MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN

advertisement
116
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMECAHAN
MASALAH (PROBLEM SOLVING) DAN MEDIA KOTAK-KOTAK
CERDAS SISWA KELAS VI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN
2014/2015 SDN 1 SAWAHAN KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN
TRENGGALEK
Oleh:
Rubiyani
SDN 1 Sawahan Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek
Abstrak. Matematika adalah suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak, dibangun dengan
pola pemikiran deduk-tif dimana dalil-dalil telah dibuktikan kebenarannya melalui pemecahan masalah, sehingga berlaku secara umum. Tidak ada cara belajar (tunggal) yang paling benar, dan cara
mengajar yang paling baik, orang-orang berbeda dalam kemampuan intelektual, sikap, dan
kepribadian sehingga mereka mengadopsi pendekatan yang karakteristiknya berbeda untuk belajar.
Masing-masing individu akan memilih cara dan gayanya sendiri untuk belajar atau mengajar,
namun setidaknya ada karakteristik tertentu dalam pendekatan pembelajaran tertentu yang khas
dibanding pendekatan yang lain. Dalam penggunaan pendekatan problem solving diperlukan
media yang dapat menunjang ketercapaian prestasi belajar. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI
SDN 1 Sawahan Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek. Subjek dalam penelitian ini yaitu
seluruh siswa kelas VI SDN 1 Sawahan Kecamatan Watulimo Kecamatan Kebumen, Kabupaten
Trenggalek semester I tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 25 siswa (17 siswa lakilaki dan 8 siswa perempuan). Hasil penilaian evaluasi akhir berupa tes evaluasi akhir dapat
diketahui bahwa persentase ketuntasan siswa mencapai 92%. Siswa yang telah tuntas sebanyak 23
siswa, dan yang tidak tuntas mencapai 8% yaitu 2 siswa. Sedangkan persentase pencapaian hasil
belajar siswa berkisar antara 70-100%.
Kata kunci: prestasi belajar, pembelajaran matematika, metode pemecahan masalah, media
kotak-kotak cerdas
Pendidikan merupakan suatu rangkaian
peristiwa komunikasi kompleks antara guru
dan siswa hingga menghasilkan pribadi
yang utuh untuk pendidikan di masa
mendatang. Sekolah merupakan salah satu
wahana pendidikan formal yang mempunyai
tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu sekolah perlu mempersiapkan segala sarana prasarana, baik
perbaikan kurikulum, peningkatan kualitas
guru, peningkatan pembelajaran, maupun
perbaikan yang lain.
Pembelajaran merupakan suatu proses
interaksi antara siswa dengan guru dan
sumber belajar yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis pada
suatu lingkungan belajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang optimal, efektif,
dan efisien. Pembelajaran di SD pada hakikatnya bertujuan untuk memberikan bekal
kemampuan dasar baca, tulis, hitung, pengetahuan, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa. Pembelajaran di SD terbagi
Rubiyani, Meningkatkan Prestasi Belajar Dalam Pembelajaran...
dalam beberapa bidang studi, salah satunya
adalah matematika.
Matematika adalah suatu bahan kajian
yang memiliki objek abstrak, dibangun
dengan pola pemikiran deduk-tif dimana
dalil-dalil telah dibuktikan kebenarannya
melalui pemecahan masalah, sehingga berlaku secara umum.
Dalam pembelajaran matematika guru
biasanya menempatkan logika sebagai titik
incar pembicaraan. Kurikulum 2004 (2003:
5) disebutkan bahwa untuk menghadapi
tantangan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta informasi diperlukan
sumber daya yang memiliki keterampilan
tinggi yang melibatkan pemikiran kritis,
sistematis, logis, kreatif dan kemampuan
bekerja sama yang efektif.
Cara berpikir tersebut harus dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika. Salah satu tujuan pembelajaran
matematika adalah mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,
intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, rasional, rasa
ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan
serta mencoba-coba.
Kurikulum matematika perlu memberikan pengalaman belajar yang membantu
siswa memenuhi kebutuhan pribadi, sosial,
lingkungan dan ekonomi. Pengalaman belajar dalam kurikulum matematika membantu
siswa untuk: (1) menjalani kehidupan sehari-hari secara efektif; (2) memahami dunianya dan hal-hal yang mempengaruhinya;
(3) memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif,
fleksibel dan inovatif; (4) mengembangkan
pengertian tentang konsep-konsep matematika; (5) menilai dan menggunakan produk
teknologi; (6) memahami bahwa karir dalam
sains dan teknologi yang cocok bagi pria
117
dan wanita; (7) memahami penilaian tetang
isu-isu yang berkenaan dengan lingkungan
alam dan buatan; (8) bertanggungjawab
terhadap perbaikan kualitas lingkungan.
Faktor yang menyebabkan rendahnya
pemahaman konsep siswa dalam belajar matematika adalah kegiatan pembelajaran yang
terpusat pada guru (Kristiyawan, 2009:3).
Sehingga, guru diharapkan kreatif dalam
menggunakan strategi pembelajaran agar
siswa tertarik mengikuti pembelajaran karena strategi pembelajaran yang menyenangkan dan mampu mengembangkan pemahaman konsep siswa.
Banyak upaya yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kualitas pengetahuan
matematika, salah satunya adalah pembenahan proses pembelajaran yang dilakukan
oleh guru. Pemilihan metode belajar ataupun
media yang digunakan. Dimana metode dan
media tersebut mampu mengubah pandangan negatif siswa terhadap matematika menjadi pelajaran yang menyenangkan. Kemampuan berpikir kritis merupakan kompetensi
yang harus dimiliki oleh siswa, berpikir
kritis telah terbukti mempersiapkan siswa
dalam berpikir pada berbagai disiplin ilmu
karena berpikir kritis merupakan kegiatan
kognitif yang dilakukan siswa dengan cara
membagi cara berpikir dalam kegiatan nyata
dengan memfokuskan pada pembuatan
keputusan mengenai apa yang diyakini atau
dilakukan.
Tidak ada cara belajar (tunggal) yang
paling benar, dan cara mengajar yang paling
baik, orang-orang berbeda dalam kemampuan intelektual, sikap, dan kepribadian
sehingga mereka mengadopsi pendekatanpendekatan yang karakteristiknya berbeda
untuk belajar. Masing-masing individu akan
memilih cara dan gayanya sendiri untuk
belajar atau mengajar, namun setidaknya
118
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
ada karakteristik tertentu dalam pendekatan
pembelajaran tertentu yang khas dibanding
pendekatan yang lain.
Problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya
dalam rangka memenuhi tuntutan situasi
yang tak lumrah. Sanjaya (2009) menyatakan bahwa problem solving merupakan
salah satu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa. Penelitian yang dilakukan oleh
Afcariono (2008) menunjukkan bahwa problem solving mampu meningkatkan kemampuan berpikir siswa seperti kemampuan bertanya dan menjawab permasalahan yang
akan dipecahkan.
Kelebihan dalam problem solving ini
adalah merupakan salah satu penggunaan
metode dalam pembelajaran dengan jalan
melatih siswa menghadapi berbagai masalah
baik itu masalah pribadi atau kelompok
untuk dipecahkan sendiri atau bersama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi
penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah (problem solving).
Dalam penggunaan pendekatan problem solving diperlukan media yang dapat
menunjang ketercapaian prestasi belajar.
Salah satunya adalah menggunakan media
kotak-kotak cerdas. Kotak-kotak cerdas memiliki manfaat untuk mengkonkritkan ideide abstrak, memberikan perangsang yang
sama, menyamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama, mengarahkan perhatian siswa pada satu titik fokus,
memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara guru dengan siswa. Model dan
warna kotak-kotak cerdas dibuat menarik
sehingga siswa menjadi tertarik dan
memahami materi yang diajarkan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI
SDN 1 Sawahan Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek. Subyek penelitian adalah sejumlah orang yang ditunjuk untuk
diteliti (Arikunto, 2006:145). Subjek dalam
penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VI
SDN 1 Sawahan Kecamatan Watulimo Kecamatan Kebumen, Kabupaten Trenggalek
semester I tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 25 siswa (17 siswa lakilaki dan 8 siswa perempuan).
Sumber data berasal dari siswa kelas
VI, teman sejawat dan dokumen. Proses
pengumpulan data menggunakan dokumentasi, observasi, wawancara dan tes. Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan analisis deskriptif komparatif
yang membandingkan nilai tes antar siklus
dan membandingkan nilas tes antara kondisi
awal dengan kondisi akhir.
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga
siklus. Penelitian tindakan merupakan penelitian eksperimen berkesinambungan dan
berkelanjutan. Alasan dilakukan berkelanjutan karena penelitian tindakan bermaksud
menguji proses, sehingga kenyamanan dan
kelancaran proses dirasakan oleh siswa sebagai pembelajaran yang menyenangkan
serta materinya mudah dipahami.
Hasil belajar dari observasi awal, siklus 1 dan siklus 2 dianalisis untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dan daya serap klasikal. Caranya dengan menganalisis
nilai tes formatif menggunakan kriteria
ketuntasan belajar. Tujuan untuk mengetahui daya serap siswa dimana seorang siswa disebut tuntas belajar jika mencapai
renata skor ≥ 70 dan daya serap klasikal ≥
70%, artinya jika 70% siswa mencapai nilai
≥ 70. Berdasarkan standar ketuntasan mini-
Rubiyani, Meningkatkan Prestasi Belajar Dalam Pembelajaran...
mal yang dimiliki oleh SDN 1 Sawahan
Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek, rumus pencapaian rata-rata skor dan daya serap klasikal dapat diperoleh sebagai
berikut.
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑆𝑘𝑜𝑟 =
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑆𝑘𝑜𝑟 =
∑ 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟
𝑥 100%
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
Kriteria ketuntasan belajar
dalam kelas dirinci sebagai berikut.
Tabel 1 Tingkat ketuntasan
Tingkat Ketuntasan
Tuntas
Tidak Tuntas
siswa
Skor
70 - 100
0 - 69
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas
ini dilaksanakan dalam dua siklus pada
bulan Oktober sampai dengan November
2014. Hasil pencapaian prestasi belajar siswa kelas VI dalam siklus I ditunjukkan pada
Tabel 2.
Tabel 2 Penilaian Proses Keaktifan Siswa Kelas
VI Siklus I
Aspek
∑ siswa
Persentase
No yang
1
2
3
1
2
3
Dinilai
1
Kerjasama 5 12
8
20% 48% 32%
2
Ketepatan
8
9
8
32% 36% 32%
3
Keaktifan
4 11 10 16% 44% 40%
Dari penilaian proses keaktifan siswa
dari 25 siswa didapat bahwa ketuntasan
belajar siswa mencapai 40%, dengan jumlah
ketuntasan yaitu 10 siswa, sedangkan siswa
yang tidak tuntas mencapai 60% dengan
jumlah 15 siswa. Berdasarkan hasil pencapaian tujuan belajar siswa, skor akhir 70100 dinyatakan tuntas, dan nilai akhir
kurang dari 70 dinyatakan tidak tuntas. Jadi
berdasarkan penilaian proses tersebut pada
119
siklus 1 ini proses pembelajaran belum mencapai tujuan. Adapun untuk tingkat ketuntasan hasil evaluasi akhir dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3 Penilaian Hasil Evaluasi Akhir Siklus I
∑
No
Nilai
Kategori
Persentase
Siswa
1 89 – 100
5
Sangat Baik
20%
2 77 – 88
4
Baik
16%
3 65 – 76
3
Cukup
12%
4 53 – 64
9
Kurang
36%
Sangat
5 40 – 52
4
16%
Kurang
Dari tabel penilaian akhir berupa tes
formatif dapat diketahui bahwa persentase
ketuntasan siswa mencapai 48%. Yang
tuntas mencapai 12 siswa, dan yang tidak
tuntas mencapai 52% dengan jumlah siswa
13 siswa. Sedangkan persentase pencapaian
hasil belajar siswa berkisar antara 70-100%.
Jadi pada observasi penilaian akhir berupa
tes evaluasi akhir, bahwa proses pembelajaran belum mencapai tujuan pembelajaran
yang diinginkan, maka perlu dilakukan
revisi pada siklus 2.
Hasil observasi terhadap proses pembelajaran pada siklus 2 telah menunjukkan
keaktifan siswa dan pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan. Prestasi hasil
belajar juga menunjukkan peningkatan sehingga telah mencapai kriteria ketuntasan. Pada tahap observasi diperoleh hasil penilaian
proses keaktifan siswa seperti pada Tabel 4.
Tabel 4 Penilaian Proses Keaktifan Siswa Kelas
VI Siklus II
Aspek yang
∑ siswa
Prosentase
No Dinilai
1 2
3
1
2
3
1
Kerjasama
- 7 18 28%
72%
2
Ketepatan
- 6 19 24%
76%
3
Keaktifan
- 3 22 12%
88%
Dari penilaian proses keaktifan siswa
dari 25 siswa didapat ketuntasan belajar siswa mencapai 88%, dengan jumlah ketun-
120
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
telah mengalami peningkatan hasil belajar.
Perbandingan hasil belajar siswa dari siklus
I ke siklus II digambarkan pada Gambar 1.
Setelah dilaksanakan penelitian ini,
peneliti menemukan bahwa penggunaan
pendekatan problem solving dengan media
kotak-kotak cerdas pada pembelajaran matematika untuk siswa kelas VI SDN 1 Sawahan Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa. Dampak lain yang ditimbulkan adalah semangat siswa menjadi meningkat, sehingga siswa mengikuti proses pembelajaran
dengan baik. Selain itu, pemahaman siswa
juga meningkat. Siswa dibimbing untuk
dapat memecahkan masalah dalam matematika dengan langkah-langkah penyelesaian
yang jelas dan mudah dipahami, mulai dari
memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan.
Zaini (2009) berpendapat bahwa seorang
siswa akan mudah mengingat pengetahuan
yang diperoleh secara mandiri lebih lama,
dibandingkan dengan informasi yang
diperoleh dari mendengarkan orang lain.
tasan yaitu 22 siswa, sedangkan siswa yang
tidak tuntas mencapai 12% dengan jumlah 3
siswa. Berdasarkan hasil pencapaian tujuan
belajar siswa dengan skor nilai antara 70100 dinyatakan tuntas, dan skor nilai dibawah 70 dinyatakan tidak tuntas. Jadi
berdasarkan penilaian tersebut keaktifan siswa pada siklus 2 telah mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Untuk tingkat ketuntasan hasil evaluasi akhir siklus II
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Penilaian Hasil Evaluasi Akhir Siklus II
No
Nilai
∑ Siswa
Kategori
Prosentase
1 89 – 100
12
Sangat Baik
48 %
2 77 – 88
3
Baik
12 %
3 65 – 76
8
Cukup
32 %
4 53 – 64
2
Kurang
8%
Sangat
5 40 – 52
Kurang
Dari tabel penilaian hasil evaluasi akhir berupa tes evaluasi akhir dapat diketahui
bahwa persentase ketuntasan siswa mencapai 92%. Siswa yang telah tuntas sebanyak
23 siswa, dan yang tidak tuntas mencapai
8% yaitu 2 siswa. Sedangkan persentase
pencapaian hasil belajar siswa berkisar antara 70-100%. Jadi pada observasi penilaian
akhir berupa tes evaluasi dapat dinyatakan
bahwa proses pembelajaran matematika
SK
K
C
B
SB
48%
36%
16%
32%
20%
16%
12%
8%
12%
0
Siklus 1
Siklus 2
Gambar 1 Diagram Perbandingan Hasil Evaluasi
Rubiyani, Meningkatkan Prestasi Belajar Dalam Pembelajaran...
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan pendekatan problem solving
dengan media kotak-kotak cerdas memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan prestasi belajar mata pelajaran
matematika pada siswa kelas VI SDN 1
Sawahan Kabupaten Trenggalek Semester I
tahun pelajaran 2014/2015.
Penilaian hasil evaluasi akhir berupa
tes evaluasi akhir dapat diketahui bahwa
persentase ketuntasan siswa mencapai 92%.
Siswa yang telah tuntas sebanyak 23 siswa,
121
dan yang tidak tuntas mencapai 8% yaitu 2
siswa. Sedangkan persentase pencapaian
hasil belajar siswa berkisar antara 70-100%.
Saran
Bagi guru SDN 1 Sawahan perlu
mempertimbangkan untuk menjadikan pendekatan problem solving dikembangkan dalam pembelajaran.
Dalam penggunaan pendekatan problem solving hendaknya media yang digunakan, perangkat dan penunjang pembelajaran
dapat dimaksimalkan, baik untuk guru maupun siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Afcariono, M. 2008. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Biologi.
Jurnal Pendidikan Inovaif 3 (2): 6568.
Kristiyawan, A. 2009. Peningkatan Pemahaman Konsep Luas Permukaan serta
Volume Kubus dan Balok melalui
Model Pembelajaran Aktif Tipe Snowball. Surakarta: Skripsi FKIP UMS.
(Tidak Diterbitkan).
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran
Berbasis Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kanisius.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004: Standar
Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat
Kurikulum-Balitbang
Departemen
Pendidikan Nasional.
Zaini, H., Munthe, B., & Aryani, S.A. 2008.
Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan Madani.
Download