PENGARUH DEMOGRAFI DAN SOSIOEKONOMI PADA KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK IBU HAMIL DI KOTA METRO PROVINSI LAMPUNG 1) Yetti Anggraini1) Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang ABSTRACT: Demographic and Socioeconomic influence on the incidence of Chronic Energy Deficiency Pregnant Mother In Metro City Lampung Province.This study aimed to analyze the influence of demographic and socioeconomic factors on the incidence of KEK. Subjects in this study were all pregnant women who visited the primary health clinics (puskesmas). The samples in this study were divided into two groups: the case group and the control group. The sample consisted of 90 respondents for the case, and double the 90 respondents for the control group, giving totally as many as 270 respondents. Inclusion criteria for the cases were pregnant women trimester I experienced KEK with a BMI less than 18.5 kg/m2. Literate and resided in the city of Metro. Exclusion criteria were which in trimester I pregnant women with disabilities and mental illness, and pregnant women with infectious diseases. As for the control group inclusion criteria trimester I pregnant women who did not experience KEK, BMI greater than or equal to 18.5 kg/m2, literate were and resided in the city of Metro. The exclusion criteria were pregnant women who experienced pain and stress, women who were not able to provide the information needed, and unwanted pregnancies. The research method used was a case control design (case control study). The results showed that age was not a significant influence on the incidence of KEK and KEK, with a p value of 0.170. There was no significant effect of parity on the incidence between KEK and KEK in pregnant women with a p value of 0.071, and gestational age did not have a significant effect on the incidence of KEK and KEK, with a p value of 0.429. There was a significant effect of education and occupation on the incidence of KEK and KEK in pregnant women with a p value of 0.001, and there was a significant effect between family size and income on the incidence of KEK and KEK in pregnant women with a p-value of 0.000. Multivariable analysis of the final model, parity has an influence on the incidence of KEK with p=0.003, OR=3.44 (CI: 1.54–7.70), there was the influence of the number of family memberson the incidence of KEK with p=0.001, OR=10.21 (CI: 2.97–35.12), and incomes howed the strongest effect with a value of p=0.001, OR=38.29 (CI: 14.15–103.61). There is no influence of demographic factors on the incidence of chronic energy deficiency in pregnant women, and there is influence of socioeconomic factors on the incidence of chronic energy deficiency in pregnant women. Keywords: chronic energy deficiency, demographic and socioeconomic factors Abstrak : Pengaruh Demografi dan Sosioekonomi pada Kejadian Kekurangan Energi Kronik Ibu Hamil Di Kota Metro Provinsi Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor demografi dan sosioekonomi pada kejadian KEK ibu hamil. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan rancangan kasus kontrol (case control study). Subjek pada penelitian ini seluruh ibu hamil yang berkunjung ke puskesmas yang ada di wilayah Kota Metro. Sampel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kasus sebanyak 90 responden dan kelompok kontrol yaitu 180 responden yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia tidak berpengaruh signifikan dengan pada KEK ibu hamil, (p=0,170). Paritas tidak berpengaruh signifikan pada kejadian KEK ibu hamil, (p=0,071), dan usia kehamilan juga tidak berpengaruh signifikan pada kejadian KEK ibu hamil, (p=0,429). Terdapat pengaruh signifikan pendidikan dan pekerjaan pada kejadian KEK ibu hamil, (p=0,001). Terdapat pengaruh signifikan jumlah anggota keluarga dan pendapatan pada kejadian KEK ibu hamil, (p=0,001). Berdasarkan analisis multivariabel pada model akhir, paritas mempunyai pengaruh pada kejadian KEK ibu hamil (OR=3,44; IK: 1,54–7,70, p= 0,003). Terdapat pengaruh jumlah anggota keluarga pada kejadian KEK ibu hamil (OR= 10,21; IK: 2,97–35,12, p=0,001), dan pendapatan menunjukkan pengaruh yang paling kuat pada kejadian KEK ibu hamil (OR=38,29; IK:14,15–103,61, p=0,001). Tidak ada pengaruh faktor demografi pada kejadian KEK ibu hamil. Faktor sosioekonomi berpengaruh pada kejadian KEK ibu hamil. Kata kunci: Faktor demografi dan sosioekonomi, kekurangan energi kroon 401 402 Jurnal Kesehatan, Volume IV, Nomor 2,Oktober 2013, hlm 401-407 Masih tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) antara lain diakibatkan masalah gizi kronik, seperti pada ibu hamil yang berat badannya kurang dari 38 kg dan mengalami kekurangan energi kronik (KEK). Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa masalah gizi masih terjadi di 77,3% kabupaten dan 56% kota di Indonesia (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2009). AKI di Indonesia pada tahun 2007 tercatat 248 per 100.000 kelahiran hidup (KH), sedangkan target Millennium Development Goals (MDG’s) pada tahun 2015 diharapkan dapat menekan jumlah AKI hingga 102 per 100.000 KH dan AKB 26 per 1000 KH.1 AKI di Propinsi Lampung pada tahun 2008 sebesar 228/100.000 KH dan belum mencapai target yang ditetapkan yaitu 226/100.000 KH, sedangkan di kota Metro tahun 2010 terdapat 4 kasus dari 3.039 KH (1,3 per 100.000 KH), dan terjadi peningkatan pada tahun 2011 yaitu sebanyak 5 kasus dari 3.239 KH (1,5 per 100.000 KH) (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2009). Berbagai hasil penelitian menunjukkan kekurangan gizi pada ibu hamil menyebabkan penurunan produktivitas pada ibu hamil antara 20% sampai 30%. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 ditemukan di Indonesia prevalensi gizi buruk pada ibu hamil 5,4% dan gizi kurang sebesar 13% Di propinsi Lampung pada tahun 2009 prevalensi gizi buruk pada ibu hamil sebesar 5,7% dan gizi kurang 11,8%, sedangkan untuk kota Metro prevalensi KEK pada ibu hamil tahun 2010 melebihi target nasional yaitu sebesar 34,4% (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2009). Beberapa penelitian di banyak negara menunjukkan bahwa proporsi kekurangan gizi seiring dengan peningkatan pendapatan nasional suatu negara. Secara umum dapat dikatakan bahwa peningkatan ekonomi sebagai dampak dari berkurangnya kurang gizi dapat dilihat dari dua sisi, pertama berkurangnya biaya berkaitan dengan kematian dan kesakitan, di sisi lain akan meningkatkan produktivitas. Status sosial ibu yang rendah akan berpengaruh pada status kesehatan yang buruk, bahkan mungkin pada gangguan mental. Beberapa jurnal menyatakan bahwa faktor-faktor yang paling berpengaruh pada kejadian KEK ibu hamil yaitu status sosioekonomi, berat badan, dan usia kehamilan. Status gizi ibu hamil dipengaruhi oleh cukup tidaknya konsumsi energi, protein dan zat gizi lain, serta penyakit infeksi, kondisi sosial, pengetahuan, dan faktor daya beli keluarga (Manoe, 2008). Faktor-faktor lain yang memengaruhi status gizi ibu hamil yaitu keadaan sosioekonomi, fasilitas kesehatan, gizi ibu, jarak kelahiran, paritas, usia kehamilan pertama, serta faktor budaya keluarga, seperti pola asuh, pola makan, frekuensi makan, dan musim. Keadaan ekonomi sangat berpengaruh pada konsumsi pangan dan daya beli keluarga, karena rendahnya daya beli mengakibatkan pemberian makanan kurang, akibatnya ibu mengalami defisiensi gizi. Berdasarkan kajian teori dan uraian permasalahan di atas, maka dirumuskan masalah utama (problem of research) pada penelitian ini adalah tingginya kejadian KEK pada ibu hamil. Berbagai faktor dapat memengaruhi kejadian KEK pada ibu hamil antara lain usia, paritas, usia kehamilan, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan keluarga. Oleh karena perbedaan faktor-faktor tersebut di tiap daerah, maka dengan demikian penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut pendapatan sebagai faktor risiko pada kejadian kekurangan energi kronik ibu hamil di Kota Metro Provinsi Lampung. Dari hasil penelitian diharapkan dapat dilakukan intervensi agar kejadian KEK pada ibu hamil dapat dideteksi sedini-dininya dan dapat dicegah. METODE Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan kasus kontrol (case control study). Desain kasus kontrol dapat digunakan untuk menilai berapa besar peran faktor risiko terhadap kejadian yang ingin diteliti dan menilai kekuatan hubungan suatu faktor risiko dengan variabel dependen. Pada penelitian ini faktor demografi (usia, paritas, dan usia kehamilan), faktor sosioekonomi (pekerjaan, pendidikan, jumlah anggota, keluarga, dan pendapatan) merupakan variabel bebas, sedangkan kejadian KEK sebagai variabel terikat. Anggraini, Pengaruh Demografi dan Sosioekonomi pada Kejadian KEK Ibu Hamil 403 Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu hamil trimester I yang berkunjung di wilayah puskesmas kota Metro periode 17 Oktober sampai dengan 31 Desember 2012. Dari hasil penghitungan tersebut diambil jumlah sampel terbesar yaitu 90 responden untuk kasus. Penelitian ini menggunakan perbandingan besar sampel untuk kasus: kontrol=1:2, sampel terdiri atas 90 responden untuk kelompok kasus dan 180 responden untuk kelompok kontrol. Dengan demikian, besar sampel keseluruhan 270 sampel. Kota Metro terdiri atas 5 kecamatan dengan 11 puskesmas, dari 11 puskesmas diambil 5 puskesmas secara multistage random sampling. Teknik sampel ini digunakan untuk menentukan sampel daerah dari wilayah yang cukup luas sehingga diperoleh sampel daerah yang mewakili kondisi geografis dan karakteristik dari kota Metro. Selanjutnya ditentukan jumlah sampel secara proportional random sampling. Data analisa penelitian dianalisa dengan distribusi frekuensi kejadian KEK, chi quadrat untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap KEK serta analisis regresi logistik untuk melihat faktor apa yang paling berpengaruh terhadap kejadian KEK pada ibu hamil di Kota Metro propinsi Lampung. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Bivariabel Pengaruh faktor demografi (usia, paritas, dan usia kehamilan) dan faktor sosioekonomi (pekerjaan, pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan keluarga) pada kejadian KEK ibu hamil terlihat pada Tabel 1 dibawah ini: Tabel 1: Pengaruh Faktor Demografi pada Kejadian KEK Ibu Hamil Variabel Bebas Usia (tahun) < 20 20-34 ≥ 35 Paritas ≥4 2-3 1 Usia kehamilan (dlm minggu) ≤8 9-13 Kelompok Bumil KEK Bumil tidak KEK (n= 90) (n= 180) n % n % Nilai p OR (IK 95%) 7 78 5 8 87 5 5 164 11 2,8 91,1 6,1 0,170 2,94 (0,81–11,09) 1,0 0,96 (0,28–3,11) 20 46 24 22 51 27 21 108 51 11,7 60 28,3 0,071 2,02 (0,86–4,77) 0,91 (0,48–1,71) 1,0 51 39 57 43 111 69 61,7 38,3 Berdasarkan Tabel 1, tidak terdapat pengaruh faktor demografi (usia, paritas dan usia kehamilan) pada kejadian KEK ibu hamil, dengan nilai p>0,05. Hasil variabel pendidikan, (OR 42,82; IK 95%=5,14–350,19, p<0,001), artinya pendidikan tamat SD memiliki peluang 42,82 kali terjadi KEK pada ibu hamil, dibandingkan ibu dengan pendidikan SMP dan SMA. Variabel pekerjaan (OR 5,81; IK 95%=2,64–12,78, p<0,001), ibu bekerja sebagai 0,429 1,0 0,81 (0,47–1,40) petani mempunyai peluang 5,81 kali terjadi KEK pada ibu hamil dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Jumlah anggota keluarga, (OR 8,0; IK 95%=4,05–16,09, p<0,001). Jumlah anggota keluarga ≥4 orang memiliki peluang 8 kali terjadi KEK pada ibu hamil, dibandingkan dengan ibu yang memiliki jumlah anggota keluarga <4 orang. Variabel pendapatan (OR 35,9; IK 95%=17,08–75,46, p<0,002). Pendapatan rendah 404 Jurnal Kesehatan, Volume IV, Nomor 2,Oktober 2013, hlm 401-407 memiliki peluang 35,9 kali terjadi KEK pada ibu hamil, dibandingkan dengan ibu yang berpendapatan tinggi. Dengan demikian faktor sosioekonomi sebagian kejadian KEK ibu hamil. berpengaruh pada Tabel 2 Pengaruh Faktor Sosioekonomi pada Kejadian KEK Ibu Hamil Variabel Bebas Pendidikan Tamat/tidak tamat SD SMP SMA Akademi/PT Pekerjaan Buruh Petani Pedagang PNS/Guru IRT Jumlah anggota keluarga Banyak (≥ 4 orang) Sedikit (< 4 orang) Pendapatan keluarga Rendah (<Rp.960.000) Tinggi (≥Rp.960.000) Kelompok Bumil KEK Bumil tidak KEK (n= 90) (n= 180) n % n % 52 58 17 9,4 20 17 1 22 19 1 49 100 14 27,2 55,6 7,8 14 31 21 3 16 16 34 24 3 23 3 20 88 9 60 1,7 11,1 48,9 5 33,3 79 11 88 12 85 95 79 11 88 12 30 150 Analisis multivariabel hubungan berbagai faktor pada kejadian KEK ibu hamil disajikan dalam Tabel 3. Pada model akhir diperlihatkan kekuatan hubungan variabel bebas pada kejadian KEK ibu hamil. Nilai p 0,001 OR (IK 95%) 42,82 (5,14–350,19) 5,70 (0,70−46,40) 2,38 (0,29−19,30) 1,0 0,001 17,50 (4,48–68,42) 5,81 (2,64−12,78) 0,89 (0,43−1,85) 1,25 (0,30−5,16) 1,0 47,2 52,8 0,000 8,02 (4,05–16,09) 16,7 83,3 0,000 35,9 (17,08–75,46) Pendapatan menunjukkan pengaruh yang paling kuat dengan nilai OR 38,293 dibandingkan dengan faktor paritas dan jumlah anggota keluarga pada kejadian KEK ibu hamil. Tabel 3: Hubungan berbagai faktor secara simultan pada kejadian KEK ibu hamil berdasarkan analisis regresi logistik ganda (Model Akhir) Variabel Paritas Jumlah Anggota Keluarga Pendapatan Keluarga Konstanta Keterangan: Akurasi Model 91,2% Koefisien B 1,237 2,324 3,645 -2,283 Pembahasan Faktor Demografi Pengaruh Usia Pada Kejadian KEK Ibu Hamil Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh usia pada kejadian KEK ibu hamil. Ibu hamil SE (B) 0,411 0,630 0,508 – Nilai-p 0,003 0,001 0,001 - OR (IK 91,2%) 3,44 (1,54–7,70) 10,21 (2,97–35,12) 38,29 (14,15–103,61) – dengan KEK banyak terjadi pada usia ibu 20−24 tahun sebesar 86,7%. Berbagai penelitian mengisyaratkan bahwa semua wanita hamil berisiko untuk mengalami penyulit obstetris serta morbiditas dan mortalitas ibu maupun perinatal. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian di Tanzania utara, penelitian ini menyimpulkan secara statistik ada perbedaan signifikan antara usia ibu pada kejadian KEK (p =0, 01; X² =8,8). Anggraini, Pengaruh Demografi dan Sosioekonomi pada Kejadian KEK Ibu Hamil 405 Sejalan dengan studi yang dilakukan di Jakarta didapatkan bahwa ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun mempunyai risiko KEK 3 kali lipat (OR 2,98; 95% IK: 1,07–8,26) (Obong dan enugu, 2001). Hasil studi tersebut didukung oleh studi tentang perkiraan usia ibu pada hasil yang dilakukan di Amerika, studi ini menemukan bahwa ibu hamil yang berusia 19–42 tahun berisiko KEK 2 kali lipat (OR 2,0; 95% IK: 1,5–2,6). Risiko ini makin meningkat bila dibandingkan dengan ibu hamil yang berusia lebih dari 42 tahun (OR 2,4; 95% IK: 1,6–3,6) (yaktine et al, 2001). Hal yang sama penelitian di Amerika Serikat memperlihatkan bahwa anak yang lahir dari seorang wanita di bawah usia 20 tahun mempunyai risiko 2 kali untuk meninggal dan mengalami gangguan pertumbuhan pada bayinya (Panda dan Sahoo, 2006). Pengaruh Paritas Pada Kejadian KEK Ibu Hamil Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh paritas pada kejadian KEK ibu hamil. Kekurangan energi kronik banyak terjadi pada ibu hamil dengan paritas 2−4 kali, yaitu sebesar 51,1%. Paritas yang tinggi akan berdampak timbulnya berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bagi bayi yang dilahirkan. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan di pedesaaan Nigeria, yang menemukan bahwa risiko yang paling besar KEK pada ibu hamil adalah ibu dengan paritas lebih dari 4, grandemultipara mempunyai risiko 2 kali (OR 2,16; 95% IK: 1,16–4,06) untuk mengalami kekurangan energi protein selama kehamilan (Obong dan Enugu, 2001). Pengaruh Usia Kehamilan Pada Kejadian KEK Ibu Hamil Hasil penelitian menunjukkan, bahwa tidak ada pengaruh usia kehamilan pada kejadian KEK ibu hamil, bahwa ibu yang mengalami KEK berkisar pada usia kehamilan 0–8 minggu yaitu sebesar 56,7%. Pada kehamilan trimester I usia kehamilan 0–3 bulan umumnya timbul keluhan seperti rasa mual, ingin muntah, pusing, selera makan berkurang, sehingga timbul kelemahan dan malas beraktivitas. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan studi yang menyatakan bahwa KEK lebih rentan dialami oleh ibu hamil pada trimester ketiga dibandingkan dengan trimester 1 dan 2, dan mengemukakan bahwa status gizi dipengaruhi oleh usia kehamilan dengan nilai p<0,002 (Sururi, 2006). Ibu hamil yang menderita KEK dan anemia mempunyai risiko kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal. Status gizi ibu hamil pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat memengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung (Urban Nutrition, 2010). Faktor Sosioekonomi Pengaruh Pendidikan Pada Kejadian KEK Ibu Hamil Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendidikan pada kejadian KEK ibu hamil. Ibu hamil dengan KEK sebagian besar adalah dengan latar belakang pendidikan SD yaitu sebesar 57,8%. Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat memengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Suatu penelitian yang dilakukan di Negeria, dinyatakan bahwa ada hubungan antara pendidikan dan pendapatan, wanita yang berpendidikan memiliki pendapatan lebih tinggi daripada mereka yang tidak terdidik. Sebuah studi status gizi ibu hamil mengemukakan bahwa ibu dengan status gizi kurang berlatar belakang pendidikan rendah dan 31,4% ibu hamil rata-rata buta huruf (Andersson danBergstrom, 1997). Penelitian lain mengemukakan bahwa status gizi dipengaruhi faktor pendidikan. Pendidikan seseorang sangat menentukan kecemasan, klien dengan pendidikan tinggi akan lebih mampu mengatasi dan menggunakan koping yang efektif dan konstruktif daripada seseorang dengan pendidikan rendah. Pendidikan dapat memperbaiki cara penggunaan sumberdaya keluarga, sehingga akan berdampak positif terhadap kelangsungan hidup keluarga. Ibu dengan pendidikan tinggi tidak banyak dipengaruhi oleh praktik yang merugikan pada 406 Jurnal Kesehatan, Volume IV, Nomor 2,Oktober 2013, hlm 401-407 ibu hamil dan kualitas maupun kuantitas makanan Pengaruh Pendapatan Keluarga Pada untuk konsumsi setiap harinya. Kejadian KEK Ibu Hamil Pengaruh Pekerjaan Pada Kejadian KEK Ibu Hamil Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pekerjaan pada kejadian KEK ibu hamil. Kekurangan energi kronik banyak dialami oleh ibu yang bekerja sebagai petani yaitu sebesar 34,4%. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Filipina, bahwa pekerjaan akan memengaruhi kehamilan, ibu yang bekerja tingkat stres pada wanita hamil sama buruknya dengan merokok dan akan memengaruhi berat bayi yang akan dilahirkan. Dalam tubuh wanita yang mengalami stres waktu kerja, terbentuk kortisol yaitu hormon stres yang akan masuk ke plasenta, sehingga memengaruhi pertumbuhan janin pada awal kehamilan (Rahmaniar et al, 2013). Risiko yang berhubungan dengan pekerjaan selama kehamilan seperti berdiri lebih dari 3 jam sehari, bekerja pada mesin pabrik terutama jika terjadi banyak getaran atau membutuhkan upaya yang besar untuk mengoperasikannya, serta tugas fisik yang melelahkan seperti mengangkat, mendorong, dan membersihkan. Pengaruh Jumlah Anggota Keluarga Pada Kejadian KEK dan pada Ibu Hamil Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh jumlah anggota keluarga pada kejadian KEK ibu hamil. Jumlah anggota keluarga ibu hamil dengan KEK sebagian besar adalah lebih dari 4 orang yaitu 87,8%. Jumlah anggota keluarga atau ukuran keluarga juga memengaruhi pola konsumsi. Status gizi dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga. Semakin besar jumlah anggota keluarga, maka semakin besar proporsi pengeluaran keluarga untuk makanan daripada untuk bukan makanan, demikian pula sebaliknya. Jumlah anggota keluarga yang besar tanpa diimbangi pendapatan mengakibatkan pendistribusian pangan dalam keluarga tidak merata. Pangan yang tersedia untuk satu keluarga besar mungkin hanya cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendapatan pada kejadian KEK ibu hamil. Ibu hamil dengan KEK rata-rata dengan pendapatan rendah (<Rp.960.000,00). Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di Jakarta dinyatakan bahwa terbatasnya penghasilan keluarga membatasi kesanggupan keluarga untuk membeli bahan makanan yang bergizi, dengan demikian tingkat pendapatan sangat berperan dalam menentukan status gizi ibu hamil (Rahmaniar et al, 2013). Ekonomi atau pendapatan selalu menjadi salah satu faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan, dan melakukan persiapan lainnya dengan baik. Tingkat pendapatan dapat menentukan pola konsumsi. Keadaan ekonomi rendah umumnya berkaitan dengan berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi disebabkan oleh ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam mengatasi berbagai masalah. Keluarga dengan pendapatan terbatas, kemungkinan besar kurang dapat memenuhi kebutuhan makanan sejumlah yang diperlukan tubuh. Perubahan pendapatan secara langsung dapat memengaruhi konsumsi pangan keluarga. Penelitian yang dilakukan di Bangladesh dinyatakan, ibu hamil yang berpenghasilan rendah 7 kali lebih besar mengalami KEK daripada ibu yang berpenghasilan tinggi. Tingkat pendapatan yang tinggi memberi peluang lebih besar bagi keluarga untuk memilih pangan yang lebih baik, baik jumlah maupun jenisnya (Efrinita, 2010). SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor demografi tidak berpengaruh pada kejadian KEK ibu hamil, dan faktor sosioekonomi berpengaruh pada kejadian KEK ibu hamil. Anggraini, Pengaruh Demografi dan Sosioekonomi pada Kejadian KEK Ibu Hamil 407 DAFTAR RUJUKAN Andersson R, Bergstrom S. 1997. Maternal nutrition and socioeconomic status as determinants of brithweight in chronically malnourished African women. Trop Med and Intern Health. 2:1080–7. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2009. Profil Kesehatan Provinsi Lampung. Lampung. Dinkes Prov Lampung. Efrinita, A. 2010. Hubungan antara asupan protein dan status sosial ekonomi dengan kekurangan energi kronik pada ibu hamil di Surakarta. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi. 6(2):114–26. Obong EHN, Enugu GI. 2001. Determinants of health and nutritional status of rural nigerian women. J Health Popul Nutr. 4:320–30. Panda B, Sahoo S. 2006. A study of nutritional status of pregnant women of some villages in balasore distric. J Nutri Soc. 3:227–32. Manoe MJ. 2008. Hubungan antara berat badan lahir dengan status gizi ibu berdasarkan ukuran lingkar lengan atas. (Tesis). Makassar: Universitas Hasanuddin Makassar. Rahmaniar A, Taslim N, Bahar B. 2013. Faktorfaktor yang berhubungan dengan kekurangan energi kronis pada ibu hamil di Tampa Padang Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat. Media Gizi Masyarakat Indonesia. 2:98–103. Sururi, M. 2006. Penanggulangan gizi buruk. Purwokerto. (diunduh 25 Juni 2012). Tersedia dari: http://www.dinkes.co.id. Urban Nutrition. 2010. Assessment of nutritional Status. Analysis of body mass index for pregnancy woman. Food and Agriculture Organization of The United Nations. (diunduh 15 Januari 2013). Tersedia dari: http://www.fao.org/ag/agn/nutrition/icd/o nline. Yaktine LA, Rassmussen, M Kathleen. 2009. Weight gain during pregnancy. J Op Anthropol. J Nutr Scien Medic. 6:324–9. 408 Jurnal Kesehatan, Volume IV, Nomor 2,Oktober 2013, hlm 401-407