perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA PEMANTAUAN DIRI DAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi Oleh: MARIA G0106012 Pembimbing: 1. Tri Rejeki Andayani,S.Psi.,M.Si. 2. Aditya Nanda Priyatama,S.Psi.,M.Si. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit2011 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HALAMAN PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia untuk dicabut derajat kesarjanaan saya. Surakarta, 14 Desember 2011 Maria commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO “ Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar Ra’d : 11) “ Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan “ (QS. Al-Insyirah : 6) ” Hanya mereka yang berani gagal yang dapat meraih keberhasilan ” (John F. Kennedy) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HALAMAN PERSEMBAHAN Mamak Marsiem dan Mama Darmaningsih , dua ibu terhebat yang penulis miliki. Terima kasih tak terhingga untuk setiap dukungan, untaian doa, segala perhatian, kasih sayang, cinta dan energi positif yang mampu membangkitkan semangat penulis di kala sedih. Bapak tersayang, Almarhum Hasan Basri. Keluarga Besar yang senantiasa memberi dukungan. Semua Guru untuk ilmu yang diberikan Almamater commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan kemurahan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ini. Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tinggi, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan,dr.,Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Drs. Hardjono,M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan masukan-masukan yang berharga bagi penulis. 3. Ibu Rin Widya Agustin,M.Psi, selaku Koordinator Skripsi Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Ibu Tri Rejeki Andayani,S.Psi.,M.Si., selaku dosen pembimbing utama atas waktu, bimbingan dan masukan yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini 5. Bapak Aditya Nanda Priyatama,S.Psi.,M.Si., selaku dosen pembimbing pendamping atas waktu, bimbingan dan masukan yang sangat membantu commit to user penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6. Ibu Dra. Sri Wiyanti, M.Si., selaku dosen penguji utama, atas semua evaluasi, koreksi dan masukan yang sangat bermanfaat guna perbaikan penelitian ini. 7. Bapak Nugraha Arif Karyanta, S.Psi., selaku dosen penguji pendamping atas semua evaluasi, koreksi dan masukan yang sangat bermanfaat guna perbaikan penelitian ini. 8. Seluruh staf pengajar, staf tata usaha dan staf perpustakaan Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Sebelas Maret Surakarta. 9. Ibu Indah Murtiningrum,Psi., selaku HRD Solo Grand Mall yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti. 10. Seluruh remaja putri pengunjung Solo Grand Mall yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 11. Penyemangat nomor satu, Mamak Marsiem, Alm. Bapak Hasan Basri dan Mama Darmaningsih atas semua doa, cinta, perhatian, nasehat dan pengorbanan dalam membesarkan penulis hingga saat ini. 12. Saudara sekandung penulis, dua kakak tersayang Marina dan Marini, serta dua abang terkasih Alm. Maredi dan Misman yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis. 13. Enam keponakan penulis, Eka, Galuh, Aven, Vira, Azim dan Zaki yang selalu memberikan keceriaan dalam kehidupan penulis. 14. Tante Ipit, Ayah Alfian, Ibu Elja, Bu Emi, Alm. Omwan, Bulek Ponem, Mbah, yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15. Sanak, saudari dan sahabat tercinta: Mb Aciek, Krisnul, Retno, Deci, Ikul, Vreno, Eta, Meita, Rani, Aris, Cece dan Bekti yang senantiasa ada di saat suka maupun duka, menjadi teman yang bisa diandalkan dan selalu membantu dengan hati. 16. Kawan-kawan Psikologi 2006 dan para penghuni kos atas kebersamaan yang terjalin selama ini, tante kos dan adek-adek kos yang menjadi saudara terdekat penulis di Solo. Akhir kata penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Surakarta, 14 Desember 2011 Penulis commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PEMANTAUAN DIRI DAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA REMAJA PUTRI MARIA Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Kecenderungan pembelian impulsif merupakan fenomena psikoekonomik yang banyak melanda kehidupan masyarakat tak terkecuali remaja putri. Aspek psikologis yang tampak pada remaja putri adalah perhatian yang lebih besar pada penampilannya. Remaja akan mengatur, memantau dan mengontrol perilaku dan penampilannya seperti dengan membeli dan memakai barang-barang yang dapat membuat orang lain terkesan. Pada usia ini, muncul pula konformitas teman sebaya dalam kelompok. Remaja putri berusaha menyesuaikan diri dengan anggota kelompok teman sebaya lainya meliputi perilaku, penampilan dan ikut melakukan banyak kegiatan bersama misalnya saja belanja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: hubungan positif antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri, hubungan positif antara pemantauan diri dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri, dan hubungan positif antara konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri usia 15-19 tahun pengunjung Solo Grand Mall di Surakarta. 110 responden dipilih dengan teknik incidental purposive sampling. Alat pengumpul data yang digunakan adalah Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif dengan validitas 0,310 – 0,718 dan reliabilitas = 0,878; Skala Pemantauan Diri dengan validitas 0,305 – 0,529 dan reliabilitas = 0,744; dan Skala Konformitas Teman Sebaya dengan validitas 0,302 – 0,572 dan reliabilitas = 0,808. Berdasarkan hasil analisis regresi ganda diperoleh nilai koefisien korelasi R sebesar 0,492; p = 0,000 (p <0,05) dan F Hitung 17,056 > F Tabel 3,081 yang artinya ada hubungan positif yang signifikan antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri (hipotesis pertama diterima). Hasil perhitungan secara parsial menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pemantauan diri dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,078 dengan p = 0,211 (p > 0,05). Selanjutnya hipotesis ketiga dalam penelitian ini diterima yaitu ada hubungan positif yang sgnifikan antara konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,415 dengan p = 0,000 (p < 0,05) Kata Kunci : kecenderungan pembelian impulsif, pemantauan diri, konformitas commit to user teman sebaya. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRACT CORRELATION BETWEEN SELF MONITORING AND PEER CONFORMITY WITH IMPULSIVE BUYING TENDENCY OF FEMALE ADOLESCENTS MARIA Psychology Programme of Medical Faculty Sebelas Maret University, Surakarta Impulsive buying tendency is a psychoeconomic phenomenon in people’s life are no exception female adolescents. Psychological aspect that appear in female adolescents is greater attention to her appearance. Female adolescents will manage, monitor and control her behavior and her appearance with buying and using products that can impress others. In this age, there are also peer conformity. Female adolescents trying to conform to the other peer group members include behavior, appearance and join in many activities together such as shopping. The purposes of this research are to determine possitive correlation between self monitoring and peer conformity with impulsive buying tendency of female adolescents, to determine possitive correlation between self monitoring with impulsive buying tendency of female adolescents and to determine possitive correlation between peer conformity with impulsive buying tendency of female adolescents. The population of this research were female adolescents aged 15 -19 years old, the visitors of Solo Grand Mall in Surakarta. 110 respondents were choosed by incidental purposive sampling. The data were collected using Impulsive Buying Tendency Scale, Self Monitoring Scale and Peer Conformity Scale. The validity of Impulsive Buying Tendency 0,310 - 0,718, reliability = 0,878 ; the validity of Self Monitoring 0,305 – 0,529, reliability = 0,744 and the validity of Peer Conformity 0,302 – 0,572, reliability = 0,808. Based on the result of multiple regression analyse shows that correlation coefficient (R) 0,492; p = 0,000 ( p < 0,05) and F count 17,056 > F Table 3,081 means that there is a possitive correlation between self monitoring and peer conformity with impulsive buying tendency of female adolescents (first hypothesis was accepted). The partial result showed the correlation ( r ) 0,078; p = 0,211 (p > 0,05), it means that there is no positive correlation between self monitoring and impulsive buying tendency of female adolescents. Third hypothesis in this research is accepted, it means that there is positive correlation between peer conformity and impulsive buying tendency of female adolescents. It showed by correlation coefficient 0,415; p = 0,000 (p < 0,05). Keywords : Impulsive buying tendency, self monitoring, peer conformity. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................ ....... i HALAMAN PERNYATAAN................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. iv HALAMAN MOTTO............................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................... vi KATA PENGANTAR.............................................................................. vii ABSTRAK................................................................................................. x DAFTAR ISI............................................................................................. xii DAFTAR TABEL.................................................................................... xv DAFTAR BAGAN................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1 B. Rumusan Masalah................................................................... 11 C. Tujuan Penelitian..................................................................... 12 D. Manfaat Peneliti...................................................................... 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 14 A. Kecenderungan Pembelian Impulsif......................................... 14 1. Pengertian Kecenderungan Pembelian Impulsif................. 14 2. Aspek-aspek Kecenderungan Pembelian Impulsif............. 16 3. Tipe-tipe Pembelian Impulsif............................................. 19 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Faktor-faktor Kecenderungan Pembelian Impulsif........... 21 B. Pemantauan Diri....................................................................... 25 1. Pengertian Pemantauan Diri............................................... 25 2. Aspek-aspek Pemantauan Diri............................................. 27 3. Tingkatan Pemantauan Diri................................................ 29 C. Konformitas Teman Sebaya.................................................... 31 1. Pengertian Konformitas Teman Sebaya............................. 31 2. Aspek-aspek Konformitas Teman Sebaya......................... 33 3. Bentuk-bentuk Konformitas Teman Sebaya...................... 35 D. Hubungan antara Pemantauan Diri dan Konformitas Teman Sebaya dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif ............. 37 E. Hubungan antara Pemantauan Diri dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif ................................................................. 41 F. Hubungan antara Konformitas Teman Sebaya dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif....................................... 43 G. Kerangka Berpikir..................................................................... 46 H. Hipotesis................................................................................... 47 BAB III METODE PENELITIAN........................................................... 48 A. Identifikasi Variabel Penelitian.................................................. 48 B. Definisi Operasional.................................................................. 48 C. Populasi, Sampel dan Sampling................................................ 50 D. Teknik Pengumpulan Data..................................................... 52 E. Metode Analisis Data............................................................. commit to user 57 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1. Uji Validitas....................................................................... 57 2. Uji Reliabilitas.................................................................... 57 3. Uji Hipotesis..................................................................... 58 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................... 59 A. Persiapan Penelitian................................................................ 59 1. Orientasi Kancah Penelitian............................................... 59 2. Persiapan Penelitian........................................................... 61 3. Pelaksanaan Uji Coba........................................................ 66 4. Uji Validitas dan Reliabilitas............................................ 66 5. Penyusunan Alat Ukur Penelitian..................................... 71 B. Pelaksanaan Penelitian............................................................ 73 C. Hasil Analisis Data Penelitian................................................ 75 1. Uji Asumsi Dasar.............................................................. 75 2. Uji Asumsi Klasik............................................................. 78 3. Uji Hipotesis...................................................................... 82 4. Analisis Deskriptif............................................................. 87 5. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif.................... 90 D. Pembahasan............................................................................ BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................ 91 97 A. Kesimpulan............................................................................ 97 B. Saran...................................................................................... 98 DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 99 LAMPIRAN........................................................................................... commit to user 105 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 1. Blue Print Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Sebelum Uji Coba......................................................................... 54 Tabel 2. Blue Print Skala Pemantauan Diri Sebelum Uji Coba................ 55 Tabel 3. Blue Print Skala Konformitas Teman Sebaya Sebelum Uji Coba 56 Tabel 4. Distibusi Aitem Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Sebelum Uji Coba....................................................................... 63 Tabel 5. Distibusi Aitem Skala Pemantauan Diri Sebelum Uji Coba....... 64 Tabel 6. Distibusi Aitem Skala Konformitas Teman Sebaya Sebelum Sebelum Uji Coba...................................................................... 65 Tabel 7. Distribusi Aitem Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif yang valid dan gugur ................................................................ 68 Tabel 8. Distribusi Aitem Skala Pemantauan Diri yang valid dan gugur.. 69 Tabel 9. Distribusi Aitem Skala Konformitas Teman Sebaya yang valid dan gugur.......................................................................... 71 Tabel 10. Distribusi Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif untuk Penelitian....................................................................... 72 Tabel 11. Distribusi Skala Pemantauan Diri untuk Penelitian................ 72 Tabel 12. Distribusi Skala Konformitas Teman Sebaya untuk Penelitian 73 Tabel 13. Uji Normalitas.......................................................................... 76 Tabel 14. Uji Linearitas Pemantauan Diri terhadap Kecenderungan Pembelian Impulsif.................................................................. commit to user 77 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 15. Uji Linearitas Konformitas Teman Sebaya terhadap Kecenderungan Pembelian Impulsif......................................... 77 Tabel 16. Uji Multikolinearitas ................................................................ 78 Tabel 17. Uji Autokorelasi........................................................................ 81 Tabel 18. Uji Hipotesis Secara Simultan ................................................... 83 Tabel 19. Uji F-Test................................................................................. 84 Tabel 20. Uji Korelasi Parsial antara Pemantauan Diri dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif....................................... 85 Tabel 21. Uji Korelasi Parsial antara Konformitas Teman Sebaya dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif.......................... 86 Tabel 22. Statistik Deskriptif................................................................. 87 Tabel 23. Kriteria Kategori Kecenderungan Pembelian Impulsif.......... 88 Tabel 24. Kriteria Kategori Pemantauan Diri........................................ 89 Tabel 25. Kriteria Kategori Konformitas Teman Sebaya...................... 89 Tabel 26. Sumbangan Efektif.............................................................. 90 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR BAGAN Bagan 1. Bagan Kerangka Berpikir Hubungan antara Pemantauan Diri dan Konformitas Teman Sebaya dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif................................................................. 46 Gambar 2. Gambar Scatter plot Uji Heterokesdastisitas.......................... 80 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN A. Alat Ukur Sebelum Uji Coba ........................................................ 106 B. Sebaran Nilai Uji Coba Alat Ukur ................................................ 119 C. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ............................ 134 D. Alat Ukur Penelitian ..................................................................... 144 E. Sebaran Nilai Data Penelitian ....................................................... 154 F. Analisa Data Penelitian ................................................................. 173 1. Data Penelitian yang akan dianalisis ....................................... 174 2. Uji Normalitas ......................................................................... 177 3. Uji Linearitas ........................................................................... 177 4. Uji Multikolinearitas ................................................................ 178 5. Uji Heterokesdastisitas ............................................................. 179 6. Uji Autokorelasi ........................................................................ 179 7. Uji Hipotesis .............................................................................. 180 8. Analisis Deskriptif ..................................................................... 181 9. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif .............................. 186 G. Lampiran Tambahan......................................................................... 191 1. Surat Izin Penelitian................................................................. 192 2. Surat Izin Penelitian dari Solo Grand Mall............................. 193 3. Surat Tanda Bukti Penelitian.................................................. 194 4. Dokumentasi.......................................................................... 195 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHLULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang melibatkan banyak perubahan seperti perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional (Santrock, 2007). Perubahan biologis yang terjadi pada remaja meliputi pertambahan berat dan tinggi badan dalam rentang waktu yang cepat, perubahan hormonal dan kematangan seksual yang mulai muncul ketika memasuki masa pubertas. Perubahan kognitif meliputi perubahan pemikiran dan inteligensi yang ditandai dengan meningkatnya cara berpikir. Remaja mulai berpikir secara abstrak, idealistik serta logis, berpikir secara lebih egosentris, memandang dirinya unik dan tak terkalahkan. Perubahan lainnya yaitu perubahan sosioemosional yang meliputi perubahan dalam hal emosi, kepribadian, hubungan dengan orang lain dan konteks sosial. Sigmund Freud dan Anna Freud (dalam Crain, 2007) mengatakan bahwa adanya perubahan-perubahan yang dialami oleh remaja ini dapat menimbulkan berbagai gejolak. Misalnya saja pertumbuhan fisik remaja yang sangat cepat akan menciptakan rasa kebingungan identitas. Hal inilah yang kemudian menyebabkan banyak remaja menghabiskan waktunya untuk menatap cermin dan memperhatikan setiap perubahan pada penampilannya. Menurut Mc Cabe dan Ricciardell (dalam Santrock, 2007), salah satu aspek psikologis dari pubertas yang muncul pada masa remaja adalah munculnya commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id praokupasi (perhatian) yang besar terhadap tubuhnya. Papalia, dkk (2008) mengatakan bahwa perubahan fisik yang dramatis pada remaja dapat menimbulkan dampak psikologis yang tidak diinginkan. Remaja lebih banyak memperhatikan penampilan dibandingkan aspek lain dalam dirinya. Remaja, terutama remaja putri lebih suka berlama-lama di depan cermin memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada tubuh dan penampilannya. Menurut Rosenblum dan Lewis (dalam Papalia, dkk, 2008), remaja putri memiliki perasaan tidak suka pada perubahan fisik yang lebih tinggi dibandingkan remaja putra. Jika dibandingkan dengan remaja putra, remaja putri lebih merasakan ketidakpuasan dengan bentuk tubuhnya selama pubertas. Hal inilah yang mengakibatkan remaja putri cenderung menaruh perhatian yang lebih pada penampilan dibandingkan dengan remaja putra (Brooks, dalam Santrock, 2007). Ketika menampilkan diri di hadapan orang lain, remaja putri akan berupaya agar terlihat menarik, disukai dan diterima banyak orang. Banyak cara yang dilakukan oleh remaja putri, namun salah satu cara yang kebanyakan dilakukan adalah dengan memakai busana dan aksesoris yang menunjang dalam berpenampilan seperti pemakaian baju yang sesuai, pemilihan sepatu, tas, jam tangan yang cantik dan aksesoris lainnya. Keinginan remaja untuk selalu tampil menarik, gaul dan sesuai tren, tidak jarang membuat remaja putri kurang memikirkan dengan matang saat mengeluarkan uang untuk membeli barangbarang yang diinginkan. Hal ini mengakibatkan para remaja putri tidak memperhatikan faktor kebutuhan ketika membeli suatu barang. Para remaja putri cenderung membeli barang yang sesungguhnya tidak dibutuhkan dan pembelian commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ini biasanya dilakukan secara berlebihan, impulsif dan tanpa perencanaan yang matang. Apalagi masa sekarang ini, dengan semakin maraknya keberadaan pusat perbelanjaan modern seperti mal yang memberikan banyak kelebihan dan kemudahan dalam berbelanja. Mal menyediakan berbagai pelayanan yang dilengkapi dengan fasilitas hiburan serta rekreasi keluarga. Bagi para pengunjung yang ingin berbelanja berbagai macam kebutuhan dengan aneka variasinya, tidak lagi perlu memakan banyak waktu dan lebih efisiensi biaya karena pengunjung tidak perlu berpindah lokasi. Keberadaan mal dengan segala kelebihan lainnya seperti tatanan produk yang rapi, cara promosi produk yang lebih menarik, banyaknya diskon pada berbagai produk bahkan hingga 70%, penawaran beli satu gratis satu, warna-warni produk yang indah, kemudahan dalam bertransaksi menggunakan kartu debit, kartu kredit dan juga suasana mal yang nyaman untuk berbelanja karena penjual yang ramah-ramah serta ruangan toko yang beraroma wangi. Salah satu kota yang tidak lepas dari pembangunan pusat perbelanjaan modern adalah kota Solo yang kini telah memiliki beberapa pusat perbelanjaan modern berupa mal seperti Matahari Singosaren, Solo Square, dan Solo Grand Mall dan semakin ramainya keberadaan departmen store yang kini lebih mudah dijumpai. Pada dasarnya semua pembangunan pusat perbelanjaan modern diprioritaskan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Namun, seiring dengan berjalannya waktu mulai terlihat dampak lainnya yaitu pada perubahan gaya hidup masyarakat yang terkait dengan perilaku membeli masyarakat yang semakin meningkat. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Keberadaan mal dengan segala fasilitas yang ditawarkan mampu menarik masyarakat untuk selalu mengunjungi sehingga membuat mal tidak pernah sepi pengunjung setiap harinya. Tujuan pengunjungpun beraneka ragam mulai dari yang berniat belanja hingga pengunjung yang sekedar mencari kesenangan. Mal seringkali dijadikan sebagai salah satu alternatif tempat berlibur melepas kepenatan beraktivitas. Kondisi mal yang memberikan kenyamanan, terkadang membuat pengunjung terdorong untuk melakukan pembelian. Banyak dijumpai pengunjung yang pada awalnya tidak berencana untuk melakukan pembelian, namun secara tidak disadari pada akhirnya melakukan pembelian. Hal ini tentunya bertentangan dengan paradigma manusia ekonomi rasional yang melakukan pembelian berdasarkan sebuah perencanaan dan pertimbangan yang matang. Menurut Semuel (2007), pada umumnya pembelian yang dilakukan pelanggan dalam pasar modern seperti supermarket atau hipermarket, tidak semuanya direncanakan. Sebesar 65% keputusan pembelian dilakukan di dalam toko dengan lebih dari 50% (dari 65% keputusan pembelian di dalam toko) merupakan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya. Loudon dan Bitta (1993) mengemukakan bahwa setiap orang ketika berada di pusat perbelanjaan dengan segala kenyamanan yang ada memiliki kecenderungan untuk melakukan pembelian tanpa sebuah perencanaan, sedikitnya satu produk dibeli tanpa perencanaan (unplanned purchase) dan hal ini dikenal dengan impulsive buying tendency atau kecenderungan pembelian impulsif. Menurut Mowen dan Minor (2001) kecenderungan pembelian impulsif merupakan kecenderungan untuk melakukan pembelian tanpa memiliki niat untuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id membeli sebelumnya. Pembelian melibatkan keadaan afektif yang kuat sehingga membuat para konsumen berperilaku otomatis dengan menjalankan sedikit pengendalian intelektual atas tindakan membeli yang dilakukan. Pilihan keputusan untuk membeli dibuat pada saat itu juga karena perasaan positif yang sangat kuat mengenai suatu benda. Keadaan afektif langsung menuju pada perilaku membeli tanpa membentuk kepercayaan ataupun berpikir matang dahulu sebelum membelinya. Konsumen menekan pemikirannya karena dapat mengurangi perasaan dan menghambat tindakan untuk membeli. Kecenderungan pembelian impulsif merupakan suatu fenomena psikoekonomik yang banyak melanda kehidupan masyarakat tidak terkecuali para remaja putri. Tambunan (2001) menjelaskan bahwa remaja, terutama yang tinggal di perkotaan dengan segala fasilitas yang tersedia, yang sebenarnya belum memiliki kemampuan secara finansial sering dijadikan target pemasaran oleh para produsen. Menurut Munandar (2001) alasan yang membuat remaja menjadi segmen pasar yang sangat penting karena konsumen remaja memiliki ciri-ciri yaitu: (a) remaja sangat mudah terpengaruh oleh rayuan penjual, (b) mudah terbujuk iklan, (c) tidak berpikir hemat, (d) kurang realistis, romantis serta impulsif. Berkaitan dengan ciri impulsif remaja, hasil penelitian Csikzentmihalyi dan Larson (dalam Melati, dkk, 2007) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan waktu hanya 45 menit untuk mengubah mood senang luar biasa ke sedih luar biasa. Perubahan mood yang cepat membuat remaja lebih mudah terpengaruh oleh lingkungan belanja dan melakukan pembelian secara impulsif. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Hasil penelitian Ling dan Ling (dalam Semuel, 2007) menemukan bahwa perempuan lebih cenderung memiliki perilaku pembelian impulsif dibandingkan dengan laki-laki. Menurut Utami dan Sumaryono (2008) orientasi afektif yang mendasari pembelian impulsif mengaitkan wanita sebagai figur pelaku yang memiliki peluang terbesar untuk mewujudkan pembelian. Jika dibandingkan dengan pria, wanita masih dipandang lebih mengutamakan sisi emosionalitas daripada rasionalitas, sedangkan emosionalitas sangat relevan dengan konsep pembelian impulsif. Menurut Loudon dan Bitta (1993) remaja putri cenderung lebih impulsif dibandingkan remaja putra. Hal ini karena remaja putri lebih sering membantu keluarganya berbelanja, baik untuk keperluan keluarga maupun untuk kebutuhan dirinya sendiri, contohnya membeli kosmetik, cat rambut, alat-alat kecantikan, pakaian dan makanan. Remaja putri dalam proses mempresentasikan diri akan melakukan pengelolaan kesan yaitu proses menseleksi dan mengontrol perilaku sesuai dengan situasi dan harapan orang lain. Salah satu gaya mempresentasikan diri yang dikemukakan oleh Dayaksini dan Hudaniah (2003) adalah pemantauan diri. Setiap orang tak terkecuali remaja putri, memiliki perbedaan dalam cara mempresentasikan diri. Ada yang lebih menyadari tentang kesan publik, ada juga yang menggunakan presentasi diri strategik atau lebih menyukai pembenaran diri. Menurut Snyder (1987) perbedaan ini berkaitan dengan suatu ciri sifat kepribadian yang disebut pemantauan diri yaitu kecenderungan yang dimiliki seseorang dalam mengatur perilakunya untuk menyesuaikan diri dengan tuntutantuntutan sosial. Brigham (dalam Dayaksini dan Hudaniah, 2003) menyatakan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bahwa pemantauan diri merupakan proses individu untuk mengadakan pemantauan terhadap pengelolaan kesan yang telah dilakukannya. Salah satu cara untuk memahami pemantauan diri adalah dengan melihat perbedaan-perbedaan respons terhadap situasi sosial. Baron dan Byrne (2003) secara spesifik memberikan istilah faktor eksternal bagi hal-hal yang menjadi acuan tingkah laku dari orang-orang yang cenderung memiliki tingkat pemantauan diri yang tinggi. Istilah tingkat pemantauan diri yang rendah diberikan kepada individu yang menjadikan faktor internal sebagai acuan dalam bertingkah laku. Baron dan Byrne (2003) juga menggunakan istilah bunglon sosial bagi individu yang memiliki pemantauan diri tinggi dan istilah prinsipil bagi individu yang memiliki pemantauan diri rendah. Individu yang memiliki pemantauan diri tinggi akan berusaha menyesuaikan tingkah laku dan peran dalam kondisi yang ada untuk memperoleh evaluasi positif. Individu dengan pemantauan diri yang rendah akan menekankan pada menjadi diri sendiri dan mementingkan menunjukkan perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai serta keyakinan dasarnya. Dayaksini dan Hudaniah (2003) mengemukakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lippa bahwa individu yang memiliki pemantauan diri tinggi akan mendapat keberuntungan dalam situasi sosial karena orang-orang akan menganggapnya ramah, relaks dan tidak pemalu, dan individu dengan pemantauan diri rendah akan cenderung lebih mudah dipercaya karena konsisten. Walaupun demikian, Miller dan Thayer (dalam Baron dan Byrne, 2003) mengemukakan bahwa orang-orang yang memiliki pemantauan diri ekstrem tinggi ataupun ekstrem rendah lebih sering mengalami gangguan dan kurang mampu commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menyesuaikan diri dibandingkan orang-orang yang memiliki pemantauan diri yang cukup. Hal ini menunjukkan bahwa pemantauan diri yang cukup (berada di tengah) adalah yang secara sosial ideal. Pemantauan diri ternyata tidak hanya berpengaruh pada perilaku sosial seseorang, namun juga pada perilaku membeli. Seperti yang dikemukakan oleh Choi, dkk (2000) bahwa perilaku konsumen yang memiliki pemantauan diri tinggi ataupun rendah akan berbeda dalam perilaku membeli. Perbedaan tingkat pemantauan diri membedakan individu dalam merespon petunjuk di area penjualan. Menurut Snyder dan De Bono (dalam Choi, dkk, 2000) perbedaan ini akan terlihat dalam hal mudah atau tidaknya individu terpengaruh dengan iklan yang disajikan, apakah berorientasi pada keindahan sajian gambar atau pada kualitasnya. Kontribusi pemantauan diri juga tampak dalam hal kerelaan membayar lebih untuk produk yang dipromosikan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Djudiyah dan Hadipranata (2002) menyimpulkan bahwa adanya kontribusi pemantauan diri terhadap pembelian impulsif pada remaja. Selain meneliti hubungan antara pemantauan diri dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri, dalam penelitian ini juga melibatkan variabel konformitas teman sebaya. Seperti yang dikemukakan oleh Priede dan Ferrel (1995) bahwa kelompok referensi teman sebaya mempengaruhi keputusan pembelian seseorang bergantung pada tingkat konformitas dan besarnya pengaruh kelompok serta kekuatan keterlibatan remaja putri di dalam kelompok. Menurut Desmita (2006) perkembangan kehidupan sosial remaja ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan. Remaja akan commit to user perpustakaan.uns.ac.id menunjukkan digilib.uns.ac.id originalitasnya bersama-sama dalam hal berpakaian, berpenampilan, berdandan, gaya rambut, tingkah laku konsumen, perilaku membeli, pertemuan dan pesta. Menurut Hurlock (1993), oleh karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku membeli terkadang lebih besar daripada pengaruh keluarga. Remaja juga cenderung akan masuk ke dalam kelompok yang memiliki minat dan nilai yang sama serta akan melakukan apapun agar dimasukkan dan diterima sebagai anggota kelompok dari teman sebayanya. Remaja yang telah menjadi anggota kelompok teman sebaya akan menyesuaikan diri dengan norma dan aturan yang sudah terbentuk. Penyesuaian diri remaja akan semakin kuat jika ada ketergantungan antara remaja dengan anggota kelompok lainnya. Menurut Sears, dkk (1994) penyesuaian diri yang kuat terhadap kelompok mengakibatkan remaja cenderung melakukan konformitas terhadap kelompok teman sebayanya. Konformitas merupakan satu tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap anggotanya namun memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu. Santrock (2007) mengemukakan bahwa konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan. Konformitas dapat berdampak positif misalnya dalam hal melakukan kegiatan sosial maupun berdampak negatif seperti merokok, tawuran dan sebagainya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Konformitas dalam hal perilaku pembelian cenderung lebih identik pada remaja putri dibandingkan pada remaja putra. Tambunan (2001) mengatakan bahwa kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan teman lainnya menyebabkan remaja putri berusaha untuk mengikuti dan menyesuaikan diri dengan atribut yang sedang mode diantara anggota kelompok sebayanya. Selain itu hasil penelitian Rice (dalam Zebua dan Nurdjayadi, 2001) menunjukkan bahwa remaja putri lebih konform dibandingkan remaja putra karena menurut Lina dan Rosyid (1997) remaja putri lebih mudah dipengaruhi. Hurlock (1993) menyebutkan bahwa konformitas akan semakin tinggi apabila dalam kelompok tersebut anggota-anggotanya melakukan hal yang sama termasuk dalam bersama-sama membeli suatu produk. Menurut Sumarwan (2003) konsumen yang memiliki teman sebaya adalah tanda telah membina hubungan sosial. Pendapat dan kesukaan teman sebaya seringkali mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam memilih produk dan merek. Penelitian yang dilakukan oleh Adelina (dalam Sumarwan, 2003) menunjukkan bahwa sumber paling besar yang mempengaruhi pembelian dalam hal ini pembelian bedak adalah teman sebesar 26%, media sebesar 19% dan majalah sebesar 15%. Tampak dari penelitian Adelina tersebut bahwa teman memiliki kontribusi yang paling besar dalam keputusan untuk membeli. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama ini memperlihatkan bahwa remaja putri yang berkunjung ke pusat perbelanjaan khususnya ke mal kebanyakan datang bersama dengan teman-teman sebayanya. Hal ini sejalan dengan hasil survey yang dilakukan oleh CSI (Consumer Survey Indonesia) pada commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Februari tahun 2010 yang menunjukkan bahwa selama berkunjung ke mal, pengunjung paling banyak pergi bersama temannya (51%), keluarga (39%) dan sendirian (10%). Sesuai hasil survey tersebut tampak bahwa belanja bersama teman yang memiliki persentase paling besar. Menurut Mowen dan Minor (2001) apabila seorang konsumen melakukan pembelian sendirian, maka konsumen cenderung melakukan pembelian yang direncanakan. Sebaliknya, apabila konsumen melakukan pembelian dengan kelompok, maka cenderung akan menyimpang dari pembelian yang direncanakan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri. B. Rumusan Masalah 1. Apakah ada hubungan positif antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri ? 2. Apakah ada hubungan positif antara pemantauan diri dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri ? 3. Apakah ada hubungan positif antara konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri ? commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui hubungan positif antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri. 2. Untuk mengetahui hubungan positif antara pemantauan diri dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri. 3. Untuk mengetahui hubungan positif antara konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengertian kepada remaja putri tentang dampak dari pembelian impulsif. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengertian kepada remaja putri pentingnya pemantauan diri. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengertian kepada remaja putri tentang beberapa hal yang mempengaruhi perilaku pembelian. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Remaja Putri 1) Memberikan masukan kepada remaja putri cara merencanakan pembelian yang sesuai dengan kebutuhan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi remaja putri cara pengelolaan pemantauan diri yang positif. 3) Memberikan pengertian kepada remaja putri tentang cara berkelompok sebaya yang positif. b. Bagi Orang Tua Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para orang tua cara mengarahkan putrinya agar melakukan pembelian yang sesuai dengan kebutuhan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecenderungan Pembelian Impulsif 1. Pengertian Kecenderungan Pembelian Impulsif Menurut Rook (1987) kecenderungan pembelian impulsif merupakan kecenderungan untuk melakukan pembelian secara impulsif yaitu pembelian yang terjadi ketika seorang individu mengalami desakan yang tiba-tiba, biasanya kuat dan menetap untuk membeli sesuatu dengan segera. Impuls untuk membeli ini kompleks secara hedonik, merangsang konflik emosional dan cenderung terjadi dengan perhatian yang berkurang pada akibatnya. Pembelian impulsif dilakukan tanpa perencanaan dan dipicu secara spontan pada saat berhadapan dengan produk serta diiringi dengan perasaan yang menyenangkan dan penuh gairah. Seorang individu cenderung merespon secara cepat terhadap stimulus yang diberikan tanpa melakukan evaluasi terhadap konsekuensi yang akan terjadi setelah membeli. Engel, dkk (1995) mendefinisikan kecenderungan pembelian impulsif atau yang disebut juga dengan istilah unplanned purchase sebagai kecenderungan untuk melakukan pembelian yang tidak terencana yaitu konsumen membeli produk tanpa direncanakan terlebih dahulu sebelumnya, keinginan yang kuat baru muncul ketika di mal atau di toko karena secara tiba-tiba konsumen merasakan kebutuhan yang mendesak untuk membeli suatu produk yang ditawarkan. Menurut Rook dan Hoch (dalam Mowen dan Minor, 2001) kecenderungan pembelian impulsif merupakan tindakan membeli yang dilakukan tanpa memiliki commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id niat untuk membeli sebelumnya yang terbentuk sebelum memasuki toko, pilihan dibuat pada saat itu juga karena perasaan positif yang kuat mengenai suatu benda. Pembelian melibatkan keadaan afektif yang kuat sehingga membuat para konsumen berperilaku secara agak otomatis dengan menjalankan sedikit pengendalian intelektual. Herabadi (2003) mengemukakan bahwa pembelian impulsif dianggap sebagai perilaku pembelian yang irasional berdasarkan pengamatan bahwa konsumen bisa tetap melakukan pembelian walaupun sudah menyadari sebelumnya akan kemungkinan merasakan penyesalan kelak. Ada dua komponen utama dari kecenderungan pembelian impulsif yaitu komponen kognitif dan komponen afektif. Komponen kognitif menjelaskan bahwa seseorang hanya sekedar memikirkan saja untuk memiliki kecenderungan membeli secara impulsif yang berkaitan dengan kurangnya perencanaan serta unsur ketidaksengajaan. Sementara komponen afektif dalam kecenderungan pembelian impulsif menunjukkan sudah ada unsur penilaian dan pemilihan secara subjektif pada konsumen yang melibatkan perasaan sukacita, bergairah dan tanpa memikirkan akibat yang akan terjadi nantinya. Menurut Istijanto (2005) kecenderungan pembelian impulsif adalah kecenderungan berbelanja tanpa melakukan perencanaan sehingga pembelian yang dilakukan lebih terdorong oleh spontanitas atau ketertarikan yang muncul secara langsung begitu melihat suatu produk. Menurut Yani (2005) kecenderungan pembelian impulsif merupakan kecenderungan untuk mengalami dorongan yang kuat untuk membuat pembelian pada point of purchase dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kecenderungan untuk bertindak berdasarkan dorongan untuk membeli tanpa adanya atau hanya dengan sedikit pertimbangan dan evaluasi terhadap konsekuensi. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa kecenderungan pembelian impulsif merupakan kecenderungan yang dimiliki oleh seorang individu untuk melakukan pembelian secara impulsif yaitu pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya, terjadi secara spontan disertai dorongan yang kuat untuk membeli produk, melibatkan pengendalian afektif yang kuat dengan sedikit pengendalian kognitif sehingga tidak memperhatikan konsekuensi yang akan terjadi setelah pembelian terjadi. 2. Aspek-Aspek Kecenderungan Pembelian Impulsif Aspek-aspek kecenderungan pembelian impulsif menurut Rook (1987), terdiri dari empat aspek yang meliputi: a. Spontanitas. Pembelian ini terjadi secara spontan, tidak diharapkan dan tidak direncanakan sebelumnya, memotivasi konsumen untuk membeli sekarang juga dan sering sebagai respons terhadap stimulasi visual yang langsung di tempat penjualan. b. Kekuatan impuls Adanya motivasi untuk mengesampingkan semua yang lain dan bertindak dengan seketika. Konsumen merasakan desakan yang tiba-tiba dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mendesak untuk membeli suatu produk dan sering disertai dengan emosi yang dicirikan sebagai menggairahkan. c. Adanya stimulasi lingkungan Kondisi lingkungan yang membuat para konsumen melakukan pembelian dengan segera dan tanpa banyak berpikir lagi. d. Kurang peduli dengan konsekuensi Konsumen mengalami desakan untuk membeli yang sangat kuat dan sulit untuk ditolak sehingga konsekuensi negatif yang mungkin terjadi setelah melakukan pembelian cenderung diabaikan. Menurut Loudon dan Bitta (1993) ada lima elemen kecenderungan pembelian impulsif yaitu sebagai berikut: a. Konsumen merasakan adanya suatu dorongan yang datang secara tibatiba dan spontan untuk melakukan suatu tindakan yang berbeda dengan tingkah laku sebelumnya. b. Dorongan yang tiba-tiba untuk melakukan suatu pembelian menempatkan konsumen dalam keadaan ketidakseimbangan secara psikologis dan untuk sementara waktu konsumen merasa kehilangan kendali. c. Konsumen selanjutnya akan mengalami konflik psikologis dan berusaha untuk menimbang antara pemuasan kebutuhan langsung dan konsekuensi jangka panjang dari pembelian. d. Konsumen kemudian akan mengurangi evaluasi kognitif dari produk. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id e. Konsumen pada akhirnya seringkali membeli secara impulsif tanpa memperhatikan konsekuensi yang akan datang yaitu akibat yang akan ditimbulkan setelah pembelian dilakukan. Menurut Herabadi (2003) kecenderungan pembelian impulsif memiliki dua komponen yang meliputi: a. Komponen kognitif Yaitu seseorang hanya sekedar memikirkan saja untuk memiliki kecenderungan membeli secara impulsif yang berkaitan dengan kurangnya perencanaan serta unsur ketidaksengajaan dalam melakukan pembelian. b. Komponen afektif Yaitu seseorang sudah menunjukkan unsur penilaian dan pemilihan secara subjektif yang berkaitan dengan adanya dorongan untuk membeli yang tiba-tiba, ketertarikan yang begitu kuat untuk membeli, perasaan sukacita dan bergairah untuk membeli serta kurang memperdulikan konsekuensi dan penyesalan setelah melakukan pembelian. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menyimpulkan aspek-aspek kecenderungan pembelian impulsif yang mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Rook (1987) sebagai dasar teori tentang pembelian impulsif. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa aspek-aspek kecenderungan pembelian impulsif yaitu sebagai berikut: aspek spontanitas yaitu pembelian yang dilakukan sebenarnya tidak diharapkan dan tidak direncanakan sebelumnya, memotivasi konsumen untuk membeli sekarang juga dan sering sebagai respons terhadap stimulasi visual yang langsung di tempat penjualan; aspek kekuatan impuls yaitu commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mengalami desakan kuat yang tidak dapat ditolak serta diiringi perasaan yang menggairahkan; aspek stimulasi dari lingkungan yang dan aspek ketidakpedulian akan akibat dan konsekuensi yang terjadi nantinya. 3. Tipe-Tipe Pembelian Impulsif Ada empat tipe pembelian impulsif yang dikemukakan oleh Loudon dan Bitta (1993) , yang meliputi: a. Pure Impulse (pembelian impulsif murni) Pada pembelian impulsif murni seorang individu merasakan dorongan sangat kuat untuk membeli produk yang baru, mencari variasi produk yang baru, atau melakukan pembelian terhadap produk di luar kebiasaan pembeliannya yaitu seseorang menghentikan pola pembelian normal yang biasa dilakukan. b. Suggestion Impulse (pembelian impulsif yang timbul karena sugesti) Dorongan untuk membeli yang dialami oleh seorang individu didasarkan karena adanya stimulus pada toko (tempat penjualan) dan didukung pula dengan pemberian saran serta masukan baik dari penjual, sales promotion, pramuniaga, maupun teman-teman lainnya. c. Reminder Impulse (pembelian impulsif karena pengalaman masa lampau) Pada pembelian ini seseorang merasakan adanya dorongan untuk segera membeli yang muncul pada saat melihat barang yang dipajang pada rak toko, display atau secara tiba-tiba teringat iklan dan informasi lainnya tentang suatu produk. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id d. Planned Impulse (pembelian impulsif yang direncanakan) Merupakan pembelian impulsif yang terjadi apabila kondisi penjualan tertentu diberikan pada konsumen. Dorongan berupa intensi membeli berdasarkan harga khusus, kupon, diskon dan lain sebagainya tanpa merencanakan produk yang akan dibelinya. Selanjutnya menurut Ma’ruf (2006), ada tiga tipe pembelian impulsif yaitu sebagai berikut: 1. Pembelian tanpa rencana sama sekali Konsumen belum punya rencana apapun terhadap pembelian suatu barang dan membeli barang begitu saja setelah melihat. 2. Pembelian yang setengah direncanakan Konsumen sudah ada rencana membeli suatu barang tapi tidak punya rencana merek, jenis ataupun berat dan membeli barang begitu melihat barang tersebut. 3. Barang pengganti yang tidak direncanakan Konsumen sudah berniat membeli suatu barang dengan merek tertentu dan membeli barang yang dimaksud tapi dari merek lain. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpullkan tipe-tipe pembelian impulsif yaitu: tipe pembelian menurut Loudon dan Bitta (1993) yaitu pembelian impulsif murni, pembelian impulsif yang timbul karena sugesti, pembelian impulsif karena pengalaman masa lampau dan pembelian impulsif yang direncanakan, sedangkan tipe pembelian impulsif menurut Ma’ruf (2006) yang meliputi: pembelian tanpa rencana sama commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sekali, pembelian yang setengah direncanakan dan barang pengganti yang tidak direncanakan. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Pembelian Impulsif Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembelian sevara impulsif. Menurut Loudon dan Bitta (1993) faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif, meliputi: a. Karakteristik produk Adapun karakteristik produk yang dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan pembelian impulsif, yaitu: 1) Produk yang memiliki harga murah akan membuat seseorang tidak berpikir matang dalam mengambil keputusan untuk membeli. 2) Konsumen merasakan adanya sedikit kebutuhan terhadap produk yang dilihatnya kemudian memutuskan untuk membelinya. 3) Produk- produk yang memiliki siklus kehidupan yang biasanya pendek atau cepat habis. 4) Ukuran produk yang kecil dan ringan sehingga mudah dibawa. 5) Produk yang mudah disimpan. b. Faktor pemasaran Cara-cara yang digunakan oleh para pemasar dalam mempromosikan dan mendistribusikan produk dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan pembelian impulsif. Adapun faktor-faktor tersebut diantaranya: distribusi dalam jumlah banyak, outlet dengan model self service yaitu pelayanan sendiri, promosi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dengan iklan melalui media massa yang sugestibel dan terus menerus, iklan-iklan di titik penjualan, posisi display dan lokasi toko yang strategis dan lokasi yang menonjol sehingga mudah untuk ditemukan pembeli. c. Karakteristik konsumen Adapun karakteristik konsumen yang dapat mempengaruhi seseorang memiliki kecenderungan pembelian impulsif, yaitu: 1) Kepribadian konsumen Kepribadian berkaitan dengan adanya perbedaan karakteristik yang paling dalam diri manusia yang menggambarkan ciri unik dari masingmasing individu sehingga setiap orang berbeda. Pemasar yang telah mengetahui kepribadian konsumennya dapat memilih cara komunikasi dan promosi yang cocok dengan kepribadian konsumen, termasuk dalam membidik pola pembelian impulsif. Herabadi, dkk (2009) mengemukakan bahwa kecenderungan belanja impulsif adalah trait konsumen yang berakar pada kepribadian seseorang. 2) Demografis dalam hal ini meliputi: a. Gender Beberapa tokoh mengemukakan bahwa perempuan memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Seperti menurut Loudon dan Bitta (1993) remaja putri cenderung lebih impulsif dibandingkan remaja putra, selanjutnya menurut Kartajaya (2007) wanita adalah sasaran dalam membidik pasar pembelian impulsif. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Usia Perbedaan usia mempengaruhi pola pembelian seseorang termasuk dalam hal kecenderungan pembelian impulsif. Menurut Kartajaya (2007) anak-anak adalah sasaran paling empuk dalam membidik pasar pembelian impulsif, sedangkan menurut Hoyer dan Macinnis (2008) remaja sebagai usia pembelian impulsif karena remaja dikenal sebagai konsumen yang sangat dapat menyesuaikan diri dan sangat memuja penampilannya. c. Status perkawinan Sudarto (dalam Suyasa dan Fransisca, 2005) mengemukakan bahwa terdapat perbedaan pola pembelian antara perempuan yang belum dan perempuan yang sudah menikah. Perempuan yang belum menikah mengkonsumsi lebih banyak dalam hal penampilan sehingga pengeluarannya lebih banyak. Hal ini karena perempuan yang belum menikah tidak terlalu bertanggung jawab terhadap pengeluaran keluarga. d. Pendidikan dan pekerjaan Pendidikan seseorang mempengaruhi pekerjaan dan pendapatan yang akan diterima sehingga pola pembelian juga terpengaruh. Pendapatan yang besar membuat seseorang lebih memiliki kecenderungan pembelian impulsif. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3) Karakteristik sosio-ekonomi Kondisi ekonomi dapat mempengaruhi seseorang untuk memiliki kecenderungan pembelian impulsif. Seseorang dengan kondisi ekonomi yang baik dan kelas sosial yang tinggi cenderung lebih impulsif dalam belanja dibandingkan dengan seseorang yang kondisi ekonomi lemah. Menurut Solomon (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif, diantaranya meliputi: a. Konsumen tidak terbiasa dengan tata ruang toko. b. Konsumen berada di bawah tekanan waktu. c. Konsumen teringat untuk membeli sesuatu saat melihat produk tersebut pada rak toko. Menurut Kartajaya (2007), beberapa hal yang menyebabkan pembeli melakukan pembelian impulsif: a. Pembeli terpengaruh paparan iklan yang ditonton sebelumnya. b. Timbulnya hasrat untuk mencoba-coba barang yang baru. c. Pembeli tertarik dengan kemasan yang atraktif, display yang menonjol, harga yang murah dan bujukan sales promotion. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang memiliki kecenderungan untuk melakukan pembelian secara impulsif yaitu: karakteristik produk, faktor pemasaran, karakteristik konsumen, tidak terbiasa dengan kondisi toko, terburu-buru, tiba-tiba teringat, terpengaruh iklan, keinginan mencoba produk baru dan tertarik faktor situasi di lingkungan belanja. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id B. Pemantauan Diri 1. Pengertian Pemantauan Diri Konsep pemantauan diri pertama kali diperkenalkan oleh Snyder (1974) untuk menjelaskan perbedaan yang dimiliki oleh seseorang dalam memantau dan mengendalikan perilaku yang ditampilkan. Menurut Snyder (1974) pemantauan diri berkaitan dengan usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memantau, menyesuaikan dan mengendalikan tingkah lakunya berdasarkan pada bagaimana orang lain mempersepsikan. Pemantauan diri melibatkan pertimbangan ketepatan dan kelayakan sosial, perhatian terhadap informasi perbandingan sosial, kemampuan untuk mengendalikan dan memodifikasi diri serta fleksibilitas penggunaan kemampuan ini dalam situasi – situasi tertentu. Snyder (1974) juga mengemukakan tujuan seseorang melakukan pemantauan diri yaitu untuk mengkomunikasikan keadaan emosional yang sebenarnya maupun keadaan emosional yang berubah-ubah atau untuk menyembunyikan keadaan emosional yang tidak tepat. Pemantauan diri sebagai tingkatan individu dalam mengatur presentasi diri ketika berinteraksi sosial dengan orang lain. Pada tahun 1986, Snyder dan Gangestad kembali mengembangkan konsep pemantauan diri yang dihubungkan dengan pengaturan kesan dan pengaturan diri. Pemantauan diri menitikberatkan perhatian pada kontrol diri individu untuk memanipulasi citra dan kesan orang lain tentang dirinya dalam melakukan interaksi sosial guna menyesuaikan diri pada berbagai situasi sosial yang dihadapi. Selanjutnya menurut Djudiyah dan Hadipranata (2002) pemantauan diri merupakan kemampuan individu untuk mengontrol dan mengelola diri dengan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id cara mengamati dan membaca petunjuk-petunjuk sosial yang dijadikan dasar untuk merencanakan, membentuk dan mengarahkan pilihan perilakunya dengan tujuan untuk memanipulasi kesan dan citra orang lain tentang dirinya dalam rangka mempresentasikan diri ketika berinteraksi sosial. Feldman (2004) mendefinisikan pemantauan diri sebagai pengaturan tingkah laku seseorang ketika berhadapan dengan tuntutan harapan orang lain dalam situasi sosial. Menurut Worchel (dalam Dayaksini & Hudaniah, 2003) pemantauan diri adalah menyesuaikan perilaku terhadap norma-norma situasional dan harapan-harapan dari orang lain. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Baron dan Byrne (2004) yang mendefinisikan pemantauan diri sebagai kecenderungan seseorang untuk mengatur tingkah laku berdasarkan petunjuk eksternal seperti bagaimana orang lain bereaksi atau berdasarkan petunjuk internal seperti keyakinan dan sikap yang dimiliki seseorang. Menurut Myers (2009) pemantauan diri adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk menyesuaikan diri dalam mempresentasikan diri dan menyesuaikan kinerjanya dengan situasi sosial untuk menciptakan kesan positif yang diinginkan dari orang lain. Berdasarkan uraian beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pemantauan diri merupakan kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk memantau, mengatur dan mengontrol tingkah laku yang ingin ditampilkan dalam interaksi sosial dengan mengamati petunjuk-petunjuk sosial yang ada guna menciptakan kesan khusus tentang dirinya sesuai dengan situasi sosial yang dihadapi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Aspek-Aspek Pemantauan Diri Menurut Snyder (1974) aspek-aspek pemantauan diri meliputi: a. Kesesuaian lingkungan sosial dengan presentasi diri seorang individu yaitu menyesuaikan peran seperti yang diharapkan orang lain dalam setiap situasi sosial. b. Memperhatikan informasi perbandingan sosial sebagai petunjuk dalam mengekspresikan diri agar sesuai dengan situasi tertentu. c. Kemampuan mengontrol dan memodifikasi presentasi diri yang berhubungan dengan kemampuan untuk mengontrol dan mengubah perilakunya. d. Kesediaan untuk menggunakan kemampuan yang dimiliki yaitu kemampuan mengontrol dan memodifikasi presentasi diri pada situasisituasi khusus. e. Kemampuan membentuk tingkah laku ekspresi dan presentasi diri pada situasi yang berbeda-beda agar sesuai dengan situasi di lingkungan sosial. Selanjutnya aspek-aspek pemantauan diri hasil perkembangan teori yang dilakukan oleh Snyder dan Gangestad (1986) meliputi: a. Aspek social stage presence Berhubungan dengan kemampuan individu untuk bertingkah laku yang sesuai dengan situasi yang dihadapi, kemampuan untuk mengubah-ubah tingkah laku dan kemampuan untuk menarik perhatian sosial. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Aspek other directedness Berhubungan dengan kemampuan individu untuk memainkan peran seperti yang diharapkan oleh orang lain dalam suatu situasi sosial, kemampuan untuk menyenangkan orang lain dan kemampuan untuk tanggap terhadap situasi yang dihadapi. c. Aspek expressive self control Berhubungan dengan kemampuan individu untuk secara aktif mengontrol tingkah laku ekspresif yang ditampilkan. Individu yang memiliki pemantauan diri yang tinggi akan mengontrol tingkah lakunya agar terlihat baik di depan orang lain. Aspek-aspek pemantauan diri menurut Djudiyah dan Hadipranata (2002) meliputi dua aspek, yaitu: a. Kemampuan untuk memonitor diri Yaitu kemampuan individu untuk mengamati dan mengontrol ekspresi perilaku serta presentasi diri untuk menyesuaikan diri dengan petunjukpetunjuk sosial yang ada. b. Sensivitas untuk memonitor diri Yaitu lebih sensitif dan menaruh perhatian yang lebih pada petunjukpetunjuk sosial yang ada guna menampilkan perilaku yang tepat dan untuk memodifikasi presentasi diri agar dapat mengatur kesan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan aspek-aspek pemantauan diri yang dalam hal ini mengacu pada aspek-aspek yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dikemukakan oleh Snyder dan Gangestad (1986), meliputi tiga aspek yaitu: aspek social stage presence, aspek other directedness dan aspek expressive self control. 3. Tingkatan Pemantauan Diri Berdasarkan teori pemantauan diri, ketika individu akan menyesuaikan diri dengan situasi tententu, secara umum akan menggunakan banyak petunjuk yang ada baik petunjuk internal yang berasal dari dalam dirinya maupun petunjuk eksternal yang berasal dari luar dirinya. Snyder (1974) dan Baron dan Byrne (2004) memberikan istilah pemantauan diri yang rendah untuk orang-orang yang menggunakan petunjuk internal dalam bertingkah laku dan istilah pemantauan diri yang tinggi untuk orang-orang yang menggunakan petunjuk eksternal dalam bertingkah laku. Kedua tingkatan pemantauan diri yaitu rendah dan tinggi, akan dijelaskan sebagai berikut: a. Pemantauan diri yang rendah Individu yang memiliki pemantauan diri yang rendah cenderung mendasarkan tingkah lakunya sesuai dengan petunjuk internal. Lebih menaruh perhatian pada perasaan sendiri dan kurang menaruh perhatian pada isyaratisyarat situasi yang dapat menunjukkan apakah tingkah lakunya sudah layak atau belum. Individu dengan tingkat pemantauan diri yang rendah menunjukkan tingkah laku yang konsisten karena mendasarkan tingkah lakunya pada kepercayaan, sikap, minat dan nilai-nilai yang dianutnya serta memegang teguh pendiriannya sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Ketika menampilkan dirinya cenderung hanya didasarkan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pada apa yang diyakininya benar menurut dirinya sendiri. Individu dengan pemantauan diri yang rendah kurang peka dengan hal-hal yang ada di lingkungannya sehingga kurang memperhatikan tuntutan-tuntutan dari lingkungan. b. Pemantauan diri yang tinggi Individu yang memiliki pemantauan diri yang tinggi cenderung mendasarkan tingkah lakunya sesuai dengan petunjuk eksternal yaitu kelompok, norma dan aturan-aturan sosial lainnya. Menititkberatkan pada apa yang layak secara sosial dan menaruh perhatian pada bagaimana orang berperilaku dalam situasi sosial. Menggunakan informasi sosial sebagai pedoman untuk bertingkah laku dan menampilkan diri. Individu ini selalu ingin menampilkan citra diri yang positif di hadapan orang lain. Selain itu individu dengan pemantauan diri yang tinggi memiliki kecakapan dalam merasakan keinginan dan harapan orang lain, terampil ketika mempresentasikan diri dalam situasi sosial yang berbeda-beda serta ahli dalam memodifikasi perilaku untuk menyesuaikan dengan harapan orang lain. Selanjutnya individu dengan pemantauan diri tinggi juga sangat sensitif terhadap norma sosial dan berbagai situasi yang ada disekitarnya sehingga dapat lebih mudah untuk dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Individu dengan pemantauan diri yang tinggi akan melakukan analisis terhadap situasi sosial dengan cara membandingkan dirinya dengan standar perilaku sosial dan senantiasa berusaha untuk mengubah dirinya sesuai dengan situasi saat itu. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Selain itu mereka biasanya memiliki banyak teman dan lebih terbuka menerima evaluasi dari orang lain. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemantauan diri dapat dikategorikan kedalam dua tingkatan yaitu pemantauan diri yang rendah dengan menggunakan petunjuk internal dan pemantauan diri yang tinggi dengan menggunakan petunjuk eksternal seperti ciri-ciri yang telah diuraikan di atas. C. Konformitas Teman Sebaya 1. Pengertian Konformitas Teman Sebaya Allan (dalam Kuppuswamy, 1990) mendefinisikan konformitas sebagai perubahan perilaku seseorang karena hasil pengaruh kelompok dalam meningkatkan kesesuaian antara individu dengan kelompok. Davidoff (1991) menjelaskan konformitas sebagai perubahan perilaku dan sikap sebagai akibat dari tekanan (nyata atau tidak nyata). Konformitas mengakibatkan kecocokan atau kesesuaian antara individu dan kelompok. Menurut Kiesler dan Kiesler (dalam Rakhmat, 1995) konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju norma kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang nyata atau yang dibayangkan. Konformitas teman sebaya menurut Zebua dan Nurdjayadi (2001) adalah satu tuntutan yang tidak tertulis dari anggota kelompok teman sebaya terhadap anggotanya, namun memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu. Shaw dan Costanzo (dalam Garrison, 1975) mengemukakan pengertian konformitas teman sebaya sebagai kecenderungan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id untuk melakukan tingkah laku yang sesuai dengan norma kelompok, yang dilakukan untuk menghindari hukuman meskipun perilaku tersebut berbeda dengan keyakinannya sendiri. Menurut Baron dan Byrne (2005) konformitas merupakan suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Chaplin (2006) mengartikan konformitas menjadi dua pengertian yaitu kecenderungan untuk memperbolehkan satu tingkah laku seseorang dikuasai oleh sikap dan pendapat yang sudah berlaku. Pengertian yang lain yaitu ciri pembawaan kepribadian yang cenderung membiarkan sikap dan pendapat orang lain untuk menguasai dirinya. Menurut King (2008) konformitas adalah perubahan tingkah laku seseorang agar sama dengan standar kelompoknya Myers (2009) mengemukakan konformitas sebagai perubahan perilaku dan keyakinan agar sama dengan orang lain sebagai hasil tekanan kelompok secara nyata atau hanya imajinasi. Taylor,dkk (2009) mengatakan bahwa konformitas adalah secara sukarela melakukan tindakan karena orang lain juga melakukannya. Menurut Cialdini dan Goldstein (dalam Taylor, dkk, 2009) konformitas adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku agar sesuai dengan perilaku orang lain. Sarwono (2009) mendefinisikan konformitas sebagai kesesuaian antara perilaku individu dengan perilaku kelompoknya atau perilaku individu dengan harapan orang lain tentang perilakunya. Konformitas didasari oleh kesamaan antara perilaku dengan perilaku atau antara perilaku dengan norma. Berdasarkan uraian pengertian yang dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konformitas teman sebaya adalah usaha yang dilakukan oleh commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id seseorang untuk bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang ditentukan oleh kelompok teman sebayanya dengan tujuan agar diterima sebagai anggota kelompok teman sebaya guna menghindari ketidaksamaan serta penolakan. 2. Aspek-aspek Konformitas Teman Sebaya Aspek-aspek konformitas teman sebaya menurut Sears,dkk (1994) yaitu: a. Aspek Perilaku Jika seorang individu sebagai anggota kelompok teman sebaya dihadapkan pada suatu pendapat yang telah disepakati oleh anggota kelompok teman sebaya lainnya maka perilaku individu tersebut akan cenderung lebih menyesuaikan diri terhadap kelompoknya. b. Aspek Penampilan Individu akan berusaha mengikuti apa yang berlaku dalam kelompok teman sebayanya karena enggan disebut sebagai individu yang menyimpang atau terkucil. c. Aspek Pandangan Individu akan mulai mempertanyakan pandangan individu lain tentang dirinya, sehingga individu tersebut harus mempunyai ciri khas sendiri baik dari pandangan maupun perilaku. Aspek-aspek konformitas menurut Baron dan Byrne (2005) yang dalam hal ini mengacu pada konformitas terhadap teman sebaya, meliputi: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id a. Aspek normatif (pengaruh normatif) Merupakan penyesuaian diri dengan keinginan atau harapan orang lain untuk memperoleh penerimaan. Individu akan menyesuaikan diri, memilih untuk berperilaku ataupun mengikuti peran sesuai dengan keinginan kelompok dengan tujuan untuk mencapai penerimaan dan menghindari penolakan. Selanjutnya individu berusaha untuk memenuhi standar kelompok yang telah ditetapkan oleh seluruh anggota kelompok. b. Aspek informatif (pengaruh informatif) Merupakan penyesuaian individu ataupun keinginan individu untuk memiliki pemikiran yang sama sebagai akibat dari adanya pengaruh menerima pendapat maupun pemikiran kelompok untuk mendapatkan pandangan yang akurat guna mengurangi ketidakpastian. Individu cenderung untuk menerima pendapat, ide, sesuai dengan keinginan dari kelompok dan mengikuti apa yang menjadi pemikiran kelompok. Selanjutnya individu dalam memberikan pendapat, pandangan maupun penilaian selalu meminta pendapat lain dari kelompok. Berdasarkan pemaparan aspek-aspek konformitas di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa aspek-aspek konformitas teman sebaya mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Baron dan Byrne (2005) meliputi dua aspek yaitu aspek normatif merupakan penyesuaian diri dengan keinginan atau harapan orang lain untuk memperoleh penerimaan dan aspek informatif merupakan penyesuaian individu ataupun keinginan individu untuk memiliki pemikiran yang sama sebagai commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id akibat dari adanya pengaruh menerima pendapat maupun pemikiran kelompok untuk mendapatkan pandangan yang akurat guna mengurangi ketidakpastian. 3. Bentuk-Bentuk Konformitas Teman Sebaya Menurut Sutisna (2001) bentuk-bentuk konformitas yaitu: a. Kerelaan Merupakan persesuaian (konformitas) atas dasar kerelaan bahwa seseorang menerima dan melakukan perubahan perilaku semata-mata atas maksud baik pribadi terhadap kelompok dan tidak mendapat tekanan dari kelompok. b. Penerimaan pribadi Persesuaian atas dasar penerimaan pribadi dimaksudkan sebagai perubahan perilaku atau kepercayaan akibat adanya arahan dari kelompok. Myers (2009) membagi bentuk-bentuk konformitas menjadi tiga, yaitu: a. Compliance Merupakan bentuk konformitas yang dilakukan individu dengan cara mengubah perilakunya di depan publik agar sesuai dengan tekanan kelompok, tetapi secara diam-diam tidak mengubah pendapat pribadinya. Keseragaman perilaku yang ditunjukkan pada konformitas bentuk compliance dilakukan individu untuk mendapat hadiah, pujian, rasa penerimaan, serta menghindari hukuman dari kelompok. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Acceptance Merupakan bentuk konformitas yang dilakukan individu dengan cara menyamakan sikap, keyakinan pribadi, maupun perilakunya di depan publik dengan norma atau tekanan kelompok. Perubahan perilaku dan keyakinan terjadi apabila dirinya sungguh-sungguh percaya bahwa kelompok memiliki opini atau perilaku yang benar. c. Obedience Bentuk konformitas yang dilakukan individu untuk mentaati dan mematuhi permintaan orang lain untuk melakukan tingkah laku tertentu karena adanya unsur power (kekuasaan). Santrock (2003) membagi individu yang resisten terhadap konformitas ke dalam dua kelompok, yaitu: a. Nonkonformitas, muncul ketika individu mengetahui apa yang diharapkan oleh orang-orang disekitarnya, tetapi individu tersebut tidak mengarahkan perilakunya sesuai harapan kelompok. b. Antikonformitas, muncul ketika individu bereaksi menolak terhadap harapan kelompok dan dengan sengaja menjauh dari tindakan atau kepercayaan yang dianut oleh kelompok. Berdasarkan uraian tentang bentuk-bentuk konformitas yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bentuk-bentuk konformitas yaitu menurut Myers (2009) yaitu compliance, acceptance dan obedience, sedangkan menurut Sutisna (2001) meliputi kerelaan dan penerimaan pribadi dan menurut commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Santrock (2003) ada nonkonformitas dan antikonformitas yang merupakan kelompok yang resisten. D. Hubungan antara Pemantauan Diri dan Konformitas Teman Sebaya dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif pada Remaja Putri Remaja dengan segala karakteristik yang dimiliki sering dijadikan pangsa pasar yang besar dan potensial bagi para produsen dan pemasar. Goni (dalam Djudiyah, 2002) menyatakan bahwa remaja terutama yang berada di kota-kota besar di Indonesia dan terutama perempuan sangat konsumtif. Menurut Zebua dan Nurdjayadi (2001) remaja sering dijadikan target pemasaran berbagai produk antara lain karena karakteristik remaja yang labil, spesifik dan mudah dipengaruhi sehingga dapat mendorong munculnya perilaku membeli yang tidak wajar seperti melakukan pembelian produk yang tidak direncanakan sebelumnya atau disebut sebagai pembelian impulsif. Pada pembelian impulsif remaja memiliki perasaan yang kuat dan positif terhadap suatu produk yang harus dibeli hingga akhirnya konsumen memutuskan untuk membelinya (Mowen dan Minor, 2002). Proses afektif yang muncul pada konsumen langsung menuju pada perilaku membeli tanpa memikirkan dengan matang terlebih dahulu dan bahkan tanpa memperhitungkan konsekuensi yang akan diperoleh setelah pembelian dilakukan. Kecenderungan pembelian impulsif lebih besar kemungkinan untuk terjadi pada remaja putri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Djudiyah dan Hadipranata (2002) yang menunjukkan bahwa remaja putri cenderung melakukan pembelian impulsif lebih tinggi dibandingkan remaja putra. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pada tahapan pencarian identitas diri, remaja putri akan berusaha untuk mencapainya dan para produsen siap menawarkan beragam produk untuk membentuk dan melengkapi identitas diri remaja putri. Perhatian yang besar terhadap diri sendiri merupakan minat yang kuat pada remaja putri. Perhatian ini ditunjukkan melalui kekhawatiran dan perilaku membeli remaja putri terhadap barang-barang yang dapat merawat diri dan pakaian. Hurlock (1993) mengatakan bahwa penampilan yang menarik dan ideal merupakan idaman bagi para remaja putri. Hal ini karena remaja putri menyadari bahwasannya dalam kehidupan bermasyarakat, individu yang menarik akan diperlakukan dengan lebih baik daripada yang kurang menarik. Hal inilah yang kemudian mendorong para remaja putri untuk melakukan berbagai usaha dalam menampilkan dirinya seperti yang diharapkan orang lain. Usaha yang dilakukan oleh remaja putri untuk menyesuaikan tingkah laku dan penampilannya berdasarkan pada apa yang orang lain harapkan inilah yang berkaitan dengan pemantauan diri yang dimiliki. Menurut Snyder (2000) pemantauan diri merupakan keterampilan individu untuk mempresentasikan diri dan menyadari tentang bagaimana menampilkan dirinya pada orang lain. Pemantauan diri dapat mempengaruhi perilaku pembelian pada remaja putri yang berhubungan dengan tingkat ketertarikan untuk terus memelihara penampilan luarnya melalui berbagai produk yang dijual. Remaja putri akan mengkonsumsi produk-produk yang dapat menunjang penampilan dalam rangka mempresentasikan diri pada orang lain seperti produk pakaian, tas, sepatu, aksesoris, kosmetik, majalah dan produk-produk lainnya. Remaja putri akan selalu membuka mata pada informasi tren yang sedang berkembang dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id disukai oleh remaja sekarang. Browsing di internet, membaca majalah, melihat iklan di televisi merupakan cara yang dilakukan oleh remaja putri untuk mengetahui tren yang sedang berkembang sehingga dapat menyesuaikan penampilannya. Djudiyah dan Hadipranata (2002) menjelaskan bahwa perhatian dan kepekaan yang cukup besar akan mendorong remaja putri untuk melakukan pembelian impulsif karena remaja putri selalu memantau produk atau merek yang sedang tren dan cenderung beubah-ubah di pasaran. Para remaja akan membeli produk dan merek yang akan mendukung kesan yang akan disampaikan pada orang lain. Pemantauan diri yang tinggi yang dimiliki oleh seorang remaja akan membuat seorang remaja lebih menyesuaikan dirinya, menampilkan konformitas yang tinggi berbeda dengan remaja dengan pemantauan diri dalam tingkatan yang rendah. Menurut Zebua dan Nurdjayadi (2001), salah satu faktor lainnya yang mempengaruhi perilaku membeli remaja adalah konformitas teman sebaya. Hurlock (1993) mengatakan bahwa kelompok teman sebaya memberikan sebuah dunia, tempat remaja dapat melakukan sosialisasi dalam suasana dimana nilainilai yang diletakkan bukan oleh orang dewasa melainkan oleh teman-teman seusianya. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan teman-teman sebaya. Remaja mulai belajar mengekspresikan perasaanperasaan dengan cara yang lebih matang dan berusaha memperoleh kebebasan emosional dengan cara menggabungkan diri dengan teman sebaya. Kelompok teman sebaya merupakan kelompok acuan bagi seorang remaja untuk mengidentifikasikan dirinya dan untuk mengikuti standar kelompok sejak seorang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id remaja menjadi bagian dari kelompok teman sebaya. Yusuf (2004) menjelaskan bahwa pada masa remaja berkembang sikap konformitas teman sebaya yaitu kecenderungan remaja untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, hobby atau keinginan teman sebaya. Perilaku konsumen adalah soal keputusan (Sumarwan, 2003). Bagi para pemasar yang terpenting adalah bagaimana konsumen sampai pada keputusan untuk melakukan pembelian. Berkaitan dengan konformitas teman sebaya, Sears dkk (1994) menyatakan bahwa ketaatan remaja terhadap norma kelompok, kepercayaan yang besar terhadap kelompok, perasaan takut terhadap penyimpangan norma kelompok dan perasaan takut jika mendapat celaan dari lingkungan sosialnya mendukung remaja untuk melakukan konformitas yang tinggi. Anggota kelompok akan melakukan hal yang sama termasuk dalam kegiatan belanja, remaja putri akan bersama-sama membeli suatu produk. Para remaja putri ikut teman sebayanya melakukan pembelian karena tingginya konformitas terhadap teman sebaya yang dimilikinya. Remaja putri akan membeli produk-produk yang sama dengan teman lainnya agar semakin diterima sebagai anggota kelompok teman sebaya. Biasanya pembelian yang dilakukan bersama teman-teman sebaya ini tidak direncanakan sebelumnya, keputusan untuk membeli diambil pada saat melihat produk yang dianggap menarik dan hal inilah yang merupakan kecenderungan pembelian impulsif. Berdasarkan uraian pemaparan di atas, tampak bahwa pemantauan diri dan konformitas teman sebaya secara bersama-sama mampu mempengaruhi remaja putri untuk memiliki kecenderungan pembelian impulsif. Kecenderungan untuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id melakukan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya baik karena ingin selalu menampilkan diri agar sesuai dengan harapan orang lain yang berkaitan dengan pemantauan diri maupun karena tingginya tingkat konformitas teman sebaya yang dimiliki sehingga timbul keseragaman pemakaian produk yang sama dikalangan teman sebaya. E. Hubungan antara Pemantauan diri dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif pada Remaja Putri Menurut Armando (2003) para remaja (terutama remaja putri Indonesia) merupakan target pasar yang sangat potensial. Ada tiga alasannnya, pertama remaja putri merupakan konsumen langsung artinya remaja putri dianggap memiliki sejumlah uang yang didapat dari orang tuanya untuk kemudian dibelanjakan. Kedua, remaja putri merupakan pembujuk yang hebat dilingkungan manapun terutama keluarga, dan alasan ketiga adalah remaja putri sebagai konsumen masa depan yang sejalan dengan waktu nantinya akan memiliki penghasilan sendiri. Hal ini membuat remaja putri menjadi terbiasa untuk melakukan pembelian baik itu pembelian yang direncanakan sebelumnya dengan matang maupun pembelian yang tidak direncanakan atau disebut pembelian impulsif. Zaman modern seperti sekarang ini berbagai macam produk ditawarkan kepada remaja putri. Produk-produk tersebut bukan hanya barang yang dapat memenuhi kebutuhan namun juga produk yang dapat memuaskan kesenangan para remaja. Informasi mengenai produk baik melalui iklan, promosi langsung maupun penjualan langsung berkembang semakin bervariasi dan menggunakan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id teknologi yang canggih sehingga memudahkan konsumen untuk melakukan transaksi pembelian. Sebagian besar sasaran utama iklan adalah remaja khususnya lebih banyak remaja putri, mulai dari fashion, kosmetik, tas, aksesoris, majalah wanita dan banyak produk lainnya. Semua produk-produk yang ditawarkan produsen tersebut bertujuan untuk menunjang remaja putri dalam mempresentasikan diri agar disukai oleh orang lain. Menurut Snyder (1974) pemantauan diri berkaitan dengan bagaimana cara seseorang dalam mempresentasikan dirinya yang berkaitan dengan penampilan diri. Perbedaan dalam pemantauan diri tidak hanya membuat remaja putri berbeda dalam berperilaku sosial, namun juga dalam perilaku pembelian. Seperti yang dikemukakan oleh O’Cass (2000) yang mengatakan bahwa pemantauan diri tidak hanya berpengaruh pada perilaku sosial seseorang, namun juga pada perilaku pembelian. Pemantauan diri dapat mempengaruhi pembelian remaja yang berhubungan dengan tingkat ketertarikan untuk terus memelihara penampilan luarnya. Baron dan Byrne (2004) menyatakan bahwasannya individu dengan pemantauan diri yang tinggi akan lebih responsif terhadap berbagai petunjukpetunjuk sosial dan selalu berusaha menampilkan diri sesuai harapan orang lain. Lain halnya dengan individu yang memiliki pemantauan diri yang rendah, terlihat tidak begitu antusias memperhatikan dan menyesuaikan penampilannya dengan orang lain apalagi harus setiap saat mengikuti mode yang sedang berkembang di kalangan remaja. Remaja putri dengan tingkat pemantauan diri tinggi mempunyai perilaku pembelian impulsif yang tinggi juga. Remaja putri mudah sekali commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terpengaruh dengan penampilan orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung melalui iklan di televisi maupun media cetak lainnya untuk mendukung presentasi dirinya. Seperti yang diketahui bahwasannya masa remaja merupakan masa dalam kehidupan dimana seseorang lebih intens memperhatikan penampilannya. Maka para remaja putri akan membeli produk-produk yang mampu menunjang penampilannya, walaupun pembelian tersebut tidak direncanakan sebelumnya. Kecenderungan yang dimiliki oleh remaja putri ini disebut kecenderungan pembelian impulsif. Dari uraian penjelasan di atas, terlihat bahwa keinginan remaja putri untuk selalu memantau dan menyesuaikan penampilannya di hadapan orang lain pada situasi-situasi tertentu yang berkaitan dengan pemantauan diri mendorong para remaja putri untuk melakukan pembelian tanpa sebuah perencanaan sebelumnya atau kecenderungan pembelian impulsif. F. Hubungan antara Konformitas Teman Sebaya dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif pada Remaja Putri Menurut Monks, dkk (2002) dalam perkembangan sosial remaja dapat dilihat adanya dua macam gerak yaitu memisahkan diri dari orang tua dan menuju ke arah teman sebaya yang memiliki rentang usia serta tingkat kedewasaan yang sama. Teman sebaya sebagai stasiun penghubung antara lepasnya ketergantungan terhadap orang tua pada masa kanak-kanak dengan otonomi diri sendiri sebagai orang dewasa. Bagaimana remaja dipandang oleh teman sebayanya merupakan aspek yang terpenting dalam pergaulan. Remaja cenderung akan masuk ke dalam commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kelompok yang memiliki minat dan nilai yang sama. Remaja akan melakukan apapun agar dimasukkan dan diterima sebagai anggota kelompok dari teman sebayanya. Remaja akan menunjukkan originalitasnya bersama-sama dalam hal berpakaian, berpenampilan, berdandan, gaya rambut, tingkah laku konsumen, pertemuan dan pesta. Remaja ingin menunjukkan dirinya bukan lagi kanak-kanak karena telah diterima oleh lingkungan teman sebaya. Papalia, dkk (2009) mengatakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup termasuk dalam hal berpenampilan. Keterikatan dengan teman sebaya tidak jarang membuat remaja mengembangkan pola interaksi sosial dan komunikasi yang sangat khas. Di kalangan teman sebaya, para remaja seringkali menciptakan nilai dan norma yang ditaati bersama, bahasa yang unik, cara berpakaian yang sama dan sebagainya. Menurut Indria dan Nindyati (2007) kecenderungan individu untuk melakukan perubahan perilakunya atau pandangannya dengan tujuan untuk menyesuaikan dengan perilaku atau pandangan kelompoknya disebut sebagai konformitas. Konformitas terhadap kelompok teman sebaya ternyata merupakan suatu hal yang paling banyak terjadi pada fase remaja. Banyak remaja bersedia melakukan berbagai perilaku demi pengakuan kelompok bahwa ia adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kelompok tersebut. Keinginan yang kuat untuk melepaskan diri dari keterikatan dengan orang tua membuat remaja mencari dukungan sosial melalui teman sebaya. Kelompok teman sebaya menjadi suatu sarana sekaligus tujuan dalam pencarian jati diri. Upaya untuk menemukan jati commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id diri berkaitan dengan cara remaja menampilkan dirinya. Remaja ingin kehadirannya diakui sebagai bagian dari komunitas remaja secara umum dan bagian dari kelompok sebaya secara khusus. Konformitas terjadi karena pengaruh-pengaruh dari lingkungan sosial. pada dasarnya remaja melakukan konformitas karena dua alasan. Pertama, perilaku orang lain memberikan informasi yang bermanfaat untuk dirinya. Kedua, remaja ingin diterima secara sosial dan menghindari celaan (Sears,dkk, 1994). Berkaitan dengan konformitas, Eagly (dalam Friedman, 2006) mengatakan bahwa wanita lebih mudah untuk melakukan konfomitas. Becker (dalam Friedman, 2006) juga menemukan adanya perbedaan dalam taraf kecil hingga menengah dimana wanita cenderung memperlihatkan konformitas lebih tinggi dibandingkan pria. Remaja putri yang melakukan konformitas teman sebaya akan berusaha untuk menyesuaikan perilakunya dengan anggota sebaya lainnya termasuk dalam hal perilaku membeli. Hurlock (1993) mengatakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi informasi untuk anggotanya termasuk tentang gaya hidup dan apa yang sedang berkembang di kalangan remaja. Menurut Sutisna (2001) kelompok mempengaruhi konsumen dengan lima cara meliputi norma kelompok, ekspresi nilai dan informasi, menciptakan peran dalam kelompok, mengembangkan tekanan untuk menyesuaikan, dampak perbandingan proses sosial dan pengembangan polarisasi kelompok. Moschis dan Moore (dalam Sutisna, 2001) mengemukakan bahwa ketika anak beranjak belasan tahun, mereka mendasarkan pada sumber informasi yang lebih banyak dan pengaruh kelompok juga meningkat dalam keputusan pembelian. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan uraian di atas, timbulnya konformitas teman sebaya dapat mempengaruhi perilaku remaja termasuk pada perilaku pembelian. Keputusan untuk membeli pada remaja turut dipengaruhi pendapat teman sebaya lainnya. Hal ini dapat mengarahkan para remaja untuk memiliki kecenderungan pembelian impulsif yaitu membeli barang-barang yang sebelumnya tidak direncanakan namun karena pengaruh teman sebaya misalnya karena ikut-kutan teman sehingga akhirnya melakukan pembelian. G. Kerangka Berpikir menaruh perhatian yang lebih pada penampilan Remaja Putri perkembangan sosial: bergabung dengan kelompok teman sebaya melakukan pemantauan, pengaturan & pengontrolan terhadap penampilan dan perilaku yang ditampilkan serta berusaha membuat orang lain terkesan Karakteristik yang dimiliki Target pemasaran berusaha untuk menyesuaikan diri agar diterima dan sama dengan teman sebaya Pemantauan Diri Kecenderungan Pembelian Impulsif Konformitas Teman Sebaya Bagan 1. Kerangka berpikir hubungan antara pemantauan diri, konformitas teman commit to user impulsif pada remaja putri sebaya dengan kecenderungan pembelian perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id H. Hipotesis Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : a. Ada hubungan positif antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri. b. Ada hubungan positif antara pemantauan diri dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri. c. Ada hubungan positif antara konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Ada dua variabel dalam penelitian ini yang terdiri dari variabel kriterium dan variabel prediktor, yaitu: 1. Variabel Kriterium : Kecenderungan Pembelian Impulsif 2. Variabel Prediktor : a) Pemantauan Diri b) Konformitas Teman Sebaya B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Kecenderungan Pembelian Impulsif Kecenderungan pembelian impulsif merupakan kecenderungan seseorang untuk melakukan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya, dipicu secara spontan pada saat berhadapan dengan produk dan disertai dengan perasaan yang menyenangkan sehingga kurang memperhatikan konsekuensi yang terjadi setelah pembelian terjadi. Skala yang digunakan untuk mengungkap kecenderungan pembelian impulsif adalah Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Rook (1987) yaitu aspek spontanitas, aspek kekuatan impuls, aspek adanya stimulasi dari lingkungan, aspek kurang peduli dengan konsekuensi. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi kecenderungan pembelian impulsif yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dimiliki oleh subjek, demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin rendah kecenderungan pembelian impulsif yang dimiliki oleh subjek. 2. Pemantauan Diri Pemantauan diri merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk memantau, mengatur dan mengontrol tingkah laku yang ingin ditampilkan dalam interaksi sosial dengan cara mengamati petunjuk-petunjuk sosial yang ada guna menciptakan kesan khusus tentang dirinya. Skala yang digunakan untuk mengungkap pemantauan diri adalah Skala Pemantauan Diri yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Snyder dan Gangestad (1986) yang meliputi: aspek social stage presence, aspek other directedness dan aspek expressive self control. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi pemantauan diri yang dimiliki oleh subjek, demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin rendah pemantauan diri yang dimiliki oleh subjek. 3. Konformitas Teman Sebaya Konformitas teman sebaya merupakan usaha yang dilakukan individu untuk bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan norma-norma sosial dalam kelompok teman sebaya agar diterima sebagai anggota kelompok teman sebaya dan menghindari ketidaksamaan serta penolakan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Skala yang digunakan untuk mengungkap konformitas teman sebaya adalah Skala Konformitas Teman Sebaya yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Baron dan Byrne (2005) meliputi aspek normatif yaitu keinginan individu untuk disukai dan diterima orang lain serta rasa takut akan penolakan, sedangkan aspek informatif yaitu keinginan individu untuk menjadi benar dan memiliki persepsi yang tepat mengenai dunia sosial sebagai pedoman dalam bertingkah laku dan beropini. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi konformitas teman sebaya yang dimiliki subjek, demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin rendah konformitas teman sebaya yang dimiliki subjek. C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian (Azwar, 2010). Populasi yang akan menjadi subjek dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri pengunjung Solo Grand Mall. Pada awalnya peneliti berencana melakukan pengambilan data di tiga mal yang ada di Solo yaitu Solo Grand Mall, Solo Square dan Matahari Singosaren. Namun, dari tiga mal tersebut, peneliti hanya mendapatkan izin untuk melakukan penelitian di Solo Grand Mall saja sedangkan untuk di Solo Square dan Matahari Singosaren, peneliti tidak mendapatkan izin. Adapun alasan penolakan yang diajukan oleh pihak Solo Square karena pertimbangan sasaran subjek penelitian adalah remaja putri, kurang sesuai dengan mayoritas pengunjung Solo Square yang lebih banyak dikunjungi oleh para orang tua dari kalangan menengah keatas. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Selanjutnya penelitian tidak jadi dilakukan di Matahari Singosaren dengan pertimbangan kondisi Matahari Singosaren yang tidak memungkinkan subjek penelitian untuk mengisi skala dengan jumlah aitem yang lumayan banyak. Dikhawatirkan nantinya subjek penelitian mengalami ketidaknyamanan karena harus mengisi skala penelitian dengan kondisi berdiri sehingga menjadi kurang efektif. Oleh karena pertimbangan-pertimbangan tersebut maka dipilihlah Solo Grand Mall menjadi satu-satunya lokasi penelitian. Lokasi Solo Grand Mall yang berada di pusat kota Solo dan banyak dilalui oleh transportasi umum sehingga memudahkan para pengunjung untuk mendatanginya. Solo Grand Mall banyak menawarkan dan menyediakan beragam fasilitas yang ditujukan untuk kalangan remaja seperti distro pakaian remaja, penjualan aksesoris, tempat makan dengan harga yang terjangkau, bioskop, dan lain sebagainya, yang semua hal tersebut mampu menarik para remaja, tak terkecuali remaja putri untuk datang ke Solo Grand Mall. Hal ini tentunya sesuai dengan sasaran subjek penelitian yang akan diteliti yaitu remaja putri. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi penelitian (Sugiyono, 2009). Sampel dalam penelitian ini adalah remaja putri pengunjung Solo Grand Mall sejumlah 110 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan incidental purposive sampling yaitu anggota populasi yang menjadi sampel penelitian adalah yang memiliki karakteristik sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, sedang berada di tempat pengambilan data dan bersedia menjadi sampel penelitian (Guilford dan Fruchter, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam Indria dan Nindyati, 2007). Adapun karakteristik subjek penelitian yang ditetapkan peneliti, yaitu: a) Remaja putri dengan rentang usia 15-19 tahun. b) Berada di Solo Grand Mall. c) Tidak sendirian, sedang bersama dengan kelompok sebaya. d) Bersedia mengisi skala penelitian yang disediakan peneliti. D. Teknik Pengumpulan Data Data penelitian ini diperoleh langsung dari remaja putri yang menjadi sampel penelitian. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data di lapangan dalam penelitian ini adalah skala psikologi dengan model Skala Likert untuk mengungkap kecenderungan pembelian impulsif, pemantauan diri dan konformitas teman sebaya. Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif, Skala Pemantauan Diri dan Skala Konformitas Teman Sebaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Skala Likert yang telah dimodifikasi dengan menggunakan empat pilihan jawaban yaitu : pernyataan favorabel skornya 4 untuk Sangat Sesuai (SS), 3 untuk Sesuai (S), 2 untuk Tidak Sesuai (TS), dan 1 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Sedangkan skor pernyataan unfavorabel adalah 1 untuk Sangat Sesuai (SS), 2 untuk Sesuai (S), 3 untuk Tidak Sesuai (TS), dan 4 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Pilihan jawaban dalam skala Likert ini menggunakan empat alternatif jawaban, tidak menggunakan alternatif jawaban ragu-ragu, karena jawaban tersebut merupakan jawaban yang mengambang atau commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tidak berpendapat (netral merupakan kecenderungan subjek untuk memilihnya), sehingga hal ini sedapat mungkin dihindari (Azwar, 2008). a) Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang diungkapkan oleh Rook (1987) yang meliputi: 1) Aspek spontanitas yaitu pembelian terjadi secara spontan, tidak diharapkan dan tidak direncanakan sebelumnya, memotivasi konsumen untuk membeli sekarang juga dan sering sebagai respons terhadap stimulasi visual yang langsung di tempat penjualan. 2) Aspek kekuatan impuls yaitu adanya desakan yang tiba-tiba dan mendesak untuk membeli suatu produk dan sering disertai dengan emosi yang dicirikan sebagai menggairahkan. 3) Aspek adanya stimulasi dari lingkungan mengacu pada semua karakteristik fisik dan sosial konsumen, termasuk objek fisik, hubungan ruang dan perilaku sosial dari orang lain. 4) Aspek kurang peduli dengan konsekuensi yang terjadi setelah pembelian dilakukan. Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak 32 butir yang terdiri dari 16 aitem favorabel dan 16 aitem unfavorabel. Distribusi aitem Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif sebelum uji coba dapat dilihat pada Tabel 1. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 1 Blue print Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif sebelum uji coba No Aspek Indikator 1 Spontanitas Pembelian dilakukan tanpa perencanaan Timbulnya dorongan yang tiba-tiba untuk membeli Adanya desakan yang sangat kuat untuk membeli Pengendalian afektif yang kuat Tampilan barang yang menarik Adanya promo 2 3 4 Kekuatan impuls Adanya stimulasi dari lingkungan Kurang peduli dengan konsekuensi No Aitem Favorabel Unfavorabel 1,17 9,25 Mengabaikan resiko yang akan terjadi setelah membeli Tidak takut menyesal setelah membeli Jumlah 2,18 10,26 3,19 11,27 4,20 12,28 5,21 13,29 6,22 14,30 7,23 15,31 8,24 16,32 16 16 Jumlah f % 8 25 8 25 8 25 8 25 32 100 b) Skala Pemantauan Diri Pemantauan Diri dalam penelitian ini diungkap menggunakan Skala Pemantauan Diri yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek pemantauan diri yang diungkapkan oleh Snyder dan Gangestad (1986) yaitu: 1) Aspek social stage presence yaitu kemampuan individu untuk bertingkah laku yang sesuai dengan situasi yang dihadapi, kemampuan untuk mengubah-ubah tingkah laku dan kemampuan untuk menarik perhatian sosial. 2) Aspek other directedness yaitu kemampuan individu untuk commit to user memainkan peran seperti yang diharapkan oleh orang lain dalam perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id suatu situasi sosial, kemampuan untuk menyenangkan orang lain dan kemampuan untuk tanggap terhadap situasi yang dihadapi. 3) Aspek expressive self control yaitu kemampuan individu untuk secara aktif mengontrol tingkah laku ekspresif yang ditampilkan. Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak 36 butir yang terdiri dari 18 aitem favorabel dan 18 aitem unfavorabel. Distribusi item Skala Pemantauan Diri sebelum uji coba dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Blue Print Skala Pemantauan Diri sebelum uji coba No 1 2 3 Aspek Indikator Social Stage Bertingkah laku Presence sesuai dengan situasi yang dihadapi Kemampuan untuk menarik perhatian sosial Other Ketepatan directedness berperilaku sesuai petunjuk sosial Kemampuan menyenangkan dan memberi kesan pada orang lain Peka terhadap situasi yang ada Expressive Kemampuan self control mengontrol perilaku Mengontrol penampilan diri Jumlah No Aitem Favorabel Unfavorabel 1,15,29 8,22,33 2,16,30 9,23,34 3,17 10,24 4,18 11,25 5,19 12,26 6,20,31 13,27,35 7,21,32 14,28,36 18 18 commit to user Jumlah f % 12 33,33 12 33,33 12 33,33 36 100 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id c) Skala Konformitas Teman Sebaya Skala Konformitas Teman Sebaya dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang diungkapkan Baron dan Byrne (2005), meliputi: 1) Aspek normatif yaitu keinginan individu untuk disukai dan diterima orang lain serta rasa takut akan penolakan. 2) Aspek informatif yaitu keinginan individu untuk menjadi benar dan memiliki persepsi yang tepat mengenai dunia sosial sebagai pedoman dalam bertingkah laku dan beropini. Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak 40 butir yang terdiri dari 20 aitem favorabel dan 20 aitem unfavorabel. Distribusi aitem Skala Konformitas Teman Sebaya sebelum uji coba dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3 Blue print Skala Konformitas Teman Sebaya sebelum uji coba No Aspek Indikator 1 Aspek Normatif Berperilaku sesuai dengan keinginan dan harapan kelompok teman sebaya Berperilaku sesuai dengan standar dan norma yang berlaku dalam kelompok teman sebaya Bergantung dan mengikuti ide, pendapat dan informasi dari kelompok teman sebaya Menyetujui dan membenarkan ide, pendapat dan informasi dari kelompok teman sebaya 2 Aspek Informatif Jumlah commit to user No Aitem Fav Unfav 1,9,17, 5,13,21, 25,33 29,37 2,10, 18, 26,34 6,14,22, 30,38 3,11, 19, 27,35 4,12, 20, 28,36 7,15,23, 31,39 Jumlah f % 20 50 20 50 40 100 8,16,24, 32,40 20 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id C. Metode Analisis Data 1. Uji Validitas Validitas berarti instrumen atau alat ukur penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009). Validitas instrumen, dalam penelitian ini ialah skala, dapat dievaluasi melalui dua cara: pertama, evaluasi melalui nalar dan akal sehat (common sense) yang dilakukan oleh penyusun skala sendiri maupun oleh professional judgement (pembimbing) untuk menilai apakah isi skala layak digunakan untuk mengungkap atribut yang hendak diukur; dan cara yang kedua adalah evaluasi melalui pembuktian empiris. Uji validitas melalui pembuktian empiris dilakukan dengan menggunakan formula korelasi Product Moment Pearson yaitu mengkorelasikan masing-masing skor aitem dengan skor total (Priyatno, 2008) dengan bantuan program komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Uji reliabilitas skala dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan formula Alpha Cronbach yaitu skala yang akan diestimasi reliabilitasnya dibelah menjadi dua atau tiga bagian, sehingga setiap belahan berisi aitem–aitem dalam jumlah yang sama banyak (Azwar, 2008). Guna mempermudah perhitungan, maka digunakan program komputer Statistical Product and Services Solution (SPSS) versi 16. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Uji Hipotesis Pada penelitian ini terdapat dua variabel prediktor yaitu pemantauan diri dan konformitas teman sebaya, dan satu variabel kriterium yaitu kecenderungan pembelian impulsif. Uji hipotesis pertama dalam penelitian ini menggunakan Analisis Regresi Berganda yaitu uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (simultan) atau uji F yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel prediktor secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel kriterium (Priyatno, 2008). Uji hipotesis kedua dan ketiga dalam penelitian ini menggunakan Analisis Korelasi Parsial yaitu untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang dalam hal ini variabel lain yang dianggap mempengaruhi (sebagai variabel kontrol) akan dikeluarkan (Priyatno, 2009). Perhitungan untuk menguji ketiga hipotesis ini selengkapnya akan menggunakan bantuan program komputer Statistical Product and Services Solution (SPSS) versi 16. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian mengenai hubungan antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri dilakukan di Solo Grand Mall yang beralamatkan di Jalan Brigjend Slamet Riyadi nomor 273, Surakarta. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan survei awal untuk mengetahui informasi yang berkaitan dengan subjek penelitian. Solo Grand Mall merupakan mal terbesar dan terlengkap di kota Solo dan sekitarnya yang mulai beroperasional sejak 4 Desember 2004. Dibangun di atas lahan seluas 12.080 m² yang terdiri atas 7 lantai dengan luas totalnya 63.000 m². Konsep Solo Grand Mall adalah “one stop family entertainment and recreation” yang berarti Solo Grand Mall menyediakan pelayanan yang dilengkapi dengan fasilitas hiburan serta rekreasi keluarga bagi para pengunjung yang ingin berbelanja berbagai macam kebutuhan dengan aneka variasinya tanpa memakan banyak waktu dan lebih efisiensi biaya karena pengunjung tidak perlu berpindah lokasi, segala kebutuhan telah tersedia di Solo Grand Mall. Motto Solo Grand Mall adalah “completing your self “. Artinya Solo Grand Mall hadir di kota Solo untuk melengkapi dinamika hidup masyarakat yaitu dalam perannya sebagai tempat belanja yang lengkap, hiburan dan rekreasi, tempat bersosialisasi, investasi usaha, public space, serta menciptakan lapangan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kerja bagi warga Solo dan sekitarnya. Visi yang dimiliki oleh Solo Grand Mall adalah “menjadi pusat bisnis sekaligus hiburan keluarga terbaik di kota Surakarta dan sekitarnya yang mampu memberikan kontribusi positif bagi perekonomian daerah dan nasional”. Misi Solo Grand Mall adalah “memberi sumbangsih yang berarti guna kemajuan masyarakat dan daerah dengan tetap memperhatikan segi sosial, budaya dan ekonomi melalui pelayanan jasa”. Solo Grand Mall menyediakan berbagai pilihan ruang usaha, baik berupa kios dengan berbagai ukuran maupun island. Total kios adalah 517 unit dengan luasan 27.470 m². Fasilitas keamanan 24 jam, cleaning service, listrik, air bersih, AC sentral, akan mendukung kenyamanan dan kemajuan usaha. Selain itu manajemen Solo Grand Mall juga membantu pemasaran dari produk-produk dengan paket promosi dan pameran secara rutin. Letak Solo Grand Mall yang berada di pusat kota serta tingginya jumlah pengunjung menjadikan Solo Grand Mall sebagai ruang publik yang efektif untuk mengenalkan atau memasarkan produk melalui berbagai acara dan pameran. Jumlah pengunjung yang mencapai 15.000 orang dalam sehari dan meningkat menjadi 45.000 orang sehari ketika akhir minggu dan hari libur lainnya menjadikan Solo Grand Mall sebagai tempat promosi indoor dengan efektifitas pesan yang tinggi. Direktori Solo Grand Mall terdiri dari : kafe dan makanan cepat saji, perabotan, perhiasan dan aksesoris, toko buku, olahraga, pakaian, kesehatan, sepatu dan tas, toko musik dan lain-lain. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan hasil survey awal tersebut, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di Solo Grand Mall . Pemilihan mal tersebut sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan: a. Banyaknya penawaran dan fasilitas yang ada di Solo Grand Mall yang ditujukan untuk usia remaja seperti banyaknya distro-distro pakaian remaja, toko-toko aksesoris, adanya bioskop, food court yang menyediakan macam makanan dan minuman, toko buku dan pusat permainan yang menarik remaja untuk datang khususnya remaja putri. Sesuai dengan uraian masalah yang diangkat dalam latar belakang penelitian ini yaitu terkait dengan remaja putri yang menjadi subyek dalam penelitian ini. b. Kondisi Solo Grand Mall yang nyaman dan banyaknya cara promosi yang dilakukan penjual dalam menawarkan produknya memicu para remaja putri untuk memiliki kecenderungan pembelian impulif. c. Penelitian mengenai “ Hubungan antara Pemantauan Diri dan Konformitas Teman Sebaya dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif pada Remaja Putri “ belum pernah dilakukan di Solo Grand Mall. d. Adanya ijin yang diberikan oleh pihak Solo Grand Mall kepada peneliti untuk diadakannya penelitian ini. 2. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dilakukan dengan tujuan agar penelitian berjalan lancar dan terarah. Adapun persiapan-persiapan tersebut diantaranya adalah: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id a. Persiapan Administrasi Persiapan pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah persiapan administrasi penelitian meliputi segala urusan perijinan yang diajukan pada pihak-pihak yang akan terkait dengan pelaksanaan penelitian. Permohonan ijin tersebut meliputi tahap-tahap sebagai berikut: pertama, peneliti meminta surat pengantar dari Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang ditujukan kepada pihak Manajemen Solo Grand Mall di Surakarta dengan nomor surat 820/UN/27.06.7.1/TU/2011 Hal ijin melakukan penelitian di Solo Grand Mall. Tahap kedua, peneliti mengajukan surat ijin penelitian yang disertai dengan lampiran proposal penelitian kepada pihak Manajemen Solo Grand Mall. Selanjutnya setelah mendapatkan ijin dari pihak Solo Grand Mall, peneliti baru bisa melaksanakan penelitian sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh pihak Solo Grand Mall di Surakarta. b. Persiapan Alat Ukur Setelah menyelesaikan persiapan administrasi dan mendapatkan perijinan, langkah selanjutnya peneliti mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini. Ada tiga skala yang akan digunakan yaitu Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif, Skala Pemantauan Diri, dan Skala Konformitas Teman Sebaya. Masing-masing skala akan diuraikan sebagai berikut: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1) Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif digunakan untuk mengungkap sejauh mana tingkat kecenderungan pembelian impulsif subjek dalam penelitian ini. Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kecenderungan pembelian impulsif yang diungkapkan oleh Rook (1987) yaitu aspek spontanitas, aspek kekuatan impuls, aspek adanya stimulasi dari lingkungan dan aspek kurang peduli dengan konsekuensi. Jumlah aitem dalam Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif adalah 32 aitem yang terdiri atas 16 aitem favorabel dan 16 aitem unfavorabel. Adapun distribusi aitem Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif sebelum uji coba dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4 Distribusi aitem Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif sebelum uji coba No Aspek Indikator No Aitem Jumlah Fav Unfav f % 1 Spontan Pembelian dilakukan 1,17 9,25 8 25 tanpa perencanaan Timbulnya dorongan 2,18 10,26 yang tiba-tiba untuk membeli 2 Kekuatan Adanya desakan yang 3,19 11,27 8 25 impuls sangat kuat untuk membeli Pengendalian afektif 4,20 13,29 yang kuat 3 Adanya Tampilan barang 5,21 13,19 8 25 stimulasi yang menarik lingkungan Adanya promo 6,22 14,30 4 Kurang peduli Mengabaikan resiko 7,23 15,31 8 25 dengan yang akan terjadi konsekuensi setelah membeli Tidak takut menyesal 8,24 16,32 setelah membeli commit to user Jumlah 16 16 32 100 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2) Skala Pemantauan Diri Skala Pemantauan Diri digunakan untuk mengungkap sejauh mana tingkat pemantauan diri subjek dalam penelitian ini. Skala Pemantauan Diri disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek pemantauan diri yang diungkapkan oleh Snyder dan Gangestad (1986) yaitu aspek social stage presence, aspek other directedness dan aspek expressive self control. Jumlah aitem dalam Skala Pemantauan Diri adalah 36 aitem yang terdiri atas 18 aitem favorabel dan 18 aitem unfavorabel. Adapun distribusi aitem Skala Pemantauan Diri sebelum uji coba dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5 Distribusi aitem Skala Pemantauan Diri sebelum uji coba No Aspek Indikator 1 Social Stage Presence Bertingkah laku sesuai dengan situasi yang dihadapi Kemampuan untuk menarik perhatian sosial Ketepatan berperilaku sesuai petunjuk sosial Kemampuan menyenangkan dan memberi kesan pada orang lain Peka terhadap situasi yang ada Kemampuan mengontrol perilaku Mengontrol penampilan diri 2 3 Other directedness Expressive self control Jumlah commit to user No Aitem Fav Unfav 1,15,29 8,22,33 2,16,30 9,23,34 3,17 10,24 4,18 11,25 5,19 12,26 6,20,31 13,27,35 7,21,32 14,28,36 18 18 Jumlah f % 12 33,33 12 33,33 12 33,33 36 100 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3) Skala Konformitas Teman Sebaya Skala Konformitas Teman Sebaya digunakan untuk mengungkap sejauh mana tingkat konformitas teman sebaya subjek dalam penelitian ini. Skala Konformitas Teman Sebaya disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek konformitas teman sebaya yang diungkapkan oleh Baron dan Byrne (2005) meliputi aspek normatif yaitu keinginan individu untuk disukai dan diterima orang lain serta rasa takut akan penolakan dan aspek informatif yaitu keinginan individu untuk menjadi benar dan memiliki persepsi yang tepat mengenai dunia sosial sebagai pedoman dalam bertingkah laku dan beropini. Jumlah aitem dalam Skala Konformitas Teman Sebaya adalah 40 aitem yang terdiri atas 20 aitem favorabel dan 20 aitem unfavorabel. Adapun distribusi aitem Skala Konformitas Teman Sebaya sebelum uji coba : No 1 2 Tabel 6 Distribusi aitem Skala Konformitas Teman Sebaya sebelum uji coba Aspek Indikator No Aitem Jumlah Fav Unfav f % Aspek Berperilaku sesuai dengan 1,9,17, 5,13,21, 20 50 Normatif keinginan dan harapan 25,33 29,37 kelompok teman sebaya Berperilaku sesuai dengan 2,10,18, 6,14,22, standar dan norma yang 26,34 30,38 berlaku dalam kelompok teman sebaya Aspek Bergantung dan mengikuti 3,11,19, 7,15,23, 20 50 Informatif ide, pendapat dan 27,35 31,39 informasi dari kelompok sebaya Menyetujui dan 4,12,20, 8,16,24, membenarkan ide, 28,36 32,40 pendapat dan informasi dari kelompok teman sebaya Jumlah 20 20 40 100 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Pelaksanaan Uji Coba Sebelum skala penelitian digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba skala penelitian untuk mengetahui indeks daya beda aitem-aitem dari masingmasing skala dan reliabilitas dari skala tersebut. Menurut Azwar (2008) uji coba terhadap aitem skala psikologi bertujuan untuk mengetahui apakah kalimat dalam aitem mudah dan dapat dipahami oleh responden sebagaimana yang diinginkan oleh penulis aitem dan sebagai salah satu cara praktis untuk memperoleh data dari responden yang akan digunakan untuk penskalaan atau untuk evaluasi kualitas aitem secara statistik. Skala penelitian diuji cobakan kepada kelompok subjek yang mempunyai karakteristik setara dengan subjek penelitian (Azwar, 2008). Uji coba skala penelitian dilaksanakan selama dua hari, yaitu pada hari Jum’at dan Sabtu, tanggal 20 dan 21 Mei 2011 di Solo Grand Mall. Jumlah remaja putri yang melakukan uji coba skala adalah 70 orang, dari 70 eksemplar yang dibagikan, semua terkumpul dan 60 eksemplar yang memenuhi syarat untuk dilakukan skoring kemudian dianalisis nilai validitas serta reliabilitasnya. 4. Uji Validitas dan Reliabilitas Setelah dilakukan uji coba skala, data yang diperoleh selanjutnya ditabulasikan dan dianalisis untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Koefisien validitas yang dijadikan batas kriteria sebuah aitem dalam skala dikatakan valid ialah 0,3 atau di atas 0,3 seperti yang disebutkan Azwar (2008) bahwa koefisien validitas 0,3 sudah dianggap memuaskan. Aitem-aitem dengan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id koefisien validitas di bawah 0,3 dianggap gugur dan nantinya tidak akan dimasukkan dalam skala penelitian. Sementara itu, reliabilitas dinyatakan dalam koefisien reliabilitas. Azwar (2008) menyebutkan bahwa semakin tinggi koefisien reliabilitas atau mendekati 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas dan semakin rendah koefisien reliabilitas atau mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya. Hasil uji validitas dan reliabilitas masing-masing skala akan diuraikan sebagai berikut: a. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Uji validitas Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif dilakukan dengan review professional judgement, yaitu oleh pembimbing. Daya beda item skala diuji dengan menggunakan korelasi Bivariate Pearson atau sering disebut sebagai korelasi Product Moment Pearson dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0. Setelah dilakukan perhitungan, dari 32 aitem pernyataan dalam Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif terdapat 8 aitem yang gugur, yaitu aitem nomor 3, 4, 9, 16, 26,27, 31, dan 32, sehingga tersisa 24 aitem. Aitem skala yang dinyatakan valid adalah aitem dengan nilai Sig. (2 tailed) di bawah 0,05 dengan nilai Pearson Correlation berada di antara 0,310 sampai dengan 0,718. Reliabilitas Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif diukur menggunakan analisis reliabilitas Cronbach’s Alpha dengan SPSS versi 16.0. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa reliabilitas Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif adalah sebesar 0,878. commit to user Dengan demikian, Skala perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Kecenderungan Pembelian Impulsif ini dianggap cukup andal sebagai alat ukur penelitian. Adapun perincian aitem yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 7 Distribusi Aitem Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif valid dan gugur No Aspek Indikator Perilaku 1 Spontanitas Pembelian dilakukan tanpa perencanaan Timbulnya dorongan yang tiba-tiba untuk membeli Adanya desakan yang sangat kuat untuk membeli Pengendalian afektif yang kuat Tampilan barang yang menarik 2 3 Kekuatan impuls Adanya stimulasi lingkungan Kurang peduli dengan konsekuensi 2, 18 - 10 26 19 3 11 27 20 4 5, 21 - 12, 28 13, 29 - Jumlah Aitem Valid 6 5 8 Adanya promo 4 Nomor Aitem Favorabel Unfavorabel Valid Gugur Valid Gugur 1, 17 25 9 Mengabaikan resiko yang akan terjadi setelah membeli Tidak takut menyesal setelah membeli Jumlah 6, 22 - 14, 30 7, 23 - 15 - 31 5 8, 24 - - 1 6, 32 14 2 10 6 24 b. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Pemantauan Diri Uji Validitas Skala Pemantauan Diri dilakukan dengan review professional judgement, yaitu oleh pembimbing. Daya beda item skala diuji dengan commit to user menggunakan korelasi Bivariate Pearson atau sering disebut sebagai korelasi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Product Moment Pearson dengan menggunakan program SPSS versi 16.0. Setelah dilakukan perhitungan, dari 36 aitem pernyataan dalam Skala Pemantauan Diri terdapat 13 aitem yang gugur, yaitu aitem nomor 2, 3, 7, 8, 10, 11, 14, 15, 16, 22, 27, 33, dan 34 sehingga tersisa 23 aitem. Aitem skala yang dinyatakan valid adalah aitem dengan nilai Sig. (2 tailed) di bawah 0,05 dengan nilai Pearson Correlation berada di antara 0,305 sampai dengan 0,529. Reliabilitas Skala Pemantauan Diri diukur menggunakan analisis reliabilitas Cronbach’s Alpha dengan SPSS versi 16.0. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa reliabilitas Skala Pemantauan Diri adalah sebesar 0,744. Dengan demikian, Skala Pemantauan Diri ini dianggap cukup andal sebagai alat ukur penelitian. Adapun perincian aitem yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 8 Distribusi Aitem Skala Pemantauan Diri yang valid dan gugur Aspek No 1 2 Social Stage Presence Other directedness Indikator Perilaku Nomor Aitem Favorabel Unfavorabel Valid Gugur Valid Gugur 1, 29 15 8, 22, 23 Bertingkah laku sesuai dengan situasi yang dihadapi Kemampuan untuk 30 menarik perhatian sosial Ketepatan 17 berperilaku sesuai petunjuk sosial Kemampuan 4, 18 menyenangkan dan memberi kesan pada orang lain Peka terhadap situasi 5, 19 yang ada commit to user 2, 16 9, 23 34 3 24 10 - 25 11 Jumlah Aitem Valid 5 9 - 12, 26 - perpustakaan.uns.ac.id Aspek No 3 Expressive self control digilib.uns.ac.id Indikator Perilaku Kemampuan mengontrol perila Mengontrol penampilan diri Jumlah Nomor Aitem Favorabel Unfavorabel Valid Gugur Valid Gugur 6, 20, 13, 27 31 35 21, 32 7 14 28,36 13 5 10 8 Jumlah Aitem Valid 9 23 c. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Konformitas Teman Sebaya Uji Validitas Skala Konformitas Teman Sebaya dilakukan dengan review professional judgement, yaitu oleh pembimbing. Daya beda item skala diuji dengan menggunakan korelasi Bivariate Pearson atau sering disebut sebagai korelasi Product Moment Pearson dengan menggunakan program SPSS versi 16.0. Setelah dilakukan perhitungan, dari 40 aitem pernyataan dalam Skala Konformitas Teman Sebaya terdapat 15 aitem yang gugur, yaitu aitem nomor 1, 6, 11, 13, 14, 15, 21, 22, 23, 24, 25, 31, 33, 34 dan 40, sehingga tersisa 25 aitem. Aitem skala yang dinyatakan valid adalah aitem dengan nilai Sig. (2 tailed) di bawah 0,05 dengan nilai Pearson Correlation berada di antara 0,302 sampai dengan 0,572. Reliabilitas Skala Konformitas Teman Sebaya diukur menggunakan analisis reliabilitas Cronbach’s Alpha dengan SPSS versi 16.0. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa reliabilitas Skala Konformitas Teman Sebaa adalah sebesar 0,808. Dengan demikian, Skala Konformitas Teman Sebaya ini dianggap cukup andal sebagai alat ukur penelitian. Adapun perincian aitem yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel berikut ini: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 9 Distribusi Aitem Skala Konformitas Teman Sebaya yang valid dan gugur Aspek No 1 2 Indikator Perilaku Aspek Normatif Berperilaku sesuai dengan keinginan dan harapan kelompok teman sebaya Berperilaku sesuai dengan standar dan norma yang berlaku dalam kelompok teman sebaya Aspek Bergantung dan Informatif mengikuti ide, pendapat dan informasi dari kelompok sebaya Menyetujui dan membenarkan ide, pendapat dan informasi dari kelompok teman sebaya Jumlah Nomor Aitem Jumlah Aitem Favorabel Unfavorabel Valid Gugur Valid Gugur Valid 9, 17 1, 25, 5, 13, 33 29, 37 21 2, 10, 18, 26 34 3, 19, 27, 35 11 7, 39 4, 12, 20, 28, 36 - 8, 16, 32 24, 40 15 5 10 10 30, 38 6, 14, 22 11 1 5, 23, 31 14 25 5. Penyusunan Alat Ukur Penelitian Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas, langkah selanjutnya butirbutir aitem yang valid dipergunakan untuk mengambil data yang sesungguhnya, sedangkan butir-butir yang gugur tidak diikut sertakan dalam pengambilan data yang sesungguhnya. Adapun distribusi aitem skala untuk penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 10 Distribusi Aitem Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif untuk penelitian No 1 2 3 4 Aspek Spontanitas Kekuatan impuls Adanya stimulasi lingkungan Indikator Pembelian dilakukan tanpa perencanaan Timbulnya dorongan yang tiba-tiba untuk membeli Adanya desakan yang sangat kuat untuk membeli Pengendalian afektif yang kuat Tampilan barang yang menarik Adanya promo Kurang peduli Mengabaikan resiko dengan yang akan terjadi konsekuensi setelah membeli Tidak takut menyesal setelah membeli Jumlah Nomor Aitem Fav UnFav 1 (1) , 25 (9) 17 (16) 2 (2) , 10 (10) 18 (17) 19 (3) 11 (11) 20 (4) 12 (12) , 28 (22) 13 (13) , 29 (23) 14 (14) , 30 (24) Jumlah 6 5 5 (5) , 21 (18) 6 (6) , 22 (19) 7 (7) ,23 (20) 8 (8) , 24 (21) 14 15 (15) 8 5 10 24 Keterangan: nomor dalam tanda kurung ( ) adalah nomor baru untuk penelitian Tabel 11 Distribusi Aitem Skala Pemantauan Diri untuk penelitian No Aspek Indikator Nomor Aitem Fav Unfav 1 Social Stage Bertingkah laku sesuai 1 (1) ,29 Presence dengan situasi yang (15) dihadapi Kemampuan untuk menarik 30 (2) 9 (9) ,23 perhatian sosial (19) 2 Other Ketepatan berperilaku 17 (3) 24 (10) directedness sesuai petunjuk sosial Kemampuan menyenangkan 4 (4) ,18 25 (11) dan memberi kesan pada (16) orang lain Peka terhadap situasi yang 5 (5) ,19 12 (12) commit to user ada ,26 (20) (17) Jumlah 5 9 perpustakaan.uns.ac.id No Aspek digilib.uns.ac.id Indikator Nomor Aitem Jumlah Fav Unfav 3 Expressive Kemampuan mengontrol 6 (6) ,20 13 (13) , 9 self control perilaku (18),31(23) 35 (21) Mengontrol penampilan diri 21 (8) 28 (14) 32 (7) ,36 (22) Jumlah 12 11 23 Keterangan: nomor dalam tanda kurung ( ) adalah nomor baru untuk penelitian Tabel 12 Distribusi Aitem Skala Konformitas Teman Sebaya untuk penelitian No Aspek Indikator 1 Aspek Normatif 2 Aspek Informatif Berperilaku sesuai dengan keinginan dan harapan kelompok teman sebaya Berperilaku sesuai dengan standar dan norma yang berlaku dalam kelompok teman sebaya Bergantung dan mengikuti ide, pendapat dan informasi dari kelompok sebaya Menyetujui dan membenarkan ide, pendapat dan informasi dari kelompok teman sebaya Jumlah No Aitem Fav Unfav 9 (1) 17 (9) 5 (5), 29 (13) ,37 (20) 2 (2) 10 (10) 30 (6) ,38 18 (17) (14) 26 (22) 3 (3) 19 (11) 27 (18) 35 (23) 4 (4), 12 (12) 20 (19), 28 (24) ,36 (25) 7 (7) , 39 (15) 15 10 Jumlah 11 14 8 (8), 16 (16) 32 (21) Keterangan: nomor dalam tanda kurung ( ) adalah nomor baru untuk penelitian B. Pelaksanaan Penelitian 1. Penentuan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri dengan rentang usia 15 -19 tahun yang sedang mengunjungi Solo Grand Mall. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 110 orang remaja putri. Teknik pengambilan commit to user sampel pada penelitian ini adalah dengan incidental purposive sampling yaitu 25 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id anggota populasi yang menjadi sampel penelitian adalah yang memiliki karakteristik sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, sedang berada di tempat pengambilan data dan bersedia menjadi sampel penelitian. 2. Pengumpulan Data Penelitian Pengumpulan data penelitian dilaksanakan di Solo Grand Mall lantai tiga pada hari Jum’at dan Sabtu, tanggal 3–4 Juni 2011. Pengumpulan data dengan menggunakan alat ukur berupa Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif yang terdiri dari 24 aitem, Skala Pemantauan Diri yang terdiri dari 23 aitem dan Skala Konformitas Teman Sebaya yang terdiri dari 25 aitem. Ketiga skala tersebut diberikan secara langsung kepada masing-masing subjek dan pengambilan skala dilakukan pada saat itu juga setelah skala selesai diisi. Data penelitian yang diperoleh sebanyak 110 eksemplar. 3. Pelaksanaan Skoring Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah memberikan skor untuk keperluan analisis data. Skor untuk masing-masing skala bergerak dari satu sampai empat dengan memperhatikan sifat aitem favorabel dan unfavorabel. Skor dari aitem favorabel adalah 4 untuk pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), 3 untuk pilihan jawaban Sesuai (S), 2 untuk Tidak Sesuai (TS), dan 1 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Sedangkan skor aitem unfavorabel adalah 1 untuk pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), 2 untuk Sesuai (S), 3 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Kemudian skor yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id diperoleh dari subjek penelitian dijumlahkan untuk masing-masing skala. Total skor skala yang diperoleh dari subjek penelitian ini dipakai dalam analisis data. C. Analisis Data Penelitian Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi Uji Normalitas, Uji Linearitas, Uji Autokorelasi, Uji Multikolinearitas dan Uji Heteroskedastisitas. Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan bantuan komputer program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16. 1. Uji Asumsi Dasar a. Uji Normalitas Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Jika analisis menggunakan metode parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi (Priyatno, 2008). Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov test (ks-z) dengan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih besar 5% atau 0,05 (p > 0,05). Hasil Uji Normalitas terhadap ketiga variabel akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Hasil Uji Normalitas variabel kecenderungan pembelian impulsif, nilai ks-z adalah 0,986 dengan p = 0,285 (p > 0,05) termasuk kategori normal. 2) Hasil Uji Normalitas variabel pemantauan diri, nilai ks-z adalah 0,858 dengan p = 0,453 (p > 0,05) termasuk kategori normal. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3) Hasil Uji Normalitas variabel konformitas teman sebaya, nilai ks-z adalah 1,078 dengan p = 0,195 (p > 0,05) termasuk normal. Tabel 13 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test kecenderungan pembelian pemantauan konformitas impulsif diri teman sebaya N 110 110 110 Normal Mean 54.7909 60.2727 61.0273 Parametersa Std. 10.97043 7.06835 9.15960 Deviation Most Extreme Absolute .094 .082 .103 Differences Positive .094 .063 .064 Negative -.051 -.082 -.103 Kolmogorov-Smirnov Z .986 .858 1.078 Asymp. Sig. (2-tailed) .285 .453 .195 a.Test distribution is Normal. Hal ini berarti bahwa data pada variabel kecenderungan pembelian impulsif, pemantauan diri dan konformitas teman sebaya memiliki sebaran yang normal dan sampel dalam penelitian ini dapat mewakili populasi. b. Uji Linearitas Uji Linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel yaitu variabel tergantung dan variabel bebas mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji Linearitas juga diharapkan dapat mengetahui taraf signifikansi penyimpangan dari linearitas hubungan tersebut dan digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Apabila commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penyimpangan yang ditemukan tidak signifikan, maka hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung adalah linear. Dua variabel dikatakan memiliki hubungan yang linear bila signifikansi (linearity) kurang dari 0,05 (Priyatno, 2008). Uji Linearitas dalam penelitian ini menggunakan teknik compare means for linearity dengan bantuan SPSS versi 16. Adapun hasil uji Linieritas dapat dilihat pada tabel output di bawah ini: Tabel 14 Uji Linearitas Pemantauan Diri terhadap Kecenderungan Pembelian Impulsif ANOVA Table Sum of Squares 4988.317 1097.973 Df 31 1 kecenderungan Between (Combined) pembelian Groups Linearity impulsif * Deviation pemantauan from 3890.344 30 diri Linearity Within Groups 8129.874 78 Total 13118.191 109 Mean Square F Sig. 160.913 1.544 .064 1097.973 10.534 .002 129.678 1.244 .220 104.229 Tabel 15 Uji Linearitas Konformitas Teman Sebaya terhadap Kecenderungan Pembelian Impulsif ANOVA Table Sum of Mean Squares Df Square F Sig. kecenderungan Between (Combined) 6045.410 33 183.194 1.968 .008 pembelian Groups Linearity 3110.753 1 3110.753 33.426 .000 impulsif * Deviation konformitas from 2934.657 32 91.708 .985 .503 teman sebaya Linearity Within Groups 7072.781 76 93.063 Total 13118.191 109 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan hasil pengujian linearitas variabel pemantauan diri dengan kecenderungan pembelian impulsif diperoleh signifikansi pada linearity 0,002. Oleh karena signifikansi kurang dari 0,05 (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel pemantauan diri dengan kecenderungan pembelian impulsif terdapat hubungan yang linear. Selanjutnya berdasarkan hasil pengujian linearitas variabel konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif diperoleh signifikansi pada linearity 0,000. Oleh karena signifikansi kurang dari 0,05 (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif terdapat hubungan yang linear. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinieritas, yaitu adanya hubungan liniear antara variabel bebas dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinieritas. Model regresi dikatakan terbebas dari multikolinieritas jika memiliki nilai Tolerance lebih dari 0,1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) kurang dari 10. Tabel 16. Uji Multikolinearitas Coefficientsa 1 Model pemantauan diri Collinearity Statistics Tolerance VIF .778 1.285 Konformitas teman sebaya .778 1.285 to user pembelian impulsif a. Dependent Variable:commit kecenderungan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan pada hasil pengujian multikolinearitas, dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian terbebas dari multikolinearitas. Hal tersebut terlihat dari nilai VIF variabel pemantauan diri dan konformitas teman sebaya sebesar 1,285, kurang dari 10 dan nilai Tolerance sebesar 0,778, lebih dari 0,01, maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas yang digunakan dalam model terbebas dari multikolinearitas. b. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi.Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedasitisitas,dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi tidak terdapat gejala heteroskedastisitas jika: 1) Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. 2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau dibawah saja. 3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. 4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola (Nugroho, 2005). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar 2 Uji Heterokedastisitas dengan pola Scatterplot Dari hasil analisis diperoleh bahwa penyebaran residual adalah tidak teratur. Hal ini dapat dilihat pada gambar scatterplot yakni pada plot titik-titik berpencar dan tidak membentuk pola tertentu. Dengan demikian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi terbebas dari asumsi klasik heteroskedastisitas. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id c. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan yang lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka terdapat autokorelasi, jika d terletak antara dU dan (4-Du) maka tidak ada autokorelasi, dan jika d terletak antara dL dan dU atau di antara (4-dU) dan (4-dL) maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Nilai dL dan dU dilihat di tabel DW (Priyatno, 2008). Tabel 17 Uji Autokorelasi Model Summaryb Model 1 R R Square Adjusted R Square .492a .242 .228 Std. Error of the Estimate DurbinWatson 9.64173 2.010 a. Predictors: (Constant), konformitas teman sebaya, pemantauan diri b. Dependent Variable: kecenderungan pembelian impulsif Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 2,010. Hasil tersebut menjelaskan bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi dalam penelitian ini, dari tabel DW dengan signifikasi 0,05 dan jumlah data (n) = 110, serta k = 2 (jumlah variabel bebas) diperoleh nilai DW sebesar 2,010 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berada diantara antara 1,7262 (dU) dan 2,2738 (4-dU), maka data tidak mengalami autokorelasi. 3. Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik, langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisis regresi linear berganda. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini melalui dua tahap, yaitu: uji koefisien regresi secara bersama-sama (uji F) dan uji koefisien korelasi parsial. a. Uji koefisien regresi secara bersama-sama atau simultan (uji F) Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan uji simultan (uji F) yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel kriterium secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel prediktor. Hasil uji F menunjukkan variabel prediktor secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel kriterium jika nilai p-value (pada kolom Sig.) lebih kecil dari level of significant yang ditentukan, yaitu taraf signifikansi 0,05 (p<0,05) atau nilai F(hitung) > F(tabel). Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi, atau dengan kata lain dapat digeneralisasikan. Hasil uji F dari output program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16 adalah sebagai berikut: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 18 Uji Hipotesis Secara Simultan ANOVAb 1 Model Regression Residual Total Sum of Squares 3171.164 df 2 9947.027 107 13118.191 109 Mean Square F 1585.582 17.056 Sig. .000a 92.963 a.Predictors: (Constant), konformitas teman sebaya, pemantauan diri b. Dependent Variable: kecenderungan pembelian impulsif Berdasarkan hasil perhitungan di atas, didapatkan nilai p-value (pada kolom Sig.) sebesar 0,000 (p<0,05) sedangkan nilai F hitung sebesar 17,056 dan F tabel sebesar 3,081 jadi F(hitung) > F(tabel). Hal ini berarti bahwa hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat hubungan yang positif antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif. Selanjutnya nilai koefisien korelasi ganda (R) pada Model Summary digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel bebas terhadap variabel tergantung secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel bebas (X1 dan X2) secara serentak terhadap variabel tergantung (Y). Nilai R berkisar antara 0 sampai dengan 1. Apabila nilai R semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya apabila nilai R semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah (Priyatno, 2008). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 19 Hasil Koefisien Korelasi Ganda (R) Model Summaryb Model 1 R .492a R Square .242 Adjusted R Square Std. Error of the Estimate .228 DurbinWatson 9.64173 2.010 a. Predictors: (Constant), konformitas teman sebaya, pemantauan diri b. Dependent Variable: kecenderungan pembelian impulsif Nilai koefisien korelasi ganda (R) yang dihasilkan sebesar 0,492 menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sedang antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif. Hal ini sesuai dengan pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono (2005) yaitu: 0,0 - 0,199 (sangat rendah), 0,20 - 0,399 (rendah), 0,40 - 0,599 (sedang), 0,60 - 0,799 (kuat), dan 0,80 - 1,000 (sangat kuat). Nilai R2 (R Square) sebesar 0,242 atau 24%, yang berarti bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel bebas yakni pemantauan diri dan konformitas teman sebaya terhadap variabel kecenderungan pembelian impulsif sebesar 24%. Sisanya sebesar 76% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diuji secara empiris dalam penelitian ini. b. Uji Korelasi Parsial Uji hipotesis kedua dan hipotesis ketiga dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial untuk menguji keeratan hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebascommit dengantovariabel user tergantung, dimana salah satu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id variabel bebas yang berpengaruh dikontrol. Uji hipotesis kedua untuk mengetahui hubungan positif antara pemantauan diri dengan kecenderungan pembelian impulsif (dimana variabel konformitas teman sebaya dikontrol), sedangkan uji hipotesis ketiga untuk mengetahui hubungan positif antara konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif (dimana variabel pemantauan diri dikontrol). Keeratan hubungan dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi (Nugroho, 2005). Hasil uji korelasi parsial dengan SPSS versi 16 dapat dilihat pada tabel output di bawah ini: Tabel 20 Uji korelasi parsial antara pemantauan diri dengan kecenderungan pembelian impulsif Correlations Control Variables Konformitas Kecenderungan Correlation Teman Pembelian Impulsif Significance Sebaya (1-tailed) df Pemantauan Diri Correlation Significance (1-tailed) df commit to user Kecenderungan Pembelian Pemantauan Impulsif Diri 1.000 .078 . .211 0 .078 107 1.000 .211 . 107 0 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 21 Uji korelasi parsial antara konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif Correlations Control Variables Pemantauan Kecenderunga Correlation Diri n Pembelian Significance (1-tailed) Impulsif df Konformitas Correlation Teman Sebaya Significance (1-tailed) df Kecenderunga Konformita n Pembelian s Teman Impulsif Sebaya 1.000 .415 . 0 .415 .000 107 1.000 . 0 .000 107 Berdasarkan hasil output uji korelasi, dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Nilai koefisien korelasi antara variabel pemantauan diri dengan kecenderungan pembelian impulsif (rxıy) sebesar 0,078 dengan p=0,211 (p>0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pemantauan diri dengan kecenderungan pembelian impulsif. 2. Nilai koefisien korelasi antara variabel konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif (rx2y) sebesar 0,415 dengan p=0,000 (p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua dalam penelitian ini yang menyatakan adanya hubungan positif antara pemantauan diri dengan kecenderungan pembelian impulsif ditolak (Ha ditolak), sedangkan hipotesis ketiga dalam penelitian ini yang menyatakan adanya commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id hubungan positif antara konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif diterima (Ha diterima). 4. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum mengenai pemantauan diri, konformitas teman sebaya dan kecenderungan pembelian impusif. Dari skor kasar ketiga variabel diperoleh hasil statistik deskriptif subjek penelitian, seperti di bawah ini: Tabel 22 Statistik Deskriptif Skala Kecenderungn Pembelian Impulsif Pemantauan Diri Konformitas Teman Sebaya Jml Sbj Data Hipotetik Skor Skor min max M SD Data Empirik Skor Skor min max M SD 110 24 96 60 12 32 79 54,79 10.970 110 23 92 57,5 11,5 42 79 60,27 7.068 110 25 100 62,5 12,5 39 84 61,03 9.160 Deskripsi data penelitian di atas menggambarkan kategorisasi dari masingmasing variabel yaitu pemantauan diri, konformitas teman sebaya dan kecenderungan pembelian impulsive.. Kategorisasi dibagi menjadi tiga golongan yaitu rendah, sedang dan tinggi. Penentuan kategori tersebut didasarkan pada tingkat diferensiasi yang commit kategori to user perlu ditentukan terlebih dahulu dikehendaki. Namun untuk memperoleh perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id batasan yang akan digunakan berdasarkan nilai deviasi standar dengan memperhitungkan rentangan nilai maksimal dan minimum teoritisnya. Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan subjek ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur (Azwar, 2008). Kontinum jenjang ini akan dibagi menjadi 3 kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Norma kategorisasi yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Rendah: X < µ -1σ b. Sedang : µ - 1σ ≤ X < µ + 1σ c. Tinggi : X ≥ µ + 1σ Keterangan : µ = Mean Hipotetik (MH) σ = Standar Deviasi (SD) a. Kecenderungan Pembelian Impulsif Berdasarkan norma kategori di atas, maka responden penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga, seperti pada tabel berikut : Tabel 23 Kriteria Kategori Kecenderungan Pembelian Impulsif Kategorisasi Rendah Sedang Tinggi Norma X < 48 48 ≤ X < 72 X ≥ 72 Jumlah Jumlah Subjek 28 orang 73 orang 9 orang 110 orang Persentase 25,4 % 66,4 % 8,2 % 100 % Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 110 sampel penelitian, 28 orang ( 25,4%) memiliki kecenderungan pembelian impulsif rendah, 73 orang (66,4%) memiliki kecenderungan pembelian impulsif sedang dan 9 orang (8,2%) commit to user memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi. Berdasarkan data perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa sampel penelitian rata-rata memiliki tingkat kecenderungan pembelian impulsif yang sedang. b. Pemantauan Diri Berdasarkan norma kategori di atas, maka responden penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga, seperti pada tabel berikut : Tabel 24 Kriteria Kategori Pemantauan Diri Kategorisasi Rendah Sedang Tinggi Norma X < 48 46 ≤ X < 69 X ≥ 69 Jumlah Jumlah Subjek 4 orang 97 orang 9 orang 110 orang Persentase 3,6 % 88,2 % 8,2 % 100 % Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 110 sampel penelitian, 4 orang ( 3,6%) memiliki tingkat pemantauan diri rendah, 97 orang (88,2%) memiliki tingkat pemantauan diri sedang dan 9 orang (8,2%) memiliki tingkat pemantauan diri yang tinggi. Berdasarkan data tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa sampel penelitian rata-rata memiliki tingkat pemantauan diri yang sedang. c. Konformitas Teman Sebaya Berdasarkan norma kategori di atas, maka responden penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga, seperti pada tabel berikut : Tabel 25 Kriteria Kategori Konformitas Teman Sebaya Kategorisasi Rendah Sedang Tinggi Norma X < 50 50 ≤ X < 75 X ≥ 75 Jumlah Jumlah Subjek 10 orang 92 orang 8 orang 110 orang commit to user Persentase 9,1 % 83,6 % 7,3 % 100 % perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 110 sampel penelitian, 10 orang ( 9,1%) memiliki tingkat konformitas teman sebaya yang rendah, 92 orang (83,6%) memiliki tingkat konformitas teman sebaya sedang dan 8 orang (7,3%) memiliki tingkat konformitas teman sebaya yang tinggi. Berdasarkan data tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa sampel penelitian rata-rata memiliki tingkat konformitas teman sebaya yang sedang. 5. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif Melalui metode Multiple Regression diperoleh koefisien determinasi yang menunjukkan nilai R2 (R square) sebesar 0,242. Artinya, pemantauan diri dan konformitas teman sebaya memberikan sumbangan sebanyak 24% terhadap kecenderungan pembelian impulsif. Hal ini berarti masih terdapat76% faktor lain yang mempengaruhi kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri. Hal in dapa dilihat dari tabel output SPSS berikut ini: Tabel 26 Sumbangan Efektif S Model Summaryb Adjusted R Std. Error of DurbinModel R R Square Square the Estimate Watson S a 1 .492 .242 .228 9.64173 2.010 a. Predictors: (Constant), konformitas teman sebaya, pemantauan diri b. Dependent Variable: kecenderungan pembelian impulsif Sementara itu, secara perhitungan manual didapatkan sumbangan efektif pemantauan diri terhadap kecenderungan pembelian impulsif adalah sebesar 2,24% dan sumbangan efektif konformitas teman sebaya terhadap kecenderungan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pembelian impulsif adalah sebesar 21,96%. Sumbangan relatif pemantauan diri adalah sebesar 9,24% dan sumbangan relatif konformitas teman sebaya adalah sebesar 90,76%. D. Pembahasan Hasil pengujian hipotesis pertama yang dilakukan secara bersama-sama (simultan) menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri. Hubungan positif ketiga variabel ini menunjukkan hubungan yang searah, artinya semakin tinggi pemantauan diri dan konformitas teman sebaya yang dimiliki oleh remaja putri, maka akan semakin tinggi pula kecenderungan pembelian impulsif yang dimiliki begitupun sebaliknya. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima, yang ditandai dengan hasil perhitungan F hitung > F tabel dengan p = 0,000. F hitung yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu sebesar 17,056 sedangkan F tabel sebesar 3,081. Kekuatan hubungan ketiga variabel ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar R = 0,49 yang artinya berada pada taraf yang sedang. Dari hasil ini, maka terbukti bahwa pemantauan diri secara bersama-sama dengan konformitas teman sebaya mampu mempengaruhi remaja putri untuk memiliki kecenderungan pembelian impulsif. Pemantauan diri yang dimiliki oleh remaja putri yang meliputi bertingkah laku sesuai dengan situasi yang dihadapi, kemampuan untuk menarik perhatian sosial, ketepatan berperilaku sesuai dengan petunjuk sosial, kemampuan menyenangkan dan memberi kesan pada orang lain, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id peka terhadap situasi yang ada, kemampuan mengontrol perilaku dan penampilan dan didukung dengan kemampuan untuk melakukan konformitas terhadap teman sebaya yaitu berperilaku sesuai dengan keinginan dan harapan teman sebaya, sesuai dengan standar dan norma dalam kelompok teman sebaya, bergantung pada ide, pendapat teman sebaya dan menyetujui ide teman sebaya, maka hal-hal tersebut mampu meningkatkan kecenderungan pada remaja putri untuk melakukan pembelian yang tiba-tiba tanpa perencanaan sebelumnya. Kontribusi secara bersama-sama antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya terhadap kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri hanya sebesar 24 %. Remaja yang pada dasarnya belum memiliki kemampuan secara finansial dengan karakteristik yang melekat erat pada dirinya seperti labil, mudah dipengaruhi, spesifik dan impulsif sering dijadikan sebagai target pemasaran yang potensial. Menurut Papalia,dkk (2008) remaja lebih memperhatikan perubahan fisik yang dialaminya dan perhatian yang lebih besar akan lebih tampak pada remaja putri. Maka tidak heran jika remaja putri akan cenderung membeli produkproduk yang mampu menunjangnya dalam berpenampilan. Para produsen dan pemasar yang menyadari hal ini, datang dengan menawarkan berbagai produk yang dibutuhkan oleh para remaja putri. Seperti yang dikemukakan oleh Ditmar, dkk (1995) yaitu kecenderungan pembelian impulsif lebih tinggi pada remaja putri yang diketahui memiliki tingkat emosi dan impulsivitas yeng lebih tinggi dalam berbelanja dan mengeluarkan uang. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat kecenderungan pembelian impulsif yang sedang pada remaja putri. Kontribusi pemantauan diri dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id konformitas teman sebaya hanya 24%, selanjutnya 76% kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri dipengaruhi oleh variabel lain di luar pemantauan diri dan konformitas teman sebaya. Menurut Loudon dan Bitta (1993), faktor yang mempengaruhi kecenderungan pembelian impulsif adalah karakteristik produk yang meliputi harga yang murah, siklus hidup produk yang pendek, ukuran yang kecil dan mudah disimpan; faktor pemasaran, serta karakteristik konsumen yang meliputi kepribadian, demografis dan karakteristik konsumen. Faktor lainnya menurut Chen dan Hung (2005) adalah mood seseorang, identitas diri yang dimiliki dan karakteristik pribadi seperti usia dan menurut Djudiyah dan Hadipranata (2002), harga diri, uang saku dan materialisme akan mempengaruhi pembelian impulsif. Hasil pengujian secara parsial antara pemantauan diri dan kecenderungan pembelian impulsif menunjukkan koefisien korelasi yaitu sebesar 0,078 dengan p = 0,211 (p > 0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pemantauan diri dan kecenderungan pembelian impulsif. Pada penelitian ini walaupun saat bersama-sama dengan konformitas teman sebaya, pemantauan diri berhubungan signifikan dengan kecenderungan pembelian impulsif, namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemantauan diri jika berdiri sendiri tidak berhubungan secara signifikan dengan kecenderungan pembelian impulsif. Pada saat pemantauan diri secara bersama-sama dengan konformitas teman sebaya, menunjukkan sumbangan efektif konformitas teman sebaya terhadap kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri yaitu 21,96 % lebih besar dibandingkan sumbangan efektif pemantauan diri yang hanya sebesar 2,24 %. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini yang menyatakan ada hubungan positif antara pemantauan diri dengan kecenderungan pembelian impulsif tidak terbukti. Artinya pemantauan diri yang dimiliki oleh seseorang tidak mempengaruhinya untuk memiliki kecenderungan pembelian impulsif yaitu kecenderungan untuk melakukan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya. Menurut Scher dan Thompson (2007), pemantauan diri adalah kombinasi internal antara pengamatan diri dan kontrol diri. Semakin baik pemantauan diri yang dimiliki oleh seseorang, maka semakin baik pula pengamatan diri dan kontrol dirinya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Melati,dkk (2007) menyimpulkan bahwa kontrol diri yang dimiliki oleh remaja mempengaruhi pembelian impulsifnya, semakin tinggi kontrol diri yang dimiliki remaj maka pembelian impulsif semakin rendah, begitu pun sebaliknya. Pemantauan diri yang dimiliki oleh seorang remaja akan membuatnya cenderung mengubah perilaku sesuai tuntutan sosial sehingga remaja mengatur kesan yang dibuatnya. Para remaja tidak jarang akan menunda kepuasan dalam membeli untuk mendapatkan kesan yang baik dari orang lain dan hal ini mampu menghindarkan remaja putri dari kecenderungan pembelian impulsif. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Yani (2005) bahwa seseorang yang memiliki kecenderungan impulsif yang tinggi perlu menyadari bahwa penyebab terjadinya pembelian impulsif lebih bersifat pada situasi yang sedang dialami dan sebenarnya variabel situasi lebih mudah dikontrol dibandingkan variabel personal dari dalam diri sendiri. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Hasil pengujian secara parsial antara konformitas teman sebaya dan kecenderungan pembelian impulsif menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,415 dengan p = 0,000 yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif. Semakin tinggi konformitas teman sebaya, maka semakin tinggi pula kecenderungan pembelian impulsif yang dimiliki remaja putri. Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Artledia (2009) yaitu semakin tinggi konformitas remaja terhadap kelompok teman sebayanya, maka semakin mudah remaja tersebut dipengaruhi oleh kelompok teman sebayanya untuk melakukan pembelian secara impulsif. Menurut Priede dan Ferrel (1995) kelompok teman sebaya mempengaruhi keputusan pembelian seseorang tergantung pada tingkat konformitas yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Monks,dkk (2002) bahwa pada masa remaja akan menunjukkan originalitasnya bersama teman sebaya dalam hal berpakaian, berpenampilan, berdandan, termasuk dalam hal pembelian. Konformitas yang dimiliki remaja putri turut mempengaruhi keputusan pembelian. Keinginan remaja putri untuk senantiasa menyesuaikan penampilan dengan teman sebaya akan membuat remaja putri memiliki kecenderungan untuk membeli produk yang sama dengan teman-teman sebayanya secara impulsif. Seperti yang dikemukakan oleh Mowen dan Minor (2001) sebelumnya apabila seseorang melakukan pembelian seorang diri, maka cenderung akan membeli barang-barang yang sudah direncanakan sebelumnya. Sebaliknya, apabila seseorang melakukan pembelian dengan kelompok, maka commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id akan cenderung membeli barang-barang yang sebelumnya tidak masuk dalam perencanaan. Herabadi,dkk (2003) memaparkan bahwa memiliki teman untuk berbelanja, sangat mungkin merupakan faktor yang mendorong timbulnya perilaku belanja impulsif. Hal ini karena ada perbedaan yang jelas dalam kecenderungan belanja impulsif antara kelompok yang berbelanja dengan teman dan kelompok yang berbelanja tanpa teman. Menurut Peter dan Olson (dalam Meike, 2009), kelompok acuan seperti teman sebaya berpengaruh penting bagi seorang konsumen. Kelompok acuan teman sebaya tidak hanya mempengaruhi pengetahuan, sikap dan nilai seorang konsumen tetapi juga mempengaruhi pembelian suatu produk, merek tertentu dan pemilihan toko dimana akan melakukan pembelian. Hal ini tentunya dapat mempengaruhi remaja untuk melakukan pembelian secara impulsif. Secara umum, hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang positif antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri. Penelitian yang telah dilakukan ini tentunya memiliki beberapa keterbatasan. Penelitian ini hanya meneliti subjek dengan rentang usia remaja dan berjenis kelamin perempuan saja, belum mempertimbangkan aspek-aspek yang lain seperti karakteristik kepribadian, status sosioekonomi, materialisme, budaya dan lainnya. Selanjutnya keterbatasan peneliti sebagai pemula dalam menyusun alat ukur penelitian yang belum mampu secara maksimal mengukur dengan baik apa yang seharusnya diukur. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemantauan diri dan konformitas teman sebaya secara bersama-sama memiliki hubungan positif dengan kecenderungan pembelian impulsif. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif, diterima. 2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pemantauan diri dengan kecenderungan pembelian impulsif. Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara pemantauan diri dengan kecenderungan pembelian impulsif, ditolak. 3. Ada hubungan positif antara konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif. Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif, diterima. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id B. Saran 1. Kepada remaja putri Kepada remaja putri agar memiliki pengendalian diri yang baik sehingga dapat lebih bijak dalam menyikapi keinginan belanja yang datang secara tiba-tiba. Remaja putri perlu bersikap lebih mandiri dalam mengambil keputusan sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh kelompok teman sebaya. 2. Kepada orang tua Kepada orang tua yang memiliki putri khususnya agar lebih menaruh perhatian terhadap perkembangan dan perubahan yang sedang dialami putrinya. Orang tua diharapkan pula agar memperhatikan perilaku belanja putrinya guna menghindari pembelian yang tidak wajar. 3. Kepada peneliti yang lain Kepada para peneliti yang lain dapat mengadakan penelitian yang senada di tempat yang berbeda dengan menggunakan responden yang berbeda pula sehingga akan menghasilkan penelitian yang lebih bervariasi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR PUSTAKA Ali, M & Asrori, M. 2008. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Bumi Aksara. Anin. A, Rasimin & Atamimi, N. 2008. Hubungan Self Monitoring Dengan Impulsive Buying Terhadap Produk Fashion Pada Remaja. Jurnal Psikologi. Vol. 35. No. 2. p: 181-193. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Armando, N. 2003. Menjadi Pembelanja yang Boros. Jurnal Perempuan. Edisi 3. p: 31-41. Artledia, S. 2009. Hubungan Antara Konformitas Terhadap Kelompok Teman Sebaya Dengan Pembelian Impulsif pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Azwar, S. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ________. 2008. Penyusunan Skala Psikologi. Yogakarta: Pustaka Pelajar _________. 2008. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. _________. 2007. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Edisi ke 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron, R. A & Byrne, D. 2003. Psikologi Sosial Jilid 1. Jakarta: Erlangga. ____________________. 2005. Psikologi Sosial Jilid 2. Jakarta: Erlangga ____________________. 2000. Social Psychology. Massachusetts: A Pearson Education Company. Calhoun, J. F. & Acocella, J. R. 1990. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang: IKIP Semarang Press. Chen, H. L & Hung, M. L. 2005. An Exploration of Taiwanese Adolescents Impulsive Buying Tendency. Journal Research on Adolescence. Vol. 40, No. 157. p: 215-223. Clara, M & Nilam. 2005. Pengaruh Hubungan Interpersonal, Self Monitoring dan Minat Terhadap Perfomansi Kerja Pada Karyawan Bagian Penjualan. to user Seminar Nasional PESAT. p:commit 146-158. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Chaplin, J.P. 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Press. Choi, K. F., Priscilla Y. L & Yu, P. 2000. Relationship Between Teenager’s Self Monitoring and Buying Behavior. Journal RJTA, Vol. 7, No. 2, p: 53-59. Consumer Survey Indonesia. 2010. Tren Perilaku http://swa.co.id/2010/04 (diakses 4 Juni 2010). Belanja di Mal. Crain, W. 2007. Teori Perkembangan: Konsep dan Aplikasi Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Davidoff, L. 1991. Psikologi: Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gunung Agung. Dayaksini, T & Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press. Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Djudiyah & Hadipranata. 2002. Hubungan antara Pemantauan Diri, Harga Diri, Materialisme dan Uang Saku dengan Pembelian Impulsif pada Remaja. Jurnal Psikodinamik. Vol. 4. No. 2. p: 59-72. Engel, J. F., Blackwell, R. D & Miniard, P.W. 1995. Perilaku Konsumen Edisi 6. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Feldman, R.S. 1999. Understanding Psychology. New York: Mc Graw Hill. Friedman & Schustack. 2006. Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern Jilid kedua. Jakarta: Erlangga. Fransisca & Suyasa. 2005. Perbandingan Perilaku Konsumtif Berdasarkan Metode Pembayaran. Jurnal Phronesis.Vol. 7. No. 2. p: 172-198. Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Herabadi. 2003. Perbedaan Individual dalam Kecenderungan Belanja Impulsif: Sarat Emosi dan Pendek Pikir. Jurnal Psikologi, Vol. 12, No. 2, h: 58-70. Herabadi, Verpanklen & Knippenberg. 2003. Buying Impulses: A Studi on Impulsive Compsution. Unpublished Thesis. Netherland: University of Nijmegen. ________________________________. 2009. Compsution Experience of Impulse Buying in Indonesia: Emotional Arousal and Hedonic commit to user Considerations. Asian Journal of Social Psychology. Vol. 12. p: 20-31. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Hoyer, W. D & Maclnnis, D. J. 2008. Consumer Behavior 5th Edition. New York: Mc Graw-Hill. Hurlock, E. B. 1993. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Indria, K & Nindyati, A. 2007. Kajian Konformitas dan Kreativitas Affective Remaja. Jurnal Provitae, Vol. 3, No. 1. p: 85-99. Istijanto. 2005. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran Plus 36 Topik Riset Pemasaran Siap Serap Terap. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kacen, J.J & Lee. 2002. The Influence of Culture on Consumer Impulsive Buying Behavior. Journal of Consumer Psychology. Vol.12. No.2. p: 163-176. Kartajaya, H. 2007. Seri 9 elemen Marketing HK On Marketing Mix. Bandung: Penerbit Mizan. King. 2008. Psychology the Science of An Appreciative View. New York: Mc Graw Hill. Kuppuswamy, B. 1990. Elements of Social Psychology. New York: Mc Graw Hill College. Kurniawati, M. 2009. Kelompok Acuan Remaja: Faktor Konsumsi Produk Food Suplement. Jurnal Phronesis. Vol. 11. No. 1. p: 53-64. Lina & Haryanto. 1997. Perilaku Konsumtif Berdasar Locus of Control pada Remaja Putri. Jurnal Psikologika, No. 4. p: 5-13. London, M. 1995. Self and Interpersonal Insight. New York: Oxford University Press. Loudon, D. L & Bitta, A. J. D. 1993. Consumer Behavior: Concepts & Applications. New York: Mc Graw-Hill Series Marketing. Ma’ruf, H. 2006. Perilaku Konsumen. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Melati, Rostiana & Aswini, W. 2007. Pengaruh Kontrol Diri terhadap Pembelian Impulsif pada Remaja Awal. Jurnal Phronesis, Vol. 9. No. 2. p: 115-133. Monks, F. J., Knoers, A. M. P & Haditono, S. R. 2002. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadja Mada University Press. Mowen, J. C & Minor, M. 2001. Perilaku Konsumen Jilid 2. Jakarta: Erlangga. commit to user Munandar. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Myers, D. 2009. Social Psychology: International Edition. New York: Mc Graw Hill College. Naumann. 2008. The Effects of Norms and Self Monitoring on Helping Behavior. Journal of Business Behavioral Studies. p: 2-10.. Nugroho, B.A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Offset. Papalia, D. E., Old, S.W dan Feldman, R. D. 2008. Human Development: Perkembangan Manusia. Jakarta: Salemba Humanika. Pride, W & Ferrell, O. 1995. Pemasaran Teori Dan Praktik Di Lingkungan Pergaulan Sekolah Terhadap Sikap Konsumtif. Yogyakarta: Jurnal Psikologika. Vol. 5. No. 3. P: 39-46. Priyatno, D. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: MediaKom. _________. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta: Penerbit Andi. Rakhmat, J. 1995. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Reysa & Rudolf. 2008. Ekspresi Trait Argumentativeness dan Trait Self Monitoring pada Kandidat Mahasiswa dalam Electoral Marketplace Universitas Indonesia. Jurnal Psikologi Sosial, Vol. 14. No. 1. p: 51-63. Robins. 2008. Perilaku Organisasi 1 Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat. Rook, D. 1987. The Buying Impulse. The Journal of Consumer Research. Vol. 14. No.2. p: 189-199. Santrock, J.W. 2007. Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Sarwono & Meinarno. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Scher & Thompson. 2007. A Comparison of Self Report and Behavioral Measures. UW-L Journal of Undergraduate Research. p: 1-8. Schiffman & Kanuk. 1994. Consumer Behavior. New Jersey: Prentice Hall International, Inc. Sears, Freedman & Peplau. 1994. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Semuel, H. 2007. Pengaruh Stimulus Media Iklan, Uang Saku, Usia dan Gender terhadap Kecenderungan Pembelian Impulsif (Studi Kasus Produk Pariwisata). Jurnal Manajemen Pemasaran. Vol. 2. No. 2. p: 31-42. Setyawan. 2005. Memanjakan Perilaku Konsumtif http://www.scribd.com. (diakses 7 Juni 2010). Masyarakat Solo. Simamora, B. 2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen. Jakarta: Gramedia Sumarwan. 2003. Perilaku Konsumen. Bandung: PT. Ghalia Indonesia. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sutisna. 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT Rosdakarya Snyder. 1974. The Self Monitoring of Expressive Behavior. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 30. p: 526-555. Snyder, M & Gangestad, S. 1986. On the Nature of Self Monitoring: Matters of Assesment, Matters of Validity. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 51. No.1. _________________. 2000. Self Monitoring: Appraisal and Reappraisal. Psychological Bulletin, Vol. 126. No. 4. p: 530-555. Solomon. 2002. Consumer Behavior. New York: Prentice Hall International. Tambunan, R. 2001. Remaja dan Perilaku Konsumtif. www.e-psikologi.com. (diakses 5 Juni 2010). Taylor, Peplau & Sears. 2009. Psikologi Sosial Edisi ke 12. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group. Utami & Sumaryono. 2008. Pembelian Impulsif Ditinjau dari Kontrol Diri dan Jenis Kelamin pada Remaja. Jurnal Proyeksi. Vol. 3. No. 1. p: 46-55. Wathani, F. 2009. Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian ditinjau dari Peran Gender. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara. Widjaja. 2002. Tanya Jawab Perilaku Konsumen dan Pemasaran Strategik. Jakarta: Harvarindo. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Yani. 2005. Impulse Bidding: An Empirical Analysis of Ebay Web Site. Jurnal Anima. Vol. 21. No.1. p: 3-22. Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Zebua, A. S & Nurdjayadi, R. D. 2001. Hubungan antara Konformitas dan Konsep Diri dengan Perilaku Konsumtif pada Remaja Putri. Jurnal Phronesis. Vol. 3. No. 6. p: 72-82. commit to user