29 Teknologi RNA sequencing pada tanaman karet : menungkap metabolisme lateks dan ketahanan terhadap stres biotik serta abiotik Teknologi RNA sequencing tengah menjadi primadona untuk analisis keseluruhan transkrip di dalam sel tanaman karet. Selama kurun waktu singkat, teknologi tersebut telah digunakan oleh ilmuwan-ilmuwan dunia untuk mengungkap metabolisme lateks yang terkait ketahanan klon-klon karet terhadap stres biotik serta abiotik. Beberapa belas database transkriptomik publik terkait beberapa tema riset tanaman karet kini telah tersedia dan dapat diakses. Analisis transkriptomik membuka peluang untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dalam memahami proses biologis yang terjadi di dalam sel latisifer tanaman karet. Kombinasi analisis transkriptomik, genomik dan aplikasi dalam pemuliaan tanaman dapat mengakselerasi proses mendapatkan material genetik dengan vigor tinggi serta toleran terhadap cekaman lingkungan. Ilustrasi gambar aliran lateks dari panel sadap batang tanaman karet Karet alam (1,4-cis-polyisopren) merupakan komoditas yang sangat penting untuk pembuatan lebih dari puluhan ribu produk di dunia. Setidaknya terdapat 2500 spesies tanaman yang dapat mensintesis karet alam, namun hanya Hevea brasiliensis yang hingga saat ini digunakan sebagai sumber komersial utama di dunia [1]. Panen lateks dari tanaman karet tersebut dilakukan secara lazim dengan cara penyadapan dan stimulasi hormon etilen. Penyadapan batang karet dilakukan dengan menyayat batang lunak tanpa melukai kambium hingga terbentuk panel sadap. Lateks akan mengalir dari panel sadap tersebut karena tekanan turgor di dalam jaringan penghasil lateks [2]. Tanaman karet selama bertahun-tahun beradaptasi dengan sistem panen yang cukup ekstrim tersebut ditambah stres biotik dan abiotik dengan tetap mempertahankan metabolisme untuk menghasilkan lateks [3]. Hal menakjubkan tersebut mendorong ilmuwan untuk lebih memahami proses yang terjadi di dalam sel dengan mengungkap metabolisme lateks ditambah ancaman cekaman biotik dan abiotik. Selama tiga dekade terakhir, para ilmuwan menggunakan pendekatan gene par gene untuk memahami proses molekuler di dalam sel latisifer (sel penghasil lateks). Kini, teknologi RNA sequencing telah banyak digunakan pada tanaman karet untuk berbagai analisis biologis. RNA sequencing (disingkat sebagai RNA-seq) adalah pendekatan baru yang dikembangkan untuk profiling data transkrip (sering disebut sebagai transkriptom) dengan menggunakan teknologi deep-sequencing [4]. Sebuah set lengkap transkrip RNA dalam sel termasuk www.iribb.org | September 2015 | 3(2), 29-32 Riza Arief Putranto - Peneliti PPBBI 30 kuantitasnya pada tahapan perkembangan atau kondisi fisiologis tertentu disebut sebagai transkriptom. Memahami transkriptom sangat penting untuk menafsirkan unsur-unsur fungsional genom dan mengungkap konstituen molekul, sel dan jaringan serta untuk memahami perkembangan atau penyakit tanaman. Transkriptom dapat pula disebut sebagai katalog untuk semua jenis transkrip seperti mRNA, non-coding RNAs dan small RNAs. Tujuan lain dari transkriptom adalah untuk menentukan struktur transkripsi dari gen dan mengukur tingkat ekspresinya pada waktu dan kondisi tertentu [5]. Analisis transkriptomik terkait biosintesis karet pertama kali dipublikasi pada tahun 2007 oleh ilmuwan dari Malaysia [6]. Namun demikian, penggunaan teknologi sekuensing generasi kedua baru dilakukan pada tahun 2011 di Tiongkok [7]. Inisiasi tersebut kemudian diikuti oleh ilmuwan-ilmuwan internasional lainnya. Terhitung hingga tahun 2015, setidaknya terdapat lebih dari 10 database transkriptom yang telah dipublikasi [8-14]. Bahkan analisis transkriptomik juga digunakan untuk validasi draft genom tanaman karet pada tahun 2013 [15]. Analisis tersebut penting untuk memperkirakan jumlah gen pada genom. Validasi tersebut berhasil mengkonfirmasi tingginya tingkat duplikasi gen pada genom tanaman karet yang berukuran ~2.1 GB (terbagi dalam 18 kromosom). Pada tema yang lebih spesifik, teknologi RNA-seq tersebut telah berhasil digunakan untuk mengidentifikasi beberapa famili gen yang terkait dengan regulasi metabolisme lateks seperti AP2/ERF dan ABC Transporter [9,16,17]. Ilmuwan dari Tiongkok juga menggunakan pendekatan yang sama untuk melihat pada skala lebih luas seluruh gen yang berpotensi menentukan lama aliran lateks [13]. Perbandingan antara analisis transkrip dari satu klon terhadap klon karet lainnya pun dapat dilakukan dengan relatif mudah untuk mengungkapkan perbedaan metabolisme lateks antara keduanya [11]. Analisis transkriptomik terkait penyakit fisiologis Kering Alur Sadap (KAS) pun telah dilakukan dengan melakukan skrining setiap aktor molekuler yang berpotensi mempengaruhi metabolisme lateks selama serangan penyakit tersebut [12]. Puluhan ribu gen diperkirakan diekspresikan dalam sel latisifer yang terkena KAS. Sekelompok kecil gen responsif terhadap etilen juga diperkirakan memiliki peran spesifik dalam toleransi terhadap KAS [3]. Pendekatan yang sama juga dilakukan terhadap klon karet terserang South American Leaf Blight (SALB). Hasil analisis klon toleran SALB menungkapkan terdapatnya puluhan gen yang terekspresi pada tingkat tinggi [18]. Gen-gen tersebut terlibat dalam perubahan proses biologi seperti peningkatan hormon pertahanan tanaman hingga sintesis dinding sel sebagai respon terhadap serangan pathogen. Saat ini, high-debit analysis dengan pengembangan database transkriptomik dan genomik tengah menjadi tren riset molekuler. Hal tersebut didukung oleh teknologi sekuensing yang telah memasuki generasi ketiga dan dalam beberapa tahun akan berkembang lebih baik lagi. Pengamatan terhadap berbagai faktor pada satu waktu dan kondisi tertentu tidak dapat ditawar lagi untuk mendapatkan kesimpulan terhadap permasalahan pada tanaman perkebunan. Terkhusus pada tanaman karet, problematika terkait metabolisme lateks, sistem penyadapan dan penyakit tanaman seperti KAS dan SALB sebaiknya ditangani secara multidisipliner. Analisis transkriptomik membuka peluang untuk mendapatkan gambaran lebih baik dalam memahami proses biologis yang terjadi di dalam sel latisifer tanaman karet. Kombinasi analisis transkriptomik, genomik dan aplikasi dalam pemuliaan tanaman dapat mengakselerasi proses mendapatkan material genetik dengan vigor tinggi serta toleran terhadap cekaman lingkungan. www.iribb.org | September 2015 | 3(2), 29-32 Riza Arief Putranto - Peneliti PPBBI 31 Referensi 1. Clément-Demange A, Priyadarshan PM, Thuy Hoa TT, Venkatachalam P (2007) Hevea Rubber Breeding and Genetics. Plant Breeding Reviews: John Wiley & Sons, Inc. pp. 177-283. 2. Venkatachalam P, Jayashree R, Rekha K, Sushmakumari S, Sobha S, et al. (2006) Rubber Tree (Hevea brasiliensis Muell. Arg). Methods in molecular biology (Clifton, NJ) 344: 153-164. 3. Putranto R-A, Herlinawati E, Rio M, Leclercq J, Piyatrakul P, et al. (2015) Involvement of Ethylene in the Latex Metabolism and Tapping Panel Dryness of Hevea brasiliensis. International Journal of Molecular Sciences 16: 17885. 4. Ozsolak F, Milos PM (2011) RNA sequencing: advances, challenges and opportunities. Nat Rev Genet 12: 87-98. 5. Wang Z, Gerstein M, Snyder M (2009) RNA-Seq: a revolutionary tool for transcriptomics. Nature reviews Genetics 10: 57-63. 6. Chow KS, Wan KL, Isa MN, Bahari A, Tan SH, et al. (2007) Insights into rubber biosynthesis from transcriptome analysis of Hevea brasiliensis latex. J Exp Bot 58: 2429-2440. 7. Xia Z, Xu H, Zhai J, Li D, Luo H, et al. (2011) RNA-Seq analysis and de novo transcriptome assembly of Hevea brasiliensis. Plant Mol Biol 77: 299-308. 8. Chow K-S, Ghazali A-K, Hoh C-C, Mohd-Zainuddin Z (2014) RNA sequencing read depth requirement for optimal transcriptome coverage in Hevea brasiliensis. BMC Research Notes 7: 69. 9. Piyatrakul P, Yang M, Putranto R-A, Pirrello J, Dessailly F, et al. (2014) Sequence and Expression Analyses of Ethylene Response Factors Highly Expressed in Latex Cells from Hevea brasiliensis. PLoS ONE 9: e99367. 10. Salgado LR, Koop DM, Pinheiro DG, Rivallan R, Le Guen V, et al. (2014) De novo transcriptome analysis of Hevea brasiliensis tissues by RNA-seq and screening for molecular markers. BMC Genomics 15: 236. 11. Chao J, Chen Y, Wu S, Tian W-M (2015) Comparative transcriptome analysis of latex from rubber tree clone CATAS8-79 and PR107 reveals new cues for the regulation of latex regeneration and duration of latex flow. BMC Plant Biology 15: 104. 12. Liu JP, Xia ZQ, Tian XY, Li YJ (2015) Transcriptome sequencing and analysis of rubber tree (Hevea brasiliensis Muell.) to discover putative genes associated with tapping panel dryness (TPD). BMC Genomics 16: 398. 13. Wei F, Luo S, Zheng Q, Qiu J, Yang W, et al. (2015) Transcriptome sequencing and comparative analysis reveal long-term flowing mechanisms in Hevea brasiliensis latex. Gene 556: 153-162. 14. Shearman JR, Sangsrakru D, Jomchai N, Ruang-Areerate P, Sonthirod C, et al. (2015) SNP identification from RNA sequencing and linkage map construction of rubber tree for anchoring the draft genome. PLoS ONE 10: e0121961. 15. Rahman AYA, Usharraj A, Misra B, Thottathil G, Jayasekaran K, et al. (2013) Draft genome sequence of the rubber tree Hevea brasiliensis. BMC Genomics 14: 75. 16. Putranto R-A, Duan C, Kuswanhadi, Chaidamsari T, Rio M, et al. (2015) Ethylene Response Factors Are Controlled by Multiple Harvesting Stresses in Hevea brasiliensis. PLoS ONE 10: e0123618. www.iribb.org | September 2015 | 3(2), 29-32 Riza Arief Putranto - Peneliti PPBBI 32 17. Zhiyi N, Guijuan K, Yu L, Longjun D, Rizhong Z (2015) Whole-Transcriptome Survey of the Putative ATP-Binding Cassette (ABC) Transporter Family Genes in the LatexProducing Laticifers of Hevea brasiliensis. PLoS ONE 10: e0116857. 18. Hurtado Paez UA, Garcia Romero IA, Restrepo Restrepo S, Aristizabal Gutierrez FA, Montoya Castano D (2015) Assembly and Analysis of Differential Transcriptome Responses of Hevea brasiliensis on Interaction with Microcyclus ulei. PLoS ONE 10: e0134837. www.iribb.org | September 2015 | 3(2), 29-32 Riza Arief Putranto - Peneliti PPBBI