4 Menguak rahasia penyakit fisiologis Kering Alur Sadar (KAS) pada tanaman karet menggunakan teknik analisis ekspresi gen debit tinggi Abstrak. Selama beberapa dekade terakhir, produksi karet alam di dunia meningkat secara signifikan, karena budidaya klon unggulan dan stimulasi menggunakan hormon etilen saat penyadapan. Akan tetapi hingga hari ini, penyakit KAS masih menjadi kendala utama dalam usaha peningkatan produksi karet alam di seluruh dunia. Meskipun banyak penelitian telah dilakukan dalam usaha mengatasi permasalahan KAS, mekanisme molekuler yang berlangsung di dalam sel masih minim diketahui. Saat ini, teknik analisis ekspresi gen debit tinggi telah banyak digunakan untuk mengidentifikasi gen yang memiliki potensi sebagai penanda molekuler untuk KAS. Karet (Hevea brasiliensis Willd ex A. de Juss.. Mull. Arg.), termasuk dalam genus Hevea dari famili Euphorbiaceae, yang merupakan pohon kayu tropis yang berasal dari hutan Amazon. Di dunia, setidaknya 2.500 spesies tanaman diakui dapat memproduksi lateks, tetapi Hevea brasiliensis saat ini merupakan satu-satunya sumber komersial produksi karet alam [1]. Karet alam mewakili hampir separuh (48,7% pada tahun 2013 menurut International Rubber Study Group IRSG) dari total produksi karet dunia karena sifat unik mekanik, seperti ketahanan sobek, dibandingkan dengan karet sintetis. Karet alam diproduksi terutama di Asia Tenggara (93%) dimana Indonesia merupakan negara produsen kedua terbesar di dunia setelah Thailand. Karet alam (cis-1,4-polyisoprene) diperoleh dari lateks yang diproduksi sel latisifer di kulit batang tanaman karet [2]. Karet alam dalam prakteknya diperoleh dengan melakukan penyadapan pada panel batang karet. Aplikasi hormon etilen pada panel batang sebelum penyadapan dapat meningkatkan produksi lateks dan metabolisme pohon karet secara keseluruhan. Lateks tersebut kemudian dikumpulkan dan diolah. Selama beberapa dekade terakhir, produksi karet alam di dunia meningkat secara signifikan, karena budidaya klon unggulan dan stimulasi menggunakan hormon etilen saat penyadapan. Akan tetapi, penggunaan etilen ternyata dihadapkan pada kenyataan yang pelik. Perlakuan berlebihan hormon tersebut disamping penyadapan yang juga berlebihan merupakan satu dari banyak faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit Kering Alur Sadap (KAS) (Montoro P, 2013 komunikasi pribadi). Sifat genetis dan kondisi lingkungan merupakan faktor lain yang berperan. Hingga saat ini penyakit KAS masih menjadi kendala utama dalam usaha peningkatan produksi lateks pada perkebunan karet di seluruh dunia. KAS diperkirakan menyebabkan kerugian 12-20% dari produksi karet tahunan, dengan 20-50% dari pohon produktif terkena gejala penyakit tersebut [3]. Gejala KAS, pertama dikenal sebagai pencoklatan kulit batang, ditandai dengan pengeringan kulit batang saat penyadapan dan diikuti dengan berhentinya sebagian atau keseluruhan aliran lateks. Pada stadium lanjut, panel sadap bahkan menjadi benar-benar kering diikuti dengan kulit kayu kecoklatan, penebalan kulit kayu, kulit kayu retak dan deformasi kulit yang membuat pohon karet akhirnya sama sekali tidak dapat menghasilkan lateks [4]. Meskipun banyak penelitian telah dilakukan dalam usaha mengatasi permasalahan KAS, mekanisme molekuler yang berlangsung di dalam sel masih minim diketahui. Hal www.ibriec.org Juli 2013: 1(1) 4-6 Penulis: Riza Arief Putranto 5 tersebut sesungguhnya merupakan langkah pertama yang perlu dipahami sebelum beralih pada usaha pencegahan atau penyembuhan tanaman. KAS dapat diterjemahkan sebagai akumulasi dari kelelahan fisiologis tanaman karet. Kelelahan tersebut merupakan respon kompleks dari banyak gen yang bertanggung jawab dalam metabolisme lateks. Pendekatan konvensional melalui analisis ekspresi gen per gen menggunakan PCR klasik tidak mampu memberikan informasi akurat mengenai proses molekuler pada tanaman karet yang terserang KAS. Saat ini telah banyak dikenal teknik analisis ekspresi gen debit tinggi seperti Microarray dan Real-Time PCR yang mampu mengukur jumlah transkrip dari banyak gen target dalam RNA yang diekstrak dari sampel. Teknik tersebut dinamakan debit tinggi karena mampu mengukur akumulasi transkrip gen dalam jumlah banyak secara efisien. Secara cepat, teknik tersebut mampu memperlihatkan profil ekspresi gen-gen yang bertanggung jawab dalam metabolisme dalam sel serta mengidentifikasi gen yang memiliki potensi sebagai penanda molekuler. Pendekatan diatas disebut juga pendekatan transkriptomik. Penelitian transkriptomik pada tanaman karet menunjukkan grafik meningkat lima tahun terakhir [5,6,7,8]. Beberapa penelitian terbaru mentargetkan sejumlah besar gen dengan menggunakan profil ekspresi untuk mencoba memahami mekanisme molekuler yang terjadi selama KAS berlangsung [9,10,11]. Penelitian yang mendalam tentang gen-gen kunci pada tanaman karet memiliki potensi yang besar di masa yang akan datang. Dalam aplikasi pada jangka pendek, gen-gen tersebut diharapkan mampu menjadi penanda molekuler untuk penyakit KAS pada tanaman karet. Pada jangka panjang, penanda molekuler tersebut dapat diintegrasikan dalam skema pemuliaan tanaman karet berbasis molekuler dan tidak mustahil digunakan untuk menghasilkan tanaman karet tanpa KAS. Kenapa tidak ? Referensi : [1] Polhamus LG (1962) Rubber: botany, production, and utilization: New York: Interscience. 191 p. [2] d'Auzac J, Prévôt JC, Jacob JL (1995) What's new about lutoids? A vacuolar system model from Hevea latex. Plant Physiol Biochem 33: 765-777. [3] de Faÿ E, Jacob JL (2010) Cyanogenesis and the onset of tapping panel dryness in rubber tree. Pesq Agropec Bras 45: 1372-1380. [4] de Faÿ E, Jacob JL (1989) Anatomical organization of the laticiferous system in the bark. In: d'Auzac J, Jacob JL, Chrestin H, editors. Physiology of Rubber Tree Latex. Boca Raton, Florida: CRC Press Inc. pp. 4-14. [5] Putranto R-A, Sanier C, Leclercq J, Duan C, Rio M, et al. (2012) Differential gene expression in different types of Hevea brasiliensis roots. Plant Science 183: 149-158. [6] Duan C, Rio M, Leclercq J, Bonnot Fo, Oliver G, et al. (2010) Gene expression pattern in response to wounding, methyl jasmonate and ethylene in the bark of Hevea brasiliensis. Tree Physiology 30: 1349-1359. [7] Piyatrakul P, Putranto R-A, Martin F, Rio M, Dessailly F, et al. (2012) Some ethylene biosynthesis and AP2/ERF genes reveal a specific pattern of expression during somatic embryogenesis in Hevea brasiliensis. BMC Plant Biology 12: 244. [8] Gebelin V, Argout X, Engchuan W, Pitollat B, Duan C, et al. (2012) Identification of novel microRNAs in Hevea brasiliensis and computational prediction of their targets. BMC Plant Biology 12: 18. www.ibriec.org Juli 2013: 1(1) 4-6 Penulis: Riza Arief Putranto 6 [9] Li D, Deng Z, Chen C, Xia Z, Wu M, et al. (2010) Identification and characterization of genes associated with tapping panel dryness from Hevea brasiliensis latex using suppression subtractive hybridization. BMC Plant Biology 10: 140. [10] Venkatachalam P, Thulaseedharan A, Raghothama K (2007) Identification of expression profiles of tapping panel dryness (TPD) associated genes from the latex of rubber tree (Hevea brasiliensis Muell. Arg.). Planta 226: 499-515. [11] Venkatachalam P, Thulaseedharan A, Raghothama K (2009) Molecular Identification and Characterization of a Gene Associated with the Onset of Tapping Panel Dryness (TPD) Syndrome in Rubber Tree (Hevea brasiliensis Muell.) by mRNA Differential Display. Molecular Biotechnology 41: 42-52. www.ibriec.org Juli 2013: 1(1) 4-6 Penulis: Riza Arief Putranto