BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Pembahasan teori yang akan diuraikan dalam penelitian ini adalah teoriteori yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Pengaturan Tempat Duduk a. Pengertian Pengaturan Tempat Duduk Menurut Sidi (Asmani, 2010:117) “pengaturan tempat duduk dalam pembelajaran lebih bervariasi, termasuk kerja kelompok, kerja perorangan, dan klasikal”. Pengaturan atau penataan tempat duduk adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas. Dengan penataan tempat duduk yang baik maka diharapkan akan menciptakan kondisi belajar yang kondusif, dan juga menyenangkan bagi siswa. Penataan lingkungan kelas yang tepat berpengaruh terhadap tingkat keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Lebih jauh, diketahui bahwa tempat duduk berpengaruh jumlah terhadap waktu yang digunakan siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Sesuai dengan maksud pengelolaan kelas sendiri bahwa pengelolaan kelas merupakan upaya yang dilakukan oleh pembelajar (guru) dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif, melalui kegiatan pengaturan pembelajar (siswa) dan barang/ fasilitas. Selain itu pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan, memelihara tingkah laku pembelajar (siswa) yang dapat mendukung proses pembelajaran. Maka dengan demikian pengelolaan kelas berupa penataan tempat duduk pembelajar (siswa) sebagai bentuk pengelolaan kelas dapat membantu menciptakan proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. 6 7 b. Jenis-jenis Pengaturan atau Penataan Tempat Duduk Pengaturan tempat duduk terdiri dari bemacam-macam jenis. Silberman (2001:13) menunjukkan “penataan tempat duduk siswa yang dapat dipilih dalam proses pembelajaran adalah: model huruf U, corak tim, meja konferensi, lingkaran, susunan chevron, auditorium, dan model tradisional”. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing jenis pengaturan tempat duduk: 1) Huruf U Gambar 2.1. Tempat Duduk Model Huruf U Formasi kelas bentuk huruf U sangat menarik dan mampu mengaktifkan para siswa, sehingga mampu membuat mereka antusias untuk mengikuti pelajaran. Dalam hal ini guru adalah orang yang paling aktif dengan bergerak dinamis ke segala arah dan langsung berinteraksi secara langsung, sehingga akan mendapatkan respon dari pendidik secara langsung. 2) Corak Tim Gambar 2.2. Tempat Duduk Model Corak Tim 8 Pada model ini, meja-meja dikelompokkan setengah lingkaran atau oblong di ruang tengah kelas agar memungkinkan guru melakukan interaksi dengan setiap tim (kelompok siswa). Guru dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja guna menciptakan suasana yang akrab. Siswa juga dapat memutar kursi melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat guru atau papan tulis. 3) Meja Konferensi Gambar 2.3. Tempat Duduk Model Meja Konferensi Formasi konferensi sangat bagus digunakan dalam metode debat saat membahas suatu permasalahan yang dilontarkan oleh pendidik, kemudian membiarkan para siswa secara bebas mengemukakan berbagai pendapat mereka. Dengan begitu akan didapatkan sebuah kesimpulan atau bahkan dapat memunculkan permasalahan baru yang bisa dibahas lagi pada pertemuan berikutnya. 4) Lingkaran Gambar 2.4. Tempat Duduk Model Lingkaran 9 Dalam model ini, tempat duduk siswa disusun dalam bentuk lingkaran sehingga mereka dapat berinteraksi berhadap-hadapan secara langsung. Model lingkaran seperti ini cocok untuk diskusi kelompok penuh. 5) Susunan Chevron Gambar 2.5. Tempat Duduk Model Susunan Chevron Bentuk chevron mungkin bisa sangat membantu dalam usaha mengurangi jarak di antarsiswa maupun antar siswa dengan guru, sehingga siswa dan guru mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan mampu aktif dalam pembelajaran di kelas. Formasi ini memberikan sudut pandang baru bagi siswa, sehingga mereka mampu menjalani proses belajar-mengajar dengan antusias, menyenangkan, dan terfokus. 6) Auditorium Gambar 2.6. Tempat Duduk Model Auditorium 10 Formasi auditorium merupakan tawaran alternatif dalam menyusun ruang kelas. Meskipun bentuk auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun hal ini dapat dicoba untuk mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional (tradisional). Jika tempat duduk sebuah kelas dapat dengan mudah dipindahpindahkan, maka guru dapat membuat bentuk pembelajaran ala auditorium untuk membentuk hubungan yang lebih erat, sehingga memudahkan siswa melihat guru. 7) Tradisional Gambar 2.7. Tempat Duduk Model Tradisional Formasi Tradisional adalah formasi yang biasa kita temui dalam kelas-kelas tradisional yang memungkinkan para siswa duduk berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi. Namun, model ini sangat memiliki keterbatasan yaitu pandangan teman yang berada di kelas terutama di belakang sering terganggu. Mobilitas siswa juga tidak bisa leluasa. c. Kelebihan dan Kekurangan Masing-masing Jenis Pengaturan atau Penataan Tempat Duduk 1) Huruf U Kelebihan : guru dapat menjangkau seluruh peserta didik sehingga pembelajaran dapat maksimal. Kekurangan : kondisi ini digunakan untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak. 11 2) Corak Tim Kelebihan : memungkinkan guru melakukan interaksi dengan setiap tim (kelompok siswa). Siswa juga dapat mendiskusikan masalah belajarnya dengan siswa satu kelompoknya dan dapat memaksimalkan kegiatan belajarnya dengan baik. Kekurangan : kondisi kelas biasanya ramai dan materi yang disampaikan tidak dapat disampaikan secara maksimal dalam kondisi kelas yang demikian. 3) Meja Konferensi Kelebihan : menjadikan mudah permasalahan yang dianggap berat atau sulit karena didiskusikan secara bersama. Kekurangan : dapat mengurangi peran penting siswa. 4) Lingkaran Kelebihan : sistem ini dapat menyelesaikan permasalahan kelompok secara bersama dengan peserta didik yang jumlahnya banyak, dapat menjadikan mudah permasalahan yang dianggap berat atau sulit. Kekurangan : pembelajaran kurang efektif dalam penerimaan dan pemberian tugas, karena siswa umumnya lebih suka bermain. 5) Susunan Chevron Kelebihan : mengurangi jarak di antarsiswa maupun antar siswa dengan guru, sehingga siswa dan guru mempunyai pendangan yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan mampu aktif dalam pembelajaran. Kekurangan : 6) Auditorium Kelebihan : mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional (tradisional). Kekurangan : lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif. 12 7) Tradisional Kelebihan : siswa mampu di jangkau oleh pandangan guru, kelas tampak ledih teratur dan rapi, serta guru dapat mengawasi dari depan. Kekurangan : guru biasanya kurang memperhatikan siswa yang ada di belakang. Siswa yang tempat duduknya di belakang tidak dapat menerima pelajaran secara maksimal. d. Tujuan Pengaturan Tempat Duduk Menurut Hamid (2011:126) pengaturan bangku atau tempat duduk dilakukan untuk memenuhi empat tujuan pembelajaran, yaitu: 1) Aksesibilitas yang membuat siswa mudah menjangkau alat atau sumber belajar yang tersedia. 2) Mobilitas yang membuat siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian lain dalam kelas. 3) Interaksi yang memudahkan terjadinya komunikasi antara guru, siswa, maupun antarsiswa. 4) Variasi kerja siswa yang memungkinkan siswa bekerja sama secara perorangan, berpasangan, atau berkelompok. 2. Minat a. Pengertian Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal dan aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2010:180). Menurut Djaali (2007:122) “minat adalah perasaan yang ingin tahu, mempelajari, mengagumi, atau memiliki sesuatu”. Sedangkan menurut Rahman (2004:262) “minat adalah kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi obyek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang”. Crow dan crow mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang lain, benda, kegiatan, pengalaman, yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri (Djaali, 2007:121). 13 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu yang ingin dicapai. b. Jenis-jenis Minat Minat terdiri dari beberapa jenis. Menurut Djaali (2007:122) minat dibagi dalam enam jenis yaitu: 1) Realistis Orang realistis umumnya mapan, kasar, praktis, berfisik kuat, dan sering sangat atletis, memiliki koordinasi otot yang baik dan terampil. Akan tetapi ia kurang mampu menggunakan medium komunikasi verbal dan kurang memiliki keterampilan berkomunikasi dengan orang lain. 2) Investigative Orang investigative termasuk orang yang berorientasi keilmuan. Mereka umumnya berorientasi pada tugas, introspektif, dan asosial, lebih menyukai memikirkan sesuatu daripada melaksanakannya, memiliki dorongan kuat untuk memahami alam, menyukai tugas-tugas yang tidak pasti (ambiguous), suka bekerja sendirian, kurang pemahaman dalam kepemimpinan akademik dan intelektualnya, menyatakan diri sendiri sebagai analisis, selalu ingin tahu, bebas dan bersyarat, dan kurang menyukai pekerjaan yang berulang. 3) Artistik Orang artistik menyukai hal-hal yang tidak terstruktur, bebas, memiliki kesempatan bereaksi, sangat membutuhkan suasana yang dapat mengekspresikan sesuatu secara individual, sangat kreatif dalam bidang seni dan musik. 4) Sosial Tipe ini sangat dapat bertanggung jawab, berkemanusiaan, dan sering alim, suka bekerja dalam kelompok, senang menjadi pusat perhatian kelompok, memiliki kemampuan verbal, terampil bergaul, menghindari pemecahan masalah secara intelektual, suka memecahkan masalah yang ada kaitannya dengan perasaan, menyukai kegiatan menginformasikan, melatih dan mengaja 5) Enterprising Tipe ini cenderung menguasai atau memimpin orang lain, memiliki keterampilan verbal untuk berdagang, memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi, agresif, percaya diri, dan umumnya sangat aktif. 6) Konvensional Orang konvensional menyukai lingkungan yang sangat tertib, menyenangi komunikasi verbal, senang kegiatan yang 14 berhubungan dengan angka, sangat efektif menyelesaikan tugas yang berstruktur tetapi patuh, praktis, senang, tertib, efisien, mereka mengidentifikasi dengan kekuasaan dan materi. c. Faktor yang Menimbulkan Minat Crow dan Crow (Rahman, 2004:264), berpendapat ada tiga faktor yang menjadi timbulnya minat, yaitu: 1) Dorongan dari dalam diri individu Misal dorongan untuk makan, ingin tahu, dan seks. Dorongan untuk makan akan membangkitkan minat untuk bekerja atau mencari penghasilan, minat terhadap produksi makanan dan lain-lain. Dorongan ingin tahu atau rasa ingin tahu akan membangkitkan minat untuk membaca, belajar, menuntut ilmu, melakukan penelitian, dan lain-lain. Dorongan untuk seks akan membangkitkan minat untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis, minat terhadap pakaian dan kosmetik, dan lain-lain. 2) Motif sosial Dapat menjadi faktor yang dapat membangkitkan minat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Misalnya minat terhadap pakaian timbul karena ingin mendapat persetujuan atau penerimaan dan perhatian orang lain. Minat untuk belajar atau menuntut ilmu pengetahuan timbul karena ingin mendapat penghargaan dari masyarakat, karena biasanya yang memiliki ilmu pengetahuan cukup luas (orang pandai) mendapat kedudukan yang tinggi dan terpandang dalam masyarakat. 3) Faktor emosional Minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktivitas tersebut, sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut. d. Indikator Minat Belajar Pada umumnya minat seseorang terhadap sesuatu akan diekspresikan melului kegiatan atau aktivitas yang berkaitan dengan minatnya. Sehingga untuk mengetahui indikator minat dapat dilihat dengan cara menganalisa kegiatan-kegiatan yang dilakukan individu atau objek yang disenanginya, karena minat merupakan motif yang dipelajari yang mendorong individu untuk aktif dalam kegiatan tertentu. 15 Seperti halnya menurut pendapat Sujanto (2004:92) “minat yaitu sebagai sesuatu pemusatan perhatian yang tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan tergantung dari bakat dan lingkungannya”. Menurut Slameto (2007:180) “minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada sesuatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh”. Selain itu menurut Djamarah (2008:132) mengungkapkan bahwa minat dapat diekpresikan anak didik melalui: 1) Pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya, 2) Partisipasi aktif dalam suatu kegiatan yang diminati, serta 3) Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminatinya tanpa menghiraukan yang lain (fokus). Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat diketahui ciri-ciri/indikator adanya minat pada seseorang dari beberapa hal, antara lain: 1) Adanya perasaan senang. 2) Adanya rasa ketertarikan. 3) Adanya peningkatan perhatian. 4) Adanya pemusatan perhatian. 5) Adanya aktivitas serta keterlibatan secara aktif pada kegiatan tersebut yang merupakan akibat dari rasa senang dan perhatian. Indikator minat belajar siswa pada penelitian ini sebagai berikut: 1) Siswa merasa lebih senang belajar IPA di kelas. 2) Siswa tertarik belajar IPA dengan menggunakan berbagai variasi pengaturan tempat duduk. 3) Siswa lebih memperhatikan pelajaran daripada yang lain. 4) Siswa selalu memusatkan perhatian kepada guru. 5) Siswa selalu terlibat aktif di kelas selama kegiatan pembelajaran. 16 3. Motivasi a. Pengertian motivasi Menurut Sutikno (Asmani, 2010:175) motivasi berpangkal dari kata “motif”, yang dapat diartikan sebagai “daya penggerak yang ada dalam diri seseorang, untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi tercapainya suatu tujuan”. Menurut Donald (Asmani, 2010:175) “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Sedangkan menurut Davies (1987:214) motivasi ialah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita, yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu terhadap suatu tujuan. b. Jenis-jenis motivasi Motivasi terdiri dari beberapa jenis. Motivasi dibagi dalam dua jenis (Asmani, 2010:176) yaitu: 1) Motivasi Intrinsik Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain. Dengan kata lain, motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul atas dasar kemauan sendiri. 2) Motivasi Ekstrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, baik karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain, sehingga siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, tidak akan menjadi masalah bagi guru, karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri akan memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya sangat tinggi terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada di sekitarnya, tidak akan mempengaruhi konsentrasinya. 17 Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya. Siswa seperti ini membutuhkan motivasi ekstrinsik secara mutlak. Di sini tugas bai seorang guru, guru harus mampu membangkitkan motivasi siswa, sehingga ia mau melakukan belajar. c. Indikator Motivasi Belajar Indikator motivasi belajar menurut Suprijono (2010:163) adalah: 1) 2) 3) 4) 5) 6) Adanya hasrat dan keinginan berhasil Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar Adanya harapan atau cita-cita masa depan Adanya penghargaan dalam belajar Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan baik. Sedangkan menurut Sardiman (2003:81) indikator motivasi belajar adalah sebagai berikut: 1) Tekun menghadapi tugas. 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). 3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa. 4) Lebih senang bekerja mandiri. 5) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin. 6) Dapat mempertahankan pendapatnya. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat diketahui ciri-ciri/indikator adanya motivasi pada seseorang dari beberapa hal, antara lain: 1) Adanya kemauan untuk berbuat/belajar (semangat). 2) Ketekunan dalam mengerjakan tugas. 3) Keakifan dalam mengemukakan pendapat. 4) Tidak mudah putus asa apabila menghadapi kesulitan dalam belajar. 5) Aktif bertanya apabila mengalami kesusahan dalam belajar. 18 Indikator motivasi belajar siswa pada penelitian ini sebagai berikut: 1) Siswa memiliki kemauan yang besar atau antusias yang tinggi untuk belajar. 2) Siswa tekun dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. 3) Siswa berani dan aktif dalam mengemukakan pendapatnya di kelas saat proses pembelajaran. 4) Siswa selalu berusaha untuk dapat lebih menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. 5) Siswa aktif bertanya kepada guru mengenai materi yang belum jelas. 4. Belajar a. Pengertian belajar Pada saat manusia lahir tidak tahu apa-apa, tidak bisa apa-apa dan juga tidak mengetahui bahwa dirinya tidak tahu apa-apa serta tidak bisa apa-apa. Tetapi manusia lahirnya pada umumnya memiliki potensi dan naluri yang diberikan oleh Allah untuk dapat tumbuh dan berkembang atas dukungan lingkungan menuju ke arah kedewasaan. Upaya menumbuhkan dan mengembangkan diri inilah terjadi apa yang disebut dengan proses belajar. Hal ini berarti bahwa setiap manusia mengalami proses belajar selama menjalani kehidupannya. Menurut Hartini, dkk (2008:73) “belajar merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan diperoleh pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan baru”. Sedangkan menurut Hamalik (2001:27) “belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar merupakan usaha yang dapat dilakukan oleh setiap manusia untuk mendapatkan pengetahuan dan terjadi sebagai pengalaman. 19 b. Faktor-faktor Belajar Aktifitas belajar akan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang bersifat mendukung maupun menghambat. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas belajar sangat kompleks sifatnya, tetapi dapat dipolakan kedalam dua jenis, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Surtikanti dan Santoso (2008:15) mengemukakan bahwa: “Faktor internal adalah berbagai kondisi dinamis baik pisik maupun psikhis yang berasal dari dalam diri individu peserta didik sendiri. Selain faktor tersebut ada pendapat lain yang menambahkan dengan faktor kelelahan. Sedangkan faktor eksternal adalah segala sesuatu yang berada di luar kondisi peserta didik dengan berbagai karakteristiknya. Yang termasuk faktor eksternal diantaranya: faktor sekolah, faktor keluarga, dan faktor masyarakat. Sebagaimana dikemukakan di muka bahwa faktor-faktor tersebut bersifat dinamis, maksudnya adalah bahwa semua jenis faktor tersebut tidak statis yang pada suatu saat juga mengalami berbagai perkembangan”. 5. Ilmu Pengetahuan Alam Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dipandang dari segi produk, proses, dan dari pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk), dan dimensi pengembangan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terkait. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi IPA tersebut (Sulistyorini, 2007:9). Di bawah ini beberapa hal penting yang berhubungan dengan IPA di SD, yaitu sebagai berikut: a. Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya. 20 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. b. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspekaspek berikut: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. B. Kajian Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Kusnah (2012). Penelitiannya berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas I Dengan Variasi Penataan Kelas di SDIT Izzatul Islam Getasan Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya variasi penataan kelas di SDIT Izzatul Islam Getasan ternyata mampu meningkatkan hasil 21 belajar siswa yang dalam hal ini dapat dilihat dari meningkatnya minat, keaktifan serta hasil belajar atau nilai siswa. Dalam hal prestasi belajar atau nilai menunjukkan adanya peningkatkan yang ditunjukkan dalam prosentase rata-rata siklus I yaitu 23% untuk prestasi siswa, 80% untuk siklus II, dan 100% untuk prestasi belajar siswa pada siklus III. 2. Penelitian Sri Wiyanti (2010), yang berjudul “Variasi Penataan Kelas Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SD N 02 Lemahbang Kecamatan Jumapolo”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tujuan penelitian telah tercapai, yang dibuktikan dengan pencapaian nilai siswa yaitu 94% siswa kelas IV SD Negeri 02 Lemahbang telah mencapai nilai diatas KKM. Peningkatan nilai siswa ini dipengaruhi oleh meningkatnya kreatifitas guru dalam mengelola kelasnya dan motivasi yang diberikan guru kepada siswanya. Pada siklus I prosentase guru dalam mengelola ruang, waktu, dan fasilitas belajar siswa mencapai 37,33 %, siklus II mencapai 69%, dan siklus III mencapai 81%. 3. Eris Khamdanah (2005). Penelitian ini dengan judul “Variasi Guru Dalam Mengelola Kelas Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo Tahun Ajar 2010”. Berdasarkan hasil penelitian, guru dalam mengelola kelas di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo dapat dikatakan baik. Hal ini terlihat dari usaha guru dalam mengatur kegiatan belajar dan mengajar, sehingga terwujud suasana yang efektif dan menyenangkan serta memotivasi siswa untuk belajar dengan baik. Faktor yang menghambat guru dalam mengelola kelas pada pembelajaran matematika adalah masalah siswa dan fasilitas. Cara mengatasi masalah tersebut adalah guru memberikan penjelasan dan kesadaran pada siswa tentang hak kewajiban dan keharusan menghormati orang lain yaitu teman sekelasnya. 22 Tabel 2.1. Persamaan dan Perbedaan Penelitian yang Relevan dengan Penelitian yang Akan Dilakukan No. 1. Nama Peneliti Kusnah Judul Persamaan Peningkatan Hasil Sama-sama Perbedaan Meneliti Belajar Siswa Kelas bertujuan untuk mengenai I Dengan Variasi meningkatkan Penataan Kelas di minat, variasi penataan kelas SDIT Izzatul Islam keaktifan, dan secara Getasan Tahun hasil Ajaran 2011/2012. belajar keseluruhan. atau nilai siswa. 2. Sri Wiyanti Variasi Penataan Sama-sama Meneliti pada Kelas Dalam Upaya bertujuan untuk variasi Meningkatkan Motivasi Siswa meningkatkan Belajar motivasi Pada penataan ruang kelas, Mata belajar siswa. seperti membuat Pelajaran IPS Kelas perpustakaan IV kecil di kelas SD N 02 Lemahbang dengan tidak Kecamatan mempersempit Jumapolo. ruang gerak siswa. 3. Eris Khamdanah Variasi Guru Dalam Sama-sama Meneliti Mengelola mengenai Kelas untuk Untuk mewujudkan Meningkatkan suasana Motivasi Siswa Pembelajaran Belajar efektif guru yang dalam dan mengelola Pada menyenangkan serta usaha kelas secara keseluruhan, 23 Matematika Negeri I Kecamatan SD memotivasi Kertek siswa untuk penataan baik. memajang hasil Tahun karya Ajar 2010. 4. Luthfi Fadhilah Nur Variasi Tempat Pengaturan Bertujuan Meneliti Duduk untuk tentang Meningkatkan Minat minat Pada Mata Pelajaran belajar IPA Kelas IV A Di pada Negeri penggunaan dan variasi tempat dan Motivasi Belajar motivasi Sawahan siswa, dan lain-lain. Siswa Dalam Upaya meningkatkan SD dari Kertek belajar dengan media, Kabupaten Wonosobo mulai duduk siswa. siswa mata 1 pelajaran IPA. Tahun Ajaran 2014/2015. C. Kerangka Berpikir Salah satu upaya untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa di kelas yaitu dengan menggunakan variasi pengaturan tempat duduk. Pengaturan tempat duduk siswa divariasi dengan berbagai bentuk dan model dengan tujuan siswa tidak merasa bosan dengan bentuk tempat duduknya, tidak terlihat monoton, serta dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar. Dengan tempat duduk yang semula menggunakan model tradisional kemudian diubah bentuk dan model yang bervariasi siswa akan merasa senang dan dapat menumbuhkan motivasi intrinsik yang dapat memberikan dorongan terhadap minat siswa untuk memperoleh ilmu atau belajar, sehingga dapat memberikan suatu hasil yang diharapkan, yaitu nilai yang lebih baik. Diharapkan dengan adanya variasi pengaturan tempat duduk siswa dapat 24 meningkatkan minat dan motivasi belajar serta diikuti dengan pencapaian hasil belajar yang memuaskan. Berdasarkan paparan yang diuraikan diatas, maka diperoleh alur kerangka berpikir dalam penelitian ini, yang dapat digambarkan sebagai berikut: Kondisi Awal 1. Tempat duduk model tradisional. 2. Minat dan motivasi belajar rendah. 3. Hasil belajar siswa rendah. Tindakan 1. Membuat variasi model tempat duduk siswa. 2. Meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Kondisi Akhir 1. Minat dan motivasi belajar siswa meningkat. 2. Hasil belajar siswa meningkat. Gambar 2.8. Kerangka berpikir D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Penggunaan variasi pengaturan tempat duduk dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV A di SD Negeri 1 Sawahan. 2. Penggunaan variasi pengaturan tempat duduk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV A di SD Negeri 1 Sawahan. 25 3. Penggunaan variasi pengaturan tempat duduk dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV A di SD Negeri 1 Sawahan. 4. Penggunaan variasi pengaturan tempat duduk dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV A di SD Negeri 1 Sawahan.