imunoparasitologi - Repository Unand

advertisement
IMUNOLOGI HELMINTH
Dr. Nora Harminarti M.Biomed
Bagian Parasitologi
FK UNAND
Reaksi imunologi pada inf.parasit:
Tergantung habitat dalam tubuh mns
Darah/cairan tubuh : reaksi humoral
Jaringan : reaksi seluler
Mekanisme yang utama
Opsonisasi fagositosisaktifasi
complementpengeluaran zat mediator
Imunitas terhadap infeksi cacing / helminth
Infeksi helminth pada hospes):
Tidak terbentuk reaksi imun: superinfeksi
Reaksi imun berlebihan: imunopatologis /
reaksi hipersensitivitas (H1, H2 dan H4)
Infeksi helminth pada umumnya:
Adaptasi helminth dan hospes
Hospes tidak sakit / tidak mati
Menghindar dari reaksi imun hospes
kronis
Respon hospes thd helminth
Reaksi humoral / imunitas humoral & selular / imun selular:
 Helminth yg berada dalam sirkulasi darah
 Schistosoma
 Filaria (stadium mikrofilaria)
 Larva A. lumbricoides
 Larva hook-worms
Reaksi selular / imunitas selular
 Helminth yg berada dlm jaringan (H IV
tipe lambat)
 Telur Schistosoma dlm jaringan (granuloma)
 Larva T. spiralis (trichinosis)
kapsul / dinding / sel radang
 Larva T. solium (sistiserkosis)
kapsul / dinding / sel radang
RESPON IMUN TERHADAP HELMINTH
 Helminth merupakan parasit ekstraseluler,
berukuran besar ≠ fagositosis
 Nematoda intestinal mengakibatkan reaksi
inflamasi dan hipersensitifitas
 Respon pd fase akut – Aktifitas IgE &
eosinophil → inflamasi = worm expulsion.
 Respon pada fase kronik = inflamasi kronik:
 DTH, Th1 / activated macrophages - granuloma
 Th2 / B cell responses ↑ IgE, sel mast & eosinophil =
inflamasi
Respon imun pada Infeksi Cacing Usus
Pertahanan thd infeksi cacing →
diperankan oleh aktivasi Th2
IL-4
IL-13
IL-5
IL-9
Membantu produksi IgE oleh sel B
Kontraksi usus ↑
Produksi mukus ↑
Mengaktivasi eosinofil → eosinofilia
Mengaktivasi sel mast → histamin →
spasme usus → ekspulsi cacing dari
lumen usus
Pada infeksi cacing → eosinofil lebih
efektif dibanding sel lekosit lainnya
karena:
granul mengandung lisozim yang lebih
toksik dibanding enzim proteolitik dan
ROI yang dihasilkan o/ neutrofil dan
makrofag
Imunitas humoral thd helminth
Gambaran umum respon imun:
 Eosinofilia
 Kenaikan antibodi IgE dan IgG
Menghambat helminth:
 Mekanisme ADCC
humoral & selular
(antibody dependent cell mediated cytotoxicity)
Larva helminth dalam darah
Mikrofilaria
sistosomula
Reaksi gabungan humoral dan selular
terhadap helminth
 Menstimuli beberapa mekanisme sistem imun
 Umumnya gabungan humoral dan selular
Contoh terhadap nematoda usus:
 A. lumbricoides didorong keluar oleh peristaltik usus
Caranya:
 Antigen menstimuli limfosit B menghasilkan IgG:
kerusakan membran
 Antigen menstimuli limfosit T mensekresi sitokin
menyebabkan sel goblet mensekresi mucin
 A. lumbricoides dpt didorong keluar, dibantu sel mast
Usaha tubuh mendorong A. lumbricoides keluar
Respon imun terhadap helminth sangat kompleks
Helminth:
 Ukuran besar
 Multiselular
 Mempunyai beberapa stadium
 Variasi antigen (banyak epitope)
 Masing-masing epitope menimbulkan respon imun
Yg berperan sbg antigen:
 Hasil-hasil metabolisme
 Enzyme
 Hasil sekresi, moulting fluid, selubung / kutikula
.
 Trematoda, cestoda, nematoda: share common
antigen
reaksi silang
 Topologi:
Surface antigen
Somatic antigen / crude antigen
Internal antigen / ekskretori-sekretori antigen
 respon imun:
Hipereosinophilia
Kenaikan IgE, IgG
T-cell dependent (antigen perlu bantuan sel T)
Humoral & selular
Schistosomiasis
Manifestasi respon imun:
 Humoral (IgE, IgM, IgG) & selular (eosinophil, neutrophil
dan macrophag)
 Akut: serum sickness (Katayama fever)
 Hipersensitivitas tipe III
 Kronis: reaksi granulomatosa & fibrosis sekitar telur
 Hipersensitivitas tipe IV
 Evade immune respon: larva & stadium dewasa
 Mimikri
 Surface turnover
 Shading (pergantian kulit / kutikula)
 Immuno-supresif
Respon imun hospes terhadap cercaria
Cercaria menembus kulit (melepas ekornya):
 Dermatitis (imunitas non-spesifik)
sel sistem imun
 Reaksi hipersensitivitas tipe lambat (tipe H4)
Cercaria berubah menjadi schistosomula masuk ke darah:
 Reaksi akut: Katayama fever
 Fever serum sickness (IgG)
H3
 Eosinophilia glomerulonephritis sec
 Lymphadenopathy
 Diarhea, splenomegali
 Urticaria H1
 Reaksi anafilaksis (Ig E) H1
Respon imun hospes terhadap stad telur
(jar granulomatosa)
 Di dalam telur tdp embrio / miracidum
 Miracidium mengeluarkan protease shg dpt
menembus dinding vena masuk ke lumen usus /
vesica urinaria
 Dg gerakan peristaltik usus, telur dikeluarkan
 Telur berada di sub-mucosa intestinum / vu
 Terbentuk jaringan granulomatosa
sel radang (eosinophil, limfosit, macrophag)
Jaringan fibrosa
Respon imun hospes thd stad telur
(lanjutan)
 Sebagian telur terbawa aliran darah menuju ke
hepar
 Telur yg terperangkap di dlm hepar merangsang
terbentuknya jaringan granulomatosa:
Sel radang: eosinophil, neutrophil, eosinophil,
macrophag
Jaringan fibrosa / collagen
 Jar granulomatosa menghambat aliran darah
dari vena porta ke sinusoid:
Hipertensi portal (komplikasi schistosomiasis)
.
Koordinasi sel sistem imun thd Schistosoma
Respon imun hospes thd cestoda
Ada 2 tipe respon imun:
 Thd cacing dewasa dlm usus (D. latum, T.
saginata)
Skolek & proglotid selalu kontak dg dinding usus
Respon imun selular (reaksi hipersensitivitas)
Expulsion / didorong keluar
 Thd larva dlm jaringan (cysticercosis)
Respon imun humoral & selular (larva migrasi dlm
darah)
ADCC
Respon imun selular (larva mengkista dlm jaringan)
Respon imun hospes thd kista hidatid
Kista hidatid dpt berkembang / besar dan ditemukan di:
 Hati
ginjal
 Paru
otak
 Cairan dlm kista sangat imunogenik, jika ruptur
menyebabkan syok anafilaksis & kematian (tipe H1)
 Kenaikan titer IgE
 Eosinophilia
 Dg mekanisme ADCC melawan protoscolex shg tidak
menjadi dewasa
 Cairan kista hydatid dimanfaatkan utk imunodiagnosis:
 ELISA
 Casoni skin test
Respon imun hospes thd T. spiralis
 Stad kista dlm jar otot mbtk kapsul / dinding
pertahanan hospes: non-spesifik (sel radang)
 Menimbulkan imunitas:
Larva dlm sirkulasi / migrasi
ADCC
Dewasa dlm submucosa usus
Dewasa didorong keluar hospes oleh gerakan peristaltik
usus
Self-cure phenomena
 Gambaran reaksi imunitas:
Eosinophilia
Kenaikan kadar IgE, IgG
MEKANISME PARASIT MENGHINDAR DARI SISTEM
IMUN HOSPES
Parasit dapat menghindarkan diri dari respon imun
hospes dgn berbagai cara:
HELMINTH
1. Pengaruh ukuran
Ukuran cacing yang besar menyebabkan
sukar untuk dieliminasi
ex: A.lumbricoides
2. Parasit meliputi dirinya dengan protein host
(antibodi dari host) sehingga tidak dianggap
sebagai benda asing
ex: Schistosomes - host blood proteins
3. Molecular mimicry.
Parasit mempunyai kemampuan meniru struktur dan
fungsi molekul hospes
ex:
schistosome mempunyai E-selectin - adhesion /
invasion.
4. Anatomical seclusion
Parasit dapat mengasingkan diri (bersembunyi)
dalam organ tubuh hospes
ex:
larva Trichinella spiralis di dalam jaringan otot
5. Shedding / replacement surface
Parasit mengganti permukaannya atau melepaskan
dindingnya
ex:
trematoda, cacing tambang
6. Immunosupression – manipulation of the
immune response.
- Infeksi berat nematoda sering terjadi tanpa gejala
- Parasit mensekresikan bahan yang bersifat anti
inflamasi →
menghambat rekrutmen (penarikan) dan aktivasi lekosit
menghambat interaksi chemokine-receptor
ex:
Protein yang dimiliki cacing tambang mengikat ß
integrin CR3 dan menghambat ekstravasasi netrofil
7. Anti-immune mechanisms
ex: larva trematoda hati mensekresikan enzim
yang dapat merusak ab.
Menghambat proses pengenalan antigen –
menghambat presentasi antigen oleh APC
8. Migration
ex. Cacing tambang dapat bermigrasi dari usus
untuk menghindari reaksi radang lokal pd usus
9. Production of parasite enzymes
Parasit mensekresikan enzim tertentu
ex:
Cacing filaria mensekresikan enzim yang
bersifat anti oksidan seperti glutathione
peroxidase & superoxide dismutase –
tahan thd mekanisme ADCC & oxidative
stress
Download