STRATEGI KONSERVASI SUMBERDAYA TANAH DAN AIR Oleh: Dr. Dwi Nugroho Wibowo, MS Staf Pengajar Fakultas Biologi Unsoed PENDAHULUAN Pada dasarnya konservasi tanah dan air dilakukan agar energi yang dihasilkan dari curah hujan dan aliran air di permukaan tanah menjadi semakin kecil sehingga tidak merusak permukaan tanah dan dapat tersimpan di dalam tanah lebih lama. Pendekatam konservasi dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem penyerapan air ke dalam tanah, yaitu dengan menutup permukaan tanah dengan tanaman atau sisa-sisa tumbuhan dan dengan mengatur aliran air di permukaan tanah. Konservasi air merupakan pemanfaatan air yang jatuh ke anah seefisien mungkin dan mengatur aliran air sehingga tidak terjadi banjir di musim hujan dan tetap terdapat cukup air di musim kemarau. Berkaitan dengan aktivitas masyarakat perdesaan di sektor pefianian, maka menjadi keharusan untuk dapat memelihara jumlah dan kualitas air sebaik mungkin dan menggunakannya secara efisien. Pengendalian erosi secara mekanis merupakan usaha pengawetan tanah untuk mengurangi jumlah tanah yang hilang. Konservasi tanah dan air secara mekanis bertujuan untuk memperkecil aliran air di permukaan tanah, menampung, dan menyalurkan aliran air. Upaya tersebut dapat berupa perlambatan kecepatan aliran air dengan membuat rintangan-rintangan berupa terasering atau sengkedan. Strategi konservasi dengan metode mekanis antara lain dengan pengaturan sistem pengolahan tanah, pembuatan teras, dan pembuatan saluran pembuangan air. Strategi dalam usaha konservasi tersebut dapat dan mudah dilakukan masyarakat perdesaan. STRATEGI KONSERVASI DENGAN METODE VEGETATIF Metode vegetatif dalarn strategi konservasi merupakan usaha menekan laju erosi dengan cara mengatur atau mengelola jenis tanaman. I(eberhasilan usaha ini dipengaruhi oleh tinggi tanaman, kontinuitas daun, kepadatan tanaman, dan sistem perakaran tanaman. Semakin tinggi suatu tanaman atau pohon akan semakin besar energi kinetik bio.unsoed.ac.id tetes air yang jatuh dari tanaman tersebut. Hal tersebut terjadi pula pada tanaman berdaun lebar. Kepadatan tanaman mempengaruhi luas permukaan tanah yang tertutup. Semakin padat tanaman yang ada di permukaan tanah, akan semakin rendah laju erosi. Selain itu, sistem perakaran tanaman juga mempengaruhi agregat tanah. Strategi konservasi dengan metode vegetatif meliputi penanaman dengan tanaman penutup tanah, penanaman dengan strip, penanaman beragam tanaman, pemakaian mulsa, dan reboisasi. a. Tanaman penutup tanah Tanaman penutup tanah merupakan tanaman yang sengaja ditanam untuk melindungi tanah dari erosi, menambah bahan-bahan organik yang terkandung dalam tanah, dan sekaligus meningkatkan produktivitas tanah. Tanaman penutup tanah dapat ditanam tersendiri pada tanah yang tidak ditanami tanaman atau di bawah tanaman pokok. Tanaman penutup tanah dapat dibedakan menjadi tanaman penutup tanah rendah, sedang, tinggi, belukar alami, dan tumbuhan yang tidak disukai. Tanaman penutup tanah rendah digunakan pada pola tanam rapat, biasanya dari jenis Leguminosa, sepefii Centrosoma Sp., Mimosa invisa, dan Ageratum conyzoides. Tanaman penutup tanah sedang digunakan pada pola tanam teratur, biasanya ditanam diantara barisan tanaman pokok (seperti Eupathorium pallescens), ditanam sebagai tanaman pagar (Tehprosia candida dan Crotalaria anag,,roides), dan ditanarn diluar area tanaman pokok (Desmodium g,troides). Tanaman penutup tanah tinggi digunakan pada pola tanam teratur diantara barisan tanaman pokok (Leucaena glauca) atau ditanam untuk melindungi jurang dan tebing (Eucalyptus saligna, Cinchona succiruba, dan jenis bambuan). b. Penanaman dalam strip Penanaman dalam strip merupakan penanaman beberapa jenis tanaman berselang seling dan disusun berdasarkan garis kontur atau arah lereng. Terdapat tiga macam cara penanaman dalam metode ini, yaitu penanaman dalam strip sesuai dengan garis kontur, penanaman dalam strip lapangan, dan penanaman dalam strip penyanggah. Biasanya, pada strip selebar 20-50 m diantara tanaman pokok ditanami tanaman kacang-kacangan atau rumput-rumputan yang sifatnya permanen menutupi tanah' c. Pertanaman berganda Pertanaman beganda merupakan sistem bercocok tanam dengan menanam beberap bio.unsoed.ac.id jenis tanaman secar bersamaan, disisipkan, atau digilir. Cara bercocok tanam ini dapat dibedakan menjadi (1) tumpang sari atau penanaman beberapa jenis tanaman secara bersamaan seperti tanaman jagung dan ketela pohon, (2) penanaman beruntun dengan menanam dua atau lebih jenis tanaman seperti kedelai yang ditanam setelah tanaman padi dipanen, (3) tumpang gilir dengan menanam dua atau lebih jenis tanaman dimana tanaman kedua ditanam setelah tanaman pertama berbunga. Selain itu, ada pula penanaman dua atau lebih jenis tanaman dengan menggunakan tanaman leguminosa non pangan dengan tujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah. d. Pemakaian mulsa Sisa-sisa panen dapat dimanfaatkan sebagai mulsa untuk mengembalikan kandungan bahan organik ke tanah. Mulsa dari tanaman hijauan seperti Pinus merkusii dapat digunakan untuk menurunkan pH tanah yang basa. Selain itu, jerami padi dan jagung yang berserat dan sukar lapuk dapat dipakai sebagai mulsa untuk melindungi permukaan tanah. Mulsa disebarkan merata untuk melindungi permukaan tanah dari erosi dan diletakkan di dalam jalur untuk mengendalikan kelembaban'tanah dan menambah suplai air untuk tanaman. Sebaiknya, mulsa diletakkan pada akhir panen atau bersamaan dengan waktu pengolahan tanah persiapan musim panen berikutnya. Reboisasi adalah pemulihan fungsi hutan dengan penanaman kembali lahan kritis. Sasaran reboisasi adalah lahan kritis, yaitu lahan rusak secara fisik, kimia, dan biologi. Lahan tersebut dapat berupa hutan rusak, belukar, padang alang-alang, tanah gundul, atau tanah terlantar. Jenis tanaman yang digunakan untuk reboisasi adalah tanaman yang memiliki perakaran dalam, pertumbuhannya cepat, memiliki nilai ekonomis, dan dapat meningkatkan kesuburan tanah. Jenis tanaman dengan akar tunggang panjang dan pertumbuhannya cepat adalah Hibiscus tiliaceus, Albizzia falcata, dan Eucalyptus alba. Jenis tanaman yang berumur panjang seperti cengkih, mangga, dan rambutan. Sedangkan jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomis seperti akasia, damar, dan jati. STRATEGI KONSERVASI DENGAN METODE MEKANIK a. Pengolahan tanah Pengolahan tanah adalah salah satu usaha untuk mengembalikan kondisi tanah yang bio.unsoed.ac.id baik dengan menggemburkan tanah sehingga aerasi menjadi lebih baik dan tanaman ro dapat tumbuh optimal' untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan tanah di dalam proses pengolahan tanah, sebaiknya (1) tanah diolah seperlunya seperti pada tanah yang akan ditanami' (2) pengolahan tanah sejajar dengan garis kontur tanah sehingga air terhalangi oleh jalur buatan, (3) teras pematang atau guludan, dan (4) diikuti pemberian mulsa untuk memperkecil erosi, evaporasi air, dan menstabilkan temperatur tanah. b. Penterasan Pembuatan teras bertujuan untuk mengurangi panjang lereng sehingga aliran air di petmukaan tanah mengecil dan memberi kesempatan aliran air meresap dan tersimpan di dalam tanah' Berdasar bentuk dan fungsinya, dikenal empat macam teras, yaitu teras datar' kridit' pematang dan bangku. Teras datar dibuat pada daerah-daerah dengan curuah hujan rendah, kemiringan tanah <3o/o, dan mudah menyerap air. Teras kridit biasanya dibuat pada daerah denga' curah hujan cukup tinggi dan dengan kemiring an 3-r0o/o dengan tujuan untuk mempertahankan kesuburan tanah. Teras pematang dibuat pada tanah dengan kemiringan 75%o' Teras bangku dibuat pada tanah dengan kemiringan l5s0%. c. Saluran pembuangan air Saluran pembuangan air diperlukan pada lahan berlereng maupun pada pembuatan teras yang panjangnya >100m, guna mengendalikan aliran peresapan air ke dalam tanah' Saluran ini dibuat dengan air dan mningkatkan kemiringan 0,3o/o lebardengan kedalaman yang bergantung pada besarnya aliran air. Sebaiknya, tebing saluran ditanami tanaman penguat seperti rumput gajah yang sangat efektif melindungi tebing dari kikisan aliran air' Bentuk penampang melintang saluran pembuangan air biasanya segitiga, trapesium' atau parabolik' Pada lereng yang sangat curam, saruran pembuangan air harus dilengkapi dengan trucuk dan bangunan penerjun. KESIMPULAN Banyak usaha konservasi yang seben arnya telah dikenal dengan baik dan telah dilakukan oleh masyarakat perdesaan, terutama daram sistem bercocok tanam, seperti penanaman beberapa tanaman secara bersamaan atau bergilir sefta perlindungan lereng dan tebing dari erosi dengan penanaman ketela dan jagung. usaha konservasi dengan cara mekanik dipandang sangat perlu demi kelangsungan proses bertani masyarakat bio.unsoed.ac.id perdesaan dan untuk melakukannya hanya diperlukan teknologi sederhana seperti terasering, pematang, dan saluran pembuangan air. Semua cara ini telah masy arakat kenal, namun tidak sedikit dari mereka memahami aktivitas itu yang merupakan usaha konservasi alam. DAFTAR PUSTAKA Dwidjoseputro, D. 1994. Ekologi Manusia dengan Lingkungannya. Penerbit Erlangga. Jakarta. Nasution, A.H. 1999. Pengantar ke Filsafat Sains. PT Litera Antar Nusa. Bogor. Soeratmo, F.G. 1999. Masalah Lingkungan dan Pembangunan. Program Pascasarjana IPB. Bogor. Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan. PT Gramedia widiasarana. Jakarla. zen, M.T . 1 984. Menuju Kelestarian Lingkungan Hidup. PT'Gramedia. Jakarta. bio.unsoed.ac.id