BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka membahas mengenai jurnal-jurnal dan penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Tujuannya adalah untuk memperlihatkan persamaan dan perbedaan yang ada di penelitian sebelumnya dengan penelitian setelahnya. Berikut adalah tabel perbandingannya Tabel 2.1 Kajian Pustaka Judul Penulis Metodologi Teori Hasil Respon Penonton Nia Kuantitatif Individual Dari Terhadap (Studi Differences dimensi dan sub Sabrina Segmen penonton dimensi yang langsung memiliki peran 100% Ampuh di Acara 100% dalam program Global TV Ampuh) tersebut terdapat Pada Korea Ulibasa seluruh Program respon yang berbeda-beda dari responden, sesuai dengan teori individual differences. Responden memberi tanggapan positif dalam artian responden benar- benar merupakan 9 penonton setia program 100% 10 AMPUH dan memperhatikan dengan seksama seluruh sub dimensi yang mendukung jalannya program tersebut Respon Khalayak Randy Kuantitatif S-O-R Dari hasil Tentang Program Rheza (Studi Individual penelitian dapat “Relasi” di 96,30 Engie followers Differences dilihat berdasarkan RPK FM Sebagai Twitter) sembilan Sumber pertanyaan tentang Informasi tips memilih usaha Kewirausahaan respon khalayak sangat baik dengan skor 454, untuk pertanyaan tentang tips memulai usaha respon khalayak sangat baik dengan skor 458 dan untuk pertanyaan tips mengatasi kegagalan respon khalayak juga sangat baik dengan skor 452. Maka respon khalayak terhadap informasi 11 kewirausahaan pada program Relasi berada di rana sangat baik dan bermanfaat. Adanya perbedaan respon dari khalayak berdasarkan jenis kelamin dan pekerjaan. Dimana walaupun stimulus yang diberikan sama tetapi masing-masing individu akan memberikan respon yang berbeda-beda berdasarkan dari latar belakang yang mereka miliki. Respon SMP Siswa Anggi Negeri Kelapa 3 Ria Bangka Puspitasa Belitung Terhadap ri Film Laskar Pelangi Kuantitatif S-R Ada respon positif (Studi (Stimulus- terhadap pesan- Siswa SMP Response) pesan dalam Film Negeri Laskar 3 Pelangi. Bangka Analisis lapangan Belitung) membuktikan bahwa responden para dapat menangkap pesan 12 yang disampaikan dalam Film Laskar Pelangi Public Response Catherine Kuantitatif to Media M. Coverage Animal Cruelty (Studi pada (Stimulus- of Tipaldy, Deborah masyarakat pusat kota Anne B. Brisbane dan Walsh, Clive S-R Response) Pendekatan survey dilakukan pada 259 orang dimana 74 orang (28%) menolak untuk ambil bagian dan J. pinggiran 28 orang (11%) C. kota, tidak ambil bagian Phillips Queensland karena (Universi Tenggara) mengetahui ty of serta tidak dan mengikuti liputan. Queensla 157 orang nd) berpartisipasi dengan tingkat respon sebesar 89%. Berdasarkan gender, wanita cenderung sedih dan marah bahkan memilih berhenti mendengarkan liputan tersebut. Berdasarkan usia, usia 18-29 tahun merespon dengan perilaku seperti stop makan daging atau memberikan donasi. Berdasarkan 13 dmeografi, masyarakat pedesaan lebih memberikan donasi daripada perkotaan. Visual Ondimu Persuasion and Jacquilin Behaviour e, Kuantitatif Semiotic Hasilnya & Kualitatif Teori menyimpulkan Kognitif bahwa Moi sebuah Change: A Study Universit pesan kesehatan of yang memiliki Viewer’s y, Responses to Eldoret, Televised Kenya visual yang baik dapat mendorong HIV/AIDS perubahan Advertisements in perilaku Kenya upaya memerangi dalam HIV/AIDS. Iklan dengan elemen ikonik berkomunikasi lebih langsung daripada simbolik. 2.2 Teori Umum 2.2.1 Komunikasi Massa 2.2.1.1 Definisi Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan hasil adopsi dari istilah bahasa Inggris, mass communication. Istilah mass communication atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu mass media (media massa). Kata massa dalam komunikasi massa dapat diartikan lebih daripada “orang banyak”, seperti orang-orang yang sedang mengerumuni penjual obat. Massa di sini bukan sekedar orang banyak yang berada di lokasi yang sama. Mereka dapat tersebar dan terpencar di berbagai lokasi yang berbeda dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dan memperoleh pesan yang sama (Wiryanto, 2006). 14 Komunikasi massa adalah komunikasi kepada khalayak luas dengan menggunakan media massa. Komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Media massa yang dimaksud adalah media yang dihasilkan oleh teknologi modern, bukanlah media tradisional seperti kentongan, angklung, gamelan,dan lain-lain. Macam-macam bentuk media massa antara lain media elektronik (tv, radio), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, dan film. Namun seiring dengan perkembangan teknologi tentang media massa, maka muncullah internet (Nurudin, 2007). Para ahli komunikasi berpendapat bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa. Hal ini berbeda dengan pendapat ahli psikologi sosial bahwa komunikasi massa tidak selalu menggunakan media massa. Menurut mereka, suatu kegiatan asal menujukkan perilaku massa dimana kegiatan tersebut membuat orang-orang terikat oleh perhatian yang sama, dapat dikatakan sebagai komunikasi massa. Oleh karena ini ada dalam konteks komunikasi, maka pengertian komunikasi massa menurut ahli komunikasi massa lah yang digunakan (Effendy, 2009). Definisi komunikasi massa secara sederhana diungkapkan oleh Bittner (Rakhmat, 2003), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a larger number of people). Berdasarkan definisi tersebut, dapat diartikan bahwa komunikasi massa harus menggunakan media massa. Sekalipun komunikasi massa disampaikan kepada sejumlah besar orang, apabila tidak menggunakan media massa maka tidak dapat dikatakan sebagai komunikasi massa. Ahli komunikasi lainnya, Joseph A. Devito merumuskan definisi komunikasi massa sebagai “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, tetapi ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan.Kedua,komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan/atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya (televisi,radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita)” (Nurudin, 2007). 15 Merangkum definisi-definisi komunikasi di atas, komunikasi massa adalah penyebaran pesan melalui media massa yang ditujukan kepada khalayak yang relatif besar dan anonim. Khalayak yang dituju berbeda-beda baik latar belakang pendidikan, ekonomi, lingkungan, pekerjaan, dan lain-lain. Komunikasi massa hanya terbatas pada penyebaran pesan melalui media massa dan tidak mencakup proses komunikasi tatap muka (Rakhmat, 2003). 2.2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa Definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh ahli-ahli komunikasi secara prinsip mengandung suatu makna yang sama, bahkan antara satu definisi dengan definisi lainnya dianggap dapat saling melengkapi. Melalui definisi tersebut, kita pun dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa. Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut: (Ardianto, Komala, dan Karlinah, 2007) 1. Komunikatornya terlembagakan Dalam komunikasi massa, komunikator bukanlah orang per orang melainkan lembaga, yakni institusi atau organisasi. Media massa hanya bisa muncul melalui kerja sama beberapa orang. Mereka adalah orangorang yang sudah terinstitusikan/dilembagakan. Dalam berkomunikasi, individu-individu memiliki perannya masing-masing yang dibatasi oleh sistem dalam media massa. Pesan-pesan yang disampaikan pun mengatasnamakan lembaga, bukan mengatasnamakan individu. Sebagai contoh adalah untuk menghasilkan suatu program televisi/radio, ada banyak sekali orang-orang yang berperan di dalamnya, seperti juru kamera, juru lampu, make up, floor, creative, dll. Seluruhnya bekerjasama satu sama lain dalam menghasilkan produk kelompok. Oleh karena itu, komunikator pada komunikasi massa dinamakan komunikator kolektif (collective communicator). Komunikator-komunikator kolektif ini harus memiliki keterampilan yang tinggi di bidangnya masing-masing. Dengan demikian komunikasi ini dapat berjalan dengan sempurna. 2. Pesan bersifat umum Pesan-pesan dalam komunikasi massa ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu saja. Oleh karena itu pesan komunikasi massa bersifat terbuka. Pesan dapat berupa fakta, peristiwa, atau opini. Namun tidak semuanya dapat 16 dimuat dalam media massa. Pesan yang dapat dimuat dalam media massa haruslah penting atau menarik atau penting sekaligus menarik. Namun kriteria penting atau menarik bagi setiap orang tidaklah sama. Ada peristiwa yang dianggap penting bagi kelompok tertentu, namun belum tentu penting bagi kelompok masyarakat yang lain. 3. Komunikannya anonim dan heterogen Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim) karena pesan disampaikan melalui media massa dan tidak disampaikan secara tatap muka. Komunikan bersifat heterogen karena pesan disampaikan kepada seluruh masyarakat yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, ekonomi, budaya, dan agama. 4. Media massa menimbulkan keserempakan Media massa memiliki kelebihan untuk menjangkau jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan, khalayak dapat secara serempak memperoleh pesan yang sama pada waktu yang sama. Berdasarkan ciri tersebut, media massa seperti surat kabar, majalah, televisi, radio, dan film mengandung ciri keserempakan tersebut. 5. Komunikasi mengutamakan isi daripada hubungan Komunikasi massa lebih mementingkan isi daripada hubungan. Maka dalam komunikasi massa, komunikator tidak harus mengenal komunikan. Berbeda dengan komunikasi antarpersonal dimana komunikator lebih mementingkan hubungan daripada isi pesannya. Yang terpenting dalam komunikasi massa adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan yang tersusun secara sistematis sesuai dengan medianya, agar komunikan dapat memahami isi pesan tersebut. 6. Komunikasi massa bersifat satu arah Dalam komunikasi massa, komunikator secara aktif menyampaikan pesan dan komunikan secara aktif menerima pesan. Namun,komunikator dan komunikan tidak dapat melakukan dialog atau interaksi. Oleh karena itu, komunikasi massa bersifat satu arah. 17 7. Stimulasi alat indra terbatas Pada komunikasi antarpersonal dimana komunikator dan komunikan berinteraksi tatap muka, semua alat indra dapat digunakan secara maksimal. Berbeda dengan komunikasi massa dimana alat indra yang digunakan terbatas. Pada surat kabar atau majalah, alat indra yang digunakan adalah penglihatan untuk membaca. Pada radio siaran atau rekaman auditif, alat indra yang digunakan adalah pendengaran untuk mendengar. Pada televisi dan film, alat indra yang digunakan adalah penglihatan dan pendengaran. 8. Umpan balik tertunda (Delayed) dan tidak langsung (Indirect) Komunikator dalam komunikasi massa tidak dapat dengan segera mengetahui reaksi khalayak terdapa pesan yang disampaikan. Tanggapan khalayak dapat diterima melalui telepon, e-mail, atau surat pembaca. Proses penyampaian feedback inilah yang disebut indirect (tidak langsung). Sementara itu, waktu yang dibutuhkan untuk menggunakan telepon, mengirim e-mail, dan menulis surat pembaca menunjukkan sifat komunikasi massa yang disebut delayed (tertunda). 2.2.1.3 Unsur Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan berbagai tujuan komunikasi. Selain itu, komunikasi massa bertujuan untuk menyebarluaskan informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian unsur-unsur penting dalam komunikasi massa adalah: (Tambaruka, 2012) 1. Komunikator 2. Media Massa 3. Informasi (pesan) massa 4. Gatekeeper 5. Khalayak (publik) 6. Umpan balik 18 2.2.1.4 Fungsi Komunikasi Massa Komunikasi massa memiliki fungsi sebagaimana diungkapkan oleh para ahli komunikasi. Meskipun terdapat perbedaan pendapat satu dengan yang lainnya, namun secara umum ada kesamaan mengenai fungsi komunikasi massa. Menurut Alexis S. Tan, fungsi komunikasi adalah sebagai berikut: (Nurudin, 2007) Tabel 2.2 Fungsi Komunikasi Massa Alexis S. Tan No Tujuan Tujuan Komunikan Komunikator (Menyesuaikan diri pada sistem pemuasan kebutuhan) (Penjaga Sistem) 1. 2. Memberi Mempelajari ancaman dan peluang, memahami informasi lingkungan, menguji kenyataan, meraih keputusan Mendidik Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berguna memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakatnya, mempelajari nilai, tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya 3. Mempersuasi Memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku, dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya 4. Menyenangkan, Menggembirakan, memuaskan menghibur, dan mengalihkan perhatian dari masalah kebutuhan yang dihadapi komunikan mengendorkan urat saraf, 19 Berbeda halnya dengan fungsi komunikasi massa menurut Dominick yang terdiri dari: (Ardianto dkk, 2007) 1. Surveillance (Pengawasan) Fungsi pengawasan terdiri dari dua yaitu: a. Warning of beware surveillance (pengawasan peringatan) Fungsi pengawasan peringatan terjadi media massa menginformasikan hal-hal seperti angin topan, gunung meletus, serangan militer, inflasi, atau kondisi lain yang memprihatinkan. b. Instrumental surveillance (pengawasan instrumental) Fungsi pengawasan instrumental terjadi ketika media massa menyampaikan informasi-informasi yang dianggap berguna bagi khalayak, seperti rekomendasi film, harga-harga saham, produk baru, dan lain sebagainya. 2. Interpretation (Penafsiran) Media tidak hanya menyajikan fakta saja, melainkan juga memberikan penafsiran atas peristiwa-peristiwa penting. Media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa penting mana yang ditayangkan. Tujuan dari penafsiran adalah untuk mengajak masyarakat memperluas wawasan dan membahasnya dalam komunikasi antarpersonal atau komunikasi kelompok. 3. Linkage (Pertalian) Media massa dapat menyatukan masyarakat yang memiliki kepentingan yang sama tetapi terpisah secara geografis. Linkage (pertalian) terbentuk berdasarkan minat dan kepentingan yang sama. 4. Transmission of values (Penyebaran nilai-nilai) Fungsi penyebaran nilai disebut juga sebagai fungsi sosialisasi. Media massa memperlihatkan kepada kita melalui model peran yang kita amati dan berharap kita menirunya. 5. Entertainment (Hiburan) Hampir semua media menjalankan fungsi hiburan. Melalui media, khalayak dapat memperoleh berbagai bentuk hiburan yang diinginkannya. Selain menghibur, fungsi media massa yang lain adalah mengurangi ketegangan pikiran khalayak. Melalui berita-berita ringan atau tayangan hiburan dapat membuat pikiran khalayak lebih rileks. 20 Sementara itu, Effendy mengemukakan fungsi komunikasi massa secara umum adalah: (Ardianto dkk, 2007: 18-19) 1. Fungsi informasi Media massa memiliki fungsi untuk menyebarkan informasi kepada khalayak. Sebagian informasi, pengetahuan, maupun keterampilan didapat bukan dari sekolah atau tempat bekerja, melainkan melalui media. Khalayak media massa berlangganan surat kabar, majalah, menonton televisi, atau menderngarkan radio siaran semata-mata untuk memenuhi kebutuhan informasi. 2. Fungsi pendidikan Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayak (mass education). Media massa memberikan pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pembaca atau pemirsa. 3. Fungsi mempengaruhi Fungsi mempengaruhi dari media massa terdapat pada tajuk/editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Melalui pesan yang disampaikan melalui media, khalayak terpengaruh untuk melakukan tindakan sesuai yang diinginkan media tersebut. 2.2.1.5 Efek Komunikasi Massa Menurut Steven M. Chaffee, efek media massa dapat dilihat dari beberapa pendekatan. Pendekatan pertama adalah efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri. Pendekatan kedua adalah dengan melihat perubahan yang terjadi pada khalayak komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan, dan perilaku yang dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif, dan behavioral. Pendekatan pertama yaitu efek kehadiran massa yang terdiri dari: (Ardianto dkk, 2007) 1. Efek ekonomi Kehadiran media massa dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat, baik di media massa cetak maupun elektronik. 21 2. Efek sosial Kehadiran media massa telah membuat perubahan pada struktur atau interaksi sosial, baik membentuk jaringan sosial yang baru ataupun mengubah perilaku masyarakat. 3. Penjadwalan kegiatan sehari-hari Media massa telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari khalayak. Bahkan kegiatan-kegiatan tertentu yang biasanya menjadi rutinitas mampu digeser oleh media. 4. Efek hilangnya perasaan tidak nyaman Orang menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan psikologisnya yaitu untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman, seperti marah, kesal, sedih, kesepian, kecewa, dan sebagainya. 5. Efek menumbuhkan perasaan tertentu Kehadiran media massa tidak hanya untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman, tetapi juga untuk menumbuhkan perasaan tertentu. Seseorang dapat mempunai perasaan positif atau negatif terhadap media tergantung bagaimana pengalaman individu bersama media massa tersebut. Pendekatan kedua yaitu efek pesan yang terdiri: (Ardianto dkk, 2007) 1. Efek kognitif Efek kognitif adalah efek yang berdampak informatif bagi individu. Media massa akan membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media, kita mempelajari hal-hal yang belum pernah kita ketahui atau pelajari sebelumnya. Penonton yang tadinya tidak tahu menjadi tahu tentang suatu peristiwa. Pesan yang disampaikan ditujukan pada pikiran komunikan. Tujuannya hanya untuk memberitahu saja, tidak lebih daripada itu. 2. Efek afektif Efek afektif tidak hanya sekedar memberitahu khalayak yang tidak tahu agar menjadi tahu. Lebih daripada itu, khalayak diharapkan dapat ikut merasakan perasaan terharu, iba, sedih, senang, gembira, marah, dan sebagainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan media massa adalah suasana emosi, skema kognitif, 22 suasana terpaan (Setting of exposure), predisposisi individual, dan faktor identifikasi. 3. Efek behavioral Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri individu dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan. Dewasa ini, media massa telah melakukan banyak hal bermanfaat yang kemudian dapat ditiru dan dipelajari oleh khalayak. Namun, efek ini berbeda-beda bagi setiap orangnya. 2.2.2 Media Massa 2.2.2.1 Definisi Media Massa Media massa (mass media) merupakan singkatan yang berasal dari Media Komunikasi Massa (Mass Communication Media) adalah sarana, channel, atau media untuk berkomunikasi kepada publik. Menurut (Cangara, 2006), media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi. Pengertian lain, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibandingakan jenis media lainnya adalah kemampuannya dalam menyebarkan pesan seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2007). Media massa adalah institusi yang menghubungkan seluruh masyarakat melalui produk yang dihasilkannya. Secara spesifik, media massa adalah: 1) sebagai saluran produksi dan distribusi konten simbolis; 2) sebagai institusi publik yang bekerja sesuai aturan yang ada; 3) ikutserta sebagai pengirim atau penerima sukarela; 4) menggunakan standar profesional dan birokrasi; 5) media sebagai perpaduan antara kebebasan dan kekuasaan (Tamburaka, 2012). 2.2.2.2 Karakteristik Media Massa Media massa memiliki beberapa karakteristik. Menurut Cangara (2006), karakteristik media massa adalah sebagai berikut: 23 1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, mulai dari pengumpulan, pengelolaan, hingga penyajian informasi. 2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya komunikasi antara pengirim dan penerima. Apabila terjadi reaksi atau umpan balik, memerlukan waktu atau tertunda. 3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak karena memiliki kecepatan. Informasi yang disampaikan diterima leh banyak orang dalam waktu yang sama. 4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, surat kabar, televisi, dan sejenisnya. 5. Bersifat terbuka, artinya pesan dapat diterima oleh siapapun dan dimanapun tanpa batasan usia, jenis kelamin, dan suku bangsa. 2.2.2.3 Fungsi Media Massa Media massa memiliki beberapa fungsi. Menurut Laswell dan Wright, media massa memiliki empat fungsi sosial sebagai berikut: (Dahlan, 2008) 1. Social Surveillance (Pengamatan sosial) Dalam fungsi ini, media berupaya menyebarkan informasi dengan interpretasi obyektif tetantang berbagai peristiwa yang terjadi di dalam dan di luar lingkungan sosial dengan tujuan kontrol sosial. 2. Social correlation (Korelasi sosial) Media berupaya untuk memberikan interpretasi dan informasi yang menghubungkan satu kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya, atau antara satu pandangan dengan pandangan lainnya yang bertujuan untuk mencapai konsesus. 3. Socialization (Sosialisasi) Merujuk pada pewarisan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya, atau dari satu kelompok ke kelompok lainnya. 4. Hiburan Salah satu tujuan media yang terutama adalah menyajikan hiburan bagi khalayak luas. 24 2.2.2.4 Peran Media Massa Media massa memainkan peran yang begitu penting dalam kehidupan sosial, khususnya masyarakat modern. Menurut McQuail dalam bukunya Mass Communication Theories, ada enam perspektif dalam melihat peran media (McQuail, 2010) 1. Media massa dipandang sebagai window on event and experience. Media sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa yang terjadi di luar sana. Selain itu, media merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa. 2. Media massa dianggap sebagai a mirror of event in society and the world, implying a faithful reflection. Media sebagai cermin yang merefleksikan peristiwa atau apa yang terjadi di dunia apa adanya. 3. Media massa sebagai filter, gatekeeper, atau portal yang menyeleksi berbagai hal untuk diberikan perhatian atau tidak. Media senantiasa menyeleksi informasi atau content yang dianggap layak diketahui dan mendapat perhatian dari khalayak. 4. Media massa dipandang sebagai guide, penunjuk jalan atau interpreter yang menunjukkan arah atas ketidakpastian dan memberikan alternatif yang beragam. 5. Media massa sebagai forum untuk mempresentasikan informasi dan ideide kepada khalayak, sehingga memungkinkan adanya tanggapan atau umpan balik. 6. Media massa sebagai interlocutor yang berperan sebagai partner komunikasi dan memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif. Selain itu media massa memiliki paradigma utama yaitu institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Dalam menjalankan perannya, media massa memiliki peran sebagai berikut: (Bungin, 2008) 1. Media massa sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu berperan sebagai media edukasi. Media massa mendidik masyarakat agar berpikiran terbuka, cerdas, dan menjadi masyarakat yang maju. 2. Media massa sebagai media informasi, yaitu menyampaikan informasi setiap saat kepada masyarakat. Apabila media massa menyampaikan informasi secara jujur dan benar, maka masyarakat akan menjadi 25 masyarakat yang kaya akan informasi, terbuka akan informasi, serta informatif. 3. Media massa sebagai media hiburan. Media massa juga menjadi institusi budaya yang mendorong agar perkembangan budaya bermanfaat bagi masyarakat serta mencegah berkembangnya budaya yang merusak masyarakat. 2.2.2.5 Bentuk-bentuk Media Massa Pada dasarnya media massa terbagi menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak terdiri atas surat kabar dan majalah. Sementara itu, media massa elektronik terdiri atas radio siaran, televisi, film, dan media on-line (internet) (Ardianto dkk, 2007). 1. Surat kabar Surat kabar memiliki empat fungsi, yaitu informasi, edukasi, hiburan, dan persuasif. Namun, fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah informasi. Hal ini dilihat dari sebagian besar rubrik surat kabar yang terdiri dari berbagai jenis berita. Walaupun demikian, fungsi hiburan tidak terabaikan melalui rubrik artikel ringan, feature (laporan perjalanan, laporan profil seseorang yang unik), rubrik cerita bergambar, serta cerita bersambung. Fungsi edukasi dan persuasif ditemukan pada artikel ilmiah, tajuk rencana atau editorial, dan rubrik opini. 2. Majalah Majalah memiliki sasaran khalayak yang spesifik. Artinya, sejak awal redaksi sudah menentukan siapakah yang akan menjadi pembacanya, apakah anak-anak, remaja, wanita dewasa, pria dewasa, atau ditujukan untuk umum. Selain itu, sasaran pembacanya juga bisa berasal dari kalangan profesi tertentu atau hobi tertentu. Oleh karena sasaran pembanya yang berbeda, maka memiliki fungsi yang berbeda-beda pula. 3. Radio siaran Radio adalah media massa elektronik tertua. Radio siaran mendapat julukan kekuatan lima atau the fifth estate. Hal ini disebabkan radio memiliki fungsi kontrol sosial, disamping empat fungsi lainnya yaitu memberi informasi, mendidik, menghibur, dan melakukan persuasi. Kekuatan radio dalam mempengaruhi khalayak sudah dibuktikan dari 26 masa ke masa. Radio dinilai memiliki daya tariknya sendri meskipun kini telah muncul televisi dan internet. 4. Televisi Dari semua jenis media massa, televisi dinilai paling dekat dan berpengaruh terhadap kehidupan khalayak. Televisi memiliki fungsifungsi sama halnya dengan surat kabar dan radio siaran. Namun, fungsi utama televisi lebih kepada fungsi hiburan, selanjutnya fungsi informasi. Salah satu kelebihan televisi yang tidak dimiliki oleh media lainnya adalah dapat didengar sekaligus dilihat (audiovisual). 5. Film Film atau yang dikenal sebagai movie merupakan salah satu sarana hiburan bagi masyarakat. Tidak hanya itu, film juga disenangi oleh semua kalangan, mulai dari anak-anak, dewasa, hingga orang tua. 2.2.3 Film 2.2.3.1 Definisi Film Film adalah gambar hidup yang sering disebut sebagai movie. Film secara kolektif sering disebut sebagai sinema. Pengertian secara harfiah film (sinema) adalah cinematographic yang berasal dari kata cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan=gambar=citra), yang artinya melukis gerak dengan cahaya. Untuk melakukannya, kita menggunakan sebuah alat yang disebut dengan kamera.Film menjadi media yang sangat berpengaruh melebihi media-media lainnya karena kemampuan audiovisualnya yang dapat membuat penonton tidakjenuh karena formatnya yang menarik. Film lebih dahulu menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi. Film dinilai mampu membanjiri pasar dan mempengaruhi sikap, perilaku, dan harapan orang-orang di berbagai belahan dunia. Menurut UU No 8/1992, definisi film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan.atau lainnya. 27 2.2.3.2 Sejarah Film Film atau motion pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinsip dasar fotografi dan proyektor. Film yang pertama kali diperkenalkan kepada publik Amerika Serikat adalah The Life of an American Fireman dan film The Great Train Robbery yang dibuat oleh Edwin S. Porter pada tahun 1903. Akan tetapi film film The Great Train Robbery yang berdurasi 11 menit dianggap sebagai film cerita pertama karena telah menggambarkan situasi secara ekspresif. Tahun 1906 sampai tahun 1916 menjadi periode paling penting dalam sejarah perfilman di Amerika Serikat, karena pada masa itu lahirlah film feature, lahir pula bintang film serta pusat perfilman yang kita kenal sebagai Hollywood. Sementara itu dari catatan sejarah perfilman Indonesia, film pertama berjudul Lady Van Java diproduksi di Bandung pada tahun 1926. Pada masa itu, masyarakat disajikan dengan film-film bisu. Selanjutnya, film bicara pertama berjudul Terang Bulan dibintangi oleh Roekiah dan R.Mochtar. Pada saat perang Asia Timur Raya di penghujung tahun 1941, perusahaan perfilman yang dipegang oleh orang Belanda dan Cina dipindahtangankan kepada pemerintah Jepang. Pemerintah Jepang menggunakannya untuk media informasi dan propaganda. Selanjutnya, setelah Indonesia mengumumkan kemerdekaannya, maka secara resmi perusahaan perfilman tersebut diserahkan pada Pemerintah Republik Indonesia. (Ardianto, 2007). 2.2.3.3 Karakteristik Film Film mempunyai karakteristiknya sendiri. Berikut ini adalah beberapa karakteristik film: (Ardianto dkk, 2007) 1. Layar yang luas/lebar Film memiliki kelebihan dalam hal layar bila dibandingkan dengan televisi. Keduanya sama-sama menggunakan layar, tetapi film menggunakan layar yang berukuran luas. Hal ini memberikan keleluasaan bagi penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan dalam film. Seiring dengan perkembangan teknologi, kini film bioskop bahkan dapat dinikmati dalam layar tiga dimensi dan empat dimensi. 2. Pengambilan gambar Oleh karena layarnya yang lebar, pengambilan gambar atau shot dalam film bioskop memungkinkan pengambilan gambar extreme long shot dan panoramic shot, yakni pengambilan gambar menyeluruh. Hal ini 28 bertujuan untuk memberikan kesan artistik sehingga film terlihat menarik. Selain itu, jenis pengambilan gambar ini dapat memberikan gambaran bagi penonton tentang daerah tertentu yang dijadikan lokasi film. Penonton dapat mengetahui dan seolah merasakan berada di daerah tersebut. 3. Konsentrasi penuh Ketika menonton film di bioskop, kita cenderung akan memiliki konsentrasi penuh akibat suasana yang diciptakan di dalam bioskop itu sendiri. Kita terbebas dari suasana hiruk pikuk, mata tertuju pada layar, dan pikiran tertuju pada alur certita. Dalam keadaan demikian, emosi kita juga ikut terbawa. Tidak mengherankan apabila seringkali kita tertawa terbahak-bahak saat adegan lucu, menangis saat adegan sedih, atau bahkan menjerit ketakutan saat adegan menyeramkan. Berbeda dengan saat menonton televisi di rumah. Kita seringkali terganggu dengan suasana ramai di rumah, lampu yang menyala, selingan iklan, dan lain sebagainya yang menyebabkan kita tidak fokus pada tayangannya. 4. Identifikasi psikologis Suasana yang sangat mendukung dalam bioskop membuat kita memiliki penghayatan yang begitu mendalam. Bahkan tak jarang, kita sering menyamakan (mengidentifikasi) diri kita sebagai salah satu pemeran dalam film, sehingga seolah-olah kita lah yang berperan. Gejala ini menurut ilmu jiwa sosial disebut sebagai identifikasi psikologis. Pengaruh film terhadap manusia pun tidak berlangsung sesaat saja (selama menonton di bioskop), melainkan dalam waktu yang cukup lama, yang bisa menyebabkan terjadinya peniruan yang disebut sebagai imitasi. 2.2.3.4 Fungsi Film Seperti halnya dengan televisi, khalayak menonton televisi dengan tujuan untuk memperoleh hiburan. Namun, selain fungsi menghibur, film juga memiliki fungsi informatif dan edukatif, bahkan persuasif. Hal ini sesuai dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979 bahwa film nasional selain sebagai media hiburan dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character buiding (Ardianto dkk, 2007). 29 Film edukasi akan dapat tercapai apabila film nasional memproduksi filmfilm sejarah yang objektif, atau film dokumenter, dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari (Ardianto dkk, 2007). Fungsi film yang merupakan bentuk dari media massa sebagaimana dikemukakan oleh ahli diantaranya adalah: 1. Fungsi menyiarkan informasi (to inform) Film berfungsi menyiarkan atau memberikan informasi kepada khalayak berkaitan dengan peristiwa, gagasan, atau pikiran orang lain. 2. Fungsi mendidik (to educate) Film berfungsi memberikan edukasi kepada masyarakat. Film dikatakan dapat memberikan pengembangan edukasi intelektual, apabila pesannya pembentukan dapat watak, menambah penambahan keterampilan atau kemahiran, serta memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. 3. Fungsi menghibur (to entertain) Film berfungsi menghibur ketika khalayak dapat terhibur atau mengurangi ketegangan, kelelahan, dan dapat lebih rileks. 4. Fungsi mempengaruhi (to influence) Film memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pikiran, sikap, maupun perilaku penontonnya. Beberapa fungsi sosial film yang dapat diperankan oleh film sebagai media stimulus diantaranya adalah: (Kesuma, 2011) 1. Film sebagai media pelurusan sejarah, melakukan eskpolarasi historis bangsa, mengingat film adalah media yang cukup efektif untuk menyampaikan pesan. 2. Film ikut serta membangun integrasi sosial bangsa. 3. Film ikut serta dalam proses demokratisasi negeri, peran sebagai campaign media untuk kelangsungan demokrasi. 2.2.3.5 Jenis Film Film dapat dikelompokkan sesuai denga karakteristiknya. Berikut adalah jenis-jenis film: (Ardianto dkk, 2007) 30 1. Film cerita Film cerita (story film) adalah film yang berisi cerita yang berasal dari cerita fiktif atau kisah nyata yang dimodifikasi agar menarik, baik dari unsur cerita maupun gambarnya. Film cerita dijadikan sebagai barang dagangan dengan menghadirkan bintang-bintang tenar di dalamnya. 2. Film berita Film berita (newsreel) adalah film mengenai fakta atau peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film berita harus mengandung nilai berita. Berita harus mengandung kriteria penting atau menarik atau penting sekaligus menarik. Film ini dapat disajikan dalam bentuk film bisu dimana pembaca berita membacakan narasinya atau film yang langsung terekam dengan suaranya. 3. Film dokumenter Film dokumenter (documentary film) menurut Robert Flaherti adalah “karya cipta mengenai kenyataan” (creative treatment of actuality). Apabila film berita menayangkan rekaman kenyataan, maka film dokumenter merupakan interpretasi pribadi (pembuatnya) mengenai kenyataan tersebut. 4. Film kartun Film kartun (cartoon film) adalah film yang umumnya ditonton oleh anak-anak dan bertujuan menghibur. Sebagian besar film kartun akan membuat penonton tertawa terbahak-bahak, tetapi ada juga film kartun yang membuat iba penontonnya karena penderitaan tokohnya. Namun selain menghibur, film kartun juga menyelipkan sisi edukasi di dalamnya seperti adanya tokoh baik dan tokoh jahat yang akhirnya dimenangkan oleh tokoh yang baik. 2.2.4 Respon Respon berasal dari kata response yang berarti jawaban, balasan, atau tanggapan (reaction). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), respon didefinisikan sebagai tanggapan, reaksi, dan jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi. Sarlito (2009) mengatakan bahwa respon adalah tanggapan atau balasan terhadap rangsangan atau stimulus. Menurut Astrid S. Susanto, respon 31 adalah reaksi penolakan atau pengiyaan ataupun sikap acuh tak acuh yang terjadi dalam diri seseorang setelah menerima pesan. Respon atau tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang diperoleh melalui pengamatan. Respon atau tanggapan yang dimaksud adalah pengalaman tentang subjek, peristiwa, atau informasi yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi atau pesan. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M. Chaffe, respon dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (Rakhmat, 2008) 1. Kognitif Yaitu respon yang erat kaitannya dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap apa yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak. 2. Afektif Yaitu respon yang erat kaitannya dengan emosi, sikap, dan penilaian seseorang terhadap sesuatu. 3. Konatif Yaitu respon yang berkaitan dengan perilaku nyata, yaitu tindakan atau perbuatan yang dilakukan. 2.2.5 Khalayak Khalayak disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder, atau komunikan. Khalayak dalam studi komunikasi dapat berupa individu, kelompok, atau masyarakat. Khalayak merupakan aktor dalam proses komunikasi. Berhasil atau tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak (Cangara, 2006). Aspek-aspek berkaitan dengan khalayak yang perlu diperhatikan oleh komunikator diantaranya adalah: (Cangara, 2006) 1. Aspek sosiodemografik, antara lain jenis kelamin, usia, populasi, lokasi, tingkat pendidikan, bahasa, agama, pekerjaan, ideologi, dan pemilikan media. 2. Aspek profil psikologis, antara lain emosi, pendapat, keinginan yang perlu dipenuhi, adakah selama ini menyimpan perasaan kecewa, frustasi, atau dendam. 32 3. Aspek karakteristik perilaku khalayak, antara lain hobi, nilai dan norma mobilitas sosial, dan perilaku komunikasi. 2.2.6 Content Film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar Terdapat beberapa content / konsep yang dihasilkan oleh pengamatan penulis dalam Film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar yakni: 1. Tokoh Tokoh merupakan peran yang sangat penting dalam sebuah film. Tokoh penting dalam Film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar adalah Merry Riana (diperankan oleh Chelsea Islan) dan Alva (diperankan oleh Dion Wiyoko). 2. Alur Cerita Alur cerita adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam cerita. Alur cerita dalam Film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar adalah dimulai dari kerusuhan sosial tahun 1998 yang membuat Merry Riana berangkat ke Singapura dengan kondisi keuangan pas-pasan hingga akhirnya Merry Riana berhasil sukses dengan penghasilan 1 juta dollar pada usia 26 tahun. 3. Pesan Pesan adalah nilai atau pesan moral yang dapat diambil dari Film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar, seperti pantang menyerah, bekerja keras, dan lain-lain. 2.3 Teori Khusus 2.3.1 Teori S-O-R Teori S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus–Organism–Response. Teori S-O-R pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian, terdapat kaitan yang erat antara pesan-pesan media dengan reaksi audience. Menurut McQuail (1994) menjelaskan elemen-elemen utama dalam teori ini adalah: (Bungin, 2008) 1. Pesan (Stimulus, S) 2. Komunikan (Organism, O) 3. Efek (Response, R) 33 Asumsi dasar dari teori ini adalah media massa menimbulkan efek yang terarah, segera, dan langsung terhadap komunikan. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya kata-kata verbal, isyarat non verbal, dan simbol-simbol akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Menurut Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin S.Sos. M.Si (2008), prinsip stimulus-response ini merupakan dasar dari model jarum hipodermik. Teori jarum hipodermik memandang bahwa pemberitaan media massa ibarat sebagai obat yang disuntikkan ke pembuluh darah audience, yang kemudian audience akan bereaksi seperti yang diharapkan. Prinsip stimulus-response mengasumsikan bahwa pesan dipersiapkan oleh media dan didistribusikan secara sistematis dalam skala besar sehingga dapat diterima secara serempak oleh khalayak besar, kemudian sejumlah besar individu akan merespon informasi tersebut. Prinsip teori ini sebenarnya sangat sederhana, bahwa respon adalah reaksi balik dari individu ketika menerima stimuli dari media. Mengutip pendapat dari Hovland, Janis, dan Kelley, terdapat tiga elemen penting dalam teori ini yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan (Effendy, 2003). Organism Stimulus -Perhatian -Pengertian Response Gambar 2.1 Model Teori S-O-R Gambar diatas menunjukkan bahwa respon bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau tidak dan dapat postitif maupun negatif. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Sampai pada proses tersebut komunikan memikirkannya hingga timbul pengertian. Setelah komunikan mengelola dan menerimanya maka terjadilah kesediaan untuk merespon (Effendy, 2003). Teori S-O-R digunakan dalam rangka melihat respon khalayak. Hal ini dikarenakan teori S-O-R menjelaskan bagaimana suatu rangsangan sampai 34 mendapatkan respon. Melalui skemanya, dapat dilihat bagaimana sampai terjadinya respon (proses terbentuknya respon), dalam rangka menghasilkan respon ada peran stimulus dan organism (komunikan), bahwa respon tidak timbul begitu saja. 2.3.2 Teori Individual Differences Individual Differences Theory (Teori Perbedaan Individu) dikemukakan oleh Melvin D. Fleur. Pada tahun 1970, Melvin D. Fleur melakukan modifikasi terhadap teori S-O-R dengan teorinya yang dikenal sebagai teori perbedaan individu (individual differences) (Bungin, 2008). Individual Differences Theory menelaah perbedaan-perbedaan di antara individu-individu dalam menelaah pesan yang menimbulkan efek tertentu. De Fleur dalam Onong Ujhana Effendy (2003) Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, menjelaskan bahwa setiap khalayak akan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap stimuli atau rangsangan yang mereka terima. Individu-individu akan menaruh perhatian kepada pesan-pesan terutama yang berkaitan dengan kepentingannya. Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa pesan-pesan yang disampaikan oleh media massa ditangkap individu sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan individu masing-masing. Efek komunikasi pada individu berbeda walaupun individu menerima pesan yang sama. Teori ini secara ekplisit mengakui adanya intervensi variabel-variabel psikologis yang berinteraksi dengan terpaan media massa, seperti perhatian, minat, dan keinginan yang berbeda dari individu (Bungin, 2008). Kesimpulan dari individual differences theory adalah bahwa khalayak dalam menerima rangsangan memiliki karakteristik yang berbeda-beda atau bersifat heteregon meskipun menerima pesan yang sama. Dengan demikian teori tersebut mencakup upaya mengidentifikasi kondisi atau keadaan yang menengahi pengaruh pesan pada media yang mengandung rangsangan dan mengandung interaksi yang berbeda-beda tergantung kondisi khalayak dalam menerima pesan tersebut (Effendy, 2003). Teori Individual Differences digunakan dalam rangka melihat adakah perbedaan respon antara khalayak berbeda jenis kelamin dan pekerjaan. Hal ini dikarenakan teori Individual Differences menjelaskan bahwa khalayak walaupun menerima pesan yang sama akan menghasilkan efek/respon yang berbeda akibat dari faktor psikologis. Pertimbangan pemilihan respon berdasarkan jenis kelamin adalah 35 berdasarkan penjelasan psikologis bahwa laki-laki lebih cenderung menggunakan sisi kiri otaknya dan pemikiran rasional, sementara wanita menggunakan kedua sisi otak secara bersamaan dan menggunakan emosi ketika memproses informasi dan komunikasi. Pertimbangan pemilihan respon berdasarkan pekerjaan adalah untuk melihat apakah pelajar/mahasiswa yang masih aktif menata masa depan, ibu rumah tangga yang lebih banyak di rumah mengurus anak, karyawan swasta yang bekerja dengan atasan dan office hour, atau wiraswasta yang membangun sendiri usahanya dan memiliki banyak free time akan memiliki respon yang sama atau berbeda berdasarkan karakter yang dimiliki dari pekerjaannya. 2.3.3 Teori Peluru (The Bullet Theory) Teori peluru merupakan konsep awal dari efek komunikasi massa yang dikenal pula dengan nama hypodermic needle theory yang dapat diterjemahkan sebagai teori jarum hipodermik. Teori ini ditampilkan setelah peristiwa penyiaran kaleidoskop stasiun radio CBS di Amerika berjudul “The Invansion From Mars” pada tahun 1950-an (Effendy, 2003). Model Hypodermic Needle pada dasarnya merupakan aliran satu tahap (one step flow), yaitu dari media massa langsung kepada khalayak sebagai mass audience. Model ini mengasumsikan bahwa media massa secara langsung, cepat, dan mempunyai efek yang kuat atas mass audience. Media massa diibaratkan sebagai sebuah jarum suntik yang besar yang memberikan rangsangan yang amat kuat sehingga menghasilkan tanggapan yang kuat pula, bahkan secara cepat, spontan, dan otomatis (Wiryanto, 2006). Model Hypodermic Needle juga diibaratkan dengan teori peluru (The Bullet Theory) yang memandang pesan-pesan media bagaikan pesatnya peluru-peluru senapan yang mampu merobohkan siapapun yang terkena peluru. Media massa dipandang sebagai jarum suntik raksasa yang mampu merobohkan mass audience yang dianggap pasif dan tidak berdaya (Wiryanto, 2006). 2.4 Buku Mimpi Sejuta Dollar Buku Mimpi Sejuta Dollar adalah kisah nyata perjuangan Merry Riana yang sangat mengunggah, dari mahasiswa berkantong pas-pasan, Merry Riana, anak muda Indonesia, menjelma menjadi miliuner muda dan diakui sebagai pengusaha sukses, motivator yang sangat dinamis, serta pengarang buku terlaris di Singapura. 36 Melewatkan masa kuliah yang penuh dengan keprihatinan finansial di Nanyang Technological University, Merry kemudia menciptakan perubahan paradigma berpikir dan memulai suatu perjuangan dengan konsep dan etos kerja keras luar biasa. Akhirnya dia berhasil meraih penghasilan 1 juta dollar pada usia 26 tahun. Buku ini ditulis oleh Alberthiene Endah, penulis biografi No. 1 di Indonesia yang sudah pernah menulis biografi tentang Krisdayanti, Alm. Chrisye, Ibu Ani SBY, dan orang-orang ternama lainnya. Buku Mimpi Sejuta Dollar berhasil menjadi buku terlaris di Indonesia dan mencapai peringkat National Mega Best-Seller dengan penjualan lebih dari 100.000 eksemplar dalam waktu kurang dari 1 tahun sejak tahun penerbitannya (http://merryriana.com/product/ipsum-dolor-sit-amet/, diakses pada 11 Agustus 2015 pukul 12.04 WIB). Gambar 2.2 Buku Mimpi Sejuta Dollar 2.5 Kerangka Pemikiran Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (2011) mengungkapkan bahwa kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan faktor-faktor yang didefinisikan sebagai masalah yang penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis keterkaitan antara variabel yang diteliti. Peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah yang menjadi dasar argumentasi bagi penyusunan kerangka pemikiran. Kriteria utama dalam kerangka 37 pemikiran adalah adanya alur-alur pikiran logis dalam membangun kerangka berfikir (Sugiyono, 2014) Kognitif Stimulus Organism Respon Afektif Konatif Individ ual Differe nces Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Seperti digambarkan dalam kerangka pemikiran diatas, stimulus adalah Film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar. Fim Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar adalah sebuah film yang mengangkat kisah nyata Merry Riana bertahan hidup di Singapura dengan kondisi keuangan pas-pasan hingga mampu memperoleh penghasilan 1 juta dollar pada usia 26 tahun. Organism yang dimaksud adalah follower Twitter @MerryRianaMovie dengan sampel berjumlah 99 orang. Organism ini dipilih karena dapat dipastikan telah menonton Film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar. Selain itu dapat dilihat dari mention dan retweet yang ditujukan pada akun ini. Selain itu akan dibuktikan melalui pertanyaan yang wajib dijawab oleh responden dalam kuesioner, yaitu sudah pernahkah Anda menonton Film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar? Respon dihasilkan sebagai akibat dari stimulus (Film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar) yang diterima oleh organism (follower Twitter @MerryRianaMovie). Respon yang dihasilkan berupa respon kognitif, afektif, dan konatif. Produk daripada respon adalah individual differences, dimana respon yang dihasilkan setiap individu berbeda-beda dan indikatornya adalah kognitif, afektif, dan konatif. 38