1 KEMIMPINAN PEMBELAJARAN KEPALA SEKOLAH DALAM

advertisement
KEMIMPINAN PEMBELAJARAN KEPALA SEKOLAH DALAM
MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU
Yandris Mena1, Ibrahim Bafadal2, Mustiningsih3
(Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan
Universitas Negeri Malang)
Email : [email protected]
Abstrak : Peningkatan profesional guru perlu memperhatikan hal-hal
yang berkaitan dengan penampilan guru, penguasaan materi/kurikulum,
penggunaan metode mengajar, pendayagunaan alat/fasilitas pendidikan,
penyelenggaraan pembelajaran dan evaluasi serta pelaksanaan kegiatan
ekstra-kurikuler. Indikator yang menandai pembelajaran bermutu berkaitan
dengan input yaitu guru, tujuan pengajaran, peserta didik dan media
pendidikan; proses serta output, sehingga mampu meningkatkan guru yang
profesional untuk lebih memahami kinerja yang harus mereka kerjakan
sebagai seorang pedidik.
Kata kunci : kepemimpinan pembelajaran, profesional guru
Kepemimpinan merupakan salah satu kompetensi yang
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan
harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah. Kepala
Penjaminan Mutu Pendidikan,2010; 3)
sekolah sebagai pemimpinan pembelajaran adalah
Kepemimpinan pembelajaran di Indonesia
kepemimpinan yang menitikberatkan kepada ranah
mulai popular tahun 2010 ketika Direktorat Tenaga
pembelajaran, meliputi kurikulum, proses belajar
Kependidikan Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik
mengajar, asesmen, penilaian, pengembangan guru,
danTenaga Kependidikan mulai mengadakan pelatihan
layanan prima dalam pembelajaran, dan pembangunan
kepala sekolah. Kepemimpinan pembelajaran di
komunitas belajar di sekolah. Banyak penelitian yang
menyimpulkan
bahwa
kepala
sekolah
Australia
yang
Kepemimpinan
memfokuskan kepada kepemimpinan pembelajaran
leadership,
dari pada kepala sekolah yang kurang memfokuskan
kepemimpinan
pembelajaran.
pembelajaran.
(Kepala
pembelajaran
leadership.
(instructionnal
visionary
leadership,and
teaching,
learning leadership, and supervision leadership
Ironisnya,
(Huber, 2010).
kebanyakan kepala sekolah tidak menerapkan model
kepemimpinan
educational
leadership) disebut juga education leadership,school
menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik
pada
disebut
Badan
Kelemahan
kepemimpinan
pembelajaran
adalah terlalu berpusat pada kepala sekolah sehingga
1
kepala sekolah cenderung otoriter dalam menerapkan
peserta didik pada pendidikan anak dari jalur
kepemimpinannya. Sistem implementasi kurikulum
pendidikan formal, baik itu pendidikan dasar dan
2013
dan
menengah. Guru adalah pelaksana pendidikan di
kepemimpinan, kultur dan iklim sekolah terhadap
sekolah yang langsung berinteraksi dengan peserta
kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana
didik dan merupakan kompetensi yang sangat penting
dan prasarana untuk menghasilkan lulusan yang
dalam Proses Belajar Mengajar (PBM).
memerlukan
perubahan
manajemen
kompeten (Bahan Uji Publik Kurikulum 2013).
Menurut Syarifuddin (1992:2) bahwa: guru
Perubahan tersebut dipelopori oleh kepala sekolah
memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan
ngembangan keprofesian berkelanjutan guru. Kepala
pembelajaran. Karena fungsi utama guru adalah
sekolah sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah
mengupayakan
agar
pembelajaran efektif
guru
dapat
merancang,
melaksanakan
mengelola,
melaksanakan
dan
mengevaluasi pembelajaran. Sekarang ini banyak
Willison (2008) merumuskan
ditemukan berbagai kendala terhadap guru dalam
tiga cara/strategi untuk menjalankan kepemimpinan
peningkatan
pembelajaran yang efektif yaitu: (1) talk the talk; (2)
terhadap
walk the walk; (3) be the caddy.
profesionalnya.
professional
guru,
Berbagai
kendala
menurut
Mulyasa
(1995:15) yaitu: (1) tidak adanya kesesuaian disiplin
Kepemimpinan Pembelajaran adalah tindakan
ilmu yang diperoleh di perguruan tinggi dengan mata
yang dilakukan (Kepala Sekolah) dengan maksud
pelajaran yang diajarkan, (2) tidak mempunyai
mengembangkan lingkungan kerja yang produktif dan
kompeten untuk menjadi guru, (3) tidak menuasai
memuaskan bagi guru, serta pada akhirnya mampu
bahan pelajaran, (4) tidak memiliki metode pelajaran
mengembangkan kondisi belajar dan mengelola
yang baik, (5) belum memiliki kemampuan memahami
lingkungan belajar yang memungkinkan hasil belajar
makna pengelolaan kelas, dan (6) sering melalaikan
siswa meningkat. Istilah kepemimpinan pembelajaran
tugas.
muncul dalam Permendiknas Nomor: 35/2010 yang
Fattah (1994:80) menyatakan bahwa : upaya
menyatakan bahwa efektivitas kepala sekolah dinilai
pembinaan profesi guru perlu dilakukan didalam suatu
angka keditnya dalam kompetensi (1) Kepribadian dan
Sosial
(2)
Kepemimpinan
pembelajaran
sistem sehingga pembinaan profesi guru akan menjadi
(3)
kegiatan yang bersifat terus menerus dan terprogram.
Pengembangan Sekolah dan Madrasah (4) Manajemen
Demikian pentingnya pengembangan mutu kinerja
sumber daya (5) Kewirausahaan sekolah/madrasah (6)
guru dalam mewujudkan lembaga pendidikan yang
Supervisi Pembelajaran, Kauchak (dalam Sulistyorini,
bermutu,
2009; 49).
maka
program
pengembangan
yang
demikian merupakan salah satu pilihan yang urgensi
Undang-undang Republik Indonesia Nomor
untuk
dilaksanakan
pendidikan,
menetapkan guru sebagai tenaga pendidik professional
pendidikan adalah mutu kinerja guru.
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
2
salah
peningkatan
14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen telah
dengan tugas utama mendidik mengajar, membimbing,
Karena
dalam
satu
indikator
mutu
mutu
Apabila dicermati kenyataan di lapangan
sampai yang terjadi adalah sebaliknya, seorang leader
menunjukkan bahwa peran penting kepala sekolah
dipengaruhi oleh bawahan atau pun orang-orang di
nampaknya belum diimbangi dengan kepemilikan
sekitarnya. Jika hal ini terjadi, maka pemimpin yang
kemampuan
Dalam
sedang menjalankan perannya sebagai seorang leader
kondisi seperti ini kepala sekolah dominan tampil
tidak akan mempunyai wibawa sama sekali, bahkan
sebagai tata laksana sekolah daripada pemimpin
cenderung
pembelajaran, sehingga guru diharapkan memiliki
integritas.
profesional
yang
memadai.
pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan serta sikap
dipermainkan
Pemimpin
yang
karena
baik
tidak
memiliki
diharapkan
dapat
yang tepat terhadap pembaharuan dan sekaligus
menimbulkan pengaruh positif. Tapi pengaruh positif
merupakan penyebar ide pembaharuan yang efektif.
tidak akan terjadi apabila pemimpin hanya sekedar
Serta Guru harus mampu melihat jauh ke depan dalam
memperkatakan hal-hal positif tetapi tidak memiliki
mengantisipasi dan menjawab tantangan yang dihadapi
pengalaman nyata tentang hal tersebut karena tidak
oleh sektor pendidikan sebagai suatu sistem.
pernah melakukannya. Kepala sekolah sebagai seorang
leader
KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN DAN
akan
menjalankan
PROFESIONALISME GURU
sangat
memiliki
perannya
pengaruh
sebagai
dalam
pemimpin
pembelajaran. Paling tidak apakah dia juga bisa dilihat
Bagi seorang kepala sekolah, mempelajari
sebagai sosok yang senantiasa belajar? Belajar tidak
teori kepemimpinan pembelajaran belum cukup untuk
selalu diartikan sebagai belajar formal di suatu
menjadikannya seorang pemimpin pembelajaran yang
sekolah. Belajar di sini lebih cenderung pada kemauan
handal. Untuk itu, ada beberapa hal penting yang dapat
seseorang untuk senantiasa berubah dan memperbaiki
menunjang keberhasilan seorang kepala sekolah dalam
diri. Jika ia dilihat sebagai sosok yang senantiasa
memainkan perannya sebagai seorang pemimpin
belajar dan mau memperbaiki diri, maka secara tidak
pembelajaran.
langsung ia sudah memimpin dalam arti menggiring
orang lain untuk melakukan hal yang sama, yaitu
Kepala Sekolah sebagai Leader
senantiasa belajar.
Sebagai seorang kepala sekolah, salah satu
peran yang harus dilakukan adalah peran sebagai
Belajar Yang Membawa Perubahan
leader. Maxwell (2009) mendefinisikan leader sebagai
pengaruh atau mempengaruhi, tidak kurang tidak
Dalam sekolah pembelajar, etos belajar sangat
lebih. Dalam hal ini, Maxwell berusaha untuk
dapat dirasakan sekali. Dalam hal ini, Tee (2005)
menekankan bahwa seorang leader, karena posisinya,
mengatakan bahwa sekolah dengan konsep organisasi
dapat
pengaruh
belajar mendorong setiap orang yang ada di sekolah
kepada bawahannya atau orang-orang di sekitarnya.
untuk belajar. Jadi, yang belajar tidak hanya peserta
Akan tetapi dalam hal ini Maxwell ingin menegaskan
didik saja, melainkan kepala sekolah, guru-guru dan
bahwa karena begitu strategisnya posisi seorang
segenap tenaga kependididkan juga ikut belajar sesuai
leader, maka apa pun yang dikatakan dan diperbuat
dengan bidangnya masing-masing. Belajar di sini tidak
akan dengan cepat mempengaruhi orang lain. Jangan
selalu diartikan membaca buku, walaupun membaca
memberikan
atau
menimbulkan
3
buku menjadi salah satunya. Banyak orang yang
Belajar move on, move up
menyatakan dirinya belajar tetapi sebenarnya mereka
tidak
mendasarkan
pada
Gambaran yang sering dilihat ketika kenaikan
konsep true learning,
kelas adalah adanya perasaan senang, misalnya:
sehingga apa yang dipelajari tidak membawa pada
peserta didik kelas satu yang naik ke kelas dua merasa
suatu perbaikan. Belajar yang sesungguhnya adalah
senang, orang tua senang, guru pun juga senang.
belajar yang membawa perubahan, dan perubahan
Tetapi pernahkah seorang kepala sekolah bertanya
yang ditimbulkan akan membuat seseorang ingin
dalam hati tentang ada tidaknya suatu nilai yang telah
belajar lagi (Tee, 2005).
tertanam dalam diri peserta didik yang kelak akan
Disamping kegiatan belajar harus diusahakan
bermanfaat bagi kehidupannya di masa datang?
terus menerus, apa yang dipelajari haruslah yang
Ataukah peserta didik tersebut sekedar naik kelas
mengandung ‘good value’ (Tee, 2005). Jika sebagai
karena secara nilai dia menunjukkan nilai tertentu
pendidik, atau dalam hal ini kepala sekolah, tidak
yang memungkinkannya untuk naik kelas? Apakah
mengimpartasikan
maka
peserta didik hanya menerima suatu input yang
pembelajaran yang dilaksanakan hanya menghasilkan
dikemas dalam bentuk mata pelajaran dan kemudian
sekumpulan orang-orang pintar tetapi bermasalah dan
pada periode tertentu dilakukan penilaian? Gambaran
tidak memiliki integritas. Jadi, tidak semestinya
ini menggambarkan kejadian yang hanya sekedar
sekolah hanya menginginkan supaya peserta didiknya
‘move on’, berpindah dari kelas satu ke kelas dua.
nilai-nilai
yang
baik,
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang
Kepala
sekolah
selaku
pemimpin
pem-
bagus, tetapi perlu juga untuk mendapatkan nilai-nilai
belajaran perlu menekankan pada penanaman nilai-
hidup yang bagus.
nilai tertentu pada peserta didik untuk tidak bangga
Tee sangat menekankan pada hal ini, terlebih
hanya dengan prestasi naik kelas, kalau tidak ada nilai
di era sekarang ini, sebagai seorang pemimpin
tambah lain dalam diri setiap peserta didik yang
pembelajaran kepala sekolah harus benar-benar tahu
diperoleh ketika mereka menduduki kelas tertentu.
nilai-nilai yang akan diperoleh peserta didik selama
Nilai tambah di sini maksudnya adalah nilai-nilai yang
mereka belajar di sekolah. Untuk memperjelas konsep
membawa peserta didik pada perbaikan kualitas hidup
good value, Tee memberikan contoh berikut. 1)
sebagai seorang peserta didik, dalam hal ini adalah
organisasi teroris bisa jadi juga merupakan sebuah
konsep move up. Banyak peserta didik yang mampu
organisasi pembelajar karena orangorangnya juga
naik kelas dengan nilai yang tidak jelek tetapi tidak
dapat belajar dengan baik dan cepat 2) pengusaha yang
menunjukkan peningkatan kualitas hidup. Kalau
suka menipu orang, bisa jadi mereka adalah orang
dikembalikan kepada konsep belajar menurut Tee
yang cerdas dan memiliki banyak ilmu. Dari kedua
(2005), naik ke jejang pendidikan yang lebih tinggi
contoh, jelas bahwa sebagus apapun ilmu yang
tanpa disertai dengan peningkatan kualitas hidup
diperoleh seseorang kalau tidak didasari dengan good
berarti sebenarnya peserta didik tersebut tidak belajar.
values tidak akan memberikan dampak positif bagi
Karena seperti dijelaskan sebelumnya bahwa belajar
orang lain.
menurut Tee (2005) akan mengakibatkan adanya
perubahan dalam diri si pembelajar. Dan kemudian
4
perubahan yang terjadi akibat belajar akan memotivasi
dapat berusaha belajar sendiri untuk bertumbuh dalam
si pembelajar untuk dapat belajar lebih lagi.
jabatan.
Jadi,
sebagai
seorang
pemimpin
pemDalam
belajaran, seorang kepala sekolah tidak boleh sekedar
pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian.
bahwa kenaikan kelas/kelulusan diiringi dengan
Sementara itu, guru yang profesional adalah guru yang
bertambahnya pemahaman peserta didik terhadap
dimaksud
dalam
guru
pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan
kelas. Lebih dari itu, kepala sekolah harus memastikan
yang
profesionalisme
suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang
supaya tidak banyak peserta didik yang tidak naik
seperti
ini,
merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas
mengupayakan supaya kelulusan maksimal atau
nilai-nilai
hal
memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk
point
melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Dengan
sebelumnya.
kata lain, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
guru
Profesionalisme dan Otonomi Guru
Profesional merupakan suatu pekerjaan yang
memerlukan
kepandaian
orang
yang
memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
jalankannya dan mengharuskan adanya pembayaran
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.
dalam
profeional
Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan
merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam
terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang
melakukan
kaya
aktifitas,
untuk
adalah
men-
pelaksanaannya
khusus
profesional
kemampuan
karena
dengan
adanya
di
bidangnya
(Kunandar,
2007:46-47).
kemampuan profesional seseorang akan mampu
Sedangkan Hamalik mengemukakan bahwa guru
melakukan sesuatu sebagaimana yang diharapkan.
profesional merupakan orang yang telah menempuh
Perilaku
program pendidikan guru dan memiliki tingkat master
profesional
merupakan
otonomi
atau
kemandirian dalam melaksanakan profesinya.
serta telah mendapat ijazah negara dan telah
berpengalaman dalam mengajar pada kelas-kelas besar
Adapun status profesional ini tidak dapat
(Hamalik, 2006:27).
dicapai hanya dengan mengeluarkan persyaratan
bahwa tenaga pendidikan adalah tenaga profesional,
KOMPETENSI KEPEMIMPINAN
meskipun
PEMBELAJARAN DAN KOMPETENSI
sudah
ditentukan
dalam
perundang-
undangan. Trianto (2010:17), bahwa profesionalisasi
PROFESIONALISME GURU
adalah
Kompetensi Kepemimpinan Pembelajaran
suatu
usaha
untuk
mencapai
tingkat
profesional. Menurut Sahertian (Trianto, 2010:18),
Kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala
bahwa usaha profesionalisasi dapat timbul melalui dua
sekolah sebagai kepemimpin pembelajaran adalah
segi, yaitu: 1) dari segi eksrenal, yaitu dorongan dari
sebagai
luar yang memacu untuk mengikuti kegiatan akademik
atau
penataran
atau
adanya
berikut
mengartikulasikan
lembaga-lembaga
;
tujuan
(1)
merumuskan
pembelajaran
;
dan
secara
bersama-sama, kepala sekolah dan guru merumuskan
pendidikan yang memberi kesempatan bagi gru untuk
tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menyepakati
belajar lagi, dan 2) dari segi internal, yaitu seseorang
cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan
5
pembelajaran dan melaksanakannya secara konsisten
mendasarkan pada visi yang ingin dicapai di masa
untuk mencapai tujuan pembelajaran. (2) mengarahkan
depan,sedang
dan membimbing pengembangan kurikulum ; kepala
kepemimpinan yang mempertimbangkan situasi yang
sekolah mengarahkan dan membimbing para guru
sedang
dalam
kepemimpinan
mengembangkan
perumusan
visi,
kurikulum,
misi,
dan
mulai
tujuan
dari:
sekolah;
kepimpinan
dihadapi.
Kombinasi
tersebut
akan
situasional
dari
adalah
kedua
mampu
jenis
memberi
inspirasi dan mendorong terjadinya pembelajaran yang
pengembangan struktur dan muatan kurikulum; dan
futuristik dan kontekstual sekaligus.
pembuatan kalendersekolah.
Ketujuh melayani siswa dengan prima ; kepala
Ketiga
membimbing
pengembangan
dan
sekolah harus mampu mengajak guru dan karyawan
kepala
untuk memberikan layanan pembelajaran kepada siswa
sekolah memiliki kemampuan dalam membimbing dan
secara prima dan siswa merupakan pelanggan utama
memfasilitasi perbaikan proses belajar mengajar yang
sekolah yang harus menjadi fokus perhatian warga
meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
sekolah.
perbaikan proses belajar mengajar (PBM);
pembelajaran serta pengelolaan kelas.
Kedelapan melakukan perbaikan secara terus
Keempat mengevaluasi kinerja guru dan
menerus
;
kepala
sekolah
sebagai
pemimpin
mengembangannya ; secara periodik, kepala sekolah
pembelajaran harus memiliki kemampuan untuk
melakukan evaluasi kinerja guru untuk meng-
melakukan perbaikan secara terus menerus, yang
identifikasi kekuatan dan kelemahan kinerja guru serta
dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pengembangan
refleksi, dan revisi terhadap perencanaan berikutnya,
keprofesian guru.
dan siklusnya diulang-ulang.
Kelima membangun komunitas pembelajaran ;
Kesembilan menerapkan karakteristik kepala
komunitas pembelajaran adalah suatu komunitas
sekolah efektif ; pemimpin pembelajaran harus selalu
(warga sekolah) yang memiliki kesamaan nilai-nilai
menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif.
pembelajaran
sumber
Kepala sekolah efektif melakukan hal-hal berikut:
penggalangan konformisme sikap dan perilaku bagi
luwes dalam pengendalian, membangun teamwork di
warga sekolah dalam rangka untuk mencapai tujuan
sekolahnya, komitmen kuat terhadap pencapaian visi
pembelajaran. . Kepala sekolah sebagai pemimpin
dan misi sekolah, menghargai guru dan karyawan atas
pembelajaran harus memiliki kemampuan membangun
dedikasinya, memecahkan masalah secara kolaboratif,
komunitas pembelajaran di sekolahnya.
melakukan delegasi secara efektif, dan fokus pada
yang
dianut
sebagai
proses belajar mengajar (pembelajaran).
Keenam menerapkan kepemimpinan visioner
dan situasional ; kepala sekolah sebagai pemimpin
pembelajaran
harus
pemimpinan
visioner
mampu
dan
menerapkan
situasional
Kesepuluh membangun Warga Sekolah agar
ke-
Pro-perubahan ; salah satu ciri utama seorang
sekaligus.
pemimpin pembelajaran adalah memiliki visi dan misi
Kepemimpinan visioner adalah kepemimpinan yang
yang
6
jelas
dan
memiliki
cara-cara
untuk
menggerakkan warga sekolahnya untuk mencapainya.
mengggunakan berbagai media dan sumber belajar
Untuk
mengarahkan,
yang bervariasi. (2) guru harus dapat membangkitkan
membimbing, memotivasi, mempengaruhi, memberi
minat peserta didik untuk aktif dalam berfikir serta
insprirasi, dan mendukung prakarsa-prakarsa baru,
mencari dan menemukan sendiri pengetahuan. (3) guru
kreativitas, inovasi, dan inisiasi dalam pengembangan
harus dapat membuat urutan (sequence) dalam
pembelajaran.
pemberian pelajaran dan penyesuaian dengan usia dan
itu,
dia
harus
mampu
tahapan tugas perkembangan peserta didik. (4) guru
Kesebelas
membangun
teamwork
yang
perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan
kompak ; pemimpin pembelajaran harus mampu
dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik
membangun teamwork yang kompak, cerdas, dinamis,
(kegiatan apersepsi), agar peserta didik menjadi lebih
harmonis, dan lincah. Pelibatan, partisipasi, dan
mudah dalam memahami pelajaran yang diterimanya.
dedikasi warga sekolah sangat diperlukan dalam
(5)
rangka membangun teamwork yang dimaksud.
Keduabelas
memberi
contoh
prinsip repetisi dalam
proses
pelajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan
dan
peserta didik menjadi jelas.
berbagai hal misalnya komitmen,disiplin, nyaman
Dan selanjutnya (6) guru wajib memerhatikan
terhadap perubahan, kasih sayang terhadap siswa,
dan memikirkan korelasi antara mata pelajaran
semangat kerja, dsb. adalah merupakan bagian penting
dan/atau praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.
dari karakteristik seorang pemimpin pembelajaran.
(7) guru harus terus menjaga konsentrasi belajar para
Tidak kalah penting, seorang pemimpin pembelajaran
peserta didik dengan cara memberikan kesempatan
selalu memberi inspirasi kepada guru, karyawan, dan
berupa pengalaman secara langsung, mengamati/
terutama siswanya untuk mempelajari dan menikmati
meneliti,
hal-hal yang belum diketahui, dan mampu membangun
dan
menyimpulkan
pengetahuan
yang
didapatnya. (8) guru harus dapat mengempangkan
kondisi rasa keingintahuan dari seluruh warga
sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial,
sekolahnya.
baik di dalam kelas maupun diluar kelas. (9) guru
harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta
Kompetensi Profesionalisme Guru
secara individual agar dapat melayani siswa sesuai
Kompetensi profesional merupakan salah satu
dengan perbedaan tersebut.
kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang guru.
Untuk seorang guru perlu mengetahui dan dapat
Untuk itu, guru perlu memahami berbagai
menerapkan beberapa prinsip mengajar agar ia dapat
teknik bimbingan belajar dan dapat memilihnya
menerapkan beberapa prinsip mengajar agar ia dapat
dengan tepat untuk membantu para peserta didik.
melaksanakan tugasnya secara profesional, yaitu
sebagai berikut (Dr. H. Hamzah : 16) ; (1) guru harus
dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada
pelajaran
dengan
pembelajaran, diharapkan guru dapat menjelaskan unit
menginspirasi warga sekolah ; memberi contoh dalam
materi
sesuai
yang
diberikan
serta
dapat
7
FAKTOR KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN
diharapkan dapat memanfaatkan minat dan tradisi
Faktor Eksternal Sekolah Yang Merupakan Ke-
masyarakat dengan mengambil keuntungan dari
pemimpinan Pembelajaran
kelebihan-kelebihan yang ada pada masyarakat untuk
Ada dua faktor eksternal yang merupakan
meningkatkan kualitas pembelajaran ( Kusmintardjo,
kepemimpinan pembelajaran yaitu: (1) nilai-nilai dan
2015).
harapan masyarakat, dan (2) struktur kelembagaan
Di samping itu, setiap sekolah dipengaruhi
sekolah (Ubben & Hughes, 1992; Rossow, 1990).
oleh organisasi di mana mereka menjadi anggotanya.
Nilai-nilai
di
Pengaruh kelembagaan tersebut seringkali dapat
masyarakat dapat memberikan pengaruh yang kuat
ditemukan pada ketersediaan sumber-sumber yang
pada perilaku kepemimpinan pembelajaran kepala
dibutuhkan sekolah, baik sumber material, dana,
sekolah (Ubben & Hughes, 1992; Rossow, 1990).
maupun sumber daya manusia. Struktur kelembagaan
Dalam artikel jurnal yang dimuat oleh Kusmintardjo,
sekolah menunjuk pada bagai-mana kepala sekolah
2015, menyatakan bahwa ; kepala sekolah di sekolah -
berinteraksi dengan lembaga-lembaga yang menaungi
sekolah pusat kota (inner-city schools), menghabiskan
sekolahnya, seperti Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
sebagian besar waktunya untuk memenuhi tuntutan
kota/kabupaten dan propinsi, Pengawas Sekolah,
dan harapan masyarakat atas prestasi belajar siswa
KKKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah), dan atau
yang tinggi. Sebaliknya, di sekolah pedesaan (rural
yayasan yang membawahkan suatu sekolah (khusus
schools), kepala sekolah menghabiskan sebagian besar
sekolah swasta), (Kusmintardjo, 2015).
dan
harapan
yang
berkembang
waktunya untuk menangani masalah-masalah perilaku
siswa sebagai dampak dari kemiskinan dan kesadaran
KESIMPULAN
pendidikan yang rendah dari para orang tua murid.
Dengan
demikian
maka
disimpulkan,
Dalam hal ini, angka kriminalitas, pengangguran, dan
kepemimpinan pembelajaran adalah tindakan yang
kemiskinan yang tinggi berpengaruh pada nilai-nilai
dilakukan
dan harapan-harapan masyarakat terhadap sekolah.
mengembangkan lingkungan kerja yang produktif dan
Masyarakat
juga
mempengaruhi
(Kepala
Sekolah)
dengan
maksud
perilaku
memuaskan bagi guru, serta pada akhirnya mampu
kepala sekolah melalui kemampuan dan kemauannya
mengembangkan kondisi belajar dan mengelola
mendukung secara langsung pengadaan sumber-
lingkungan belajar yang memungkinkan hasil belajar
sumber belajar yang diperlukan sekolah, baik dalam
siswa meningkat.
bentuk dana maupun layananlayanan. Oleh karena itu,
Perlu
minat dan tradisi-tradisi yang hidup di masyarakat
diketahui
bahwa
kepemimpinan
pembelajaran sangat mempengaruhi mutu pendidikan
selalu menjadi perhatian sekolah dalam menyusun
bagi seorang guru. Sebab, profesionalisme guru itu
program-program pendidikan. Minat dan tradisi
sendiri merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan
masyarakat dalam olah raga misalnya, seringkali
kepandaian
dijadikan salah satu kegiatan yang disajikan pada
khusus
mengharuskan
program ekstrakurikuler di sekolah. Dengan demikian,
untuk
adanya
menjalankannya
pembayaran
dan
dalam
pelaksanaannya kemampuan profesional merupakan
sebagai pemimpin pembelajaran, kepala sekolah
8
suatu faktor yang sangat penting dalam melakukan
aktifitas,
karena
dengan
adanya
Pendidikan, (Online), 205 (3) : 1-10,
(http://ap.fip.um.ac.id/wpcontent/uploads/2015/05/volume-24-no.327-36.pdf), diakses 19 Agustus 2016.
kemampuan
profesional seseorang akan mampu melakukan sesuatu
sebagaimana yang diharapkan. Perilaku profesional
merupakan
otonomi
atau
kemandirian
Mulyasa, 1995. Menjadi Kepala Sekolah Profesional,
dalam
Bandung, Remaja Rosda Karya
melaksanakan profesinya.
Mulyasa.
DAFTAR RUJUKAN
Fattah,
Nanang,
1994.
Landasan
Manajemen
(2006). Menjadi Guru Profesional
Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya Offset
Syarifuddin,
1992.
Implementasi
Intermasa.
Pendidikan, Bandung, Rosda karya
Hamalik. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Guru
Profesional
Kurikulum, Jakarta,
dan
PT.
Rossow. L.F. 1990. The Principalship: Dimensions in
Instructional Leadership. Boston: Allyn and
Bacon.
Bumi Aksara
Huber, G. S. 2010. School Leadership International
Trianto, 2010, Mengembangkan Model Pembelajaran
Tematik, Jakarta: PT Prestasi Pustaka.
Perspective. London: Springer.
Kunandar.2007. Guru Profesional Implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) danSukses dalam Sertifikasi
Guru. Jakarta : Raja GrafindoPersada.
Ubben, G.C., & Hughes, L.W. 1992. The Principal:
Creative Leadership for Effective Schools.
Boston: Allyn and Bacon.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005
Tentang
Guru
Dan
Dosen
Kusmintardjo, 2015. Kepemimpinan Pembelajaran
Oleh Kepala Sekolah. Jurnal Ilmu
9
Download