BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas sifatnya dariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif yakni, agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yakni agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegitan dan lain-lain1. Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan, dan politik sudah didasari oleh para cendikiawan sejak Aristoteles yang hidup ratusan tahun sebelum Masehi. Akan tetapi, studi Aristoteles hanya berkisar pada retorika dalam lingkungan kecil. Baru pertengahan abad ke-20 ketika dunia dirasakan semakin kecil akibat revolusi industri dan revolusi teknologi elektronik, setelah di temukan kapal api, pesawat terbang, listrik, telepon, surat kabar, film, radio, televisi, dan sebagainya maka para cendikiawan pada abad sekarang menyadari pentingnya komunikasi ditingkatkan dari pengetahuan (knowledge) menjadi ilmu (science). 1 Onong effendy uchjana.Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.2005. hal 9-10 11 12 Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Definisi Hovland menunjukan bahwa yang di jadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapatan umum (public opinion) dan sikap public (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of other individuals).2 Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat di lancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang di kemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Paradigma Lasswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari yang di ajukan itu, yakni: 2 - komunikator (communicator, source, sender) - Pesan (message) - Media (Channel, media) - Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) - Efek (effect, impact, influence) ibid 10 13 Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. 2.2 Proses Komunikasi a. Proses Komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada oarng lain dengan menggunakan lambing (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa. Akan tetapi, tidak semua orang pandai mencari kata-kata yang tepat dan lengkap yang dapat mencerminkan pikiran dan perasaan yang sesungguhnya. Selain itu, sebuah perkataan belum tentu mengandung makna yang sama bagi semua orang.3 Kata-kata mengandung dua jenis pengertian, yakni pengertian denotatif dan pengertian konotatif. Sebuah perkataan dalam pengertian denotatif adalah yang mengandung arti sebagaimana tercantum dalam kamus (dictionary meaning) dan 3 ibid hal 11 14 diterima secara umum oleh kebanyakan orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama. Perkataan dalam pengertian konotatif adalah yang mengandung pengertian emosional atau mengandung penilaian tertentu (emotional or evaluative meaning). b. Proses Komunikasi secara sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering di gunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambanglambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan cirri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan yang di tuju. Setiap media memiliki cirri atau sifat tertentu yang hanya efektif dan efisien untuk dipergunakan bagi penyampaian suatu pesan tertentu pula. 15 Dengan demikian, proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat di klasifikasikan sebagai media massa (massmedia) media nirmasa atau media nonmassa ( non-mass media).4 2.3 Unsur-unsur dalam proses komunikasi Penegasan tentang unsur-unsur dalam proses komunikasi itu adalah sebagai berikut: a. sender : komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang b. Encoding : penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang c. Message: Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang di sampaikan oleh komunikator. d. Media : Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan e. Decoding : Pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang di sampaikan oleh komunikator kepadanya. f. Receiver : Komunikan yang menerima pesan dari komunikator g. Response : Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah di terima pesan. 4 ibid hal 16 16 h. Feedback : Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau di sampaikan kepada komunikator. i. Noise : Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. Model komunikasi di atas menegaskan factor-faktor kunci dalam komunikasi efektif. Komunikator harus tahu khalayak mana yang dijadikannya sasaran dan tanggapan apa yang di inginkannya. ia harus terampil dalam menyandi pesan dengan memperhitungkan bagaimana komunikan sasaran biasanya mengawasandi pesan. Komunikator harus mengirimkan pesan melalui media yang efisien dalam mencapai khalayak sasaran.5 2.4 Komunikasi Verbal Komunikasi verbal merupakan karakteristik khusus dari manusia. Tidak ada makhluk lain yang dapat menyampaikan bermacam-macam arti melaui kata-kata. Kata dapat dimanipulasi untuk menyampaikan secara ekplesit sejumlah arti. Katakata dapat menjadikan individu dapat menyatakan ide yang lengkap secara komprehensif dan tepat. Kata-kata memungkinkan pengiriman banyak ide-ide melalui gelombang udara kepada orang banyak. Kata-kata memungkinkan menyatakan 5 ibid hal 18-19 17 perasaan dan pikiran yang memungkinkan dapat dibaca orang untuk beberapa menit atau untuk beberapa abad sesudahnya. 6 Kemampuan menggunakan komunikasi verbal secara efektif adalah penting bagi administrator dan manajer. Dengan adanya komunikasi verbal memungkinkan pengidentifikasian tujuan, pengembangan strategi dan tingkah laku untuk mencapai tujuan. Komunikasi verbal dapat dibedakan atas komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Komunikasi lisan dapat di definisikan sebagai suatu proses dimana seorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Misalnya, seorang pemimpin organisasi menyampaikan suatu keputusan kepda bawahannya dengan menyandikan keputusan itu dalam bentuk katakata. yang diucapkan langsung kepada bawahannya. Karyawan yang mendengar katakata tersebut menginterpretasikan artinya atau maksutnya serta berespon terhadap keputusan yang disampaikan tersebut. Sedangkan komunikasi tulisan apabila keputusan yang disampaikan oleh pimpinan itu disandikan dalam simbol-simbol yang dituliskan oleh kertas atau pada tempat lain yang bisa di baca, kemudian dikirimkan pada karyawan yang dimaksudkan. Komunikasi tertulis ini dapat berupa surat, memo, buku petunjuk, gambar, laporan, sedangkan komunikasi lisan dapat dalam bentuk percakapan interpersonal secara tatap muka, atau melalui telepon, radio, televise dan lain-lain. 6 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, PT Bumi Aksara: 2011, Hal 95-97 18 Dalam komunikasi tulisan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama sekali adalah penampilannya. Penampilan, komunikasi adalah hal yang vital. Banyak para pimpinan kurang menyadari, bahwa surat adalah gambaran personal dari perusahaan atau organisasinya. Penampilan pesan sering menentukan apakah pesan itu akan diterima sebagai apa yang dimaksudkan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemilihan kata-kata yang di gunakan. Kata-kata dapat tidak benar menurut tata bahasanya, meragukan atau mengambang. Masalahnya, bukan menuliskan kata tetapi menuliskan apa yang di maksutkkan dengan kata-kata itu. Agar kita dapat berhasil dalam komunikasi tulisan, Lewis (1987) menyarankan agar memperhatikan prinsipprinsip komunikasi tulisa yaitu: kebenaran cara menulis, keringkasan isi, kelengkapan, kejelasan, dan kesopansantunan7. 2.4.1 Fungsi Bahasa Dalam Kehidupan Manusia Kemampuan berbahasa manusia, yang membedakannya dari hewan lain yang lebih rendah, merupakan akibat dari pembesaran dan perkembangan otak manusia. Salah satu pandangan mengatakan bahwa orang-orang yang hidup di berbagai bagian dunia merasa perlu merancang solusi untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. Dalam hal ini, mereka menciptakan berbagai cara hidup, dan bersama hal itu, bahasa-bahasa berlainan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Misalnya, cara orang Eskimo yang unik harus menawarkan cara-cara bagi orang-orang ini untuk mengatasi 7 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.PT Remaja Rosdakarya Bandung :2008. hal 263 19 lingkungan mereka. Ini mungkin bisa menjelaskan mengapa terdapat banyak kata dalam kosa kata Eskimo yang merujuk pada salju. Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang, objek, dan peristiwa. Setiap orang punya nama untuk identitas sosial. Orang juga dapat menamai apa saja, objek-objek yang berlainan, termasuk perasaan tertentu yang mereka alami. Penamaan adalah dimensi pertama bahasa dan basis bahasa dan pada awalnya itu, dilakukan manusia sesuka mereka, yang lalu menjadi konvensi. Menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi, objek,tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi, menurut Barker, menekankan berbagai gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Barker berpandangan, keistimewahan bahasa sebagai sarana transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita. Tanpa bahasa kita tidak mugkin bertukar informasi, kita tidak mungkin menghadirkan semua objek dan tempat untuk kita rujuk dalam komunikasi. 8 8 ibid hal 265-266 20 2.4.2 Bahasa Gaul Orang-orang yang punya latar belakang sosial budaya berbeda lazimnya berbicara dengan cara berbeda. Perbedaan ini boleh jadi menyangkut dialek, intonasi, kecepatan, volume (keras atau lemahnya), dan yang pasti adalah kosakatanya. Cara bicara dan pilihan kata ilmuan berbeda dengan cara bicara dan pilihan kata pedagang. Begitu juga antara cara bicara orang Jawa dengan cara bicara orang Batak. Sejumlah kata atau istilah punya arti khusus, unik, menyimpang atau bahkan bertentangan dengan arti yang lazim ketika di gunakan oleh orang-orang dari subkultur tertentu. Bahasa subkultur ini di sebut bahasa khusus (special language), bahasa gaul atau argot. Meskipun bahasa argot sebenarnya merujuk pada bahasa khas yang digunakan setiap komunitas atau subkultur apa saja (termasuk kelompok seniman), argot lebih sering merujuk pada bahasa rahasia yang digunakan kelompok menyimpang (deviant group), seperti kelompok preman, kelompok penjual narkotika, kaum homoseksual/lesbian, pelacur, dan sebagainya. Kata monster berarti sukses besar (bukan raksasa) dalam subkultur music cadas (rock) di Amerika. Dalam bahasa khusus subkultur kulit hitam di Amerika (disebut ebonics), bad berarti sangant bagus (bukan jelek), charlie merujuk pada orang kulit putih, chickenhead berarti wanita berambut pendek atau wanita tidak menarik (bukan kepala ayam), dan haircut berarti dirampok atau ditipu (bkan cukr rambut). Banyak komunitas dan subkultur mempunyai bahasa mereka sendiri yang unik dan sulit dipahami orang-orang diluar kelompk mereka. 21 Penciptaan bahasa khusus ini memilii fungi tertentu bagi kelompok penggunannya. Pertama, sebagai kontrabudaya dan sarana pertahanan diri, terutama bagi kelompok yang hidup dilingkungan mereka yang tidak dapat dipahami kelompok luar. Kedua, argot berfungsi sebagai sarana kebencian kelompok tersebut terhadap budaya dominan tanpa diketahui kelompok dominan dan dihukum oleh mereka. Ketiga, argot berfungsi sebagai sarana memelihara identitas dan solidaritas kelompok. Argot memungkinkan mereka mengenal orang dalam dan membedakan mereka dengan orang luar. 2.4.3 Bahasa gay dan bahasa waria Di negara kita bahasa gaul kaum selebritis ternyata mirip dengan bahasa gaul kaum gay (homoseksual) dan juga bahasa gaul kaum waria atau banci. Sejumlah kata yang mereka gunakan, misalnya adalah binagius (bagus), cinakinep (cakep), duta (uang), kemek (makan), linak (laki-laki), maharani (mahal), jinelinek (jelek), minerinangsinang (merangsang), minurinah (murah), ngondek (genit), rumpi (pemeras), seribong (seribu), tinta (tidak cinta), dan sebagainnya.9 2.5 Komunikasi Nonverbal 2.5.1 Pengertian Komunikasi Nonverbal Yang dimaksut dengan komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. Atau 9 ibid 311 dan 313 22 dapat juga dikatakan bahwa semua kejadian disekeliling situasi komunikasi yang tidak berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan atau dituliskan. Dengan komunikasi nonverbal orang dapat mengekpresikan perasaanya melalui ekspresi wajah dan nada atau kecepatan berbicara. Misalnya, seorang pimpinan berbicara dengan suara yang keras dan wajah yang merah padam, itu menandakan bahwa pimpinan tersebut sedang marah pada karyawan tersebut. Tanda-tanda komunikasi nonverbal belumlah dapat di identifikasi seluruhnya tetapi hasil penelitian menunjukan bahwa cara dudu, berdiri, berjalan, berpakaian, semuanya itu menyampaikan informasi pada orang lain. Tiap-tiap gerakan yang kita buat dapat menyatakan asal kita, sikap kita, kesehatan atau bahkan keadaan psikologis kita. Misalnya gerakan-gerakan seperti mengerutkan alis, mengigit bibir, menunjuk dengan jari, tangan di pinggang, melipat tangan bersilang di dada semuanya mengandung arti tertentu. Ada peribahasa mengatakan apa yang dikatakan dengan keras tidak dapat di dengar orang, tetapi tanda-tanda diam seperti menganggukan kepala, rasa kasih saying, kebaikan, rasa persaudaraan, di dengar oleh orang lain dan merupakan pesan yang nyata dan jelas. 10 Arti dari suatu komunikasi verbal dapat diperoleh melalui hubungan komunikasi verbal dan nonverbal. Atau dengan kata lain komunikasi verbal akan lebih mudah diinterpretasikan maksutnya dengan melihat tanda-tanda nonverbal yang mengiringi komunikasi verbal tersebut. komunikasi nonverbal dapat memperkuat dan 10 Arni Muhammad. Komunikasi Organisasi. PT Bumi Aksara: 2007.hal 130-131 23 menyangkal pesan verbal orang khususnya lebih percaya pada komunikasi nonverbal yang menyertainya. Ada tiga hal yang perlu di ingat dalam komunikasi nonverbal yaitu: pertama, karena interpretasi adalah karakteristik yang kritis dalam komunikasi nonverbal, maka adalah sulit menyamakan tindakan stimulus nonverbal tertentu dengan satu verbal khusus. Di dalam komunikasi nonverbal hendaklah di hindari melakukan generalisasi karena keseluruhan arti tidaklah dapat di desain untuk tindakan nonverbal tertentu. Hati-hatilah dalam menginterpretasikan tanda-tanda nonverbal yang diperlukan. Kedua, komunikasi nonverbal tidaklah merupakan sistem bahasa tersendiri. Tetapi lebih merupakan bagian dari sistem verbal. Komunikasi nonverbal umumnya tidaklah membawa informasi yang cukup, yang menjadikan penerima menyampaikan arti keseluruhan yang timbul dari pertukaran pesan tertentu. Sistem komunikasi nonverbal terbatas dan tidaklah memperlihatkan ketepatan bila hanya digunakan tersendiri. Ketiga, komunikasi nonverbal dapat dengan mudah ditafsirkan salah. Oleh karena itu adalah berbahaya membuat arti tingkah laku nonverbal tertentu, karena adanya perbedaan dalam kebudayaan di antara sesama. Tanpa latar belakang yang cukup atau data verbal yang mendukung seseorang dapat salah menafsirkan pesan. 24 Nilai komunikasi nonverbal tidaklah terletak sebagai pengganti, pertukaran pesan tulisan tetapi sebagai satu jaringan yang menyokong. 11 2.5.2 Fungsi Komunikasi Nonverbal Dilihat dari fungsinya, perilaku nonverbal mempunyai beberapa fungsi. Paul Ekman menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal, seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata, yakni sebagai: 1. Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan, “saya tidak sungguhsungguh” 2. Illustrator. Pandangan ke bawah dapat menunjukan depresi atau kesedihan. 3. Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi. 4. Penyesuain. Kedipan mata yang cepat meningkatkan ketika orang berada dalam tekanan. Itu merupakan respons tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan. 5. Affect display. Pembesaran manik-mata (pupil dilation) menunjukkan peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjuka perasaan takut, terkejut atau senang.12 11 ibid hal 131-132 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya Bandung:2008. hal 349 12 25 Dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku nonverbal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut: 1. Perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal, misalnya menganggukan kepala ketika mengatakan “iya” atau menggelengkan kepala ketika mengatakan “tidak” 2. Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Misalnya melambaikan tangan mengucapkan “sampai jumpa lagi, ya”. Nada suara yang meninggi atau suara yang lambat ketika berpidato di hadapan khalayak. Isyarat nonverbal demikian itulah yang di sebut after display. 3. Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi berdiri sendiri. Misalnya menggoyangkan tangan dengan telapak tangan mengarah ke depan. 4. Perilaku nonverbal dapat meregulasikan perilaku verbal. Misalnya sebagai mahasiswa mengenakan jaket atau membereskan buku-buku, sehingga dosen segera menutup kuliahnya. 5. Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal. 13 2..5.3 Klasifikasi Pesan Nonverbal Berdasarkan analisis Edward T.Hall dan Bridstell, pesan nonverbal digolongan menjadi tiga jenis yaitu: kinestik, prosemik dan paralinguistic. 13 ibid 26 2.5.3.1 Kinestik Bidang yang menelah bahasa tubuh adalah kinesika (kinesics), suatu istilah yang diciptakan seorang perintis studi bahasa nonverbal, Ray L.Birdwhistell. setiap anggota tubuh seperti wajah (termasuk senyuman dan pandangan mata), tangan, kepala, kaki dan simbolik. Karena kita hidup, semua anggota badan kita senantiasa bergerak. Dalam pelajaran pesan nonverbal dikenal beberapa jenis kinestik, yaitu: 2. Ekpresi wajah Berbagai penelitian melaporkan bahwa emosi dapat ditunjukan melalui ekspresi wajah karena wajah dianggap sangat kuat menampilkan keadaan dalam seseorang yang membuat orang lain dapat membayangkan apa yang sebenarnya terjadi. Sylvan S.Tomkins menemukan sekurang-kurangnya ada 8 dasar emosi wajah yang mencengangkan yakni, emosi yang menyatakan surprise, minat, gembira, gusar, takut, jijik, tau muak, malu, dan kesedihan yang mendalam. 3. Kontak mata dan pandangan Kontak mata/cara pandang merupakan komunikasi nonverbal yang ditampilkan bersama ekspresi wajah. Tak mengherankan kalau banyak orang menggerakan alis mata ketika mereka bercakap-cakap karena mereka menganggap bahwa kontak mata yang ditampilkan komunikator akan menarik umpan balik dari komunikan. 27 4. Isyarat tangan Kita sering menyertai ucapan kita dengaan isyarat tangan. Sebagain orang menggunakan tangan mereka dengan leluasa, sebagian lagi moderat dan sebagian lagi hemat. Untuk memperteguh pesan verbal mereka, orang-orang Prancis,Italia, Spanyol, Mexico, dan Arab termasuk orang-orang yang sangat aktif menggunakan tangan mereka, lebih aktif dari orang Amerika atau orang Inggris, seakan-akan mereka tidak mau diam. Penggunaan isyarat tangan dan maknanya jelas berlainan dari budaya ke budaya. 5. Postur Tubuh Postur tubuh sering bersifat simbolik. Postur tubuh memang mempengaruhi citra diri. Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antar fisik dan karakter atau tempramen. Klasifikasi bentuk tubuh yang dilakukan oleh William Sheldon misalnya mununjukan hubungan antara bentuk tubuh dan tempramen. Sebagian anggapan mengenai bentuk tubuh dan karakter yang dihubungkannya mungkin sekedar stereotip.14 2.5.3.2 Sentuhan Studi tentang sentuh-menyentuh disebut haptika (haptics). Sentuhan seperti foto adalah suatu perilaku nonverbal yang multi-makna, dapat menggantikan seribu kata. Menurut Heslin, terdapat lima kategori sentuhan yang merupakan suatu rentang 14 Alo Liliweri.Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya: Yogyakarta. Lkis. 2003. hal 193 28 dari yang sangat impersonal hingga yang sangat personal. Kategori-kategori tersebut adalah sebagai berikut: a. Fungsional-profesional. di sini sentuhan bersifat “dingin” dan berorientasi-bisnis, misalnya pelayan toko membantu pelanggan memilih pakaian. b. Sosial-sopan. Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh pengharapan, aturan dan praktik sosial yang berlaku, misalnya berjabat tangan. c. Persahabatan-kehangatan. Kategori ini meliputi setiap sentuhan yang menandakan afeksi dan hubungan yang akrab. Misalnya,dua orang yang merangkul setelah mereka lama berpisah. d. Cinta-keintiman. Kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan keterikatan emosional atau ketertarikan. Misalnya mencium pipi orang tua dengan lembut: orang yang sepenuhnya memeluk orang lain: dua orang yang “bermain kaki” di bawah meja: orang Eskimo yang saling menggosokan hidung. e. Rangsangan seksual. Kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya, hanya saja motifnya bersifat seksual. Rangsangan seksual tidak otomatis bermakna cinta atau keintiman. Seperi makna pesan verbal, makna pesan nonverbal termasuk sentuhan. Bukan hanya bergantung pada budaya tetapi juga pada konteks. 29 2.5.3.3 Parabahasa Parabahasa atau vokalika (vocalic), merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada (tinggi atau rendah), Intesitas (volume) suara, intonasi, dialek, suara terputus-putus, suara gemetar, suitan, siualan, tawa, erangan, tangis, gerutuan, gumaman, desahan, dan sebagainya. Setiap karakteriktik suara ini mengkomunikasikan emosi dan pikiran kita. Suara terengah-engah menandakan kelemahan, sedangkan ucapan terlalu cepat menandakan ketegangan, kemarahan, atau ketakutan. Terkadang kita bosan mendengarkan pembicaraan orang, bukan karena isi pembicaraannya, melainkan cara menyampaikan yang lamban dan monoton. Mehrabian dan Ferris menyebutkan bahwa parabahasa adalah terpenting kedua setelah ekspresi wajah dalam menyampaikan perasaan atau emosi. Menurut formula mereka parabahasa punya andil 38%dari keseluruhan impak pesan. Oleh karena ekspresi wajah punya andil 55% lebih dari keseluruhan impak pesan. Lebih dari 90% isi emosionalnya ditentukan secara nonverbal. 15 2.5.3.4 Penampilan Fisik Setiap orang punya persepsi mengenai penampilan fisik seseorang baik itu busananya (model, kualitas bahan, warna) dan juga ornament lain yang dipakainya, seperti kacamata, sepatu, tas, jam tangan, kalung, gelang, cincin, anting-anting, dan sebagainya. Seringkali orang juga memberi makna tertentu pada karakteristik fisik 15 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.PT Rodakarya: Bandung. 2005. hal 342 30 orang yang bersangkutan, seperti bentuk tubuh, warna kulit, model rambut dan sebagianya.16 Nilai-nilai agama, kebiasaan, tuntutan lingkungan (tertulis atau tidak), nilai kenyaman, dan tujuan pencitraan, semua itu mempengaruhi cara kita berdandan. Sebagian orang berpandangan bahwa pilihan seseorang terhadap pakaian mencerminkan kepribadiannya, apakah ia orang yang konservatif, religious, modern atau berjiwa muda. Kita memang cenderung mempersepsi dan memperlakukan orang yang sama dengan cara yang berbeda bila ia mengenakan pakaian yang berbeda. 2.5.3.5 Bau-bauan Bau-bauan terutama yang menyenangkan (wewangian, seperti deodorant eau de toilette, eau de cologne, dan parfum) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan, mirip dengan cara yang juga dilakukan hewan. Kebanyakan hewan menggunakan bau-bauan untuk memastikan kehadiran musuh, menandai wilayah mereka, mengidentifikasi keadaan emosional dan menarik lawan jenis. Mereka yang ahli dalam wewangian dapat membedakan bau parfum laki-laki dengan parfum perempuan, bau parfum mahal dengan bau parfum yang murah. Bau parfum yang digunakan seseorang dapat menyampaikan pesan bahwa ia berasal dari kelas tertentu: kaum eskskutif, selebritas, atau wanita tunasusila, kelas atas atau kelas bawah. Wewangian dapat mengirim pesan sebagai pengodaan, rayuan, ekspresi 16 ibid 346 31 feminimitas atau maskulinitas. Dalam bisnis, wewangian melambangkan kesan, citra, status dan bonafiditas. 2.5.3.6 Orientasi Ruang dan Jarak Pribadi Setiap budaya punya cara khas dalam mengkonseptualisasikan ruang, baik di dalam rumah, di luar rumah ataupun dalam berhubungan dengan orang lain. Edwart T.Hall adalah antropolog yang menciptakan istilah proxemics (proksemika) sebagai studi yang menelaah persepsi manusia atas ruang terhadap komunikasi. Beberapa pakar lainnya memperluas konsep prosemika ini dengan memperhitungkan seluruh lingkungan fisik yang mungkin berpengaruh terhadap proses komunikasi , termasuk iklim (temperature), pencahayaan dan kepadatan penduduk. 17 2.5.3.7 Warna Kita sering menggunakan warna untuk menunjukan suasana emosional, cita rasa, afiliasi politik dan bahkan meungkin keyakinan agama kita, seperti ditunjukan kalimat atau frase berikut: wajah yang merah, koran kuning, feeling blue, matanya hijau kalau melihat duit, kabinet ijo royo-royo dan sebagainya. Dalam tiap budaya terdapat konvensi tidak tertulis mengenai warna pakaian yang layak dipakai atau tidak. Hingga derajat tertentu, tampaknya ada hubungan antara warna yang digunakan dengan kondisi fisiologi dan psikologis manusia, meskipun kita memerlukan lebih banyak penelitian untuk membuktikan dugaan ini. 17 ibid 355 32 2.6 Gaya Gaya pakaian merupakan salah satu bentuk dari komunikasi nonverbal karena didalamnya terdapat praktik-praktik penandaan. Melalui gaya pakaian dapat direpsentasikan sejumlah makna tertentu sesuai dari tujuan seseorang yang menggunakan gaya pakaian tersebut. Gaya pakaian bukan hanya sekedar dipakai begitu saja. Wilson menyebutkan bahwa fashion (pakaian) merupakan seperti fenomena budaya khususnya dalam bentuk simbolis dan mistis yang cukup lama bertahan terpenjara didalam sebuah makna18. Pada kajian ilmu komunikasi, pakaian memainkan peran yang pernting. Menurut Rakhmat (1994-292) pakaian dalam konteks komunikasi nonverbal merupakan bagian dari pesan artifaktual. Gaya pakaian dipandang memliki satu fungsi komunikatif. Suatu bentuk komunikasi artifktual dalam ranah komunikasi nonverbal. Gaya pakaian menyampaikan pesan bermakna dengan cara yang sama seperti bahasa menyampaikan pesan Komunikasi artifaktual meliputi segala macam penampilan seperti gaya pakaian, tas dan atribut-atribut lainnya. Pada umumnya pakaian digunakan untuk menyampaikan identitas seseorang untuk mengungkapkan kepada orang lain siapa kita. 18 Farid Hamid U: pakaian : Studi Komunikasi Artifaktual. Jakarta: MediaKom Jurnal Ilmiah 2010 33 2.6 Komunitas Sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antara para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values.19 Komunitas berasal dari bahasa latin communitas ynag berarti “kesamaan” kemudian dapat di turunkan dari “communis” yang berarti “sama, public, dibagi oleh semua atau banyak”. Komunitas dalam sebuah kelompok sosial beberapa organism yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu didalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan sumber daya, frefensi, kebutuhan, resiko, dan sejumlah kondisi serupa.20 2.7 Pengertian Waria Dalam konteks budaya, dimensi konflik dan perilaku yang dihadirkan waria tidak hanya di pempat di pandang sebagai sebuah tatanan yang menyimpang, namun bahwa perilaku mereka belum mendapatkan tempat di dalam peran-peran sosial menyatu dengan masyarakat. Lingkungan sosial umumnya akan memperoleh keamanan psikologis yang cukup besar dari perasaan akrab dan menyatu, karena manusia dalam konteks kebudayaan tidaklah sendirian melainkan merupakan bagian 19 Hermaway Kertajaya. Karakteristik Entrepreneur. Jakarta.PT Gramedia Pusaka Utama.2008, hal 20 dikutip dari skripsi Adi Gunawan Saputro. Analisis Perilaku Komunikasi Verbal dan Nonverbal komunitas lesbian. Jakarta 2013. 20 ibid, hal 21 34 yang tidak terpisahkan dari suatu kelompok dalam kelompok itu ia diterima dan memainkan peranan (Mulder, 1984:64).21 Hidup “sebagai waria” mengandung satu pengertian bahwa seorang waria harus mampu bertahan dari berbagai ragam tekanan yang menghimpitnya dirinya, karena kultur mereka belum sepenuhnya diterima di dalam ruang sosial-ruang sosial tersebut. Oleh karena itu, tekanan-tekanan sosial tidak harus mereka hindari, namun sebaliknya harus mereka hadapi dengan penuh siasat. Dengan demikian terdapat strategi-strategi tertentu untuk mempertahankan perilaku waria, yang akhirnya menjadi sebuah kultur waria. Strategi-strategi satu proses sosial budaya yang pada gilirannya harus dapat mengejawantahkan perilaku waria untuk dapat bertahan dalam ruang sosial tertentu. Melalui pengalaman-pengalaman hidup itulah kemudian akan ditemukan makna hidup “sebagai waria”.22 2.8.1 Macam-macam Kelainan Seks Adapun yang termasuk dalam golongan kelainan seks antara lain: 1. Sexual Sadism : penderita kelainan ini hanya akan mendapat gairah kepuasan seksual dengan melakukan aksi kekerasan baik fisik maupun mental. Bentuk kekerasan tersebut bisa ringan, tetapi bisa pula berat, ,misalnya: pembunuhan. 2. Sexual Masochism : merupakan kebalikan dari sadisme. Penderita kelainan jenis ini mendapatkan kegairahan seksual dengan cara 21 22 Koeswinarno. Hidup Sebagai Waria. LKiS: Yogyakarta. 2004. hal 5 ibid hal 10-11 35 dihina, diikat, dipukul, atau dengan bentuk-bentuk kekerasan lain. Artinya, dia dengan sengaja terlibat dalam kekerasan tersebut demi mendapatkan kepuasan seks. 3. Zoophylia : orang yang menderita kelainan ini mendapatkan kepuasan lewat hubungan seks dengan hewan. Atau bisa juga sekedar fantasi bahwa ia seolah-olah mengadakan hubungan dengan binatang. Bnrtuknya bisa sekedar mengelus-elus, melihat aktifitas seks binatang atau melakukan hubungan kelamin langsung. 4. Voyeurism : penderitanya adalah orang yang mendapatkan kegairahan seks dengan cara mengintip orang yang sedang telanjang atau sedang melakukan hubungan seks. 5. Fetishism : orang yang mengidap kelainan ini menggunakan benda-benda terseebut, misalnya celana dalam, sapu tangan, atau rambut. Biasanya, benda-benda tersebut itu dielus-elus, dipandangi, atau dipakai untuk masturbasi. 6. Pedophylia : penderita jenis ini suka melakukan atau berfantasi dengan berhubungan seks dengan anak kecil. 7. Exhibitionism : penderitanya mendapatkan gairah seks dengan cara memperlihatkan alat kelaminnya kepada orang yang tidak dikenalnya. 36 8. Transvestism : orang yang menderita kelainan ini mendapatkan kegairahan dengan cara memakai pakaian lawan jenisnya.23 2.8.2 Ciri-ciri Waria Dalam DSM IV-TR, waria dianggap memiliki gangguan identitas gender (Gender Identity Disorder) transeksual memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Identifikasi yang kuat dan menetap terhadap lawan jenis b. pada anak-anak terdapat empat atau lebih ciri, yaitu: a. Berulang kali menyatakan keinginan atau memaksa diri untuk menjadi lawan jenis b. lebih suka memakai pakaian lawan jenis c. lebih suka berperan sebagai lawan jenis dalam bermain atau berfantasi menjadi lawan jenis terus menerus. d. lebih suka melakukan permainan lawan jenis e. lebih suka bermain dengan teman-teman yang lawan jenis. c. Pada remaja dan orang dewasa seperti keinginan untuk menjadi lawan jenis, ingin di perlakukan sebagai lawan jenis. keyakinan bahwa emosinya adalah tipikal lawan jenis. D. Rasa tidak nyaman yang terus-menerus dengan jenis kelamin biologisnya atau rasa terasing dan peran gender jenis kelamin tersebut. 23 Kemala Atmojo. Kami Bukan Lelaki. Jakarta: PT Temprint. 1986 hal 35-36 37 E Pada anak-anak terwujud dalam salah satu hal diantaranya, pada laki-laki merasa jijik dengan penisnya dan yakin bahwa penisnya akan hilang seiring berjalannya. Pada anak perempuan, menolak untuk buang air kecil dengan cara duduk yakin bahwa penis akan tumbuh, merasa tidak suka dengan payudara yang besar dan menstruasi dan tidak menyukai pakaian perempuan. f. Pada remaja dan dewasa terwujud dengan salah satu hal diantaranya keinginan kuat untuk mrnghilangkan karakteristik jenis kelamin sekunder melalui pemberian hormone atau operasi, yakin bahwa dia dilahirkan dengan jenis kelamin yang salah24. 24 ibid 36