfolio Efek.
RDPT merupakan altenatif bentuk pendanaan dari pasar modal bagi sektor riil,
terutama bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki prospek baik namun belum
Bankable atau belum memenuhi syarat untuk menerbitkan Efek yang ditawarkan
melalui penawaran Umum.RDPT juga merupakan alternatif produk investasi bagi
pemodal professional yang memerlukan sarana untuk mencapai financial target yang
mungkin tidak dapat terpenuhi dengan berinvestasi pada obligasi, saham, atau Reksa
Dana konvensional.
RDPT dikelola secara professional oleh manajer investasi yang idependen,
dimana pengelolaan RDPT diawasi oleh komite investasi yang dibentuk oleh investor
yang terdiri dari pakar dan pihak idependen lainnya.Sementara itu, kriteria investasi
RDPT diformulasikan secara komersil dan fokus pada pembagian atas kenaikan nilai
perusahaan (capital gain) dan cash flow perusahaan sasaran.
Metode valuasi RDPT efek bersifat ekuitas yang digunakan untuk
menentukan nilai investee company adalah kombinasi antara Book Value (BV) dan
Discounted Cash Flow (DCF).BV digunakan untuk menentukan batas bawah dan
DCF digunakan untuk menentukan batas atas. Kisaran nilai tersebut akan digunakan
untuk bernegosiasi dengan calon investor. Pada disvestasi, metode valuasi yang
digunakan adalah Price to Earning Ratio (PER).Metode valuasi RDPT Efek bersifat
utang yang digunakan untuk menentukan nilai investee company adalah book value.
Gambar 2.3 : Skema Meekanisme Reeksa Dana Berbentuk
B
KIIK
P
Pengaturan
RDPT
R
(Peraaturan BAPE
EPAM-LK Nomor
N
IV)
1. Danaa diinvestasiikan dalam portfolio
p
Efek pada proyek-proyek seektor riil
2. Dilarrang ditawarrkan melaluui Penawarann Umum daan dimiliki oleh 50 pihhak
atau lebih.
3. Ditaw
warkan kepaada pemodall profesionall
4. Wajiib mencantum
mkan nama Manajer Invvestasi dan tuujuan investtasi
5. Kekaayaan wajib disimpan paada penitipann kolektif paada LPP
6. Nilaii Aset Bersihh (NAB) Aw
wal per Uniit Penyertaaan ditetapkann sebesar Rpp 5
Mily
yar atau US$ 500 ribu ataau EUR 5000 ribu
7. Manajer Investassi wajib mem
miliki minim
mal 1 unit pennyertaan.
K
Ketentuan
yang
y
dilarangg bagi RDPT
T
1. Pemb
belian efek yang
y
diperdaagangkan di luar negeri > 15% nilai aktiva bersihh
2. Pembelian efek badan hukum asing yang diperdagangkan di luar negeri > 5%
modal disetor perusahaan dan >10% dari nilai aktiva bersih setiap saat
3. Terlibat short sale dan terlibat dalam berbagai bentuk pinjaman
4. Pembelian efek secara margin.
Ketentuan manajer investasi yang mengelola RDPT :
1. Memilik modal disetor minimal Rp 25 Milyar
2. Memiliki pegawai bersertifikat Chartered Financial Analyst (CFA) minimal 1
orang atau WMI berpengalaman minimal 5 tahun mengelola RDPT.
d.
Reksa Dana Kontrak Beragunan Aset (EBA)
Efek Beragun Aset (Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor : KEP-493/BL/2008
tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed
Securities) adalah Efek yang diterbitkan oleh Kontrak Investasi Kolektif Efek
Beragunan Aset yang portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang
timbul dari surat berharga komersial, tagihan kartu kredit, tagihan yang timbul di
kemudian hari (future receivables), pemberian kredit termasuk kredit pemilikan
rumah atau apartemen, Efek bersifat hutang yang dijamin oleh Pemerintah, Sarana
Peningkatan Kredit (Credit Enhancement)/Arus Kas (Cash Flow), serta aset keuangan
setara dan aset keuangan lain yang berkaitan dengan aset keuangan tersebut.
Penerbitan Efek Beragun Aset didasarkan pada beberapa hal terutama untuk
memperbaiki struktur permodalan, mengubah aset yang tidak likuid menjadi aset
y
yang
likuid
d, membiayaai proyek-prroyek yang prospektif dan membbutuhkan daana
b
besar,
sepertti sektor trannsportasi, ekksplorasi miinyak dan prroject financcing (alternaatif
p
pembiayaan
), serta seebagai alternnatif bagi investor Pasar
P
Modal yang inggin
b
berinvestasi
di sektor riiil.
Pada prinsipnya, adaa 2 jenis Efeek Beragun Aset
A (EBA),, yaitu EBA arus kas tettap
d EBA arrus kas tidakk tetap. EBA
dan
A arus kas tetap
t
adalahh Efek Beraggun Aset yaang
m
memberikan
n pemeganggnya penghaasilan tertenntu seperti kepada peemegang Effek
b
bersifat
hutaang, sedangkkan EBA aruus kas tidakk tetap adalahh Efek Beraagun aset yaang
m
menjanjikan
n pemegangnnya suatu peenghasilan tidak tertentuu seperti kepada pemegaang
E
Efek
bersifaat ekuitas.
Gam
mbar 2.4 : Aluur Proses Reeksa Dana KIK
K Efek Berragunan Assset (EBA)
2
2.7
Ana
alisa Ekon
nomi Makrro
Kineerja perekonoomian suatuu negara dappat tercerminnkan dari annalisa ekonom
mi
m
makro
negaara tersebut. Keterkaitann yang kuaat antara linngkungan ekkonomi makkro
d
dengan
nilaii suatu perussahaan mem
mbuat analisaa ini menjadii penting unntuk dilakukaan.
Secara sistematik lingkungan makro berperan dalam keberhasilan pencapaian laba
perusahaan. Terdapat beberapa variable ekonomi makro yang mempengaruhi
perubahan nilai sebuah perusahaan.
Pendapat yang berbeda dikemukakan beberapa analis tentang variabel dalam
analisa makro. Bodie (2002) mengemukakan bahwa variabel-variabel tersebut adalah
product domestic bruto, tingkat inflasi, tingkat suku bunga, lapangan pekerjaan,
defisit anggaran dan sentiment. Sedangkan Jones (1996) menyebutkan variabelvariabel ekonomi makro terdiri dari tingkat bunga, jumlah uang yang beredar, produk
domestik bruto, tingkat pajak dan fluktuasi nilai tukar.
Sesuai hasil penelitian yang dilakukan di beberapa Negara yakni Amerika
Serikat, Jepang dan Jerman terdapat hubungan yang dinamis dan pengaruh yang
signifikan antara nilai tukar mata uang dengan nilai suatu perusahaan (Smith, 1992).
Pengaruh variabel ekonomi makro mempunyai peran yang besar dalam perubahan
nilai suatu perusahaan. Menurut Martinez (1999) yang melakukan penelitian tentang
harga saham di perancis variabel fundamental berpengaruh tehadap nilai suatu
perusahaan dan hal ini diperkuat dengan menambahkan variabel ekonomi makro ke
dalam analisisnya.
2.7.1 APBN
APBN atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara memiliki dua fungsi,
pertama adalah sebagai alat mobilisasi dana investasi.Sumber dana investasi berasal
dari tabungan (saving). Sumber dana investasi swasata (perusahaan) berasal dari
tabungan masyarakat yang terhimpun pada lembaga keuangan bank. Sedangkan
sumber dana invstasi pemerintah berasal dari tabungan pemerintah. Tabungan
pemerintah terbentuk dari sisa penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin.
Kedua adalah sebagai alat stabilitas ekonomi Pemerintah menentukan
beberapa kebijaksanaan di bidang anggaran belanja dengan tujuan mempertahankan
stabilitas proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
2.7.1.1 Produk Domestik Bruto
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu indikator penting untuk
mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu, baik atas
dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada dasarnya merupakan
jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara
tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
seluruh unit ekonomi.
PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedang PDB atas dasar harga
konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDB
menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya
ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu negara. Sementara itu, PDB
konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke
tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga.
PDB juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan harga dengan
menghitung deflator PDB (perubahan indeks implisit). Indeks harga implisit
merupakan rasio antara PDB menurut harga berlaku dan PDB menurut harga konstan.
2.7.2 Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga harga secara tajam
(absolute) yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangkawaktu yang cukup
lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu
negara (Tajul Kahalwaty, 2000 : 5).Terkait dengan dampak dari inflasi pada variabel
ekonomi makro membuatnya menjadi indikator penting dalam analisa perekonomian
sebuah Negara. Selain itu inflasi juga memiliki peran dalam pengaruh mobilisasi dana
melalui lembaga keuangan formal. Semakin tinggi kenaikan harga berbanding lurus
dengan opportunity cost dalam memegang aset finansial. Hal ini berarti masyarakat
akan lebih memilih aset riil dibandingkan aset finansial.
2.7.3 Tingkat Suku Bunga
Suku bunga adalah jumlah yang diterima oleh orang yang meminjamkan dan
dibayar oleh peminjam dana sejumlah persentase yang disepakati oleh kedua belah
pihak (Subagyo,dkk, 2002). Suku bunga adalah jumlah yang diterima oleh orang
yang meminjamkan dan dibayar oleh peminjam dana sejumlah persentase yang
disepakati oleh kedua belah pihak (Subagyo,dkk, 2002).
Suku bunga dapat berubah bila salah satu dari demand or supply uang tidak
lagi tercapai keseimbangan. Misalkan saat perekonomian memasuki tahap ekspansi
dari suatu siklus bisnis dan meningkatkan juga Real Gross Domestic Product (GDP)
maka akan meningkatkan transaksi keuangan yang akan mengakibatkan permintaan
terhadap uang juga akan meningkat dimana supply nya tetap sama, dalam hal terjadi
ketidakseimbangan ini maka interest rate akan bergerak agar tercapai kembali
keseimbangan antara demand dan supplyuang.
2.8
Teori Valuasi
Merupakan
teori
yang
membahas
valuasi
atas
asset
yang
di
investasikan.Informasi yang menunjang adalah salah satu faktor penting dalam
menilai sebuah asset, informasi ini bisa didapatkan dari perusahaan terkait berupa
laporan keuangan yang telah diaudit.
Dalam menilai sebuah perusahaan terdapat dua cara pendekatan, yaitu
pendekatan fundamental dan pendekatan tehnikal. Pendekatan fundamental adalah
cara menilai asset dengan melakukan penilaian terhadap fundamental perusahaan dan
ekonomi yang mempengaruhi fundamental tersebut. Ada tiga cara untuk menyatakan
pendekatan fundamental, yakni relative approach, earning approach dan contingency
approach.
2.8.1 Relative Approach
Untuk relative approach, nilai wajar sebuah perusahaan dipengaruhi oleh
variabel yang betul-betul terkait dengan harga saham tersebut.Relative approach
dapat dituliskan sebagai berikut (Manurung, 2012):
Pada persamaan
harga yang diperhitungkan adalah
harga keseluruhan yang dikenal sebagai enterprise value.Sementara itu, untuk
persamaan lainnya merupakan konstanta yang dapat ditentukan menggunakan nilai
masa lalu dan diasumsikan nilai tersebut tidak mengalami perubahan.
2.8.2Earning Approach
Earning approach yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai pendekatan
diskonto merupakan teori valuasi yang menyatakan nilai perusahaan sekarang adalah
hasil yang didapat oleh investor dari perusahaan pada masa mendatang yang
didiskontokan terhadap biaya modal perusahaan. Teori ini dikenal juga sebagai
perhitungan weighted average cost of capital (WACC). Teori ini dapat juga ditulis
dengan persamaan sebagai berikut (Manurung, 2012):
Dimana
1
1
Perhitungan diatas merupakan bentuk persamaan apabila perusahaan tidak
membagikan
dividen
melainkan
menyimpan
laba
bersih
sebagai
modal
pengembangan. Jika perusahaan membagikan dividen maka persamaan tersebut
berubah menjadi (Manurung, 2012):
Menurut Gordon (1962) dividen tersebut dibagikan berdasarkan nilai
pertumbuhan (g) setiap tahunnya. Pembagian dividen akan diumumkan oleh
perusahaan saat perusahaan melakukan penawaran saham ke public. Terkait hal ini
persamaan harga saham pun menjadi seperti berikut (Manurung, 2012):
Dimana
1
Sesuai dengan pengertian earning approach bahwa hasil yang diperoleh
dimasa yang akan datang merupakan arus kas. Arus kas bebas yang bisa digunakan
dikelompokan menjadi dua yakni free cash flow to equity dan free cash flow to firm.
Yang dimaksud dengan free cash flow to equity adalah kas yang siap diberikan dan
dimiliki oleh ekuitas. Sedangkan Free cash flow to firm adalah kas yang siap
diberikan kepada ekuitas dan hutang Adapun perumusan free cash flow to equity ,
free cash flow to firm dan free cash flow adalah sebagai berikut :
FCFE = Free Cash flow to firm – interest expense x (1-Tax rate) + Net
Borrowing
FCFF = CFO + Interest (1-Tax rate) – Fixed cost investment
FCF = EBIT * (1 – Tax rate) – (Capex – Depreciation) – Changes in Noncash
Working Capital
Dengan begitu persamaan harga saham menggunakan arus kas bebas adalah
sebagai berikut (Manurung, 2012):
Dimana
1
1
WACC adalah Weighted Average Cost of Capital yang mempunyai
persamaan seperti dibawah:
/
Keterangan :
E = Ekuitas
D = Debt
Ke = Cost of Equity
Kd = Cost of Debt
1
Adapun cara untuk menghitung cost of debt dan cost of equity adalah (Shim
dan Siegel, 2008):
1
Dimana
2
Keterangan :
I = pembayaran bunga tahunan
M = par value
V = market value
n= periode
Sedangkan perumusah untuk cost of equity adalah (Shim dan Siegel, 2008):
1
D1 = Dividen yang akan diterima
Po = value of common stock
G = Presentase pertumbuhan
2.8.3Capital Asset PricingModel Approach (CAPM)
Jika investor terutama berkaitan dengan risiko portofolio mereka daripada
risiko efek individu dalam portofolio makan CAPM adalah cara yang tepat untuk
mengestimasi risk-free rate, beta saham terkait, rate of returndan rate of return yang
dibutuhkan. Perumusan dari CAPM adalah:
Dimana
Rf = tingkat bebas risiko pengembalian
Β = beta dari keamanan individu
Rm = pengembalian yang diharapkan pada portofolio pasar
(Rm - Rf) = disebut premi risiko pasar
2.8.4 Beta
Menurut
perhitungan
CAPM,
Expected
Return
sebuah
perusahaan
dipengaruhi beta perusahaan, dimana beta merupakan tolak ukur dari pergerakan
market dan saham secara bersamaan. Di dalam market, penurunan return sebuah nilai
perusahaan berbanding terbalik dengan return market (Reilly Brown, 2006).
Terdapat 3 cara untuk menghitung parameter tersebut, yang pertama
menggunakan data historical perusahaan, yang kedua mengestimasi Beta perusahaan,
yang ketiga adalah menggunakan laporan keuangan. (Damodaran, 2002).
Beta melambangkan seluruh risiko perusahaan yang berhubungan dengan
investasi. Beta dari pasar saham dilambangkan dengan angka 1.0. Perusahaan yang
mempunyai beta diatas 1.0, tergolong investasi yang berisiko, sedangkan perusahaan
dengan Beta dibawah 1.0 merupakan tipe investasi yang lebih konservatif dengan
risiko yang lebih rendah dibandingkan pasar.(Hitchner, 2006).
Adapun perhitungan dari Beta adalah sebagai berikut;
,
Keterangan :
= Coefficient Beta sebuah perusahaan
COV = Covariance dari return perusahaan dan return market
VAR = Variance dari return market
Menurut (Levine et al, 2008) Covariance menghitung hubungan dari 2
variabel (x dan y), adapun perumusannya sebagai berikut ;
,
∑
–
1
2.8.5Rasio Keuangan
2.8.5.1 Return On Investment
Rasio ini mengevaluasi profit yang didapat apabila investor menanamkan
modal pada satu bisnis tertentu.Oleh sebab itu rasio ini cukup penting dan tergolong
pada profatibility ratio.Return on Investment terbagi menjadi dua yaitu Return on
Asset (ROA)dan Return on Equity (ROE). Return on Asset digunakan saat investor
ingin melihat apakah perusahaan terkait menggunakan aset yang dimiliki untuk
mendapatkan profit. Persamaan dari Return on Asset adalah sebagai berikut (Shim
dan Siegel, 2008):
Sedangkan pengertian dari Return on Equity adalah presentase return yang
akan diterima oleh para pemegang saham. Perhitungan dari Return on Equityadalah
(Shim dan Siegel, 2008):
2.8.5.2 Solvency Ratio
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka panjangnya. Investor patut menaruh perhatian lebih terhadap struktur
keuangan jangka panjang dan struktur operasi perusahaan yang akan disuntikan
modal. Bahan pertimbangan lainnya adalah financial leverage, besarnya hutang
sebuah perusahaan. Hutang yang terlalu banyak membuat perusahaan sulit
mendapatkan pinjaman dana dengan suku bunga yang wajar. Dalam solvency ratio
terdapat rasio yang dapat mengungkapkan berapa besar kewajiban yang ditanggung
oleh perusahaan dan dikenal sebagai debt ratio. Adapun persamaan dari debt ratio
adalah (Shim dan Siegel, 2008):
Selain debt ratio terdapat juga debt-equity ratio yang mengungkapkan ukuran
hutang dalam struktur modal.Hutang yang besar berarti peminjam harus membayar
bunga dan pokok periodik yang cukup signifikan.Terlebih lagi perusahaan yang dililit
hutang menghadapi risiko yang sangat besar saat masa sulit. Adapun perumusan dari
debt-equity ratio adalah sebagai berikut (Shim dan Siegel, 2008):
2.8.5.3 Earning per Share
Earning per share (EPS) adalah rasio yang menjadi sumber perhatian para
investor. EPS menunjukkan laba bersih per saham yang dimiliki setelah penurunan
laba bersih dengan preferred dividend. Apabila preferred stocks bukan bagian dari
struktur permodalan perusahaan maka EPS bisa didapatkan dengan cara membaga
laba bersih dengan common shares outstanding. EPS adalah pengukur kinerja
operasional perusahaan dan dividen masa depan yang diharapkan.(Shim dan Siegel,
2008).
2.8.5.4 Price/earning Ratio(P/E Ratio)
Mencerminkan hubungan perusahaan kepada para pemegang sahamnya.Rasio
P / E mewakili jumlah investor bersedia membayar untuk setiap dolar dari
pendapatan perusahaan.. Adapun persamaan dari P/E rasio yaitu(Shim dan Siegel,
2008):
2.8.5.5 Price/book value Ratio
Untuk menghitung Price/book value Ratio terlebih dahulu harus mencari nilai
dari book value per share. Price/book value Ratio menunjukan nilai pasar perusahaan
dibandingkan dengan nilai akuntansi historisnya. Book value per share bisa
didapatkan dengan cara (Shim dan Siegel, 2008):
Sedangkan persamaan dari Price/book value Ratio adalah :
Download