perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA PEMANTAUAN DIRI DAN KONFORMITAS
TEMAN SEBAYA DENGAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN
IMPULSIF PADA REMAJA PUTRI
SKRIPSI
Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi
Oleh:
MARIA
G0106012
Pembimbing:
1. Tri Rejeki Andayani,S.Psi.,M.Si.
2. Aditya Nanda Priyatama,S.Psi.,M.Si.
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit2011
to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal
yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia untuk dicabut
derajat kesarjanaan saya.
Surakarta, 14 Desember 2011
Maria
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“ Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
(QS. Ar Ra’d : 11)
“ Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan “
(QS. Al-Insyirah : 6)
” Hanya mereka yang berani gagal yang dapat meraih keberhasilan ”
(John F. Kennedy)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Mamak Marsiem dan Mama Darmaningsih , dua ibu terhebat yang penulis
miliki. Terima kasih tak terhingga untuk setiap dukungan, untaian doa,
segala perhatian, kasih sayang, cinta dan energi positif yang mampu
membangkitkan semangat penulis di kala sedih.
Bapak tersayang, Almarhum Hasan Basri.
Keluarga Besar yang senantiasa memberi dukungan.
Semua Guru untuk ilmu yang diberikan
Almamater
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, hidayah dan kemurahan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya ini. Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang
tinggi, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan,dr.,Sp.PD-KR-FINASIM, selaku
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Hardjono,M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku
Pembimbing Akademik yang telah memberikan masukan-masukan yang
berharga bagi penulis.
3. Ibu Rin Widya Agustin,M.Psi, selaku Koordinator Skripsi Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ibu Tri Rejeki Andayani,S.Psi.,M.Si., selaku dosen pembimbing utama
atas waktu, bimbingan dan masukan yang sangat membantu penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini
5. Bapak Aditya Nanda Priyatama,S.Psi.,M.Si., selaku dosen pembimbing
pendamping atas waktu, bimbingan dan masukan yang sangat membantu
commit to user
penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Ibu Dra. Sri Wiyanti, M.Si., selaku dosen penguji utama, atas semua
evaluasi, koreksi dan masukan yang sangat bermanfaat guna perbaikan
penelitian ini.
7. Bapak Nugraha Arif Karyanta, S.Psi., selaku dosen penguji pendamping
atas semua evaluasi, koreksi dan masukan yang sangat bermanfaat guna
perbaikan penelitian ini.
8. Seluruh staf pengajar, staf tata usaha dan staf perpustakaan Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Sebelas Maret Surakarta.
9. Ibu Indah Murtiningrum,Psi., selaku HRD Solo Grand Mall yang telah
memberikan izin penelitian kepada peneliti.
10. Seluruh remaja putri pengunjung Solo Grand Mall yang telah bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini.
11. Penyemangat nomor satu, Mamak Marsiem, Alm. Bapak Hasan Basri dan
Mama Darmaningsih atas semua doa, cinta, perhatian, nasehat dan
pengorbanan dalam membesarkan penulis hingga saat ini.
12. Saudara sekandung penulis, dua kakak tersayang Marina dan Marini, serta
dua abang terkasih Alm. Maredi dan Misman yang senantiasa memberikan
semangat kepada penulis.
13. Enam keponakan penulis, Eka, Galuh, Aven, Vira, Azim dan Zaki yang
selalu memberikan keceriaan dalam kehidupan penulis.
14. Tante Ipit, Ayah Alfian, Ibu Elja, Bu Emi, Alm. Omwan, Bulek Ponem,
Mbah, yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15. Sanak, saudari dan sahabat tercinta: Mb Aciek, Krisnul, Retno, Deci, Ikul,
Vreno, Eta, Meita, Rani, Aris, Cece dan Bekti yang senantiasa ada di saat
suka maupun duka, menjadi teman yang bisa diandalkan dan selalu
membantu dengan hati.
16. Kawan-kawan Psikologi 2006 dan para penghuni kos atas kebersamaan
yang terjalin selama ini, tante kos dan adek-adek kos yang menjadi
saudara terdekat penulis di Solo.
Akhir kata penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, 14 Desember 2011
Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PEMANTAUAN DIRI DAN KONFORMITAS
TEMAN SEBAYA DENGAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN
IMPULSIF PADA REMAJA PUTRI
MARIA
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Kecenderungan pembelian impulsif merupakan fenomena psikoekonomik
yang banyak melanda kehidupan masyarakat tak terkecuali remaja putri. Aspek
psikologis yang tampak pada remaja putri adalah perhatian yang lebih besar pada
penampilannya. Remaja akan mengatur, memantau dan mengontrol perilaku dan
penampilannya seperti dengan membeli dan memakai barang-barang yang dapat
membuat orang lain terkesan. Pada usia ini, muncul pula konformitas teman
sebaya dalam kelompok. Remaja putri berusaha menyesuaikan diri dengan
anggota kelompok teman sebaya lainya meliputi perilaku, penampilan dan ikut
melakukan banyak kegiatan bersama misalnya saja belanja. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui: hubungan positif antara pemantauan diri dan
konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja
putri, hubungan positif antara pemantauan diri dengan kecenderungan pembelian
impulsif pada remaja putri, dan hubungan positif antara konformitas teman sebaya
dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri usia 15-19 tahun
pengunjung Solo Grand Mall di Surakarta. 110 responden dipilih dengan teknik
incidental purposive sampling. Alat pengumpul data yang digunakan adalah
Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif dengan validitas 0,310 – 0,718 dan
reliabilitas = 0,878; Skala Pemantauan Diri dengan validitas 0,305 – 0,529 dan
reliabilitas = 0,744; dan Skala Konformitas Teman Sebaya dengan validitas 0,302
– 0,572 dan reliabilitas = 0,808.
Berdasarkan hasil analisis regresi ganda diperoleh nilai koefisien korelasi
R sebesar 0,492; p = 0,000 (p <0,05) dan F Hitung 17,056 > F Tabel 3,081 yang
artinya ada hubungan positif yang signifikan antara pemantauan diri dan
konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja
putri (hipotesis pertama diterima). Hasil perhitungan secara parsial menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pemantauan diri dengan
kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri yang ditunjukkan dengan
nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,078 dengan p = 0,211 (p > 0,05). Selanjutnya
hipotesis ketiga dalam penelitian ini diterima yaitu ada hubungan positif yang
sgnifikan antara konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian
impulsif pada remaja putri yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (r)
sebesar 0,415 dengan p = 0,000 (p < 0,05)
Kata Kunci : kecenderungan pembelian impulsif, pemantauan diri, konformitas
commit to user
teman sebaya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
CORRELATION BETWEEN SELF MONITORING AND PEER
CONFORMITY WITH IMPULSIVE BUYING TENDENCY OF FEMALE
ADOLESCENTS
MARIA
Psychology Programme of Medical Faculty
Sebelas Maret University, Surakarta
Impulsive buying tendency is a psychoeconomic phenomenon in people’s
life are no exception female adolescents. Psychological aspect that appear in
female adolescents is greater attention to her appearance. Female adolescents will
manage, monitor and control her behavior and her appearance with buying and
using products that can impress others. In this age, there are also peer conformity.
Female adolescents trying to conform to the other peer group members include
behavior, appearance and join in many activities together such as shopping. The
purposes of this research are to determine possitive correlation between self
monitoring and peer conformity with impulsive buying tendency of female
adolescents, to determine possitive correlation between self monitoring with
impulsive buying tendency of female adolescents and to determine possitive
correlation between peer conformity with impulsive buying tendency of female
adolescents.
The population of this research were female adolescents aged 15 -19 years
old, the visitors of Solo Grand Mall in Surakarta. 110 respondents were choosed
by incidental purposive sampling. The data were collected using Impulsive
Buying Tendency Scale, Self Monitoring Scale and Peer Conformity Scale. The
validity of Impulsive Buying Tendency 0,310 - 0,718, reliability = 0,878 ; the
validity of Self Monitoring 0,305 – 0,529, reliability = 0,744 and the validity of
Peer Conformity 0,302 – 0,572, reliability = 0,808.
Based on the result of multiple regression analyse shows that correlation
coefficient (R) 0,492; p = 0,000 ( p < 0,05) and F count 17,056 > F Table 3,081
means that there is a possitive correlation between self monitoring and peer
conformity with impulsive buying tendency of female adolescents (first
hypothesis was accepted). The partial result showed the correlation ( r ) 0,078;
p = 0,211 (p > 0,05), it means that there is no positive correlation between self
monitoring and impulsive buying tendency of female adolescents. Third
hypothesis in this research is accepted, it means that there is positive correlation
between peer conformity and impulsive buying tendency of female adolescents. It
showed by correlation coefficient 0,415; p = 0,000 (p < 0,05).
Keywords : Impulsive buying tendency, self monitoring, peer conformity.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................ .......
i
HALAMAN PERNYATAAN.................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................
iv
HALAMAN MOTTO............................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................... vi
KATA PENGANTAR..............................................................................
vii
ABSTRAK................................................................................................. x
DAFTAR ISI.............................................................................................
xii
DAFTAR TABEL....................................................................................
xv
DAFTAR BAGAN...................................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................
xviii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................
1
B. Rumusan Masalah...................................................................
11
C. Tujuan Penelitian..................................................................... 12
D. Manfaat Peneliti......................................................................
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................
14
A. Kecenderungan Pembelian Impulsif......................................... 14
1. Pengertian Kecenderungan Pembelian Impulsif................. 14
2. Aspek-aspek Kecenderungan Pembelian Impulsif............. 16
3. Tipe-tipe Pembelian Impulsif............................................. 19
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Faktor-faktor Kecenderungan Pembelian Impulsif...........
21
B. Pemantauan Diri....................................................................... 25
1. Pengertian Pemantauan Diri............................................... 25
2. Aspek-aspek Pemantauan Diri............................................. 27
3. Tingkatan Pemantauan Diri................................................ 29
C. Konformitas Teman Sebaya....................................................
31
1. Pengertian Konformitas Teman Sebaya............................. 31
2. Aspek-aspek Konformitas Teman Sebaya......................... 33
3. Bentuk-bentuk Konformitas Teman Sebaya...................... 35
D. Hubungan antara Pemantauan Diri dan Konformitas Teman
Sebaya dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif .............
37
E. Hubungan antara Pemantauan Diri dengan Kecenderungan
Pembelian Impulsif ................................................................. 41
F. Hubungan antara Konformitas Teman Sebaya dengan
Kecenderungan Pembelian Impulsif.......................................
43
G. Kerangka Berpikir..................................................................... 46
H. Hipotesis................................................................................... 47
BAB III METODE PENELITIAN........................................................... 48
A. Identifikasi Variabel Penelitian.................................................. 48
B. Definisi Operasional.................................................................. 48
C. Populasi, Sampel dan Sampling................................................ 50
D. Teknik Pengumpulan Data.....................................................
52
E. Metode Analisis Data.............................................................
commit to user
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Uji Validitas.......................................................................
57
2. Uji Reliabilitas.................................................................... 57
3. Uji Hipotesis.....................................................................
58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................
59
A. Persiapan Penelitian................................................................
59
1. Orientasi Kancah Penelitian...............................................
59
2. Persiapan Penelitian...........................................................
61
3. Pelaksanaan Uji Coba........................................................
66
4. Uji Validitas dan Reliabilitas............................................
66
5. Penyusunan Alat Ukur Penelitian.....................................
71
B. Pelaksanaan Penelitian............................................................
73
C. Hasil Analisis Data Penelitian................................................
75
1. Uji Asumsi Dasar..............................................................
75
2. Uji Asumsi Klasik.............................................................
78
3. Uji Hipotesis......................................................................
82
4. Analisis Deskriptif.............................................................
87
5. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif....................
90
D. Pembahasan............................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................
91
97
A. Kesimpulan............................................................................
97
B. Saran......................................................................................
98
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
99
LAMPIRAN...........................................................................................
commit to user
105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blue Print Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif
Sebelum Uji Coba......................................................................... 54
Tabel 2. Blue Print Skala Pemantauan Diri Sebelum Uji Coba................ 55
Tabel 3. Blue Print Skala Konformitas Teman Sebaya Sebelum Uji Coba 56
Tabel 4. Distibusi Aitem Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif
Sebelum Uji Coba....................................................................... 63
Tabel 5. Distibusi Aitem Skala Pemantauan Diri Sebelum Uji Coba....... 64
Tabel 6. Distibusi Aitem Skala Konformitas Teman Sebaya Sebelum
Sebelum Uji Coba......................................................................
65
Tabel 7. Distribusi Aitem Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif
yang valid dan gugur ................................................................
68
Tabel 8. Distribusi Aitem Skala Pemantauan Diri yang valid dan gugur.. 69
Tabel 9. Distribusi Aitem Skala Konformitas Teman Sebaya yang
valid dan gugur..........................................................................
71
Tabel 10. Distribusi Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif
untuk Penelitian.......................................................................
72
Tabel 11. Distribusi Skala Pemantauan Diri untuk Penelitian................
72
Tabel 12. Distribusi Skala Konformitas Teman Sebaya untuk Penelitian 73
Tabel 13. Uji Normalitas..........................................................................
76
Tabel 14. Uji Linearitas Pemantauan Diri terhadap Kecenderungan
Pembelian Impulsif..................................................................
commit to user
77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 15. Uji Linearitas Konformitas Teman Sebaya terhadap
Kecenderungan Pembelian Impulsif......................................... 77
Tabel 16. Uji Multikolinearitas ................................................................ 78
Tabel 17. Uji Autokorelasi........................................................................ 81
Tabel 18. Uji Hipotesis Secara Simultan ................................................... 83
Tabel 19. Uji F-Test.................................................................................
84
Tabel 20. Uji Korelasi Parsial antara Pemantauan Diri dengan
Kecenderungan Pembelian Impulsif.......................................
85
Tabel 21. Uji Korelasi Parsial antara Konformitas Teman Sebaya
dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif..........................
86
Tabel 22. Statistik Deskriptif.................................................................
87
Tabel 23. Kriteria Kategori Kecenderungan Pembelian Impulsif..........
88
Tabel 24. Kriteria Kategori Pemantauan Diri........................................
89
Tabel 25. Kriteria Kategori Konformitas Teman Sebaya......................
89
Tabel 26. Sumbangan Efektif..............................................................
90
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Bagan Kerangka Berpikir Hubungan antara Pemantauan
Diri dan Konformitas Teman Sebaya dengan Kecenderungan
Pembelian Impulsif.................................................................
46
Gambar 2. Gambar Scatter plot Uji Heterokesdastisitas..........................
80
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
A. Alat Ukur Sebelum Uji Coba ........................................................
106
B. Sebaran Nilai Uji Coba Alat Ukur ................................................
119
C. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ............................
134
D. Alat Ukur Penelitian .....................................................................
144
E. Sebaran Nilai Data Penelitian .......................................................
154
F. Analisa Data Penelitian .................................................................
173
1. Data Penelitian yang akan dianalisis .......................................
174
2. Uji Normalitas .........................................................................
177
3. Uji Linearitas ........................................................................... 177
4. Uji Multikolinearitas ................................................................ 178
5. Uji Heterokesdastisitas ............................................................. 179
6. Uji Autokorelasi ........................................................................ 179
7. Uji Hipotesis .............................................................................. 180
8. Analisis Deskriptif ..................................................................... 181
9. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif .............................. 186
G. Lampiran Tambahan......................................................................... 191
1. Surat Izin Penelitian................................................................. 192
2. Surat Izin Penelitian dari Solo Grand Mall.............................
193
3. Surat Tanda Bukti Penelitian..................................................
194
4. Dokumentasi..........................................................................
195
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHLULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa
kanak-kanak menuju masa dewasa yang melibatkan banyak perubahan seperti
perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional (Santrock, 2007). Perubahan
biologis yang terjadi pada remaja meliputi pertambahan berat dan tinggi badan
dalam rentang waktu yang cepat, perubahan hormonal dan kematangan seksual
yang mulai muncul ketika memasuki masa pubertas. Perubahan kognitif meliputi
perubahan pemikiran dan inteligensi yang ditandai dengan meningkatnya cara
berpikir. Remaja mulai berpikir secara abstrak, idealistik serta logis, berpikir
secara lebih egosentris, memandang dirinya unik dan tak terkalahkan. Perubahan
lainnya yaitu perubahan sosioemosional yang meliputi perubahan dalam hal
emosi, kepribadian, hubungan dengan orang lain dan konteks sosial. Sigmund
Freud dan Anna Freud (dalam Crain, 2007) mengatakan bahwa adanya
perubahan-perubahan yang dialami oleh remaja ini dapat menimbulkan berbagai
gejolak. Misalnya saja pertumbuhan fisik remaja yang sangat cepat akan
menciptakan rasa kebingungan identitas. Hal inilah yang kemudian menyebabkan
banyak
remaja
menghabiskan
waktunya
untuk
menatap
cermin
dan
memperhatikan setiap perubahan pada penampilannya.
Menurut Mc Cabe dan Ricciardell (dalam Santrock, 2007), salah satu
aspek psikologis dari pubertas yang muncul pada masa remaja adalah munculnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
praokupasi (perhatian) yang besar terhadap tubuhnya. Papalia, dkk (2008)
mengatakan bahwa perubahan fisik yang dramatis pada remaja dapat
menimbulkan dampak psikologis yang tidak diinginkan. Remaja lebih banyak
memperhatikan penampilan dibandingkan aspek lain dalam dirinya. Remaja,
terutama remaja putri lebih suka berlama-lama di depan cermin memperhatikan
setiap perubahan yang terjadi pada tubuh dan penampilannya. Menurut
Rosenblum dan Lewis (dalam Papalia, dkk, 2008), remaja putri memiliki perasaan
tidak suka pada perubahan fisik yang lebih tinggi dibandingkan remaja putra. Jika
dibandingkan dengan remaja putra, remaja putri lebih merasakan ketidakpuasan
dengan bentuk tubuhnya selama pubertas. Hal inilah yang mengakibatkan remaja
putri cenderung menaruh perhatian yang lebih pada penampilan dibandingkan
dengan remaja putra (Brooks, dalam Santrock, 2007).
Ketika menampilkan diri di hadapan orang lain, remaja putri akan
berupaya agar terlihat menarik, disukai dan diterima banyak orang. Banyak cara
yang dilakukan oleh remaja putri, namun salah satu cara yang kebanyakan
dilakukan adalah dengan memakai busana dan aksesoris yang menunjang dalam
berpenampilan seperti pemakaian baju yang sesuai, pemilihan sepatu, tas, jam
tangan yang cantik dan aksesoris lainnya. Keinginan remaja untuk selalu tampil
menarik, gaul dan sesuai tren, tidak jarang membuat remaja putri kurang
memikirkan dengan matang saat mengeluarkan uang untuk membeli barangbarang yang diinginkan. Hal ini mengakibatkan para remaja putri tidak
memperhatikan faktor kebutuhan ketika membeli suatu barang. Para remaja putri
cenderung membeli barang yang sesungguhnya tidak dibutuhkan dan pembelian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini biasanya dilakukan secara berlebihan, impulsif dan tanpa perencanaan yang
matang. Apalagi masa sekarang ini, dengan semakin maraknya keberadaan pusat
perbelanjaan modern seperti mal yang memberikan banyak kelebihan dan
kemudahan dalam berbelanja.
Mal menyediakan berbagai pelayanan yang dilengkapi dengan fasilitas
hiburan serta rekreasi keluarga. Bagi para pengunjung yang ingin berbelanja
berbagai macam kebutuhan dengan aneka variasinya, tidak lagi perlu memakan
banyak waktu dan lebih efisiensi biaya karena pengunjung tidak perlu berpindah
lokasi. Keberadaan mal dengan segala kelebihan lainnya seperti tatanan produk
yang rapi, cara promosi produk yang lebih menarik, banyaknya diskon pada
berbagai produk bahkan hingga 70%, penawaran beli satu gratis satu, warna-warni
produk yang indah, kemudahan dalam bertransaksi menggunakan kartu debit,
kartu kredit dan juga suasana mal yang nyaman untuk berbelanja karena penjual
yang ramah-ramah serta ruangan toko yang beraroma wangi.
Salah satu kota yang tidak lepas dari pembangunan pusat perbelanjaan
modern adalah kota Solo yang kini telah memiliki beberapa pusat perbelanjaan
modern berupa mal seperti Matahari Singosaren, Solo Square, dan Solo Grand
Mall dan semakin ramainya keberadaan departmen store yang kini lebih mudah
dijumpai. Pada dasarnya semua pembangunan pusat perbelanjaan modern
diprioritaskan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu mulai terlihat dampak lainnya yaitu
pada perubahan gaya hidup masyarakat yang terkait dengan perilaku membeli
masyarakat yang semakin meningkat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keberadaan mal dengan segala fasilitas yang ditawarkan mampu menarik
masyarakat untuk selalu mengunjungi sehingga membuat mal tidak pernah sepi
pengunjung setiap harinya. Tujuan pengunjungpun beraneka ragam mulai dari
yang berniat belanja hingga pengunjung yang sekedar mencari kesenangan. Mal
seringkali dijadikan sebagai salah satu alternatif tempat berlibur melepas
kepenatan beraktivitas. Kondisi mal yang memberikan kenyamanan, terkadang
membuat pengunjung terdorong untuk melakukan pembelian. Banyak dijumpai
pengunjung yang pada awalnya tidak berencana untuk melakukan pembelian,
namun secara tidak disadari pada akhirnya melakukan pembelian. Hal ini tentunya
bertentangan dengan paradigma manusia ekonomi rasional yang melakukan
pembelian berdasarkan sebuah perencanaan dan pertimbangan yang matang.
Menurut Semuel (2007), pada umumnya pembelian yang dilakukan
pelanggan dalam pasar modern seperti supermarket atau hipermarket, tidak
semuanya direncanakan. Sebesar 65% keputusan pembelian dilakukan di dalam
toko dengan lebih dari 50% (dari 65% keputusan pembelian di dalam toko)
merupakan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya. Loudon dan Bitta
(1993) mengemukakan bahwa setiap orang ketika berada di pusat perbelanjaan
dengan segala kenyamanan yang ada memiliki kecenderungan untuk melakukan
pembelian tanpa sebuah perencanaan, sedikitnya satu produk dibeli tanpa
perencanaan (unplanned purchase) dan hal ini dikenal dengan impulsive buying
tendency atau kecenderungan pembelian impulsif.
Menurut Mowen dan Minor (2001) kecenderungan pembelian impulsif
merupakan kecenderungan untuk melakukan pembelian tanpa memiliki niat untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membeli sebelumnya. Pembelian melibatkan keadaan afektif yang kuat sehingga
membuat para konsumen berperilaku otomatis dengan menjalankan sedikit
pengendalian intelektual atas tindakan membeli yang dilakukan. Pilihan keputusan
untuk membeli dibuat pada saat itu juga karena perasaan positif yang sangat kuat
mengenai suatu benda. Keadaan afektif langsung menuju pada perilaku membeli
tanpa membentuk kepercayaan ataupun berpikir matang dahulu sebelum
membelinya. Konsumen menekan pemikirannya karena dapat mengurangi
perasaan dan menghambat tindakan untuk membeli.
Kecenderungan
pembelian
impulsif
merupakan
suatu
fenomena
psikoekonomik yang banyak melanda kehidupan masyarakat tidak terkecuali para
remaja putri. Tambunan (2001) menjelaskan bahwa remaja, terutama yang tinggal
di perkotaan dengan segala fasilitas yang tersedia, yang sebenarnya belum
memiliki kemampuan secara finansial sering dijadikan target pemasaran oleh para
produsen. Menurut Munandar (2001) alasan yang membuat remaja menjadi
segmen pasar yang sangat penting karena konsumen remaja memiliki ciri-ciri
yaitu: (a) remaja sangat mudah terpengaruh oleh rayuan penjual, (b) mudah
terbujuk iklan, (c) tidak berpikir hemat, (d) kurang realistis, romantis serta
impulsif. Berkaitan dengan ciri impulsif remaja, hasil penelitian Csikzentmihalyi
dan Larson (dalam Melati, dkk, 2007) menemukan bahwa remaja rata-rata
memerlukan waktu hanya 45 menit untuk mengubah mood senang luar biasa ke
sedih luar biasa. Perubahan mood yang cepat membuat remaja lebih mudah
terpengaruh oleh lingkungan belanja dan melakukan pembelian secara impulsif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil penelitian Ling dan Ling (dalam Semuel, 2007) menemukan bahwa
perempuan lebih cenderung memiliki perilaku pembelian impulsif dibandingkan
dengan laki-laki. Menurut Utami dan Sumaryono (2008) orientasi afektif yang
mendasari pembelian impulsif mengaitkan wanita sebagai figur pelaku yang
memiliki peluang terbesar untuk mewujudkan pembelian. Jika dibandingkan
dengan pria, wanita masih dipandang lebih mengutamakan sisi emosionalitas
daripada rasionalitas, sedangkan emosionalitas sangat relevan dengan konsep
pembelian impulsif. Menurut Loudon dan Bitta (1993) remaja putri cenderung
lebih impulsif dibandingkan remaja putra. Hal ini karena remaja putri lebih sering
membantu keluarganya berbelanja, baik untuk keperluan keluarga maupun untuk
kebutuhan dirinya sendiri, contohnya membeli kosmetik, cat rambut, alat-alat
kecantikan, pakaian dan makanan.
Remaja putri dalam proses mempresentasikan diri akan melakukan
pengelolaan kesan yaitu proses menseleksi dan mengontrol perilaku sesuai dengan
situasi dan harapan orang lain. Salah satu gaya mempresentasikan diri yang
dikemukakan oleh Dayaksini dan Hudaniah (2003) adalah pemantauan diri. Setiap
orang
tak
terkecuali
remaja
putri,
memiliki
perbedaan
dalam
cara
mempresentasikan diri. Ada yang lebih menyadari tentang kesan publik, ada juga
yang menggunakan presentasi diri strategik atau lebih menyukai pembenaran diri.
Menurut Snyder (1987) perbedaan ini berkaitan dengan suatu ciri sifat
kepribadian yang disebut pemantauan diri yaitu kecenderungan yang dimiliki
seseorang dalam mengatur perilakunya untuk menyesuaikan diri dengan tuntutantuntutan sosial. Brigham (dalam Dayaksini dan Hudaniah, 2003) menyatakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahwa pemantauan diri merupakan proses individu untuk mengadakan
pemantauan terhadap pengelolaan kesan yang telah dilakukannya.
Salah satu cara untuk memahami pemantauan diri adalah dengan melihat
perbedaan-perbedaan respons terhadap situasi sosial. Baron dan Byrne (2003)
secara spesifik memberikan istilah faktor eksternal bagi hal-hal yang menjadi
acuan tingkah laku dari orang-orang yang cenderung memiliki tingkat pemantauan
diri yang tinggi. Istilah tingkat pemantauan diri yang rendah diberikan kepada
individu yang menjadikan faktor internal sebagai acuan dalam bertingkah laku.
Baron dan Byrne (2003) juga menggunakan istilah bunglon sosial bagi individu
yang memiliki pemantauan diri tinggi dan istilah prinsipil bagi individu yang
memiliki pemantauan diri rendah. Individu yang memiliki pemantauan diri tinggi
akan berusaha menyesuaikan tingkah laku dan peran dalam kondisi yang ada
untuk memperoleh evaluasi positif. Individu dengan pemantauan diri yang rendah
akan menekankan pada menjadi diri sendiri dan mementingkan menunjukkan
perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai serta keyakinan dasarnya.
Dayaksini dan Hudaniah (2003) mengemukakan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Lippa bahwa individu yang memiliki pemantauan diri tinggi akan
mendapat keberuntungan dalam situasi sosial karena orang-orang akan
menganggapnya ramah, relaks dan tidak pemalu, dan individu dengan pemantauan
diri rendah akan cenderung lebih mudah dipercaya karena konsisten. Walaupun
demikian, Miller dan Thayer (dalam Baron dan Byrne, 2003) mengemukakan
bahwa orang-orang yang memiliki pemantauan diri ekstrem tinggi ataupun
ekstrem rendah lebih sering mengalami gangguan dan kurang mampu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyesuaikan diri dibandingkan orang-orang yang memiliki pemantauan diri
yang cukup. Hal ini menunjukkan bahwa pemantauan diri yang cukup (berada di
tengah) adalah yang secara sosial ideal.
Pemantauan diri ternyata tidak hanya berpengaruh pada perilaku sosial
seseorang, namun juga pada perilaku membeli. Seperti yang dikemukakan oleh
Choi, dkk (2000) bahwa perilaku konsumen yang memiliki pemantauan diri tinggi
ataupun rendah akan berbeda dalam perilaku membeli. Perbedaan tingkat
pemantauan diri membedakan individu dalam merespon petunjuk di area
penjualan. Menurut Snyder dan De Bono (dalam Choi, dkk, 2000) perbedaan ini
akan terlihat dalam hal mudah atau tidaknya individu terpengaruh dengan iklan
yang disajikan, apakah berorientasi pada keindahan sajian gambar atau pada
kualitasnya. Kontribusi pemantauan diri juga tampak dalam hal
kerelaan
membayar lebih untuk produk yang dipromosikan. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Djudiyah dan Hadipranata (2002) menyimpulkan bahwa adanya
kontribusi pemantauan diri terhadap pembelian impulsif pada remaja.
Selain meneliti hubungan antara pemantauan diri dengan kecenderungan
pembelian impulsif pada remaja putri, dalam penelitian ini juga melibatkan
variabel konformitas teman sebaya. Seperti yang dikemukakan oleh Priede dan
Ferrel (1995) bahwa kelompok referensi teman sebaya mempengaruhi keputusan
pembelian seseorang bergantung pada tingkat konformitas dan besarnya pengaruh
kelompok serta kekuatan keterlibatan remaja putri di dalam kelompok. Menurut
Desmita (2006) perkembangan kehidupan sosial remaja ditandai dengan gejala
meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan. Remaja akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
menunjukkan
digilib.uns.ac.id
originalitasnya
bersama-sama
dalam
hal
berpakaian,
berpenampilan, berdandan, gaya rambut, tingkah laku konsumen, perilaku
membeli, pertemuan dan pesta. Menurut Hurlock (1993), oleh karena remaja lebih
banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai
kelompok, maka pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat,
penampilan dan perilaku membeli terkadang lebih besar daripada pengaruh
keluarga. Remaja juga cenderung akan masuk ke dalam kelompok yang memiliki
minat dan nilai yang sama serta akan melakukan apapun agar dimasukkan dan
diterima sebagai anggota kelompok dari teman sebayanya.
Remaja yang telah menjadi anggota kelompok teman sebaya akan
menyesuaikan diri dengan norma dan aturan yang sudah terbentuk. Penyesuaian
diri remaja akan semakin kuat jika ada ketergantungan antara remaja dengan
anggota kelompok lainnya. Menurut Sears, dkk (1994) penyesuaian diri yang kuat
terhadap kelompok mengakibatkan remaja cenderung melakukan konformitas
terhadap kelompok teman sebayanya. Konformitas merupakan satu tuntutan yang
tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap anggotanya namun memiliki
pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya perilaku-perilaku
tertentu. Santrock (2007) mengemukakan bahwa konformitas muncul ketika
individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang
nyata maupun yang dibayangkan. Konformitas dapat berdampak positif misalnya
dalam hal melakukan kegiatan sosial maupun berdampak negatif seperti merokok,
tawuran dan sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Konformitas dalam hal perilaku pembelian cenderung lebih identik pada
remaja putri dibandingkan pada remaja putra. Tambunan (2001) mengatakan
bahwa kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan
teman lainnya
menyebabkan remaja putri berusaha untuk mengikuti dan menyesuaikan diri
dengan atribut yang sedang mode diantara anggota kelompok sebayanya. Selain
itu hasil penelitian Rice (dalam Zebua dan Nurdjayadi, 2001) menunjukkan bahwa
remaja putri lebih konform dibandingkan remaja putra karena menurut Lina dan
Rosyid (1997) remaja putri lebih mudah dipengaruhi.
Hurlock (1993) menyebutkan bahwa konformitas akan semakin tinggi
apabila dalam kelompok tersebut anggota-anggotanya melakukan hal yang sama
termasuk dalam bersama-sama membeli suatu produk. Menurut Sumarwan (2003)
konsumen yang memiliki teman sebaya adalah tanda telah membina hubungan
sosial. Pendapat dan kesukaan teman sebaya seringkali mempengaruhi
pengambilan keputusan konsumen dalam memilih produk dan merek. Penelitian
yang dilakukan oleh Adelina (dalam Sumarwan, 2003) menunjukkan bahwa
sumber paling besar yang mempengaruhi pembelian dalam hal ini pembelian
bedak adalah teman sebesar 26%, media sebesar 19% dan majalah sebesar 15%.
Tampak dari penelitian Adelina tersebut bahwa teman memiliki kontribusi yang
paling besar dalam keputusan untuk membeli.
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama ini memperlihatkan
bahwa remaja putri yang berkunjung ke pusat perbelanjaan khususnya ke mal
kebanyakan datang bersama dengan teman-teman sebayanya. Hal ini sejalan
dengan hasil survey yang dilakukan oleh CSI (Consumer Survey Indonesia) pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Februari tahun 2010
yang menunjukkan bahwa selama berkunjung ke mal,
pengunjung paling banyak pergi bersama temannya (51%), keluarga (39%) dan
sendirian (10%). Sesuai hasil survey tersebut tampak bahwa belanja bersama
teman yang memiliki persentase paling besar. Menurut Mowen dan Minor (2001)
apabila seorang konsumen melakukan pembelian sendirian, maka konsumen
cenderung melakukan pembelian yang direncanakan. Sebaliknya, apabila
konsumen melakukan pembelian dengan kelompok, maka cenderung akan
menyimpang dari pembelian yang direncanakan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang hubungan antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya
dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan positif antara pemantauan diri dan konformitas
teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja
putri ?
2. Apakah
ada
hubungan
positif
antara
pemantauan
diri
dengan
kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri ?
3. Apakah ada hubungan positif antara konformitas teman sebaya dengan
kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri ?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan positif antara pemantauan diri dan
konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada
remaja putri.
2. Untuk mengetahui hubungan positif antara pemantauan diri dengan
kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri.
3. Untuk mengetahui hubungan positif antara konformitas teman sebaya
dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengertian
kepada remaja putri tentang dampak dari pembelian impulsif.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengertian
kepada remaja putri pentingnya pemantauan diri.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengertian
kepada remaja putri tentang beberapa hal yang mempengaruhi
perilaku pembelian.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Remaja Putri
1) Memberikan masukan kepada remaja putri cara merencanakan
pembelian yang sesuai dengan kebutuhan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi remaja
putri cara pengelolaan pemantauan diri yang positif.
3) Memberikan pengertian kepada remaja putri tentang cara
berkelompok sebaya yang positif.
b. Bagi Orang Tua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
para orang tua cara mengarahkan putrinya agar melakukan
pembelian yang sesuai dengan kebutuhan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecenderungan Pembelian Impulsif
1. Pengertian Kecenderungan Pembelian Impulsif
Menurut Rook (1987) kecenderungan pembelian impulsif merupakan
kecenderungan untuk melakukan pembelian secara impulsif yaitu pembelian yang
terjadi ketika seorang individu mengalami desakan yang tiba-tiba, biasanya kuat
dan menetap untuk membeli sesuatu dengan segera. Impuls untuk membeli ini
kompleks secara hedonik, merangsang konflik emosional dan cenderung terjadi
dengan perhatian yang berkurang pada akibatnya. Pembelian impulsif dilakukan
tanpa perencanaan dan dipicu secara spontan pada saat berhadapan dengan produk
serta diiringi dengan perasaan yang menyenangkan dan penuh gairah. Seorang
individu cenderung merespon secara cepat terhadap stimulus yang diberikan tanpa
melakukan evaluasi terhadap konsekuensi yang akan terjadi setelah membeli.
Engel, dkk (1995) mendefinisikan kecenderungan pembelian impulsif atau
yang disebut juga dengan istilah unplanned purchase sebagai kecenderungan
untuk melakukan pembelian yang tidak terencana yaitu konsumen membeli
produk tanpa direncanakan terlebih dahulu sebelumnya, keinginan yang kuat baru
muncul ketika di mal atau di toko karena secara tiba-tiba konsumen merasakan
kebutuhan yang mendesak untuk membeli suatu produk yang ditawarkan.
Menurut Rook dan Hoch (dalam Mowen dan Minor, 2001) kecenderungan
pembelian impulsif merupakan tindakan membeli yang dilakukan tanpa memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
niat untuk membeli sebelumnya yang terbentuk sebelum memasuki toko, pilihan
dibuat pada saat itu juga karena perasaan positif yang kuat mengenai suatu benda.
Pembelian melibatkan keadaan afektif yang kuat sehingga membuat para
konsumen berperilaku secara agak otomatis dengan menjalankan sedikit
pengendalian intelektual.
Herabadi (2003) mengemukakan bahwa pembelian impulsif dianggap
sebagai perilaku pembelian yang irasional berdasarkan pengamatan bahwa
konsumen bisa tetap melakukan pembelian walaupun sudah menyadari
sebelumnya akan kemungkinan merasakan penyesalan kelak. Ada dua komponen
utama dari kecenderungan pembelian impulsif yaitu komponen kognitif dan
komponen afektif. Komponen kognitif menjelaskan bahwa seseorang hanya
sekedar memikirkan saja untuk memiliki kecenderungan membeli secara impulsif
yang berkaitan dengan kurangnya perencanaan serta unsur ketidaksengajaan.
Sementara
komponen
afektif
dalam
kecenderungan
pembelian
impulsif
menunjukkan sudah ada unsur penilaian dan pemilihan secara subjektif pada
konsumen yang melibatkan perasaan sukacita, bergairah dan tanpa memikirkan
akibat yang akan terjadi nantinya.
Menurut Istijanto (2005) kecenderungan pembelian impulsif adalah
kecenderungan berbelanja tanpa melakukan perencanaan sehingga pembelian
yang dilakukan lebih terdorong oleh spontanitas atau ketertarikan yang muncul
secara
langsung
begitu
melihat
suatu
produk.
Menurut
Yani
(2005)
kecenderungan pembelian impulsif merupakan kecenderungan untuk mengalami
dorongan yang kuat untuk membuat pembelian pada point of purchase dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kecenderungan untuk bertindak berdasarkan dorongan untuk membeli tanpa
adanya atau hanya dengan sedikit pertimbangan dan evaluasi terhadap
konsekuensi.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa kecenderungan pembelian impulsif merupakan
kecenderungan yang dimiliki oleh seorang individu untuk melakukan pembelian
secara impulsif yaitu pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya, terjadi
secara spontan disertai dorongan yang kuat untuk membeli produk, melibatkan
pengendalian afektif yang kuat dengan sedikit pengendalian kognitif sehingga
tidak memperhatikan konsekuensi yang akan terjadi setelah pembelian terjadi.
2. Aspek-Aspek Kecenderungan Pembelian Impulsif
Aspek-aspek kecenderungan pembelian impulsif menurut Rook (1987),
terdiri dari empat aspek yang meliputi:
a. Spontanitas.
Pembelian ini terjadi secara spontan, tidak diharapkan dan tidak
direncanakan sebelumnya, memotivasi konsumen untuk membeli sekarang
juga dan sering sebagai respons terhadap stimulasi visual yang langsung di
tempat penjualan.
b. Kekuatan impuls
Adanya motivasi untuk mengesampingkan semua yang lain dan bertindak
dengan seketika. Konsumen merasakan desakan yang tiba-tiba dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mendesak untuk membeli suatu produk dan sering disertai dengan emosi
yang dicirikan sebagai menggairahkan.
c. Adanya stimulasi lingkungan
Kondisi lingkungan yang membuat para konsumen melakukan pembelian
dengan segera dan tanpa banyak berpikir lagi.
d. Kurang peduli dengan konsekuensi
Konsumen mengalami desakan untuk membeli yang sangat kuat dan sulit
untuk ditolak sehingga konsekuensi negatif yang mungkin terjadi setelah
melakukan pembelian cenderung diabaikan.
Menurut Loudon dan Bitta (1993) ada lima elemen kecenderungan
pembelian impulsif yaitu sebagai berikut:
a. Konsumen merasakan adanya suatu dorongan yang datang secara tibatiba dan spontan untuk melakukan suatu tindakan yang berbeda dengan
tingkah laku sebelumnya.
b. Dorongan
yang
tiba-tiba
untuk
melakukan
suatu
pembelian
menempatkan konsumen dalam keadaan ketidakseimbangan secara
psikologis dan untuk sementara waktu konsumen merasa kehilangan
kendali.
c. Konsumen selanjutnya akan mengalami konflik psikologis dan
berusaha untuk menimbang antara pemuasan kebutuhan langsung dan
konsekuensi jangka panjang dari pembelian.
d. Konsumen kemudian akan mengurangi evaluasi kognitif dari produk.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Konsumen pada akhirnya seringkali membeli secara impulsif tanpa
memperhatikan konsekuensi yang akan datang yaitu akibat yang akan
ditimbulkan setelah pembelian dilakukan.
Menurut Herabadi (2003) kecenderungan pembelian impulsif memiliki
dua komponen yang meliputi:
a. Komponen kognitif
Yaitu seseorang hanya sekedar memikirkan saja untuk memiliki
kecenderungan membeli secara impulsif yang berkaitan dengan kurangnya
perencanaan serta unsur ketidaksengajaan dalam melakukan pembelian.
b. Komponen afektif
Yaitu seseorang sudah menunjukkan unsur penilaian dan pemilihan secara
subjektif yang berkaitan dengan adanya dorongan untuk membeli yang
tiba-tiba, ketertarikan yang begitu kuat untuk membeli, perasaan sukacita
dan bergairah untuk membeli serta kurang memperdulikan konsekuensi
dan penyesalan setelah melakukan pembelian.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menyimpulkan aspek-aspek
kecenderungan pembelian impulsif yang mengacu pada aspek-aspek yang
dikemukakan oleh Rook (1987) sebagai dasar teori tentang pembelian impulsif.
Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa aspek-aspek kecenderungan pembelian
impulsif yaitu sebagai berikut: aspek spontanitas yaitu pembelian yang dilakukan
sebenarnya tidak diharapkan dan tidak direncanakan sebelumnya, memotivasi
konsumen untuk membeli sekarang juga dan sering sebagai respons terhadap
stimulasi visual yang langsung di tempat penjualan; aspek kekuatan impuls yaitu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengalami desakan kuat yang tidak dapat ditolak serta diiringi perasaan yang
menggairahkan; aspek stimulasi dari lingkungan yang dan aspek ketidakpedulian
akan akibat dan konsekuensi yang terjadi nantinya.
3. Tipe-Tipe Pembelian Impulsif
Ada empat tipe pembelian impulsif yang dikemukakan oleh Loudon dan
Bitta (1993) , yang meliputi:
a. Pure Impulse (pembelian impulsif murni)
Pada pembelian impulsif murni seorang individu merasakan dorongan
sangat kuat untuk membeli produk yang baru, mencari variasi produk yang
baru, atau melakukan pembelian terhadap produk di luar kebiasaan
pembeliannya yaitu seseorang menghentikan pola pembelian normal yang
biasa dilakukan.
b. Suggestion Impulse (pembelian impulsif yang timbul karena sugesti)
Dorongan untuk membeli yang dialami oleh seorang individu didasarkan
karena adanya stimulus pada toko (tempat penjualan) dan didukung pula
dengan pemberian saran serta masukan baik dari penjual, sales promotion,
pramuniaga, maupun teman-teman lainnya.
c. Reminder Impulse (pembelian impulsif karena pengalaman masa lampau)
Pada pembelian ini seseorang merasakan adanya dorongan untuk segera
membeli yang muncul pada saat melihat barang yang dipajang pada rak
toko, display atau secara tiba-tiba teringat iklan dan informasi lainnya
tentang suatu produk.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Planned Impulse (pembelian impulsif yang direncanakan)
Merupakan pembelian impulsif yang terjadi apabila kondisi penjualan
tertentu diberikan pada konsumen. Dorongan berupa intensi membeli
berdasarkan harga khusus, kupon, diskon dan lain sebagainya tanpa
merencanakan produk yang akan dibelinya.
Selanjutnya menurut Ma’ruf (2006), ada tiga tipe pembelian impulsif yaitu
sebagai berikut:
1. Pembelian tanpa rencana sama sekali
Konsumen belum punya rencana apapun terhadap pembelian suatu barang
dan membeli barang begitu saja setelah melihat.
2. Pembelian yang setengah direncanakan
Konsumen sudah ada rencana membeli suatu barang tapi tidak punya
rencana merek, jenis ataupun berat dan membeli barang begitu melihat
barang tersebut.
3. Barang pengganti yang tidak direncanakan
Konsumen sudah berniat membeli suatu barang dengan merek tertentu dan
membeli barang yang dimaksud tapi dari merek lain.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
disimpullkan tipe-tipe pembelian impulsif yaitu: tipe pembelian menurut
Loudon dan Bitta (1993) yaitu pembelian impulsif murni, pembelian impulsif
yang timbul karena sugesti, pembelian impulsif karena pengalaman masa
lampau dan pembelian impulsif yang direncanakan, sedangkan tipe pembelian
impulsif menurut Ma’ruf (2006) yang meliputi: pembelian tanpa rencana sama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sekali, pembelian yang setengah direncanakan dan barang pengganti yang
tidak direncanakan.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Pembelian Impulsif
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembelian
sevara impulsif. Menurut Loudon dan Bitta (1993) faktor-faktor yang
mempengaruhi pembelian impulsif, meliputi:
a. Karakteristik produk
Adapun karakteristik produk yang dapat mempengaruhi seseorang untuk
melakukan pembelian impulsif, yaitu:
1)
Produk yang memiliki harga murah akan membuat seseorang tidak
berpikir matang dalam mengambil keputusan untuk membeli.
2)
Konsumen merasakan adanya sedikit kebutuhan terhadap produk
yang dilihatnya kemudian memutuskan untuk membelinya.
3)
Produk- produk yang memiliki siklus kehidupan yang biasanya
pendek atau cepat habis.
4)
Ukuran produk yang kecil dan ringan sehingga mudah dibawa.
5)
Produk yang mudah disimpan.
b. Faktor pemasaran
Cara-cara yang digunakan oleh para pemasar dalam mempromosikan dan
mendistribusikan produk dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan
pembelian impulsif. Adapun faktor-faktor tersebut diantaranya: distribusi dalam
jumlah banyak, outlet dengan model self service yaitu pelayanan sendiri, promosi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan iklan melalui media massa yang sugestibel dan terus menerus, iklan-iklan
di titik penjualan, posisi display dan lokasi toko yang strategis dan lokasi yang
menonjol sehingga mudah untuk ditemukan pembeli.
c. Karakteristik konsumen
Adapun karakteristik konsumen yang dapat mempengaruhi seseorang
memiliki kecenderungan pembelian impulsif, yaitu:
1) Kepribadian konsumen
Kepribadian berkaitan dengan adanya perbedaan karakteristik yang
paling dalam diri manusia yang menggambarkan ciri unik dari masingmasing individu sehingga setiap orang berbeda. Pemasar yang telah
mengetahui kepribadian konsumennya dapat memilih cara komunikasi dan
promosi yang cocok dengan kepribadian konsumen, termasuk dalam
membidik pola pembelian impulsif. Herabadi, dkk (2009) mengemukakan
bahwa kecenderungan belanja impulsif adalah trait konsumen yang
berakar pada kepribadian seseorang.
2) Demografis dalam hal ini meliputi:
a. Gender
Beberapa
tokoh
mengemukakan
bahwa
perempuan
memiliki
kecenderungan pembelian impulsif yang lebih besar dibandingkan
dengan laki-laki. Seperti menurut Loudon dan Bitta (1993) remaja
putri cenderung lebih impulsif dibandingkan remaja putra, selanjutnya
menurut Kartajaya (2007) wanita adalah sasaran dalam membidik
pasar pembelian impulsif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Usia
Perbedaan usia mempengaruhi pola pembelian seseorang termasuk
dalam hal kecenderungan pembelian impulsif. Menurut Kartajaya
(2007) anak-anak adalah sasaran paling empuk dalam membidik pasar
pembelian impulsif, sedangkan menurut Hoyer dan Macinnis (2008)
remaja sebagai usia pembelian impulsif karena remaja dikenal sebagai
konsumen yang sangat dapat menyesuaikan diri dan sangat memuja
penampilannya.
c. Status perkawinan
Sudarto (dalam Suyasa dan Fransisca, 2005) mengemukakan bahwa
terdapat perbedaan pola pembelian antara perempuan yang belum dan
perempuan yang sudah menikah. Perempuan yang belum menikah
mengkonsumsi lebih banyak dalam hal penampilan sehingga
pengeluarannya lebih banyak. Hal ini karena perempuan yang belum
menikah tidak terlalu bertanggung jawab terhadap pengeluaran
keluarga.
d. Pendidikan dan pekerjaan
Pendidikan seseorang mempengaruhi pekerjaan dan pendapatan yang
akan diterima sehingga pola pembelian juga terpengaruh. Pendapatan
yang besar membuat seseorang lebih memiliki kecenderungan
pembelian impulsif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Karakteristik sosio-ekonomi
Kondisi ekonomi dapat mempengaruhi seseorang untuk memiliki
kecenderungan pembelian impulsif. Seseorang dengan kondisi ekonomi
yang baik dan kelas sosial yang tinggi cenderung lebih impulsif dalam
belanja dibandingkan dengan seseorang yang kondisi ekonomi lemah.
Menurut Solomon (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian
impulsif, diantaranya meliputi:
a. Konsumen tidak terbiasa dengan tata ruang toko.
b. Konsumen berada di bawah tekanan waktu.
c. Konsumen teringat untuk membeli sesuatu saat melihat produk
tersebut pada rak toko.
Menurut Kartajaya (2007), beberapa hal yang menyebabkan pembeli
melakukan pembelian impulsif:
a. Pembeli terpengaruh paparan iklan yang ditonton sebelumnya.
b. Timbulnya hasrat untuk mencoba-coba barang yang baru.
c. Pembeli tertarik dengan kemasan yang atraktif, display yang
menonjol, harga yang murah dan bujukan sales promotion.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi seseorang memiliki kecenderungan untuk melakukan
pembelian secara impulsif yaitu: karakteristik produk, faktor pemasaran,
karakteristik konsumen, tidak terbiasa dengan kondisi toko, terburu-buru, tiba-tiba
teringat, terpengaruh iklan, keinginan mencoba produk baru dan tertarik faktor
situasi di lingkungan belanja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Pemantauan Diri
1. Pengertian Pemantauan Diri
Konsep pemantauan diri pertama kali diperkenalkan oleh Snyder (1974)
untuk menjelaskan perbedaan yang dimiliki oleh seseorang dalam memantau dan
mengendalikan perilaku yang ditampilkan. Menurut Snyder (1974) pemantauan
diri berkaitan dengan usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memantau,
menyesuaikan dan mengendalikan tingkah lakunya berdasarkan pada bagaimana
orang lain mempersepsikan. Pemantauan diri melibatkan pertimbangan ketepatan
dan kelayakan sosial, perhatian terhadap informasi perbandingan sosial,
kemampuan untuk mengendalikan dan memodifikasi diri serta fleksibilitas
penggunaan kemampuan ini dalam situasi – situasi tertentu. Snyder (1974) juga
mengemukakan tujuan seseorang melakukan pemantauan diri yaitu untuk
mengkomunikasikan keadaan emosional yang sebenarnya maupun keadaan
emosional yang berubah-ubah atau untuk menyembunyikan keadaan emosional
yang tidak tepat. Pemantauan diri sebagai tingkatan individu dalam mengatur
presentasi diri ketika berinteraksi sosial dengan orang lain.
Pada tahun 1986, Snyder dan Gangestad kembali mengembangkan konsep
pemantauan diri yang dihubungkan dengan pengaturan kesan dan pengaturan diri.
Pemantauan diri menitikberatkan perhatian pada kontrol diri individu untuk
memanipulasi citra dan kesan orang lain tentang dirinya dalam melakukan
interaksi sosial guna menyesuaikan diri pada berbagai situasi sosial yang dihadapi.
Selanjutnya menurut Djudiyah dan Hadipranata (2002) pemantauan diri
merupakan kemampuan individu untuk mengontrol dan mengelola diri dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
cara mengamati dan membaca petunjuk-petunjuk sosial yang dijadikan dasar
untuk merencanakan, membentuk dan mengarahkan pilihan perilakunya dengan
tujuan untuk memanipulasi kesan dan citra orang lain tentang dirinya dalam
rangka mempresentasikan diri ketika berinteraksi sosial.
Feldman (2004) mendefinisikan pemantauan diri sebagai pengaturan
tingkah laku seseorang ketika berhadapan dengan tuntutan harapan orang lain
dalam situasi sosial. Menurut Worchel (dalam Dayaksini & Hudaniah, 2003)
pemantauan diri adalah menyesuaikan perilaku terhadap norma-norma situasional
dan harapan-harapan dari orang lain. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Baron
dan Byrne (2004) yang mendefinisikan pemantauan diri sebagai kecenderungan
seseorang untuk mengatur tingkah laku berdasarkan petunjuk eksternal seperti
bagaimana orang lain bereaksi atau berdasarkan petunjuk internal seperti
keyakinan dan sikap yang dimiliki seseorang. Menurut Myers (2009) pemantauan
diri adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk menyesuaikan diri dalam
mempresentasikan diri dan menyesuaikan kinerjanya dengan situasi sosial untuk
menciptakan kesan positif yang diinginkan dari orang lain.
Berdasarkan uraian beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pemantauan diri merupakan kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk
memantau, mengatur dan mengontrol tingkah laku yang ingin ditampilkan dalam
interaksi sosial dengan mengamati petunjuk-petunjuk sosial yang ada guna
menciptakan kesan khusus tentang dirinya sesuai dengan situasi sosial yang
dihadapi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Aspek-Aspek Pemantauan Diri
Menurut Snyder (1974) aspek-aspek pemantauan diri meliputi:
a. Kesesuaian lingkungan sosial dengan presentasi diri seorang individu yaitu
menyesuaikan peran seperti yang diharapkan orang lain dalam setiap
situasi sosial.
b. Memperhatikan informasi perbandingan sosial sebagai petunjuk dalam
mengekspresikan diri agar sesuai dengan situasi tertentu.
c. Kemampuan
mengontrol
dan
memodifikasi
presentasi
diri
yang
berhubungan dengan kemampuan untuk mengontrol dan mengubah
perilakunya.
d. Kesediaan
untuk
menggunakan
kemampuan
yang dimiliki
yaitu
kemampuan mengontrol dan memodifikasi presentasi diri pada situasisituasi khusus.
e. Kemampuan membentuk tingkah laku ekspresi dan presentasi diri pada
situasi yang berbeda-beda agar sesuai dengan situasi di lingkungan sosial.
Selanjutnya aspek-aspek pemantauan diri hasil perkembangan teori yang
dilakukan oleh Snyder dan Gangestad (1986) meliputi:
a. Aspek social stage presence
Berhubungan dengan kemampuan individu untuk bertingkah laku yang
sesuai dengan situasi yang dihadapi, kemampuan untuk mengubah-ubah
tingkah laku dan kemampuan untuk menarik perhatian sosial.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Aspek other directedness
Berhubungan dengan kemampuan individu untuk memainkan peran seperti
yang diharapkan oleh orang lain dalam suatu situasi sosial, kemampuan
untuk menyenangkan orang lain dan kemampuan untuk tanggap terhadap
situasi yang dihadapi.
c. Aspek expressive self control
Berhubungan dengan kemampuan individu untuk secara aktif mengontrol
tingkah laku ekspresif yang ditampilkan. Individu yang memiliki
pemantauan diri yang tinggi akan mengontrol tingkah lakunya agar terlihat
baik di depan orang lain.
Aspek-aspek pemantauan diri menurut Djudiyah dan Hadipranata (2002)
meliputi dua aspek, yaitu:
a. Kemampuan untuk memonitor diri
Yaitu kemampuan individu untuk mengamati dan mengontrol ekspresi
perilaku serta presentasi diri untuk menyesuaikan diri dengan petunjukpetunjuk sosial yang ada.
b. Sensivitas untuk memonitor diri
Yaitu lebih sensitif dan menaruh perhatian yang lebih pada petunjukpetunjuk sosial yang ada guna menampilkan perilaku yang tepat dan untuk
memodifikasi presentasi diri agar dapat mengatur kesan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan aspek-aspek
pemantauan diri yang dalam hal ini mengacu pada aspek-aspek yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikemukakan oleh Snyder dan Gangestad (1986), meliputi tiga aspek yaitu: aspek
social stage presence, aspek other directedness dan aspek expressive self control.
3. Tingkatan Pemantauan Diri
Berdasarkan teori pemantauan diri, ketika individu akan menyesuaikan diri
dengan situasi tententu, secara umum akan menggunakan banyak petunjuk yang
ada baik petunjuk internal yang berasal dari dalam dirinya maupun petunjuk
eksternal yang berasal dari luar dirinya. Snyder (1974) dan Baron dan Byrne
(2004) memberikan istilah pemantauan diri yang rendah untuk orang-orang yang
menggunakan petunjuk internal dalam bertingkah laku dan istilah pemantauan diri
yang tinggi untuk orang-orang yang menggunakan petunjuk eksternal dalam
bertingkah laku. Kedua tingkatan pemantauan diri yaitu rendah dan tinggi, akan
dijelaskan sebagai berikut:
a. Pemantauan diri yang rendah
Individu yang memiliki pemantauan diri yang rendah cenderung
mendasarkan tingkah lakunya sesuai dengan petunjuk internal. Lebih menaruh
perhatian pada perasaan sendiri dan kurang menaruh perhatian pada isyaratisyarat situasi yang dapat menunjukkan apakah tingkah lakunya sudah layak
atau belum. Individu dengan tingkat pemantauan diri yang rendah
menunjukkan tingkah laku yang konsisten karena mendasarkan tingkah
lakunya pada kepercayaan, sikap, minat dan nilai-nilai yang dianutnya serta
memegang teguh pendiriannya sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh
lingkungan sosial. Ketika menampilkan dirinya cenderung hanya didasarkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada apa yang diyakininya benar menurut dirinya sendiri. Individu dengan
pemantauan diri yang rendah kurang peka dengan hal-hal yang ada di
lingkungannya sehingga kurang memperhatikan tuntutan-tuntutan dari
lingkungan.
b. Pemantauan diri yang tinggi
Individu yang memiliki pemantauan diri yang tinggi cenderung
mendasarkan tingkah lakunya sesuai dengan petunjuk eksternal yaitu
kelompok, norma dan aturan-aturan sosial lainnya. Menititkberatkan pada apa
yang layak secara sosial dan menaruh perhatian pada bagaimana orang
berperilaku dalam situasi sosial. Menggunakan informasi sosial sebagai
pedoman untuk bertingkah laku dan menampilkan diri. Individu ini selalu
ingin menampilkan citra diri yang positif di hadapan orang lain. Selain itu
individu dengan pemantauan diri yang tinggi memiliki kecakapan dalam
merasakan
keinginan
dan
harapan
orang
lain,
terampil
ketika
mempresentasikan diri dalam situasi sosial yang berbeda-beda serta ahli dalam
memodifikasi perilaku untuk menyesuaikan dengan harapan orang lain.
Selanjutnya individu dengan pemantauan diri tinggi juga sangat sensitif
terhadap norma sosial dan berbagai situasi yang ada disekitarnya sehingga
dapat lebih mudah untuk dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Individu
dengan pemantauan diri yang tinggi akan melakukan analisis terhadap situasi
sosial dengan cara membandingkan dirinya dengan standar perilaku sosial dan
senantiasa berusaha untuk mengubah dirinya sesuai dengan situasi saat itu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain itu mereka biasanya memiliki banyak teman dan lebih terbuka
menerima evaluasi dari orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemantauan
diri dapat dikategorikan kedalam dua tingkatan yaitu pemantauan diri yang rendah
dengan menggunakan petunjuk internal dan pemantauan diri yang tinggi dengan
menggunakan petunjuk eksternal seperti ciri-ciri yang telah diuraikan di atas.
C. Konformitas Teman Sebaya
1. Pengertian Konformitas Teman Sebaya
Allan (dalam Kuppuswamy, 1990) mendefinisikan konformitas sebagai
perubahan perilaku seseorang karena hasil
pengaruh kelompok
dalam
meningkatkan kesesuaian antara individu dengan kelompok. Davidoff (1991)
menjelaskan konformitas sebagai perubahan perilaku dan sikap sebagai akibat
dari tekanan (nyata atau tidak nyata). Konformitas mengakibatkan kecocokan atau
kesesuaian antara individu dan kelompok. Menurut Kiesler dan Kiesler (dalam
Rakhmat, 1995) konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju
norma kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang nyata atau yang
dibayangkan.
Konformitas teman sebaya menurut Zebua dan Nurdjayadi (2001) adalah
satu tuntutan yang tidak tertulis dari anggota kelompok teman sebaya terhadap
anggotanya, namun memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan
munculnya perilaku-perilaku tertentu. Shaw dan Costanzo (dalam Garrison, 1975)
mengemukakan pengertian konformitas teman sebaya sebagai kecenderungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk melakukan tingkah laku yang sesuai dengan norma kelompok, yang
dilakukan untuk menghindari hukuman meskipun perilaku tersebut berbeda
dengan keyakinannya sendiri. Menurut Baron dan Byrne (2005) konformitas
merupakan suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap dan
tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial yang ada.
Chaplin (2006) mengartikan konformitas menjadi dua pengertian yaitu
kecenderungan untuk memperbolehkan satu tingkah laku seseorang dikuasai oleh
sikap dan pendapat yang sudah berlaku. Pengertian yang lain yaitu ciri
pembawaan kepribadian yang cenderung membiarkan sikap dan pendapat orang
lain untuk menguasai dirinya. Menurut King (2008) konformitas adalah
perubahan tingkah laku seseorang agar sama dengan standar kelompoknya
Myers (2009) mengemukakan konformitas sebagai perubahan perilaku dan
keyakinan agar sama dengan orang lain sebagai hasil tekanan kelompok secara
nyata atau hanya imajinasi. Taylor,dkk (2009) mengatakan bahwa konformitas
adalah secara sukarela melakukan tindakan karena orang lain juga melakukannya.
Menurut Cialdini dan Goldstein (dalam Taylor, dkk, 2009) konformitas adalah
tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku agar sesuai dengan perilaku
orang lain. Sarwono (2009) mendefinisikan konformitas sebagai kesesuaian antara
perilaku individu dengan perilaku kelompoknya atau perilaku individu dengan
harapan orang lain tentang perilakunya. Konformitas didasari oleh kesamaan
antara perilaku dengan perilaku atau antara perilaku dengan norma.
Berdasarkan uraian pengertian yang dipaparkan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa konformitas teman sebaya adalah usaha yang dilakukan oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
seseorang untuk bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang
ditentukan oleh kelompok teman sebayanya dengan tujuan agar diterima sebagai
anggota kelompok teman sebaya guna menghindari ketidaksamaan serta
penolakan.
2. Aspek-aspek Konformitas Teman Sebaya
Aspek-aspek konformitas teman sebaya menurut Sears,dkk (1994) yaitu:
a. Aspek Perilaku
Jika seorang individu sebagai anggota kelompok teman sebaya dihadapkan
pada suatu pendapat yang telah disepakati oleh anggota kelompok teman
sebaya lainnya maka perilaku individu tersebut akan cenderung lebih
menyesuaikan diri terhadap kelompoknya.
b. Aspek Penampilan
Individu akan berusaha mengikuti apa yang berlaku dalam kelompok
teman sebayanya karena enggan disebut sebagai individu yang
menyimpang atau terkucil.
c. Aspek Pandangan
Individu akan mulai mempertanyakan pandangan individu lain tentang
dirinya, sehingga individu tersebut harus mempunyai ciri khas sendiri baik
dari pandangan maupun perilaku.
Aspek-aspek konformitas menurut Baron dan Byrne (2005) yang dalam
hal ini mengacu pada konformitas terhadap teman sebaya, meliputi:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Aspek normatif (pengaruh normatif)
Merupakan penyesuaian diri dengan keinginan atau harapan orang lain
untuk memperoleh penerimaan. Individu akan menyesuaikan diri, memilih
untuk berperilaku ataupun mengikuti peran sesuai dengan keinginan
kelompok dengan tujuan untuk mencapai penerimaan dan menghindari
penolakan. Selanjutnya individu berusaha untuk memenuhi standar
kelompok yang telah ditetapkan oleh seluruh anggota kelompok.
b. Aspek informatif (pengaruh informatif)
Merupakan penyesuaian individu ataupun keinginan individu untuk
memiliki pemikiran yang sama sebagai akibat dari adanya pengaruh
menerima pendapat maupun pemikiran kelompok untuk mendapatkan
pandangan yang akurat guna mengurangi ketidakpastian. Individu
cenderung untuk menerima pendapat, ide, sesuai dengan keinginan dari
kelompok dan mengikuti apa yang menjadi pemikiran kelompok.
Selanjutnya individu dalam memberikan pendapat, pandangan maupun
penilaian selalu meminta pendapat lain dari kelompok.
Berdasarkan pemaparan aspek-aspek konformitas di atas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa aspek-aspek konformitas teman sebaya mengacu pada
aspek yang dikemukakan oleh Baron dan Byrne (2005) meliputi dua aspek yaitu
aspek normatif merupakan penyesuaian diri dengan keinginan atau harapan orang
lain untuk memperoleh penerimaan dan aspek informatif merupakan penyesuaian
individu ataupun keinginan individu untuk memiliki pemikiran yang sama sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akibat dari adanya pengaruh menerima pendapat maupun pemikiran kelompok
untuk mendapatkan pandangan yang akurat guna mengurangi ketidakpastian.
3. Bentuk-Bentuk Konformitas Teman Sebaya
Menurut Sutisna (2001) bentuk-bentuk konformitas yaitu:
a. Kerelaan
Merupakan persesuaian (konformitas) atas dasar kerelaan bahwa seseorang
menerima dan melakukan perubahan perilaku semata-mata atas maksud
baik pribadi terhadap kelompok dan tidak mendapat tekanan dari
kelompok.
b. Penerimaan pribadi
Persesuaian atas dasar penerimaan pribadi dimaksudkan sebagai
perubahan perilaku atau kepercayaan akibat adanya arahan dari kelompok.
Myers (2009) membagi bentuk-bentuk konformitas menjadi tiga, yaitu:
a. Compliance
Merupakan bentuk konformitas yang dilakukan individu dengan cara
mengubah perilakunya di depan publik agar sesuai dengan tekanan
kelompok, tetapi secara diam-diam tidak mengubah pendapat pribadinya.
Keseragaman perilaku yang ditunjukkan pada konformitas bentuk
compliance dilakukan individu untuk mendapat hadiah, pujian, rasa
penerimaan, serta menghindari hukuman dari kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Acceptance
Merupakan bentuk konformitas yang dilakukan individu dengan cara
menyamakan sikap, keyakinan pribadi, maupun perilakunya di depan
publik dengan norma atau tekanan kelompok. Perubahan perilaku dan
keyakinan terjadi apabila dirinya sungguh-sungguh percaya bahwa
kelompok memiliki opini atau perilaku yang benar.
c. Obedience
Bentuk konformitas yang dilakukan individu untuk mentaati dan
mematuhi permintaan orang lain untuk melakukan tingkah laku tertentu
karena adanya unsur power (kekuasaan).
Santrock (2003) membagi individu yang resisten terhadap konformitas ke
dalam dua kelompok, yaitu:
a. Nonkonformitas, muncul ketika individu mengetahui apa yang diharapkan
oleh orang-orang disekitarnya, tetapi individu tersebut tidak mengarahkan
perilakunya sesuai harapan kelompok.
b. Antikonformitas, muncul ketika individu bereaksi menolak terhadap
harapan kelompok dan dengan sengaja menjauh dari tindakan atau
kepercayaan yang dianut oleh kelompok.
Berdasarkan uraian tentang bentuk-bentuk konformitas yang telah
dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bentuk-bentuk konformitas yaitu
menurut Myers (2009) yaitu compliance, acceptance dan obedience, sedangkan
menurut Sutisna (2001) meliputi kerelaan dan penerimaan pribadi dan menurut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Santrock (2003) ada nonkonformitas dan antikonformitas yang merupakan
kelompok yang resisten.
D. Hubungan antara Pemantauan Diri dan Konformitas Teman Sebaya
dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif pada Remaja Putri
Remaja dengan segala karakteristik yang dimiliki sering dijadikan pangsa
pasar yang besar dan potensial bagi para produsen dan pemasar. Goni (dalam
Djudiyah, 2002) menyatakan bahwa remaja terutama yang berada di kota-kota
besar di Indonesia dan terutama perempuan sangat konsumtif. Menurut Zebua dan
Nurdjayadi (2001) remaja sering dijadikan target pemasaran berbagai produk
antara lain karena karakteristik remaja yang labil, spesifik dan mudah dipengaruhi
sehingga dapat mendorong munculnya perilaku membeli yang tidak wajar seperti
melakukan pembelian produk yang tidak direncanakan sebelumnya atau disebut
sebagai pembelian impulsif. Pada pembelian impulsif remaja memiliki perasaan
yang kuat dan positif terhadap suatu produk yang harus dibeli hingga akhirnya
konsumen memutuskan untuk membelinya (Mowen dan Minor, 2002). Proses
afektif yang muncul pada konsumen langsung menuju pada perilaku membeli
tanpa memikirkan dengan matang terlebih
dahulu
dan bahkan
tanpa
memperhitungkan konsekuensi yang akan diperoleh setelah pembelian dilakukan.
Kecenderungan pembelian impulsif lebih besar kemungkinan untuk terjadi
pada remaja putri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Djudiyah dan Hadipranata (2002) yang menunjukkan bahwa remaja putri
cenderung melakukan pembelian impulsif lebih tinggi dibandingkan remaja putra.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada tahapan pencarian identitas diri, remaja putri akan berusaha untuk
mencapainya dan para produsen siap menawarkan beragam produk untuk
membentuk dan melengkapi identitas diri remaja putri. Perhatian yang besar
terhadap diri sendiri merupakan minat yang kuat pada remaja putri. Perhatian ini
ditunjukkan melalui kekhawatiran dan perilaku membeli remaja putri terhadap
barang-barang yang dapat merawat diri dan pakaian. Hurlock (1993) mengatakan
bahwa penampilan yang menarik dan ideal merupakan idaman bagi para remaja
putri. Hal ini karena remaja putri menyadari bahwasannya dalam kehidupan
bermasyarakat, individu yang menarik akan diperlakukan dengan lebih baik
daripada yang kurang menarik. Hal inilah yang kemudian mendorong para remaja
putri untuk melakukan berbagai usaha dalam menampilkan dirinya seperti yang
diharapkan orang lain. Usaha yang dilakukan oleh remaja putri untuk
menyesuaikan tingkah laku dan penampilannya berdasarkan pada apa yang orang
lain harapkan inilah yang berkaitan dengan pemantauan diri yang dimiliki.
Menurut Snyder (2000) pemantauan diri merupakan keterampilan individu
untuk mempresentasikan diri dan menyadari tentang bagaimana menampilkan
dirinya pada orang lain. Pemantauan diri dapat mempengaruhi perilaku pembelian
pada remaja putri yang berhubungan dengan tingkat ketertarikan untuk terus
memelihara penampilan luarnya melalui berbagai produk yang dijual. Remaja
putri akan mengkonsumsi produk-produk yang dapat menunjang penampilan
dalam rangka mempresentasikan diri pada orang lain seperti produk pakaian, tas,
sepatu, aksesoris, kosmetik, majalah dan produk-produk lainnya. Remaja putri
akan selalu membuka mata pada informasi tren yang sedang berkembang dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
disukai oleh remaja sekarang. Browsing di internet, membaca majalah, melihat
iklan di televisi merupakan cara yang dilakukan oleh remaja putri untuk
mengetahui tren yang sedang berkembang sehingga dapat menyesuaikan
penampilannya. Djudiyah dan Hadipranata (2002) menjelaskan bahwa perhatian
dan kepekaan yang cukup besar akan mendorong remaja putri untuk melakukan
pembelian impulsif karena remaja putri selalu memantau produk atau merek yang
sedang tren dan cenderung beubah-ubah di pasaran. Para remaja akan membeli
produk dan merek yang akan mendukung kesan yang akan disampaikan pada
orang lain.
Pemantauan diri yang tinggi yang dimiliki oleh seorang remaja akan
membuat seorang remaja lebih menyesuaikan dirinya, menampilkan konformitas
yang tinggi berbeda dengan remaja dengan pemantauan diri dalam tingkatan yang
rendah. Menurut Zebua dan Nurdjayadi (2001), salah satu faktor lainnya yang
mempengaruhi perilaku membeli remaja adalah konformitas teman sebaya.
Hurlock (1993) mengatakan bahwa kelompok teman sebaya memberikan sebuah
dunia, tempat remaja dapat melakukan sosialisasi dalam suasana dimana nilainilai yang diletakkan bukan oleh orang dewasa melainkan oleh teman-teman
seusianya. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul
dengan teman-teman sebaya. Remaja mulai belajar mengekspresikan perasaanperasaan dengan cara yang lebih matang dan berusaha memperoleh kebebasan
emosional dengan cara menggabungkan diri dengan teman sebaya. Kelompok
teman sebaya merupakan kelompok acuan bagi seorang remaja untuk
mengidentifikasikan dirinya dan untuk mengikuti standar kelompok sejak seorang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
remaja menjadi bagian dari kelompok teman sebaya. Yusuf (2004) menjelaskan
bahwa pada masa remaja berkembang sikap konformitas teman sebaya yaitu
kecenderungan remaja untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai,
kebiasaan, hobby atau keinginan teman sebaya.
Perilaku konsumen adalah soal keputusan (Sumarwan, 2003). Bagi para
pemasar yang terpenting adalah bagaimana konsumen sampai pada keputusan
untuk melakukan pembelian. Berkaitan dengan konformitas teman sebaya, Sears
dkk (1994) menyatakan bahwa ketaatan remaja terhadap norma kelompok,
kepercayaan
yang
besar
terhadap
kelompok,
perasaan
takut
terhadap
penyimpangan norma kelompok dan perasaan takut jika mendapat celaan dari
lingkungan sosialnya mendukung remaja untuk melakukan konformitas yang
tinggi. Anggota kelompok akan melakukan hal yang sama termasuk dalam
kegiatan belanja, remaja putri akan bersama-sama membeli suatu produk. Para
remaja putri ikut teman sebayanya melakukan pembelian karena tingginya
konformitas terhadap teman sebaya yang dimilikinya. Remaja putri akan membeli
produk-produk yang sama dengan teman lainnya agar semakin diterima sebagai
anggota kelompok teman sebaya. Biasanya pembelian yang dilakukan bersama
teman-teman sebaya ini tidak direncanakan sebelumnya, keputusan untuk
membeli diambil pada saat melihat produk yang dianggap menarik dan hal inilah
yang merupakan kecenderungan pembelian impulsif.
Berdasarkan uraian pemaparan di atas, tampak bahwa pemantauan diri dan
konformitas teman sebaya secara bersama-sama mampu mempengaruhi remaja
putri untuk memiliki kecenderungan pembelian impulsif. Kecenderungan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melakukan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya baik karena ingin
selalu menampilkan diri agar sesuai dengan harapan orang lain yang berkaitan
dengan pemantauan diri maupun karena tingginya tingkat konformitas teman
sebaya yang dimiliki sehingga timbul keseragaman pemakaian produk yang sama
dikalangan teman sebaya.
E. Hubungan antara Pemantauan diri dengan Kecenderungan Pembelian
Impulsif pada Remaja Putri
Menurut Armando (2003) para remaja (terutama remaja putri Indonesia)
merupakan target pasar yang sangat potensial. Ada tiga alasannnya, pertama
remaja putri merupakan konsumen langsung artinya remaja putri dianggap
memiliki sejumlah uang yang didapat dari orang tuanya untuk kemudian
dibelanjakan. Kedua, remaja putri merupakan pembujuk yang hebat dilingkungan
manapun terutama keluarga,
dan alasan ketiga adalah remaja putri sebagai
konsumen masa depan yang sejalan dengan waktu nantinya akan memiliki
penghasilan sendiri. Hal ini membuat remaja putri menjadi terbiasa untuk
melakukan pembelian baik itu pembelian yang direncanakan sebelumnya dengan
matang maupun pembelian yang tidak direncanakan atau disebut pembelian
impulsif. Zaman modern seperti sekarang ini berbagai macam produk ditawarkan
kepada remaja putri. Produk-produk tersebut bukan hanya barang yang dapat
memenuhi kebutuhan namun juga produk yang dapat memuaskan kesenangan
para remaja. Informasi mengenai produk baik melalui iklan, promosi langsung
maupun penjualan langsung berkembang semakin bervariasi dan menggunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
teknologi yang canggih sehingga memudahkan konsumen untuk melakukan
transaksi pembelian.
Sebagian besar sasaran utama iklan adalah remaja khususnya lebih banyak
remaja putri, mulai dari fashion, kosmetik, tas, aksesoris, majalah wanita dan
banyak produk lainnya. Semua produk-produk yang ditawarkan produsen tersebut
bertujuan untuk menunjang remaja putri dalam mempresentasikan diri agar
disukai oleh orang lain. Menurut Snyder (1974) pemantauan diri berkaitan dengan
bagaimana cara seseorang dalam mempresentasikan dirinya yang berkaitan
dengan penampilan diri. Perbedaan dalam pemantauan diri tidak hanya membuat
remaja putri berbeda dalam berperilaku sosial, namun juga dalam perilaku
pembelian. Seperti yang dikemukakan oleh O’Cass (2000) yang mengatakan
bahwa pemantauan diri tidak hanya berpengaruh pada perilaku sosial seseorang,
namun juga pada perilaku pembelian. Pemantauan diri dapat mempengaruhi
pembelian remaja yang berhubungan dengan tingkat ketertarikan untuk terus
memelihara penampilan luarnya.
Baron dan Byrne (2004) menyatakan bahwasannya individu dengan
pemantauan diri yang tinggi akan lebih responsif terhadap berbagai petunjukpetunjuk sosial dan selalu berusaha menampilkan diri sesuai harapan orang lain.
Lain halnya dengan individu yang memiliki pemantauan diri yang rendah, terlihat
tidak begitu antusias memperhatikan dan menyesuaikan penampilannya dengan
orang lain apalagi harus setiap saat mengikuti mode yang sedang berkembang di
kalangan remaja. Remaja putri dengan tingkat pemantauan diri tinggi mempunyai
perilaku pembelian impulsif yang tinggi juga. Remaja putri mudah sekali
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terpengaruh dengan penampilan orang lain baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui iklan di televisi maupun media cetak lainnya untuk mendukung
presentasi dirinya. Seperti yang diketahui bahwasannya masa remaja merupakan
masa dalam kehidupan dimana seseorang lebih intens memperhatikan
penampilannya. Maka para remaja putri akan membeli produk-produk yang
mampu
menunjang penampilannya,
walaupun
pembelian
tersebut
tidak
direncanakan sebelumnya. Kecenderungan yang dimiliki oleh remaja putri ini
disebut kecenderungan pembelian impulsif.
Dari uraian penjelasan di atas, terlihat bahwa keinginan remaja putri untuk
selalu memantau dan menyesuaikan penampilannya di hadapan orang lain pada
situasi-situasi tertentu yang berkaitan dengan pemantauan diri mendorong para
remaja putri untuk melakukan pembelian tanpa sebuah perencanaan sebelumnya
atau kecenderungan pembelian impulsif.
F. Hubungan antara Konformitas Teman Sebaya dengan Kecenderungan
Pembelian Impulsif pada Remaja Putri
Menurut Monks, dkk (2002) dalam perkembangan sosial remaja dapat
dilihat adanya dua macam gerak yaitu memisahkan diri dari orang tua dan menuju
ke arah teman sebaya yang memiliki rentang usia serta tingkat kedewasaan yang
sama. Teman sebaya sebagai stasiun penghubung antara lepasnya ketergantungan
terhadap orang tua pada masa kanak-kanak dengan otonomi diri sendiri sebagai
orang dewasa. Bagaimana remaja dipandang oleh teman sebayanya merupakan
aspek yang terpenting dalam pergaulan. Remaja cenderung akan masuk ke dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelompok yang memiliki minat dan nilai yang sama. Remaja akan melakukan
apapun agar dimasukkan dan diterima sebagai anggota kelompok dari teman
sebayanya. Remaja akan menunjukkan originalitasnya bersama-sama dalam hal
berpakaian, berpenampilan, berdandan, gaya rambut, tingkah laku konsumen,
pertemuan dan pesta. Remaja ingin menunjukkan dirinya bukan lagi kanak-kanak
karena telah diterima oleh lingkungan teman sebaya.
Papalia, dkk (2009) mengatakan bahwa kelompok teman sebaya
merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang
berkaitan dengan gaya hidup termasuk dalam hal berpenampilan. Keterikatan
dengan teman sebaya tidak jarang membuat remaja mengembangkan pola
interaksi sosial dan komunikasi yang sangat khas. Di kalangan teman sebaya, para
remaja seringkali menciptakan nilai dan norma yang ditaati bersama, bahasa yang
unik, cara berpakaian yang sama dan sebagainya. Menurut Indria dan Nindyati
(2007) kecenderungan individu untuk melakukan perubahan perilakunya atau
pandangannya dengan tujuan untuk menyesuaikan dengan perilaku atau
pandangan kelompoknya disebut sebagai konformitas.
Konformitas terhadap kelompok teman sebaya ternyata merupakan suatu
hal yang paling banyak terjadi pada fase remaja. Banyak remaja bersedia
melakukan berbagai perilaku demi pengakuan kelompok bahwa ia adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari kelompok tersebut. Keinginan yang kuat untuk
melepaskan diri dari keterikatan dengan orang tua membuat remaja mencari
dukungan sosial melalui teman sebaya. Kelompok teman sebaya menjadi suatu
sarana sekaligus tujuan dalam pencarian jati diri. Upaya untuk menemukan jati
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diri berkaitan dengan cara remaja menampilkan dirinya. Remaja ingin
kehadirannya diakui sebagai bagian dari komunitas remaja secara umum dan
bagian dari kelompok sebaya secara khusus.
Konformitas terjadi karena pengaruh-pengaruh dari lingkungan sosial.
pada dasarnya remaja melakukan konformitas karena dua alasan. Pertama,
perilaku orang lain memberikan informasi yang bermanfaat untuk dirinya. Kedua,
remaja ingin diterima secara sosial dan menghindari celaan (Sears,dkk, 1994).
Berkaitan dengan konformitas, Eagly (dalam Friedman, 2006) mengatakan bahwa
wanita lebih mudah untuk melakukan konfomitas. Becker (dalam Friedman, 2006)
juga menemukan adanya perbedaan dalam taraf kecil hingga menengah dimana
wanita cenderung memperlihatkan konformitas lebih tinggi dibandingkan pria.
Remaja putri yang melakukan konformitas teman sebaya akan berusaha
untuk menyesuaikan perilakunya dengan anggota sebaya lainnya termasuk dalam
hal perilaku membeli. Hurlock (1993) mengatakan bahwa kelompok teman sebaya
merupakan sumber referensi informasi untuk anggotanya termasuk tentang gaya
hidup dan apa yang sedang berkembang di kalangan remaja. Menurut Sutisna
(2001) kelompok mempengaruhi konsumen dengan lima cara meliputi norma
kelompok, ekspresi nilai dan informasi, menciptakan peran dalam kelompok,
mengembangkan tekanan untuk menyesuaikan, dampak perbandingan proses
sosial dan pengembangan polarisasi kelompok. Moschis dan Moore (dalam
Sutisna, 2001) mengemukakan bahwa ketika anak beranjak belasan tahun, mereka
mendasarkan pada sumber informasi yang lebih banyak dan pengaruh kelompok
juga meningkat dalam keputusan pembelian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan uraian di atas, timbulnya konformitas teman sebaya dapat
mempengaruhi perilaku remaja termasuk pada perilaku pembelian. Keputusan
untuk membeli pada remaja turut dipengaruhi pendapat teman sebaya lainnya. Hal
ini dapat mengarahkan para remaja untuk memiliki kecenderungan pembelian
impulsif yaitu membeli barang-barang yang sebelumnya tidak direncanakan
namun karena pengaruh teman sebaya misalnya karena ikut-kutan teman sehingga
akhirnya melakukan pembelian.
G. Kerangka Berpikir
menaruh perhatian
yang lebih pada
penampilan
Remaja
Putri
perkembangan
sosial: bergabung
dengan kelompok
teman sebaya
melakukan pemantauan,
pengaturan & pengontrolan
terhadap penampilan dan
perilaku yang ditampilkan
serta berusaha membuat
orang lain terkesan
Karakteristik
yang dimiliki
Target
pemasaran
berusaha untuk
menyesuaikan diri agar
diterima dan sama
dengan teman sebaya
Pemantauan
Diri
Kecenderungan
Pembelian
Impulsif
Konformitas
Teman Sebaya
Bagan 1. Kerangka berpikir hubungan antara pemantauan diri, konformitas teman
commit
to user impulsif pada remaja putri
sebaya dengan kecenderungan
pembelian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. Hipotesis
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
a. Ada hubungan positif antara pemantauan diri dan konformitas teman
sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri.
b. Ada hubungan positif antara pemantauan diri dengan kecenderungan
pembelian impulsif pada remaja putri.
c. Ada hubungan positif antara konformitas teman sebaya dengan
kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Ada dua variabel dalam penelitian ini yang terdiri dari variabel kriterium
dan variabel prediktor, yaitu:
1. Variabel Kriterium
: Kecenderungan Pembelian Impulsif
2. Variabel Prediktor
: a) Pemantauan Diri
b) Konformitas Teman Sebaya
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Kecenderungan Pembelian Impulsif
Kecenderungan pembelian impulsif merupakan kecenderungan seseorang
untuk melakukan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya, dipicu secara
spontan pada saat berhadapan dengan produk dan disertai dengan perasaan yang
menyenangkan sehingga kurang memperhatikan konsekuensi yang terjadi setelah
pembelian terjadi.
Skala yang digunakan untuk mengungkap kecenderungan pembelian
impulsif adalah Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif yang disusun sendiri
oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Rook (1987) yaitu
aspek spontanitas, aspek kekuatan impuls, aspek adanya stimulasi dari
lingkungan, aspek kurang peduli dengan konsekuensi. Semakin tinggi skor yang
diperoleh subjek berarti semakin tinggi kecenderungan pembelian impulsif yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dimiliki oleh subjek, demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang
diperoleh subjek berarti semakin rendah kecenderungan pembelian impulsif yang
dimiliki oleh subjek.
2. Pemantauan Diri
Pemantauan diri merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
untuk memantau, mengatur dan mengontrol tingkah laku yang ingin ditampilkan
dalam interaksi sosial dengan cara mengamati petunjuk-petunjuk sosial yang ada
guna menciptakan kesan khusus tentang dirinya.
Skala yang digunakan untuk mengungkap pemantauan diri adalah Skala
Pemantauan Diri yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang
dikemukakan oleh Snyder dan Gangestad (1986) yang meliputi: aspek social
stage presence, aspek other directedness dan aspek expressive self control.
Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi pemantauan diri
yang dimiliki oleh subjek, demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang
diperoleh subjek berarti semakin rendah pemantauan diri
yang dimiliki oleh
subjek.
3. Konformitas Teman Sebaya
Konformitas teman sebaya merupakan usaha yang dilakukan individu
untuk bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan norma-norma sosial dalam
kelompok teman sebaya agar diterima sebagai anggota kelompok teman sebaya
dan menghindari ketidaksamaan serta penolakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skala yang digunakan untuk mengungkap konformitas teman sebaya
adalah Skala Konformitas Teman Sebaya yang disusun sendiri oleh peneliti
berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Baron dan Byrne (2005)
meliputi aspek normatif yaitu keinginan individu untuk disukai dan diterima orang
lain serta rasa takut akan penolakan, sedangkan aspek informatif yaitu keinginan
individu untuk menjadi benar dan memiliki persepsi yang tepat mengenai dunia
sosial sebagai pedoman dalam bertingkah laku dan beropini. Semakin tinggi skor
yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi konformitas teman sebaya yang
dimiliki subjek, demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh
subjek berarti semakin rendah konformitas teman sebaya yang dimiliki subjek.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai
generalisasi hasil penelitian (Azwar, 2010). Populasi yang akan menjadi subjek
dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri pengunjung Solo Grand Mall.
Pada awalnya peneliti berencana melakukan pengambilan data di tiga mal yang
ada di Solo yaitu Solo Grand Mall, Solo Square dan Matahari Singosaren. Namun,
dari tiga mal tersebut, peneliti hanya mendapatkan izin untuk melakukan
penelitian di Solo Grand Mall saja sedangkan untuk di Solo Square dan Matahari
Singosaren, peneliti tidak mendapatkan izin. Adapun alasan penolakan yang
diajukan oleh pihak Solo Square karena pertimbangan sasaran subjek penelitian
adalah remaja putri, kurang sesuai dengan mayoritas pengunjung Solo Square
yang lebih banyak dikunjungi oleh para orang tua dari kalangan menengah keatas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selanjutnya penelitian tidak jadi dilakukan di Matahari Singosaren dengan
pertimbangan kondisi Matahari Singosaren yang tidak memungkinkan subjek
penelitian untuk mengisi skala dengan jumlah aitem yang lumayan banyak.
Dikhawatirkan nantinya subjek penelitian mengalami ketidaknyamanan karena
harus mengisi skala penelitian dengan kondisi berdiri sehingga menjadi kurang
efektif. Oleh karena pertimbangan-pertimbangan tersebut maka dipilihlah Solo
Grand Mall menjadi satu-satunya lokasi penelitian.
Lokasi Solo Grand Mall yang berada di pusat kota Solo dan banyak dilalui
oleh transportasi umum sehingga memudahkan para pengunjung untuk
mendatanginya. Solo Grand Mall banyak menawarkan dan menyediakan beragam
fasilitas yang ditujukan untuk kalangan remaja seperti distro pakaian remaja,
penjualan aksesoris, tempat makan dengan harga yang terjangkau, bioskop, dan
lain sebagainya, yang semua hal tersebut mampu menarik para remaja, tak
terkecuali remaja putri untuk datang ke Solo Grand Mall. Hal ini tentunya sesuai
dengan sasaran subjek penelitian yang akan diteliti yaitu remaja putri.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi penelitian (Sugiyono, 2009). Sampel dalam penelitian ini adalah remaja
putri pengunjung Solo Grand Mall sejumlah 110 orang dengan teknik
pengambilan sampel menggunakan incidental purposive sampling yaitu anggota
populasi yang menjadi sampel penelitian adalah yang memiliki karakteristik
sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan, sedang berada di tempat
pengambilan data dan bersedia menjadi sampel penelitian (Guilford dan Fruchter,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam Indria dan Nindyati, 2007). Adapun karakteristik subjek penelitian yang
ditetapkan peneliti, yaitu:
a) Remaja putri dengan rentang usia 15-19 tahun.
b) Berada di Solo Grand Mall.
c) Tidak sendirian, sedang bersama dengan kelompok sebaya.
d) Bersedia mengisi skala penelitian yang disediakan peneliti.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini diperoleh langsung dari remaja putri yang menjadi
sampel penelitian. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data di
lapangan dalam penelitian ini adalah skala psikologi dengan model Skala Likert
untuk mengungkap kecenderungan pembelian impulsif, pemantauan diri dan
konformitas teman sebaya. Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif, Skala
Pemantauan Diri dan Skala Konformitas Teman Sebaya yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model Skala Likert yang telah dimodifikasi dengan
menggunakan empat pilihan jawaban yaitu : pernyataan favorabel skornya 4 untuk
Sangat Sesuai (SS), 3 untuk Sesuai (S), 2 untuk Tidak Sesuai (TS), dan 1 untuk
Sangat Tidak Sesuai (STS). Sedangkan skor pernyataan unfavorabel adalah 1
untuk Sangat Sesuai (SS), 2 untuk Sesuai (S), 3 untuk Tidak Sesuai (TS), dan 4
untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Pilihan jawaban dalam skala Likert ini
menggunakan empat alternatif jawaban, tidak menggunakan alternatif jawaban
ragu-ragu, karena jawaban tersebut merupakan jawaban yang mengambang atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak berpendapat (netral merupakan kecenderungan subjek untuk memilihnya),
sehingga hal ini sedapat mungkin dihindari (Azwar, 2008).
a) Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif
Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif dalam penelitian ini disusun
sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang diungkapkan oleh Rook
(1987) yang meliputi:
1) Aspek spontanitas yaitu pembelian terjadi secara spontan, tidak
diharapkan dan tidak direncanakan sebelumnya, memotivasi
konsumen untuk membeli sekarang juga dan sering sebagai
respons terhadap stimulasi visual yang langsung di tempat
penjualan.
2) Aspek kekuatan impuls yaitu adanya desakan yang tiba-tiba dan
mendesak untuk membeli suatu produk dan sering disertai dengan
emosi yang dicirikan sebagai menggairahkan.
3) Aspek adanya stimulasi dari lingkungan mengacu pada semua
karakteristik fisik dan sosial konsumen, termasuk objek fisik,
hubungan ruang dan perilaku sosial dari orang lain.
4) Aspek kurang peduli dengan konsekuensi yang terjadi setelah
pembelian dilakukan.
Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak 32 butir yang terdiri dari 16 aitem
favorabel dan 16 aitem unfavorabel. Distribusi aitem Skala Kecenderungan
Pembelian Impulsif sebelum uji coba dapat dilihat pada Tabel 1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 1
Blue print Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif sebelum uji coba
No
Aspek
Indikator
1
Spontanitas
Pembelian dilakukan
tanpa perencanaan
Timbulnya dorongan
yang tiba-tiba untuk
membeli
Adanya desakan yang
sangat kuat untuk
membeli
Pengendalian afektif
yang kuat
Tampilan barang yang
menarik
Adanya promo
2
3
4
Kekuatan
impuls
Adanya
stimulasi
dari
lingkungan
Kurang
peduli
dengan
konsekuensi
No Aitem
Favorabel Unfavorabel
1,17
9,25
Mengabaikan resiko
yang akan terjadi
setelah membeli
Tidak takut menyesal
setelah membeli
Jumlah
2,18
10,26
3,19
11,27
4,20
12,28
5,21
13,29
6,22
14,30
7,23
15,31
8,24
16,32
16
16
Jumlah
f
%
8
25
8
25
8
25
8
25
32
100
b) Skala Pemantauan Diri
Pemantauan Diri dalam penelitian ini diungkap menggunakan Skala
Pemantauan Diri yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek
pemantauan diri yang diungkapkan oleh Snyder dan Gangestad (1986) yaitu:
1) Aspek social stage presence yaitu kemampuan individu untuk
bertingkah laku yang sesuai dengan situasi yang dihadapi,
kemampuan untuk mengubah-ubah tingkah laku dan kemampuan
untuk menarik perhatian sosial.
2) Aspek other directedness yaitu kemampuan individu untuk
commit to user
memainkan peran seperti yang diharapkan oleh orang lain dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
suatu situasi sosial, kemampuan untuk menyenangkan orang lain
dan kemampuan untuk tanggap terhadap situasi yang dihadapi.
3) Aspek expressive self control yaitu kemampuan individu untuk
secara aktif mengontrol tingkah laku ekspresif yang ditampilkan.
Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak 36 butir yang terdiri dari 18 aitem
favorabel dan 18 aitem unfavorabel. Distribusi item Skala Pemantauan Diri
sebelum uji coba dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Blue Print Skala Pemantauan Diri sebelum uji coba
No
1
2
3
Aspek
Indikator
Social Stage Bertingkah laku
Presence
sesuai dengan situasi
yang dihadapi
Kemampuan untuk
menarik perhatian
sosial
Other
Ketepatan
directedness berperilaku sesuai
petunjuk sosial
Kemampuan
menyenangkan dan
memberi kesan pada
orang lain
Peka terhadap situasi
yang ada
Expressive
Kemampuan
self control mengontrol perilaku
Mengontrol
penampilan diri
Jumlah
No Aitem
Favorabel Unfavorabel
1,15,29
8,22,33
2,16,30
9,23,34
3,17
10,24
4,18
11,25
5,19
12,26
6,20,31
13,27,35
7,21,32
14,28,36
18
18
commit to user
Jumlah
f
%
12 33,33
12
33,33
12
33,33
36
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Skala Konformitas Teman Sebaya
Skala Konformitas Teman Sebaya dalam penelitian ini disusun sendiri
oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang diungkapkan Baron dan Byrne
(2005), meliputi:
1) Aspek normatif yaitu keinginan individu untuk disukai dan
diterima orang lain serta rasa takut akan penolakan.
2) Aspek informatif yaitu keinginan individu untuk menjadi benar dan
memiliki persepsi yang tepat mengenai dunia sosial sebagai
pedoman dalam bertingkah laku dan beropini.
Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak 40 butir yang terdiri dari 20 aitem
favorabel dan 20 aitem unfavorabel. Distribusi aitem Skala Konformitas Teman
Sebaya sebelum uji coba dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3
Blue print Skala Konformitas Teman Sebaya sebelum uji coba
No
Aspek
Indikator
1
Aspek
Normatif
Berperilaku sesuai dengan
keinginan dan harapan
kelompok teman sebaya
Berperilaku sesuai dengan
standar dan norma yang
berlaku dalam kelompok
teman sebaya
Bergantung dan mengikuti
ide, pendapat dan informasi
dari kelompok teman sebaya
Menyetujui dan
membenarkan ide, pendapat
dan informasi dari kelompok
teman sebaya
2
Aspek
Informatif
Jumlah
commit to user
No Aitem
Fav
Unfav
1,9,17, 5,13,21,
25,33
29,37
2,10,
18,
26,34
6,14,22,
30,38
3,11,
19,
27,35
4,12,
20,
28,36
7,15,23,
31,39
Jumlah
f
%
20
50
20
50
40
100
8,16,24,
32,40
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Metode Analisis Data
1. Uji Validitas
Validitas berarti instrumen atau alat ukur penelitian dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009). Validitas instrumen,
dalam penelitian ini ialah skala, dapat dievaluasi melalui dua cara: pertama,
evaluasi melalui nalar dan akal sehat (common sense) yang dilakukan oleh
penyusun skala sendiri maupun oleh professional judgement (pembimbing) untuk
menilai apakah isi skala layak digunakan untuk mengungkap atribut yang hendak
diukur; dan cara yang kedua adalah evaluasi melalui pembuktian empiris. Uji
validitas melalui pembuktian empiris dilakukan dengan menggunakan formula
korelasi Product Moment Pearson yaitu mengkorelasikan masing-masing skor
aitem dengan skor total (Priyatno, 2008) dengan bantuan program komputer
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur yang
mengandung makna kecermatan pengukuran. Uji reliabilitas skala dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan formula Alpha Cronbach yaitu
skala yang akan diestimasi reliabilitasnya dibelah menjadi dua atau tiga bagian,
sehingga setiap belahan berisi aitem–aitem dalam jumlah yang sama banyak
(Azwar, 2008). Guna mempermudah perhitungan, maka digunakan program
komputer Statistical Product and Services Solution (SPSS) versi 16.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Uji Hipotesis
Pada penelitian ini terdapat dua variabel prediktor yaitu pemantauan diri
dan konformitas teman sebaya, dan satu variabel kriterium yaitu kecenderungan
pembelian impulsif. Uji hipotesis pertama dalam penelitian ini menggunakan
Analisis Regresi Berganda yaitu uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama
(simultan) atau uji F yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel prediktor
secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel kriterium
(Priyatno, 2008). Uji hipotesis kedua dan ketiga dalam penelitian ini
menggunakan Analisis Korelasi Parsial yaitu untuk mengetahui hubungan antara
dua variabel yang dalam hal ini variabel lain yang dianggap mempengaruhi
(sebagai variabel kontrol) akan dikeluarkan (Priyatno, 2009). Perhitungan untuk
menguji ketiga hipotesis ini selengkapnya akan menggunakan bantuan program
komputer Statistical Product and Services Solution (SPSS) versi 16.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
1. Orientasi Kancah Penelitian
Penelitian mengenai hubungan antara pemantauan diri dan konformitas
teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri
dilakukan di Solo Grand Mall yang beralamatkan di Jalan Brigjend Slamet Riyadi
nomor 273, Surakarta. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan
survei awal untuk mengetahui informasi yang berkaitan dengan subjek penelitian.
Solo Grand Mall merupakan mal terbesar dan terlengkap di kota Solo dan
sekitarnya yang mulai beroperasional sejak 4 Desember 2004. Dibangun di atas
lahan seluas 12.080 m² yang terdiri atas 7 lantai dengan luas totalnya 63.000 m².
Konsep Solo Grand Mall adalah “one stop family entertainment and recreation”
yang berarti Solo Grand Mall menyediakan pelayanan yang dilengkapi dengan
fasilitas hiburan serta rekreasi keluarga bagi para pengunjung yang ingin
berbelanja berbagai macam kebutuhan dengan aneka variasinya tanpa memakan
banyak waktu dan lebih efisiensi biaya karena pengunjung tidak perlu berpindah
lokasi, segala kebutuhan telah tersedia di Solo Grand Mall.
Motto Solo Grand Mall adalah “completing your self “. Artinya Solo
Grand Mall hadir di kota Solo untuk melengkapi dinamika hidup masyarakat
yaitu dalam perannya sebagai tempat belanja yang lengkap, hiburan dan rekreasi,
tempat bersosialisasi, investasi usaha, public space, serta menciptakan lapangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kerja bagi warga Solo dan sekitarnya. Visi yang dimiliki oleh Solo Grand Mall
adalah “menjadi pusat bisnis sekaligus hiburan keluarga terbaik di kota Surakarta
dan sekitarnya yang mampu memberikan kontribusi positif bagi perekonomian
daerah dan nasional”. Misi Solo Grand Mall adalah “memberi sumbangsih yang
berarti guna kemajuan masyarakat dan daerah dengan tetap memperhatikan segi
sosial, budaya dan ekonomi melalui pelayanan jasa”.
Solo Grand Mall menyediakan berbagai pilihan ruang usaha, baik berupa
kios dengan berbagai ukuran maupun island. Total kios adalah 517 unit dengan
luasan 27.470 m². Fasilitas keamanan 24 jam, cleaning service, listrik, air bersih,
AC sentral, akan mendukung kenyamanan dan kemajuan usaha. Selain itu
manajemen Solo Grand Mall juga membantu pemasaran dari produk-produk
dengan paket promosi dan pameran secara rutin. Letak Solo Grand Mall yang
berada di pusat kota serta tingginya jumlah pengunjung menjadikan Solo Grand
Mall sebagai ruang publik yang efektif untuk mengenalkan atau memasarkan
produk melalui berbagai acara dan pameran.
Jumlah pengunjung yang mencapai 15.000 orang dalam sehari dan
meningkat menjadi 45.000 orang sehari ketika akhir minggu dan hari libur lainnya
menjadikan Solo Grand Mall sebagai tempat promosi indoor dengan efektifitas
pesan yang tinggi. Direktori Solo Grand Mall terdiri dari : kafe dan makanan
cepat saji, perabotan, perhiasan dan aksesoris, toko buku, olahraga, pakaian,
kesehatan, sepatu dan tas, toko musik dan lain-lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil survey awal tersebut, peneliti memutuskan untuk
melakukan penelitian di Solo Grand Mall . Pemilihan mal tersebut sebagai lokasi
penelitian dengan pertimbangan:
a. Banyaknya penawaran dan fasilitas yang ada di Solo Grand Mall yang
ditujukan untuk usia remaja seperti banyaknya distro-distro pakaian
remaja,
toko-toko
aksesoris,
adanya
bioskop,
food
court
yang
menyediakan macam makanan dan minuman, toko buku dan pusat
permainan yang menarik remaja untuk datang khususnya remaja putri.
Sesuai dengan uraian masalah yang diangkat dalam latar belakang
penelitian ini yaitu terkait dengan remaja putri yang menjadi subyek dalam
penelitian ini.
b. Kondisi Solo Grand Mall yang nyaman dan banyaknya cara promosi yang
dilakukan penjual dalam menawarkan produknya memicu para remaja
putri untuk memiliki kecenderungan pembelian impulif.
c. Penelitian mengenai “ Hubungan antara Pemantauan Diri dan Konformitas
Teman Sebaya dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif pada Remaja
Putri “ belum pernah dilakukan di Solo Grand Mall.
d. Adanya ijin yang diberikan oleh pihak Solo Grand Mall kepada peneliti
untuk diadakannya penelitian ini.
2. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian dilakukan dengan tujuan agar penelitian berjalan
lancar dan terarah. Adapun persiapan-persiapan tersebut diantaranya adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Persiapan Administrasi
Persiapan pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah persiapan
administrasi penelitian meliputi segala urusan perijinan yang diajukan pada
pihak-pihak yang akan terkait dengan pelaksanaan penelitian. Permohonan ijin
tersebut meliputi tahap-tahap sebagai berikut: pertama, peneliti meminta surat
pengantar dari Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang ditujukan kepada pihak Manajemen Solo Grand
Mall di Surakarta dengan nomor surat 820/UN/27.06.7.1/TU/2011 Hal ijin
melakukan penelitian di Solo Grand Mall. Tahap kedua, peneliti mengajukan
surat ijin penelitian yang disertai dengan lampiran proposal penelitian kepada
pihak Manajemen Solo Grand Mall. Selanjutnya setelah mendapatkan ijin dari
pihak Solo Grand Mall, peneliti baru bisa melaksanakan penelitian sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan oleh pihak Solo Grand Mall di Surakarta.
b. Persiapan Alat Ukur
Setelah menyelesaikan persiapan administrasi dan mendapatkan
perijinan, langkah selanjutnya peneliti mempersiapkan alat ukur yang akan
digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini. Ada tiga skala yang
akan digunakan yaitu Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif, Skala
Pemantauan Diri, dan Skala Konformitas Teman Sebaya. Masing-masing
skala akan diuraikan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif
Skala
Kecenderungan
Pembelian
Impulsif
digunakan
untuk
mengungkap sejauh mana tingkat kecenderungan pembelian impulsif subjek
dalam penelitian ini. Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif disusun sendiri
oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kecenderungan pembelian impulsif
yang diungkapkan oleh Rook (1987) yaitu aspek spontanitas, aspek kekuatan
impuls, aspek adanya stimulasi dari lingkungan dan aspek kurang peduli
dengan konsekuensi. Jumlah aitem dalam Skala Kecenderungan Pembelian
Impulsif adalah 32 aitem yang terdiri atas 16 aitem favorabel dan 16 aitem
unfavorabel. Adapun distribusi aitem Skala Kecenderungan Pembelian
Impulsif sebelum uji coba dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4
Distribusi aitem Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif sebelum uji coba
No
Aspek
Indikator
No Aitem
Jumlah
Fav
Unfav
f
%
1
Spontan
Pembelian dilakukan
1,17
9,25
8
25
tanpa perencanaan
Timbulnya dorongan
2,18
10,26
yang tiba-tiba untuk
membeli
2
Kekuatan
Adanya desakan yang
3,19
11,27
8
25
impuls
sangat kuat untuk
membeli
Pengendalian afektif
4,20
13,29
yang kuat
3
Adanya
Tampilan barang
5,21
13,19
8
25
stimulasi
yang menarik
lingkungan
Adanya promo
6,22
14,30
4
Kurang peduli Mengabaikan resiko
7,23
15,31
8
25
dengan
yang akan terjadi
konsekuensi
setelah membeli
Tidak takut menyesal
8,24
16,32
setelah membeli
commit to user
Jumlah
16
16
32 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Skala Pemantauan Diri
Skala Pemantauan Diri digunakan untuk mengungkap sejauh mana
tingkat pemantauan diri subjek dalam penelitian ini. Skala Pemantauan Diri
disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek pemantauan diri yang
diungkapkan oleh Snyder dan Gangestad (1986) yaitu aspek social stage
presence, aspek other directedness dan aspek expressive self control. Jumlah
aitem dalam Skala Pemantauan Diri adalah 36 aitem yang terdiri atas 18 aitem
favorabel dan 18 aitem unfavorabel. Adapun distribusi aitem Skala
Pemantauan Diri sebelum uji coba dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5
Distribusi aitem Skala Pemantauan Diri sebelum uji coba
No
Aspek
Indikator
1
Social Stage
Presence
Bertingkah laku
sesuai dengan situasi
yang dihadapi
Kemampuan untuk
menarik perhatian
sosial
Ketepatan berperilaku
sesuai petunjuk sosial
Kemampuan
menyenangkan dan
memberi kesan pada
orang lain
Peka terhadap situasi
yang ada
Kemampuan
mengontrol perilaku
Mengontrol
penampilan diri
2
3
Other
directedness
Expressive
self control
Jumlah
commit to user
No Aitem
Fav
Unfav
1,15,29
8,22,33
2,16,30
9,23,34
3,17
10,24
4,18
11,25
5,19
12,26
6,20,31
13,27,35
7,21,32
14,28,36
18
18
Jumlah
f
%
12 33,33
12
33,33
12
33,33
36
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Skala Konformitas Teman Sebaya
Skala Konformitas Teman Sebaya digunakan untuk mengungkap
sejauh mana tingkat konformitas teman sebaya subjek dalam penelitian ini.
Skala Konformitas Teman Sebaya disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan
aspek-aspek konformitas teman sebaya yang diungkapkan oleh Baron dan
Byrne (2005) meliputi aspek normatif yaitu keinginan individu untuk disukai
dan diterima orang lain serta rasa takut akan penolakan dan aspek informatif
yaitu keinginan individu untuk menjadi benar dan memiliki persepsi yang
tepat mengenai dunia sosial sebagai pedoman dalam bertingkah laku dan
beropini. Jumlah aitem dalam Skala Konformitas Teman Sebaya adalah 40
aitem yang terdiri atas 20 aitem favorabel dan 20 aitem unfavorabel. Adapun
distribusi aitem Skala Konformitas Teman Sebaya sebelum uji coba :
No
1
2
Tabel 6
Distribusi aitem Skala Konformitas Teman Sebaya sebelum uji coba
Aspek
Indikator
No Aitem
Jumlah
Fav
Unfav
f
%
Aspek
Berperilaku sesuai dengan
1,9,17,
5,13,21, 20
50
Normatif keinginan dan harapan
25,33
29,37
kelompok teman sebaya
Berperilaku sesuai dengan
2,10,18, 6,14,22,
standar dan norma yang
26,34
30,38
berlaku dalam kelompok
teman sebaya
Aspek
Bergantung dan mengikuti
3,11,19, 7,15,23, 20
50
Informatif ide, pendapat dan
27,35
31,39
informasi dari kelompok
sebaya
Menyetujui dan
4,12,20, 8,16,24,
membenarkan ide,
28,36
32,40
pendapat dan informasi
dari kelompok teman
sebaya
Jumlah
20
20
40 100
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Pelaksanaan Uji Coba
Sebelum skala penelitian digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba
skala penelitian untuk mengetahui indeks daya beda aitem-aitem dari masingmasing skala dan reliabilitas dari skala tersebut. Menurut Azwar (2008) uji coba
terhadap aitem skala psikologi bertujuan untuk mengetahui apakah kalimat dalam
aitem mudah dan dapat dipahami oleh responden sebagaimana yang diinginkan
oleh penulis aitem dan sebagai salah satu cara praktis untuk memperoleh data dari
responden yang akan digunakan untuk penskalaan atau untuk evaluasi kualitas
aitem secara statistik.
Skala penelitian diuji cobakan kepada kelompok subjek yang mempunyai
karakteristik setara dengan subjek penelitian (Azwar, 2008). Uji coba skala
penelitian dilaksanakan selama dua hari, yaitu pada hari Jum’at dan Sabtu, tanggal
20 dan 21 Mei 2011 di Solo Grand Mall. Jumlah remaja putri yang melakukan uji
coba skala adalah 70 orang, dari 70 eksemplar yang dibagikan, semua terkumpul
dan 60 eksemplar yang memenuhi syarat untuk dilakukan skoring kemudian
dianalisis nilai validitas serta reliabilitasnya.
4. Uji Validitas dan Reliabilitas
Setelah dilakukan uji coba skala, data yang diperoleh selanjutnya
ditabulasikan dan dianalisis untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.
Koefisien validitas yang dijadikan batas kriteria sebuah aitem dalam skala
dikatakan valid ialah 0,3 atau di atas 0,3 seperti yang disebutkan Azwar (2008)
bahwa koefisien validitas 0,3 sudah dianggap memuaskan. Aitem-aitem dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
koefisien validitas di bawah 0,3 dianggap gugur dan nantinya tidak akan
dimasukkan dalam skala penelitian. Sementara itu, reliabilitas dinyatakan dalam
koefisien reliabilitas. Azwar (2008) menyebutkan bahwa semakin tinggi koefisien
reliabilitas atau mendekati 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas dan semakin
rendah koefisien reliabilitas atau mendekati angka 0 berarti semakin rendah
reliabilitasnya. Hasil uji validitas dan reliabilitas masing-masing skala akan
diuraikan sebagai berikut:
a. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif
Uji validitas Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif dilakukan dengan
review professional judgement, yaitu oleh pembimbing. Daya beda item skala
diuji dengan menggunakan korelasi Bivariate Pearson atau sering disebut sebagai
korelasi Product Moment Pearson dengan menggunakan program Statistical
Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0. Setelah dilakukan perhitungan,
dari 32 aitem pernyataan dalam Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif
terdapat 8 aitem yang gugur, yaitu aitem nomor 3, 4, 9, 16, 26,27, 31, dan 32,
sehingga tersisa 24 aitem. Aitem skala yang dinyatakan valid adalah aitem dengan
nilai Sig. (2 tailed) di bawah 0,05 dengan nilai Pearson Correlation berada di
antara 0,310 sampai dengan 0,718.
Reliabilitas
Skala
Kecenderungan
Pembelian
Impulsif
diukur
menggunakan analisis reliabilitas Cronbach’s Alpha dengan SPSS versi 16.0.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa reliabilitas Skala Kecenderungan
Pembelian
Impulsif
adalah
sebesar 0,878.
commit to user
Dengan
demikian,
Skala
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kecenderungan Pembelian Impulsif ini dianggap cukup andal sebagai alat ukur
penelitian. Adapun perincian aitem yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 7
Distribusi Aitem Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif valid dan gugur
No
Aspek
Indikator
Perilaku
1
Spontanitas
Pembelian
dilakukan tanpa
perencanaan
Timbulnya
dorongan yang
tiba-tiba untuk
membeli
Adanya desakan
yang sangat kuat
untuk membeli
Pengendalian
afektif yang kuat
Tampilan barang
yang menarik
2
3
Kekuatan
impuls
Adanya
stimulasi
lingkungan
Kurang
peduli
dengan
konsekuensi
2, 18
-
10
26
19
3
11
27
20
4
5, 21
-
12,
28
13,
29
-
Jumlah
Aitem
Valid
6
5
8
Adanya promo
4
Nomor Aitem
Favorabel
Unfavorabel
Valid Gugur Valid Gugur
1, 17
25
9
Mengabaikan
resiko yang akan
terjadi setelah
membeli
Tidak takut
menyesal setelah
membeli
Jumlah
6, 22
-
14,
30
7, 23
-
15
-
31
5
8, 24
-
-
1 6,
32
14
2
10
6
24
b. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Pemantauan Diri
Uji Validitas Skala Pemantauan Diri dilakukan dengan review professional
judgement, yaitu oleh pembimbing. Daya beda item skala diuji dengan
commit to user
menggunakan korelasi Bivariate Pearson atau sering disebut sebagai korelasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Product Moment Pearson dengan menggunakan program SPSS versi 16.0. Setelah
dilakukan perhitungan, dari 36 aitem pernyataan dalam Skala Pemantauan Diri
terdapat 13 aitem yang gugur, yaitu aitem nomor 2, 3, 7, 8, 10, 11, 14, 15, 16, 22,
27, 33, dan 34 sehingga tersisa 23 aitem. Aitem skala yang dinyatakan valid
adalah aitem dengan nilai Sig. (2 tailed) di bawah 0,05 dengan nilai Pearson
Correlation berada di antara 0,305 sampai dengan 0,529.
Reliabilitas Skala Pemantauan Diri diukur menggunakan analisis
reliabilitas Cronbach’s Alpha dengan SPSS versi 16.0. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa reliabilitas Skala Pemantauan Diri adalah sebesar 0,744.
Dengan demikian, Skala Pemantauan Diri ini dianggap cukup andal sebagai alat
ukur penelitian. Adapun perincian aitem yang valid dan gugur dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 8
Distribusi Aitem Skala Pemantauan Diri yang valid dan gugur
Aspek
No
1
2
Social Stage
Presence
Other
directedness
Indikator
Perilaku
Nomor Aitem
Favorabel
Unfavorabel
Valid
Gugur Valid Gugur
1, 29
15
8, 22,
23
Bertingkah laku
sesuai dengan situasi
yang dihadapi
Kemampuan untuk
30
menarik perhatian
sosial
Ketepatan
17
berperilaku sesuai
petunjuk sosial
Kemampuan
4, 18
menyenangkan dan
memberi kesan pada
orang lain
Peka terhadap situasi
5, 19
yang ada
commit to user
2, 16
9,
23
34
3
24
10
-
25
11
Jumlah
Aitem
Valid
5
9
-
12,
26
-
perpustakaan.uns.ac.id
Aspek
No
3
Expressive
self control
digilib.uns.ac.id
Indikator
Perilaku
Kemampuan
mengontrol perila
Mengontrol
penampilan diri
Jumlah
Nomor Aitem
Favorabel
Unfavorabel
Valid Gugur Valid Gugur
6, 20,
13,
27
31
35
21, 32
7
14
28,36
13
5
10
8
Jumlah
Aitem
Valid
9
23
c. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Konformitas Teman Sebaya
Uji Validitas Skala Konformitas Teman Sebaya dilakukan dengan review
professional judgement, yaitu oleh pembimbing. Daya beda item skala diuji
dengan menggunakan korelasi Bivariate Pearson atau sering disebut sebagai
korelasi Product Moment Pearson dengan menggunakan program SPSS versi
16.0. Setelah dilakukan perhitungan, dari 40 aitem pernyataan dalam Skala
Konformitas Teman Sebaya terdapat 15 aitem yang gugur, yaitu aitem nomor 1, 6,
11, 13, 14, 15, 21, 22, 23, 24, 25, 31, 33, 34 dan 40, sehingga tersisa 25 aitem.
Aitem skala yang dinyatakan valid adalah aitem dengan nilai Sig. (2 tailed) di
bawah 0,05 dengan nilai Pearson Correlation berada di antara 0,302 sampai
dengan 0,572.
Reliabilitas Skala Konformitas Teman Sebaya diukur menggunakan
analisis reliabilitas Cronbach’s Alpha dengan SPSS versi 16.0. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa reliabilitas Skala Konformitas Teman Sebaa adalah sebesar
0,808. Dengan demikian, Skala Konformitas Teman Sebaya ini dianggap cukup
andal sebagai alat ukur penelitian. Adapun perincian aitem yang valid dan gugur
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 9
Distribusi Aitem Skala Konformitas Teman Sebaya yang valid dan gugur
Aspek
No
1
2
Indikator
Perilaku
Aspek
Normatif
Berperilaku sesuai
dengan keinginan
dan harapan
kelompok teman
sebaya
Berperilaku sesuai
dengan standar
dan norma yang
berlaku dalam
kelompok teman
sebaya
Aspek
Bergantung dan
Informatif mengikuti ide,
pendapat dan
informasi dari
kelompok sebaya
Menyetujui dan
membenarkan ide,
pendapat dan
informasi dari
kelompok teman
sebaya
Jumlah
Nomor Aitem
Jumlah
Aitem
Favorabel
Unfavorabel
Valid
Gugur
Valid Gugur Valid
9, 17
1, 25,
5,
13,
33
29, 37
21
2, 10,
18, 26
34
3, 19,
27, 35
11
7, 39
4, 12,
20, 28,
36
-
8, 16,
32
24, 40
15
5
10
10
30, 38
6, 14,
22
11
1 5,
23, 31
14
25
5. Penyusunan Alat Ukur Penelitian
Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas, langkah selanjutnya butirbutir aitem yang valid dipergunakan untuk mengambil data yang sesungguhnya,
sedangkan butir-butir yang gugur tidak diikut sertakan dalam pengambilan data
yang sesungguhnya. Adapun distribusi aitem skala untuk penelitian dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 10
Distribusi Aitem Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif untuk penelitian
No
1
2
3
4
Aspek
Spontanitas
Kekuatan
impuls
Adanya
stimulasi
lingkungan
Indikator
Pembelian dilakukan
tanpa perencanaan
Timbulnya dorongan
yang tiba-tiba untuk
membeli
Adanya desakan yang
sangat kuat untuk
membeli
Pengendalian afektif
yang kuat
Tampilan barang yang
menarik
Adanya promo
Kurang peduli Mengabaikan resiko
dengan
yang akan terjadi
konsekuensi
setelah membeli
Tidak takut menyesal
setelah membeli
Jumlah
Nomor Aitem
Fav
UnFav
1 (1) ,
25 (9)
17 (16)
2 (2) ,
10 (10)
18 (17)
19 (3)
11 (11)
20 (4)
12 (12) ,
28 (22)
13 (13) ,
29 (23)
14 (14) ,
30 (24)
Jumlah
6
5
5 (5) ,
21 (18)
6 (6) ,
22 (19)
7 (7) ,23
(20)
8 (8) ,
24 (21)
14
15 (15)
8
5
10
24
Keterangan: nomor dalam tanda kurung ( ) adalah nomor baru untuk penelitian
Tabel 11
Distribusi Aitem Skala Pemantauan Diri untuk penelitian
No
Aspek
Indikator
Nomor Aitem
Fav
Unfav
1 Social Stage Bertingkah laku sesuai
1 (1) ,29
Presence
dengan situasi yang
(15)
dihadapi
Kemampuan untuk menarik
30 (2)
9 (9) ,23
perhatian sosial
(19)
2 Other
Ketepatan berperilaku
17 (3)
24 (10)
directedness sesuai petunjuk sosial
Kemampuan menyenangkan
4 (4) ,18
25 (11)
dan memberi kesan pada
(16)
orang lain
Peka terhadap situasi yang
5 (5) ,19
12 (12)
commit to user
ada
,26 (20)
(17)
Jumlah
5
9
perpustakaan.uns.ac.id
No
Aspek
digilib.uns.ac.id
Indikator
Nomor Aitem
Jumlah
Fav
Unfav
3 Expressive
Kemampuan mengontrol
6 (6) ,20
13 (13) ,
9
self control
perilaku
(18),31(23)
35 (21)
Mengontrol penampilan diri
21 (8)
28 (14)
32 (7)
,36 (22)
Jumlah
12
11
23
Keterangan: nomor dalam tanda kurung ( ) adalah nomor baru untuk penelitian
Tabel 12
Distribusi Aitem Skala Konformitas Teman Sebaya untuk penelitian
No
Aspek
Indikator
1
Aspek
Normatif
2
Aspek
Informatif
Berperilaku sesuai dengan
keinginan dan harapan
kelompok teman sebaya
Berperilaku sesuai dengan
standar dan norma yang
berlaku dalam kelompok
teman sebaya
Bergantung dan mengikuti
ide, pendapat dan informasi
dari kelompok sebaya
Menyetujui dan
membenarkan ide, pendapat
dan informasi dari kelompok
teman sebaya
Jumlah
No Aitem
Fav
Unfav
9 (1) 17 (9)
5 (5), 29
(13) ,37
(20)
2 (2) 10 (10)
30 (6) ,38
18 (17)
(14)
26 (22)
3 (3) 19 (11)
27 (18) 35
(23)
4 (4), 12 (12)
20 (19), 28
(24) ,36 (25)
7 (7) , 39
(15)
15
10
Jumlah
11
14
8 (8), 16
(16)
32 (21)
Keterangan: nomor dalam tanda kurung ( ) adalah nomor baru untuk penelitian
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Penentuan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri dengan rentang
usia 15 -19 tahun yang sedang mengunjungi Solo Grand Mall. Jumlah sampel
dalam penelitian ini yaitu sebanyak 110 orang remaja putri. Teknik pengambilan
commit to user
sampel pada penelitian ini adalah dengan incidental purposive sampling yaitu
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
anggota populasi yang menjadi sampel penelitian adalah yang memiliki
karakteristik sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan, sedang berada di
tempat pengambilan data dan bersedia menjadi sampel penelitian.
2. Pengumpulan Data Penelitian
Pengumpulan data penelitian dilaksanakan di Solo Grand Mall lantai tiga
pada hari Jum’at dan Sabtu, tanggal 3–4 Juni 2011. Pengumpulan data dengan
menggunakan alat ukur berupa Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif yang
terdiri dari 24 aitem, Skala Pemantauan Diri yang terdiri dari 23 aitem dan Skala
Konformitas Teman Sebaya yang terdiri dari 25 aitem. Ketiga skala tersebut
diberikan secara langsung kepada masing-masing subjek dan pengambilan skala
dilakukan pada saat itu juga setelah skala selesai diisi. Data penelitian yang
diperoleh sebanyak 110 eksemplar.
3. Pelaksanaan Skoring
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah memberikan
skor untuk keperluan analisis data. Skor untuk masing-masing skala bergerak dari
satu sampai empat dengan memperhatikan sifat aitem favorabel dan unfavorabel.
Skor dari aitem favorabel adalah 4 untuk pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), 3
untuk pilihan jawaban Sesuai (S), 2 untuk Tidak Sesuai (TS), dan 1 untuk Sangat
Tidak Sesuai (STS). Sedangkan skor aitem unfavorabel adalah 1 untuk pilihan
jawaban Sangat Sesuai (SS), 2 untuk Sesuai (S), 3 untuk jawaban Tidak Sesuai
(TS), dan 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Kemudian skor yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diperoleh dari subjek penelitian dijumlahkan untuk masing-masing skala. Total
skor skala yang diperoleh dari subjek penelitian ini dipakai dalam analisis data.
C. Analisis Data Penelitian
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi Uji
Normalitas, Uji Linearitas, Uji Autokorelasi, Uji Multikolinearitas dan Uji
Heteroskedastisitas. Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan bantuan
komputer program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.
1. Uji Asumsi Dasar
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Jika analisis menggunakan metode parametrik,
maka persyaratan normalitas harus terpenuhi, sehingga hasil penelitian dapat
digeneralisasikan pada populasi (Priyatno, 2008). Uji Normalitas dalam
penelitian ini menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov test (ks-z)
dengan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai
signifikansi lebih besar 5% atau 0,05 (p > 0,05). Hasil Uji Normalitas terhadap
ketiga variabel akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Hasil Uji Normalitas variabel kecenderungan pembelian impulsif,
nilai ks-z adalah 0,986 dengan p = 0,285 (p > 0,05) termasuk
kategori normal.
2) Hasil Uji Normalitas variabel pemantauan diri, nilai ks-z adalah
0,858 dengan p = 0,453 (p > 0,05) termasuk kategori normal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Hasil Uji Normalitas variabel konformitas teman sebaya, nilai ks-z
adalah 1,078 dengan p = 0,195 (p > 0,05) termasuk normal.
Tabel 13
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
kecenderungan
pembelian
pemantauan konformitas
impulsif
diri
teman sebaya
N
110
110
110
Normal
Mean
54.7909
60.2727
61.0273
Parametersa
Std.
10.97043
7.06835
9.15960
Deviation
Most Extreme
Absolute
.094
.082
.103
Differences
Positive
.094
.063
.064
Negative
-.051
-.082
-.103
Kolmogorov-Smirnov Z
.986
.858
1.078
Asymp. Sig. (2-tailed)
.285
.453
.195
a.Test distribution is Normal.
Hal ini berarti bahwa data pada variabel kecenderungan pembelian
impulsif, pemantauan diri dan konformitas teman sebaya memiliki sebaran yang
normal dan sampel dalam penelitian ini dapat mewakili populasi.
b. Uji Linearitas
Uji Linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel yaitu
variabel tergantung dan variabel bebas mempunyai hubungan yang linear atau
tidak secara signifikan. Uji Linearitas juga diharapkan dapat mengetahui taraf
signifikansi penyimpangan dari linearitas hubungan tersebut dan digunakan
sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Apabila
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penyimpangan yang ditemukan tidak signifikan, maka hubungan antara
variabel bebas dan variabel tergantung adalah linear. Dua variabel dikatakan
memiliki hubungan yang linear bila signifikansi (linearity) kurang dari 0,05
(Priyatno, 2008). Uji Linearitas dalam penelitian ini menggunakan teknik
compare means for linearity dengan bantuan SPSS versi 16. Adapun hasil uji
Linieritas dapat dilihat pada tabel output di bawah ini:
Tabel 14
Uji Linearitas Pemantauan Diri terhadap Kecenderungan Pembelian
Impulsif
ANOVA Table
Sum of
Squares
4988.317
1097.973
Df
31
1
kecenderungan Between (Combined)
pembelian
Groups Linearity
impulsif *
Deviation
pemantauan
from
3890.344 30
diri
Linearity
Within Groups
8129.874 78
Total
13118.191 109
Mean
Square
F
Sig.
160.913 1.544 .064
1097.973 10.534 .002
129.678
1.244
.220
104.229
Tabel 15
Uji Linearitas Konformitas Teman Sebaya terhadap Kecenderungan Pembelian
Impulsif
ANOVA Table
Sum of
Mean
Squares
Df Square
F
Sig.
kecenderungan Between (Combined) 6045.410 33 183.194 1.968 .008
pembelian
Groups Linearity 3110.753
1 3110.753 33.426 .000
impulsif *
Deviation
konformitas
from
2934.657 32 91.708 .985 .503
teman sebaya
Linearity
Within Groups
7072.781 76 93.063
Total
13118.191 109
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil pengujian linearitas variabel pemantauan diri dengan
kecenderungan pembelian impulsif diperoleh signifikansi pada linearity 0,002.
Oleh karena signifikansi kurang dari 0,05 (p<0,05) maka dapat disimpulkan
bahwa antara variabel pemantauan diri dengan kecenderungan pembelian impulsif
terdapat hubungan yang linear. Selanjutnya berdasarkan hasil pengujian linearitas
variabel konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif
diperoleh signifikansi pada linearity 0,000. Oleh karena signifikansi kurang dari
0,05 (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel konformitas teman
sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif terdapat hubungan yang linear.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik multikolinieritas, yaitu adanya hubungan liniear
antara variabel bebas dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi
dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinieritas. Model regresi
dikatakan terbebas dari multikolinieritas jika memiliki nilai Tolerance lebih
dari 0,1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) kurang dari 10.
Tabel 16. Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
1
Model
pemantauan diri
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.778
1.285
Konformitas teman sebaya
.778
1.285
to user pembelian impulsif
a. Dependent Variable:commit
kecenderungan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan pada hasil pengujian multikolinearitas, dapat disimpulkan
bahwa variabel penelitian terbebas dari multikolinearitas. Hal tersebut terlihat
dari nilai VIF variabel pemantauan diri dan konformitas teman sebaya sebesar
1,285, kurang dari 10 dan nilai Tolerance sebesar 0,778, lebih dari 0,01, maka
dapat dikatakan bahwa variabel bebas yang digunakan dalam model terbebas
dari multikolinearitas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi.Cara
memprediksi ada tidaknya heteroskedasitisitas,dapat dilihat dari pola gambar
Scatterplot
yang
menyatakan
model
regresi
tidak
terdapat
gejala
heteroskedastisitas jika:
1) Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.
2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau dibawah saja.
3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola (Nugroho, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2
Uji Heterokedastisitas dengan pola Scatterplot
Dari hasil analisis diperoleh bahwa penyebaran residual adalah tidak
teratur. Hal ini dapat dilihat pada gambar scatterplot yakni pada plot titik-titik
berpencar dan tidak membentuk pola tertentu. Dengan demikian, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa model regresi terbebas dari asumsi klasik
heteroskedastisitas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Uji Autokorelasi
Uji
Autokorelasi
digunakan
untuk
mengetahui
ada
tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara
residual pada satu pengamatan dengan yang lain pada model regresi. Prasyarat
yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi.
Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson
(DW) dengan ketentuan jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL)
maka terdapat autokorelasi, jika d terletak antara dU dan (4-Du) maka tidak
ada autokorelasi, dan jika d terletak antara dL dan dU atau di antara (4-dU)
dan (4-dL) maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Nilai dL dan dU
dilihat di tabel DW (Priyatno, 2008).
Tabel 17
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
Adjusted R
Square
.492a
.242
.228
Std. Error of
the Estimate
DurbinWatson
9.64173
2.010
a. Predictors: (Constant), konformitas teman sebaya, pemantauan diri
b. Dependent Variable: kecenderungan pembelian impulsif
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 2,010. Hasil
tersebut menjelaskan bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi dalam
penelitian ini, dari tabel DW dengan signifikasi 0,05 dan jumlah data (n) =
110, serta k = 2 (jumlah variabel bebas) diperoleh nilai DW sebesar 2,010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berada diantara antara 1,7262 (dU) dan 2,2738 (4-dU), maka data tidak
mengalami autokorelasi.
3. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik, langkah
selanjutnya
adalah pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisis
regresi linear berganda. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini melalui dua
tahap, yaitu: uji koefisien regresi secara bersama-sama (uji F) dan uji koefisien
korelasi parsial.
a. Uji koefisien regresi secara bersama-sama atau simultan (uji F)
Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan uji simultan (uji F) yang
digunakan untuk mengetahui apakah variabel kriterium secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel prediktor. Hasil uji F
menunjukkan variabel prediktor secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel kriterium jika nilai p-value (pada kolom Sig.) lebih
kecil dari level of significant yang ditentukan, yaitu taraf signifikansi 0,05
(p<0,05) atau nilai F(hitung) > F(tabel). Signifikan berarti hubungan yang terjadi
dapat berlaku untuk populasi, atau dengan kata lain dapat digeneralisasikan.
Hasil uji F dari output program Statistical Product and Service Solution
(SPSS) versi 16 adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 18
Uji Hipotesis Secara Simultan
ANOVAb
1
Model
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
3171.164
df
2
9947.027
107
13118.191
109
Mean Square
F
1585.582
17.056
Sig.
.000a
92.963
a.Predictors: (Constant), konformitas teman sebaya, pemantauan diri
b. Dependent Variable: kecenderungan pembelian impulsif
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, didapatkan nilai p-value (pada
kolom Sig.) sebesar 0,000 (p<0,05) sedangkan nilai F hitung sebesar 17,056
dan F tabel sebesar 3,081 jadi F(hitung) > F(tabel). Hal ini berarti bahwa hipotesis
pertama yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat
hubungan yang positif antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya
dengan kecenderungan pembelian impulsif.
Selanjutnya nilai koefisien korelasi ganda (R) pada Model Summary
digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel bebas terhadap
variabel tergantung secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar
hubungan yang terjadi antara variabel bebas (X1 dan X2) secara serentak
terhadap variabel tergantung (Y). Nilai R berkisar antara 0 sampai dengan 1.
Apabila nilai R semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin
kuat, sebaliknya apabila nilai R semakin mendekati 0 maka hubungan yang
terjadi semakin lemah (Priyatno, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 19
Hasil Koefisien Korelasi Ganda (R)
Model Summaryb
Model
1
R
.492a
R Square
.242
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
.228
DurbinWatson
9.64173
2.010
a. Predictors: (Constant), konformitas teman sebaya, pemantauan diri
b. Dependent Variable: kecenderungan pembelian impulsif
Nilai koefisien korelasi ganda (R) yang dihasilkan sebesar 0,492
menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sedang antara pemantauan diri
dan konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif. Hal
ini sesuai dengan pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi
menurut Sugiyono (2005) yaitu: 0,0 - 0,199 (sangat rendah), 0,20 - 0,399
(rendah), 0,40 - 0,599 (sedang), 0,60 - 0,799 (kuat), dan 0,80 - 1,000 (sangat
kuat).
Nilai R2 (R Square) sebesar 0,242 atau 24%, yang berarti bahwa
persentase sumbangan pengaruh variabel bebas yakni pemantauan diri dan
konformitas teman sebaya terhadap variabel kecenderungan pembelian
impulsif sebesar 24%. Sisanya sebesar 76% dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak diuji secara empiris dalam penelitian ini.
b. Uji Korelasi Parsial
Uji hipotesis kedua dan hipotesis ketiga dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan uji korelasi parsial untuk menguji keeratan hubungan antara
dua variabel yaitu variabel bebascommit
dengantovariabel
user tergantung, dimana salah satu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
variabel bebas yang berpengaruh dikontrol. Uji hipotesis kedua untuk mengetahui
hubungan positif antara pemantauan diri dengan kecenderungan pembelian
impulsif (dimana variabel konformitas teman sebaya dikontrol), sedangkan uji
hipotesis ketiga untuk mengetahui hubungan positif antara konformitas teman
sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif (dimana variabel pemantauan
diri dikontrol). Keeratan hubungan dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi
(Nugroho, 2005). Hasil uji korelasi parsial dengan SPSS versi 16 dapat dilihat
pada tabel output di bawah ini:
Tabel 20
Uji korelasi parsial
antara pemantauan diri dengan kecenderungan pembelian impulsif
Correlations
Control Variables
Konformitas Kecenderungan
Correlation
Teman
Pembelian Impulsif
Significance
Sebaya
(1-tailed)
df
Pemantauan Diri
Correlation
Significance
(1-tailed)
df
commit to user
Kecenderungan
Pembelian Pemantauan
Impulsif
Diri
1.000
.078
.
.211
0
.078
107
1.000
.211
.
107
0
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 21
Uji korelasi parsial
antara konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif
Correlations
Control Variables
Pemantauan Kecenderunga
Correlation
Diri
n Pembelian
Significance (1-tailed)
Impulsif
df
Konformitas
Correlation
Teman Sebaya Significance (1-tailed)
df
Kecenderunga Konformita
n Pembelian
s Teman
Impulsif
Sebaya
1.000
.415
.
0
.415
.000
107
1.000
.
0
.000
107
Berdasarkan hasil output uji korelasi, dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Nilai koefisien korelasi antara variabel pemantauan diri dengan
kecenderungan pembelian impulsif (rxıy) sebesar 0,078 dengan p=0,211
(p>0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
pemantauan diri dengan kecenderungan pembelian impulsif.
2. Nilai koefisien korelasi antara variabel konformitas teman sebaya dengan
kecenderungan pembelian impulsif (rx2y) sebesar 0,415 dengan p=0,000
(p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara
konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua dalam
penelitian ini yang menyatakan adanya hubungan positif antara pemantauan
diri dengan kecenderungan pembelian impulsif ditolak (Ha ditolak),
sedangkan hipotesis ketiga dalam penelitian ini yang menyatakan adanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hubungan positif antara konformitas teman sebaya dengan kecenderungan
pembelian impulsif diterima (Ha diterima).
4. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum
mengenai pemantauan diri, konformitas teman sebaya dan kecenderungan
pembelian impusif. Dari skor kasar ketiga variabel diperoleh hasil statistik
deskriptif subjek penelitian, seperti di bawah ini:
Tabel 22
Statistik Deskriptif
Skala
Kecenderungn
Pembelian
Impulsif
Pemantauan
Diri
Konformitas
Teman
Sebaya
Jml
Sbj
Data
Hipotetik
Skor Skor
min max
M
SD
Data
Empirik
Skor Skor
min max
M
SD
110
24
96
60
12
32
79
54,79
10.970
110
23
92
57,5
11,5
42
79
60,27
7.068
110
25
100
62,5
12,5
39
84
61,03
9.160
Deskripsi data penelitian di atas menggambarkan kategorisasi dari masingmasing variabel yaitu pemantauan diri, konformitas teman sebaya dan
kecenderungan pembelian impulsive.. Kategorisasi dibagi menjadi tiga golongan
yaitu rendah, sedang dan tinggi.
Penentuan kategori tersebut didasarkan pada tingkat diferensiasi yang
commit kategori
to user perlu ditentukan terlebih dahulu
dikehendaki. Namun untuk memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
batasan yang akan digunakan berdasarkan nilai deviasi standar dengan
memperhitungkan rentangan nilai maksimal dan minimum teoritisnya. Tujuan
kategorisasi ini adalah menempatkan subjek ke dalam kelompok-kelompok yang
terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur
(Azwar, 2008). Kontinum jenjang ini akan dibagi menjadi 3 kategori yaitu rendah,
sedang, dan tinggi. Norma kategorisasi yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Rendah:
X < µ -1σ
b. Sedang :
µ - 1σ ≤ X < µ + 1σ
c. Tinggi :
X ≥ µ + 1σ
Keterangan :
µ = Mean Hipotetik (MH)
σ = Standar Deviasi (SD)
a. Kecenderungan Pembelian Impulsif
Berdasarkan norma kategori di atas, maka responden penelitian dapat
dikelompokkan menjadi tiga, seperti pada tabel berikut :
Tabel 23
Kriteria Kategori Kecenderungan Pembelian Impulsif
Kategorisasi
Rendah
Sedang
Tinggi
Norma
X < 48
48 ≤ X < 72
X ≥ 72
Jumlah
Jumlah Subjek
28 orang
73 orang
9 orang
110 orang
Persentase
25,4 %
66,4 %
8,2 %
100 %
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 110 sampel penelitian, 28
orang ( 25,4%) memiliki kecenderungan pembelian impulsif rendah, 73 orang
(66,4%) memiliki kecenderungan pembelian impulsif sedang dan 9 orang (8,2%)
commit to user
memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi. Berdasarkan data
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa sampel penelitian rata-rata
memiliki tingkat kecenderungan pembelian impulsif yang sedang.
b. Pemantauan Diri
Berdasarkan norma kategori di atas, maka responden penelitian dapat
dikelompokkan menjadi tiga, seperti pada tabel berikut :
Tabel 24
Kriteria Kategori Pemantauan Diri
Kategorisasi
Rendah
Sedang
Tinggi
Norma
X < 48
46 ≤ X < 69
X ≥ 69
Jumlah
Jumlah Subjek
4 orang
97 orang
9 orang
110 orang
Persentase
3,6 %
88,2 %
8,2 %
100 %
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 110 sampel penelitian, 4 orang
( 3,6%) memiliki tingkat pemantauan diri rendah, 97 orang (88,2%) memiliki
tingkat pemantauan diri sedang dan 9 orang (8,2%) memiliki tingkat pemantauan
diri yang tinggi. Berdasarkan data tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa
sampel penelitian rata-rata memiliki tingkat pemantauan diri yang sedang.
c. Konformitas Teman Sebaya
Berdasarkan norma kategori di atas, maka responden penelitian dapat
dikelompokkan menjadi tiga, seperti pada tabel berikut :
Tabel 25
Kriteria Kategori Konformitas Teman Sebaya
Kategorisasi
Rendah
Sedang
Tinggi
Norma
X < 50
50 ≤ X < 75
X ≥ 75
Jumlah
Jumlah Subjek
10 orang
92 orang
8 orang
110 orang
commit to user
Persentase
9,1 %
83,6 %
7,3 %
100 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 110 sampel penelitian, 10
orang ( 9,1%) memiliki tingkat konformitas teman sebaya yang rendah, 92 orang
(83,6%) memiliki tingkat konformitas teman sebaya sedang dan 8 orang (7,3%)
memiliki tingkat konformitas teman sebaya yang tinggi. Berdasarkan data tersebut
maka dapat diambil kesimpulan bahwa sampel penelitian rata-rata memiliki
tingkat konformitas teman sebaya yang sedang.
5. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif
Melalui metode Multiple Regression diperoleh koefisien determinasi yang
menunjukkan nilai R2 (R square) sebesar 0,242. Artinya, pemantauan diri dan
konformitas teman sebaya memberikan sumbangan sebanyak 24% terhadap
kecenderungan pembelian impulsif. Hal ini berarti masih terdapat76% faktor
lain yang mempengaruhi kecenderungan pembelian impulsif pada remaja
putri. Hal in dapa dilihat dari tabel output SPSS berikut ini:
Tabel 26
Sumbangan Efektif
S
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
DurbinModel
R
R Square
Square
the Estimate
Watson
S
a
1
.492
.242
.228
9.64173
2.010
a. Predictors: (Constant), konformitas teman sebaya, pemantauan diri
b. Dependent Variable: kecenderungan pembelian impulsif
Sementara itu, secara perhitungan manual didapatkan sumbangan efektif
pemantauan diri terhadap kecenderungan pembelian impulsif adalah sebesar
2,24% dan sumbangan efektif konformitas teman sebaya terhadap kecenderungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelian impulsif adalah sebesar 21,96%. Sumbangan relatif pemantauan diri
adalah sebesar 9,24% dan sumbangan relatif konformitas teman sebaya adalah
sebesar 90,76%.
D. Pembahasan
Hasil pengujian hipotesis pertama yang dilakukan secara bersama-sama
(simultan) menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara pemantauan diri dan
konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja
putri. Hubungan positif ketiga variabel ini menunjukkan hubungan yang searah,
artinya semakin tinggi pemantauan diri dan konformitas teman sebaya yang
dimiliki oleh remaja putri, maka akan semakin tinggi pula kecenderungan
pembelian impulsif yang dimiliki begitupun sebaliknya. Hasil ini menunjukkan
bahwa hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima, yang
ditandai dengan hasil perhitungan F hitung > F tabel dengan p = 0,000. F hitung
yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu sebesar 17,056 sedangkan F tabel
sebesar 3,081. Kekuatan hubungan ketiga variabel ditunjukkan oleh koefisien
korelasi sebesar R = 0,49 yang artinya berada pada taraf yang sedang.
Dari hasil ini, maka terbukti bahwa pemantauan diri secara bersama-sama
dengan konformitas teman sebaya mampu mempengaruhi remaja putri untuk
memiliki kecenderungan pembelian impulsif. Pemantauan diri yang dimiliki oleh
remaja putri yang meliputi bertingkah laku sesuai dengan situasi yang dihadapi,
kemampuan untuk menarik perhatian sosial, ketepatan berperilaku sesuai dengan
petunjuk sosial, kemampuan menyenangkan dan memberi kesan pada orang lain,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peka terhadap situasi yang ada, kemampuan mengontrol perilaku dan penampilan
dan didukung dengan kemampuan untuk melakukan konformitas terhadap teman
sebaya yaitu berperilaku sesuai dengan keinginan dan harapan teman sebaya,
sesuai dengan standar dan norma dalam kelompok teman sebaya, bergantung pada
ide, pendapat teman sebaya dan menyetujui ide teman sebaya, maka hal-hal
tersebut mampu meningkatkan kecenderungan pada remaja putri untuk melakukan
pembelian yang tiba-tiba tanpa perencanaan sebelumnya. Kontribusi secara
bersama-sama antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya terhadap
kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri hanya sebesar 24 %.
Remaja yang pada dasarnya belum memiliki kemampuan secara finansial
dengan karakteristik yang melekat erat pada dirinya seperti labil, mudah
dipengaruhi, spesifik dan impulsif sering dijadikan sebagai target pemasaran yang
potensial. Menurut Papalia,dkk (2008) remaja lebih memperhatikan perubahan
fisik yang dialaminya dan perhatian yang lebih besar akan lebih tampak pada
remaja putri. Maka tidak heran jika remaja putri akan cenderung membeli produkproduk yang mampu menunjangnya dalam berpenampilan. Para produsen dan
pemasar yang menyadari hal ini, datang dengan menawarkan berbagai produk
yang dibutuhkan oleh para remaja putri. Seperti yang dikemukakan oleh Ditmar,
dkk (1995) yaitu kecenderungan pembelian impulsif lebih tinggi pada remaja putri
yang diketahui memiliki tingkat emosi dan impulsivitas yeng lebih tinggi dalam
berbelanja dan mengeluarkan uang.
Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat kecenderungan pembelian
impulsif yang sedang pada remaja putri. Kontribusi pemantauan diri dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
konformitas teman sebaya hanya 24%, selanjutnya 76% kecenderungan pembelian
impulsif pada remaja putri dipengaruhi oleh variabel lain di luar pemantauan diri
dan konformitas teman sebaya. Menurut Loudon dan Bitta (1993), faktor yang
mempengaruhi kecenderungan pembelian impulsif adalah karakteristik produk
yang meliputi harga yang murah, siklus hidup produk yang pendek, ukuran yang
kecil dan mudah disimpan; faktor pemasaran, serta karakteristik konsumen yang
meliputi kepribadian, demografis dan karakteristik konsumen. Faktor lainnya
menurut Chen dan Hung (2005) adalah mood seseorang, identitas diri yang
dimiliki dan karakteristik pribadi seperti usia dan menurut Djudiyah dan
Hadipranata (2002), harga diri, uang saku dan materialisme akan mempengaruhi
pembelian impulsif.
Hasil pengujian secara parsial antara pemantauan diri dan kecenderungan
pembelian impulsif menunjukkan koefisien korelasi yaitu sebesar 0,078 dengan
p = 0,211 (p > 0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara
pemantauan diri dan kecenderungan pembelian impulsif. Pada penelitian ini
walaupun saat bersama-sama dengan konformitas teman sebaya, pemantauan diri
berhubungan signifikan dengan kecenderungan pembelian impulsif, namun hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pemantauan diri jika berdiri sendiri tidak
berhubungan secara signifikan dengan kecenderungan pembelian impulsif. Pada
saat pemantauan diri secara bersama-sama dengan konformitas teman sebaya,
menunjukkan
sumbangan
efektif
konformitas
teman
sebaya
terhadap
kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri yaitu 21,96 % lebih besar
dibandingkan sumbangan efektif pemantauan diri yang hanya sebesar 2,24 %.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini yang menyatakan ada
hubungan positif antara pemantauan diri dengan kecenderungan pembelian
impulsif tidak terbukti. Artinya pemantauan diri yang dimiliki oleh seseorang
tidak mempengaruhinya untuk memiliki kecenderungan pembelian impulsif yaitu
kecenderungan untuk melakukan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya.
Menurut Scher dan Thompson (2007), pemantauan diri adalah kombinasi internal
antara pengamatan diri dan kontrol diri. Semakin baik pemantauan diri yang
dimiliki oleh seseorang, maka semakin baik pula pengamatan diri dan kontrol
dirinya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Melati,dkk (2007) menyimpulkan
bahwa kontrol diri yang dimiliki oleh remaja mempengaruhi pembelian
impulsifnya, semakin tinggi kontrol diri yang dimiliki remaj maka pembelian
impulsif semakin rendah, begitu pun sebaliknya.
Pemantauan diri yang dimiliki oleh seorang remaja akan membuatnya
cenderung mengubah perilaku sesuai tuntutan sosial sehingga remaja mengatur
kesan yang dibuatnya. Para remaja tidak jarang akan menunda kepuasan dalam
membeli untuk mendapatkan kesan yang baik dari orang lain dan hal ini mampu
menghindarkan remaja putri dari kecenderungan pembelian impulsif. Sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan Yani (2005) bahwa seseorang yang memiliki
kecenderungan impulsif yang tinggi perlu menyadari bahwa penyebab terjadinya
pembelian impulsif lebih bersifat pada situasi yang sedang dialami dan
sebenarnya variabel situasi lebih mudah dikontrol dibandingkan variabel personal
dari dalam diri sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil pengujian secara parsial antara konformitas teman sebaya dan
kecenderungan pembelian impulsif menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,415
dengan p = 0,000 yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara
konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif. Semakin
tinggi konformitas teman sebaya, maka semakin tinggi pula kecenderungan
pembelian impulsif yang dimiliki remaja putri. Hasil penelitian ini senada dengan
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Artledia (2009) yaitu semakin tinggi
konformitas remaja terhadap kelompok teman sebayanya, maka semakin mudah
remaja tersebut dipengaruhi oleh kelompok teman sebayanya untuk melakukan
pembelian secara impulsif.
Menurut Priede dan Ferrel (1995) kelompok teman sebaya mempengaruhi
keputusan pembelian seseorang tergantung pada tingkat konformitas yang
dimiliki. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Monks,dkk
(2002) bahwa pada masa remaja akan menunjukkan originalitasnya bersama
teman sebaya dalam hal berpakaian, berpenampilan, berdandan, termasuk dalam
hal pembelian. Konformitas yang dimiliki remaja putri turut mempengaruhi
keputusan pembelian. Keinginan remaja putri untuk senantiasa menyesuaikan
penampilan dengan teman sebaya akan membuat remaja putri memiliki
kecenderungan untuk membeli produk yang sama dengan teman-teman sebayanya
secara impulsif. Seperti yang dikemukakan oleh Mowen dan Minor (2001)
sebelumnya apabila seseorang melakukan pembelian seorang diri, maka
cenderung akan membeli barang-barang yang sudah direncanakan sebelumnya.
Sebaliknya, apabila seseorang melakukan pembelian dengan kelompok, maka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akan cenderung membeli barang-barang yang sebelumnya tidak masuk dalam
perencanaan.
Herabadi,dkk (2003) memaparkan bahwa memiliki teman untuk
berbelanja, sangat mungkin merupakan faktor yang mendorong timbulnya
perilaku belanja impulsif. Hal ini karena ada perbedaan yang jelas dalam
kecenderungan belanja impulsif antara kelompok yang berbelanja dengan teman
dan kelompok yang berbelanja tanpa teman. Menurut Peter dan Olson (dalam
Meike, 2009), kelompok acuan seperti teman sebaya berpengaruh penting bagi
seorang konsumen. Kelompok acuan teman sebaya tidak hanya mempengaruhi
pengetahuan, sikap dan nilai seorang konsumen tetapi juga mempengaruhi
pembelian suatu produk, merek tertentu dan pemilihan toko dimana akan
melakukan pembelian. Hal ini tentunya dapat mempengaruhi remaja untuk
melakukan pembelian secara impulsif.
Secara umum, hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang
positif antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya dengan
kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri. Penelitian yang telah
dilakukan ini tentunya memiliki beberapa keterbatasan. Penelitian ini hanya
meneliti subjek dengan rentang usia remaja dan berjenis kelamin perempuan saja,
belum
mempertimbangkan
aspek-aspek
yang
lain
seperti
karakteristik
kepribadian, status sosioekonomi, materialisme, budaya dan lainnya. Selanjutnya
keterbatasan peneliti sebagai pemula dalam menyusun alat ukur penelitian yang
belum mampu secara maksimal mengukur dengan baik apa yang seharusnya
diukur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemantauan diri dan konformitas teman sebaya secara bersama-sama
memiliki hubungan positif dengan kecenderungan pembelian impulsif. Hal
ini menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif
antara
pemantauan
diri
dan
konformitas
teman
sebaya
dengan
kecenderungan pembelian impulsif, diterima.
2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pemantauan diri dengan
kecenderungan pembelian impulsif. Berdasarkan hasil tersebut, maka
hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara pemantauan diri
dengan kecenderungan pembelian impulsif, ditolak.
3. Ada hubungan positif antara konformitas teman sebaya dengan
kecenderungan pembelian impulsif. Berdasarkan hasil tersebut, maka
hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara konformitas teman
sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif, diterima.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Saran
1. Kepada remaja putri
Kepada remaja putri agar memiliki pengendalian diri yang baik sehingga
dapat lebih bijak dalam menyikapi keinginan belanja yang datang secara tiba-tiba.
Remaja putri perlu bersikap lebih mandiri dalam mengambil keputusan sehingga
tidak mudah dipengaruhi oleh kelompok teman sebaya.
2. Kepada orang tua
Kepada orang tua yang memiliki putri khususnya agar lebih menaruh
perhatian terhadap perkembangan dan perubahan yang sedang dialami putrinya.
Orang tua diharapkan pula agar memperhatikan perilaku belanja putrinya guna
menghindari pembelian yang tidak wajar.
3. Kepada peneliti yang lain
Kepada para peneliti yang lain dapat mengadakan penelitian yang senada
di tempat yang berbeda dengan menggunakan responden yang berbeda pula
sehingga akan menghasilkan penelitian yang lebih bervariasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M & Asrori, M. 2008. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta : Bumi Aksara.
Anin. A, Rasimin & Atamimi, N. 2008. Hubungan Self Monitoring Dengan
Impulsive Buying Terhadap Produk Fashion Pada Remaja. Jurnal
Psikologi. Vol. 35. No. 2. p: 181-193.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Penelitian. Jakarta:
Rineka Cipta.
Armando, N. 2003. Menjadi Pembelanja yang Boros. Jurnal Perempuan. Edisi 3.
p: 31-41.
Artledia, S. 2009. Hubungan Antara Konformitas Terhadap Kelompok Teman
Sebaya Dengan Pembelian Impulsif pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan).
Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.
Azwar, S. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
________. 2008. Penyusunan Skala Psikologi. Yogakarta: Pustaka Pelajar
_________. 2008. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_________. 2007. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Edisi ke 2.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baron, R. A & Byrne, D. 2003. Psikologi Sosial Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
____________________. 2005. Psikologi Sosial Jilid 2. Jakarta: Erlangga
____________________. 2000. Social Psychology. Massachusetts: A Pearson
Education Company.
Calhoun, J. F. & Acocella, J. R. 1990. Psikologi Tentang Penyesuaian dan
Hubungan Kemanusiaan. Semarang: IKIP Semarang Press.
Chen, H. L & Hung, M. L. 2005. An Exploration of Taiwanese Adolescents
Impulsive Buying Tendency. Journal Research on Adolescence. Vol. 40,
No. 157. p: 215-223.
Clara, M & Nilam. 2005. Pengaruh Hubungan Interpersonal, Self Monitoring dan
Minat Terhadap Perfomansi Kerja Pada Karyawan Bagian Penjualan.
to user
Seminar Nasional PESAT. p:commit
146-158.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Chaplin, J.P. 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Press.
Choi, K. F., Priscilla Y. L & Yu, P. 2000. Relationship Between Teenager’s Self
Monitoring and Buying Behavior. Journal RJTA, Vol. 7, No. 2, p: 53-59.
Consumer Survey Indonesia. 2010. Tren Perilaku
http://swa.co.id/2010/04 (diakses 4 Juni 2010).
Belanja
di
Mal.
Crain, W. 2007. Teori Perkembangan: Konsep dan Aplikasi Edisi Ketiga.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Davidoff, L. 1991. Psikologi: Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gunung Agung.
Dayaksini, T & Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.
Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Djudiyah & Hadipranata. 2002. Hubungan antara Pemantauan Diri, Harga Diri,
Materialisme dan Uang Saku dengan Pembelian Impulsif pada Remaja.
Jurnal Psikodinamik. Vol. 4. No. 2. p: 59-72.
Engel, J. F., Blackwell, R. D & Miniard, P.W. 1995. Perilaku Konsumen Edisi 6.
Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Feldman, R.S. 1999. Understanding Psychology. New York: Mc Graw Hill.
Friedman & Schustack. 2006. Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern Jilid
kedua. Jakarta: Erlangga.
Fransisca & Suyasa. 2005. Perbandingan Perilaku Konsumtif Berdasarkan Metode
Pembayaran. Jurnal Phronesis.Vol. 7. No. 2. p: 172-198.
Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Herabadi. 2003. Perbedaan Individual dalam Kecenderungan Belanja Impulsif:
Sarat Emosi dan Pendek Pikir. Jurnal Psikologi, Vol. 12, No. 2, h: 58-70.
Herabadi, Verpanklen & Knippenberg. 2003. Buying Impulses: A Studi on
Impulsive Compsution. Unpublished Thesis. Netherland: University of
Nijmegen.
________________________________. 2009. Compsution Experience of
Impulse Buying in Indonesia: Emotional Arousal and Hedonic
commit
to user
Considerations. Asian Journal
of Social
Psychology. Vol. 12. p: 20-31.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hoyer, W. D & Maclnnis, D. J. 2008. Consumer Behavior 5th Edition. New York:
Mc Graw-Hill.
Hurlock, E. B. 1993. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Indria, K & Nindyati, A. 2007. Kajian Konformitas dan Kreativitas Affective
Remaja. Jurnal Provitae, Vol. 3, No. 1. p: 85-99.
Istijanto. 2005. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran Plus 36 Topik Riset Pemasaran
Siap Serap Terap. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kacen, J.J & Lee. 2002. The Influence of Culture on Consumer Impulsive Buying
Behavior. Journal of Consumer Psychology. Vol.12. No.2. p: 163-176.
Kartajaya, H. 2007. Seri 9 elemen Marketing HK On Marketing Mix. Bandung:
Penerbit Mizan.
King. 2008. Psychology the Science of An Appreciative View. New York: Mc
Graw Hill.
Kuppuswamy, B. 1990. Elements of Social Psychology. New York: Mc Graw Hill
College.
Kurniawati, M. 2009. Kelompok Acuan Remaja: Faktor Konsumsi Produk Food
Suplement. Jurnal Phronesis. Vol. 11. No. 1. p: 53-64.
Lina & Haryanto. 1997. Perilaku Konsumtif Berdasar Locus of Control pada
Remaja Putri. Jurnal Psikologika, No. 4. p: 5-13.
London, M. 1995. Self and Interpersonal Insight. New York: Oxford University
Press.
Loudon, D. L & Bitta, A. J. D. 1993. Consumer Behavior: Concepts &
Applications. New York: Mc Graw-Hill Series Marketing.
Ma’ruf, H. 2006. Perilaku Konsumen. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Melati, Rostiana & Aswini, W. 2007. Pengaruh Kontrol Diri terhadap Pembelian
Impulsif pada Remaja Awal. Jurnal Phronesis, Vol. 9. No. 2. p: 115-133.
Monks, F. J., Knoers, A. M. P & Haditono, S. R. 2002. Psikologi Perkembangan.
Yogyakarta: Gadja Mada University Press.
Mowen, J. C & Minor, M. 2001. Perilaku Konsumen Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
commit
to user
Munandar. 2001. Psikologi Industri
dan Organisasi.
Jakarta: UI Press.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Myers, D. 2009. Social Psychology: International Edition. New York: Mc Graw
Hill College.
Naumann. 2008. The Effects of Norms and Self Monitoring on Helping Behavior.
Journal of Business Behavioral Studies. p: 2-10..
Nugroho, B.A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan
SPSS. Yogyakarta: Andi Offset.
Papalia, D. E., Old, S.W dan Feldman, R. D. 2008. Human Development:
Perkembangan Manusia. Jakarta: Salemba Humanika.
Pride, W & Ferrell, O. 1995. Pemasaran Teori Dan Praktik Di Lingkungan
Pergaulan Sekolah Terhadap Sikap Konsumtif. Yogyakarta: Jurnal
Psikologika. Vol. 5. No. 3. P: 39-46.
Priyatno, D. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: MediaKom.
_________. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Rakhmat, J. 1995. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Reysa & Rudolf. 2008. Ekspresi Trait Argumentativeness dan Trait Self
Monitoring pada Kandidat Mahasiswa dalam Electoral Marketplace
Universitas Indonesia. Jurnal Psikologi Sosial, Vol. 14. No. 1. p: 51-63.
Robins. 2008. Perilaku Organisasi 1 Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.
Rook, D. 1987. The Buying Impulse. The Journal of Consumer Research. Vol. 14.
No.2. p: 189-199.
Santrock, J.W. 2007. Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Sarwono & Meinarno. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Scher & Thompson. 2007. A Comparison of Self Report and Behavioral
Measures. UW-L Journal of Undergraduate Research. p: 1-8.
Schiffman & Kanuk. 1994. Consumer Behavior. New Jersey: Prentice Hall
International, Inc.
Sears, Freedman & Peplau. 1994. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Semuel, H. 2007. Pengaruh Stimulus Media Iklan, Uang Saku, Usia dan Gender
terhadap Kecenderungan Pembelian Impulsif (Studi Kasus Produk
Pariwisata). Jurnal Manajemen Pemasaran. Vol. 2. No. 2. p: 31-42.
Setyawan. 2005. Memanjakan Perilaku Konsumtif
http://www.scribd.com. (diakses 7 Juni 2010).
Masyarakat
Solo.
Simamora, B. 2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen. Jakarta: Gramedia
Sumarwan. 2003. Perilaku Konsumen. Bandung: PT. Ghalia Indonesia.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sutisna. 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT
Rosdakarya
Snyder. 1974. The Self Monitoring of Expressive Behavior. Journal of
Personality and Social Psychology. Vol. 30. p: 526-555.
Snyder, M & Gangestad, S. 1986. On the Nature of Self Monitoring: Matters of
Assesment, Matters of Validity. Journal of Personality and Social
Psychology. Vol. 51. No.1.
_________________. 2000. Self Monitoring: Appraisal and Reappraisal.
Psychological Bulletin, Vol. 126. No. 4. p: 530-555.
Solomon. 2002. Consumer Behavior. New York: Prentice Hall International.
Tambunan, R. 2001. Remaja dan Perilaku Konsumtif. www.e-psikologi.com.
(diakses 5 Juni 2010).
Taylor, Peplau & Sears. 2009. Psikologi Sosial Edisi ke 12. Jakarta: Penerbit
Kencana Prenada Media Group.
Utami & Sumaryono. 2008. Pembelian Impulsif Ditinjau dari Kontrol Diri dan
Jenis Kelamin pada Remaja. Jurnal Proyeksi. Vol. 3. No. 1. p: 46-55.
Wathani, F. 2009. Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Pakaian
ditinjau dari Peran Gender. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Fakultas
Psikologi Universitas Sumatra Utara.
Widjaja. 2002. Tanya Jawab Perilaku Konsumen dan Pemasaran Strategik.
Jakarta: Harvarindo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Yani. 2005. Impulse Bidding: An Empirical Analysis of Ebay Web Site. Jurnal
Anima. Vol. 21. No.1. p: 3-22.
Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
Zebua, A. S & Nurdjayadi, R. D. 2001. Hubungan antara Konformitas dan
Konsep Diri dengan Perilaku Konsumtif pada Remaja Putri. Jurnal
Phronesis. Vol. 3. No. 6. p: 72-82.
commit to user
Download