Document

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam membangun sebuah lembaga keuangan terlebih dahulu yang
harus dipahami adalah tentang kehidupan berorganisasi. Faktor manusia yang
menjadi masalah utama disetiap kegiatan yang ada di dalamnya. Di dalam
kehidupan manusia hampir setiap kebutuhan perseorangan merupakan hasil
kerja sama.1 Organisasi merupakan sekelompok orang yang saling bekerja
sama untuk merealisasikan tujuan bersama.2 Tujuan dari pengorganisasian
ialah untuk membimbing manusia bekerja sama secara efektif.3 Tindakan
yang diambil dalam setiap kegiatan ditentukan oleh manusia yang menjadi
anggota sebuah perusahaan. Perusahaan merupakan suatu lembaga yang
diorganisasikan dan dijalankan untuk menyediakan barang atau jasa untuk
masyarakat dengan motif atau insentif keuntungan.4
Perusahaan tersebut membutuhkan adanya faktor sumber daya manusia
yang baik untuk pemimpin maupun karyawan. Sumber daya manusia
merupakan penerapan pendekatan SDM, di mana secara bersama-sama
terdapat dua tujuan yang ingin dicapai, yaitu (1) tujuan untuk perusahaan dan
1
Yayat M. Herujito, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: PT Grasindo, 2001), h. 4
Siswanto, Pengantar Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h. 73
3
George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h. 73
4
Yayat M. Herujito, Dasar-Dasar Manajemen…, h. 281
2
2
(2) tujuan untuk karyawan.5 Agar manajemen bisa berjalan dengan baik,
maka
perusahaan harus memiliki karyawan yang
berpengetahuan dan
berketerampilan tinggi sehingga kinerja karyawan bisa meningkat dalam
sebuah lembaga keuangan. Kinerja yang baik adalah hasil kerja seorang
karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan.
Perkembangan
hidup
perbankan
tidak
hanya
ditentukan
dari
keberhasilan dalam mengelola keuangan semata, tetapi juga ditentukan dari
keberhasilan mengelola sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan.
Pengelola sumber daya manusia yang dimaksud adalah perusahaan mampu
untuk menyatukan karyawan dengan pimpinan dalam rangka mencapai suatu
tujuan perusahaan. Dengan demikian perusahaan tidak hanya dapat
mempertahankan dan meningkatkan keuntungan yang diperoleh, tetapi juga
dapat mempertahankan eksistensinya dalam dunia usaha.
Bank syariah atau lembaga keuangan syariah, mendasarkan dirinya
pada operasional syariah yang diturunkan dalam ekonomi Islam. Baik itu
berbentuk Bank, Koperasi, BMT, maupun berbentuk BPRS. Koperasi Jasa
Keuangan Syariah sebagai sebuah institusi, ia hidup tumbuh dan berkembang
di tengah masyarakat. Semakin maju masyarakatnya diharapkan pula lembaga
keuangan syariah dapat mengikuti zaman. Oleh karena itu, jika lembaga
keuangan mikro syariah maju dan berkembang maka seharusnya masyarakat
bisa pindah di lembaga keuangan syariah bukan di bank konvensional.
5
Sjafri Mangkuprawira, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, (Jakarta: Gralia
Indonesia, 2004), h. 14
3
Demikian pula penerapan Syariah secara murni ditentukan pula oleh
lingkungannya, semakin dekat masyarakat tersebut, maka semakin sempurna
pula penerapan syariah. Oleh karena itu lembaga keuangan syariah harus
bekerja sama dengan semua kekuatan Islam agar pelaksanaan Islam dalam
masyarakat tersebut semakin berkembang.6
Meskipun kehadiran Koperasi Jasa Keuangan Syariah dianggap relatif
masih baru di tengah-tengah masyarakatnya, namun banyak orang-orang yang
memiliki perhatian terhadap lembaga kecil ini. Oleh karena itu, perlu adanya
pembinaan pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah, serta dibutuhkan pula
perantara untuk terjalinnya komunikasi dan jaringan antar Koperasi Jasa
Keuangan Syariah, ataupun penghubung antara lembaga ekonomi Islam yang
lebih besar. Koperasi Jasa Keuangan Syariah menerapkan prinsip syariah
yang mudah dikenal oleh masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Pembangunan usaha kecil telah dirintis sebagai tujuan utama Koperasi
Jasa Keuangan Syariah untuk memberdayakan masyarakat. Di samping itu
juga merangkul masyarakat yang bukan pengusaha, yaitu masyarakatmasyarakat kecil yang belum tersentuh oleh perbankan secara umum. Dengan
cara seperti itu, Koperasi Jasa Keuangan Syariah bisa menjangkau dan
menyadarkan masyarakat kecil tentang arti pentingnya menabung.7
Demikian halnya dengan Koperasi Syariah Mandiri yang beralamatkan
di Jalan Raya Pantai Prigi, Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo,
Kabupaten Trenggalek, yang selalu berusaha untuk tetap menjaga
6
Ibid., h. 83
Arif Misbahul Masruri, Sistem Tabungan Kotak di BMT Amanah Watulimo,
(Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan: 2014), h. 4
7
4
eksistensinya agar terus bisa memantapkan langkah usahanya. Namun di sisi
lain, Koperasi Syariah Mandiri juga mempunyai tujuan untuk bisa
menyejahterakan masyarakat dengan produk pelayanan yang maksimal. Oleh
karena itu, untuk bisa memaksimalkan kinerja pada sebuah lembaga
keuangan syariah yang dalam hal ini Koperasi Syariah Mandiri, maka
dibutuhkannya sebuah manajemen atau kepemimpinan.
Maksud diadakannya manajemen dalam Koperasi Jasa Keuangan
Syariah tersebut adalah agar arah perkembangan serta pergerakan dari
Koperasi Jasa Keuangan Syariah dapat terarah dan fokus pada tujuan awal
pendirian lembaga, yakni demi kesejahteraan bersama. Kepemimpinan
merupakan tulang punggung pengembangan organisasi, karena tanpa
kepemimpinan yang baik, tentu akan mengalami kesulitan untuk mencapai
tujuan organisasi. Jika seorang pemimpin berusaha untuk mempengaruhi
perilaku orang lain, maka orang tersebut perlu memikirkan gaya
kepemimpinannya.
Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh
seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang
lain.8 Gaya kepemimpinan dapat dikatakan cocok atau sesuai dengan sebuah
perusahaan yang dalam hal ini kaitannya dengan Koperasi Jasa Keuangan
Syariah, telah dikomunikasikan dan bawahan telah menerimanya, karena
seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan
8
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2008), h. 303
5
organisasi
dalam
mencapai
tujuannya.9
Salah
satu
indikasi
gaya
kepemimpinan yang baik adalah bilamana segala sesuatu itu dicontohkan
langsung oleh pemimpinnya, yang dalam hal ini adalah masalah disiplin.
Menurut Budi Setiyawan dan Waridin, menyebutkan bahwa disiplin
sebagai keadaan ideal dalam mendukung pelaksanaan tugas sesuai aturan
dalam rangka mendukung optimalisasi kerja. Salah satu syarat agar disiplin
dapat ditumbuhkan dalam lingkungan kerja adalah adanya job description
(pembagian tugas yang jelas dan tuntas) dari atasan sampai pada pegawai atau
petugas yang paling bawah. Sehingga dengan demikian, setiap orang tahu dan
sadar apa yang menjadi tugasnya, bagaimana cara melakukannya, kapan
pekerjaan itu dimulai dan selesai, seperti apa hasil yang disyaratkan, dan
kepada siapa mempertanggungjawabkan hasil pekerjaan itu. Untuk itulah
disiplin harus ditumbuhkembangkan agar tumbuh pula ketertiban dan
efisiensi. Tanpa adanya disiplin yang baik, maka sangat sulit untuk
mewujudkan adanya sosok pemimpin atau karyawan yang ideal sebagaimana
yang diharapkan oleh masyarakat dan perusahaan/lembaga. Disiplin kerja
karyawan
merupakan
bagian
dari
menunjukkan bahwa disiplin kerja
faktor
kinerja.
Hasil
penelitian
juga memiliki pengaruh yang positif
terhadap kinerja karyawan.10
Kinerja karyawan merupakan hasil atau prestasi kerja karyawan yang
dinilai dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang
9
Regina Aditya Reza, Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi dan Disiplin Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan PT. Sinar Sentosa Perkasa Banjarnegara, (Semarang: Skripsi Tidak
Diterbitkan, 2010), h. 3
10
Ibid., h. 5
6
telah ditentukan oleh pihak organisasi/lembaga. Kinerja yang baik adalah
kinerja yang optimal, yaitu kinerja yang sesuai dengan standar organisasi dan
mendukung tercapainya tujuan organisasi.11 Kinerja karyawan yang tinggi
sangatlah diharapkan oleh sebuah perusahaan/lembaga. Semakin banyak
karyawan yang mempunyai kinerja yang tinggi, maka produktivitas
perusahaan secara keseluruhan akan meningkat, sehingga perusahaan akan
dapat mewujudkan cita-citanya untuk bisa memakmurkan karyawan dan
masyarakat.
Karyawan dituntut untuk mampu menyelesaikan tugas dan tanggung
jawab secara efektif dan efisien. Keberhasilan karyawan dapat diukur melalui
kepuasan konsumen atau nasabah, berkurangnya jumlah keluhan dan
tercapainya
target
yang
optimal.
Kinerja
karyawan
pada
sebuah
perusahaan/lembaga juga dapat diukur melalui penyelesaian tugasnya secara
efektif dan efisien serta melakukan peran dan fungsinya. Dan itu semua
berhubungan linear dan berhubungan positif bagi keberhasilan suatu
perusahaan.
Perkembangan
suatu
perusahaan/lembaga
bergantung
pada
produktifitas kinerja karyawan yang ada di perusahaan. Dengan pengaturan
manajemen sumber daya manusia secara profesional dan disiplin kerja yang
baik pada karyawan, diharapkan karyawan bekerja secara produktif.
Pengelolaan karyawan profesional ini harus dimulai sejak perekrutan
karyawan,
11
Ibid., h. 2
penempatan
karyawan
sesuai
dengan
kemampuan
dan
7
pengembangan kariernya. Ada juga penempatan pegawai sesuai dengan
kemampuan karyawannya saja.
Membahas soal kinerja karyawan tidak terlepas dari adanya faktorfaktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Gaya kepemimpinan dan
disiplin kerja merupakan bagian dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja
karyawan.
Baik
buruknya
ataupun
sesuai
tidaknya
gaya
kepemimpinan yang diterapkan dalam suatu organisasi maka hal tersebut
akan berpengaruh terhadap kinerja karyawannya. Begitu juga dengan disiplin
kerja, tinggi ataupun rendahnya disiplin karyawan pada suatu organisasi
tentunya juga berdampak/berpengaruh terhadap kinerja dalam organisasi
tersebut.
Sehubungan dengan hal di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Disiplin Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan di Koperasi Syariah Mandiri Watulimo
Trenggalek”.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Mengacu pada pengantar di atas, agar penelitian tidak keluar dari
pembahasan, maka akan dikerucutkan pembahasan melalui rumusan masalah.
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja karyawan di
Koperasi Syariah Mandiri?
8
2. Apakah disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan di Koperasi
Syariah Mandiri?
3. Apakah gaya kepemimpinan dan disiplin kerja berpengaruh terhadap
kinerja karyawan di Koperasi Syariah Mandiri?
C. Tujuan Penelitian
Dengan mangacu pada rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan dan disiplin kerja
terhadap kinerja karyawan di Koperasi Syariah Mandiri. Untuk memudahkan
pencapaian tujuan utama tersebut, maka penulis mempunyai tujuan partikular
dari sub masalahnya, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja
karyawan di Koperasi Syariah Mandiri.
2. Untuk mengetahui pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja karyawan di
Koperasi Syariah Mandiri.
3. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan dan disiplin kerja berpengaruh
terhadap kinerja karyawan di Koperasi Syariah Mandiri.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan etimologi, hipotesis adalah sesuatu yang dianggap benar
untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori, proposisi) meskipun
kebenarannya masih harus dibuktikan.12 Akan tetapi dalam arti yang luas,
Ebta Setiawan, KBBI Offline, Freeware 2010-2013, dalam kata “hipotesis”
12
9
hipotesis diartikan sebagai suatu dugaan sementara yang diajukan seorang
peneliti yang berupa pernyataan-pernyataan untuk diuji kebenarannya.
Berdasarkan judul penelitian di atas, jika gaya kepemimpinan untuk
pemimpin diterapkan secara maksimal dan disiplin kerja dilakukan karyawan,
maka kinerja karyawan akan meningkat.
Hipotesis penelitian yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Ada pengaruh gaya kepemimpinan (X1) terhadap kinerja karyawan (Y) di
Koperasi Syariah Mandiri.
2. Ada pengaruh disiplin kerja (X2) terhadap kinerja karyawan (Y) di
Koperasi Syariah Mandiri.
3. Ada pengaruh gaya kepemimpinan (X1) dan disiplin kerja (X2) terhadap
kinerja karyawan (Y) di Koperasi Syariah Mandiri.
E. Kegunaan Hasil Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau
sebagai suatu masukan yang bermanfaat untuk membantu perusahaan
dalam mengambil langkah-langkah dengan tujuan meningkatkan kinerja
karyawan yaitu dengan cara memberikan gaya kepemimpinan yang tepat
serta meningkatkan disiplin kerja karyawan untuk dapat mewujudkan
tujuan perusahaan.
10
2. Bagi Peneliti
Sebagai bahan acuan, referensi dan tambahan wawasan bagi peneliti
selanjutnya
terutama
yang
berkenaan
dengan
pengaruh
gaya
kepemimpinan dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan.
3. Bagi Dosen
Diharapkan dosen dapat melaksanakan perkulihan dengan metode
yang sesuai untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap suatu
mata kuliah. Serta dapat meningkatkan kinerja dan profesionalnya sebagai
dosen.
4. Bagi peneliti lain
Sebagai pendorong untuk terus berkarya dan sebagai penambahan
wawasan
serta
pemahaman
terhadap
objek
yang
diteliti
guna
menyempurnakan perkuliahan dan pemanfaatan fasilitas akademik
kampus.
5. Bagi almamater
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan
referensi bacaan bagi semua pihak yang membutuhkan.
F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda dan agar lebih terarahnya
penelitian ini, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada
kemampuan dan motivasi karyawan. Penelitian ini dibatasi lingkupnya pada
perbaikan atau peningkatan kinerja karyawan.
11
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari arti yang tidak diharapkan, maka perlu diuraikan
terlebih dahulu tentang istilah dalam judul penelitian ini sebagai berikut :
1. Pengertian konseptual
a. Pengaruh adalah daya yang timbul dari seseorang yang membentuk
kepercayaan atau perbuatan.13
b. Gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi sebagai hasil
kombinasi dari falsafah, ketrampilan, sifat, sikap, yang sering
diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja
karyawannya.14
c. Disiplin kerja adalah kesadaran dan kesediaan seseorang untuk menaati
peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.15
d. Kinerja
adalah
perbandingan
hasil
kerja
yang
dicapai
oleh
individu/karyawan dengan standar yang telah ditentukan.16
13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1990), h. 664. Bandingkan dengan Ebta Setiawan, KBBI Offline, Freeware 2010-2013
dalam kata “pengaruh”. Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda)
yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.
14
Biatna Tampubolon, “Analisis Faktor Gaya Kepemimpinan dan Faktor EtosKerja
Terhadap Kinerja Pegawai Pada Organisasi yang Telah Menerapkan SNI 19-9001-2001”, dalam
Jurnal Standardisasi, No. 9, h. 107. Bandingkan dengan Miftah Thoha, Perilaku Organisasi…, h.
303
15
Regina Aditya Reza, Pengaruh Gaya Kepemimpinan…, h. 20. Bandingkan dengan Anwar
Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 129. Disiplin kerja adalah suatu peraturan dalam pedoman kerja agar
pegawai tidak melanggar peraturan dalam bekerja.
16
Bambang Guritno dan Waridin, “Pengaruh Persepsi Karyawan Mengenai Perilaku
Kepemimpinan, Kepuasan Kerja dan Motivasi Terhadap Kinerja”, dalam Jurnal JBRI, Vol. 1. No.
1, h. 63
12
2. Secara operasional
Gaya kepemimpinan adalah sebuah cara yang diambil seseorang dalam
mempraktikkan kepemimpinannya melakukan suatu pekerjaan sehingga dapat
mempengaruhi kinerja karyawan.
Disiplin kerja adalah suatu peraturan dalam pedoman kerja agar
karyawan tidak melanggar peraturan dalam bekerja.
Kinerja adalah hasil kerja seorang karyawan dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.
Download