Keseimbangan dalam Strategi Komunikasi Sosial Oleh: Wawan Supratman1 The balance is global. The theory of balance divides between those with access to advanced communication strategy and those without it. An alliance movements against the excesses of news. News site raises issues that are ignored by the mainstream press. The diverse and lively communities of the news may contribute to the fragmentation of culture-and power-for many, identification is defined by the communities in which we participate as the community and characterize on the news. The dominance reduces the diversity of content and raises the cost of information. The communication ruled the news must fairly compete in the information market, and the news agency now stands accused of trying to corner the market for news as well. The increases of information power in the market for news operating system and lets it raise the price for the deep and the balance of news. Meanwhile, innovative upstarts for balancing news are crushed by entranced media interests. Pembahasan Kepemilikan media oleh berbagai bidang akan menimbulkan persoalan keseimbangan “penguasaan atas sumber-sumber kekuasaan tertentu”, dan ditinjau dari segi itulah secara formal dapat dilihat bagaimana struktur politik dalam masyarakatnya. Melalui struktur pemilikan kekuasaan (massa) inilah terbentuk apa yang dikenal sebagai bentuk sistem informasi bagi tiap media dan antarmedia (Information Ideological Apparatus). Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa ditinjau dari teori keseimbangan penguasaan media massa, dikenal proses: (1) (fase) pengaruh politik melalui aparatur ideologi (ditinjau dari segi pemilikan media) (2) (fase) informasi oleh aparatur ideologi (ditinjau dari kegiatan komunikasinya sendiri dan penilaian komunikan terhadap komunikator serta kesadaran komunikator akan kehadiran komunikan) (3) (fase) pembentukan/perwujudan/pemupukan pengaruh politik aparatur ideologi yang bersangkutan. 1 Penulis adalah Dosen Tetap FISIP UNPAS, pengamat sosial politik Internasional, kritikus media dan praktisi Bahasa Inggris. 1 Dengan demikian secara singkat dapat dikatakan bahwa pengaruh timbal-balik dari suatu ideologi negara terhadap jenis dan arus berita ialah: Politik ideologi negara -> Informasi ideologi negara oleh aparatur ideologi -> memperkuat/ memperlemah politik ideologi negara Ditinjau dari segi strategi komunikasi terdapat beberapa karakterisitik komunikasi massa: - adanya suatu organisasi yang kompleks dan formal dalam tugas operasional pengiriman pesan - adanya khayalak yang luas dan heterogen - isi pesan harus bersifat umum dan tidak dapat bersifat rahasia - komunikasi dilakukan dengan massa yang sangat heterogen dalam tingkat pendidikan, keadaan sosial dan ekonomi maupun keadaan budayanya - setiap pesan mengalami control social dalam arti murni, yaitu dinilai oleh banyak orang dengan berbagai latar belakang dan taraf pendidikan maupun daya cernanya - sifat hubungan antara komunikator dan komunikan/khayalak ialah anonim - walaupun reaksi pada pihak khalayak akan berbeda-beda, tetapi pesan yang keluar dari agregat/peralatan komunikasi difokuskan pada perhatian yang lama, seakan-akan khalayak yang heterogen tersebut akan memberi reaksi yang sama pula. Sehubungan dengan sifat pesan yang bersifat umum dan sukar merahasiakan sesuatu yang telah masuk media massa, kadang-kadang hal ini mengakibatkan kesukaran dalam hubungannya. Dalam tingkat internasional hal ini mudah terjadi mengingat: - perbedaan kebudayaan antarbangsa - tingkat kepentingan dan pendidikan yang berbeda Suatu sumbangan besar yang diberikan media massa ialah kenyataan “mempersatukan” khalayak yang sangat heterogen tadi melalui pesan dan medianya, mengingat bahwa pada dasarnya khalayak terdiri dari suatu bentuk kolektivitas dengan berbagai sifat, khalayak ridak saling kenal mengenal , tidak memiliki identitas yang sama, tidak saling berinteraksi, tidak mempunyai pemimpin yang mengikat mereka bersama. Sifat “mempersatukan khalayak” melalui media inilah yang merupakan salah satu keunggulan media massa. Dapat dikatakan bahwa pengaruh 2 media massa ialah terutama dalam mobilisasi dan mengarahkan perhatian khalayak pada masalah yang dibahasnya karena media massa ikut menempa pemebentukan consensus tentang suatu masalah, terutama bila kegiatan tersebut dilakukan secara terus-menerus. Media massa memiliki kemampuan: - menghasilkan suatu kegiatan baru. - melampaui lembaga sosial lainnya dalam proses pengaruh, terutama adaptasi masyarakat terhadap situasi baru/pemecahan masalah yang dihadapinya - mempengaruhi ‘control social’ karena: a) lebih fleksibel b) lebih kuat pengaruhnya dalam jangka panjang - sebaliknya juga dipengaruhi oleh ‘control social’ masyarakat karena media massa tetap perlu menggunakan norma-norma dan mengikuti sistem sosial yang ada dalam masyarakat; dengan demikian dapat terjadi komunikasi mendatar antara kelompok di luar media massa dan kelompok komunikator media massa, yaitu kelompok pemerintah ataupun nonpemerintah. - berdasarkan kemampuan-kemampuan tadi media sanggup mengadakan tindakan perubahan masyarakat. Sehubungan dengan semua ini, pengaruh sosial poltik media massa: - dapat meningkatkan pengetahuan, kesadaran politik masyarakat melalui informasi kepada calon pemilih - dapat mengakibatkan perubahan system nilai antara lain tentang inovasi dan lain-lain - dapat mengakibatkan peningkatan konsumsi maupun suatu model sikap baru dalam bidang ekonomi - mempengaruhi kebudayaan, walaupun sebaliknya juga diarahkan oleh kebudayaan setempat karena media massa sendiri bergerak dalam sistem komunikasi dan sistem nilai yang berlaku. Dengan demikian apabila media massa menjalankan tugasnya dengan baik/positif, media massa akan mampu: - meningkatkan harga diri khayalak melalui proses komunikasi yang terjadi melalui rangsangan/idea baru yang disarankan oleh media massa. - melalui rangsangan yang baik dapat meningkatkan nilai artistik masyarakat - Pengaruh terhadap masyarakat dapat bersifat menimbulkan perasaan setuju/puas atau tidak setuju/tidak puas tentang masalah/keadaan yang dibahas - memungkinkan identifikasi diri khalayak - memungkinkan penyesuaian diri dengan keadaan baru - merangsang daya kreatifitas khalayak dan meningkatkan imajinasinya - memenuhi fungsi hiburan secara sehat - meningkatkan keinginan untuk berpartisipasi dalam bidang kebudayaan - mengadakan popularisasi/penyederhanaan bentuk dan jenis kebudayaan tertentu Sebaliknya apabila pesan yang dibawakan terlalu bernada negatif, maka tidak dapat dihindari bahwa masyarakat akan mengalami depresi karena merasa “tidak 3 berdaya”. Di samping itu memang melalu sifat “penyederhanaan” oleh media massa akan lahir suatu kebudayaan massa (=mass culture) yang memperlihatkan ciri: - pembakuan (standardisasi) konsumsi - komersialisasi dalam The practice of Mass Communication: some lessons from research, menekankan kenyataan bahwa khalayak sasaran-berbeda dengan pandangan umumharuslah digolongan sebagai khalayak dengan sikap pancaran selektif (=selective exposure) atau persepsi selektif (=selective perception). Mengingat data riset yang menunjukkan situasi sosial yang berbeda tentang khalayak dibandingkan dengan dugaan semula, kerjasama antara riset dan praktek makin menjadi mutlak, agar komunikasi dapat berlangsung seefektif mungkin. Bahkan dalam hubungan ini istilah dialog yang makin diperlukan antara pihak praktek komunikasi massa dengan para peneliti. Hal ini terutama diperlukan oleh suatu masyarakat dengan kebudayaan yang bhineka. Dalam hubungan ini, dapat dikatakan bagaimana peranan pers termasuk radio dan televisi mengalami peranan yang lain/berubah dibandingkan dengan sebelumnya terutama berlaku untuk negara berkembang di mana pers harus menjadi partner pemerintah dalam proses pembangunan. “The business of collecting, managing, editing and disseminating news and information through one or another mechanical device”. Keseimbangan strategi komunikasi massa sebagai “the study of the process involved in such utilization of such mechanical devices for such news and information, and the flow of those messages through society”. Keseimbangan strategi jurnalistik mengalami perluasan bidangnya dan lebih menjurus kepada komunikasi persuasive (=persuasive communication), sehingga lambat laun jurnalistik menjadi bagian dari komunikasi massa. Dengan demikian penggunaan media lainnya sebagai spesialisasi hubungannya dengan komunikasi massa, dalam masyarakat merupakan bagian dari aspek pembangunan keseimbangan media. Sebagai akibat kemajuan teknologi komunikasi, dapat dikatakan bahwa komunikasi tidak hanya berarti komunikasi untuk/dengan setiap pihak, walaupun komunikasi tersebut bersifat seimbang. “Even in a given medium, mass communication is selective because the medium is selective. Each of the media tends to select its audiences, and audiences likewise tends to select among and within the media.” 4 Hal ini berarti bahwa kesimbangan yang dibangun bukan saja melihat khalayak sebagai bagian yang aktif sehingga mengadakan seleksi media, tetapi sebaliknya juga harus sesuai dengan sifat media masing-masing sebab media massa melihat bahwa suatu jenis medium membentuk khalayaknya sendiri. Interaksi antara media dengan lingkungannya disebut dengan istilah daya tarik antara media dan khalayak lingkungannya atau hasil penelitian, komunikasi massa dan komuniasi antarpribadi/antarpesona sukar dipisah satu sama lain. Bagaimana suatu pesan diterima oleh khalayak pada saat pesan tersebut dipancarkan oleh suatu medium memang masih dalam jangkauan organisasi pengelola medium. Tetapi begitu suatu pesan “meninggalkan” salurannya, maka mulai saat itu pesan tersebut memasuki bidang yang lebih dikuasai oleh komunikasi antar pribadi. Dengan demikian apa yang diterima sebagai masukan sebenarnya merupakan hasil analisa dan pencernaan masyarakat tentang suatu masalah yang diterima pertamatama dari media dan kemudian dibicarakan bersama dalam jaringan komunikasi antar pribadi sehingga masukan tersebut telah melalui saringan system nilai dan sistem sosial maupun telah dinilai oleh penyaring/penjaga gawang (=gate keeper) setiap kelompok masyarakat. “That mass communication channels are always operating side by side with interpersonal channels that the two interact very closely and each exerting influence on the other”. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pembangunan keseimbangan media dalam strategi komunikasi mengandalkan kepada komunikator untuk berusaha memperoleh perhatian ‘minat’ komunikan, dapat diterima oleh komunikan, kontennya mengalami proses pencernaan ‘interpretasi’ dan memiliki kemampuan mengubah sikap ‘sistem nilai komunikan’. *** 5 Daftar Pustaka Littlejohn, Stephen W. 1996. Theories of Human Communiactin, Fifth Edition. Belmont, California: Wadsworth Publishing Company. Straubhaar and LaRose. 2006. Media Now. USA: Thomson Learning, Inc. Hollifield, James F and Calvin Jillson. 2000. Pathways to Democracy. United States of America: Routledge. 6