Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan

advertisement
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA TERNAK SAPI
DALAM POLA USAHATANI DI DAERAH LAHAN KERING
(Studi Kasus di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Takisung,
Kabupaten Tanah Laut)
INCOME CONTRIBUTION OF LIVESTOCK CATTLE
IN FARMING PATTERNS AT THE UPLAND
(Case Study on the village of Sumber Makmur, Takisung District,
Tanah Laut Regency)
Eni Siti Rohaeni1) dan Muhammad Najib2)
1) BPTP Kalimantan Selatan
Jalan Panglima Batur Barat No. 4 Banjarbaru
email : [email protected]
2) Balaittra Banja Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Banjarbaru
Jalan Kebun Karet, Loktabat Utara, Banjarbaru
ABSTRAK
Sebagian besar petani di Indonesia melakukan usahataninya dengan berbagai
komoditas yang diusahakan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kegagalan panen jika
menanam hanya satu komoditas, selain itu usaha yang dilakukan pada skala kecil karena
terbatasnya modal baik lahan, tenaga kerja atau biaya operasional lainnya. Ternak sapi
potong merupakan salah satu komoditas yang diusahakan petani sebagai usaha yang
mendukung komoditas utama lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kontribusi pendapatan usaha ternak sapi dalam pola usahatani di lahan kering yang
merupakan studi Kasus di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Takisung, Kabupaten
Tanah Laut. Penelitian dilakukan di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Takisung,
Kabupaten Tanah Laut. Desa ini dipilih karena merupakan salah satu basis ternak sapi
potong. Penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan September-Desember
2012. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan sekunder,
yang bersumber dari responden dan stakeholders dalam bidang pertanian khususnya
usaha sapi potong. Data primer yang diambil dari responden adalah yang berkaitan
dengan keadaan usahatani dan ternak sapi potong yang dilakukan. Pengumpulan data dari
petani responden dilakukan dengan wawancara menggunakan pertanyaan yang telah disiapkan
(kuisioner). Metode pengumpulan/pengambilan data primer dilakukan dengan cara Focus
Group Discusion (FGD), pengisian kuisioner dan pengamatan langsung ke lapangan.
Data sekunder berupa laporan dan dokumen yang bersumber dari berbagai instansi
terkait yang berhubungan dengan bidang penelitian, hasil penelitian terdahulu, atau hasil
studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil usaha ternak sapi potong di
Kabupaten Tanah Laut merupakan usaha sampingan dengan skala kepemilikan antara 24 ekor/KK dan memiliki peluang yang baik hal ini ditunjukkan dengan tingginya
permintaan akan daging sapi yang menduduki peringkat nomor dua setelah daging ayam
ras pedaging. Kontribusi pendapatan dari usaha ternak sapi potong berkisar antara
12,18-33,6%/KK/tahun terhadap pola usahatani yang dilakukan dengan skala penjualan
antara 1,3-5,3 ekor/KK/tahun. Kontribusi pendapatan terendah dihasilkan dari pola
193
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
usaha padi, kedelai, karet dan sapi (12,18%) dan tertinggi dari pola usaha padi, kedelai,
kacang tanah dan sapi (33,6%).
Kata kunci: sapi potong, pendapatan, Tanah Laut.
ABSTRACT
Most farmers in Indonesia doing farming with various commodities. It aims to
avoid crop failure if the plant is only one commodity. Beside that, farming which is
done on a small scale was caused by limited material, such as land, labor or other
operating expenses. Beef cattle is a side commodity to support the main commodities.
This study aims to determine the contribution of revenue in the cattle business in
dryland farming pattern. The study was held in the village of Sumber Makmur,
Takisung District, Tanah Laut Regency at September to December 2012. The village
was chosen because it is one of the bases cattle. Data used in the study are primary and
secondary data, which is sourced from the respondents and stakeholders in agriculture,
especially beef cattle business. The method used to get primary data were FGD,
questionnaire from farmers as respondents related to the state of farming and cattle
production and direct observation to the field. Secondary data such as reports and
documents from several government department which is related to the field of
research, the results of previous studies, or the results of the literature study. The results
showed that the profile of the cattle business in Tanah Laut Regency was sideline with
scale between 2-4 units / KK and has a potential which is indicated by the high demand
for beef that was ranked number two after broiler meat . The revenue contribution from
the cattle business ranged from 12.18 to 33.6% / household / year on the pattern of
farming is done by selling scale between 1.3 to 5.3 head / household / year.
Contribution of the lowest income generated from the business pattern of rice,
soybeans, rubber and cattle (12.18%) and the highest of the business pattern of rice,
soybeans, peanuts, and beef (33.6%).
Keywords: beef cattle, income, Tanah Laut
PENDAHULUAN
Kalimantan Selatan merupakan salah satu Provinsi dimana sektor pertanian
merupakan salah satu mata pencaharian penting bagi penduduknya hal ini ditunjukkan
dengan 22,34% penduduknya sebagai petani (BPS Provinsi Kalimantan Selatan, 2010).
Salah satu usaha yang dilakukan oleh petani di Kalimantan Selatan khususnya di
Kabupaten Tanah Laut adalah beternak sapi walaupun masih terbatas sebagai usaha
yang bersifat subsisten. Populasi ternak sapi di Tanah Laut pada tahun 2011 hasil PSPK
sebanyak 57.291 ekor atau sekitar 41,31% populasi ternak sapi di Kalsel (BPS dan
Ditjennakkeswan, 2011).
Ternak sapi memiliki peran diantaranya sebagai sumber protein hewani,
penghasil
pupuk
organik,
pemanfaatan
limbah
pertanian,
penyedia
lapangan/kesempatan kerja dan sebagai tenaga kerja. Pemeliharaan ternak sapi di
Kalsel pada umumnya dilakukan sebagai tabungan. Menurut Yusdja dan Winarso
(2009) bahwa peternakan yang diharapkan adalah peternakan yang dapat memberikan
peran menyediakan pangan asal ternak berdasarkan ASUH dengan harga yang
194
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
terjangkau; menyediakan bahan baku industri; mengembangkan industri pariwisata
seperti pacuan, adu ketangkasan dll; menjadi salah satu media atau agen yang aktif atau
diaktifkan dalam rangka menjaga ekosistem.
Permasalahan khusus yang dihadapi petani dalam melakukan usaha ternak sapi
di lapangan yaitu kesulitan pakan pada musim tertentu, dan rendahnya produktivitas.
Tawaf dan Kuswaryan (2006) menyatakan bahwa rendahnya produktivitas ternak dan
terbatasnya ketersediaan bibit unggul lokal disebabkan oleh : sumber-sumber perbibitan
masih didominasi oleh peternak rakyat yang menyebar secara luas dengan kepemilikan
rendah (1-4 ekor); kelembagaan perbibitan yang ada (kelompok usaha pembibitan)
belum berkembang ke arah usaha yang profesional; lemahnya daya jangkau
pemotongan ternak betina produktif sebagai akibat dari permintaan yang tinggi terhadap
sapi. Lambannya perkembangan sapi potong disebabkan karena petani dihadapkan
pada berbagai kendala yaitu sempitnya lahan untuk penyediaan pakan ternak (khusus di
Pulau Jawa), modal rendah, dan kurangnya kemampuan petani dalam mengelola
usahanya (Widiati dkk., 2002).
Usahatani yang dilakukan petani pada umumnya sebagian besar dilakukan
polikultur yaitu mengusahakan beberapa jenis atau komoditas usahatani dan ditambah
dengan ternak yang disebut dengan diversifikasi usahatani atau usahatani terpadu.
Tujuan petani melakukan usahatani terpadu pada awalnya untuk memenuhi konsumsi
keluarga, kemudian disusul untuk meningkatkan pendapatan keluarga selain itu untuk
menghindari kegagalan panen pada satu komoditas. Tujuan penting lainnya, adalah
dengan usahatani terpadu diperoleh nilai tambah diantaranya adalah mendapatkan
pupuk organik dari ternak dan tenaga kerja untuk mengolah lahan atau mengangkut
panen, selain itu limbah pertanian atau hasil pertanian yang afkir atau tidak layak jual
karena rusak dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Berdasarkan beberapa penelitian diketahui bahwa pendapatan yang dihasilkan
dari usaha pertanian relatif rendah hal ini karena terbatasnya beberapa sumberdaya
diantaranya adalah minimnya luas lahan, teknologi yang digunakan seadanya,
terbatasnya modal dan tenaga kerja keluarga yang dimiliki.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui kontribusi pendapatan usaha
ternak sapi dalam pola usahatani di lahan kering yang merupakan studi Kasus di Desa
Sumber Makmur, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Takisung, Kabupaten
Tanah Laut. Desa ini dipilih karena merupakan salah satu basis ternak sapi potong.
Penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan September sampai Desember
2012.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan sekunder,
yang bersumber dari responden dan stakeholders dalam bidang pertanian khususnya
usaha sapi potong. Data primer yang diambil dari responden adalah yang berkaitan
195
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
dengan keadaan usahatani dan ternak sapi potong yang dilakukan. Pengumpulan data dari
petani responden dilakukan dengan wawancara menggunakan pertanyaan yang telah disiapkan
(kuisioner). Metode pengumpulan/pengambilan data primer dilakukan dengan cara Focus
Group Discusion (FGD), pengisian kuisioner dan pengamatan langsung ke lapangan.
Data sekunder berupa laporan dan dokumen yang bersumber dari berbagai instansi
terkait yang berhubungan dengan bidang penelitian, hasil penelitian terdahulu, atau hasil
studi pustaka.
Analisis pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaaan dengan
semua biaya yang dikeluarkan (Soekartawi, 1995) dengan rumus sebagai berikut :
I = ∑ (yi.Pyi) - ∑ (xj.Pxj)
dimana :
I
y
Py
Pxj
xj
= pendapatan (Rp)
= output atau hasil (i=1, 2, 3…..n)
= harga output (Rp)
= harga input (Rp)
= input (j=1, 2,3,……n)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Usaha Ternak Sapi Potong dalam Sistem Usahatani
Pada Tabel 1 ditampilkan gambaran umum desa yang merupakan wilayah
kajian. Gambaran usahatani tanaman pangan yang dilakukan petani di Desa Sumber
Makmur sebagian besar berupa komoditas padi, kacang kedelai, jagung manis, kacang
tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Usahatani lainnya yang diusahakan adalah cabe, tomat,
mentimun, terong dan tanaman obat (jahe, kunyit dan kencur), tanaman perkebunan
yang dominan adalah karet (97 ha) .
Profil usaha ternak sapi potong yang ada di Kabupaten Tanah Laut, pada
umumnya sebagai usaha sampingan dengan skala pemilikan antara 2-4 ekor/KK sebagai
usaha pengembangbiakan yang dilakukan oleh rakyat (peternakan rakyat). Hanya
sebagian kecil saja yang melakukan usaha penggemukan dan sistem pemeliharaan
sebagian besar dilakukan secara semi intensif. Hasil sensus PSPK 2011 di Kabupaten
Tanah Laut diketahui bahwa sapi yang dikandangkan terus menerus sebesar 23,3%,
semi intensif 69,44% dan 7,27% secara ekstensif atau dilepas sama sekali. Ternak yang
tujuan pemeliharaannya sebagai pengembangbiakan sebesar 87,40%, penggemukan
11,10%, pembibitan 1,43% dan perdagangan 0,07%. Bangsa sapi yang sebagian besar
dipelihara adalah sapi Bali 42,34%, PO 25,41%, Limousine 17,93% dan bangsa lainnya
23,61% (BPS dan Ditjennakkeswan, 2011).
Tabel 1. Profil Desa Sumber Makmur, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut
pada tahun 2011
No
Uraian
Sumber Makmur
1 Luas desa (ha)
5.920
2 Jumlah penduduk (jiwa)
2.160
196
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
No
3
4
5
6
7
8
9
Uraian
Sumber Makmur
Curah hujan (mm)
3.000
Jumlah bulan hujan (bulan)
8
Rataan suhu harian (oC)
28
Ketinggian (dpl)
5
Jumlah kelompok tani
20
Potensi lahan kering (ha)
370
Luas tanaman pangan menurut komoditas (ha) :
Jagung
15
Kacang kedelai
75
Kacang tanah
10
Kacang panjang
2
Padi
400
Ubi kayu
25
Ubi jalar
40
Cabe
4
Tomat
2,5
Terong
5
11 Luas komoditas perkebunan (ha) :
Kelapa
25
Kelapa sawit
11
Kopi
1.5
Cengkeh
25
Lada
0.5
Karet
97
Sumber : Profil Desa dan Kelurahan, 2011 dan BP3K Takisung, 2012
Berdasarkan hasil wawancara (Tabel 2), diketahui bahwa rataan umur petani
termasuk dalam kategori produktif dengan pengalaman beternak yang cukup lama.
Pada umumnya petani melakukan penjualan ternak sapi pada kelompok umur anak (di
bawah 1 tahun) beserta induknya. Penjualan ternak anak dan induk dilakukan petani
jika betul-betul memerlukan dana untuk keperluan penting seperti anak sekolah atau
modal usaha saat musim tanam tiba, alasan lain penjualan ternak dilakukan jika perlu
untuk memperbaiki rumah atau hajatan/pesta.
Tabel 2. Profil usaha sapi potong di lokasi kajian Desa Sumber Makmur, Kecamatan
Takisung, Kabupaten Tanah Laut, Kalsel
No
Uraian
Rataan
1
2
3
4
Rataan umur petani (tahun)
Pengalaman beternak (tahun)
Jumlah pemilikan ternak (ekor) :
Anak
Dara
Dewasa
Penjualan ternak/tahun/KK (ekor) :
Anak
46,6
19,9
2,08
1,72
2,94
2
197
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
Dara
1,3
Dewasa
2,9
5 Tujuan pemeliharaan (%) :
Pengembangbiakan
100
Penggemukan
Sumber : Data primer hasil survei yang telah diolah
Tabel 3.
Pola usahatani yang dilakukan oleh petani di Desa Sumber Makmur,
Kecamatan Takisung, Tanah Laut
No
Pola usahatani
1
Padi – karet dan sapi
2
Padi – kedelai – karet dan sapi
3
Padi – kedelai – kacang tanah – karet dan sapi
4
Padi – kedelai – kacang tanah – jagung manis – karet dan sapi
5
Padi – kedelai – kacang tanah dan sapi
6
Padi – kedelai dan sapi
7
Padi – jagung manis – karet dan sapi
8
Padi – kacang tanah – sayuran – karet dan sapi
9
Padi – kedelai – ubi – karet dan sapi
Sumber : Data primer hasil survei yang telah diolah
Pola usahatani yang dilakukan petani di Desa Sumber Makmur (Tabel 3) terbagi
dalam 9 macam dan pola dominan dilakukan petani yaitu 1 sampai 6. Dan pola
terbanyak yang diusahakan adalah padi, kedelai, karet dan sapi (pola 3). Sebagian besar
petani di Desa Sumber Makmur mengusahakan komoditas kedelai, karena desa ini
merupakan salah satu sentra kedelai di Kabupaten Tanah Laut.
Pada Tabel 4 ditampilkan kontribusi usaha ternak sapi terhadap pendapatan pola
usahatani antara 12,18-33,06% dengan skala penjualan antara 1,3-5,3 ekor/tahun. Hal
ini menunjukkan bahwa usaha ternak sapi yang dilakukan sebagai usaha sampingan
yang bertujuan sebagai tabungan yang dapat diuangkan saat perlu, sumber pupuk
organik dan pemanfaat limbah pertanian saat panen. Persentase kontribusi pendapatan
terbesar dihasilkan dari pola 5 (padi, kedelai, kacang tanah dan ternak sapi) sebesar
33,06% dengan rataan penjualan ternak 2 ekor/tahun. Namun jika dilihat dari nominal,
besarnya pendapatan yang dihasilkan dari ternak sapi berasal dari pola 4 (padi, kedelai,
jagung, kacang tanah, karet dan sapi) sebesar Rp 8.833.333/tahun/KK dengan jumlah
penjualan ternak 5,3 ekor/tahun. Selanjutnya jika dilihat jumlah pendapatan yang
dihasilkan dari pola usahatani berkisar antara Rp 5,909,167-40,417,333/tahun/KK.
Total pendapatan petani dalam jumlah besar jika petani memiliki usaha kebun karet
yang telah disadap. Pendapatan terbesar diperoleh petani yang mengusahakan pola
usaha 4 (padi, kedelai, jagung, kacang tanah, karet dan sapi) dan pendapatan terendah
dari pola 6 yaitu padi, kedelai dan sapi. Hasil penelitian yang dilaporkan Rouf (2011)
bahwa usaha ternak memberikan kontribusi pendapatan sebesar 16,72% dari total
usahatani dan pendapatan usahatani memberikan kontribusi sebesar 57,48% dari total
pendapatan atau setara 2.525 kg beras/tahun/KK. Hasil penelitian lain yang dilaporkan
198
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
Hendayana dan Togatorop (2006) diketahui bahwa sumbangan hasil ternak terhadap
pendapatan rumah tangga tidak lebih dari 3,3% di Kabupaten Sumba Timur NTT, dan
secara statistik tidak ada korelasi yang nyata antara pendapatan dengan alokasi waktu
kerja. Ditambahkan bahwa untuk lebih meningkatkan kontribusi usaha ternak terhadap
pendapatan rumah tangga diperlukan pembinaan lebih intensif dan reguler dalam
pemeliharaan ternak.
Tabel 4. Pendapatan petani yang dihasilkan dari masing-masing komoditas pada setiap
usahatani yang dilakukan dalam satu tahun (2011-2012) di Desa Sumber
Makmur
No
1
2
3
4
5
6
Pola usahatani
Rataan
Padi, karet dan sapi :
Padi (ha)
0,56
Karet (ha)
1,5
Penjualan sapi (ekor)
3,2
Jumlah
Padi, kedelai, karet dan sapi
Padi (ha)
0,59
Kedelai (ha)
0,61
Karet (ha)
1
Penjualan sapi (ekor)
2
Jumlah
Padi, kedelai, kacang tanah, karet dan sapi :
Padi (ha)
0,67
Kedelai (ha)
1
Kacang tanah (ha)
0,92
Karet (ha)
1
Penjualan sapi (ekor)
3,3
Jumlah
Padi, kedelai, jagung, kacang, karet dan sapi
Padi (ha)
1.21
Kedelai (ha)
0.75
Jagung (ha)
0.5
Kacang tanah (ha)
0.87
Karet (ha)
2.1
Sapi (ekor)
5.3
Jumlah
Padi, kedelai, kacang, dan sapi :
Padi (ha)
0.53
Kedelai (ha)
0.34
Kacang tanah (ha)
0.36
Penjualan sapi (ekor)
2
Jumlah
Padi, kedelai dan sapi :
Padi (ha)
0.57
Kedelai (ha)
0.59
Penjualan sapi (ekor)
1.3
Jumlah
199
Pendapatan
(Rp)
Persentase
(%)
2.737.500
22.830.000
5.400.000
30.967.500
8,84
73,72
17,44
100,00
3.500.000
1.966.250
21.600.000
3.500.000
28.729.250
5,79
6,84
75,18
12,18
100,00
2.222.000
3.585.000
8.927.000
14.540.000
4.333.333
33.607.333
6,61
10,67
26,56
43,26
12,89
100,00
5,971,333
1,720,000
3,212,667
3,960,000
16,720,000
8,833,333
40,417,333
14.77
4.26
7.95
9.80
41.37
21.86
100.00
2,947,333
1,077,333
2,725,000
3,333,333
10,082,999
29.23
10.68
27.03
33.06
100,00
3,414,000
828,500
1,666,667
5,909,167
57.77
14.02
28.20
100.00
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
Sumber : Data primer hasil survei yang telah diolah
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kajian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Profil usaha ternak sapi potong di Kabupaten Tanah Laut merupakan usaha
sampingan dengan skala pemilikian antara 2-4 ekor/KK dan memiliki peluang yang
baik hal ini ditunjukkan dengan tingginya permintaan akan daging sapi yang
menduduki peringkat nomor dua setelah daging ayam ras pedaging
2. Kontribusi pendapatan dari usaha ternak sapi potong berkisar antara 12,1833,6%/KK/tahun terhadap pola usahatani yang dilakukan dengan skala penjualan
antara 1,3-5,3 ekor/KK/tahun
3. Kontribusi pendapatan terendah dihasilkan dari pola usaha padi, kedelai, karet dan
sapi (12,18%) dan tertinggi dari pola usaha padi, kedelai, kacang tanah dan sapi
(33,6%)
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. 2010. Kalimantan Selatan Dalam
Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin.
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. 2012. Kalimantan Selatan Dalam
Angka 2012. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan.
Banjarmasin.
Badan Pusat Statistik bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan. 2011. Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau
2011 (PSPK 2011) Provinsi Kalimantan Selatan. Badan Pusat Statistik
bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Jakarta.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Laut. 2011. Tanah Laut dalam Angka 2011.
Tanah Laut.
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa. 2011. Profil Desa Dan
Kelurahan Kecamatan Takisung Tahun 2011. Tanah Laut.
Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Takisung.
2012. Programa Penyuluhan Kecamatan Takisung Tahun 2013. Tanah Laut.
Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan. 2011. Buku Saku Peternakan.
Banjarbaru.
Hendayana, R., dan M. H. Togatorop. 2006. Pengalokasian waktu kerja keluarga
dalam usaha ternak dan dampaknya terhadap pendapatan rumah tangga.
200
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
Prosiding Seminar Nasionar Teknologi Peternakan dan Veteriner. P : 10581064.
Soekartawi. 1995. Linear Programming : Teori dan Aplikasinya Khususnya dalam
Bidang Pertanian. Rajawali Press. Jakarta. Cetakan Kedua.
Tawaf, R., dan Kuswaryan, S. 2006. Kendala Kecukupan Daging 2010. Prosiding
Seminar Nasional Pemberdayaan Masyarakat Peternakan di Bidang Agribisnis
untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Semarang 3 Agustus 2006. P. 173-185.
Widiati, R., K. A. Santosa, S. Widodo dan Masyhuri. 2002. Optimalisasi alokasi
sumberdaya rumahtangga tani melalui integrasi usahatani tanaman dan sapi
potong di Gunung Kidul Yogyakarta. Agro Ekonomi. Vol IX (2) : 65-79.
Yusdja, Y., dan B. Winarso. 2009. Kebijakan pembangunan sosial ekonomi menuju
sistem peternakan yang diharapkan. Analisis Kebijakan Pertanian. Vol. 7 No.
3. P : 269-282.
201
Download