makalah kolokium

advertisement
MAKALAH KOLOKIUM
Nama Pemrasaran/NIM
Departemen
Nama Pembahas/NIM
Dosen Pembimbing/NIP
Judul Rencana Penelitian
:
:
:
:
:
Tanggal dan Waktu
:
Mirfa Soraya Ardilla/I34110062
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Renita Intan Cahyani/I34110024
Dr. Sofyan Sjaf/19781003 200912 1 003
Dominasi (Relasi dan Pengaruh) Praktik Politik Etnik terhadap
Kesejahteraan Kelompok Etnik
23 Juni 2014/08.00 – 09.00 WIB
1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kemajemukan etnis di Indonesia menghadirkan sebuah identitas etnik yang khas dalam masing
– masing kelompok etnik. Etnisitas seringkali didefinisikan sebagai perasaan terhadap identitas etnis
yang dimiliki oleh masing-masing individu dalam kelompok secara subjektif dan simbolik untuk
menghasilkan kohesi internal dan diferensiasi dengan kelompok - kelompok lainnya (Brass 1991).
Identitas etnis dikonstrusikan oleh masing – masing kelompok berdasarkan hubungan keluarga,
bahasa, budaya, kebudayaan, agama dan asal daerah (Posner 2005). (Syaf 2012) juga menjelaskan
bahwa Identitas etnis baik secara kelompok maupun individu dibangun atas dasar dimensi Subjektivitas
(pengalaman) dan Objektivitas (kesejarahan). Konstruksi identitas etnis ini kemudian menjadi salah satu
faktor penting dalam melihat aktivitas kelompok etnis dalam berbagai bidang sosial khususnya dalam
arena praktek politik.
Etnisitas sebagai simbol identitas kerap dimanfaatkan sebagai alat untuk merebut kekuasaan
politik dan menarik dukungan komunitas etnis dalam proses dominasi praktek politik lokal. Praktek elit
politik etnis yang didukung oleh modal – modal ekonomi, sosial, simbolik dan budaya yang melekat
pada masing – masing elit disetiap etnis serta kesejarahan “tokoh pemersatu” dan etnodemografi (Sjaf
2012) seharusnya dapat membantu kemajuan hidup kelompok disetiap etnis. Namun pada
kenyataannya praktik politik seperti dalam pilkada, pilwali maupun suksesi parpol tidak menjamin
kesejahteraan kelompok etnis. Hal ini misalnya dapat dilihat melalui pilkada Sulawesi Selatan dimana
terdapat beberapa suku yang berkontestasi (Bugis, Makasar, Luwu, massenrepulu, dan Toraja). Para
kontestan kadang mengklaim dirinya sebagai representasi dari etnis tersebut sehingga dalam paket
pilkada provinsi untuk pasangan selalu mereka mengambil dari asal etnis sang kontestan (Tahara
2007). Kemudian merujuk pada pendapat (Walter O. Oyugi 1997 dalam Lingkaran Survei Indonesia), ia
menjelaskan bahwa dalam pemilu multipartai di Kenya tahun 1992 etnisitas menjadi kekuatan dominan
yang berpengaruh terhadap perilaku politisi dan para pemilih dalam proses pemilihan. Kalangan elit
politik di Kenya dalam Pemilu 1992 tersebut nampak menggunakan isu-isu etnisitas untuk menarik
dukungan dan mengakomodasi kepentingan politik para pemilih.
Sampai saat ini isu pengentasan kemiskinan dan pencapaian kesejahteraan komunitas etnis
menjadi agenda pertarungan kepentingan praktek politik yang tidak kunjung berakhir. Berbagai contoh
prkatek politik yang didominasi oleh beberapa aktor dalam enits tertentu dilansir tidak terlalu
berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan komunitasnya. Misalnya pada hasil penelitian (Sjaf
2012), dikatakan bahwa banyaknya aktor (elit) yang berasal dari etnik Tolaki dan Muna tidak memiliki
pengaruh dalam menurunkan angka kemiskinan dikelompok etniknya masing – masing. Kondisi ini
berbeda dengan aktor (elit) yang berasal dari etnik Bugis dan Buton dimana banyaknya aktor yang
berkuasa memiliki peran menurunkan angka kemiskinan yang dialami oleh kelompok etniknya masing
– masing. Namun disisi lain, praktek politik penguasaan ini malah memberikan kesempatan kepada
aktor (elit) lokal untuk memperbesar pendapatan yang dimilikinya. Selanjutnya (Horowitz dan Long 2006
dalam Lingkar Survei Indonesia 2008) mengungkapkan bahwa problem etnisitas akan semakin
menguat ketika sistem demokrasi dijalankan oleh struktur patronase politik—terutama bersumber dari
warisan kolonialisasi dan sistem otoriter—sehingga sumber daya publik tidak dapat terdistiribusikan
secara merata, atau bahkan tidak dapat terdistribusikan untuk kesejahteraan publik.
Kebijakan
mengenai Otonomi Daerah yang dituangkan dalam UU no. 32 Tahun 2014 yang bertujuan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan
dan peran serta masyarakat ternyata juga tidak menjadi landasan pijak setiap elit politik etnis dalam
menjalankan aktivitas politiknya. Namun hal ini malah memberikan peluang berkembangnya praktek –
praktek dominasi kekuatan etnis – etnis tertentu. Melalui kajian ini akan diteliti kembali bagaimana
dominasi (relasi dan pengaruh) praktik politik etnik terhadap kesejahteraan kelompok etnik ?
1.2. MASALAH PENELITIAN
Masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Sejauhmana pembentukan konstruksi identitas kelompok etnis dan faktor apasaja yang
mempengaruhinya ?
2. Sejauhmana pengaruh konstruksi identitas etnis dalam pemerintahan terhadap dominasi
praktek politik etnik ?
3. Sejauhmana hubungan dan pengaruh praktek dominasi penguasaan politik etnis terhadap
kesejahteraan kelompok etnis ?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Menganalisis konstruksi pembentukan identitas kelompok etnis
2. Menganalisis hubungan dan pengaruh praktek dominasi politik etnis terhadap kesejahteraan
kelompok etnik
3. Menganalisis pengaruh konstruksi identitas etnis dan posisi etnis dalam pemerintahan
mempengaruhi praktek dominasi politik etnik
1.4. KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan menganai
konstruksi identitas etnisitas yang terbentuk. Penting juga untuk diketahui bahwa konstruksi
identitas yang terbentuk ini kemudian mempengaruhi praktek dominasi elit etnis dalam
berpolitik. Praktek politik yang dilakukan oleh para elit etnis dalam hal ini kemudian memiliki
pengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masing – masing kelompok etnis. Hal ini
menunjukkan bahwa penelitian ini sangat penting untuk dilakukan dan didalami. Diharapkan
penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur dan acuan untuk penelitian lebih dalam
tentang praktek dominasi politik etnis terhadap kesejahteraan kelompok etnis.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang praktek
dominasi politik etnis yang dilihat dari pembentukan kebijakan program pembangunan dan
posisi aktor terhadap kesejahteraan kelompok etnis sehingga dapat menetapkan kebijakan
yang sesuai terhadap praktek dominasi politik yang baik.
3. Bagi Masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
pengaruh dan relasi antara praktek dominasi politik etnik terhadap kesejahteraan kelompok
etnik.
2
2. PENDEKATAN TEORETIS
2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Etnisitas dan Identitas Etnis
Etnisitas didefinikasn sebagai perasaan terhadap identitas etnis yang dimiliki oleh masing masing
individu dalam kelompok secara subjektif dan simbolik untuk menghasilkan kohesi internal dan
diferensiasi dengan kelompok – kelompok lainnya (Brass dalam Lingkar Survei Indonesia 2009).
Etnisitas sesungguhnya dilatarbelakangi oleh perdebatan kontemporer yang pada umumnya mengarah
kepada dua hal. Pertama, proses terbentuknya etnisitas. Etnisitas dalam hal ini terbentuk karena
adanya konstruksi sosial dari kondisi sejarah masing – masing. Kedua, kegunaan atau keuntungan dari
etnisitas dari berbagai latar belakang. Proses terbentuknya etnisitas dalam hal ini terkait dengan
imajinasi kebersamaan, kesamaan daerah, dan kesamaan keyakinan dan nilai nilai membedakan suatu
kelompok tertentu dengan yang lainnya (Markasis 2002 dalam Lingkaran Survei Indonesia).
Definisi mengenai Identitas etnik juga dijelaskan oleh beberapa ahli seperti (Rajab dkk 2012) yang
mengungkapkan bahwa Identitas Etnik merupakan perasaan yang didasarkan pada kesmaan sejarah,
budaya, nilai, dan ras yang mengarah pada bagaimana menempatkan individu-individu dalam kelompok
sendiri, yang kemudian memandang kelompok sendiri berbeda dengan kelompok lain. Identitas etnik
adalah suatu problematika ketika dihadapkan dengan komunikasi politik, teruma dalam sistem pemilu
yang demokratis. Simbol – simbol identitas etnik yang ditemukan dalam komunikasi politik adalah klan
sebagai identitas, bahasa daerah, logat dan adat istiadat (Lampe 2010). Selanjutnya Lampe juga
menjelaskan bahwa identitas etnik, agama dan politik hampir sulit untuk dipisahkan. Hal ini berarti
bahwa keragaman seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh keterunan dan lingkungannya, bukan
pilihan bebas. Dari sudut pandang etimologis menurut para ahli politik dalam jurnal studi pemerintahan
tahun 2012 konsepsi mengenai hakekat etnisitas dimaknai dalam dua hal. Pertama, pembacaan realitas
perbedaan bentuk penciptaan, yaitu wacana batas bersifat oposisioner dan dikotomis. Kedua, suatu
konstruksi pemahaman yang didasarkan atas pandangan dan bangunan sosial. Dua makna ini
kemudian ditarik pemahaman bahwa identitas etnik lebih sulit diubah karena pemahaman ini dibangun
di atas persamaan darah (kelahiran), warna kulit, kepercayaan yang mencakup ‘suku’, ‘ras’,
‘nasionalitas’ dan ‘kasta’.
(Holland, dkk 1998) yang dikutip dalam makalah/paper pada Forum ACIS menerangkan bahwa
pembentukan identitas etnik sangat ditentukan oleh sangat ditentukan oleh sejarah masa lalu dan
keadaan masa sekarang, dan proses pembentukannya tidak lepas dari peran kekuasaan, siapa yang
membentuk dan mengendalikan kliam – klaim tersebut. (Alasuutari 2004 dalam Amilda 2011) secara
lebih jelas menerangkan bahwa dalam menganalisis konsep konstruksi pembentukan identitas sebagai
sebuah proses tidak dapat dipisahkan dari (1) Posisi dari subjek, (2) Legitimasi, (3) Strategi peniruan,
serta (4) kesadaran kelompok. (Eriksen 1993 dalam Lampe) menerangkan bahwa identitas etnik
ditandai dengan simbol budaya, bahasa, organisasi serta ideologi mereka. Setiap etnik memiliki
identitas yang harus dipatuhi oleh masyarakat itu guna berinteraksi satu sama liannya. Teori identitas
etnik juga oleh para ahli dijelaskan melaui teori identitas sosial yaitu bagian dari konsep diri individu
yang terbentuk karena kesadaran individu sebagai anggota suatu kelompok sosial, diaman didalamnya
mencakup nilai – nilai dan emosi – emosi penting yang melekat dalam diri individu sebagai anggotanya
(taylor dan bahwa perilaku individu mencerminkan unit masyarakat si individu yang lebih besar. Artinya
keanggotaan kelompok kelompok kolektif mempengaruhi dan menentukan pemikiran serta perilaku
individu (Markus 1996 dalam jurnal demokrasi). Teori identitas sosial menyatakan bahwa orang berfikir,
merasakan, dan bertindak sebagai anggota kelompok kolektif, institusi, dan budaya.
Konsep identitas etnis dalam Sjaf (2014) yang diambil dari teori kritis yang melihat bahwa etnis
dan relasi antar etnis seyogyanya dibaca dengan menggunakan perspektif pascastrukturalis maupun
strukturalis-konstruktivis.1 Berbeda dengan sebelumnya, Sjaf (2012) juga menjelaskan konstruktivitas
1
Strukturalis-konstruktivis merupakan suatu perspektif yang berupaya melacak lebih detail tentang makna tindakan, orientasi
kepentingan, dan kekuasaan yang embedded di dalam diri individu atau kelompok
3
etnis melalui pandangan weber yang menyatakan bahwa etnik merupakan identitas kelompok atas
dasar kepercayaan yang sama dari segi kultur, common descent, dan bahasa. Untuk itu weber
menganggap bahwa basis etnik adalah kepercayaan yang bersifat subjektif. Dengan demikian relasi
antaretnik menurut weber adalah identitas “pembeda” yang terjadi antar kelompok etnik yang dapat
dilakukan melalui terpaan monopolistik sosial dan internal kelompok etnik melalui keragaman bentuk
etnik dari organisasi sosial. Berdasarkan penjelasan weber diatas Sjaf (2012) kemudian mengambil
asumsi bahwa; 1) setiap tindakan sosial tidak luput dari tindakan yang bernuansa etnisitas; 2) konflik
terjadi manakala ditemukan upaya yang dilakukan kelompok etnik tertentu untuk memperoleh
keuntungan simbolis dari kelompok etnik lainnya; 3) tindakan politik etnik mencerminkan perilkau
kelompok etnik yang bersangkutan. Beranjak dari uraian weber sebelumnya Sjaf (2012) juga
menjelaskan asusmsi etnisitas yang dikembangkan dari teoti Durkheim. Asumsi yang dimaksud adalah:
1) setiap kesejarahan kelompok sosial yang ada saat ini tidak lepas dari kesejarahan masa lalunya
(solidaritas organik terbentuk darisolidaritas mekanik); 2) tindakan individu adalah tindakan kelompok
sosialnya; dan 3) sifat dan karakteristik individu – individu dari kelompok sosial tersebut.
Konsep Identitas Etnis2 juga di kemukakan oleh (Sjaf 2012) yang menekankan bahwa identitas
etnik yang terbentuk baik ditingkatan aktor maupun kelompok etnik merupakan habitus individu dan
kelompok etnik yang berada pada garis kontinum objektivikasi dan subjektivikasi aktor yang berinteraksi
(mengalami pertemuan) yaitu “politik ingatan” dan kepentingan ekonomi memiliki pengaruh yang besar.
Secara lebih jelas konsep pembentukan identitas etnis ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur Pembentukan Identitas Etnik di Arena Politik Ekonomi Lokal
(Sjaf 2012)
(Tod dikutip Sjaf 2012) juga menambahkan bahwa identitas dibentuk dan diubah sesuai
serangkaian proses yang berkesinambungan untuk memilih sejumlah praksis sosial secara sadar,
pemaknaan dan nilai –nilai; dalam batasan sosial dan sejarah hidup. Sementara itu perubahan identitas
etnis dapat terjadi melalui tiga mekanisme, yaitu disonansi antara habitus dengan tatanan sosial,
disonansi internal dalam habitus, dan moment of intentionality, yaitu identitas baru dibentuk dengan
sengaja.
2
Identitas etnik menurut sjaf (2012) adalah produk sosial yang berisi konsep relasional yang terkait dengan identifikasi diri
(subyektivitas) dan asal – usul sosial (Objektivitas). Dengan denikian, identitas etnik dipahami sebagai proses penciptaan
batas – batas formasi dan ditegakkan dalam kondisi sosio historis yang spesifik.
4
Gambar 3. Proses pembentukan dan perubahan identitas etnik (Sumber: Munandar 2011 dalam Sjaf
2012)
2.1.2
Praktik Politik Etnik
Pakar politik (Morowitz dalam Habodin) menerangkan bahwa politik identitas adalah pemberian
garis yang tegas untuk menentukan siapa yang akan disertakan dan siapa yang akan ditolak. Karena
garis – garis penentuan tersebut tampak tidak dapat berubah, maka status sebagai anggota bukan
anggota dengan serta merta tampak bersifat permanen. Sementara itu dalam literatur ilmu politik, politik
identitas dibedakan secara tajam anatar identitas politik dengan politik identitas. Politik identitas
merupakan konstruksi yang menentukan posisi kepentingan subjek dalam ikatan suatu komunitas politik
sedangkan mengacu pada mekanisme politik pengorganisasian identitas (baik identitas poltik maupun
identitas sosial) sebagai sumber dan sarana politik. Dalam politik identitas ikatan kekuasaan mendapat
peranan penting, ia menjadi simbol – simbol budaya yang potensial serta menjadi sumber kekuatan
untuk aksi – aksi politik. Menurut habernas dalam sjaf, identitas individu – individu dibentuk melalui
komunikasi sehingga terbentuk kesepahaman atau kesepakatan identitas bersama. Dengan demikian
habernas secara tegas menjelaskan bahwa individu bertolak dari sudut pandang kultural mereka.
Berikut merupakan ragam pemahaman tentang politik Identitas habermas dalam (Sjaf 2012) yang
disajikan dalam bentuk tabel.
Tabel 6. Ragam Pemahaman Politik Identitas
Penganut
Pembeda
Liberalisme
Komunitarian
Paham (isme)
individualisme
komunitarianisme
Individu konkret tidak Individu
konkret
terkait
dengan berasal dari latar
Individu
konteks
kultural belakang
etnis,
konkretnya
gender atau religius
(unencumbered self) tertentu
Subjek atau kedirian Subjek atau kedirian
terjadi
melaui terjadi
dari
Pembentukan identitas
kemampuan individu keanggotaanya
untuk memilih tujuan dalam
sebuah
– tujuan menurut komunitas
yang
Komunikatif
kritisme
Lahir dari
komunikasi

proses
Identitas kolektif
dan
indentitas
individual berada
dalam
sebuah
5
preferensi
preferensi
indivualinya
– terbentuk
melalui
tradisi – tradisi dan
nilai – nilai kultural
proses formatif
yang dinamis.

Individu
Makna Tindakan
Kelompok
agen
Identitas individu
–
indivisu
dibentuk melalui
komunikasi
sehingga
terbentuk
kesepahaman
atau
kesepakatan
identitas
bersama
sosial komunikatif
Sumber: Hardiman 2009 dalam Sjaf 2012
Selanjutnya pemahaman mengenai politik identitas etni kemudian digambaran oleh (Sjaf 2012)
dalam bentuk tabel seagai perkembangan inti kekuasaan identitas etnik dalam arena politik.
Tabel 7. Pola Kekuatan Identitas Etnis Dalam Arena Politik
Arena
Politik
Peneliti
Kasus studi
Lembaga
Survei
Indonesia
2008
Peran etnik
dalam
Pilkada
di
Kalimantan
Tengah,
Sulawesi
Selatan, dan
BangkaBelitung
Permana
Munculnya
dalam Sakai Identitas
M. 2002
Melayu
bangka
–
Belitung
Tirtosudarmo
2005
Dimensi
Etno-Politik
di Sulawesi
Tengah dan
Riau
Pola kekuatan (identitas) Etnik
Kalimat
Uraian Penjelasan
kunci
Sentimen
Perbedaan
Sentimen
etnik
dalam
Etnik
pemilihan kandidat kepala daerah. Ditiga
lokasi penelitian menunjukkan sentimen
etnik pemilih ketika memilih kandidat
kepala daerah berbeda – beda. Sentimen
untuk pemilih cenderung besar kepada
kandidat yang berasal dari etnis yang
sama. Berbeda dengan Sulawesi Selatan
dan Bangka Belitung, dimana Sentimen
etnis pemilih relatif kecil
Penguatan
Pelaksanaan
otonomi
daerah
Identitas
memperkuat identitas Putra Daerah yang
“Putra
mampu mencetuskan konflik diantara
Daerah”
kelompok etnis yang satu dengan
kelompok etnis yang lain diwilayah
setempat.penguatan
identitas
putra
daerah itu terjadi akibat pelaksanaan
otonomi daerah di berbagai wilayah di
Indonesia.
Konfigurasi Komposisi etno-demografis yang ada
etno-Politik pada sebuah wilayah
6
Syafarudin
2009
Pemekaran
Politik
daerah
di identitas
wilayah
etnik
Indonesia
Maraknya tuntutan dan pemekaran
daerah merupakan wujud pengentalan
identitas etnis di sebuah wilayah. Etnis
tersebut, bisa meliputi etnis asli, etnis
pendatang, etnis tua, dan etnis muda.
Masing – masing etnis membentuk
wilayah administrasi sendiri.
Sumber: Sjaf 2012
Identitas etnik pada kenyataannya masih sangat berpengaruh dalam kontestasi pemilihan elit
politik di berbagai negara. Munculnya gerakan kedaerahan dengan mengambil setting politik etnisitas
yang merupakan bagian dari politik identitas sebagai basis gerakan politiknya. Pasca pemberlakuan UU
No. 22 tahun 1999, gerakan politik identitas semakin jelas wujudnya. Bahkan, banyak aktor politik lokal
maupun nasional secara sadar menggunakan isu ini dalam power-sharing. Identitas etnik dapat menjadi
faktor penting dan menentukan bagi perilaku pemilih. (Scheve 2004) menyimpulkan bahwa
kemampuan para aktor dalam mendominasi kekuasaan politik dalam memahami identitas sosial dan
kebijakan publik yang dibutuhkan oleh konstituen dapat menjadi dasar yang menentukan dalam
kampanye politik.
(Posner 2005) berpendapat bahwa masing masing individu memiliki beberapa identitas/dimensi
etnis, seperti hubungan keturunan/keluarga dalam kelompok, bahasa, budaya, agama dan asal daerah.
Identitas ini bahakan seringkali menjadi faktor yang dianggap penting baik bagi publik maupun elit ketika
peristiwa politik berlangsung. (Norris dan Mattes 2003) juga menerangkan bahwa identitas sosial dan
etnisistas berpengaruh terhadap perilaku pemilih dan partai politik pada masyarakat agraris tradisonal
dengan latar belakang pendidikan dan tingkat akses terhadap pemberitaan yang rendah. (Warhola 2001
dalam Lingkar Survei Indonesia 2008) terdapat dua dimensi etnisitas pada daerah pemlihan yaitu
dimensi ethnoregional dan geografi politik.
Teori praktik bourdieu dalam buku (Sjaf 2012) menjelaskan bahwa terdapat dua dimensi yaitu
proses internalisasi yang dialami pelaku dan pengungkapan diri dari segala sesuatu yang yang telah
terinternalisasi yang menjadi bagian dari si pelaku (Mutahir 2011). Internalisasi yang dialami si pelaku
tersebut berdasarkan pengalaman hidup yang melekat dalam diri aktor (habitus) dalam berbagai arena.
Bourdieu juga mengenalkan konsep modal (capital) dan strategi persaingan. Berikut disajikan gambar
hubungan antar habitus, arena, dan modal yang disandur dalam (Sjaf 2012).
Tabel 8. Hubungan Antarkonsep Habitus, Arena, dan Modal
No
1
2
3
Habitus
Habitus
Modal
Aktor memanfaatkan
modal dan habitus
untuk merebut dan
mempertahankan
posisi
Arena
Arena
mengkondisikan
habitus
Modal
Habitus
aktor
yang
dominan berusaha untuk
mempertahankan
posisinya dalam wujud
pengakumulasian kapital
Arena
Habitus
mengklsifikasikan
arena
Modal
memiliki
kekuatan
untuk
menentukan produksi
dan reproduksi dalam
arena
Arena
mensyaratkan
kepemilikan
modal
sebagai aturan aturan
yang tersirat didalamnya,
diaman aktor bertarung
7
Sumber: beragam sumber (Bourdieu 1986; Bourdieu and Wacquant 1992; Calhoun 1993; Ritzer et. al.
2008; Alamsyah 2010 dalam Sjaf 2014)
Selanjutnya bentuk praktik yang menitikbaratkan pada modal simbolik dan modal ekonomi dari
aktor sebagai kekuatan praktik aktor. Aktor yang memasuki praktik ini memiliki kemampuan memainkan
peran yang telah ditentukan oleh prinsip heteronom maupu otonom. Praktik dominasi kekuasaan
ekonomi politk diorientasikan aktor untuk merebut kekuasaan politik. Agar orientasi tercapai, maka aktor
menggunakan sepenuhnya modal simbolik dan ekonomi yang dimilikinya untuk menarik dukungan
masa saat berlangsungnya momentum politik (Sjaf 2012).
(Sjaf 2012) menjelaskan bahwa terdapat lima tipologi pelaku politik identitas. Kelima tipologi yang
dimaksud, yaitu agen –individu, agen kelompok, struktur individu, struktur kelompok, dan agen struktur
komunikasi. Selanjutnya (Sjaf 2012) juga menjelaskan bahwa individu dan kelompok adalah aktor yang
tindakannya tidak hanya ditentukan struktur dimana aktor tersebut berada. Sebaliknya, aktor dengan
leluasa mampu mengkon-struksi identitas yang ada dalam dirinya. Meski demikian, pengalaman dan
kesejahteraan, serta latar belakang kehidupan sosial tak dapat dikesampingkan karena memberika
pengaruh terhadap tindakan aktor bernuansa identitas.
Gambar 2. Tipologi pembentukan identitas etnik arena ekonomi politik lokal
(Sjaf 2012)
Penelitian Bourdieu dalam Sjaf (2012) menafsirkan realistas etnik sebagai sejarah yang tidak
dapat dumungkiri dan memberikan sumbangan terhadap habitus aktor. Untuk itu, Boudue berpandang
bahwa realitas etnik adalah realitas pertarungan simbolik etnisitas yang terjadi diberbagai arena
kehidupan, seperti: sosial, ekonomi, dan politik. Studi ini menunjukkan bahwa adanya usaha untuk
mendirikan hegemoni kelompok etnik tertentu terhadap kelompok etnik terhadap kelompok etnik lainnya
yang dianggap sebagai saingan. Intraksisehari – hari dalam kehidupan publik yang terjadi merupakan
medan pertempuran atau persaingan antar etnik dan perjuangan untuk meraih dominasi simbolik.3
Persaingan antar etnik dalam arena menciptakan dominasi etnik tertentu terhadap etnik lainnya.
Kekuasaan simbolik merupakan kekuasaan untuk mempertahankan atau mengubah prinsip – prinsip objektif dari penyatuan
atau pemisahan, asosiasi dan disosiasi, kekuasaan untuk mempertahankan atau mengubah berbagai klasifikasi, kekuasaan
mendeskripsikan individu, kelompok, atau institusi melalui kata –kata, serta kekuasaan untuk mendefinisikan situasi dimana
interaksi berlangsung.
3
8
2.1.3. Kesejahteraan Kelompok Etnis
Kesejahteraan merupakan seuatu bentuk kepuasan yang pada dasarnya merupakan suatu yang
bersifat relatif karena tergantung dari kepuasan atas pendapatan yang diperoleh. (Rambe 2001 dalam
Sunarti 2006) menjelaskan bahwa kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial,
material,maupun spiritual, yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan ketrampilan lahir batin yang
memungkinkan setia warga negara untuk mengadakan usaha – usaha pemenuhna jasmani, rohani dan
sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, rumah tangga serta masyarakat. Konsep mengenai kesejahteraan
menurut (Badan Pusat Statistik (BPS) 2005) yang dirangkum dalam indikator untuk mengetahui tingkat
kesejahteraan adalah pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal,
fasilitas tempa tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan,
kemudahan memasukkan anda ke jenjang pendidikan, kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.
Terdapat kelompok masyarakat yang menggunkan ukuran kesejahteraan bersumber pada simbol
kekuasaan budaya politik, sementara monetisasi ekonomi menghantarkan kalangan masyarakat pada
umumnya untuk lebih menggunakan ukuran kesejahteraan lahiriyah dibandingkan dengan
kesejahteraan tradisional.
Ruang lingkup kesejahteraan selanjutnya yang merujuk pada (Sunarti 2006) menerangakan
bahwa kesejahteraan dibagi kedalm dua dimensi yaitu kesejahteraan material dan spiritual. Selanjutnya
(Sunarti 2006) juga memaparkan bahwa Kesejahteraan dapat dibagi kedalam kesejahteraan ekonomi
yang diukur dari pemenuhan dari pemenuhan input keluarga seperti diukur dari pendapatan, upah,
asset, dan penguatan keluarga dan kesejahteraan material yang diukur dari berbagai bentuk barang
dan jasa yang diakses oleh keluarga. Konsep kesejahteraan dalam hal ini juga dirujuk dari beberapa
sumber yang dirangkum oleh (Sunarti 2006) seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 9. Ukuran Kesejahteraan menurut beberapa Ahli
No
Sumber
World
Bank
Tahun
2
Sajogyo
1996
3
BPS
2001
4
5
6
BKKBN
Bryant
Martin
1998
1990
2006
1
2004
Ukuran Kesejahteraan
 Pendapatan Pengeluaran
 Kebutuhan minimum kalori berdasarkan konversi beras yang
dikonsumsi keluarga
 Kependudukan: Laju pertumbuhan penduduk, sebaran dan
pendapatan penduduk, fertilasi dan migrasi.
 Kesehatan: derajat kesehatan masyarakat (angka kematian bayi,
angakaharapan hidup dan angka kesakitan), ketersedian fasilitas
kesehatan, serta status kesehatan ibu dan balita.
 Pendidikan:
meliputi kemampuan
baca
tulis,
tingkat
partisispa.;,k,ko,si sekolah, dan fasilitas pendidikan.
 Ketenagakerjaan: tingkat partispasi angkatan kerja dan
kesempatan kerja, lapangan pekerjaan dan status pekerjaan, jam
kerja serta pekerjaan anak.
 Taraf dan pola konsumsi: pola distribusi pendapatan dan
pengeluaran rumah tangga (makanan dan non makanan).
 Perumahan dan lingkungan: meliputi kualitas rumah tinggal,
fasilitas lingkungan perumahan dan kebersihan lingkungan.
 Sosial budaya: akses pada informasi dan hiburan kegiatan sosial
budaya.
 Memuat 23 Indikator turunan
 Proporsi pengeluaran untuk pangan
 Living standar, well-being, welfare, Quality of live
9

7
Sharpe
dalam
Suandi

20042005


19 indikator kualitas hidup masyarakat:
Indikator ekonomi: 1) GDP per kapita, 2) pendapatan per kapita,
3) inovasi, 4) lapangan kerja, 5) melek hurup, dan tingkat
pendidikan.
Indikator kesehatan: 7) usia harapan hidup, 8) status kesehatan,
9) tingkat kematian bayi (IMR), 10) aktivitas fisik.
Indikator lingkungan meliputi: 11) kualitas air, 13) biodiversity, 14)
lingkungan yang sehat
Indikator kemanan dan keselamatan masyarakat: 15)
kesukarelaan, 16) keragaman, diversity, 17) partisipasi dalam
aktivitas budaya, 18) partisipasi dalam kegiatan politik, 19)
keamanan dan keselamatan
Sumber: Diolah dari Sugiarto 2007
Berikut dilampirkan pula contoh pengukuran tingkat kesejahteraan oleh (Sugiharto 2007)
berdasarkan studi kasus masyarakat nelayan desa benua baru ilir berdasarkan indikator badan pusat
statistika (BPS).
Tabel 10. Indikator Kesejahteraan Badan Pusat Statistika tahun 2005
No
Indikator Kesejahteraan
1
Pendapatan
2
Konsumsi atau Pengeluaran
rumah tangga
3
Keadaan tempat tinggal
4
Fasilitas tempat tinggal
5
Kesehatan anggota keluarga
6
Kemudahan
mendapatkan
pelayanan kesehatan
7
Kemudahan memasukkan anak
ke jenjang pendidikan
8
Kemudahan
mendapatkan
fasilitas transportasi
Kriteria
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
Permanen
Semi Permanen
Non Permanen
Lengkap
Cukup
Kurang
Bagus
Cukup
Kurang
Mudah
Cukup
Sulit
Mudah
Cukup
Sulit
Mudah
Cukup
Sulit
> Rp 10.000.000
> Rp 5.000.000 – 10.000.000
> Rp 5.000.000
> Rp 5.000.000
Rp 1.000.000 – 5.000.000
< Rp 1.000.000
(11-15)
(6-10)
(1-5)
(34-44)
(23-33)
(12-22)
< 25%
25% - 50%
> 50%
16 – 20
11 – 15
6 – 10
7–9
5–6
3–4
7–9
5–6
3–4
Skor
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
Sumber: Sugiarto 2007
10
2.2.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kemajemukan etnis yang tersebar diseluruh indonesia menghasilkan keberagaman Identitas
etnik yang khas disetiap etnis. Konstruksi Identitas etnis oleh komunitas ini menurut (Sjaf 2012)
digambarkan melalui garis kontinum objektivikasi (kesejarahan) dan subjektifikasi (pengalaman) aktor
yang saling berinteraksi. Interaksi kedua indikator tersebut kemudian membentuk struktur dominasi
etnis dimana terdapat etnis yang memiliki kuasa atas etnis lain dan sebaliknya. Peristiwa ini pada
akhirnya menetukan bagaimana praktek - praktek dominasi politik lokal yang dilakukan oleh setiap aktor
dalam masing - masing etnis. Praktek – praktek dominasi politik etnik ini diukur melalui keikutsertaaan
aktor dalam struktur politik seperti legislatif dan eksekutif. Keikutsertaan aktor dalam hal ini ditentukan
oleh proses politik seperti pilkada, pemilu, pilwali dan sejenisnya.
Variabel konstruksi politik etnik yang dibentuk oleh kelompok etnik dalam penelitian ini dilakukan
berdasarkan pendekatan kualitatif. Selanjutnya praktik dominasi politik dilihat berdasarkan pendekatan
kuantitatif dan didukung oleh variabel posisi aktor dalam posisi strategis pemerintahan secara kualitatif.
Praktek – praktek dominasi etnis dilihat dari implementasi program pembangunan yang selanjutnya
akan memilki hubungan dan pengaruh terhadap kesejahteraan kelompok etnis. Adapun kesejahteraan
kelompok etnis dalam hal ini dilihat berdasarkan indikator kemiskinan yang digunakan oleh Badan Pusat
Statistika (BPS). Indikator ini dibagi menjadi 3 katagori besar yaitu Pendidikan, Kesehatan, dan
Ekonomi. Secara lebih jelas skema kerangka berfikir dapat dilihat dari gambar berikut ini;
11
Konstruksi Identitas
oleh Kelompok Etnik
Praktek Dominasi Politik
Etnik
Program
Pembangunan
 Bansos
 Infrastruktur
 Pendidikan
 Ekonomi
Posisi Aktor
 Penempatan aktor
berdasarkan
proporsi etnis di
posisi strategis
lokasi penelitian
Kesejahteraan
Kelompok Etnik
1.
Pendidikan
2.
Ekonomi
 Pendapatan
 Kendaraan
 Pola konsumsi
 Kondisi dan fasilitas
perumahan
3.
Indeks
Gini
Kesehatan
 Akses ke puskesmas
 Jenis pengobatan
Keterangan
: Mempengaruhi
: Mempengaruhi namun tidak dihitung pengaruhnya secara
kuantitatif, hanya sebagai variabel pengarah (kualitatif)
: Menunjukkan ada Hubungan
: Mempengaruhi namun tidak dihitung pengaruhnya secara
kuantitatif, hanya sebagai variabel pengarah (kualitatif)
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Dominasi (Relasi dan Pengaruh) Politik Etnik terhadap Kesejahteraan
Kelompok Etnik
12
2.3.
HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut:
 Hipotesis pengarah : Konstruksi etnisitas mempengaruhi praktek dominasi politik etnik
 Hipotesis Uji : terdapat hubungan antara Praktek dominasi politik etnik dengan kesejahteraan
etnis
 Hipotesis Uji : Praktek dominasi politik etnis mempengaruhi kesejahteraan kelompok etnis
2.4.
DEFINISI OPERASIONAL
Definisi Operasional untuk masing –masing variabel adalah sebagai berikut;
Konsep Konstruksi etnisitas
Konstruksi etnisitas menurut Weber yang diasumsikan oleh Sjaf (2012) adalah (1) setiap
tindakan sosial tidak luput dari tindakan yang bernuansa etnisitas; 2) konflik terjadi manakala
ditemukan upaya yang dilakukan kelompok etnik tertentu untuk memperoleh keuntungan simbolis
dari kelompok etnik lainnya; 3) tindakan politik etnik mencerminkan perilkau kelompok etnik yang
bersangkutan. Sjaf (2012) melalui Durkhaim (2000) juga mengasumsikan bahwa konstruksi
etnisitas didasarkan pada: 1) setiap kesejarahan kelompok sosial yang ada saat ini tidak lepas dari
kesejarahan masa lalunya (solidaritas organik terbentuk darisolidaritas mekanik); 2) tindakan
individu adalah tindakan kelompok sosialnya; dan 3) sifat dan karakteristik individu – individu dari
kelompok sosial tersebut.
Konsep Posisi aktor
Posisi aktor dilihat berdasarkan proporsi atau presentase penempatan aktor berdasarkan
etnis yang terlibat dalam posisi strategis pemerintahan dilokasi penelitian Kecamatan Kedamaian.
Konsep Praktek Dominasi Politik Etnis
Praktek dominasi politik etnis dilihat melalui pelaksanaan program pembangunan yang
didukung oleh posisi penempatan aktor berdasarkan etnis dalam pemerintahan (SKPD). Dalam hal
ini SKPD yang dimaksud berjumlah 51 perangkat yang terdiri dari 5 Sekretariat daerah, Sekretariat
DPRD, Inspektorat, 17 Dinas, 11 Badan, 5 Staf ahli, kantor, dan 10 Bagian. Dari daftar SKPD yang
ada kemudian dapat diukur program pembangunan yang dibuat berdasarkan masing masing unit
SKPD.
1. Program Pembangunan yang dibuat
dilihat melalui program seperti Bantuan Sosial,
Infrastruktur, Pendidikan, dan Ekonomi. Pengukuran;
 Bantuan Sosial dilihat dari jumlah program yang dibuat oleh unit SKPD pelaksana program
seperti sekretariat daerah bidang kesejahteraan rakyat, bidang perekonomian dan
pembangunan, badan kordinasi keluarga berencana dan pemberdayaan perempuan, badan
perencanaan dan pembangunan daerah, badan penanggulangan bencana daerah,
Ketahanan pangan dan Penyuluh pertanian, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah,
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan, Dinas Sosial, Dinas Koperasi,
UKM, dan Perindag; bagian perekonomian, Bidang Kesejahteraan rakyat. Pengukuran dilihat
dari jumlah program yang diterapkan kepada masyarakat dan masyarakat merasakan
progeman tersebut, semakin banyak program yang dibuat dan dirasakan maka semaik tinngi
praktek dominasi politiknya.
 >6
: Tinggi : Skor 3
 4-5
: Sedang : Skor 2
 1-3
: Rendah : Skor 1
13
 Pendidikan dilihat dari jumlah program yang dibuat oleh unit SKPD pelaksana program seperti
Bidang Kesejahteraan Rakyat; Staf ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM, Koordinasi
keluarga berencana dan Pemberdayaan Perempuan; Dinas Pendidikan; Dinas Pemuda dan
Olahraga; Dinas Kebudayaan dan Pariwisata; Dinas Sosial; Dinas Perikanan dan Kelauatan;
Dinas Pertanian; Peternakan dan Kehutanan; Bagian Kesejahteraan Rakyat. Pengukuran
dilihat dari jumlah program yang diterapkan kepada masyarakat dan masyarakat merasakan
progeman tersebut, semakin banyak program yang dibuat dan dirasakan maka semaik tinngi
praktek dominasi politiknya.
 >5
: Tinggi : Skor 3
 3-4
: Sedang : Skor 2
 1 – 2 : Rendah : Skor 1
 Infrastruktur dilihat dari jumlah program yang dibuat oleh unit SKPD pelaksana program
seperti Bidang Perekonomian dan Pembangunan; Bidang Kesejahteraan Rakyat, Bidang
Pembangunan; Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup, Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Badan Penanggulan Bencana Daerah, Dinas
Kebersihan dan Pertamanan; Dinas Pengelolaan Pasar; Dinas Sosial; Dinas Perikanan dan
Kelautan; Dinas Perhubungan; Dinas Pertanian, Dinas Peternakan dan Kehutanan, Dinas
Koperasi, UKM dan Perindag, Dinas Komunikasi dan Informatika, Dinas Tata Kota, Dinas
Pekerjaan Umum, Bagian Administrasi Pembangunan; Bagian umum; Bagian Perlengkapan;
Bagian Kesejahteraan Rakyat. Pengukuran dilihat dari jumlah program yang diterapkan
kepada masyarakat dan masyarakat merasakan program tersebut, semakin banyak program
yang dibuat dan dirasakan maka semaik tinngi praktek dominasi politiknya.
 > 10 : Tinggi : Skor 3
 6 – 9 : Sedang : Skor 2
 1 – 5 : Rendah : Skor 1
 Ekonomi dilihat dari jumlah program yang dibuat oleh unit SKPD pelaksana program seperti
Bidang Perekonomian dan Pembangunan; Bidang Kesejahteraan Rakyat; Bidang Ekonomi
dan Keuangan; Badan Penanaman Modal dan Perizinan; Dinas Pendapatan Daerah; Dinas
Sosial; Dinas Koperasi, UKM dan Perindag; Bagian Perekonomian; Bagian Kesejahteraan
Rakyat. Pengukuran dilihat dari jumlah program yang diterapkan kepada masyarakat dan
masyarakat merasakan program tersebut, semakin banyak program yang dibuat dan
dirasakan maka semaik tinngi praktek dominasi politiknya.
 >5
: Tinggi : Skor 3
 3-4
: Sedang : Skor 2
 1-2
: Rendah : Skor 1
Konsep Kesejahteraan Etnis
Tingkat kesejahteraan responden dalam hal ini masyarakat petani diukur berdasarkan
variabel tingkat pendidikan, kesehatan, dan kondisi ekonomi seperti di bawah ini;
1. Tingkat Pendidikan adalah pendidikan responden secara formal yang dikategorikan atas :
 Tamat SMA/sederajat sampai tamat perguruan tinggi : Tinggi = skor 3
 Tamat SMP/sederajat
: Sedang = skor 2
 Tidak sekolah sampai tamat SD
: Rendah = skor 1
2. Kesehatan adalah berdasarkan variabel dibawah ini;
a. Pergi berobat dalam setahun
 ≥ 5 kali dalam setahun
: tinggi = skor 3
 3 − 4 kali setahun
: sedang = skor 2
14
 ≤ 2 kali setahun
b. Jenis pengobatan dalam setahun
 Dokter /puskesmas
 Pengobatan Tradisional
 Obat warung
: rendah = skor 1
: Tinggi = skor 3
: Sedang = skor 2
: Rendah = skor 1
1. Ekonomi diukur berdasarkan variabel dibawah ini;
a. Tingkat pendapatan adalah total pendapatan rumah tangga responden yang diperoleh dari
hasil penjumlahan bersih hasil usaha, pendapatan diluar hasil usaha, dan pendapatan
anggota rumah tangga responden selama satu bulan yang diukur dalam satuan rupiah.
Pengukuran tingkat pendapatan berdasarkan data yang diungkapkan oleh responden,
dikategorikan menjadi tiga yaitu:
 > Rp 3000000
: Tinggi = skor 3
 Rp 1500000 ≤ sampai dengan ≤ Rp. 3000000
: Sedang = skor 2
 < Rp.1500000
: Rendah = skor 1
b. Pola Konsumsi diukur berdasarkan pola makan yang dikatagorikan berdasarkan alat ukur
berikut;
 Beras super, telur, daging, sayur
: Tinggi = Skor 3
 Beras biasa, ikan telur, sayur
: Sedang = Skor 2
 Raskin, sayur, kangkung, ikan tembang
: Rendah = Skor 1
c. Kepemilikan kendaraan diukur berdasarkan kepemilikan atas mobil, motor, sepeda, dokar baik
secara pribadi atau bersama. Pengukuran kendaraan diukur berdasarkan katagori berikut;
 Mobil, motor, sepeda
: Tinggi = Skor 3
 Motor, sepeda, dokar/becak
: Sedang = Skor 2
 Tidakpunya
: Rendah = Skor 1
d. Keadaan tempat tinggal adalah kondisi fisik tempat berlindung yang mempunyai dinding,
lantai, dan atap baik tetap maupun sementara, baik digunakan untuk tempat tinggal maupun
bukan tempat tinggal. diukur dari variabel di bawah ini;
a. Status kepemilikan tempat tinggal yang diukur berdasarkan katagori berikut;
 Milik Sendiri
: Tinggi = Skor 3
 Kontrak/Sewa
: Sedang = Skor 2
 Milik Orang Tua/Sanak/Saudara
: Rendah = Skor 1
b. Jenis lantai; bagian bawah/dasar/alas suatu ruangan, baik terbuat dari marmer, keramik,
granit, tegel/teraso, semen, kayu, tanah dan lainnya seperti bambu. Pengukuran jenis
lantai dikategorikan menjadi tiga yaitu:
 Kramik/Marmer
: Tinggi = skor 3
 Semen
: Sedang = skor 2
 Tanah/Kayu/bambu
: Rendah = skor 1
c. Luas lantai adalah bangunan yang luasnya lebih dari 10 m2. Pengukuran jenis lantai diukur
berdasarkan:
• > 50 m2
: Luas
= Skor 3
• 20 m2 −50 m2
: Sedang = Skor 2
• < 20 m2
: Sempit = Skor 1
15
d. Jenis atap adalah penutup bagian atas suatu bangunan sehingga krt/art yang mendiami
di bawahnya terlindung dari terik matahari, hujan dan sebagainya. Untuk bangunan
bertingkat, atap yang dimaksud adalah bagian teratas dari bangunan tersebut.
Pengukuran jenis lantai diukur berdasarkan:
• Genteng
: skor 3 = tinggi
• Seng / Asbes
: skor 2 =sedang
• Bilik/Ijuk/Rumbia
: skor 1 =rendah
e. Jenis dinding adalah sisi luar/batas dari suatu bangunan atau penyekat dengan bangunan
fisik lain. Pengukuran jenis dinding diukur berdasarkan;
 Tembok
: Tinggi = skor 3
 Kayu
: Sedang = skor 2
 Bilik bambu
: Rendah = skor 1
f. Sumber penerangan terbagi menjadi; (1) Listrik PLN adalah sumber penerangan listrik
yang dikelola oleh PLN, (2) Listrik non-PLN adalah sumber penerangan listrik yang dikelola
oleh instansi/pihak lain selain PLN termasuk yang menggunakan sumber penerangan dari
accu (aki), generator, dan pembangkit listrik tenaga surya (yang tidak dikelola oleh PLN),
(3) Petromak/aladin adalah sumber penerangan dari minyak tanah seperti petromak/lampu
tekan, dan aladin (termasuk lampu gas), (4) Pelita/sentir/obor adalah lampu minyak tanah
lainnya (lampu teplok, sentir, pelita, dan sejenisnya), (5) Lainnya seperti Lampu karbit, lilin,
biji jarak, dan kemiri. Pengukuran sumber penerangan diukur berdasarkan;
 PLN
: skor 3 = Tinggi
 Petromak
: skor 2 = Rendah
 Obor/karbit : skor 1 = Rendah
g. Sumber air minum adalah air leding eceran/meteran, air hujan, dan pompa/sumur
terlindung/mata air terlindung dengan jarak ke tempat penampungan kotoran/tinja >= 10
m
• Sungai
: skor 1 =rendah
• Sumur
: skor 2 =sedang
• PAM
: skor 3 = tinggi
h. Fasilitas tempat buang air besar diukur berdaserkan katagori berikut;
• Sungai
: skor 1 = rendah
• WC Umum : skor 2 = sedang
• WC sendiri : skor 3 = tinggi
Konsep Indeks Gini atau Koefisien Gini
Indeks Gini merupakan pendekatan yang digunakan untuk melihat adanya hubungan antara
jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh keluarga atau individu dengan total pendapatan.
Angka indeks gini berkisar antara 0 (nol) sampai dengan 1, dengan ketimpangan semakin rendah
apabila angka mendekati nol dan sebaliknya, ketimpangan semakin tinggi apabila angka mendekati
1 (satu). Todaro (2000) dalam sjaf (2012) mengatakan angka ketimpangan untuk negara – negara,
yang kesenjangan pendapatan dikalangan penduduknya dikenal tajam, berkisar antara 0,5 hingga
0,70; sedangkan untuk negara – negara yang distribusi pendapatannya dikenal relatif paling baik
(paling merata), berkisar antara 0,20 sampai 0,35. Dengan kata lain, katagori ukuran Indeks Gini,
sebagai berikut;
 Sanagat merata : 0 – 0,19
 Merata : 0,20 – 0,35
 Kurang Merata (agak timpang) : 0,36 – 0,45
 Timpang : 0,46 – 0,70
 Sangat Timpang : 1,71 - 1
16
1
3. PENDEKATAN LAPANGAN
3.1.
LOKASI DAN WAKTU
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Kedamaian, kota bandar lampung, Provinsi
Lampung (Lampiran 1). Lokasi tersebut dipilih dengan alasan kotabandar lampung memiliki
sebaran etnis yang relatif tinggi dan tersebar hampir diseluruh kecamata disetiap kota.
Kecamatan kedamaian dipilih karena sebagai lokasi penelitian karena proporsi kelompok etnis
jawa dan non jawa relatif seimbang.
Penelitian dilaksanakan dalam waktu lima bulan (Tabel ). Kegiatan penelitian meliputi
penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, penulisan draft skripsi,
sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian.
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2011
Kegiatan
Penyusunan Proposal
Skripsi
Kolokium
Perbaikan Proposal
Skripsi
Pengambilan Data
Lapangan
Pengolahan dan Analisis
Data
Penulisan Draft Skripsi
Sidang Skripsi
Perbaikan Laporan
Skripsi
3.2.
Juni
September
Oktober
November
Desember
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer
yaitu data yang didapatkan melalui observasi, kuisioner, dan wawancara kepada responden dan
informan di lokasi penelitian. Adapun data sekunder diperoleh peneliti melalui studi literatur yang
berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder juga diperoleh dari pihak – pihak yang berkaitan
dengan penelitian ini, seperti Pemerintah Kota Bandarlampung, Badan Pusat Statistika Kota
Bandarlampung, SKPD, dan lainnya. Data sekunder yang diambil dari lembaga –lembaga tersebut
adalah data yang berkaitan dengan tujuan penelitian, seperti profil kecamatan kedamaian, nama
dan jumlah SKPD kecamatan kedamaian sesuai presentase etnis, data penduduk kecamatan
kedamaian yang tergolong etnis jawa dan lampung, dan data – data terkait lainnya. (Lampiran 2).
3.3.
TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Unit analisis penelitian ini adalah aktor pemerintah dan kelompok etnis jawa dan lampung.
Data diolah dengan menggunakan software SPSS 20.0. analisis data yang digunakan adalah uji
regresi dan uji range sperman. Uji regresi merupakan uji statistik yang digunakan untuk mengukur
besarnya pengaruh variabel bebas dengan variabel tergantung dan memprediksi variabel
tergantung dengan variabel bebas. Uji regresi dalam penelitian ini deigunakan untuk melihat tingkat
pengaruh praktek dominasi politik etnik terhadap kesejahteraan kelompok etnik. Uji range sperman
digunakan untuk melihat relasi antara dominasi politik etnik terhadap kesejahteraan kelompok etnik.
Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan mengambil hasil analisis antara variabel yang
konsisten. Seluruh hasil penelitian dituliskan dalam rancangan skripsi (Lampiran 3).
2
DAFTAR PUSTAKA
Amilda. 2011. Menjadi melayu yang islam”: sebuah politik identitas etnis minoritas dalam,
menghadapi dominasi negara dan etnis mayoritas. Annual Conference on Islamic Studies
(ACIS), ke-11, 10-13 Oktober 2011, Bangka Belitung. [internet].[diunduh 06 April 2011]. Dapat
diunduh
dari:
https://www.academia.edu/5457284/_MENJADI_MELAYU_YANG_ISLAM_SEBUAH_POLITI
K_IDENTITAS_ETNIS_MINORITAS_DALAM_MENGHADAPI_DOMINASI_NEGARA_DAN_
ETNIS_MAYORITAS1Etnis Tionghoa dan Politik: Studi Kasus Elit Etnis Tionghoa dalam
Kepengurusan Partai Politik Pdi-P dan Gerindra di Kota Semarang Periode 2009-2014. 2009.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan. 2013. Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Integritas
Pemilu.
[internet].
[diunduh
16
Maret
2014].
Dapat
diunduh
dari:
http://www.rumahpemilu.com/public/doc/2013_12_18_
08_17_57_Survei-PersepsiMasyarakat-Integritas- Pemilu-2013.pdf
Eriyanti. 2006. Dinamika Posisi Identitas Etnis Tionghoa dalam Tinjauan Teori Identitas Sosial. J
Demokrasi. [internet]. [diunduh 26 April 2014]. 5(1). Dapat diunduh dari:
ejournal.unp.ac.id/index.php/jd/article/view/1068
Eriyanto (Ketua), Widdi Aswindi, Eka Kusmayadi, Sukanta, Arman, Salam, Setia Dharma. 2008.
Faktor Etnis dalam Pilkada. [internet]. [dikutip 16 Maret 2014]; Jurnal Kajian Bulanan Lingkaran
Survei Edisi 09. Dapat diunduh dari: http://www.scribd.com/doc/76772355/35761837-FaktorEtnis-Dalam-Pilkada-LSI-Network
Eriyanto (Ketua), Widdi Aswindi, Eka Kusmayadi, Sukanta, Arman, Salam, Setia Dharma. 2008.
Politik Etnisitas dan Politik Identitas dalam Politik. [internet]. [diunduh 16 Maret 2014];
Lingkaran
Survei
Indonesia
Edisi
09.
Dapat
diunduh
dari:
http://www.scribd.com/doc/76772355/35761837-Faktor-Etnis-Dalam-Pilkada-LSI-Network
Fahmid IM, Dharmawan AH, Kolopaking LM, Salman D. 2012. Pasang Surut Polarisasi Elit didalam
Etnis Bugis dan Makassar. [internet]. [diunduh 01 Maret 2014]. J Sodality. 6(2). Dapat diunduh
dari: Journal.Ipb.Ac.Id/Index.Php/Sodality/Article/Download/6085/4724.
Fahmid M. 2011. Pembentukan Elite Politik Di Dalam Etnis Bugis Dan Makassar Menuju Hibriditas
Budaya Politik. [internet]. [Disertasi]. [diunduh 26 Februari 2014]. Dapat diunduh dari:
Http://Repository.Ipb.Ac.Id/Handle/123456789/51589
Juliastutik. 2010. Perilaku Elit Politik Etnis Tionghoa Pasca Reformasi. [internet]. [diunduh 06 April
2014].
J
Humanity.
6(1):
45-58.
Dapat
diunduh
dari:
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/view/852
Lampe I. 2010. Identitas Etnik dalam Komunikasi Politik. [internet]. [diunduh 23 Maret 2014]; Jurnal
Ilmu
Komunikasi.
8(3):
299
–
313.
Dapat
diunduh
dari:
jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi/article/viewFile/133/105.
Lingkar Studi Indonesia (LSI). 2008. Faktor Etnis dalam Pilkada. Kajian Bulanan, Edisi 09-Januari
2008. [Internet]. Dapat diunduh dari: http://www.scribd.com/doc/76772355/35761837/FaktorEtnis-Dalam-Pilkada-LSI-Network
Muhtar Haboddin. 2012. Menguatnya Politik Identitas di Ranah Lokal. [internet]. [diunduh 23 Maret
2014];
Jurnal
Studi
Pemerintahan.
3(1).
Dapat
diunduh
dari:
http://jsp.umy.ac.id/index.php?option=com_phocadownload&view=category&download=38:m
enguatnya-politik-identitas-di-ranah-lokal&id=4:volume-3-nomor-1-februari-2012&Itemid=14
3
Sugiarto E. 2007. Tingkat kesejahteraan sejahtera masyarakat nelayan Desa Benua Ilir berdasarkan
indokator Badan Pusat Statistika. J EPP. [internet]. [diunduh 29 April 2014]. 4 (2): 32-36. Dapat
diunduh dari: https://agribisnisfpumjurnal.files.wordpress.com/2012/03/jurnal-vol-4-no-1eko.pdf.
Sunarti E. 2006. Indikator Keluarga Sejahtera: Sejarah Pengembangan, Evaluasi Selatan: Studi
Pilkada di Sulawesi Selatan Th 2007-2008. [internet]. [diunduh 16 Maret 2014]. Diunduh dari:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/54504
Sugiprawati. 2009. Etnisitas, Primordialisme, dan Jejaring Politik di Sulawesi Selatan (Studi Pilkada
di Sulawesi Selatan TH 2007-2008). [internet]. [Tesis]. [diunduh 07 Maret 2014];
http://eprints.undip.ac.id/18023/1/SUGIPRAWATY.pdf.
Sjaf S, Kolopaking LM, Pandjaitan NK, Damanhuri DS. 2012. Pembentukan Identitas Etnik di Arena
Politik. [internet]. [dikutip 26 Februari 2014]; Jurnal Sodality ISSN : 2302-7517, 6, (02). [dapat
di unduh dari http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/6084/4722.
Yani A. 2007. Budaya Politik Orang Bugis dalam Dinamika Politik Lokal. [internet]. [diunduh 07 Maret
2014];
J
Masyarakat
dan
Budaya.
9(2).
Dapat
diunduh
dari:
https://www.academia.edu/5377914/Budaya_Politik_Orang_Bugis.
4
Lampiran 1. Peta kecamatan kedamaian kota bandarlampung
5
Lampiran 2. Kuesioner
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI
DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Dominasi (Relasi dan Pengaruh) Praktik Politik Ernik Terhadap Kesejahteraan Kelompok
Etnis
Petunjuk:
 Berilah centang (v) pada kolom yang telah disediakan

Untuk kolom yang didalamnya terdapat titik titik, maka isilah sesuai dengan
informasi
Identitas Responden
1
Nomor Responden
:
.......
2
Nama
:
.........................................................................................
..............
3
Jenis Kelamin
:
............Tahun
4
Status Perkawinan
:
Laki – laki/ Perempuan
.........................................................................................
.............
.........................................................................................
.............
5
Alamat
:
.........................................................................................
.............
6
No Telpon
:
.........................................................................................
.............
(1) Petani
(2) Buruh Bangunan
(3) Pedagang
(4) Pegawai
7
Pekerjaan
:
(5) Lainnya : ......................
(1) Jawa
8
Etnis
:
(2) Non Jawa, sebutkan ...........................
6
Hubungan dan Pengaruh Praktek Politik Etnik
Petunjuk : Berilah tanda (v) pada pilihan yang anda pilh
Program Pembangunan
Apakah beberapa institusi dibawah ini memberikan program bantuan Sosial didaerah
anda ?
BANSOS
No
Institusi (SKPD)
Ya
Tidak
Sedang
Rendah
Sekretariat daerah bidang kesejahteraan rakyat
Bidang perekonomian dan pembangunan
Badan perencanaan dan pembangunan daerah
Badan kordinasi keluarga berencana dan pemberdayaan
perempuan
Badan penanggulangan bencana daerah
1
Ketahanan pangan dan Penyuluh pertanian
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan
Dinas Sosial
Dinas Koperasi, UKM, dan Perindag
Bagian perekonomian
Bidang Kesejahteraan rakyat
JUMLAH



>6
4-5
1-3
: Tinggi
: Sedang
: Rendah
Tinggi
PENDIDIKAN
Bidang Kesejahteraan Rakyat
Staf ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM
Koordinasi keluarga berencana dan Pemberdayaan
Perempuan
Dinas Pendidikan
2
Dinas Pemuda dan Olahraga
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Dinas Sosial
Dinas Perikanan dan Kelauatan
Dinas Pertanian
7
Peternakan dan Kehutanan
Bagian Kesejahteraan Rakyat
JUMLAH
 >5
 3-4
 1–2
: Tinggi
: Sedang
: Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
Sedang
Rendah
INFRASTRUKTUR
Bidang Perekonomian dan Pembangunan
Bidang Kesejahteraan Rakyat
Bidang Pembangunan
Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Badan Penanggulan Bencana Daerah
Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Dinas Pengelolaan Pasar
Dinas Sosial
Dinas Perikanan dan Kelautan
3
Dinas Perhubungan
Dinas Pertanian
Dinas Peternakan dan Kehutanan
Dinas Koperasi, UKM dan Perindag
Dinas Komunikasi dan Informatika
Dinas Tata Kota
Dinas Pekerjaan Umum
Bagian Administrasi Pembangunan
Bagian umum
Bagian Perlengkapan
Bagian Kesejahteraan Rakyat
JUMLAH



> 10
6–9
1–5
: Tinggi
: Sedang
: Rendah
Tinggi
8
EKONOMI
Bidang Perekonomian dan Pembangunan
Bidang Kesejahteraan Rakyat
Bidang Ekonomi dan Keuangan
Badan Penanaman Modal dan Perizinan
4
Dinas Pendapatan Daerah
Dinas Sosial
Dinas Koperasi, UKM dan Perindag
Bagian Perekonomian
Bagian Kesejahteraan Rakyat
JUMLAH



>5
3-4
1-2
: Tinggi
: Sedang
: Rendah
Tinggi
Sedang
Kesejahteraan Etnis
Berilah tanda (v) pada pilihan yang anda pilih
Tingkat Pendidikan
No
1
Pertanyaan
Apa pendidikan terakhir anda ?
a. Tidak Sekolah
b. Sekolah Dasar
c. SMP/MTS/sederajatnya
d. SMA/ MAN/ Sederajatnya
e. Perguruan tinggi
2
3
Kesehatan
Berapa kali anda pergi berobat dalam setahun ?
a.
≥ 5 kali dalam setahun
b.
3-4 kali setahun
c.
≤ 2 kali setahun
Jenis Pengobatan yang digunakan ?
a. Dokter/ Puskesmas
b. Pengobatan Tradisional
c. Obat Warung
Ekonomi
Pendapatan
4
Berapa pendapatan yang biasanya anda hasilkan dalam sebulan ?
Rendah
9
a. < Rp.1500000
b. Rp 1500000 ≤ sampai dengan ≤ Rp. 3000000
c. > Rp 3000000
Pola Konsumsi
5
Pola konsumsi makanan seperti apa dibawah ini yang biasanya anda makan ?
a. Beras super, telur, daging, sayur
b. Beras biasa, ikan telur, sayur
c. Raskin, sayur, kangkung, ikan tembang
Kendaraan
6
Jenis kendaraan apa yang saat ini anda miliki ? (boleh memilih lebih dari satu)
a. Mobil
b. Motor
c. Sepeda
d. Dokar
e. Becak
f. Lainnya ....................
Keadaan Tempat Tinggal
7
Status Kepemilikan tempat tinggal anda saat ini ?
a. Milik Sendiri
b. Kontrak/Sewa
c. Milik Orang Tua/Sanak/Saudara
8
Jenis lantai di tempat tinggal anda saat ini ?
a. Kramik
b. Marmer
c. Semen
d. Tanah
e. Kayu
f.
9
Bambu
Luas antai rumah yang anda miliki saat ini ?
a. > 50 m2
b. 20 m2 −50 m2
c. < 20 m2
10
Jenis atap rumah anda saat ini ?
a. Genteng
b. Seng
10
c. Asbes
d. Bilik
e. Ijuk
f.
11
Rumbia
Jenis Dinding dirumah anda yang dimiliki saat ini ?
a. Tembok
b. Kayu
c. Bilik bambu
12
Sumber Penerangan dirumah anda saat ini ?
a. PLN
b. Petromak
c. Obor/Karbit
13
Sumber air minum yang saat ini anda gunakan ?
a. Sungai
b. Sumur
c. PAM
14
Fasilitas tempat buang air besar yang anda gunakan saat ini ?
a. Sungai
b. WC umum
c. WC Sendiri
11
Lampiran 3. Rancangan Skripsi
1. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
1.2 Masalah Penelitian
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Kegunaan Penelitian
2. PENDEKATAN TEORITIS
2.1Tinjauan Pustaka
2.2 Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis
2.4 Definisi Operasional
3. PENDEKATAN LAPANG
3.1 Lokasi dan Waktu
3.2 Pengumpulan Data
3.3 Pengolahan dan Analisis Data
4. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Sosial dan Geografis
4.2 Karakteristik Responden
5. KONSTRUKSI IDENTITAS ETNIS DAN POSISI ETNIS DALAM PEMERINTAHAN
5.1 Konstruksi Identitas Etnis
5.2 Posisi Etnis dalam Pemerintah
6. ANALISIS PENGARUH DOMINASI POLITIK ETNIK
6.1 Pengaruh Program Pembangunan yang didukung oleh posisi etnis dalam
penempatan aktor di pemerintahan
7. ANALISIS HUBUNGAN DAN PENGARUH PRAKTEK DOMINASI POLITIK ETNIK TERHADAP
KESEJAHTERAAN KELOMPOK ETNIS
7.1 Hubungan Praktek Dominasi Politik terhadap Kesejahteraan Kelompok
Etnis
7.2 Pengaruh Praktek Dominasi Politik Etnik terhadap Kesejahteraan
Kelompok Etnik
8. PENUTUP
8.1 Kesimpulan
8.2 Saran
9. DAFTAR PUSTAKA
10. LAMPIRAN
Download