MAKALAH KOLOKIUM Nama Pemrasaran/NIM Departemen Nama Pembahas/NIM Dosen Pembimbing/NIP Judul Rencana Penelitian : : : : : Tanggal dan Waktu : Mirfa Soraya Ardilla/I34110062 Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Renita Intan Cahyani/I34110024 Dr. Sofyan Sjaf/19781003 200912 1 003 Dominasi (Relasi dan Pengaruh) Praktik Politik Etnik terhadap Kesejahteraan Kelompok Etnik 23 Juni 2014/08.00 – 09.00 WIB 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kemajemukan etnis di Indonesia menghadirkan sebuah identitas etnik yang khas dalam masing – masing kelompok etnik. Etnisitas seringkali didefinisikan sebagai perasaan terhadap identitas etnis yang dimiliki oleh masing-masing individu dalam kelompok secara subjektif dan simbolik untuk menghasilkan kohesi internal dan diferensiasi dengan kelompok - kelompok lainnya (Brass 1991). Identitas etnis dikonstrusikan oleh masing – masing kelompok berdasarkan hubungan keluarga, bahasa, budaya, kebudayaan, agama dan asal daerah (Posner 2005). (Syaf 2012) juga menjelaskan bahwa Identitas etnis baik secara kelompok maupun individu dibangun atas dasar dimensi Subjektivitas (pengalaman) dan Objektivitas (kesejarahan). Konstruksi identitas etnis ini kemudian menjadi salah satu faktor penting dalam melihat aktivitas kelompok etnis dalam berbagai bidang sosial khususnya dalam arena praktek politik. Etnisitas sebagai simbol identitas kerap dimanfaatkan sebagai alat untuk merebut kekuasaan politik dan menarik dukungan komunitas etnis dalam proses dominasi praktek politik lokal. Praktek elit politik etnis yang didukung oleh modal – modal ekonomi, sosial, simbolik dan budaya yang melekat pada masing – masing elit disetiap etnis serta kesejarahan “tokoh pemersatu” dan etnodemografi (Sjaf 2012) seharusnya dapat membantu kemajuan hidup kelompok disetiap etnis. Namun pada kenyataannya praktik politik seperti dalam pilkada, pilwali maupun suksesi parpol tidak menjamin kesejahteraan kelompok etnis. Hal ini misalnya dapat dilihat melalui pilkada Sulawesi Selatan dimana terdapat beberapa suku yang berkontestasi (Bugis, Makasar, Luwu, massenrepulu, dan Toraja). Para kontestan kadang mengklaim dirinya sebagai representasi dari etnis tersebut sehingga dalam paket pilkada provinsi untuk pasangan selalu mereka mengambil dari asal etnis sang kontestan (Tahara 2007). Kemudian merujuk pada pendapat (Walter O. Oyugi 1997 dalam Lingkaran Survei Indonesia), ia menjelaskan bahwa dalam pemilu multipartai di Kenya tahun 1992 etnisitas menjadi kekuatan dominan yang berpengaruh terhadap perilaku politisi dan para pemilih dalam proses pemilihan. Kalangan elit politik di Kenya dalam Pemilu 1992 tersebut nampak menggunakan isu-isu etnisitas untuk menarik dukungan dan mengakomodasi kepentingan politik para pemilih. Sampai saat ini isu pengentasan kemiskinan dan pencapaian kesejahteraan komunitas etnis menjadi agenda pertarungan kepentingan praktek politik yang tidak kunjung berakhir. Berbagai contoh prkatek politik yang didominasi oleh beberapa aktor dalam enits tertentu dilansir tidak terlalu berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan komunitasnya. Misalnya pada hasil penelitian (Sjaf 2012), dikatakan bahwa banyaknya aktor (elit) yang berasal dari etnik Tolaki dan Muna tidak memiliki pengaruh dalam menurunkan angka kemiskinan dikelompok etniknya masing – masing. Kondisi ini berbeda dengan aktor (elit) yang berasal dari etnik Bugis dan Buton dimana banyaknya aktor yang berkuasa memiliki peran menurunkan angka kemiskinan yang dialami oleh kelompok etniknya masing – masing. Namun disisi lain, praktek politik penguasaan ini malah memberikan kesempatan kepada aktor (elit) lokal untuk memperbesar pendapatan yang dimilikinya. Selanjutnya (Horowitz dan Long 2006 dalam Lingkar Survei Indonesia 2008) mengungkapkan bahwa problem etnisitas akan semakin menguat ketika sistem demokrasi dijalankan oleh struktur patronase politik—terutama bersumber dari warisan kolonialisasi dan sistem otoriter—sehingga sumber daya publik tidak dapat terdistiribusikan secara merata, atau bahkan tidak dapat terdistribusikan untuk kesejahteraan publik. Kebijakan mengenai Otonomi Daerah yang dituangkan dalam UU no. 32 Tahun 2014 yang bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat ternyata juga tidak menjadi landasan pijak setiap elit politik etnis dalam menjalankan aktivitas politiknya. Namun hal ini malah memberikan peluang berkembangnya praktek – praktek dominasi kekuatan etnis – etnis tertentu. Melalui kajian ini akan diteliti kembali bagaimana dominasi (relasi dan pengaruh) praktik politik etnik terhadap kesejahteraan kelompok etnik ? 1.2. MASALAH PENELITIAN Masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Sejauhmana pembentukan konstruksi identitas kelompok etnis dan faktor apasaja yang mempengaruhinya ? 2. Sejauhmana pengaruh konstruksi identitas etnis dalam pemerintahan terhadap dominasi praktek politik etnik ? 3. Sejauhmana hubungan dan pengaruh praktek dominasi penguasaan politik etnis terhadap kesejahteraan kelompok etnis ? 1.3. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Menganalisis konstruksi pembentukan identitas kelompok etnis 2. Menganalisis hubungan dan pengaruh praktek dominasi politik etnis terhadap kesejahteraan kelompok etnik 3. Menganalisis pengaruh konstruksi identitas etnis dan posisi etnis dalam pemerintahan mempengaruhi praktek dominasi politik etnik 1.4. KEGUNAAN PENELITIAN Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut: 1. Bagi Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan menganai konstruksi identitas etnisitas yang terbentuk. Penting juga untuk diketahui bahwa konstruksi identitas yang terbentuk ini kemudian mempengaruhi praktek dominasi elit etnis dalam berpolitik. Praktek politik yang dilakukan oleh para elit etnis dalam hal ini kemudian memiliki pengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masing – masing kelompok etnis. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini sangat penting untuk dilakukan dan didalami. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur dan acuan untuk penelitian lebih dalam tentang praktek dominasi politik etnis terhadap kesejahteraan kelompok etnis. 2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang praktek dominasi politik etnis yang dilihat dari pembentukan kebijakan program pembangunan dan posisi aktor terhadap kesejahteraan kelompok etnis sehingga dapat menetapkan kebijakan yang sesuai terhadap praktek dominasi politik yang baik. 3. Bagi Masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh dan relasi antara praktek dominasi politik etnik terhadap kesejahteraan kelompok etnik. 2 2. PENDEKATAN TEORETIS 2.1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Etnisitas dan Identitas Etnis Etnisitas didefinikasn sebagai perasaan terhadap identitas etnis yang dimiliki oleh masing masing individu dalam kelompok secara subjektif dan simbolik untuk menghasilkan kohesi internal dan diferensiasi dengan kelompok – kelompok lainnya (Brass dalam Lingkar Survei Indonesia 2009). Etnisitas sesungguhnya dilatarbelakangi oleh perdebatan kontemporer yang pada umumnya mengarah kepada dua hal. Pertama, proses terbentuknya etnisitas. Etnisitas dalam hal ini terbentuk karena adanya konstruksi sosial dari kondisi sejarah masing – masing. Kedua, kegunaan atau keuntungan dari etnisitas dari berbagai latar belakang. Proses terbentuknya etnisitas dalam hal ini terkait dengan imajinasi kebersamaan, kesamaan daerah, dan kesamaan keyakinan dan nilai nilai membedakan suatu kelompok tertentu dengan yang lainnya (Markasis 2002 dalam Lingkaran Survei Indonesia). Definisi mengenai Identitas etnik juga dijelaskan oleh beberapa ahli seperti (Rajab dkk 2012) yang mengungkapkan bahwa Identitas Etnik merupakan perasaan yang didasarkan pada kesmaan sejarah, budaya, nilai, dan ras yang mengarah pada bagaimana menempatkan individu-individu dalam kelompok sendiri, yang kemudian memandang kelompok sendiri berbeda dengan kelompok lain. Identitas etnik adalah suatu problematika ketika dihadapkan dengan komunikasi politik, teruma dalam sistem pemilu yang demokratis. Simbol – simbol identitas etnik yang ditemukan dalam komunikasi politik adalah klan sebagai identitas, bahasa daerah, logat dan adat istiadat (Lampe 2010). Selanjutnya Lampe juga menjelaskan bahwa identitas etnik, agama dan politik hampir sulit untuk dipisahkan. Hal ini berarti bahwa keragaman seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh keterunan dan lingkungannya, bukan pilihan bebas. Dari sudut pandang etimologis menurut para ahli politik dalam jurnal studi pemerintahan tahun 2012 konsepsi mengenai hakekat etnisitas dimaknai dalam dua hal. Pertama, pembacaan realitas perbedaan bentuk penciptaan, yaitu wacana batas bersifat oposisioner dan dikotomis. Kedua, suatu konstruksi pemahaman yang didasarkan atas pandangan dan bangunan sosial. Dua makna ini kemudian ditarik pemahaman bahwa identitas etnik lebih sulit diubah karena pemahaman ini dibangun di atas persamaan darah (kelahiran), warna kulit, kepercayaan yang mencakup ‘suku’, ‘ras’, ‘nasionalitas’ dan ‘kasta’. (Holland, dkk 1998) yang dikutip dalam makalah/paper pada Forum ACIS menerangkan bahwa pembentukan identitas etnik sangat ditentukan oleh sangat ditentukan oleh sejarah masa lalu dan keadaan masa sekarang, dan proses pembentukannya tidak lepas dari peran kekuasaan, siapa yang membentuk dan mengendalikan kliam – klaim tersebut. (Alasuutari 2004 dalam Amilda 2011) secara lebih jelas menerangkan bahwa dalam menganalisis konsep konstruksi pembentukan identitas sebagai sebuah proses tidak dapat dipisahkan dari (1) Posisi dari subjek, (2) Legitimasi, (3) Strategi peniruan, serta (4) kesadaran kelompok. (Eriksen 1993 dalam Lampe) menerangkan bahwa identitas etnik ditandai dengan simbol budaya, bahasa, organisasi serta ideologi mereka. Setiap etnik memiliki identitas yang harus dipatuhi oleh masyarakat itu guna berinteraksi satu sama liannya. Teori identitas etnik juga oleh para ahli dijelaskan melaui teori identitas sosial yaitu bagian dari konsep diri individu yang terbentuk karena kesadaran individu sebagai anggota suatu kelompok sosial, diaman didalamnya mencakup nilai – nilai dan emosi – emosi penting yang melekat dalam diri individu sebagai anggotanya (taylor dan bahwa perilaku individu mencerminkan unit masyarakat si individu yang lebih besar. Artinya keanggotaan kelompok kelompok kolektif mempengaruhi dan menentukan pemikiran serta perilaku individu (Markus 1996 dalam jurnal demokrasi). Teori identitas sosial menyatakan bahwa orang berfikir, merasakan, dan bertindak sebagai anggota kelompok kolektif, institusi, dan budaya. Konsep identitas etnis dalam Sjaf (2014) yang diambil dari teori kritis yang melihat bahwa etnis dan relasi antar etnis seyogyanya dibaca dengan menggunakan perspektif pascastrukturalis maupun strukturalis-konstruktivis.1 Berbeda dengan sebelumnya, Sjaf (2012) juga menjelaskan konstruktivitas 1 Strukturalis-konstruktivis merupakan suatu perspektif yang berupaya melacak lebih detail tentang makna tindakan, orientasi kepentingan, dan kekuasaan yang embedded di dalam diri individu atau kelompok 3 etnis melalui pandangan weber yang menyatakan bahwa etnik merupakan identitas kelompok atas dasar kepercayaan yang sama dari segi kultur, common descent, dan bahasa. Untuk itu weber menganggap bahwa basis etnik adalah kepercayaan yang bersifat subjektif. Dengan demikian relasi antaretnik menurut weber adalah identitas “pembeda” yang terjadi antar kelompok etnik yang dapat dilakukan melalui terpaan monopolistik sosial dan internal kelompok etnik melalui keragaman bentuk etnik dari organisasi sosial. Berdasarkan penjelasan weber diatas Sjaf (2012) kemudian mengambil asumsi bahwa; 1) setiap tindakan sosial tidak luput dari tindakan yang bernuansa etnisitas; 2) konflik terjadi manakala ditemukan upaya yang dilakukan kelompok etnik tertentu untuk memperoleh keuntungan simbolis dari kelompok etnik lainnya; 3) tindakan politik etnik mencerminkan perilkau kelompok etnik yang bersangkutan. Beranjak dari uraian weber sebelumnya Sjaf (2012) juga menjelaskan asusmsi etnisitas yang dikembangkan dari teoti Durkheim. Asumsi yang dimaksud adalah: 1) setiap kesejarahan kelompok sosial yang ada saat ini tidak lepas dari kesejarahan masa lalunya (solidaritas organik terbentuk darisolidaritas mekanik); 2) tindakan individu adalah tindakan kelompok sosialnya; dan 3) sifat dan karakteristik individu – individu dari kelompok sosial tersebut. Konsep Identitas Etnis2 juga di kemukakan oleh (Sjaf 2012) yang menekankan bahwa identitas etnik yang terbentuk baik ditingkatan aktor maupun kelompok etnik merupakan habitus individu dan kelompok etnik yang berada pada garis kontinum objektivikasi dan subjektivikasi aktor yang berinteraksi (mengalami pertemuan) yaitu “politik ingatan” dan kepentingan ekonomi memiliki pengaruh yang besar. Secara lebih jelas konsep pembentukan identitas etnis ini dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Struktur Pembentukan Identitas Etnik di Arena Politik Ekonomi Lokal (Sjaf 2012) (Tod dikutip Sjaf 2012) juga menambahkan bahwa identitas dibentuk dan diubah sesuai serangkaian proses yang berkesinambungan untuk memilih sejumlah praksis sosial secara sadar, pemaknaan dan nilai –nilai; dalam batasan sosial dan sejarah hidup. Sementara itu perubahan identitas etnis dapat terjadi melalui tiga mekanisme, yaitu disonansi antara habitus dengan tatanan sosial, disonansi internal dalam habitus, dan moment of intentionality, yaitu identitas baru dibentuk dengan sengaja. 2 Identitas etnik menurut sjaf (2012) adalah produk sosial yang berisi konsep relasional yang terkait dengan identifikasi diri (subyektivitas) dan asal – usul sosial (Objektivitas). Dengan denikian, identitas etnik dipahami sebagai proses penciptaan batas – batas formasi dan ditegakkan dalam kondisi sosio historis yang spesifik. 4 Gambar 3. Proses pembentukan dan perubahan identitas etnik (Sumber: Munandar 2011 dalam Sjaf 2012) 2.1.2 Praktik Politik Etnik Pakar politik (Morowitz dalam Habodin) menerangkan bahwa politik identitas adalah pemberian garis yang tegas untuk menentukan siapa yang akan disertakan dan siapa yang akan ditolak. Karena garis – garis penentuan tersebut tampak tidak dapat berubah, maka status sebagai anggota bukan anggota dengan serta merta tampak bersifat permanen. Sementara itu dalam literatur ilmu politik, politik identitas dibedakan secara tajam anatar identitas politik dengan politik identitas. Politik identitas merupakan konstruksi yang menentukan posisi kepentingan subjek dalam ikatan suatu komunitas politik sedangkan mengacu pada mekanisme politik pengorganisasian identitas (baik identitas poltik maupun identitas sosial) sebagai sumber dan sarana politik. Dalam politik identitas ikatan kekuasaan mendapat peranan penting, ia menjadi simbol – simbol budaya yang potensial serta menjadi sumber kekuatan untuk aksi – aksi politik. Menurut habernas dalam sjaf, identitas individu – individu dibentuk melalui komunikasi sehingga terbentuk kesepahaman atau kesepakatan identitas bersama. Dengan demikian habernas secara tegas menjelaskan bahwa individu bertolak dari sudut pandang kultural mereka. Berikut merupakan ragam pemahaman tentang politik Identitas habermas dalam (Sjaf 2012) yang disajikan dalam bentuk tabel. Tabel 6. Ragam Pemahaman Politik Identitas Penganut Pembeda Liberalisme Komunitarian Paham (isme) individualisme komunitarianisme Individu konkret tidak Individu konkret terkait dengan berasal dari latar Individu konteks kultural belakang etnis, konkretnya gender atau religius (unencumbered self) tertentu Subjek atau kedirian Subjek atau kedirian terjadi melaui terjadi dari Pembentukan identitas kemampuan individu keanggotaanya untuk memilih tujuan dalam sebuah – tujuan menurut komunitas yang Komunikatif kritisme Lahir dari komunikasi proses Identitas kolektif dan indentitas individual berada dalam sebuah 5 preferensi preferensi indivualinya – terbentuk melalui tradisi – tradisi dan nilai – nilai kultural proses formatif yang dinamis. Individu Makna Tindakan Kelompok agen Identitas individu – indivisu dibentuk melalui komunikasi sehingga terbentuk kesepahaman atau kesepakatan identitas bersama sosial komunikatif Sumber: Hardiman 2009 dalam Sjaf 2012 Selanjutnya pemahaman mengenai politik identitas etni kemudian digambaran oleh (Sjaf 2012) dalam bentuk tabel seagai perkembangan inti kekuasaan identitas etnik dalam arena politik. Tabel 7. Pola Kekuatan Identitas Etnis Dalam Arena Politik Arena Politik Peneliti Kasus studi Lembaga Survei Indonesia 2008 Peran etnik dalam Pilkada di Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, dan BangkaBelitung Permana Munculnya dalam Sakai Identitas M. 2002 Melayu bangka – Belitung Tirtosudarmo 2005 Dimensi Etno-Politik di Sulawesi Tengah dan Riau Pola kekuatan (identitas) Etnik Kalimat Uraian Penjelasan kunci Sentimen Perbedaan Sentimen etnik dalam Etnik pemilihan kandidat kepala daerah. Ditiga lokasi penelitian menunjukkan sentimen etnik pemilih ketika memilih kandidat kepala daerah berbeda – beda. Sentimen untuk pemilih cenderung besar kepada kandidat yang berasal dari etnis yang sama. Berbeda dengan Sulawesi Selatan dan Bangka Belitung, dimana Sentimen etnis pemilih relatif kecil Penguatan Pelaksanaan otonomi daerah Identitas memperkuat identitas Putra Daerah yang “Putra mampu mencetuskan konflik diantara Daerah” kelompok etnis yang satu dengan kelompok etnis yang lain diwilayah setempat.penguatan identitas putra daerah itu terjadi akibat pelaksanaan otonomi daerah di berbagai wilayah di Indonesia. Konfigurasi Komposisi etno-demografis yang ada etno-Politik pada sebuah wilayah 6 Syafarudin 2009 Pemekaran Politik daerah di identitas wilayah etnik Indonesia Maraknya tuntutan dan pemekaran daerah merupakan wujud pengentalan identitas etnis di sebuah wilayah. Etnis tersebut, bisa meliputi etnis asli, etnis pendatang, etnis tua, dan etnis muda. Masing – masing etnis membentuk wilayah administrasi sendiri. Sumber: Sjaf 2012 Identitas etnik pada kenyataannya masih sangat berpengaruh dalam kontestasi pemilihan elit politik di berbagai negara. Munculnya gerakan kedaerahan dengan mengambil setting politik etnisitas yang merupakan bagian dari politik identitas sebagai basis gerakan politiknya. Pasca pemberlakuan UU No. 22 tahun 1999, gerakan politik identitas semakin jelas wujudnya. Bahkan, banyak aktor politik lokal maupun nasional secara sadar menggunakan isu ini dalam power-sharing. Identitas etnik dapat menjadi faktor penting dan menentukan bagi perilaku pemilih. (Scheve 2004) menyimpulkan bahwa kemampuan para aktor dalam mendominasi kekuasaan politik dalam memahami identitas sosial dan kebijakan publik yang dibutuhkan oleh konstituen dapat menjadi dasar yang menentukan dalam kampanye politik. (Posner 2005) berpendapat bahwa masing masing individu memiliki beberapa identitas/dimensi etnis, seperti hubungan keturunan/keluarga dalam kelompok, bahasa, budaya, agama dan asal daerah. Identitas ini bahakan seringkali menjadi faktor yang dianggap penting baik bagi publik maupun elit ketika peristiwa politik berlangsung. (Norris dan Mattes 2003) juga menerangkan bahwa identitas sosial dan etnisistas berpengaruh terhadap perilaku pemilih dan partai politik pada masyarakat agraris tradisonal dengan latar belakang pendidikan dan tingkat akses terhadap pemberitaan yang rendah. (Warhola 2001 dalam Lingkar Survei Indonesia 2008) terdapat dua dimensi etnisitas pada daerah pemlihan yaitu dimensi ethnoregional dan geografi politik. Teori praktik bourdieu dalam buku (Sjaf 2012) menjelaskan bahwa terdapat dua dimensi yaitu proses internalisasi yang dialami pelaku dan pengungkapan diri dari segala sesuatu yang yang telah terinternalisasi yang menjadi bagian dari si pelaku (Mutahir 2011). Internalisasi yang dialami si pelaku tersebut berdasarkan pengalaman hidup yang melekat dalam diri aktor (habitus) dalam berbagai arena. Bourdieu juga mengenalkan konsep modal (capital) dan strategi persaingan. Berikut disajikan gambar hubungan antar habitus, arena, dan modal yang disandur dalam (Sjaf 2012). Tabel 8. Hubungan Antarkonsep Habitus, Arena, dan Modal No 1 2 3 Habitus Habitus Modal Aktor memanfaatkan modal dan habitus untuk merebut dan mempertahankan posisi Arena Arena mengkondisikan habitus Modal Habitus aktor yang dominan berusaha untuk mempertahankan posisinya dalam wujud pengakumulasian kapital Arena Habitus mengklsifikasikan arena Modal memiliki kekuatan untuk menentukan produksi dan reproduksi dalam arena Arena mensyaratkan kepemilikan modal sebagai aturan aturan yang tersirat didalamnya, diaman aktor bertarung 7 Sumber: beragam sumber (Bourdieu 1986; Bourdieu and Wacquant 1992; Calhoun 1993; Ritzer et. al. 2008; Alamsyah 2010 dalam Sjaf 2014) Selanjutnya bentuk praktik yang menitikbaratkan pada modal simbolik dan modal ekonomi dari aktor sebagai kekuatan praktik aktor. Aktor yang memasuki praktik ini memiliki kemampuan memainkan peran yang telah ditentukan oleh prinsip heteronom maupu otonom. Praktik dominasi kekuasaan ekonomi politk diorientasikan aktor untuk merebut kekuasaan politik. Agar orientasi tercapai, maka aktor menggunakan sepenuhnya modal simbolik dan ekonomi yang dimilikinya untuk menarik dukungan masa saat berlangsungnya momentum politik (Sjaf 2012). (Sjaf 2012) menjelaskan bahwa terdapat lima tipologi pelaku politik identitas. Kelima tipologi yang dimaksud, yaitu agen –individu, agen kelompok, struktur individu, struktur kelompok, dan agen struktur komunikasi. Selanjutnya (Sjaf 2012) juga menjelaskan bahwa individu dan kelompok adalah aktor yang tindakannya tidak hanya ditentukan struktur dimana aktor tersebut berada. Sebaliknya, aktor dengan leluasa mampu mengkon-struksi identitas yang ada dalam dirinya. Meski demikian, pengalaman dan kesejahteraan, serta latar belakang kehidupan sosial tak dapat dikesampingkan karena memberika pengaruh terhadap tindakan aktor bernuansa identitas. Gambar 2. Tipologi pembentukan identitas etnik arena ekonomi politik lokal (Sjaf 2012) Penelitian Bourdieu dalam Sjaf (2012) menafsirkan realistas etnik sebagai sejarah yang tidak dapat dumungkiri dan memberikan sumbangan terhadap habitus aktor. Untuk itu, Boudue berpandang bahwa realitas etnik adalah realitas pertarungan simbolik etnisitas yang terjadi diberbagai arena kehidupan, seperti: sosial, ekonomi, dan politik. Studi ini menunjukkan bahwa adanya usaha untuk mendirikan hegemoni kelompok etnik tertentu terhadap kelompok etnik terhadap kelompok etnik lainnya yang dianggap sebagai saingan. Intraksisehari – hari dalam kehidupan publik yang terjadi merupakan medan pertempuran atau persaingan antar etnik dan perjuangan untuk meraih dominasi simbolik.3 Persaingan antar etnik dalam arena menciptakan dominasi etnik tertentu terhadap etnik lainnya. Kekuasaan simbolik merupakan kekuasaan untuk mempertahankan atau mengubah prinsip – prinsip objektif dari penyatuan atau pemisahan, asosiasi dan disosiasi, kekuasaan untuk mempertahankan atau mengubah berbagai klasifikasi, kekuasaan mendeskripsikan individu, kelompok, atau institusi melalui kata –kata, serta kekuasaan untuk mendefinisikan situasi dimana interaksi berlangsung. 3 8 2.1.3. Kesejahteraan Kelompok Etnis Kesejahteraan merupakan seuatu bentuk kepuasan yang pada dasarnya merupakan suatu yang bersifat relatif karena tergantung dari kepuasan atas pendapatan yang diperoleh. (Rambe 2001 dalam Sunarti 2006) menjelaskan bahwa kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material,maupun spiritual, yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan ketrampilan lahir batin yang memungkinkan setia warga negara untuk mengadakan usaha – usaha pemenuhna jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, rumah tangga serta masyarakat. Konsep mengenai kesejahteraan menurut (Badan Pusat Statistik (BPS) 2005) yang dirangkum dalam indikator untuk mengetahui tingkat kesejahteraan adalah pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempa tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan memasukkan anda ke jenjang pendidikan, kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi. Terdapat kelompok masyarakat yang menggunkan ukuran kesejahteraan bersumber pada simbol kekuasaan budaya politik, sementara monetisasi ekonomi menghantarkan kalangan masyarakat pada umumnya untuk lebih menggunakan ukuran kesejahteraan lahiriyah dibandingkan dengan kesejahteraan tradisional. Ruang lingkup kesejahteraan selanjutnya yang merujuk pada (Sunarti 2006) menerangakan bahwa kesejahteraan dibagi kedalm dua dimensi yaitu kesejahteraan material dan spiritual. Selanjutnya (Sunarti 2006) juga memaparkan bahwa Kesejahteraan dapat dibagi kedalam kesejahteraan ekonomi yang diukur dari pemenuhan dari pemenuhan input keluarga seperti diukur dari pendapatan, upah, asset, dan penguatan keluarga dan kesejahteraan material yang diukur dari berbagai bentuk barang dan jasa yang diakses oleh keluarga. Konsep kesejahteraan dalam hal ini juga dirujuk dari beberapa sumber yang dirangkum oleh (Sunarti 2006) seperti pada tabel dibawah ini. Tabel 9. Ukuran Kesejahteraan menurut beberapa Ahli No Sumber World Bank Tahun 2 Sajogyo 1996 3 BPS 2001 4 5 6 BKKBN Bryant Martin 1998 1990 2006 1 2004 Ukuran Kesejahteraan Pendapatan Pengeluaran Kebutuhan minimum kalori berdasarkan konversi beras yang dikonsumsi keluarga Kependudukan: Laju pertumbuhan penduduk, sebaran dan pendapatan penduduk, fertilasi dan migrasi. Kesehatan: derajat kesehatan masyarakat (angka kematian bayi, angakaharapan hidup dan angka kesakitan), ketersedian fasilitas kesehatan, serta status kesehatan ibu dan balita. Pendidikan: meliputi kemampuan baca tulis, tingkat partisispa.;,k,ko,si sekolah, dan fasilitas pendidikan. Ketenagakerjaan: tingkat partispasi angkatan kerja dan kesempatan kerja, lapangan pekerjaan dan status pekerjaan, jam kerja serta pekerjaan anak. Taraf dan pola konsumsi: pola distribusi pendapatan dan pengeluaran rumah tangga (makanan dan non makanan). Perumahan dan lingkungan: meliputi kualitas rumah tinggal, fasilitas lingkungan perumahan dan kebersihan lingkungan. Sosial budaya: akses pada informasi dan hiburan kegiatan sosial budaya. Memuat 23 Indikator turunan Proporsi pengeluaran untuk pangan Living standar, well-being, welfare, Quality of live 9 7 Sharpe dalam Suandi 20042005 19 indikator kualitas hidup masyarakat: Indikator ekonomi: 1) GDP per kapita, 2) pendapatan per kapita, 3) inovasi, 4) lapangan kerja, 5) melek hurup, dan tingkat pendidikan. Indikator kesehatan: 7) usia harapan hidup, 8) status kesehatan, 9) tingkat kematian bayi (IMR), 10) aktivitas fisik. Indikator lingkungan meliputi: 11) kualitas air, 13) biodiversity, 14) lingkungan yang sehat Indikator kemanan dan keselamatan masyarakat: 15) kesukarelaan, 16) keragaman, diversity, 17) partisipasi dalam aktivitas budaya, 18) partisipasi dalam kegiatan politik, 19) keamanan dan keselamatan Sumber: Diolah dari Sugiarto 2007 Berikut dilampirkan pula contoh pengukuran tingkat kesejahteraan oleh (Sugiharto 2007) berdasarkan studi kasus masyarakat nelayan desa benua baru ilir berdasarkan indikator badan pusat statistika (BPS). Tabel 10. Indikator Kesejahteraan Badan Pusat Statistika tahun 2005 No Indikator Kesejahteraan 1 Pendapatan 2 Konsumsi atau Pengeluaran rumah tangga 3 Keadaan tempat tinggal 4 Fasilitas tempat tinggal 5 Kesehatan anggota keluarga 6 Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan 7 Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan 8 Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi Kriteria Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Permanen Semi Permanen Non Permanen Lengkap Cukup Kurang Bagus Cukup Kurang Mudah Cukup Sulit Mudah Cukup Sulit Mudah Cukup Sulit > Rp 10.000.000 > Rp 5.000.000 – 10.000.000 > Rp 5.000.000 > Rp 5.000.000 Rp 1.000.000 – 5.000.000 < Rp 1.000.000 (11-15) (6-10) (1-5) (34-44) (23-33) (12-22) < 25% 25% - 50% > 50% 16 – 20 11 – 15 6 – 10 7–9 5–6 3–4 7–9 5–6 3–4 Skor 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 Sumber: Sugiarto 2007 10 2.2. KERANGKA PEMIKIRAN Kemajemukan etnis yang tersebar diseluruh indonesia menghasilkan keberagaman Identitas etnik yang khas disetiap etnis. Konstruksi Identitas etnis oleh komunitas ini menurut (Sjaf 2012) digambarkan melalui garis kontinum objektivikasi (kesejarahan) dan subjektifikasi (pengalaman) aktor yang saling berinteraksi. Interaksi kedua indikator tersebut kemudian membentuk struktur dominasi etnis dimana terdapat etnis yang memiliki kuasa atas etnis lain dan sebaliknya. Peristiwa ini pada akhirnya menetukan bagaimana praktek - praktek dominasi politik lokal yang dilakukan oleh setiap aktor dalam masing - masing etnis. Praktek – praktek dominasi politik etnik ini diukur melalui keikutsertaaan aktor dalam struktur politik seperti legislatif dan eksekutif. Keikutsertaan aktor dalam hal ini ditentukan oleh proses politik seperti pilkada, pemilu, pilwali dan sejenisnya. Variabel konstruksi politik etnik yang dibentuk oleh kelompok etnik dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan kualitatif. Selanjutnya praktik dominasi politik dilihat berdasarkan pendekatan kuantitatif dan didukung oleh variabel posisi aktor dalam posisi strategis pemerintahan secara kualitatif. Praktek – praktek dominasi etnis dilihat dari implementasi program pembangunan yang selanjutnya akan memilki hubungan dan pengaruh terhadap kesejahteraan kelompok etnis. Adapun kesejahteraan kelompok etnis dalam hal ini dilihat berdasarkan indikator kemiskinan yang digunakan oleh Badan Pusat Statistika (BPS). Indikator ini dibagi menjadi 3 katagori besar yaitu Pendidikan, Kesehatan, dan Ekonomi. Secara lebih jelas skema kerangka berfikir dapat dilihat dari gambar berikut ini; 11 Konstruksi Identitas oleh Kelompok Etnik Praktek Dominasi Politik Etnik Program Pembangunan Bansos Infrastruktur Pendidikan Ekonomi Posisi Aktor Penempatan aktor berdasarkan proporsi etnis di posisi strategis lokasi penelitian Kesejahteraan Kelompok Etnik 1. Pendidikan 2. Ekonomi Pendapatan Kendaraan Pola konsumsi Kondisi dan fasilitas perumahan 3. Indeks Gini Kesehatan Akses ke puskesmas Jenis pengobatan Keterangan : Mempengaruhi : Mempengaruhi namun tidak dihitung pengaruhnya secara kuantitatif, hanya sebagai variabel pengarah (kualitatif) : Menunjukkan ada Hubungan : Mempengaruhi namun tidak dihitung pengaruhnya secara kuantitatif, hanya sebagai variabel pengarah (kualitatif) Gambar 4. Kerangka Pemikiran Dominasi (Relasi dan Pengaruh) Politik Etnik terhadap Kesejahteraan Kelompok Etnik 12 2.3. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut: Hipotesis pengarah : Konstruksi etnisitas mempengaruhi praktek dominasi politik etnik Hipotesis Uji : terdapat hubungan antara Praktek dominasi politik etnik dengan kesejahteraan etnis Hipotesis Uji : Praktek dominasi politik etnis mempengaruhi kesejahteraan kelompok etnis 2.4. DEFINISI OPERASIONAL Definisi Operasional untuk masing –masing variabel adalah sebagai berikut; Konsep Konstruksi etnisitas Konstruksi etnisitas menurut Weber yang diasumsikan oleh Sjaf (2012) adalah (1) setiap tindakan sosial tidak luput dari tindakan yang bernuansa etnisitas; 2) konflik terjadi manakala ditemukan upaya yang dilakukan kelompok etnik tertentu untuk memperoleh keuntungan simbolis dari kelompok etnik lainnya; 3) tindakan politik etnik mencerminkan perilkau kelompok etnik yang bersangkutan. Sjaf (2012) melalui Durkhaim (2000) juga mengasumsikan bahwa konstruksi etnisitas didasarkan pada: 1) setiap kesejarahan kelompok sosial yang ada saat ini tidak lepas dari kesejarahan masa lalunya (solidaritas organik terbentuk darisolidaritas mekanik); 2) tindakan individu adalah tindakan kelompok sosialnya; dan 3) sifat dan karakteristik individu – individu dari kelompok sosial tersebut. Konsep Posisi aktor Posisi aktor dilihat berdasarkan proporsi atau presentase penempatan aktor berdasarkan etnis yang terlibat dalam posisi strategis pemerintahan dilokasi penelitian Kecamatan Kedamaian. Konsep Praktek Dominasi Politik Etnis Praktek dominasi politik etnis dilihat melalui pelaksanaan program pembangunan yang didukung oleh posisi penempatan aktor berdasarkan etnis dalam pemerintahan (SKPD). Dalam hal ini SKPD yang dimaksud berjumlah 51 perangkat yang terdiri dari 5 Sekretariat daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat, 17 Dinas, 11 Badan, 5 Staf ahli, kantor, dan 10 Bagian. Dari daftar SKPD yang ada kemudian dapat diukur program pembangunan yang dibuat berdasarkan masing masing unit SKPD. 1. Program Pembangunan yang dibuat dilihat melalui program seperti Bantuan Sosial, Infrastruktur, Pendidikan, dan Ekonomi. Pengukuran; Bantuan Sosial dilihat dari jumlah program yang dibuat oleh unit SKPD pelaksana program seperti sekretariat daerah bidang kesejahteraan rakyat, bidang perekonomian dan pembangunan, badan kordinasi keluarga berencana dan pemberdayaan perempuan, badan perencanaan dan pembangunan daerah, badan penanggulangan bencana daerah, Ketahanan pangan dan Penyuluh pertanian, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan, Dinas Sosial, Dinas Koperasi, UKM, dan Perindag; bagian perekonomian, Bidang Kesejahteraan rakyat. Pengukuran dilihat dari jumlah program yang diterapkan kepada masyarakat dan masyarakat merasakan progeman tersebut, semakin banyak program yang dibuat dan dirasakan maka semaik tinngi praktek dominasi politiknya. >6 : Tinggi : Skor 3 4-5 : Sedang : Skor 2 1-3 : Rendah : Skor 1 13 Pendidikan dilihat dari jumlah program yang dibuat oleh unit SKPD pelaksana program seperti Bidang Kesejahteraan Rakyat; Staf ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM, Koordinasi keluarga berencana dan Pemberdayaan Perempuan; Dinas Pendidikan; Dinas Pemuda dan Olahraga; Dinas Kebudayaan dan Pariwisata; Dinas Sosial; Dinas Perikanan dan Kelauatan; Dinas Pertanian; Peternakan dan Kehutanan; Bagian Kesejahteraan Rakyat. Pengukuran dilihat dari jumlah program yang diterapkan kepada masyarakat dan masyarakat merasakan progeman tersebut, semakin banyak program yang dibuat dan dirasakan maka semaik tinngi praktek dominasi politiknya. >5 : Tinggi : Skor 3 3-4 : Sedang : Skor 2 1 – 2 : Rendah : Skor 1 Infrastruktur dilihat dari jumlah program yang dibuat oleh unit SKPD pelaksana program seperti Bidang Perekonomian dan Pembangunan; Bidang Kesejahteraan Rakyat, Bidang Pembangunan; Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Badan Penanggulan Bencana Daerah, Dinas Kebersihan dan Pertamanan; Dinas Pengelolaan Pasar; Dinas Sosial; Dinas Perikanan dan Kelautan; Dinas Perhubungan; Dinas Pertanian, Dinas Peternakan dan Kehutanan, Dinas Koperasi, UKM dan Perindag, Dinas Komunikasi dan Informatika, Dinas Tata Kota, Dinas Pekerjaan Umum, Bagian Administrasi Pembangunan; Bagian umum; Bagian Perlengkapan; Bagian Kesejahteraan Rakyat. Pengukuran dilihat dari jumlah program yang diterapkan kepada masyarakat dan masyarakat merasakan program tersebut, semakin banyak program yang dibuat dan dirasakan maka semaik tinngi praktek dominasi politiknya. > 10 : Tinggi : Skor 3 6 – 9 : Sedang : Skor 2 1 – 5 : Rendah : Skor 1 Ekonomi dilihat dari jumlah program yang dibuat oleh unit SKPD pelaksana program seperti Bidang Perekonomian dan Pembangunan; Bidang Kesejahteraan Rakyat; Bidang Ekonomi dan Keuangan; Badan Penanaman Modal dan Perizinan; Dinas Pendapatan Daerah; Dinas Sosial; Dinas Koperasi, UKM dan Perindag; Bagian Perekonomian; Bagian Kesejahteraan Rakyat. Pengukuran dilihat dari jumlah program yang diterapkan kepada masyarakat dan masyarakat merasakan program tersebut, semakin banyak program yang dibuat dan dirasakan maka semaik tinngi praktek dominasi politiknya. >5 : Tinggi : Skor 3 3-4 : Sedang : Skor 2 1-2 : Rendah : Skor 1 Konsep Kesejahteraan Etnis Tingkat kesejahteraan responden dalam hal ini masyarakat petani diukur berdasarkan variabel tingkat pendidikan, kesehatan, dan kondisi ekonomi seperti di bawah ini; 1. Tingkat Pendidikan adalah pendidikan responden secara formal yang dikategorikan atas : Tamat SMA/sederajat sampai tamat perguruan tinggi : Tinggi = skor 3 Tamat SMP/sederajat : Sedang = skor 2 Tidak sekolah sampai tamat SD : Rendah = skor 1 2. Kesehatan adalah berdasarkan variabel dibawah ini; a. Pergi berobat dalam setahun ≥ 5 kali dalam setahun : tinggi = skor 3 3 − 4 kali setahun : sedang = skor 2 14 ≤ 2 kali setahun b. Jenis pengobatan dalam setahun Dokter /puskesmas Pengobatan Tradisional Obat warung : rendah = skor 1 : Tinggi = skor 3 : Sedang = skor 2 : Rendah = skor 1 1. Ekonomi diukur berdasarkan variabel dibawah ini; a. Tingkat pendapatan adalah total pendapatan rumah tangga responden yang diperoleh dari hasil penjumlahan bersih hasil usaha, pendapatan diluar hasil usaha, dan pendapatan anggota rumah tangga responden selama satu bulan yang diukur dalam satuan rupiah. Pengukuran tingkat pendapatan berdasarkan data yang diungkapkan oleh responden, dikategorikan menjadi tiga yaitu: > Rp 3000000 : Tinggi = skor 3 Rp 1500000 ≤ sampai dengan ≤ Rp. 3000000 : Sedang = skor 2 < Rp.1500000 : Rendah = skor 1 b. Pola Konsumsi diukur berdasarkan pola makan yang dikatagorikan berdasarkan alat ukur berikut; Beras super, telur, daging, sayur : Tinggi = Skor 3 Beras biasa, ikan telur, sayur : Sedang = Skor 2 Raskin, sayur, kangkung, ikan tembang : Rendah = Skor 1 c. Kepemilikan kendaraan diukur berdasarkan kepemilikan atas mobil, motor, sepeda, dokar baik secara pribadi atau bersama. Pengukuran kendaraan diukur berdasarkan katagori berikut; Mobil, motor, sepeda : Tinggi = Skor 3 Motor, sepeda, dokar/becak : Sedang = Skor 2 Tidakpunya : Rendah = Skor 1 d. Keadaan tempat tinggal adalah kondisi fisik tempat berlindung yang mempunyai dinding, lantai, dan atap baik tetap maupun sementara, baik digunakan untuk tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal. diukur dari variabel di bawah ini; a. Status kepemilikan tempat tinggal yang diukur berdasarkan katagori berikut; Milik Sendiri : Tinggi = Skor 3 Kontrak/Sewa : Sedang = Skor 2 Milik Orang Tua/Sanak/Saudara : Rendah = Skor 1 b. Jenis lantai; bagian bawah/dasar/alas suatu ruangan, baik terbuat dari marmer, keramik, granit, tegel/teraso, semen, kayu, tanah dan lainnya seperti bambu. Pengukuran jenis lantai dikategorikan menjadi tiga yaitu: Kramik/Marmer : Tinggi = skor 3 Semen : Sedang = skor 2 Tanah/Kayu/bambu : Rendah = skor 1 c. Luas lantai adalah bangunan yang luasnya lebih dari 10 m2. Pengukuran jenis lantai diukur berdasarkan: • > 50 m2 : Luas = Skor 3 • 20 m2 −50 m2 : Sedang = Skor 2 • < 20 m2 : Sempit = Skor 1 15 d. Jenis atap adalah penutup bagian atas suatu bangunan sehingga krt/art yang mendiami di bawahnya terlindung dari terik matahari, hujan dan sebagainya. Untuk bangunan bertingkat, atap yang dimaksud adalah bagian teratas dari bangunan tersebut. Pengukuran jenis lantai diukur berdasarkan: • Genteng : skor 3 = tinggi • Seng / Asbes : skor 2 =sedang • Bilik/Ijuk/Rumbia : skor 1 =rendah e. Jenis dinding adalah sisi luar/batas dari suatu bangunan atau penyekat dengan bangunan fisik lain. Pengukuran jenis dinding diukur berdasarkan; Tembok : Tinggi = skor 3 Kayu : Sedang = skor 2 Bilik bambu : Rendah = skor 1 f. Sumber penerangan terbagi menjadi; (1) Listrik PLN adalah sumber penerangan listrik yang dikelola oleh PLN, (2) Listrik non-PLN adalah sumber penerangan listrik yang dikelola oleh instansi/pihak lain selain PLN termasuk yang menggunakan sumber penerangan dari accu (aki), generator, dan pembangkit listrik tenaga surya (yang tidak dikelola oleh PLN), (3) Petromak/aladin adalah sumber penerangan dari minyak tanah seperti petromak/lampu tekan, dan aladin (termasuk lampu gas), (4) Pelita/sentir/obor adalah lampu minyak tanah lainnya (lampu teplok, sentir, pelita, dan sejenisnya), (5) Lainnya seperti Lampu karbit, lilin, biji jarak, dan kemiri. Pengukuran sumber penerangan diukur berdasarkan; PLN : skor 3 = Tinggi Petromak : skor 2 = Rendah Obor/karbit : skor 1 = Rendah g. Sumber air minum adalah air leding eceran/meteran, air hujan, dan pompa/sumur terlindung/mata air terlindung dengan jarak ke tempat penampungan kotoran/tinja >= 10 m • Sungai : skor 1 =rendah • Sumur : skor 2 =sedang • PAM : skor 3 = tinggi h. Fasilitas tempat buang air besar diukur berdaserkan katagori berikut; • Sungai : skor 1 = rendah • WC Umum : skor 2 = sedang • WC sendiri : skor 3 = tinggi Konsep Indeks Gini atau Koefisien Gini Indeks Gini merupakan pendekatan yang digunakan untuk melihat adanya hubungan antara jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh keluarga atau individu dengan total pendapatan. Angka indeks gini berkisar antara 0 (nol) sampai dengan 1, dengan ketimpangan semakin rendah apabila angka mendekati nol dan sebaliknya, ketimpangan semakin tinggi apabila angka mendekati 1 (satu). Todaro (2000) dalam sjaf (2012) mengatakan angka ketimpangan untuk negara – negara, yang kesenjangan pendapatan dikalangan penduduknya dikenal tajam, berkisar antara 0,5 hingga 0,70; sedangkan untuk negara – negara yang distribusi pendapatannya dikenal relatif paling baik (paling merata), berkisar antara 0,20 sampai 0,35. Dengan kata lain, katagori ukuran Indeks Gini, sebagai berikut; Sanagat merata : 0 – 0,19 Merata : 0,20 – 0,35 Kurang Merata (agak timpang) : 0,36 – 0,45 Timpang : 0,46 – 0,70 Sangat Timpang : 1,71 - 1 16 1 3. PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. LOKASI DAN WAKTU Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Kedamaian, kota bandar lampung, Provinsi Lampung (Lampiran 1). Lokasi tersebut dipilih dengan alasan kotabandar lampung memiliki sebaran etnis yang relatif tinggi dan tersebar hampir diseluruh kecamata disetiap kota. Kecamatan kedamaian dipilih karena sebagai lokasi penelitian karena proporsi kelompok etnis jawa dan non jawa relatif seimbang. Penelitian dilaksanakan dalam waktu lima bulan (Tabel ). Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian. Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2011 Kegiatan Penyusunan Proposal Skripsi Kolokium Perbaikan Proposal Skripsi Pengambilan Data Lapangan Pengolahan dan Analisis Data Penulisan Draft Skripsi Sidang Skripsi Perbaikan Laporan Skripsi 3.2. Juni September Oktober November Desember TEKNIK PENGUMPULAN DATA Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer yaitu data yang didapatkan melalui observasi, kuisioner, dan wawancara kepada responden dan informan di lokasi penelitian. Adapun data sekunder diperoleh peneliti melalui studi literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder juga diperoleh dari pihak – pihak yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti Pemerintah Kota Bandarlampung, Badan Pusat Statistika Kota Bandarlampung, SKPD, dan lainnya. Data sekunder yang diambil dari lembaga –lembaga tersebut adalah data yang berkaitan dengan tujuan penelitian, seperti profil kecamatan kedamaian, nama dan jumlah SKPD kecamatan kedamaian sesuai presentase etnis, data penduduk kecamatan kedamaian yang tergolong etnis jawa dan lampung, dan data – data terkait lainnya. (Lampiran 2). 3.3. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Unit analisis penelitian ini adalah aktor pemerintah dan kelompok etnis jawa dan lampung. Data diolah dengan menggunakan software SPSS 20.0. analisis data yang digunakan adalah uji regresi dan uji range sperman. Uji regresi merupakan uji statistik yang digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas dengan variabel tergantung dan memprediksi variabel tergantung dengan variabel bebas. Uji regresi dalam penelitian ini deigunakan untuk melihat tingkat pengaruh praktek dominasi politik etnik terhadap kesejahteraan kelompok etnik. Uji range sperman digunakan untuk melihat relasi antara dominasi politik etnik terhadap kesejahteraan kelompok etnik. Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan mengambil hasil analisis antara variabel yang konsisten. Seluruh hasil penelitian dituliskan dalam rancangan skripsi (Lampiran 3). 2 DAFTAR PUSTAKA Amilda. 2011. Menjadi melayu yang islam”: sebuah politik identitas etnis minoritas dalam, menghadapi dominasi negara dan etnis mayoritas. Annual Conference on Islamic Studies (ACIS), ke-11, 10-13 Oktober 2011, Bangka Belitung. [internet].[diunduh 06 April 2011]. Dapat diunduh dari: https://www.academia.edu/5457284/_MENJADI_MELAYU_YANG_ISLAM_SEBUAH_POLITI K_IDENTITAS_ETNIS_MINORITAS_DALAM_MENGHADAPI_DOMINASI_NEGARA_DAN_ ETNIS_MAYORITAS1Etnis Tionghoa dan Politik: Studi Kasus Elit Etnis Tionghoa dalam Kepengurusan Partai Politik Pdi-P dan Gerindra di Kota Semarang Periode 2009-2014. 2009. Direktorat Penelitian dan Pengembangan. 2013. Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Integritas Pemilu. [internet]. [diunduh 16 Maret 2014]. Dapat diunduh dari: http://www.rumahpemilu.com/public/doc/2013_12_18_ 08_17_57_Survei-PersepsiMasyarakat-Integritas- Pemilu-2013.pdf Eriyanti. 2006. Dinamika Posisi Identitas Etnis Tionghoa dalam Tinjauan Teori Identitas Sosial. J Demokrasi. [internet]. [diunduh 26 April 2014]. 5(1). Dapat diunduh dari: ejournal.unp.ac.id/index.php/jd/article/view/1068 Eriyanto (Ketua), Widdi Aswindi, Eka Kusmayadi, Sukanta, Arman, Salam, Setia Dharma. 2008. Faktor Etnis dalam Pilkada. [internet]. [dikutip 16 Maret 2014]; Jurnal Kajian Bulanan Lingkaran Survei Edisi 09. Dapat diunduh dari: http://www.scribd.com/doc/76772355/35761837-FaktorEtnis-Dalam-Pilkada-LSI-Network Eriyanto (Ketua), Widdi Aswindi, Eka Kusmayadi, Sukanta, Arman, Salam, Setia Dharma. 2008. Politik Etnisitas dan Politik Identitas dalam Politik. [internet]. [diunduh 16 Maret 2014]; Lingkaran Survei Indonesia Edisi 09. Dapat diunduh dari: http://www.scribd.com/doc/76772355/35761837-Faktor-Etnis-Dalam-Pilkada-LSI-Network Fahmid IM, Dharmawan AH, Kolopaking LM, Salman D. 2012. Pasang Surut Polarisasi Elit didalam Etnis Bugis dan Makassar. [internet]. [diunduh 01 Maret 2014]. J Sodality. 6(2). Dapat diunduh dari: Journal.Ipb.Ac.Id/Index.Php/Sodality/Article/Download/6085/4724. Fahmid M. 2011. Pembentukan Elite Politik Di Dalam Etnis Bugis Dan Makassar Menuju Hibriditas Budaya Politik. [internet]. [Disertasi]. [diunduh 26 Februari 2014]. Dapat diunduh dari: Http://Repository.Ipb.Ac.Id/Handle/123456789/51589 Juliastutik. 2010. Perilaku Elit Politik Etnis Tionghoa Pasca Reformasi. [internet]. [diunduh 06 April 2014]. J Humanity. 6(1): 45-58. Dapat diunduh dari: http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/view/852 Lampe I. 2010. Identitas Etnik dalam Komunikasi Politik. [internet]. [diunduh 23 Maret 2014]; Jurnal Ilmu Komunikasi. 8(3): 299 – 313. Dapat diunduh dari: jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi/article/viewFile/133/105. Lingkar Studi Indonesia (LSI). 2008. Faktor Etnis dalam Pilkada. Kajian Bulanan, Edisi 09-Januari 2008. [Internet]. Dapat diunduh dari: http://www.scribd.com/doc/76772355/35761837/FaktorEtnis-Dalam-Pilkada-LSI-Network Muhtar Haboddin. 2012. Menguatnya Politik Identitas di Ranah Lokal. [internet]. [diunduh 23 Maret 2014]; Jurnal Studi Pemerintahan. 3(1). Dapat diunduh dari: http://jsp.umy.ac.id/index.php?option=com_phocadownload&view=category&download=38:m enguatnya-politik-identitas-di-ranah-lokal&id=4:volume-3-nomor-1-februari-2012&Itemid=14 3 Sugiarto E. 2007. Tingkat kesejahteraan sejahtera masyarakat nelayan Desa Benua Ilir berdasarkan indokator Badan Pusat Statistika. J EPP. [internet]. [diunduh 29 April 2014]. 4 (2): 32-36. Dapat diunduh dari: https://agribisnisfpumjurnal.files.wordpress.com/2012/03/jurnal-vol-4-no-1eko.pdf. Sunarti E. 2006. Indikator Keluarga Sejahtera: Sejarah Pengembangan, Evaluasi Selatan: Studi Pilkada di Sulawesi Selatan Th 2007-2008. [internet]. [diunduh 16 Maret 2014]. Diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/54504 Sugiprawati. 2009. Etnisitas, Primordialisme, dan Jejaring Politik di Sulawesi Selatan (Studi Pilkada di Sulawesi Selatan TH 2007-2008). [internet]. [Tesis]. [diunduh 07 Maret 2014]; http://eprints.undip.ac.id/18023/1/SUGIPRAWATY.pdf. Sjaf S, Kolopaking LM, Pandjaitan NK, Damanhuri DS. 2012. Pembentukan Identitas Etnik di Arena Politik. [internet]. [dikutip 26 Februari 2014]; Jurnal Sodality ISSN : 2302-7517, 6, (02). [dapat di unduh dari http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/6084/4722. Yani A. 2007. Budaya Politik Orang Bugis dalam Dinamika Politik Lokal. [internet]. [diunduh 07 Maret 2014]; J Masyarakat dan Budaya. 9(2). Dapat diunduh dari: https://www.academia.edu/5377914/Budaya_Politik_Orang_Bugis. 4 Lampiran 1. Peta kecamatan kedamaian kota bandarlampung 5 Lampiran 2. Kuesioner INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT Dominasi (Relasi dan Pengaruh) Praktik Politik Ernik Terhadap Kesejahteraan Kelompok Etnis Petunjuk: Berilah centang (v) pada kolom yang telah disediakan Untuk kolom yang didalamnya terdapat titik titik, maka isilah sesuai dengan informasi Identitas Responden 1 Nomor Responden : ....... 2 Nama : ......................................................................................... .............. 3 Jenis Kelamin : ............Tahun 4 Status Perkawinan : Laki – laki/ Perempuan ......................................................................................... ............. ......................................................................................... ............. 5 Alamat : ......................................................................................... ............. 6 No Telpon : ......................................................................................... ............. (1) Petani (2) Buruh Bangunan (3) Pedagang (4) Pegawai 7 Pekerjaan : (5) Lainnya : ...................... (1) Jawa 8 Etnis : (2) Non Jawa, sebutkan ........................... 6 Hubungan dan Pengaruh Praktek Politik Etnik Petunjuk : Berilah tanda (v) pada pilihan yang anda pilh Program Pembangunan Apakah beberapa institusi dibawah ini memberikan program bantuan Sosial didaerah anda ? BANSOS No Institusi (SKPD) Ya Tidak Sedang Rendah Sekretariat daerah bidang kesejahteraan rakyat Bidang perekonomian dan pembangunan Badan perencanaan dan pembangunan daerah Badan kordinasi keluarga berencana dan pemberdayaan perempuan Badan penanggulangan bencana daerah 1 Ketahanan pangan dan Penyuluh pertanian Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan Dinas Sosial Dinas Koperasi, UKM, dan Perindag Bagian perekonomian Bidang Kesejahteraan rakyat JUMLAH >6 4-5 1-3 : Tinggi : Sedang : Rendah Tinggi PENDIDIKAN Bidang Kesejahteraan Rakyat Staf ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM Koordinasi keluarga berencana dan Pemberdayaan Perempuan Dinas Pendidikan 2 Dinas Pemuda dan Olahraga Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dinas Sosial Dinas Perikanan dan Kelauatan Dinas Pertanian 7 Peternakan dan Kehutanan Bagian Kesejahteraan Rakyat JUMLAH >5 3-4 1–2 : Tinggi : Sedang : Rendah Tinggi Sedang Rendah Sedang Rendah INFRASTRUKTUR Bidang Perekonomian dan Pembangunan Bidang Kesejahteraan Rakyat Bidang Pembangunan Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Badan Penanggulan Bencana Daerah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Pengelolaan Pasar Dinas Sosial Dinas Perikanan dan Kelautan 3 Dinas Perhubungan Dinas Pertanian Dinas Peternakan dan Kehutanan Dinas Koperasi, UKM dan Perindag Dinas Komunikasi dan Informatika Dinas Tata Kota Dinas Pekerjaan Umum Bagian Administrasi Pembangunan Bagian umum Bagian Perlengkapan Bagian Kesejahteraan Rakyat JUMLAH > 10 6–9 1–5 : Tinggi : Sedang : Rendah Tinggi 8 EKONOMI Bidang Perekonomian dan Pembangunan Bidang Kesejahteraan Rakyat Bidang Ekonomi dan Keuangan Badan Penanaman Modal dan Perizinan 4 Dinas Pendapatan Daerah Dinas Sosial Dinas Koperasi, UKM dan Perindag Bagian Perekonomian Bagian Kesejahteraan Rakyat JUMLAH >5 3-4 1-2 : Tinggi : Sedang : Rendah Tinggi Sedang Kesejahteraan Etnis Berilah tanda (v) pada pilihan yang anda pilih Tingkat Pendidikan No 1 Pertanyaan Apa pendidikan terakhir anda ? a. Tidak Sekolah b. Sekolah Dasar c. SMP/MTS/sederajatnya d. SMA/ MAN/ Sederajatnya e. Perguruan tinggi 2 3 Kesehatan Berapa kali anda pergi berobat dalam setahun ? a. ≥ 5 kali dalam setahun b. 3-4 kali setahun c. ≤ 2 kali setahun Jenis Pengobatan yang digunakan ? a. Dokter/ Puskesmas b. Pengobatan Tradisional c. Obat Warung Ekonomi Pendapatan 4 Berapa pendapatan yang biasanya anda hasilkan dalam sebulan ? Rendah 9 a. < Rp.1500000 b. Rp 1500000 ≤ sampai dengan ≤ Rp. 3000000 c. > Rp 3000000 Pola Konsumsi 5 Pola konsumsi makanan seperti apa dibawah ini yang biasanya anda makan ? a. Beras super, telur, daging, sayur b. Beras biasa, ikan telur, sayur c. Raskin, sayur, kangkung, ikan tembang Kendaraan 6 Jenis kendaraan apa yang saat ini anda miliki ? (boleh memilih lebih dari satu) a. Mobil b. Motor c. Sepeda d. Dokar e. Becak f. Lainnya .................... Keadaan Tempat Tinggal 7 Status Kepemilikan tempat tinggal anda saat ini ? a. Milik Sendiri b. Kontrak/Sewa c. Milik Orang Tua/Sanak/Saudara 8 Jenis lantai di tempat tinggal anda saat ini ? a. Kramik b. Marmer c. Semen d. Tanah e. Kayu f. 9 Bambu Luas antai rumah yang anda miliki saat ini ? a. > 50 m2 b. 20 m2 −50 m2 c. < 20 m2 10 Jenis atap rumah anda saat ini ? a. Genteng b. Seng 10 c. Asbes d. Bilik e. Ijuk f. 11 Rumbia Jenis Dinding dirumah anda yang dimiliki saat ini ? a. Tembok b. Kayu c. Bilik bambu 12 Sumber Penerangan dirumah anda saat ini ? a. PLN b. Petromak c. Obor/Karbit 13 Sumber air minum yang saat ini anda gunakan ? a. Sungai b. Sumur c. PAM 14 Fasilitas tempat buang air besar yang anda gunakan saat ini ? a. Sungai b. WC umum c. WC Sendiri 11 Lampiran 3. Rancangan Skripsi 1. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1.2 Masalah Penelitian 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Kegunaan Penelitian 2. PENDEKATAN TEORITIS 2.1Tinjauan Pustaka 2.2 Kerangka Pemikiran 2.3 Hipotesis 2.4 Definisi Operasional 3. PENDEKATAN LAPANG 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data 4. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Sosial dan Geografis 4.2 Karakteristik Responden 5. KONSTRUKSI IDENTITAS ETNIS DAN POSISI ETNIS DALAM PEMERINTAHAN 5.1 Konstruksi Identitas Etnis 5.2 Posisi Etnis dalam Pemerintah 6. ANALISIS PENGARUH DOMINASI POLITIK ETNIK 6.1 Pengaruh Program Pembangunan yang didukung oleh posisi etnis dalam penempatan aktor di pemerintahan 7. ANALISIS HUBUNGAN DAN PENGARUH PRAKTEK DOMINASI POLITIK ETNIK TERHADAP KESEJAHTERAAN KELOMPOK ETNIS 7.1 Hubungan Praktek Dominasi Politik terhadap Kesejahteraan Kelompok Etnis 7.2 Pengaruh Praktek Dominasi Politik Etnik terhadap Kesejahteraan Kelompok Etnik 8. PENUTUP 8.1 Kesimpulan 8.2 Saran 9. DAFTAR PUSTAKA 10. LAMPIRAN