1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Upaya meningkatkan kualitas SDM seharusnya dimulai sedini mungkin
sejak janin dalam kandungan. Masa
kehamilan merupakan periode yang
sangat menentukan kualitas SDM di masa depan, karena tumbuh kembang
anak sangat ditentukan sejak masa janin dalam kandungan. Bila keadaan
kesehatan dan status gizi ibu hamil baik, maka besar peluang janin yang
dikandungnya akan baik dan keselamatan ibu sewaktu melahirkan akan
terjamin. Ibu hamil adalah salah satu kelompok yang paling rawan terhadap
masalah gizi. Masalah gizi yang dialami ibu hamil sebelum atau selama
kehamilan dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung.
Masalah gizi yang dialami ibu hamil seperti kekurangan energi kronis (KEK),
anemia, dan kurang yodium (Mawaddah dan Hardinsyah, 2008).
Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru suatu periode
pertumbuhan. Kondisi kesehatan di masa lampau sekaligus keadaan kesehatan
ibu saat ini merupakan landasan suatu kehidupan baru (Bobak et al, 2004).
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi. Karena itu,
kebutuhan energi dan zat gizi lainnya akan meningkat dari sebelumnya.
Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin. Pertambahan besarnya organ kandungan, serta
perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu sehingga kekurangan zat gizi
tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak
sempurna (Rahmaniar, 2003).
Kebutuhan nutrisi selama kehamilan meningkat untuk nutrisi tertentu.
Untuk memenuhi tuntutan gizi yang tinggi selama kehamilan, seorang wanita
harus hati-hati dalam membuat pilihan makanan. Kebutuhan energi bervariasi
dengan perkembangan kehamilan. Dalam trimester pertama, wanita hamil
tidak memerlukan energi tambahan, tetapi saat kehamilan berlanjut, kebutuhan
1
2
energinya meningkat. Wanita hamil membutuhkan tambahan 340 kalori setiap
hari selama trimester kedua dan tambahan 450 kalori setiap hari selama
trimester ketiga (DeBruyne et al, 2008)
Kualitas bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi ibu
sebelum dan selama mengandung. Apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum
dan selama kehamilan akan menyebabkan bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR). Selain itu akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otak
janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terinfeksi, abortus
dan sebagainya (Supariasa, 2002).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan suatu keadaan dimana
status gizi seseorang buruk disebabkan karena kurangnya konsumsi pangan
sumber energi yang mengandung zat gizi makro yang berlangsung lama atau
menahun (Rahmaniar et al, 2011)..Selanjutnya, Depkes (2002) menyatakan
bahwa kurang energi kronis pada kehamilan telah banyak diketahui
memberikan dampak negatif pada ibu hamil serta kepada janin yang
dikandungnya. Salah satu dampak negatif yang sangat menonjol adalah risiko
kematian ibu saat melahirkan dan bayi lahir dengan berat badan rendah.
Ibu hamil yang menderita KEK dan anemia mempunyai risiko kesakitan
yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan
ibu hamil normal. Akibatnya mereka mempunyai risiko yang lebih besar
untuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat persalinan, pendarahan,
dan pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan
kesehatan. Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu
meredam tekanan lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat mengganggu
kelangsungan hidupnya (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).
Nutrisi merupakan satu dari banyak faktor yang ikut mempengaruhi
hasil akhir kehamilan. Status nutrisi dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktorfaktor yang membuat nutrisi seorang wanita berisiko, seperti kemiskinan,
kurang pendidikan, lingkungan yang buruk, kebiasaan makan yang aneh, dan
kondisi kesehatan yang buruk akan terus berpengaruh pada status gizi dan
3
pertumbuhan serta perkembangan janin. Ibu hamil dengan status gizi buruk
perlu mendapat perawatan khusus (Bobak et al, 2004).
Pendidikan merupakan salah satu ukuran yang digunakan dalam status
sosial ekonomi. Pada perempuan, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin
rendah angka kematian bayi dan ibu (Timmreck, 2005). Dalam penelitian
Kartikasari (2012) menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
maka semakin mudah menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif
dan berkesinambungan. Lebih lanjut dikatakan bahwa pendidikan ibu
mempengaruhi status gizi ibu hamil karena tingginya tingkat pendidikan akan
ikut menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima
informasi tentang gizi. Orang dengan pendidikan yang tinggi semakin besar
peluangnya untuk mendapatkan penghasilan yang cukup dan pada gilirannya
nanti berkesempatan untuk hidup dalam lingkungan yang baik dan sehat
(Khomsan, 2006).
Selanjutnya Khomsan (2006) mengatakan bahwa perempuan yang
bekerja diluar rumah dan mendapatkan penghasilan akan meningkatkan
pengaruhnya dalam alokasi pendapatan keluarga. Pendapatan yang berasal
dari perempuan berkorelasi erat dengan semakin membaiknya derajat
kesehatan keluarga. Dalam penelitian Hermawan (2006) menunjukkan bahwa
tingkat pendapatan mempunyai hubungan yang nyata positif dengan status
gizi ibu hamil. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendapatan, maka status
gizi ibu hamil semakin baik.
Kekurangan gizi bisa terjadi akibat ketidaktahuan. Seseorang mudah
akses pangannya bisa saja memilih makanan yang kurang atau tidak bergizi
karena
ketidaktahuannya.
Tingkat
pengetahuan
gizi
seseorang
akan
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan. Oleh
karena itu, diperlukan pengetahuan ibu yang baik mengenai gizi dan kesehatan
agar kebutuhan gizi selama hamil bisa terpenuhi (Mawaddah dan Hardinsyah,
2008).
Prevalensi wanita yang mengalami KEK adalah 15 – 47% di hampir semua
negara khususnya negara-negara berkembang seperti Bangladesh, India,
4
Indonesia, Myanmar, Nepal, Srilangka dan Thailand. Hal ini terjadi karena
sebagian besar wanita yang mengalami kekurangan energi disebabkan kurangnya
asupan makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan mereka (WHO,
1997). Jika dipertimbangkan dalam perspektif global, pencegahan kekurangan
energi kronis di kalangan perempuan di Negara-negara berkembang harus
diberi prioritas tinggi (Shaheen dan Lindholm, 2006).
Di Indonesia berdasarkan data Riskesdas (Kemenkes, 2013) prevalensi
ibu hamil yang mengalami KEK sebesar 24,2 %. Di Daerah Istimewa
Yogyakarta berdasarkan data Profil Kesehatan Propinsi DI Yogyakarta tahun
2011, prevalensi ibu hamil KEK sebesar 14.8 %, angka ini meningkat
dibandingkan tahun 2010 sebesar 14.41 % (Dinkes, 2011). Kabupaten Bantul
merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Yogyakarta, berdasarkan profil
gizi Kabupaten Bantul tahun 2012, prevalensi ibu hamil KEK sebesar 13.8 %,
di Kecamatan Sedayu adalah 11.4 % (Dinkes, 2012).
Walaupun prevalensi di Kabupaten Bantul dan Kecamatan Sedayu lebih
rendah dibandingkan prevalensi Nasional dan Yogyakarta, namun prevalensi
ini masih menjadi permasalahan gizi dan diharapkan tidak ada lagi ibu hamil
yang menderita KEK. Sedayu merupakan Daerah perbatasan antara Kota,
Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulon Progo yang memiliki jumlah
penduduk miskin yang tinggi. Letak geografis Kecamatan Sedayu sangat
strategis karena berdekatan dengan Kota dan mudah dijangkau. Hal ini
sebenarnya sangat menguntungkan karena bisa dengan mudah mengakses
fasilitas kesehatan, pendidikan, dan segala macam akses terhadap kebutuhan
dasar dan sosial.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk
melihat hubungan tingkat sosial ekonomi dengan kejadian kurang energi
kronis pada ibu hamil di Kabupaten Bantul, Kecamatan Sedayu.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
5
a. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan Kurang
Energi Kronis (KEK) ibu hamil di Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul?
b. Apakah ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan Kurang Energi Kronis
(KEK) ibu hamil di Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul?
c. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan Kurang
Energi Kronis (KEK) ibu hamil di Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul?
d. Apakah ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan Kurang
Energi Kronis (KEK) ibu hamil di Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat sosial ekonomi dengan
kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) ibu hamil di Kecamatan Sedayu,
Kabupaten Bantul.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian
kurang energi kronis pada ibu hamil
b. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan kejadian kurang
energi kronis pada ibu hamil
c. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian
kurang energi kronis pada ibu hamil
d. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendapatan keluarga dengan
kejadian kurang energi kronis pada ibu hamil.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Bantul.
Memberikan informasi tentang hubungan antara tingkat sosial ekonomi
dengan kejadian KEK Ibu hamil berdasarkan pengukuran LILA sehingga
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan penanggulangan masalah
gizi ibu hamil serta sebagai masukan bagi perencanaan program gizi dalam
penyusunan kebijakkan program gizi yang akan datang.
6
2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi tentang hubungan antara tingkat sosial ekonomi
dengan kejadian KEK ibu hamil. Khususnya kepada ibu hamil itu sendiri
serta pada perempuan seluruhnya untuk bisa lebih memperhatikan
kesehatannya pada masa kehamilan nanti.
3. Bagi Peneliti lain.
Menambah wacana dan keilmuan gizi bagi mahasiswa gizi pada umumnya
dan bagi peneliti pada khususnya serta dapat dijadikan salah satu referensi
untuk studi lebih lanjut bagi para peneliti lain yang tertarik pada masalah
KEK pada ibu hamil yang akan datang.
E. Keaslian Penelitian
1. Mawaddah dan Hardinsyah (2008) berjudul “Pengetahuan, sikap, dan
praktek gizi serta tingkat konsumsi ibu hamil di Kelurahan Kramat Jati
dan
Kelurahan
Ragunan
Propinsi
DKI
Jakarta”.
Penelitian
ini
menggunakan desain Cross Sectional Study dan cara pengambilan
sampelnya menggunakan Purposive. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui karakteristik ibu hamil, mengetahui pengetahuan, sikap, dan
praktek gizi ibu hamil, menganalisis hubungan tingkat pendidikan dengan
pengetahuan gizi ibu hamil, menganalisis hubungan pengetahuan gizi
dengan sikap dan praktek gizi ibu hamil, menganalisis hubungan antara
pengetahuan gizi dengan konsumsi gizi ibu hamil, dan menganalisis
pengaruh pendidikan ibu, pendapatan per kapita, besar keluarga, serta
pengetahuan, sikap, dan praktek gizi ibu hamil terhadap tingkat konsumsi
energi, protein, zat besi, dan vitamin A. Perbedaan dengan penelitian ini
adalah pada variabel terikat, cara pengambilan sampel, dan lokasi
penelitian, sedangkan persamaannya terdapat pada beberapa variabel
bebas, sampel, dan desain penelitian.
2. Najoan dan Manampiring (2011) dengan judul “Hubungan Tingkat Sosial
Ekonomi dengan Kurang Energi Kronik pada Ibu Hamil di Kelurahan
Kombos Barat Kecamatan Singkil Kota Manado. Penelitian ini
7
menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study dengan cara
pengambilan sampel melalui Simple Random Sampling. Variabel bebas
pada penelitian ini adalah pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan pendapatan
keluarga dan variabel terikat adalah risiko KEK pada ibu hamil. Perbedaan
dengan penelitian ini adalah tempat penelitian, cara pengambilan sampel
dan tidak melihat beberapa faktor luar yang bisa juga mempengaruhi risiko
KEK. Persamaan pada penelitian ini adalah desain penelitian, variabel
terikat dan variabel bebas.
3. Bose et al (2007) dengan judul “Relationship of Income with
Anthropometric Indicators of Chronic Energi Deficiency among Adult
Female Slum Dwellers of Midnapore Town”. Penelitian ini menggunakan
desain Cross Sectional dengan sampel berjumlah 333 wanita dewasa (> 18
tahun). variabel bebas yaitu pendapatan keluarga per bulan yang
dihubungkan dengan variabel terikat yaitu kurang energi kronis yang
dilihat dari dua pengukuran antropometri yaitu berdasarkan IMT dan
pengukuran LILA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
hubungan pendapatan keluarga per bulan dengan kurang energi kronis.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada sampel penelitian dan lokasi
penelitian, sedangkan persamaannya terdapat pada salah satu variabel
bebas, variabel terikat, desain penelitian dan cara pengambilan sampel.
4. Mulyaningrum (2009), dengan judul penelitian “Faktor-faktor yang
berhubungan dengan risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil
di Provinsi DKI Jakarta (Analisis Data Riskesdas 2007). Penelitian ini
menggunakan desain Cross Sectional Study dengan menggunakan data
sekunder dari hasil Riskesdas. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu hamil yang menjawab lengkap kuisioner yaitu sebesar
91 ibu hamil. Variabel bebas adalah faktor ibu hamil (umur, aktivitas fisik,
konsumsi rokok dan penyakit infeksi), sosial ekonomi (pendidikan ibu dan
suami, pekerjaan ibu dan suami, jumlah anggota keluarga dan pengeluaran
rumah tangga), pemanfaatan pelayanan kesehatan, serta konsumsi energi
sedangkan variabel terikat adalah risiko KEK pada ibu hamil. Perbedaan
8
dengan penelitian ini adalah pada beberapa variabel bebas, cara
pengambilan data dan cara pengambilan sampel, sedangkan persamaannya
adalah terdapat pada desain penelitian, variabel terikat dan sampel
penelitian.
5. Hermawan (2006), dengan judul “Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil di
Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang”. Penelitian ini menggunakan
desain Cross Sectional Study dengan cara pengambilan samplenya melalui
Simple Random Sampling. Variabel bebas penelitian ini adalah tingkat
pendapatan, tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan gizi dan
kesehatan dan riwayat kesehatan dan kehamilan, sedangkan variabel
terikatnya adalah risiko KEK pada ibu hamil. Perbedaan dengan penelitian
ini adalah pada beberapa variabel bebas dan teknik pengambilan sampel,
sedangkan persamaannya terdapat pada desain penelitian, sampel dan
variabel terikat.
Download