PENGARUH ZAT-ZAT "SYSTEMIC CALCIFYING FACTOR

advertisement
PENGARUH ZAT -ZAT "SYSTEMIC CALCIFYING FACTOR"
TERHADAP AKTIVITAS KELENJAR GONDOK DENGAN
MEMPERGUNAKAN RADIO-IODIUM
SEBAGAI PERUNUT *)
(1-131)
Oleh:
SOEWONDO DJOJOSOEBAGIO
Ph.D
Bagian Endokrinologi & Biologi Radiasi
Institut Pertanian Bogor
PENGANTAR
Telah dibuktikan dengan pasti bahwa sebagian dari produksi air susu pada hewan
ternak diatur/dipengaruhi
oleh thyroxine (Blaxter, 1952). Pernyataan ini kemudian di_
perkuat oleh peneliti_peneliti
lainnya (Rugh, 1951; Henneman dkk., 1955; Sorensen,
1956; Flamboe dan Reineke, 1957; Gronsvenor dCH1Turner, 1958) yang menyimpulkan
pada pengamatan
mereka bahwa pada hewan_hewan percobaan lainnya derajat sekresi
hormon thyroxine (DST) n:Jmpak meningkat didalam fase laktasi.
Karena thyroxin mempunyai daya kerja "calorigenic"
maka mungkin sekali banyak_
nya makanan yang dipergunakan/dimakan
oleh hewan-hewan atau individu lainnya akan
mempengaruhi DST. Didalam pen~1 itian berikutnya untuk menjawab pemikiran i ni, maka
Grossie dkk. (1960) dan Grossie dan Turner (1962) melaporkan,
bohwa DST akan menurun bila kepada mencit dan tikus diberikan makanan yang terbatas.
Telah dilaporkan pula bahwa sari parathyroid,
Hitakerol, calciferol (Djojosoebagio
dan Turner, 19640), hormon parathyroid
(Djojosoebagio
don Turner, 1964b) dan dihy_
drotachysterol
(Djojosoebagio
dan Turner, 1964c) meninggikan produksi air susu baik
bila diberikan kepada hewan_hewan percobaan yang normal maupun kepada hewan_
hewan yang mengalami thyroparathyroidectomia
dengan substitusi L_thyroxin. Zat_zat
tersebut diatas,
yang dikenal dengan zat -zat systemi c_cal ci fyi ng factors (SCF, yai tu
zat-zat yang dapat meninggikan kadar calcium didalam darah) ternyato dapat pulQ meninggikan konsumsi makanan (Djojosoebagio dan Turner, 1964d).
Mengi ngat adanya pengaruh SCF terhadap produksi air susu don konsumsi makanan
dan relasi antara thyroxin dan produksi air susu serta thyroxin dan konsumsi makanan,
maka penelitian
yang dilaporkan disini ialah untuk menentukan apakah zat-zat SCF
yang dimaksud dapat juga mempengaruhi DST oleh kelenjar gondok.
*) Sebagian dari artikel ini telah diterbitkan
didalam Proc. Soc. Exp. Bioi. Med.116:
1099,1964
dengan judul : "The effect of Parathyroid Extract, Calciferol,
HykJkerol and Crystalline
Dehy_
drotachysterol Upon Thyroid Secretion Rate in Normal Female Rats".
62
PROSEDUR EKSPERIMENTIL
Untuk keperluan penelitian dipakai 96 ekor tikus putih betina dewasa yang dibagi_
bagi dalam kelompak_kelompok
yang masing_masing terdiri dari 6 ekor don diberikan
makanan don minuman secukupnya.
Tikus_tikus tsb. disuntik s.c. dengan 15 uCi 1131 (bebos pengemban) don dibiarkon
seloma 48 jam untuk membiarkan pengambilon (uptake) 1131 oleh kelenjar gondok.
Penentuan keaktipan radio_isotop dilakukan dengan "detektor sintilasi" Nuclear Chicago
(NC) Model DS 5 yang dihubungkan dengan sebuah "rate meter" NC 1620B dengan
kapasitas maximum 10003 catatan setiap menit (tsm; cpm). Untuk menentukan 1131 yang
terkumpul didalam kelenjar gondok, hewan_hewan
tersebut dib1us dengan ether dan
daerah gondoknya ditekankan
pada "detektor sintilasi".
Penentuan keaktipan
ini di_
lakukan setiap 48 jam sekali.
Larutan L-thyroxin natrium (T4) dipakai sebagai larutan dasar dengan mencampurkan
kedalamnya
NaOH 0,1 N. Larutan dasar ini kemudian diendapkan
dengan HCI 0,1 N
dan disimpan didalam lemari es. Jumlah yang diinginkan dari larutan dasar ini diencer_
kan dengan NaCI 0.9% dan mengandung 40 mg tapazol e setiap 10 mi.
T4 diberikan setiap hari (pemberian pertama dilakukan 48 jam sesudah penyuntikan
1131)
dengan dosis yang menaik 0,25 ug/hewan setiap dua hari. Oasis T4 yang diberi_
kan yang dapat menghambat pengeluaran 1131 selanjutnya dari kelenjar gondok, yaitu
95 _ 100 % dari cacahan
sebel umnya, dianggap sebagai
DST dari hewan tersebut.
Koreksi di lakukan terhadap pel uruhan dan background.
Sepuluh sampai 20 hari sesudah hewan itu mencapai DST_nya maka mereka diper_
lakukan sebagai berikut :
Duabelas ekor menerima 30 USP unit hormon parathyroid (PTH)/100 g.b.b,thari;
12
ekor menerima 100 ug dihydrotachysterol
(DHT)/100 g.b.b/hari;
12 ekor menerima
125 ug Hytakerol (A.1.l0)/100
g.b.b./hari
den 12 ekor menerima calciferol sebanyak
0.2 mg/l00 g.bJihari.
Zat_zat ini diberikan dengan suntikan s.c. selama 13 hari.
Tiga kelompok lainnya yang masing_masing terdiri dari 6 ekor dipakai sebagai kon_
trol. Kelompok I menerima suntikan s.c. larutan yang terdiri dari 1.6 9 glycerin dan
0.2 9 phenol didalam 100 ml air suling, yaitu larutan yang dipakai untuk melarutkan
sari parathyroid.
Kelompok \I menerima oleum sesami, yaitu zat yang dipaka,i untuk
melarutkan
DHT, A. T.10 dan calciferol
sedangkan kelompok III tidak menerima apa_
apa.
Perbedaan dari
DST yang didapat dari penentuan
I don penentuan II pada hewan
yang sama dipakai sebagai indikasi dari pengaruh zat_zat tersebut diatas terhadop keaktipan kelenjar gondok.
HASIL
PERCOBAAN
DAN
PEMBAHASAN
Penentuan DST terhadap 96 ekor tikus putih dewasa (betina) menunjukkan bahwa
DST rata-rata
adalah 2.22 ug/hewan dengan penyebaran antara 1.00 sampai 3.00 ug.
Penentuan DST berdasarkan
100 g.b.b.
adalah 0.90 ug (0.888 ug) dengan penyebaran
0.40 sampai 1.20 ug. (Gambar 1).
Antara DST hewan-hewan yang diberi larutan kontrol dan yang tidak diberikan apa_
apa tidak didapati perbedaan yang berarti. Pemberian PTH selama 13 hari meninggikan
DST sebonyak 21%. Berat badan hewan_hewan dari kelompok ini nampak menunjukkan
sedikit kenaikan.
Pemberian cal ciferol, A. 1. 10 dan DHT menyebabkan kenaikan DST sebanyak 48%,
55% dan 103% berturut_turut.
Kehilangan berat badan yang jelas sekali terlihat pada
kelompok_kelompok ini yat\g menunjukkan meningkatnya metabolism. Sebaliknya kelompok_kelompok
yang dipakai sebagai kontrol badannya nampak lebih berat dari pada
(Daftar 1) •
sebelumnya.
63
Pengaruh vitamin D terhadap "basal metabolic rate" (BMR) telah dilaporkan oleh
berbagai penul is antaranya oleh Seel (1929) yang melaporkan bahwa pemberian vitamin
D kepada tikus_tikus yang mengaJami rachitis menyebabkan kenaikan
BMR. Harvey
(1927) mendapatkan
bahwa jodium, ialah unsur yang esensiil untuk synthesa hormon
thyroxin, akan meningkat kadarnya didalam air susu bila kepada hewan yang sedang
menyusui diberikan min} lk ikan.
Laporan_laporan
mengenai pengaruh "calorigenic"
dari sari parathyroid memberikan
hasil yang berbeda_beda.
Jaffe dan Bodansky (1930) melaporkan bahwa sari parathyroid
mengekang nafsu makan bila diberikan kepada anjing, sedangkan penelitian
yang di_
lakukan oleh Steck dkk (1934) menunjukkan bahwa pemberian sari parathyroid tidak
berpengaruh
sama sekali terhadap nafsu makan. Sebaliknya
Djojosoebagio dan Turner
(1964d) mengemukakan bahwa sari parathyroid dapat meninggikan konsumsi makanan bila
zat ini diberikan dalam jumlah yang optimum kepada hewan-hewan
percobaan yang
sedang menyusui.
Perbedaan-perbedaan
yang didapat ini mungkin disebabkan
karena
perbedaan dosis atau perbedaan terhadap kemurnian sari tsb. Penulis-penul is yang akhir
ini juga mendapatkan hasil yang sama bila cal ciferol, DHT dan A. T.1 0 diberikan ke_
pada tikus_tikus sebagai hewan percobaan.
Demikian pula produksi air susunya menjadi
lebih tinggi, bila dibandingkan
dengan hewan_hewan
yang dipakai sebagai kontrol
(Djojosoebagio dan Turner, 1964a; 1964b).
Perangsangan
yang chronis terhadap kelenjar gondok dapat menyebabkan suatu keadaan yang disebut "hyperthyroxinogenesis".
Didalam keadaan seperti ini konsumsi mo_
kanan dan penggunaan enersi akan meningkat.
Me3kipun sering digambarkan bahwa
"hyperthyroidism"
akan diiringi oleh kenaikan nafsu makan, hal ini sebenarnya tidak
selal u betul.
Warner (1962) mencatat bahwa diantara pasien_pasi en yang diawasinya
2/3 dari padanya nafsu makannya tetap atau meningkat,
sedangkan 1/3 lagi nafsu
makannya berkurang.
Meskipun pasien_pasien
tersebut mempunyai nafsu makan yang
baik, berat badannya selalu menurun. Pengamatan yang dilakukan oleh Williams (1962)
selama 15 th terhadap
pasien_pasien
yon; mengalami hyperthyroidism,
didapatinya
bahwa dari 247 kasus, 85% mengalami penurunan berat badan, hanya 2% berat badan_
nya menjadi lebih tinggi.
Data yang didapat dari penelitian yang dilaporkan sekarang ini menunjukkan bahwa
PTH, calciferol (Vit.D2), A.T.10 (dihydrovitarnin D2) dan DHT meninggikan keaktipan
kelenjar gondok sebagai yang terlihat pada penentuan DST_nya. Kecuali pada hewan_
hewan yang diberikan PTH, maka hewan_hewan yang diberikan
zat_zat SCF lainnya
nampak berat badannya menurun dengan jelas. Dengan meningkatnya keaktipan kelen_
jar gondok, akibat pemberian zcl:-zat SCF, maka derajat metabolismusnya dan penggunaan enersi dipertinggi dan sebagai kompensasi terhadap menaiknya katabolismus atau
pembakaran (food combustion) maka konsumsi makanan juga bertambah.
Hasil_hasil penelitian
ini memberikan pertolongan untuk sampai kepada kesimpulan
bahwa kenaikan produksi air susu akibat pemberian zat_zat SCF pada penelitian-penelitian yang terdahulu ialah disebabkan (salah satu dari poda beberapa sebab lainnya) SCF
merangsang produksi thyroxin dan hormon ini kemudian meninggikan metabolismus yang
berakibat naiknya penggunaan makanan oleh hewan-hewan
yan; dipakai sebagai hewan
percobaan.
Naiknya jumlah makanan yang dipakai, yang merupakan sumber enersi bagi
synthesa air susu, menyebabkan pula meningkatnya air susu.
Melihat dari besarnya perbedaan keaktipan dari kelenjar gondok dari masing_mosing
hewan, penulis berpendapat
bahwa methodus yang dikemukakan
disini adalah sangat
tepat dan teliti dari pada methodus_methodus lainnya yang mempergunakan hewan_hewan
yang berlainan
(jadi juga kelenjar gondok yang berbeda) untuk hewan percobaan dan
hewan kontral.
64
RINGKASAN
Didalam menentukan derajat sekresi hormon thyroxin (DST) dari 96 ekor tikus_tikus
putih betina dewasa dengan mempergunakan 1131 sebagai perunut yang disuntikkan s.c
sebanyak 15 uci setiap hewan dapat diketahui bahwa DST dari hewan-hewan tsb. ada_
lah rata_rata 0.90 ug/l00 g.b.b.
dengan variabilitas
antara 1.00 sampai 3.00 ug.
Pemberian hormon parathyroid (PTH), A. T. 10 (Hytakerol, dihydrovitamin
D2) cal ci_
ferol (vit. D2) dan dihydrotachysterol
(DHT) kepada hewan_hewan tsb. meninggikan
DSTberturut_turut
sebanyak 20.96%; 55.00%; 48.11%dan
102.59%.
Makin tinggi DST
ini makin tinggi pula derajat metabolismus umum dari hewan_hewan tersebut, dan ini
dapat pula dilihat dari berat badan hewan_hewan yang bersangkutan dan ternyata bahwa
turunnya berat badan adalah seimbang dengan naiknya DST.
Dari penelitian yang didapat ini ditarik suatu kesimpulan bahwa naiknya produksi air
susu akibat pemberian zat_zat SCF (systemic_calcifying_factor)
tersebut diatos ialoh di_
samping dengan meninggikan konsumsi makanan, yang merupakan sumber tenaga didalam
synthesa air susu, maka zat_zat SCF juga meninggikan sekresi hormon thyroxin, serta
ikut merangsang produksi air susu dengan jalon meninggikan derajat metobolismus umum.
Dari sudut, maka methodus_methodus Iai nnya yang mempergunakan hewan_hewan yang
berbeda untuk kontrol dan hewan percobaan,
akan memberikan hasil yang sukar untuk
dipertanggung
jawabkan karena perbedaan_perbedaan
DST dari setiap individu adaloh
sangat besar sekal i •
DAFT AR PUSTAKA
BLAXTER, K.L. 1952. Some Effects of Thyroxine and Iodinated Casein on Dairy Cows
and Their Practical Significance.
Vitamin and Hormones 10 : 218.
DJOJOSOEBAGIO,
S. and TURNER, C. W. 1964a. Effects of Parathyroid
Extract,
Dihydrotachysterol
(hytakerol) and Calciferol on Milk Secretion in Rats.
Endocri nol. 74 : 554.
DJOJOSOEBAGIO,
S. and TURNER, C.W. 1964b. Effect of a Combination of Lacto_
genic, Growth, Thyroid and Parathyroid Hormones on Lactation in Rats.
Proc. Soc. Exp. Bioi. Med. 116 : 213.
DJOJOSOEBAGIO,
S. and TURNER, C.W. 1964c. The Effect of Crystalline Dihydro_
tachysterol on Milk Secretion in Thyroparathyroidectomized
Lactating Rats.
Proc. Soc. Exp. BioI. Med. 116 : 909.
DJOJOSOEBAGIO,
S. and TURNER, C. W. 1964d. Effects of Parathyroid
Extract,
Cal ci ferol, Hytakerol and Crystal Iine Dihydrotachysterol on Feed Consump_
tion in Normal Lactating Rats. Proc. Soc. Exp. Bioi. Med. 116 : 646.
FLAMBOE, E. E. and REINEKE, E. P. 1957. Thyroid Secretion Rate of Lactating and
Non_lactating
Dairy Goats. J. Animal Sci. 16: 1061.
GROSSIE, J. PIPES, G.W. and TURNER, C.W. 1960. Thyroid Secretion Rates During
Food Restriction in Mice. Proc. Soc. Exp. Bioi. Med. 104 : 491.
GROSSIE, J. and TURNER, C.W. 1962. Thyroid Secretion Rates During Food Restric_
tion in Rats. Proc. Soc. Exp. Bioi. Med. 110 : 631.
GROSVENOR,
C. E. and TURNER, C. W. 1958. Effect of Lactation upon Thyroid
Secretion Rate in The Rat. Proc. Soc. Exp. Bioi. Med. 99 : 517.
HARVEY, D. 127. Effect of God Liver Oil on The Calcium and Phosphate Metabolism
of The Lactating Animal. Biochem. J. 21 : 1268.
HENNEMAN, H.A., REINEKE, E.P. and GRIFFIN, S.A. 1955. The Thyroid Secretion
Rate of Sheep as Affected by Season, Age, Breed, Pregnancy and Lac_
tation. J. Animal Sci. 14 : 419.
JAFFE,
H.L.
and BODANSKY, A. 1930. Experimental Fibrous Osteodystrophy
fibrosa) in Hyperparathyroid
Dogs. J. Exp. Med. 52: 669.
(Ostitis
65
RUGH, R. 1951.
The Mouse Thyroid and Radioactive
Iodine (1-131).
J.
Morphol 89 :
323.
~~~L, H. 1929.
SORENSEN,
66
Uber die Wirkung des Weissen Phosphorus und des Vitasterine
D
(Vigantol) auf den respiratorischen
Ruheunsatz bei rachitischen
jungen
Ratten. Arc. Exp. Pathol. Pharmakol. 140: 194.
P. H. 1956. Variations in Thyroid Secretion Rate in Milking Cows as
Studied with Radioactive Iodine. Nord, Vet. Med. 8 : 639.
THEORITICAL
ACTUAL
~
0I-
Z
"-
"-
II
0.20
V')
Q
0.10
0.15
PER
0.25100 9 BW
0.05 II
PER ANIMAL
N = 96
0.01
II
1.0
1.25
1.5
1.75
2.0
2.25
2.50
2.75
3.0
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
1.1
1.20
THYROID
Gambar 1.
PENYEBARAN
SECRETION
DARI DERAJA T SEKRESI THYROXI N
(DST)
DARI TIKUS_ TIKUS
BET!NA
DEWASA
0ex>
Daftar
I
PENGARUH HORMONE PARATHYROID, CALCIFEROL, HYTAKEROL DAN DIHYDROTACHYSTEROL
TERHADAP DERAJAT SEKRESITHYROXIN (DST) DARI TIKUS_TIKUS BETINA
235.50
222.000.993
0.963
0.070
Blanca
Badon
209.50
203.17
221.83
<
>Badon
<Sebelum
<0.45
0.40
O.OlD
0.005
.723
0.005
0.094
48.11
O.
0.79
114
207.33o
215.67
00.862
.940
.886
0.092
155.67
Mean
S.
E.
187.17
0.050
_3.12
0.40
0.893
1.010
.835
.582
0.097
20.96
0.049
0.057
0.081
174.67
1.457
0.126
55.00
0.786
0.846
0.138
0.133
7.00
1.406
102.59
0.089
142.60
Larutan
PTH
units/l00
IBerat
0.1
ml/l00
222.50
220.67
b.b.
b.b.
DST:
ug/l00
(%)
A
.1. ±30
10
125
99 9b.
b • Sesudah
..c: c: Berat
-.
Calciferol
0.2 ug/l
mg/l00
D
ST:±±±Mean
Disuntik
ug/l00
9100
S.E.
DHT
ug/l00
9900b.b.
Penyuntikan
dengan
:b.b.
..c:
E
> 0.005
0.35
221
Disuntik
(g) .00
> 0.35
Kenaikan
p@
6
p@
= Student's "t" test dari hewan yang sarna sebelum d~n sesudah disuntik dengan zat_zat
PTH
=
A.1.l0
=
DHT
=
Larutan III =
Larutan I
=
Harmon Parathyroid
Hytakerol (dihydrovi tami n D2)
dihydrotachysterol
oleum sesami
1 .6.g glycerine + 0.2 phenol didalam 100 ml aqua dest
yang bersangkutansangkutan
Download