1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia dimasa depan karena tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh kondisinya saat masa janin (Atmarita & Tatang, 2004). Keadaan ibu yang baik secara mental, fisik, dan gizi akan melahirkan bayi dengan keadaan sehat. Ibu hamil yang menderita gizi kurang berisiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah dan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak, perkembangan intelektual serta produktivitas dikemudian hari (Kemenkes, 2010). Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan masalah gizi yang terjadi pada Ibu hamil. Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan (Depkes, 2002). Kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil berdampak terhadap ibu, janin yang dikandung dan bayi yang akan dilahirkan (Arisman, 2008). KEK mempengaruhi pertumbuhan janin, risiko kematian neonatal (Black et al, 2013), risiko terjadinya stunting (Shrimpton & Kachondam, 2003) dan Berat badan lahir rendah (BBLR) (Lewit & Kerrebrock, 1997). Enam belas persen bayi di seluruh dunia dilahirkan dengan BBLR dan 95% dari bayi-bayi ini tinggal di negara-negara berkembang, diantaranya di Indonesia sebesar 10.2% (Kemenkes, 2013). Angka prevalensi tersebut berkisar dari sekitar 50% di Bangladesh hingga 6% di negaranegara maju (Gibney et al, 2009). BBLR diketahui berhubungan dengan pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup anak dan dewasa dimasa depan (Salam et al, 2005) seperti stunting, peningkatan kejadian penyakit kronis, termasuk kanker,hipertensi,dan diabetes tipe 2 (Barker, 2007). Stunting dapat menyebabkan pengaruh yang panjang terhadap perkembangan kognitif, prestasi belajar, produktivitas pada masa dewasa, dan outcome reproduksi (Dewey & Begum, 2011). Prevalensi stunting di Indonesia secara nasional sebesar 36,7 % (Kemenkes, 2013) dan di Provinsi DIY sebesar 22,5% (Dinkes Provinsi DIY, 1 2 2012). Pada ibu, KEK mempengaruhi produktivitas (Shaheen & Lindholm, 2006), meningkatkan terjadi kematian dan peningkatan angka kesakitan seperti anemia, pendarahan pasca melahirkan (Rotimi et al, 1999). Kurang energi kronis masih merupakan masalah kesehatan di dunia, khususnya negara berkembang. Sekitar sepertiga dari populasi India menderita KEK (Venkaiah et al, 2011), pada wanita di perkotaan 56% menderita KEK dibandingkan daerah pedesaan sebesar 36% (Malikharjuna et al, 2010). Prevalensi ibu hamil yang mengalami KEK di Indonesia sebesar 23.4% (Kemenkes, 2013), sedangkan di Daerah Istimewa Yogyakarta prevalensi ibu hamil KEK 14.8% (Dinas Kesehatan Provinsi DIY, 2011). Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten yang ada di Yogyakarta dengan prevalensi ibu hamil KEK sebesar 13.8% dan Kecamatan Sedayu 11.4% (Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2012). Pola konsumsi makan telah diketahui sebagai salah satu faktor risiko dari masalah gizi ibu hamil (Fatimah et al, 2011). Pola makan yang salah pada ibu hamil berdampak pada terjadinya gangguan gizi pada ibu hamil (Ojofeitimi et al, 2008). Pola makan ibu hamil dipengaruhi oleh pola makan keluarga dan distribusi makanan (Soekirman, 2000) yang terdiri dari jumlah, jenis, frekuensi serta pantangan makan (Suhardjo, 1989). Jumlah atau porsi makan merupakan suatu ukuran makanan yang dikonsumsi tiap kali makan dan dapat memenuhi kebutuhan gizi seseorang (Almatsier, 2009). Penambahan jumlah porsi makan yang beragam dan bergizi seimbang pada ibu hamil diperlukan terutama makanan sumber energi dan protein (Adriani & Wirjatmi, 2012). Frekuensi makan merupakan seberapa sering orang makan setiap harinya dan akan menentukan jumlah makanan yang masuk ke dalam tubuh seseorang sehingga akan menentukan tingkat kecukupan gizi (Khomsan, 2002). Pada ibu hamil terdapat penambahan sejumlah zat gizi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi sendiri dan janin (Arisman, 2009) sehingga frekuensi makan ibu hamil sebaiknya ditambah (Sulistyoningsih,2011). Penelitian di Norwegia mendapatkan hasil bahwa frekuensi makan ibu selama hamil berpengaruh terhadap tingkat kecukupan energi dan zat gizi lainnya (Sacco et al, 2003). 3 Pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk mengonsumsi suatu jenis makanan tertentu karena terdapat ancaman bahaya atau hukuman terhadap yang melanggarnya (Khomsan et al, 2006). Pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan tertentu dapat dipengaruhi oleh faktor budaya/ kepercayaan yang terdapat dalam masyarakat setempat (Sulistyoningsih, 2011). Persoalan pantangan mengkonsumsi makanan tertentu terdapat universal di seluruh dunia dan semua berhubungan dengan status kesehatan (Suhardjo, 1989). Penelitian yang dilakukan di Bogor dan Indramayu mendapatkan bahwa wanita hamil dilarang memakan buah nanas dan kerak nasi (Khomsan et al, 2006). Dalam studi etnografi terhadap etnik Jawa yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, mendapati bahwa masih terdapat pantangan makan bagi ibu hamil yaitu berpantang terhadap buah dan sayur tertentu yang bisa dikatakan sebagai pengetahuan atau kearifan lokal yang ada di wilayah tersebut (Dinkes Provinsi DIY, 2012). Pola makan yang baik perlu dibentuk sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan gizi, terutama bagi ibu hamil yang membutuhkan gizi yang baik. Pola makan yang tidak sesuai akan menyebabkan asupan gizi berlebih atau kekurangan (Sulistyoningsih, 2011). Penelitian Susilo (2000) mendapatkan bahwa KEK pada ibu hamil yang ada di Bantul sekitar 28,69% yang disebabkan oleh pola konsumsi yang tidak baik, 17,2% memiliki frekuensi makan kurang dari 3 kali/hari dan 55,7% memiliki porsi makan selama hamil lebih sedikit atau sama dengan sebelum hamil. Berdasarkan latar belakang, penulis tertarik untuk meneliti mengenai hubungan pola makan dan pantangan makan dengan kejadian kurang energi kronis pada ibu hamil di Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul. Kecamatan Sedayu ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan daerah yang berbatasan dengan kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman sehingga akses terhadap pangan terbuka luas dan arus informasi yang mudah didapatkan akan mempengaruhi pola makan dan pantangan makan yang ada di masyarakat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah pola makan dan pantangan makan berhubungan dengan kekurangan energi kronis pada ibu hamil di Kabupaten Bantul? 4 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk menganalisis hubungan pola makan dan pantangan makan dengan kejadian kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Menganalisis pola makan ibu hamil terhadap kejadian KEK pada masa kehamilannya b. Menganalisi pantangan makan ibu hamil terhadap kejadian KEK pada masa kehamilannya c. Menganalisis determinan kejadian KEK terhadap ibu hamil pada masa kehamilannya D. Manfaat Penelitian Penelitian hubungan pola makan dan pantangan makan dengan kejadian kurang energi kronis pada ibu hamil di Kabupaten Bantul ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Manfaat praktis Masukan dan pertimbangan bagi penyusunan dan penentu kebijakan dalam meningkatkan status gizi ibu hamil. 2. Manfaat teoritis a. Sebagai masukan dalam bidang ilmu kesehatan khusus berkaitan dengan gizi pada ibu hamil b. Bagi peneliti lain dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan penelitian selanjutnya. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang telah dilakukan orang lain berhubungan dengan penelitian ini antara lain adalah: 5 1. Gunawati (2000) meneliti tentang analisis pola konsumsi makan dan status gizi ibu hamil di kabupaten Dati II Purworejo Propinsi Jawa Tengah. Rancangan menggunakan metode cross sectional dan hasilnya adalah pola konsumsi makan di Kabupaten Purworejo yaitu cukup energi, protein, vitamin A, dan pospor namun kurang kalsium dan besi. Persamaan penelitian Gunawati (2000) dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada rancangan penelitian dan variabel pola konsumsi. Perbedaanya pada variabel terikat dan lokasi penelitian. 2. Mahadewi (2001) meneliti tentang pola konsumsi pangan, paritas, dan status gizi ibu postpartum 4 dan 6 bulan di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Rancangan dengan menggunakan metode kohort dan hasilnya adalah tidak ada hubungan antara paritas dan pola konsumsi pangan selama kehamilan dengan status kesehatan ibu postpartum 4 dan 6 bulan. Ada hubungan yang signifikan antara status kesehatan selama kehamilan dengan status kesehatan ibu postpartum 4 dan 6 bulan. Persamaanya penelitian Mahadewi (2001) dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel pola konsumsi. Perbedaannya pada variabel sosial ekonomi (keluarga, pendidikan, pekerjaan, pengeluaran dan paritas), rancangan penelitian, dan sampel penelitian. 3. Rao, et al (2010) meneliti tentang Diet and Nutritional Status of Women in India. Hasilnya pada wanita di India terdapat intake makan yang tidak adekuat terutama pada masa kehamilan dan menyusui. Prevalensi KEK pada wanita di perkotaan lebih tinggi dibanding pedesaan yaitu 56% berbanding 36%. Persamaan penelitian Rao, et al (2010) dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel terikat yaitu KEK, dan design penelitian. Perbedaannya yaitu pada tempat penelitian dan tehnik sampel.