SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB XIV PENYUSUNAN PROPOSAL USAHA TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017 BAB XIV. PENYUSUNAN PROPOSAL USAHA TANAMAN PERKEBUNAN 1.1 Kompetensi Inti: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan kognitif berdasarkan rasa ingin tahunya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kerja agribisnis tanaman perkebunan 1.2 Kompetensi Dasar: Menerapkan penyusunan proposal usaha tanaman perkebunan 1.3 Uraian Materi Langkah awal yang harus dilakukan dalam berwirausaha di bidang perkebunan dalam menjalankan usahanya adalah menyusun proposal. dibutuhkan untuk Analisis mengetahui biaya produksi yang merupakan dibandingkan dengan produksi/hasil (output) usaha tani input dan dari usaha pengelolaan perkebunan. Dengan analisis usaha tani dapat dilihat kelayakan usaha baik dari besarnya biaya yang sudah dikeluarkan serta perhitungan keuntungan yang akan didapat dari Investasi. Dalam mengembangkan kegiatan usaha bisnis harus melalui beberapa tahapan analisa seperti analisa jenis usaha, lokasi usaha, dan pemasaran. Agas bisnis berjalan lancar, maka perlu diperhatikan pula hal-hal seperti: (1) sumber daya manusia yang mumpuni (disiplin, ulet, terampil, kredibilitas, dan tanggung jawab), (2) ditunjang oleh manajemen yang baik, (3) didukung oleh modal yang cukup, dan (4) pemasaran. Biaya usaha tani setiap daerah bisa berbeda karena tingkat pengeluaran yang berbeda seperti upah tenaga kerja, biaya transportasi, biaya bahan-bahan dan yang lainlain. Pada pembukaan usaha perkebunan ada dua komponen utama yang dibutuhkan, yaitu biaya sarana/prasarana dan tenaga kerja. Keduanya membutuhkan biaya yang besar. Semakin luas lahan yang dibuka maka jumlah bibit, pupuk, peralatan dan tenaga kerja semakin banyak. Berikut disajikan contoh analisis usaha tani karet seperti pada tabel 1. Tabel 1. Analisis usaha tani karet Uraian P. lahan Bibit Harga Satuan (Rp.) 4.000 1 2.000 1.840 2 - Tahun (dalam ribuan rupiah) 3 4 5 - 6 - 7--15 1 Pupuk Urea TSP KCl Pestisida Insektisida Fungisida Alat Pertanian Cangkul A. Sadap Sprayer Uraian T. Kerja Peralatan Bk Lahan Buat lbng Penanaman Penyulaman Pemupukan Pemeliharaan Penyadapan Jumlah pengeluaran Total pengeluaran selama 15 tahun Uraian Penjualan Lateks Dengan Harga 10.000/kg Total Pendapatan 1.200 2.000 3.500 168 240 420 329 450 784 449 600 1.050 549 936 588 538 600 875 1.869 1.750 1.050 60.000 80.000 60 80 60 80 60 80 60 80 60 80 60 80 600 800 250.000 575.000 550.000 Harga Satuan (Rp.) 250 550 - 250 - - 250 - 1 2 6 7--15 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 40.000 - 750 750 600 900 200 600 500 700 400 10.108 2.603 250 575 Tahun (dalam ribuan rupiah) 3 4 5 500 500 3.489 500 600 500 4.388 500 600 680 4.183 400 600 680 6.489 1.920 1.950 2.875 400 600 680 10.625 Tahun 1 sampai dengan tahun 15 = 41.840.000 Jumlah Produksi (dalam 5 Kg) 900 9.000 1.000 1.100 1.250 1.300 Tahun 6 7 8 9 10 11-15 10.000 11.000 12.500 13.000 13.000 13.000 Tahun 5 sampai dengan 15 = 81.500.000 Keuntungan budi daya karet seluas satu hektar selama 15 tahun sebesar Rp 81.500.000 – Rp 41.840.000 = Rp 39.660.000. 2 A. Break Event Point (BEP) Break event point atau sering disebut dengan titik balik modal terjadi jika besarnya penerimaan sama dengan modal yang telah dikeluarkan. Titik balik modal dapat dilihat dari volume dan harga produksi BEP Volume = Biaya produksi = 41.840.000 = 4.184 Harga produksi 10.000 Artinya, titik balik modal dalam budi daya karet seluas satu hektar selama 15 tahun adalah jika produksi lateks mencapai 4.184 kg. BEP Harga = Biaya produksi Volume produksi = 41.840.000 = 7.538,74 5.550 Artinya titik balik modal dalam budi daya karet seluas satu hektar selama 15 tahun, jika lateks dijual dengan harga Rp 7.538,74. Harga lateks ditingkat petani saat ini berkisar Rp 10.000 - Rp. 10.500 per kilogram, akan memberikan keuntungan bagi petani karet. B. B/C Ratio B/C ratio merupakan ukuran perbandingan antara hasil penjualan dan biaya produksi. B/C Ratio digunakan sebagai cara untuk melihat ukuran kelayakan usaha tanaman perkebunan. Jika B/C Ratio sebesar di atas 1, maka usaha dapat dikatakan layak. Semakin tinggi nilai B/C Ratio suatu komoditas tanaman perkebunan maka komoditas tersebut paling layak untuk diusahakan. B/C ratia = Hasil penjualan Biaya produksi = 81.500.000 = 1,94 41.840.000 B/C ratio sebesar 1,94 berarti usaha budi daya karet layak untuk diusahakan. C. Strategi Pemasaran Agar produk yang dibuat oleh sebuah perusahaan dapat diterima oleh konsumen, perusahaan tersebut harus melakukan penetapan strategi pemasaran yang tepat. Strategi pemasaran sangat dibutuhkan dalam segala aktivitas tak terkecuali dalam dunia usaha, kerap kali peran strategi menentukan besar kecilnya profit yang diperoleh. Hal ini pun berlaku dalam dunia usaha perkebunan, dimana dibutuhkan strategi mulai dari tahap proses produksi sampai kepada proses pemasaran. 3 Teknik pemasaran merupakan kunci keberhasilan dalam penjualan suatu produk perkebunan, karena teknik pemasaran yang baik didukung dengan strategi pemasaran yang efektif dan mengedepankan kualitas atau mutu produk maka proses pemasaran yang baik akan berjalan dinamis sehingga produk yang ditawarkan mempunyai daya saing yang tinggi akibat kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut. Beberapa strategi pemasaran yang perlu diperhatikan dan diterapkan dalam menghadapi persaingan pasar khususnya pasar produk perkebunan antara lain: 1. Melakukan pengamatan terhadap Pasar 2. Melakukan pengamatan dan promosi terhadap produk 3. Mengetahui situasi pasar dan pesaing 4. Menjalin hubungan dengan pelanggan 5. Memanfaatkan Jejaring Sosial 6. Menentukan kebijakan 7. Memahami Peraturan Hukum 8. Mengetahui kapasitas produksi 4