Perencanaan Pengelolaan Lahan Usahatani

advertisement
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan kajian yang diuraikan pada bab-bab terdahulu
dapat disimpulkan bahwa :
1. Penggunaan dan penutupan lahan di lokasi penelitian secara umurn meliputi :
semak belukar, ladang (huma), hutan, kebun karet, pemukiman dan kebun
campuran serta sawah.
2. Perluasan tanarnan karet selama sepuluh tahun terakhir (1991 - 2001) yang
diikuti penyempitan luas lahan semak belukar adalah cukup optimal, namun
belum maksimal jika dilihat masih luasnya semak belukar yang mendominasi
sebesar 40 % dari luas DTA atau sekitar 3.865 ha.
3. Kemampuan lahan di lokasi penelitian tergolong kelas I11 sampai VII dengan
faktor penghambat umumnya berupa kelerengan (I). Dari 21 satuan lahan yang
dijadikan contoh, menunjukkan bahwa sejurnlah 9 satuan penggunaan lahan
adalah tidak sesuai dengan kemampuannya. Penyebab ketidaksesuaian
tersebut adalah pengelolaan lahan pertanian yang kurang tepat dan belum
diterapkannya teknik konservasi tanah dengan baik.
4. Kegiatan pertanian menurut pengelolaan lahan aktual, bahwa sebesar 19
satuan lahan contoh, dicatat menimbulkan erosi (E) lebih besar dari erosi yang
diperbolehkan (TSL). Faktor penyebabnya adalah lereng (faktor LS), pola
tanam yang tidak tepat (faktor C) dan belum adanya bangunan teras (faktor P).
5. Berdasarkan analisis biaya dan pendapatan usahatani terhadap pola aktual
menunjukkan bahwa pola tanam aktual tersebut tidak dapat direkomendasikan
83
karena pendapatan yang diperoleh tidak layak untuk memenuhi kebutuhan
hidup petani dan keluarga (tidak sustainable).
6.
Alternatif pengelolaan lahan yang direkomendasikan agar penggunaan lahan
menjadi optimal dan berkelanjutan adalah : (a) lahan kelas I11 : ladang
(tanaman semusim) dengan teras gulud dan mulsa sisa tanaman 1 2 tonha; (b)
lahan kelas IV : tanaman semusim menurut pola tumpangsari dan tumpang
gilir dengan teras gulud dan mulsa sisa tanaman
+ 4 ton/ha atau kebun karet
dengan tanaman nenas antar jalur tanam untuk optimalisasi lahan dan
menekan laju erosi; (c) lahan kelas VI : tanaman tahunan (karet + nenas) atau
kebun campuran dengan penerapan teras individu dan mulsa sebagai penutup
tanah; dan (d) lahan kelas VII : digunakan sebagai area konservasi atau dapat
juga dengan sistem Iembo atau kebun campuran kerapatan tinggi dengan
penerapan teras bangku konstruksi baik dan mulsa sebagai penutup tanah.
Saran
Saran yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Penggunaan lahan hendaknya sesuai dengan kelas kemampuannya dan perlu
dilakukan sosialisasi teknik konservasi tanah kepada para petani.
2. Usahatani campuran (mixed farming) antara tanaman pangan, tanaman
tahunan dan ternak yang telah dilakukan oleh para petani di lokasi penelitian
perlu dipertahankan dan ditingkatkan untuk meningkatkan produktivitas dan
pendapatan secara berkelanjutan.
3. Usahatani tanaman karet yang telah ada di lokasi penelitian perlu lebih
dioptimalkan melalui pola tanam campuran dengan tanaman sela disertai
upaya penerapan teknik konservasi tanah dan air.
.
Download