Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017 UIN Raden Intan Lampung 6 Mei 2017 SEDEKAH, KOLABORASI DAN BISNIS : (8 : 2) TIDAK SELALU MENJADI 4 Sutanto Prodi Matematika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta [email protected] Abstrak Era ekonomi atom sudah berakhir ditandai dengan munculnya internet, sejak itu bergeser aktivitas ke era ekonomi bits, yaitu : era ekonomi yang mendasarkan pada kekuatan informasi. Barang dan jasa yang berkualitas premium di-delivery dengan harga semurah-murahnya hingga mendekati nol (free). Bagaimana matematika menjelaskan dalam sebuah modelling : Ruang pasar bermakna pada creating community yang berbasis pada mass collaboration sehingga menggeser landscape bisnis dari transaksional menuju kolaborasi. Kata Kunci : mass collaboration, wikinomics A. Inovasi : Bubur Sedekah Pertumbuhan ekonomi sutau negara atau kota harus dibarengi dengan usaha pemerataan. Indeks Gini mencerminkan pemerataan pertumbuhan/pembangunan suatu kota. Semakin tinggi nilai indeks Gini (mendekati 1) maka semakin tinggi kesenjangan ekonomi yang terjadi. Untuk menekan kesenjangan, maka kegiatan ekonomi kerakyatan disektor usaha mikro, kecil dan menengah harus menjadi fokus perhatian pembangunan pemerintah kota atau kabupaten. Dan sudah terbukti usaha mikro, kecil dan menengah adalah sebuah usaha yang tangguh menghadapi krisis ekonomi. Dan disektor ini melibatkan banyak masyarakat dilapisan ekonomi menengah ke bawah. Disisi lain, masalah sosial ekonomi masyarakat dapat dibantu penyelesaiannya dengan ketaatan masyarakat dalam menerapkan ajaran agama. Masyarakat agama sangat mempercayai bahwa di dalam harta mereka ada hak milik orang lain. Motivasi masyarakat untuk bersedekah membantu orang lain perlu disalurkan untuk memecahkan problem sosial kota. Penyaluran yang ada saat ini masih bersifat kegiatan yang bersifat spriritual langsung. Contohnya kegiatan sholat jumat atau minggu pagi ke gereja, maka sebagai umat beragama, mereka akan menyerahkan sedekah sebagian uangnya melalui masjid di hari jumat atau gereja di hari minggu. Disisi lain manajemen di masjid dan gereja masih dikelola dengan manajemen saling mempercayakan. Sementara aktifitas bisnis sekarang ini termasuk motivasi bersedekah dan membantu orang lain membutuhkan trasnparansi dan trust. Dan disisi waktu, sebagian besar dari mereka yang bersedekah mengharapkan sedekahnya dapat disalurkan secepat mungkin. Disisi hope (harapan), orang yang bersedekah sangat berharap apa yang diberikan adalah bukan menjadi ikan namun bisa dipastikan menjadi kail bagi yang menerima. Guna menjawab permasalahan tersebut diatas, perlu diciptakan sebuah rumusan yang menggabungkan aktifitas sedekah dengan aktifitas bisnis sosial. Dalam dunia bisnis, ada hal yang sangat penting selain membahas tentang produksi, yaitu marketing. Dalam teori marketing dikenal 3 macam pola marketing : Rasional Marketing, Phsycological Marketing dan Spiritual Marketing. Rasional marketing lebih bermain pada pemikiran rasional orang untuk membeli sebuah barang atau jasa. Ini erat kaitannya dan berkorelasi dengan harga dari 1 p-ISSN: 2579-941X e-ISSN: 2579-9444 barang atau jasa yang ditawarkan. Murah dibeli. Mahal dan ada diskon pasti dibeli. Sementara phsycological marketing lebih pada aspek psikologis seseorang yang sebenarnya tidak membutuhkan tapi ada dorongan psikologis untuk membeli suatu produk barang atau jasa. Spiritual marketing adalah suatu dorongan untuk memasarkan suatu barang atau jasa dengan pendekatan spiritual (agama atau keyakinan) seseorang. Sehingga seseorang membeli atau melakukan sesuatu didasarkan pada perintah agamanya. Spiritual marketing dapat diterapkan pada kegiatan untuk menyalurkan sedekah/berbagi melalui kegiatan usaha mikro, kecil dan menengah terutama di bidang kuliner. Kita dapat mengadopsi pola Suspended Cafe yang ada di Italia, yaitu orang membeli segelas kopi tapi membayar dua gelas kopi. Sementara satu gelas kopi yang lainnya akan dikumpulkan untuk kemudian diberikan kepada mereka yang tidak mampu membeli kopi sebagai sarapan pagi. Sarapan pagi, adalah aktifitas untuk memberikan energi bagi tubuh untuk kemudian seseorang dapat melakukan kerja pada hari itu. Sehingga suatu upaya yang mulia untuk memberikan model energi di pagi hari kepada seseorang untuk dapat bekerja sampai sehari penuh. Sangat mulia karena energi pagi atau sarapan pagi itu diberikan kepada mereka yang tidak mampu membeli sarapan pagi tersebut. Sistem ini diadopsi pada gerakan bubur sedekah. Dimana penjual bubur pada pagi hari menerima sedekah dari setiap pembelinya dengan cara membeli bubur satu mangkok tapi membayar 2 mangkok bubur. Dan keesokan harinya, si penjual bubur akan membagikan hasil sedekah buburnya kepada mereka yang membutuhkan sarapan pagi. Ide atau gagasan kreatif ini adalah sebuah engine creativity yang diletakkan pada marketing suatu products. Jika suatu kota menerapkan secara kolektif engine creativity pada market ini, maka kota tersebut telah menjadi bagian dari Kota Kreatif yang mendasarkan pada pilar sebagai Kota yang Welas Asih. Ide atau gagasan ini telah menggeser pola penjualan bubur yang konvensional (turun temurun dengan menunggu pembeli dan melakukan promosi untuk menaikkan omzetnya) menuju pola marketing yang kreatif dan logik. Karena secara perhitungan omzet, rekayasa pemasaran melalui spiritual marketing ini akan menaikkan omzet perdagangan si penjual bubur. Ini dikarenakan dua hal : 1. Dengan uang sedekah dari para pembeli akan menaikkan jumlah penjualan bubur hari berikutnya 2. Reputasi penjual bubur sebagai penolong bagi orang yang membutuhkan adalah barang berharga untuk semakin menarik simpatik para pembeli atau pelanggan. Jika kita bicara sebuah kota, sistem ini dapat dimulai dengan menentukan 5 pelaku usaha kuliner di lokasi yang berbeda utuk kemudian diterapkan pola spiritual marketing. Dinas Disperindag dapat membina keberlanjutan dengan target setiap 3 bulan menjadi 2x lipat jumlah pelaku usaha kuliner. Sehingga diakhir tahun akan dimiliki 40 pelaku usaha kuliner yang menerapkan spiritual marketing. Jika hal ini dapat direncakan dalam sebuah RAD Kota maka akan dijumpai sebuah kota welas asih, kota yang saling mengasihi satu dengan yang lainnya melalui sedekah sarapan pagi. Sehingga konflik-konflik sosial yang bermunculan dapat diredam dengan aplikasi atau menerapkan spiritual marketing (suspended coffe atau bubur sedekah atau berbagi sarapan) pada usaha mikro, kecil dan menengah. B. Inovasi : Wikimatika Sekelompok guru di Bangalore India, membuat bimbingan belajar versi online. Tanya jawab melalui internet, dengan jawaban yang cepat dan akurat ternyata sanggup mencuri perhatian orang-orang seluruh dunia. Anak-anak muda di Amerika dan Eropa banyak menggunakan layanan bimbingan belajar online yang guru-gurunya berada di Bangalore 2 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017 UIN Raden Intan Lampung 6 Mei 2017 India. Saat ini ada sekitar 1900 anak-anak sekolah di amerika yang berlangganan bimbingan belajar online dengan membayar abonement 99$ per bulan melalui portal www.tutorvista.com. Wikimatika me-gratis-kan layanan menjadi 0$ melalui Facebook Group Wikimatika. Siapapun yang mempunyai maslah homework dengan matemtika dapat memberikan soalnya melalui upload foto di Facebook wikimatika. Dan dalam waktu yang cepat akan diberikan jawaban dari para member Wikimatika. Bagimana menggantika 99$ per bulan yang hilang melaui service layanan Wikimatika ? Sesuai namanya, Wikimatika mendasarkan pilar bisnisnya pada Wikinomics [5][6] yaitu : Openness, Share, Peer dan Act Globaly. Berikut adalah perencanaan strategi Wikimatika : Reputasi sebagai pihak yang membantu kesulitan orang bermatematika, harus dibarengi dengan inovasi untuk membuat produk yang dapat menghasilkan profit. Berikut adalah beberapa produk yang buat secara kreatif : 1. Semakin banyak orang bertanya, maka semakin banyak soal-soal yang masuk . Dan Data Base kumpulan Soal-Jawaban Matematika dapat dibuat dalam bentuk hardcopy, e-book, simulation yang selalu update setiap saat. Data Base Soal-jawab untuk pengayaan buku oleh sebuah Penerbit. 2. Dibidang jasa, dapat membuat Wikimatika offline (darat) berupa Training dan bimbingan belajar matematika Selain produk tersebut diatas, karena reputasi yang baik, Wikimatika menjadi Fasilitator Program LINUS Kementrian Pelajaran Malaysia untuk Program Pemberantasan Buta Matematika di Malaysia, C. Model Matematika Freemium Cournot [1] dalam Chapitre IV La Loi de Demande : “Admettons donc que le débit ou la demande annuelle D est, pour chaque denrée, une fonction particulière F(p) du prix p de cette denrée. Connaître la forme de cette fonction, ce serait connaître ce que nous appelons la loi de la demande our du débit “ Revolusi industri yang berkelanjutan menyebabkan produksi barang dengan mesin menghasilkan jumlah barang (q) yang semakin melimpah dipasar. Cournot [1] Kelimpahan barang dipasar berakibat menekan harga pasar (p). Sehingga produsen menjual barang dengan harga biaya margin (yang nilainya semakin kecil). 3 p-ISSN: 2579-941X e-ISSN: 2579-9444 Grafik 1. Harga Biaya Margin dan Freemium Kedua teori diatas dapat diterima secara logika matematika. namun memasuki era millenium, harga biaya margin semakin tertekan bahkan jatuh di titik nol. Anderson [2], dengan kemajuan teknologi dibidang Informasi, barang atau jasa yang di-delivery ke pasar berharga nol, free atau gratis. Ia menerangkan mengapa teknologi yang berevolusi dengan sangat cepat, terutama kehadiran internet, menyebabkan biaya produksi dan distribusi dalam banyak sektor mengalami penurunan yang tajam. Padahal barang atau jasa yang diberikan ke pasar berkualitas tinggi (produk premium). Istilah dalam buku [2] adalah : Freemium. Menurut Wikipedia, Freemium adalah suatu model bisnis dari suatu kepemilikan produk ataupun jasa (software, media, dan web Service) yang disediakan secara bebas biaya atau free of charge tetapi uang (premium) dikenakan dalam bentuk lain (advanced features). Yahya [3] Paradox marketing : Bagaimana perusahaan bisa hidup dan bertahan di era yang kompetisinya begitu ketat seperti saat ini dengan menggratiskan harga barang atau jasa ? Bagaimana konstruksi model matematikanya? sehingga perusahaan dapat melakukan pengukuran dan pengaturan manajemen semua sumber daya. Sebuah konsep yang kelihatan kontradiktif , sulit diterima rasio namun akhirnya terjadi. Konsep paradox marketing yang memanfaatkan popularitas unsur 4P (product, price, place dan promotion) secara berlawanan untuk menciptakan pendekatan yang tidak biasa sehingga tercipta hasil yang luar biasa. Secara matematika, 8 : 2 adalah 4 jika pembagian tersebut mempunyai proporsi 1 : 1, artinya 8 dibagi 2 sama besar yaitu 4 dan 4. Namun dapat juga 8 : 2 adalah 2 dan 6 karena berproporsi 1 : 3. Jika bilangan pertama adalah bagian dari pihak pertama yang membagi dan bilangan kedua adalah bagian dari pihak kedua yang menerima pembagian, maka dapat dibuat pasangan {(0,8), (1.7), (2,6), (3,5), (4,4), (5,3), (6,2), 7,1), (8,0)}. Freemium mengambil kombinasi (0,8). Untuk dirinya menerima 0, sementara 8 bagian diberikan kepada pihak kedua atau pihak yang lain dengan layanan yang premium. Hal ini akan memunculkan sentimen dan reputasi positif untuk pihak pertama. Reputasi sebagai pihak yang senang memberi (memberi solusi, memberi barang, memberi jasa dan lain-lain). Reputation adalah salah satu modal utama dalam berbisnis barang maupun jasa. Karena dengan reputation ini, 8 bagian yang dibagikan akan kembali ke pihak pertama dengan nilai yang lebih dari 8. Untuk menjadikan profit yang lebih besar atas apa yang diterima oleh pihak pertama diperlukan sebuah inovasi [4] atas hasil yang diperoleh tatkala membagikan 8 bagian tadi. Sehingga diperoleh hubungan : Profit = Reputation + Innovation 4 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017 UIN Raden Intan Lampung 6 Mei 2017 D. Referensi [1] Cournot, Augustin. (1980: [1838]). Recherches sur les Principes Mathématiques de la Théorie de la Richesses (Gérard Jorland, Ed.). Paris: Vrin [2] Anderson, Chris. “Free : The Past and the Futureof a Radical Price,” Hyperion Publisher, 2009 [3] Yahya, arief. “Paradox Marketing : Unusual Way to Win,” Gramedia Pustaka Utama, 2012 [4] Kim.W, Chan, Maurbogne R,. “Blue Ocean Strategy,” Harvard Business School Publishing, 2005 [5] Tapscot, D, William D, A. “Wikinomics : How Mass Collaboration Change Everything,” Penguin Group, 2008 [6] Tapscot, D, William D, A. “Macrowikinomics.” Penguin Group, 2012 5