9 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka

advertisement
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
Kajian pustaka membahas mengenai jurnal-jurnal dan penelitian yang sudah
pernah dilakukan sebelumnya. Tujuannya adalah untuk memperlihatkan persamaan
dan perbedaan yang ada di penelitian sebelumnya dengan penelitian setelahnya.
Berikut adalah tabel perbandingannya
Tabel 2.1 Kajian Pustaka
Judul
Penulis
Metodologi
Teori
Hasil
Respon Penonton Nia
Kuantitatif
Individual
Dari
Terhadap
(Studi
Differences
dimensi dan sub
Sabrina
Segmen
penonton
dimensi
yang
langsung
memiliki
peran
100% Ampuh di
Acara 100%
dalam
program
Global TV
Ampuh)
tersebut
terdapat
Pada
Korea Ulibasa
seluruh
Program
respon
yang
berbeda-beda dari
responden, sesuai
dengan
teori
individual
differences.
Responden
memberi
tanggapan positif
dalam
artian
responden
benar-
benar merupakan
9
penonton
setia
program
100%
10
AMPUH
dan
memperhatikan
dengan
seksama
seluruh
sub
dimensi
yang
mendukung
jalannya program
tersebut
Respon Khalayak Randy
Kuantitatif
S-O-R
Dari
hasil
Tentang Program Rheza
(Studi
Individual
penelitian
dapat
“Relasi” di 96,30 Engie
followers
Differences
dilihat berdasarkan
RPK FM Sebagai
Twitter)
sembilan
Sumber
pertanyaan tentang
Informasi
tips memilih usaha
Kewirausahaan
respon
khalayak
sangat
baik
dengan skor 454,
untuk
pertanyaan tentang
tips
memulai
usaha
respon
khalayak
sangat
baik dengan
skor
458
dan
untuk pertanyaan
tips
mengatasi
kegagalan respon
khalayak
juga sangat baik
dengan skor 452.
Maka
respon
khalayak terhadap
informasi
11
kewirausahaan
pada
program
Relasi berada di
rana sangat baik
dan
bermanfaat.
Adanya perbedaan
respon
dari
khalayak
berdasarkan jenis
kelamin dan
pekerjaan. Dimana
walaupun stimulus
yang
diberikan
sama
tetapi
masing-masing
individu
akan
memberikan
respon
yang
berbeda-beda
berdasarkan
dari latar belakang
yang
mereka
miliki.
Respon
SMP
Siswa Anggi
Negeri
Kelapa
3 Ria
Bangka Puspitasa
Belitung
Terhadap
ri
Film
Laskar Pelangi
Kuantitatif
S-R
Ada respon positif
(Studi
(Stimulus-
terhadap
pesan-
Siswa SMP Response)
pesan dalam Film
Negeri
Laskar
3
Pelangi.
Bangka
Analisis lapangan
Belitung)
membuktikan
bahwa
responden
para
dapat
menangkap pesan
12
yang disampaikan
dalam Film Laskar
Pelangi
Public Response Catherine Kuantitatif
to
Media M.
Coverage
Animal Cruelty
(Studi pada (Stimulus-
of Tipaldy,
Deborah
masyarakat
pusat
kota
Anne B. Brisbane
dan
Walsh,
Clive
S-R
Response)
Pendekatan survey
dilakukan
pada
259 orang dimana
74 orang (28%)
menolak
untuk
ambil bagian dan
J. pinggiran
28 orang (11%)
C.
kota,
tidak ambil bagian
Phillips
Queensland
karena
(Universi
Tenggara)
mengetahui
ty
of
serta
tidak
dan
mengikuti liputan.
Queensla
157
orang
nd)
berpartisipasi
dengan
tingkat
respon
sebesar
89%. Berdasarkan
gender,
wanita
cenderung
sedih
dan marah bahkan
memilih
berhenti
mendengarkan
liputan
tersebut.
Berdasarkan usia,
usia 18-29 tahun
merespon dengan
perilaku
seperti
stop makan daging
atau memberikan
donasi.
Berdasarkan
13
dmeografi,
masyarakat
pedesaan
lebih
memberikan
donasi
daripada
perkotaan.
Visual
Ondimu
Persuasion
and Jacquilin
Behaviour
e,
Kuantitatif
Semiotic
Hasilnya
& Kualitatif
Teori
menyimpulkan
Kognitif
bahwa
Moi
sebuah
Change: A Study Universit
pesan
kesehatan
of
yang
memiliki
Viewer’s y,
Responses
to Eldoret,
Televised
Kenya
visual yang baik
dapat mendorong
HIV/AIDS
perubahan
Advertisements in
perilaku
Kenya
upaya memerangi
dalam
HIV/AIDS. Iklan
dengan
elemen
ikonik
berkomunikasi
lebih
langsung
daripada simbolik.
2.2 Teori Umum
2.2.1 Komunikasi Massa
2.2.1.1 Definisi Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan hasil adopsi dari istilah bahasa Inggris, mass
communication. Istilah mass communication atau communications diartikan sebagai
salurannya, yaitu mass media (media massa). Kata massa dalam komunikasi massa
dapat diartikan lebih daripada “orang banyak”, seperti orang-orang yang sedang
mengerumuni penjual obat. Massa di sini bukan sekedar orang banyak yang berada
di lokasi yang sama. Mereka dapat tersebar dan terpencar di berbagai lokasi yang
berbeda dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dan memperoleh pesan yang
sama (Wiryanto, 2006).
14
Komunikasi massa adalah komunikasi kepada khalayak luas dengan
menggunakan media massa. Komunikasi massa berasal dari pengembangan kata
media of mass communication (media komunikasi massa). Media massa yang
dimaksud adalah media yang dihasilkan oleh teknologi modern, bukanlah media
tradisional seperti kentongan, angklung, gamelan,dan lain-lain. Macam-macam
bentuk media massa antara lain media elektronik (tv, radio), media cetak (surat
kabar, majalah, tabloid), buku, dan film. Namun seiring dengan perkembangan
teknologi tentang media massa, maka muncullah internet (Nurudin, 2007).
Para ahli komunikasi berpendapat bahwa komunikasi massa adalah
komunikasi yang menggunakan media massa. Hal ini berbeda dengan pendapat ahli
psikologi sosial bahwa komunikasi massa tidak selalu menggunakan media massa.
Menurut mereka, suatu kegiatan asal menujukkan perilaku massa dimana kegiatan
tersebut membuat orang-orang terikat oleh perhatian yang sama, dapat dikatakan
sebagai komunikasi massa. Oleh karena ini ada dalam konteks komunikasi, maka
pengertian komunikasi massa menurut ahli komunikasi massa lah yang digunakan
(Effendy, 2009).
Definisi komunikasi massa secara sederhana diungkapkan oleh Bittner
(Rakhmat, 2003), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan
melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages
communicated through a mass medium to a larger number of people). Berdasarkan
definisi tersebut, dapat diartikan bahwa komunikasi massa harus menggunakan
media massa. Sekalipun komunikasi massa disampaikan kepada sejumlah besar
orang, apabila tidak menggunakan media massa maka tidak dapat dikatakan sebagai
komunikasi massa.
Ahli komunikasi lainnya, Joseph A. Devito merumuskan definisi komunikasi
massa sebagai “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan
kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa
khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua
orang yang menonton televisi, tetapi ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada
umumnya agak sukar untuk didefinisikan.Kedua,komunikasi massa adalah
komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan/atau visual.
Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan
menurut bentuknya (televisi,radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita)”
(Nurudin, 2007).
15
Merangkum definisi-definisi komunikasi di atas, komunikasi massa adalah
penyebaran pesan melalui media massa yang ditujukan kepada khalayak yang relatif
besar dan anonim. Khalayak yang dituju berbeda-beda baik latar belakang
pendidikan, ekonomi, lingkungan, pekerjaan, dan lain-lain. Komunikasi massa hanya
terbatas pada penyebaran pesan melalui media massa dan tidak mencakup proses
komunikasi tatap muka (Rakhmat, 2003).
2.2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa
Definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh ahli-ahli komunikasi
secara prinsip mengandung suatu makna yang sama, bahkan antara satu definisi
dengan definisi lainnya dianggap dapat saling melengkapi. Melalui definisi tersebut,
kita pun dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa. Karakteristik komunikasi
massa adalah sebagai berikut: (Ardianto, Komala, dan Karlinah, 2007)
1. Komunikatornya terlembagakan
Dalam komunikasi massa, komunikator bukanlah orang per orang
melainkan lembaga, yakni institusi atau organisasi. Media massa hanya
bisa muncul melalui kerja sama beberapa orang. Mereka adalah orangorang yang sudah terinstitusikan/dilembagakan. Dalam berkomunikasi,
individu-individu memiliki perannya masing-masing yang dibatasi oleh
sistem dalam media massa. Pesan-pesan yang disampaikan pun
mengatasnamakan lembaga, bukan mengatasnamakan individu. Sebagai
contoh adalah untuk menghasilkan suatu program televisi/radio, ada
banyak sekali orang-orang yang berperan di dalamnya, seperti juru
kamera, juru lampu, make up, floor, creative, dll. Seluruhnya bekerjasama
satu sama lain dalam menghasilkan produk kelompok. Oleh karena itu,
komunikator pada komunikasi massa dinamakan komunikator kolektif
(collective communicator). Komunikator-komunikator kolektif ini harus
memiliki keterampilan yang tinggi di bidangnya masing-masing. Dengan
demikian komunikasi ini dapat berjalan dengan sempurna.
2. Pesan bersifat umum
Pesan-pesan dalam komunikasi massa ditujukan untuk semua orang dan
tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu
saja. Oleh karena itu pesan komunikasi massa bersifat terbuka. Pesan
dapat berupa fakta, peristiwa, atau opini. Namun tidak semuanya dapat
16
dimuat dalam media massa. Pesan yang dapat dimuat dalam media massa
haruslah penting atau menarik atau penting sekaligus menarik. Namun
kriteria penting atau menarik bagi setiap orang tidaklah sama. Ada
peristiwa yang dianggap penting bagi kelompok tertentu, namun belum
tentu penting bagi kelompok masyarakat yang lain.
3. Komunikannya anonim dan heterogen
Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan
(anonim) karena pesan disampaikan melalui media massa dan tidak
disampaikan secara tatap muka. Komunikan bersifat heterogen karena
pesan disampaikan kepada seluruh masyarakat yang berasal dari latar
belakang yang berbeda-beda, seperti usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, ekonomi, budaya, dan agama.
4. Media massa menimbulkan keserempakan
Media massa memiliki kelebihan untuk menjangkau jumlah sasaran
khalayak atau komunikan yang relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan,
khalayak dapat secara serempak memperoleh pesan yang sama pada
waktu yang sama. Berdasarkan ciri tersebut, media massa seperti surat
kabar, majalah, televisi, radio, dan film mengandung ciri keserempakan
tersebut.
5. Komunikasi mengutamakan isi daripada hubungan
Komunikasi massa lebih mementingkan isi daripada hubungan. Maka
dalam komunikasi massa, komunikator tidak harus mengenal komunikan.
Berbeda dengan komunikasi antarpersonal dimana komunikator lebih
mementingkan hubungan daripada isi pesannya. Yang terpenting dalam
komunikasi massa adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan
yang tersusun secara sistematis sesuai dengan medianya, agar komunikan
dapat memahami isi pesan tersebut.
6. Komunikasi massa bersifat satu arah
Dalam komunikasi massa, komunikator secara aktif menyampaikan pesan
dan komunikan secara aktif menerima pesan. Namun,komunikator dan
komunikan tidak dapat melakukan dialog atau interaksi. Oleh karena itu,
komunikasi massa bersifat satu arah.
17
7. Stimulasi alat indra terbatas
Pada komunikasi antarpersonal dimana komunikator dan komunikan
berinteraksi tatap muka, semua alat indra dapat digunakan secara
maksimal. Berbeda dengan komunikasi massa dimana alat indra yang
digunakan terbatas. Pada surat kabar atau majalah, alat indra yang
digunakan adalah penglihatan untuk membaca. Pada radio siaran atau
rekaman auditif, alat indra yang digunakan adalah pendengaran untuk
mendengar. Pada televisi dan film, alat indra yang digunakan adalah
penglihatan dan pendengaran.
8. Umpan balik tertunda (Delayed) dan tidak langsung (Indirect)
Komunikator dalam komunikasi massa tidak dapat dengan segera
mengetahui reaksi khalayak terdapa pesan yang disampaikan. Tanggapan
khalayak dapat diterima melalui telepon, e-mail, atau surat pembaca.
Proses penyampaian feedback inilah yang disebut indirect (tidak
langsung). Sementara itu, waktu yang dibutuhkan untuk menggunakan
telepon, mengirim e-mail, dan menulis surat pembaca menunjukkan sifat
komunikasi massa yang disebut delayed (tertunda).
2.2.1.3 Unsur Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan suatu proses komunikasi yang dilakukan
dengan berbagai tujuan komunikasi. Selain itu, komunikasi massa bertujuan untuk
menyebarluaskan informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian unsur-unsur
penting dalam komunikasi massa adalah: (Tambaruka, 2012)
1. Komunikator
2. Media Massa
3. Informasi (pesan) massa
4. Gatekeeper
5. Khalayak (publik)
6. Umpan balik
18
2.2.1.4 Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi massa memiliki fungsi sebagaimana diungkapkan oleh para ahli
komunikasi. Meskipun terdapat perbedaan pendapat satu dengan yang lainnya,
namun secara umum ada kesamaan mengenai fungsi komunikasi massa. Menurut
Alexis S. Tan, fungsi komunikasi adalah sebagai berikut: (Nurudin, 2007)
Tabel 2.2 Fungsi Komunikasi Massa Alexis S. Tan
No
Tujuan
Tujuan Komunikan
Komunikator
(Menyesuaikan diri pada sistem pemuasan kebutuhan)
(Penjaga
Sistem)
1.
2.
Memberi
Mempelajari
ancaman
dan
peluang,
memahami
informasi
lingkungan, menguji kenyataan, meraih keputusan
Mendidik
Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
berguna memfungsikan dirinya secara efektif dalam
masyarakatnya, mempelajari nilai, tingkah laku yang
cocok agar diterima dalam masyarakatnya
3.
Mempersuasi
Memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku,
dan
aturan
yang
cocok
agar
diterima
dalam
masyarakatnya
4.
Menyenangkan,
Menggembirakan,
memuaskan
menghibur, dan mengalihkan perhatian dari masalah
kebutuhan
yang dihadapi
komunikan
mengendorkan
urat
saraf,
19
Berbeda halnya dengan fungsi komunikasi massa menurut Dominick yang
terdiri dari: (Ardianto dkk, 2007)
1. Surveillance (Pengawasan)
Fungsi pengawasan terdiri dari dua yaitu:
a. Warning of beware surveillance (pengawasan peringatan)
Fungsi
pengawasan
peringatan
terjadi
media
massa
menginformasikan hal-hal seperti angin topan, gunung meletus,
serangan militer, inflasi, atau kondisi lain yang memprihatinkan.
b. Instrumental surveillance (pengawasan instrumental)
Fungsi pengawasan instrumental terjadi ketika media massa
menyampaikan informasi-informasi yang dianggap berguna bagi
khalayak, seperti rekomendasi film, harga-harga saham, produk
baru, dan lain sebagainya.
2. Interpretation (Penafsiran)
Media tidak hanya menyajikan fakta saja, melainkan juga memberikan
penafsiran atas peristiwa-peristiwa penting. Media memilih dan
memutuskan peristiwa-peristiwa penting mana yang ditayangkan. Tujuan
dari penafsiran adalah untuk mengajak masyarakat memperluas wawasan
dan membahasnya dalam komunikasi antarpersonal atau komunikasi
kelompok.
3. Linkage (Pertalian)
Media massa dapat menyatukan masyarakat yang memiliki kepentingan
yang sama tetapi terpisah secara geografis. Linkage (pertalian) terbentuk
berdasarkan minat dan kepentingan yang sama.
4. Transmission of values (Penyebaran nilai-nilai)
Fungsi penyebaran nilai disebut juga sebagai fungsi sosialisasi. Media
massa memperlihatkan kepada kita melalui model peran yang kita amati
dan berharap kita menirunya.
5. Entertainment (Hiburan)
Hampir semua media menjalankan fungsi hiburan. Melalui media,
khalayak dapat memperoleh berbagai bentuk hiburan yang diinginkannya.
Selain menghibur, fungsi media massa yang lain adalah mengurangi
ketegangan pikiran khalayak. Melalui berita-berita ringan atau tayangan
hiburan dapat membuat pikiran khalayak lebih rileks.
20
Sementara itu, Effendy mengemukakan fungsi komunikasi massa secara
umum adalah: (Ardianto dkk, 2007: 18-19)
1. Fungsi informasi
Media massa memiliki fungsi untuk menyebarkan informasi kepada
khalayak. Sebagian informasi, pengetahuan, maupun keterampilan
didapat bukan dari sekolah atau tempat bekerja, melainkan melalui media.
Khalayak media massa berlangganan surat kabar, majalah, menonton
televisi, atau menderngarkan radio siaran semata-mata untuk memenuhi
kebutuhan informasi.
2. Fungsi pendidikan
Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayak (mass
education). Media massa memberikan pengajaran nilai, etika, serta
aturan-aturan yang berlaku kepada pembaca atau pemirsa.
3. Fungsi mempengaruhi
Fungsi mempengaruhi dari media massa terdapat pada tajuk/editorial,
features, iklan, artikel, dan sebagainya. Melalui pesan yang disampaikan
melalui media, khalayak terpengaruh untuk melakukan tindakan sesuai
yang diinginkan media tersebut.
2.2.1.5 Efek Komunikasi Massa
Menurut Steven M. Chaffee, efek media massa dapat dilihat dari beberapa
pendekatan. Pendekatan pertama adalah efek dari media massa yang berkaitan
dengan pesan ataupun media itu sendiri. Pendekatan kedua adalah dengan melihat
perubahan yang terjadi pada khalayak komunikasi massa yang berupa perubahan
sikap, perasaan, dan perilaku yang dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif, dan
behavioral.
Pendekatan pertama yaitu efek kehadiran massa yang terdiri dari:
(Ardianto dkk, 2007)
1. Efek ekonomi
Kehadiran media massa dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dengan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat, baik di media
massa cetak maupun elektronik.
21
2. Efek sosial
Kehadiran media massa telah membuat perubahan pada struktur atau
interaksi sosial, baik membentuk jaringan sosial yang baru ataupun
mengubah perilaku masyarakat.
3. Penjadwalan kegiatan sehari-hari
Media massa telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
sehari-hari khalayak. Bahkan kegiatan-kegiatan tertentu yang biasanya
menjadi rutinitas mampu digeser oleh media.
4. Efek hilangnya perasaan tidak nyaman
Orang menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan psikologisnya
yaitu untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman, seperti marah, kesal,
sedih, kesepian, kecewa, dan sebagainya.
5. Efek menumbuhkan perasaan tertentu
Kehadiran media massa tidak hanya untuk menghilangkan perasaan tidak
nyaman, tetapi juga untuk menumbuhkan perasaan tertentu. Seseorang
dapat mempunai perasaan positif atau negatif terhadap media tergantung
bagaimana pengalaman individu bersama media massa tersebut.
Pendekatan kedua yaitu efek pesan yang terdiri: (Ardianto dkk, 2007)
1. Efek kognitif
Efek kognitif adalah efek yang berdampak informatif bagi individu.
Media massa akan membantu khalayak dalam mempelajari informasi
yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui
media, kita mempelajari hal-hal yang belum pernah kita ketahui atau
pelajari sebelumnya. Penonton yang tadinya tidak tahu menjadi tahu
tentang suatu peristiwa. Pesan yang disampaikan ditujukan pada pikiran
komunikan. Tujuannya hanya untuk memberitahu saja, tidak lebih
daripada itu.
2. Efek afektif
Efek afektif tidak hanya sekedar memberitahu khalayak yang tidak tahu
agar menjadi tahu. Lebih daripada itu, khalayak diharapkan dapat ikut
merasakan perasaan terharu, iba, sedih, senang, gembira, marah, dan
sebagainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan
emosional pesan media massa adalah suasana emosi, skema kognitif,
22
suasana terpaan (Setting of exposure), predisposisi individual, dan faktor
identifikasi.
3. Efek behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri individu dalam
bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan. Dewasa ini, media massa telah
melakukan banyak hal bermanfaat yang kemudian dapat ditiru dan
dipelajari oleh khalayak. Namun, efek ini berbeda-beda bagi setiap
orangnya.
2.2.2 Media Massa
2.2.2.1 Definisi Media Massa
Media massa (mass media) merupakan singkatan yang berasal dari Media
Komunikasi Massa (Mass Communication Media) adalah sarana, channel, atau
media untuk berkomunikasi kepada publik. Menurut (Cangara, 2006), media massa
adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada
khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar,
film, radio, dan televisi.
Pengertian lain, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa
menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan
heterogen. Kelebihan media massa dibandingakan jenis media lainnya adalah
kemampuannya dalam menyebarkan pesan seketika pada waktu yang tak terbatas
(Nurudin, 2007).
Media massa adalah institusi yang menghubungkan seluruh masyarakat
melalui produk yang dihasilkannya. Secara spesifik, media massa adalah: 1) sebagai
saluran produksi dan distribusi konten simbolis; 2) sebagai institusi publik yang
bekerja sesuai aturan yang ada; 3) ikutserta sebagai pengirim atau penerima sukarela;
4) menggunakan standar profesional dan birokrasi; 5) media sebagai perpaduan
antara kebebasan dan kekuasaan (Tamburaka, 2012).
2.2.2.2 Karakteristik Media Massa
Media massa memiliki beberapa karakteristik. Menurut Cangara (2006),
karakteristik media massa adalah sebagai berikut:
23
1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari
banyak orang, mulai dari pengumpulan, pengelolaan, hingga penyajian
informasi.
2. Bersifat satu arah, artinya
komunikasi yang dilakukan kurang
memungkinkan terjadinya komunikasi antara pengirim dan penerima.
Apabila terjadi reaksi atau umpan balik, memerlukan waktu atau tertunda.
3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak
karena memiliki kecepatan. Informasi yang disampaikan diterima leh
banyak orang dalam waktu yang sama.
4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, surat kabar,
televisi, dan sejenisnya.
5. Bersifat terbuka, artinya pesan dapat diterima oleh siapapun dan
dimanapun tanpa batasan usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.
2.2.2.3 Fungsi Media Massa
Media massa memiliki beberapa fungsi. Menurut Laswell dan Wright, media
massa memiliki empat fungsi sosial sebagai berikut: (Dahlan, 2008)
1. Social Surveillance (Pengamatan sosial)
Dalam fungsi ini, media berupaya menyebarkan informasi dengan
interpretasi obyektif tetantang berbagai peristiwa yang terjadi di dalam
dan di luar lingkungan sosial dengan tujuan kontrol sosial.
2. Social correlation (Korelasi sosial)
Media berupaya untuk memberikan interpretasi dan informasi yang
menghubungkan satu kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya,
atau antara satu pandangan dengan pandangan lainnya yang bertujuan
untuk mencapai konsesus.
3. Socialization (Sosialisasi)
Merujuk pada pewarisan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi
berikutnya, atau dari satu kelompok ke kelompok lainnya.
4. Hiburan
Salah satu tujuan media yang terutama adalah menyajikan hiburan bagi
khalayak luas.
24
2.2.2.4 Peran Media Massa
Media massa memainkan peran yang begitu penting dalam kehidupan sosial,
khususnya
masyarakat
modern.
Menurut
McQuail
dalam
bukunya
Mass
Communication Theories, ada enam perspektif dalam melihat peran media (McQuail,
2010)
1. Media massa dipandang sebagai window on event and experience. Media
sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa yang terjadi di
luar sana. Selain itu, media merupakan sarana belajar untuk mengetahui
berbagai peristiwa.
2. Media massa dianggap sebagai a mirror of event in society and the world,
implying a faithful reflection. Media sebagai cermin yang merefleksikan
peristiwa atau apa yang terjadi di dunia apa adanya.
3. Media massa sebagai filter, gatekeeper, atau portal yang menyeleksi
berbagai hal untuk diberikan perhatian atau tidak. Media senantiasa
menyeleksi informasi atau content yang dianggap layak diketahui dan
mendapat perhatian dari khalayak.
4. Media massa dipandang sebagai guide, penunjuk jalan atau interpreter
yang menunjukkan arah atas ketidakpastian dan memberikan alternatif
yang beragam.
5. Media massa sebagai forum untuk mempresentasikan informasi dan ideide kepada khalayak, sehingga memungkinkan adanya tanggapan atau
umpan balik.
6. Media massa sebagai interlocutor yang berperan sebagai partner
komunikasi dan memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif.
Selain itu media massa memiliki paradigma utama yaitu institusi yang
berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Dalam
menjalankan perannya, media massa memiliki peran sebagai berikut: (Bungin, 2008)
1. Media massa sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu berperan
sebagai media edukasi. Media massa mendidik masyarakat agar
berpikiran terbuka, cerdas, dan menjadi masyarakat yang maju.
2. Media massa sebagai media informasi, yaitu menyampaikan informasi
setiap saat kepada masyarakat. Apabila media massa menyampaikan
informasi secara jujur dan benar, maka masyarakat akan menjadi
25
masyarakat yang kaya akan informasi, terbuka akan informasi, serta
informatif.
3. Media massa sebagai media hiburan. Media massa juga menjadi institusi
budaya yang mendorong agar perkembangan budaya bermanfaat bagi
masyarakat serta mencegah berkembangnya budaya yang merusak
masyarakat.
2.2.2.5 Bentuk-bentuk Media Massa
Pada dasarnya media massa terbagi menjadi dua kategori, yakni media massa
cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak terdiri atas surat kabar dan
majalah. Sementara itu, media massa elektronik terdiri atas radio siaran, televisi,
film, dan media on-line (internet) (Ardianto dkk, 2007).
1. Surat kabar
Surat kabar memiliki empat fungsi, yaitu informasi, edukasi, hiburan, dan
persuasif. Namun, fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah
informasi. Hal ini dilihat dari sebagian besar rubrik surat kabar yang
terdiri dari berbagai jenis berita. Walaupun demikian, fungsi hiburan tidak
terabaikan melalui rubrik artikel ringan, feature (laporan perjalanan,
laporan profil seseorang yang unik), rubrik cerita bergambar, serta cerita
bersambung. Fungsi edukasi dan persuasif ditemukan pada artikel ilmiah,
tajuk rencana atau editorial, dan rubrik opini.
2. Majalah
Majalah memiliki sasaran khalayak yang spesifik. Artinya, sejak awal
redaksi sudah menentukan siapakah yang akan menjadi pembacanya,
apakah anak-anak, remaja, wanita dewasa, pria dewasa, atau ditujukan
untuk umum. Selain itu, sasaran pembacanya juga bisa berasal dari
kalangan profesi tertentu atau hobi tertentu. Oleh karena sasaran
pembanya yang berbeda, maka memiliki fungsi yang berbeda-beda pula.
3. Radio siaran
Radio adalah media massa elektronik tertua. Radio siaran mendapat
julukan kekuatan lima atau the fifth estate. Hal ini disebabkan radio
memiliki fungsi kontrol sosial, disamping empat fungsi lainnya yaitu
memberi informasi, mendidik, menghibur, dan melakukan persuasi.
Kekuatan radio dalam mempengaruhi khalayak sudah dibuktikan dari
26
masa ke masa. Radio dinilai memiliki daya tariknya sendri meskipun kini
telah muncul televisi dan internet.
4. Televisi
Dari semua jenis media massa, televisi dinilai paling dekat dan
berpengaruh terhadap kehidupan khalayak. Televisi memiliki fungsifungsi sama halnya dengan surat kabar dan radio siaran. Namun, fungsi
utama televisi lebih kepada fungsi hiburan, selanjutnya fungsi informasi.
Salah satu kelebihan televisi yang tidak dimiliki oleh media lainnya
adalah dapat didengar sekaligus dilihat (audiovisual).
5. Film
Film atau yang dikenal sebagai movie merupakan salah satu sarana
hiburan bagi masyarakat. Tidak hanya itu, film juga disenangi oleh semua
kalangan, mulai dari anak-anak, dewasa, hingga orang tua.
2.2.3 Film
2.2.3.1 Definisi Film
Film adalah gambar hidup yang sering disebut sebagai movie. Film secara
kolektif sering disebut sebagai sinema. Pengertian secara harfiah film (sinema)
adalah cinematographic yang berasal dari kata cinema + tho = phytos (cahaya) +
graphie = grhap (tulisan=gambar=citra), yang artinya melukis gerak dengan cahaya.
Untuk melakukannya, kita menggunakan sebuah alat yang disebut dengan
kamera.Film menjadi media yang sangat berpengaruh melebihi media-media lainnya
karena kemampuan audiovisualnya yang dapat membuat penonton tidakjenuh karena
formatnya yang menarik. Film lebih dahulu menjadi media hiburan dibanding radio
siaran dan televisi. Film dinilai mampu membanjiri pasar dan mempengaruhi sikap,
perilaku, dan harapan orang-orang di berbagai belahan dunia.
Menurut UU No 8/1992, definisi film adalah karya cipta seni dan budaya
yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan
asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video,
dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan
ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau
tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi
mekanik, elektronik, dan.atau lainnya.
27
2.2.3.2 Sejarah Film
Film atau motion pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinsip dasar
fotografi dan proyektor. Film yang pertama kali diperkenalkan kepada publik
Amerika Serikat adalah The Life of an American Fireman dan film The Great Train
Robbery yang dibuat oleh Edwin S. Porter pada tahun 1903. Akan tetapi film film
The Great Train Robbery yang berdurasi 11 menit dianggap sebagai film cerita
pertama karena telah menggambarkan situasi secara ekspresif. Tahun 1906 sampai
tahun 1916 menjadi periode paling penting dalam sejarah perfilman di Amerika
Serikat, karena pada masa itu lahirlah film feature, lahir pula bintang film serta pusat
perfilman yang kita kenal sebagai Hollywood.
Sementara itu dari catatan sejarah perfilman Indonesia, film pertama berjudul
Lady Van Java diproduksi di Bandung pada tahun 1926. Pada masa itu, masyarakat
disajikan dengan film-film bisu. Selanjutnya, film bicara pertama berjudul Terang
Bulan dibintangi oleh Roekiah dan R.Mochtar. Pada saat perang Asia Timur Raya di
penghujung tahun 1941, perusahaan perfilman yang dipegang oleh orang Belanda
dan Cina dipindahtangankan kepada
pemerintah
Jepang.
Pemerintah
Jepang
menggunakannya untuk media informasi dan propaganda. Selanjutnya, setelah
Indonesia mengumumkan kemerdekaannya, maka secara resmi perusahaan perfilman
tersebut diserahkan pada Pemerintah Republik Indonesia. (Ardianto, 2007).
2.2.3.3 Karakteristik Film
Film mempunyai karakteristiknya sendiri. Berikut ini adalah beberapa
karakteristik film: (Ardianto dkk, 2007)
1. Layar yang luas/lebar
Film memiliki kelebihan dalam hal layar bila dibandingkan dengan
televisi.
Keduanya
sama-sama
menggunakan
layar,
tetapi
film
menggunakan layar yang berukuran luas. Hal ini memberikan keleluasaan
bagi penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan dalam
film. Seiring dengan perkembangan teknologi, kini film bioskop bahkan
dapat dinikmati dalam layar tiga dimensi dan empat dimensi.
2. Pengambilan gambar
Oleh karena layarnya yang lebar, pengambilan gambar atau shot dalam
film bioskop memungkinkan pengambilan gambar extreme long shot dan
panoramic shot, yakni pengambilan gambar menyeluruh. Hal ini
28
bertujuan untuk memberikan kesan artistik sehingga film terlihat menarik.
Selain itu, jenis pengambilan gambar ini dapat memberikan gambaran
bagi penonton tentang daerah tertentu yang dijadikan lokasi film.
Penonton dapat mengetahui dan seolah merasakan berada di daerah
tersebut.
3. Konsentrasi penuh
Ketika menonton film di bioskop, kita cenderung akan memiliki
konsentrasi penuh akibat suasana yang diciptakan di dalam bioskop itu
sendiri. Kita terbebas dari suasana hiruk pikuk, mata tertuju pada layar,
dan pikiran tertuju pada alur certita. Dalam keadaan demikian, emosi kita
juga ikut terbawa. Tidak mengherankan apabila seringkali kita tertawa
terbahak-bahak saat adegan lucu, menangis saat adegan sedih, atau
bahkan menjerit ketakutan saat adegan menyeramkan. Berbeda dengan
saat menonton televisi di rumah. Kita seringkali terganggu dengan
suasana ramai di rumah, lampu yang menyala, selingan iklan, dan lain
sebagainya yang menyebabkan kita tidak fokus pada tayangannya.
4. Identifikasi psikologis
Suasana yang sangat mendukung dalam bioskop membuat kita memiliki
penghayatan yang begitu mendalam. Bahkan tak jarang, kita sering
menyamakan (mengidentifikasi) diri kita sebagai salah satu pemeran
dalam film, sehingga seolah-olah kita lah yang berperan. Gejala ini
menurut ilmu jiwa sosial disebut sebagai identifikasi psikologis. Pengaruh
film terhadap manusia pun tidak berlangsung sesaat saja (selama
menonton di bioskop), melainkan dalam waktu yang cukup lama, yang
bisa menyebabkan terjadinya peniruan yang disebut sebagai imitasi.
2.2.3.4 Fungsi Film
Seperti halnya dengan televisi, khalayak menonton televisi dengan tujuan
untuk memperoleh hiburan. Namun, selain fungsi menghibur, film juga memiliki
fungsi informatif dan edukatif, bahkan persuasif. Hal ini sesuai dengan misi
perfilman nasional sejak tahun 1979 bahwa film nasional selain sebagai media
hiburan dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda
dalam rangka nation and character buiding (Ardianto dkk, 2007).
29
Film edukasi akan dapat tercapai apabila film nasional memproduksi filmfilm sejarah yang objektif, atau film dokumenter, dan film yang diangkat dari
kehidupan sehari-hari (Ardianto dkk, 2007).
Fungsi film yang merupakan bentuk dari media massa sebagaimana
dikemukakan oleh ahli diantaranya adalah:
1. Fungsi menyiarkan informasi (to inform)
Film berfungsi menyiarkan atau memberikan informasi kepada khalayak
berkaitan dengan peristiwa, gagasan, atau pikiran orang lain.
2. Fungsi mendidik (to educate)
Film berfungsi memberikan edukasi kepada masyarakat. Film dikatakan
dapat
memberikan
pengembangan
edukasi
intelektual,
apabila
pesannya
pembentukan
dapat
watak,
menambah
penambahan
keterampilan atau kemahiran, serta memecahkan permasalahan yang
dihadapi oleh masyarakat.
3. Fungsi menghibur (to entertain)
Film berfungsi menghibur ketika khalayak dapat terhibur atau
mengurangi ketegangan, kelelahan, dan dapat lebih rileks.
4. Fungsi mempengaruhi (to influence)
Film memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pikiran, sikap, maupun
perilaku penontonnya.
Beberapa fungsi sosial film yang dapat diperankan oleh film sebagai media
stimulus diantaranya adalah: (Kesuma, 2011)
1. Film sebagai media pelurusan sejarah, melakukan eskpolarasi historis
bangsa, mengingat film adalah media yang cukup efektif untuk
menyampaikan pesan.
2. Film ikut serta membangun integrasi sosial bangsa.
3. Film ikut serta dalam proses demokratisasi negeri, peran sebagai
campaign media untuk kelangsungan demokrasi.
2.2.3.5 Jenis Film
Film dapat dikelompokkan sesuai denga karakteristiknya. Berikut adalah
jenis-jenis film: (Ardianto dkk, 2007)
30
1. Film cerita
Film cerita (story film) adalah film yang berisi cerita yang berasal dari
cerita fiktif atau kisah nyata yang dimodifikasi agar menarik, baik dari
unsur cerita maupun gambarnya. Film cerita dijadikan sebagai barang
dagangan dengan menghadirkan bintang-bintang tenar di dalamnya.
2. Film berita
Film berita (newsreel) adalah film mengenai fakta atau peristiwa yang
benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film berita harus
mengandung nilai berita. Berita harus mengandung kriteria penting atau
menarik atau penting sekaligus menarik. Film ini dapat disajikan dalam
bentuk film bisu dimana pembaca berita membacakan narasinya atau film
yang langsung terekam dengan suaranya.
3. Film dokumenter
Film dokumenter (documentary film) menurut Robert Flaherti adalah
“karya cipta mengenai kenyataan” (creative treatment of actuality).
Apabila film berita menayangkan rekaman kenyataan, maka film
dokumenter merupakan interpretasi pribadi (pembuatnya) mengenai
kenyataan tersebut.
4. Film kartun
Film kartun (cartoon film) adalah film yang umumnya ditonton oleh
anak-anak dan bertujuan menghibur. Sebagian besar film kartun akan
membuat penonton tertawa terbahak-bahak, tetapi ada juga film kartun
yang membuat iba penontonnya karena penderitaan tokohnya. Namun
selain menghibur, film kartun juga menyelipkan sisi edukasi di dalamnya
seperti adanya tokoh baik dan tokoh jahat yang akhirnya dimenangkan
oleh tokoh yang baik.
2.2.4 Respon
Respon berasal dari kata response yang berarti jawaban, balasan, atau
tanggapan (reaction). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), respon
didefinisikan sebagai tanggapan, reaksi, dan jawaban terhadap suatu gejala atau
peristiwa yang terjadi. Sarlito (2009) mengatakan bahwa respon adalah tanggapan
atau balasan terhadap rangsangan atau stimulus. Menurut Astrid S. Susanto, respon
31
adalah reaksi penolakan atau pengiyaan ataupun sikap acuh tak acuh yang terjadi
dalam diri seseorang setelah menerima pesan.
Respon atau tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang
diperoleh melalui pengamatan. Respon atau tanggapan yang dimaksud adalah
pengalaman tentang subjek, peristiwa, atau informasi yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi atau pesan.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M. Chaffe, respon dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu: (Rakhmat, 2008)
1. Kognitif
Yaitu respon yang erat kaitannya dengan pengetahuan keterampilan dan
informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya
perubahan terhadap apa yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak.
2. Afektif
Yaitu respon yang erat kaitannya dengan emosi, sikap, dan penilaian
seseorang terhadap sesuatu.
3. Konatif
Yaitu respon yang berkaitan dengan perilaku nyata, yaitu tindakan atau
perbuatan yang dilakukan.
2.2.5 Khalayak
Khalayak disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar,
pemirsa, audience, decoder, atau komunikan. Khalayak dalam studi komunikasi
dapat berupa individu, kelompok, atau masyarakat. Khalayak merupakan aktor dalam
proses komunikasi. Berhasil atau tidaknya suatu proses komunikasi sangat
ditentukan oleh khalayak (Cangara, 2006).
Aspek-aspek berkaitan dengan khalayak yang perlu diperhatikan oleh
komunikator diantaranya adalah: (Cangara, 2006)
1. Aspek sosiodemografik, antara lain jenis kelamin, usia, populasi, lokasi,
tingkat pendidikan, bahasa, agama, pekerjaan, ideologi, dan pemilikan
media.
2. Aspek profil psikologis, antara lain emosi, pendapat, keinginan yang
perlu dipenuhi, adakah selama ini menyimpan perasaan kecewa, frustasi,
atau dendam.
32
3. Aspek karakteristik perilaku khalayak, antara lain hobi, nilai dan norma
mobilitas sosial, dan perilaku komunikasi.
2.2.6 Content Film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar
Terdapat beberapa content / konsep yang dihasilkan oleh pengamatan penulis
dalam Film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar yakni:
1. Tokoh
Tokoh merupakan peran yang sangat penting dalam sebuah film. Tokoh
penting dalam Film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar adalah Merry
Riana (diperankan oleh Chelsea Islan) dan Alva (diperankan oleh Dion
Wiyoko).
2. Alur Cerita
Alur cerita adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan
peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku
dalam cerita. Alur cerita dalam Film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar
adalah dimulai dari kerusuhan sosial tahun 1998 yang membuat Merry
Riana berangkat ke Singapura dengan kondisi keuangan pas-pasan hingga
akhirnya Merry Riana berhasil sukses dengan penghasilan 1 juta dollar
pada usia 26 tahun.
3. Pesan
Pesan adalah nilai atau pesan moral yang dapat diambil dari Film Merry
Riana: Mimpi Sejuta Dollar, seperti pantang menyerah, bekerja keras, dan
lain-lain.
2.3 Teori Khusus
2.3.1 Teori S-O-R
Teori S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus–Organism–Response. Teori
S-O-R pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek
merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian, terdapat kaitan yang
erat antara pesan-pesan media dengan reaksi audience. Menurut McQuail (1994)
menjelaskan elemen-elemen utama dalam teori ini adalah: (Bungin, 2008)
1. Pesan (Stimulus, S)
2. Komunikan (Organism, O)
3. Efek (Response, R)
33
Asumsi dasar dari teori ini adalah media massa menimbulkan efek yang
terarah, segera, dan langsung terhadap komunikan. Model ini menunjukkan bahwa
komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya kata-kata verbal, isyarat non
verbal, dan simbol-simbol akan merangsang orang lain untuk memberikan respon
dengan cara tertentu. Menurut Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin S.Sos. M.Si (2008),
prinsip stimulus-response ini merupakan dasar dari model jarum hipodermik. Teori
jarum hipodermik memandang bahwa pemberitaan media massa ibarat sebagai obat
yang disuntikkan ke pembuluh darah audience, yang kemudian audience akan
bereaksi seperti yang diharapkan. Prinsip stimulus-response mengasumsikan bahwa
pesan dipersiapkan oleh media dan didistribusikan secara sistematis dalam skala
besar sehingga dapat diterima secara serempak oleh khalayak besar, kemudian
sejumlah besar individu akan merespon informasi tersebut.
Prinsip teori ini sebenarnya sangat sederhana, bahwa respon adalah reaksi
balik dari individu ketika menerima stimuli dari media. Mengutip pendapat dari
Hovland, Janis, dan Kelley, terdapat tiga elemen penting dalam teori ini yaitu
perhatian, pengertian, dan penerimaan (Effendy, 2003).
Organism
Stimulus
-Perhatian
-Pengertian
Response
Gambar 2.1 Model Teori S-O-R
Gambar diatas menunjukkan bahwa respon bergantung pada proses yang
terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan
mungkin diterima atau tidak dan dapat postitif maupun negatif. Komunikasi akan
berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Sampai pada proses tersebut
komunikan memikirkannya hingga timbul pengertian. Setelah komunikan mengelola
dan menerimanya maka terjadilah kesediaan untuk merespon (Effendy, 2003).
Teori S-O-R digunakan dalam rangka melihat respon khalayak. Hal ini
dikarenakan teori S-O-R menjelaskan bagaimana suatu rangsangan sampai
34
mendapatkan respon. Melalui skemanya, dapat dilihat bagaimana sampai terjadinya
respon (proses terbentuknya respon), dalam rangka menghasilkan respon ada peran
stimulus dan organism (komunikan), bahwa respon tidak timbul begitu saja.
2.3.2 Teori Individual Differences
Individual Differences Theory (Teori Perbedaan Individu) dikemukakan oleh
Melvin D. Fleur. Pada tahun 1970, Melvin D. Fleur melakukan modifikasi terhadap
teori S-O-R dengan teorinya yang dikenal sebagai teori perbedaan individu
(individual differences) (Bungin, 2008).
Individual Differences Theory menelaah perbedaan-perbedaan di antara
individu-individu dalam menelaah pesan yang menimbulkan efek tertentu. De Fleur
dalam Onong Ujhana Effendy (2003) Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi,
menjelaskan bahwa setiap khalayak akan memberikan respon yang berbeda-beda
terhadap stimuli atau rangsangan yang mereka terima. Individu-individu akan
menaruh
perhatian
kepada
pesan-pesan
terutama
yang
berkaitan
dengan
kepentingannya.
Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa pesan-pesan yang disampaikan oleh
media massa ditangkap individu sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan individu
masing-masing. Efek komunikasi pada individu berbeda walaupun individu
menerima pesan yang sama. Teori ini secara ekplisit mengakui adanya intervensi
variabel-variabel psikologis yang berinteraksi dengan terpaan media massa, seperti
perhatian, minat, dan keinginan yang berbeda dari individu (Bungin, 2008).
Kesimpulan dari individual differences theory adalah bahwa khalayak dalam
menerima rangsangan memiliki karakteristik yang berbeda-beda atau bersifat
heteregon meskipun menerima pesan yang sama. Dengan demikian teori tersebut
mencakup upaya mengidentifikasi kondisi atau keadaan yang menengahi pengaruh
pesan pada media yang mengandung rangsangan dan mengandung interaksi yang
berbeda-beda tergantung kondisi khalayak dalam menerima pesan tersebut (Effendy,
2003).
Teori Individual Differences digunakan dalam rangka melihat adakah
perbedaan respon antara khalayak berbeda jenis kelamin dan pekerjaan. Hal ini
dikarenakan teori Individual Differences menjelaskan bahwa khalayak walaupun
menerima pesan yang sama akan menghasilkan efek/respon yang berbeda akibat dari
faktor psikologis. Pertimbangan pemilihan respon berdasarkan jenis kelamin adalah
35
berdasarkan penjelasan psikologis bahwa laki-laki lebih cenderung menggunakan sisi
kiri otaknya dan pemikiran rasional, sementara wanita menggunakan kedua sisi otak
secara bersamaan dan menggunakan emosi ketika memproses informasi dan
komunikasi. Pertimbangan pemilihan respon berdasarkan pekerjaan adalah untuk
melihat apakah pelajar/mahasiswa yang masih aktif menata masa depan, ibu rumah
tangga yang lebih banyak di rumah mengurus anak, karyawan swasta yang bekerja
dengan atasan dan office hour, atau wiraswasta yang membangun sendiri usahanya
dan memiliki banyak free time akan memiliki respon yang sama atau berbeda
berdasarkan karakter yang dimiliki dari pekerjaannya.
2.3.3 Teori Peluru (The Bullet Theory)
Teori peluru merupakan konsep awal dari efek komunikasi massa yang
dikenal pula dengan nama hypodermic needle theory yang dapat diterjemahkan
sebagai teori jarum hipodermik. Teori ini ditampilkan setelah peristiwa penyiaran
kaleidoskop stasiun radio CBS di Amerika berjudul “The Invansion From Mars”
pada tahun 1950-an (Effendy, 2003).
Model Hypodermic Needle pada dasarnya merupakan aliran satu tahap (one
step flow), yaitu dari media massa langsung kepada khalayak sebagai mass audience.
Model ini mengasumsikan bahwa media massa secara langsung, cepat, dan
mempunyai efek yang kuat atas mass audience. Media massa diibaratkan sebagai
sebuah jarum suntik yang besar yang memberikan rangsangan yang amat kuat
sehingga menghasilkan tanggapan yang kuat pula, bahkan secara cepat, spontan, dan
otomatis (Wiryanto, 2006).
Model Hypodermic Needle juga diibaratkan dengan teori peluru (The Bullet
Theory) yang memandang pesan-pesan media bagaikan pesatnya peluru-peluru
senapan yang mampu merobohkan siapapun yang terkena peluru. Media massa
dipandang sebagai jarum suntik raksasa yang mampu merobohkan mass audience
yang dianggap pasif dan tidak berdaya (Wiryanto, 2006).
2.4 Buku Mimpi Sejuta Dollar
Buku Mimpi Sejuta Dollar adalah kisah nyata perjuangan Merry Riana yang
sangat mengunggah, dari mahasiswa berkantong pas-pasan, Merry Riana, anak muda
Indonesia, menjelma menjadi miliuner muda dan diakui sebagai pengusaha sukses,
motivator yang sangat dinamis, serta pengarang buku terlaris di Singapura.
36
Melewatkan masa kuliah yang penuh dengan keprihatinan finansial di Nanyang
Technological University, Merry kemudia menciptakan perubahan paradigma
berpikir dan memulai suatu perjuangan dengan konsep dan etos kerja keras luar
biasa. Akhirnya dia berhasil meraih penghasilan 1 juta dollar pada usia 26 tahun.
Buku ini ditulis oleh Alberthiene Endah, penulis biografi No. 1 di Indonesia yang
sudah pernah menulis biografi tentang Krisdayanti, Alm. Chrisye, Ibu Ani SBY, dan
orang-orang ternama lainnya. Buku Mimpi Sejuta Dollar berhasil menjadi buku
terlaris di Indonesia dan mencapai peringkat National Mega Best-Seller dengan
penjualan lebih dari 100.000 eksemplar dalam waktu kurang dari 1 tahun sejak tahun
penerbitannya (http://merryriana.com/product/ipsum-dolor-sit-amet/, diakses pada 11
Agustus 2015 pukul 12.04 WIB).
Gambar 2.2 Buku Mimpi Sejuta Dollar
2.5 Kerangka Pemikiran
Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (2011) mengungkapkan
bahwa kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan faktor-faktor yang didefinisikan sebagai masalah yang penting.
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis keterkaitan antara
variabel yang diteliti. Peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah yang menjadi dasar
argumentasi bagi penyusunan kerangka pemikiran. Kriteria utama dalam kerangka
37
pemikiran adalah adanya alur-alur pikiran logis dalam membangun kerangka berfikir
(Sugiyono, 2014)
Kognitif
Stimulus
Organism
Respon
Afektif
Konatif
Individ
ual
Differe
nces
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Seperti digambarkan dalam kerangka pemikiran diatas, stimulus adalah Film
Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar. Fim Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar adalah
sebuah film yang mengangkat kisah nyata Merry Riana bertahan hidup di Singapura
dengan kondisi keuangan pas-pasan hingga mampu memperoleh penghasilan 1 juta
dollar pada usia 26 tahun. Organism yang dimaksud adalah follower Twitter
@MerryRianaMovie dengan sampel berjumlah 99 orang. Organism ini dipilih karena
dapat dipastikan telah menonton Film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar. Selain itu
dapat dilihat dari mention dan retweet yang ditujukan pada akun ini. Selain itu akan
dibuktikan melalui pertanyaan yang wajib dijawab oleh responden dalam kuesioner,
yaitu sudah pernahkah Anda menonton Film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar?
Respon dihasilkan sebagai akibat dari stimulus (Film Merry Riana: Mimpi Sejuta
Dollar) yang diterima oleh organism (follower Twitter @MerryRianaMovie). Respon
yang dihasilkan berupa respon kognitif, afektif, dan konatif. Produk daripada respon
adalah individual differences, dimana respon yang dihasilkan setiap individu
berbeda-beda dan indikatornya adalah kognitif, afektif, dan konatif.
38
Download