Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013 KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA TERNAK SAPI DALAM POLA USAHATANI DI DAERAH LAHAN KERING (Studi Kasus di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut) INCOME CONTRIBUTION OF LIVESTOCK CATTLE IN FARMING PATTERNS AT THE UPLAND (Case Study on the village of Sumber Makmur, Takisung District, Tanah Laut Regency) Eni Siti Rohaeni1) dan Muhammad Najib2) 1) BPTP Kalimantan Selatan Jalan Panglima Batur Barat No. 4 Banjarbaru email : [email protected] 2) Balaittra Banja Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Banjarbaru Jalan Kebun Karet, Loktabat Utara, Banjarbaru ABSTRAK Sebagian besar petani di Indonesia melakukan usahataninya dengan berbagai komoditas yang diusahakan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kegagalan panen jika menanam hanya satu komoditas, selain itu usaha yang dilakukan pada skala kecil karena terbatasnya modal baik lahan, tenaga kerja atau biaya operasional lainnya. Ternak sapi potong merupakan salah satu komoditas yang diusahakan petani sebagai usaha yang mendukung komoditas utama lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi pendapatan usaha ternak sapi dalam pola usahatani di lahan kering yang merupakan studi Kasus di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut. Penelitian dilakukan di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut. Desa ini dipilih karena merupakan salah satu basis ternak sapi potong. Penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan September-Desember 2012. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan sekunder, yang bersumber dari responden dan stakeholders dalam bidang pertanian khususnya usaha sapi potong. Data primer yang diambil dari responden adalah yang berkaitan dengan keadaan usahatani dan ternak sapi potong yang dilakukan. Pengumpulan data dari petani responden dilakukan dengan wawancara menggunakan pertanyaan yang telah disiapkan (kuisioner). Metode pengumpulan/pengambilan data primer dilakukan dengan cara Focus Group Discusion (FGD), pengisian kuisioner dan pengamatan langsung ke lapangan. Data sekunder berupa laporan dan dokumen yang bersumber dari berbagai instansi terkait yang berhubungan dengan bidang penelitian, hasil penelitian terdahulu, atau hasil studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil usaha ternak sapi potong di Kabupaten Tanah Laut merupakan usaha sampingan dengan skala kepemilikan antara 24 ekor/KK dan memiliki peluang yang baik hal ini ditunjukkan dengan tingginya permintaan akan daging sapi yang menduduki peringkat nomor dua setelah daging ayam ras pedaging. Kontribusi pendapatan dari usaha ternak sapi potong berkisar antara 12,18-33,6%/KK/tahun terhadap pola usahatani yang dilakukan dengan skala penjualan antara 1,3-5,3 ekor/KK/tahun. Kontribusi pendapatan terendah dihasilkan dari pola 193 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013 usaha padi, kedelai, karet dan sapi (12,18%) dan tertinggi dari pola usaha padi, kedelai, kacang tanah dan sapi (33,6%). Kata kunci: sapi potong, pendapatan, Tanah Laut. ABSTRACT Most farmers in Indonesia doing farming with various commodities. It aims to avoid crop failure if the plant is only one commodity. Beside that, farming which is done on a small scale was caused by limited material, such as land, labor or other operating expenses. Beef cattle is a side commodity to support the main commodities. This study aims to determine the contribution of revenue in the cattle business in dryland farming pattern. The study was held in the village of Sumber Makmur, Takisung District, Tanah Laut Regency at September to December 2012. The village was chosen because it is one of the bases cattle. Data used in the study are primary and secondary data, which is sourced from the respondents and stakeholders in agriculture, especially beef cattle business. The method used to get primary data were FGD, questionnaire from farmers as respondents related to the state of farming and cattle production and direct observation to the field. Secondary data such as reports and documents from several government department which is related to the field of research, the results of previous studies, or the results of the literature study. The results showed that the profile of the cattle business in Tanah Laut Regency was sideline with scale between 2-4 units / KK and has a potential which is indicated by the high demand for beef that was ranked number two after broiler meat . The revenue contribution from the cattle business ranged from 12.18 to 33.6% / household / year on the pattern of farming is done by selling scale between 1.3 to 5.3 head / household / year. Contribution of the lowest income generated from the business pattern of rice, soybeans, rubber and cattle (12.18%) and the highest of the business pattern of rice, soybeans, peanuts, and beef (33.6%). Keywords: beef cattle, income, Tanah Laut PENDAHULUAN Kalimantan Selatan merupakan salah satu Provinsi dimana sektor pertanian merupakan salah satu mata pencaharian penting bagi penduduknya hal ini ditunjukkan dengan 22,34% penduduknya sebagai petani (BPS Provinsi Kalimantan Selatan, 2010). Salah satu usaha yang dilakukan oleh petani di Kalimantan Selatan khususnya di Kabupaten Tanah Laut adalah beternak sapi walaupun masih terbatas sebagai usaha yang bersifat subsisten. Populasi ternak sapi di Tanah Laut pada tahun 2011 hasil PSPK sebanyak 57.291 ekor atau sekitar 41,31% populasi ternak sapi di Kalsel (BPS dan Ditjennakkeswan, 2011). Ternak sapi memiliki peran diantaranya sebagai sumber protein hewani, penghasil pupuk organik, pemanfaatan limbah pertanian, penyedia lapangan/kesempatan kerja dan sebagai tenaga kerja. Pemeliharaan ternak sapi di Kalsel pada umumnya dilakukan sebagai tabungan. Menurut Yusdja dan Winarso (2009) bahwa peternakan yang diharapkan adalah peternakan yang dapat memberikan peran menyediakan pangan asal ternak berdasarkan ASUH dengan harga yang 194 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013 terjangkau; menyediakan bahan baku industri; mengembangkan industri pariwisata seperti pacuan, adu ketangkasan dll; menjadi salah satu media atau agen yang aktif atau diaktifkan dalam rangka menjaga ekosistem. Permasalahan khusus yang dihadapi petani dalam melakukan usaha ternak sapi di lapangan yaitu kesulitan pakan pada musim tertentu, dan rendahnya produktivitas. Tawaf dan Kuswaryan (2006) menyatakan bahwa rendahnya produktivitas ternak dan terbatasnya ketersediaan bibit unggul lokal disebabkan oleh : sumber-sumber perbibitan masih didominasi oleh peternak rakyat yang menyebar secara luas dengan kepemilikan rendah (1-4 ekor); kelembagaan perbibitan yang ada (kelompok usaha pembibitan) belum berkembang ke arah usaha yang profesional; lemahnya daya jangkau pemotongan ternak betina produktif sebagai akibat dari permintaan yang tinggi terhadap sapi. Lambannya perkembangan sapi potong disebabkan karena petani dihadapkan pada berbagai kendala yaitu sempitnya lahan untuk penyediaan pakan ternak (khusus di Pulau Jawa), modal rendah, dan kurangnya kemampuan petani dalam mengelola usahanya (Widiati dkk., 2002). Usahatani yang dilakukan petani pada umumnya sebagian besar dilakukan polikultur yaitu mengusahakan beberapa jenis atau komoditas usahatani dan ditambah dengan ternak yang disebut dengan diversifikasi usahatani atau usahatani terpadu. Tujuan petani melakukan usahatani terpadu pada awalnya untuk memenuhi konsumsi keluarga, kemudian disusul untuk meningkatkan pendapatan keluarga selain itu untuk menghindari kegagalan panen pada satu komoditas. Tujuan penting lainnya, adalah dengan usahatani terpadu diperoleh nilai tambah diantaranya adalah mendapatkan pupuk organik dari ternak dan tenaga kerja untuk mengolah lahan atau mengangkut panen, selain itu limbah pertanian atau hasil pertanian yang afkir atau tidak layak jual karena rusak dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Berdasarkan beberapa penelitian diketahui bahwa pendapatan yang dihasilkan dari usaha pertanian relatif rendah hal ini karena terbatasnya beberapa sumberdaya diantaranya adalah minimnya luas lahan, teknologi yang digunakan seadanya, terbatasnya modal dan tenaga kerja keluarga yang dimiliki. Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui kontribusi pendapatan usaha ternak sapi dalam pola usahatani di lahan kering yang merupakan studi Kasus di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut. Desa ini dipilih karena merupakan salah satu basis ternak sapi potong. Penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan September sampai Desember 2012. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan sekunder, yang bersumber dari responden dan stakeholders dalam bidang pertanian khususnya usaha sapi potong. Data primer yang diambil dari responden adalah yang berkaitan 195 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013 dengan keadaan usahatani dan ternak sapi potong yang dilakukan. Pengumpulan data dari petani responden dilakukan dengan wawancara menggunakan pertanyaan yang telah disiapkan (kuisioner). Metode pengumpulan/pengambilan data primer dilakukan dengan cara Focus Group Discusion (FGD), pengisian kuisioner dan pengamatan langsung ke lapangan. Data sekunder berupa laporan dan dokumen yang bersumber dari berbagai instansi terkait yang berhubungan dengan bidang penelitian, hasil penelitian terdahulu, atau hasil studi pustaka. Analisis pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaaan dengan semua biaya yang dikeluarkan (Soekartawi, 1995) dengan rumus sebagai berikut : I = ∑ (yi.Pyi) - ∑ (xj.Pxj) dimana : I y Py Pxj xj = pendapatan (Rp) = output atau hasil (i=1, 2, 3…..n) = harga output (Rp) = harga input (Rp) = input (j=1, 2,3,……n) HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Usaha Ternak Sapi Potong dalam Sistem Usahatani Pada Tabel 1 ditampilkan gambaran umum desa yang merupakan wilayah kajian. Gambaran usahatani tanaman pangan yang dilakukan petani di Desa Sumber Makmur sebagian besar berupa komoditas padi, kacang kedelai, jagung manis, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Usahatani lainnya yang diusahakan adalah cabe, tomat, mentimun, terong dan tanaman obat (jahe, kunyit dan kencur), tanaman perkebunan yang dominan adalah karet (97 ha) . Profil usaha ternak sapi potong yang ada di Kabupaten Tanah Laut, pada umumnya sebagai usaha sampingan dengan skala pemilikan antara 2-4 ekor/KK sebagai usaha pengembangbiakan yang dilakukan oleh rakyat (peternakan rakyat). Hanya sebagian kecil saja yang melakukan usaha penggemukan dan sistem pemeliharaan sebagian besar dilakukan secara semi intensif. Hasil sensus PSPK 2011 di Kabupaten Tanah Laut diketahui bahwa sapi yang dikandangkan terus menerus sebesar 23,3%, semi intensif 69,44% dan 7,27% secara ekstensif atau dilepas sama sekali. Ternak yang tujuan pemeliharaannya sebagai pengembangbiakan sebesar 87,40%, penggemukan 11,10%, pembibitan 1,43% dan perdagangan 0,07%. Bangsa sapi yang sebagian besar dipelihara adalah sapi Bali 42,34%, PO 25,41%, Limousine 17,93% dan bangsa lainnya 23,61% (BPS dan Ditjennakkeswan, 2011). Tabel 1. Profil Desa Sumber Makmur, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2011 No Uraian Sumber Makmur 1 Luas desa (ha) 5.920 2 Jumlah penduduk (jiwa) 2.160 196 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013 No 3 4 5 6 7 8 9 Uraian Sumber Makmur Curah hujan (mm) 3.000 Jumlah bulan hujan (bulan) 8 Rataan suhu harian (oC) 28 Ketinggian (dpl) 5 Jumlah kelompok tani 20 Potensi lahan kering (ha) 370 Luas tanaman pangan menurut komoditas (ha) : Jagung 15 Kacang kedelai 75 Kacang tanah 10 Kacang panjang 2 Padi 400 Ubi kayu 25 Ubi jalar 40 Cabe 4 Tomat 2,5 Terong 5 11 Luas komoditas perkebunan (ha) : Kelapa 25 Kelapa sawit 11 Kopi 1.5 Cengkeh 25 Lada 0.5 Karet 97 Sumber : Profil Desa dan Kelurahan, 2011 dan BP3K Takisung, 2012 Berdasarkan hasil wawancara (Tabel 2), diketahui bahwa rataan umur petani termasuk dalam kategori produktif dengan pengalaman beternak yang cukup lama. Pada umumnya petani melakukan penjualan ternak sapi pada kelompok umur anak (di bawah 1 tahun) beserta induknya. Penjualan ternak anak dan induk dilakukan petani jika betul-betul memerlukan dana untuk keperluan penting seperti anak sekolah atau modal usaha saat musim tanam tiba, alasan lain penjualan ternak dilakukan jika perlu untuk memperbaiki rumah atau hajatan/pesta. Tabel 2. Profil usaha sapi potong di lokasi kajian Desa Sumber Makmur, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut, Kalsel No Uraian Rataan 1 2 3 4 Rataan umur petani (tahun) Pengalaman beternak (tahun) Jumlah pemilikan ternak (ekor) : Anak Dara Dewasa Penjualan ternak/tahun/KK (ekor) : Anak 46,6 19,9 2,08 1,72 2,94 2 197 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013 Dara 1,3 Dewasa 2,9 5 Tujuan pemeliharaan (%) : Pengembangbiakan 100 Penggemukan Sumber : Data primer hasil survei yang telah diolah Tabel 3. Pola usahatani yang dilakukan oleh petani di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Takisung, Tanah Laut No Pola usahatani 1 Padi – karet dan sapi 2 Padi – kedelai – karet dan sapi 3 Padi – kedelai – kacang tanah – karet dan sapi 4 Padi – kedelai – kacang tanah – jagung manis – karet dan sapi 5 Padi – kedelai – kacang tanah dan sapi 6 Padi – kedelai dan sapi 7 Padi – jagung manis – karet dan sapi 8 Padi – kacang tanah – sayuran – karet dan sapi 9 Padi – kedelai – ubi – karet dan sapi Sumber : Data primer hasil survei yang telah diolah Pola usahatani yang dilakukan petani di Desa Sumber Makmur (Tabel 3) terbagi dalam 9 macam dan pola dominan dilakukan petani yaitu 1 sampai 6. Dan pola terbanyak yang diusahakan adalah padi, kedelai, karet dan sapi (pola 3). Sebagian besar petani di Desa Sumber Makmur mengusahakan komoditas kedelai, karena desa ini merupakan salah satu sentra kedelai di Kabupaten Tanah Laut. Pada Tabel 4 ditampilkan kontribusi usaha ternak sapi terhadap pendapatan pola usahatani antara 12,18-33,06% dengan skala penjualan antara 1,3-5,3 ekor/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ternak sapi yang dilakukan sebagai usaha sampingan yang bertujuan sebagai tabungan yang dapat diuangkan saat perlu, sumber pupuk organik dan pemanfaat limbah pertanian saat panen. Persentase kontribusi pendapatan terbesar dihasilkan dari pola 5 (padi, kedelai, kacang tanah dan ternak sapi) sebesar 33,06% dengan rataan penjualan ternak 2 ekor/tahun. Namun jika dilihat dari nominal, besarnya pendapatan yang dihasilkan dari ternak sapi berasal dari pola 4 (padi, kedelai, jagung, kacang tanah, karet dan sapi) sebesar Rp 8.833.333/tahun/KK dengan jumlah penjualan ternak 5,3 ekor/tahun. Selanjutnya jika dilihat jumlah pendapatan yang dihasilkan dari pola usahatani berkisar antara Rp 5,909,167-40,417,333/tahun/KK. Total pendapatan petani dalam jumlah besar jika petani memiliki usaha kebun karet yang telah disadap. Pendapatan terbesar diperoleh petani yang mengusahakan pola usaha 4 (padi, kedelai, jagung, kacang tanah, karet dan sapi) dan pendapatan terendah dari pola 6 yaitu padi, kedelai dan sapi. Hasil penelitian yang dilaporkan Rouf (2011) bahwa usaha ternak memberikan kontribusi pendapatan sebesar 16,72% dari total usahatani dan pendapatan usahatani memberikan kontribusi sebesar 57,48% dari total pendapatan atau setara 2.525 kg beras/tahun/KK. Hasil penelitian lain yang dilaporkan 198 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013 Hendayana dan Togatorop (2006) diketahui bahwa sumbangan hasil ternak terhadap pendapatan rumah tangga tidak lebih dari 3,3% di Kabupaten Sumba Timur NTT, dan secara statistik tidak ada korelasi yang nyata antara pendapatan dengan alokasi waktu kerja. Ditambahkan bahwa untuk lebih meningkatkan kontribusi usaha ternak terhadap pendapatan rumah tangga diperlukan pembinaan lebih intensif dan reguler dalam pemeliharaan ternak. Tabel 4. Pendapatan petani yang dihasilkan dari masing-masing komoditas pada setiap usahatani yang dilakukan dalam satu tahun (2011-2012) di Desa Sumber Makmur No 1 2 3 4 5 6 Pola usahatani Rataan Padi, karet dan sapi : Padi (ha) 0,56 Karet (ha) 1,5 Penjualan sapi (ekor) 3,2 Jumlah Padi, kedelai, karet dan sapi Padi (ha) 0,59 Kedelai (ha) 0,61 Karet (ha) 1 Penjualan sapi (ekor) 2 Jumlah Padi, kedelai, kacang tanah, karet dan sapi : Padi (ha) 0,67 Kedelai (ha) 1 Kacang tanah (ha) 0,92 Karet (ha) 1 Penjualan sapi (ekor) 3,3 Jumlah Padi, kedelai, jagung, kacang, karet dan sapi Padi (ha) 1.21 Kedelai (ha) 0.75 Jagung (ha) 0.5 Kacang tanah (ha) 0.87 Karet (ha) 2.1 Sapi (ekor) 5.3 Jumlah Padi, kedelai, kacang, dan sapi : Padi (ha) 0.53 Kedelai (ha) 0.34 Kacang tanah (ha) 0.36 Penjualan sapi (ekor) 2 Jumlah Padi, kedelai dan sapi : Padi (ha) 0.57 Kedelai (ha) 0.59 Penjualan sapi (ekor) 1.3 Jumlah 199 Pendapatan (Rp) Persentase (%) 2.737.500 22.830.000 5.400.000 30.967.500 8,84 73,72 17,44 100,00 3.500.000 1.966.250 21.600.000 3.500.000 28.729.250 5,79 6,84 75,18 12,18 100,00 2.222.000 3.585.000 8.927.000 14.540.000 4.333.333 33.607.333 6,61 10,67 26,56 43,26 12,89 100,00 5,971,333 1,720,000 3,212,667 3,960,000 16,720,000 8,833,333 40,417,333 14.77 4.26 7.95 9.80 41.37 21.86 100.00 2,947,333 1,077,333 2,725,000 3,333,333 10,082,999 29.23 10.68 27.03 33.06 100,00 3,414,000 828,500 1,666,667 5,909,167 57.77 14.02 28.20 100.00 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013 Sumber : Data primer hasil survei yang telah diolah KESIMPULAN Berdasarkan hasil kajian ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Profil usaha ternak sapi potong di Kabupaten Tanah Laut merupakan usaha sampingan dengan skala pemilikian antara 2-4 ekor/KK dan memiliki peluang yang baik hal ini ditunjukkan dengan tingginya permintaan akan daging sapi yang menduduki peringkat nomor dua setelah daging ayam ras pedaging 2. Kontribusi pendapatan dari usaha ternak sapi potong berkisar antara 12,1833,6%/KK/tahun terhadap pola usahatani yang dilakukan dengan skala penjualan antara 1,3-5,3 ekor/KK/tahun 3. Kontribusi pendapatan terendah dihasilkan dari pola usaha padi, kedelai, karet dan sapi (12,18%) dan tertinggi dari pola usaha padi, kedelai, kacang tanah dan sapi (33,6%) DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. 2010. Kalimantan Selatan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. 2012. Kalimantan Selatan Dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin. Badan Pusat Statistik bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2011. Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau 2011 (PSPK 2011) Provinsi Kalimantan Selatan. Badan Pusat Statistik bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Laut. 2011. Tanah Laut dalam Angka 2011. Tanah Laut. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa. 2011. Profil Desa Dan Kelurahan Kecamatan Takisung Tahun 2011. Tanah Laut. Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Takisung. 2012. Programa Penyuluhan Kecamatan Takisung Tahun 2013. Tanah Laut. Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan. 2011. Buku Saku Peternakan. Banjarbaru. Hendayana, R., dan M. H. Togatorop. 2006. Pengalokasian waktu kerja keluarga dalam usaha ternak dan dampaknya terhadap pendapatan rumah tangga. 200 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013 Prosiding Seminar Nasionar Teknologi Peternakan dan Veteriner. P : 10581064. Soekartawi. 1995. Linear Programming : Teori dan Aplikasinya Khususnya dalam Bidang Pertanian. Rajawali Press. Jakarta. Cetakan Kedua. Tawaf, R., dan Kuswaryan, S. 2006. Kendala Kecukupan Daging 2010. Prosiding Seminar Nasional Pemberdayaan Masyarakat Peternakan di Bidang Agribisnis untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Semarang 3 Agustus 2006. P. 173-185. Widiati, R., K. A. Santosa, S. Widodo dan Masyhuri. 2002. Optimalisasi alokasi sumberdaya rumahtangga tani melalui integrasi usahatani tanaman dan sapi potong di Gunung Kidul Yogyakarta. Agro Ekonomi. Vol IX (2) : 65-79. Yusdja, Y., dan B. Winarso. 2009. Kebijakan pembangunan sosial ekonomi menuju sistem peternakan yang diharapkan. Analisis Kebijakan Pertanian. Vol. 7 No. 3. P : 269-282. 201