InezlKeberhasilanPengobatanDeksametasonpadaNekrolisisEpidermalToksikyangDiinduksiObatpadaAnak KeberhasilanPengobatanDeksametasonpadaNekrolisisEpidermalToksik yangDiinduksiObatPadaAnak InezSaraswati FakultasKedokteran,UniversitasLampung Abstrak Nekrolisis Epidermal Toksik (NET) adalah penyakit yang mengancam kehidupan akibat reaksi mukokutaneus. Penyakit ini ditandaiolehnekrosisluasdankerusakanjaringanepidermis.Padapenyakitiniditemukankelainandikulit,mata,danlebih darisatumukosa.Seoranganakperempuan,4tahun,mengeluhkanlepuhanpadakulityangmunculsejak3harisebelum masukrumahsakit.Penyebarannyadaribibir,anggotagerak,punggung,danleher.Pasienjugamengeluhkansulitmenelan dannyeripadamata.Padapemeriksaanfisikdidapatkanluaspermukaantubuhyangterkenasebesar38%.Pasienditerapi denganterapicairan,antibiotiktopikalasamfusidat,dankortikosteroidsistemikdeksamethason.Terdapatperbaikanpada pasienselamaperawatan.NETadalahkasusemergensipadakulit.Penilaianklinisdanterapiyangcepatdapatmemberikan prognosisyanglebihbaik. Katakunci:emergensi,kortikosteroid,NET,reaksikulitakibatobat SuccessfulDexamethasoneTreatmentofDrug-InducedToxicEpidermal NecrolysisinChidren Abstract Toxicepidermalnecrolysis(TEN)isalife-threateningillnessduetomucocutaneousreactions.Thisdiseasecharacterizedby extensivenecrosisandtissuedamagetotheepidermis.Inthisdiseaseisfoundabnormalitiesintheskin,eyes,andmore thanonemucosa.Agirl,4yearsold,complainedblistersontheskinthatappearsince3daysbeforeadmission.Thespread ofthisdiseaseincludelips,limbs,back,andneck.Thepatientalsocomplaineddifficultyinswallowing,andpainintheeyes. Onphysicalexaminationfoundbodysurfaceareaof38%.Patientstreatedwithfluidtherapy,antibioticfusidicacidtopical andsystemiccorticosteroiddexamethasone.Thereisimprovementinpatientsduringtreatment.TENisalife-threatening conditionindermatology.Earlyclinicalassesmentandtreatmentwillleadintobetterprognosis. Keywords:corticosteroid,drug-inducedcutaneousreactions,emergency,TEN Korespondensi : Inez Saraswati, M.Kes., alamat Jl. Abdul Muis VII No. 41 Gedung Meneng, HP 081318268888, e-mail [email protected] Pendahuluan Nekrolisis Epidermal Toksik (NET) adalah penyakit yang mengancam kehidupan akibat reaksi mukokutaneus. Penyakit ini ditandai oleh nekrosis luas dan kerusakan jaringan epidermis. Pada penyakit ini ditemukan kelainan di kulit, mata, dan lebih dari satu mukosa. Kelainan kulit yang sering ditemukan biasanya berbentuk lesi target. Gejala konstitusi sering ditemukan pada penderita NET dan pada kasus berat dapat mengancamkehidupan.1-4 NET pertama kali dikemukakan pada tahun 1956, merupakan varian Eritema Multiforme Mayor (EMM) tetapi beberapa penulis telah memisahkan NET sebagai suatu penyakittersendiri.InsidensiNETdiperkirakan 1-6 kasus/1 juta orang/tahun di Eropa dan Amerika. Terdapat 3 penderita NET yang tercatat di Bagian Rawat Inap Departemen IlmuKesehatanKulitdanKelaminRumahSakit JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|84 Abdul Moeloek (RSAM) Lampung sejak bulan Maret2010sampaiMaret2015.1-6 Etiologi NET belum diketahui, diduga penyebabnya adalah alergi obat, infeksi, keganasan, atau idiopatik. Obat-obatan merupakan penyebab yang paling sering ditemukan. Kelainan kulit dapat timbul beberapa hari pertama sampai dengan delapanminggusetelahpenggunaanobat.1-5 Patogenesis NET belum diketahui secara pasti, diduga merupakan reaksi alergi tipe III dan IV. Diagnosis NET ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Penatalaksanaan utama NET adalah menyelamatkan jiwa penderita, salah satunya dengan segera mengidentifikasidanmenghentikanobatyang dicurigai sebagai penyebab timbulnya kelainan. Penatalaksanaan yang baik akan memberikan prognosis yang baik dan dapat sembuh sempurna dalam waktu 2-3 minggu. InezlKeberhasilanPengobatanDeksametasonpadaNekrolisisEpidermalToksikyangDiinduksiObatpadaAnak Kasus berat dengan komplikasi atau penatalaksanaan yang terlambat dan tidak adekuat,dapatmenyebabkankematian.1,3 Kasus An.Mberusia4tahun,datangkerumah sakit diantar oleh orangtuanya dengan keluhan kulit lepuh hampir di seluruh bagian tubuh sejak tiga hari sebelum masuk rumah sakit. Lepuh-lepuh ini berisi cairan bening yang kemudian pecah, lecet, dan terasa nyeri terutama di daerah mulut, sehingga terasa sakit kalau menelan. Pasien juga mengeluh bibir bengkak, berdarah, dan ditutupi kerak berwarna hitam. Pasien mengalami demam dan terasa sakit saat buang air kecil. Mata pasien menjadi bengkak, disertai cairan lengketberwarnakuning,sehinggapasiensulit untuk membuka matanya. Pasien tidak berobat ke dokter dan tidak mengonsumsi obat minum maupun menggunakan obat oles tradisional. Sebelumnya, satu setengah bulan yang lalu, pasien berobat ke bidan di kecamatan Sukau dengan keluhan demam dan kembung, kemudian diberi tiga macam obat minum yaitu sirup sulfametoksazol 1x1 cth, sirup parasetamol 3x1 cth dan sirup antasida 2x½ cth. Pasien rutin mengonsumsi obat tersebut selamaseminggu. Sepuluh hari yang lalu, pasien mengeluh timbul bercak merah di kulit disertai rasa gatal. Awalnya terasa gatal di wajah, lalu dalam waktu sehari meluas ke dada,perut,punggung,dankaki.Pasientidak berobat ke dokter, tidak memakan obat tradisional apapun dan tidak mengoleskan obatapapunpadabercakmerahtersebut. Lima hari yang lalu, bercak merah dan rasa gatal berkurang, namun timbul bintilbintil berisi air. Awalnya bintil terdapat di sekitar mulut dan mata, lama-kelamaan semakin banyak dan menyebar di seluruh tubuh. Kemudian pasien dibawa berobat ke puskesmas dan diberikan obat sirup amoksisilin, sirup parasetamol, salep mata gentamicin, dan salep asiklovir. Setelah diminum selama 2 hari, keluhan tidak berkurang. Bintil-bintil semakin membesar hinggamenjadilepuh-lepuhdiseluruhtubuh. Riwayatkeluargadenganpenyakityang sama disangkal oleh ibu pasien. Riwayat penyakit keluarga yang lainnya seperti hipertensi disangkal oleh orangtua pasien. Riwayat penyakit asma atau kencing manis disangkal. Riwayat sering bersin pagi hari dan gataldisangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat. Hasil pemeriksaan suhu 36,2 oC, nadi 150 x/menit, napas 40 x/menit, berat badan 11 kg, dan tinggibadan115cm. Pada status dermatologis, di regio labialis superior dan inferior terdapat edema dan krusta sanguinolenta yang tebal dengan dasar erosif. Di regio coli anterior dan posterior, trunkus anterior dan posterior, ekstremitas superior dan inferior dextra dan sinistra, terdapat makula eritema, multipel, berbentuk bulat sampai tidak tidak teratur dengan diameter 0,1–0,5 cm. Sebagian konfluen disertaierosi, multipel, berbentuk tidak teratur dengan diameter 0,3–50 cm, beberapa diantaranya ditutupi krusta warna merahkehitaman.BodySurfaceArea±38%. Gambar1.Statusdermatologisperawatanhari ke-4 Konjuntiva tidak pucat, sklera tidak ikterik. Telinga, hidung, dan mulut dalam batas normal. Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening (KGB). Suara paru vesikular kanan dan kiri. Bunyi jantung pada pemeriksaan auskultasi reguler. Abdomen dalambatasnormal.Ekstremitassuperiordan inferiordalambatasnormal,tidakedemadan akral hangat. Status neurologis dalam batas normal. Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal untuk darah rutin. Hasil Scorten pada pasien ini adalah ≥2 dengan tes Nicolskypositif. Penatalaksanaan pada pasien terbagi menjadi tatalaksana umum dan khusus. Tatalaksana umum meliputi penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|85 InezlKeberhasilanPengobatanDeksametasonpadaNekrolisisEpidermalToksikyangDiinduksiObatpadaAnak dan pengobatannya, penghentian konsumsi obat yang dicurigai sebagai penyebab, serta pengawasanfungsivital,keseimbangancairan tubuh, dan elektrolit. Pasien mendapat diet cair(susu)viaNGTdandilakukanpemasangan kateterFoley. Tatalaksana khusus dengan cara memberikan kompres terbuka NaCl 0,9% sebanyak 3xsehari, selama setengah jam. Kompres terbuka diberikan sebagai pengobatan topikal. Pengobatan sistemik diberikan IVFD RL:D5:NaCl 0,9% = 1:1:1 sebanyak 30 tetes/menit (makrodrip), injeksi intravenadeksametason2,5mgsebanyak2x½ ampul (setara prednison 2 mg/kgBB) dengan tappering off cepat sesuai kondisi pasien, injeksi intravena ranitidin 25 mg sebanyak 2x½ ampul, dan injeksi intravena gentamisin 28mgsebanyak3x0,7mlampul. Setelah sepuluh hari mendapatkan perawatan di ruang inap anak, pasien mengalami perbaikan. Pasien diperbolehkan pulang dengan diberikan kartu alergi dan disarankankontrolkepolikulitdankelamin. Gambar2.Statusdermatologisperawatanhari ke-10 Pembahasan Pada kasus ini, diagnosis banding dengan keluhan kulit lepuh-lepuh hampir di seluruh badan adalah Sindroma Steven Johnson (SSJ), SSJ Overlap NET, dan NET. Dari anamnesis, diketahui adanya faktor risiko yang berhubungan, yaitu riwayat konsumsi obat sebagai kemungkinan pencetus timbulnya NET. Berdasarkan anamnesis dari ibupasien,pasienmendapatduamacamobat makan, yaitu sulfametoksazol dan parasetamol. Penelitian dari berbagai negara menyebutkan bermacam jenis obat yang dapatmenyebabkanNET,namunberdasarkan JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|86 survei dan review, terdapat 2 kelompok obat yang paling sering yaitu (1) golongan sulfa yaitu kotrimoksazol, sulfamethoksazol, sulfakoksin, sulfasalazin, (2) golongan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yaitu piroksikam,ibuprofen,parasetamol,naprosin, naprokseninfliximab,oksikam,rofecoxib.1,5,13 Dari pemeriksaan fisik tampak gambaran kelainan kulit spesifik NET dengan pola distribusi yang simetris. Onset penyakit biasanya mendadak. Waktu antara ekspos obat-obatan dan timbulnya erupsi bervariasi. Perkembangan penyakit, luasnya permukaan tubuh yang terkena, dan tingkat keparahan bervariasi antara pasien yang satu dengan yanglain.1,14 Sebagian penderita NET mengalami gejalaprodromalnonspesifikselama1-14hari. Gejalayangtimbulmenyerupaiinfeksisaluran pernafasan, meliputi demam, malaise, sakit kepala, rinitis, batuk, sakit tenggorokan, nyeri dada, muntah, diare, mialgia, dan artralgia. Karena keluhan-keluhan tersebut pasien sering mengonsumsi obat-obat antimikroba dan analgetik, yang kemudian dapat menyulitkanpenentuanfaktorpenyebab.1,5 Manifestasi klinis berupa gambaran lesi yang bermacam-macam. Lesi dapat diawali dengan eritem, papul, vesikel, atau bula dalam berbagai ukuran. Penyebaran dapat dimulai pada wajah, leher, dan batang tubuh yang kemudian menyebar ke ekstremitashinggaakhirnyakeseluruhtubuh. Gambaran lesinya khas yaitulesi berwarna kehitaman di bagian tengah, yang dikelilingi lingkaran konsentris kemerahan (lesi target, iris atau bull eye`s), yang terasa gatal. Bentuk lesi kadang bulat atau ireguler yang berbatas tegas. Sering terdapat lesi yang lebih besar dari lesi target, lebih mendatar,dan lunak dengantesNicolskypositif.Vesikelhemoragik kadang dapat terjadi. Lesi biasanya berkelompok, sebagian konfluens pada tempat-tempat predileksi (wajah, leher dan batang tubuh). Lesi di mukosa membran dapattimbulsebelumataubersamaandengan lesikulit.1-2,13,14 Kriteria diagnosis NET adalah ditemukan kelainan di kulit, mata, dan lebih dari satu mukosa. SSJ dan TEN hanya dibedakan atas dasar luasnya permukaan tubuh (Body Surface Area (BSA) ) yang terkena.PadaSSJBSAyangterlibat<10%,SSJ overlap NET 10-30% dan NET >30 %. Cara InezlKeberhasilanPengobatanDeksametasonpadaNekrolisisEpidermalToksikyangDiinduksiObatpadaAnak mengukurnya dengan formulasi Rule of Nine atau permukaan dari satu tangan pasien (telapak dan jari-jari). Pada kasus ini, pasien memenuhi trias diagnosis NET dan berdasarkan kriteria formulasi Rule of Nine, diketahui luasnya permukaan tubuh yang terkena>30%(±38%).1,3,11 Pasien mengalami gejala prodromal berupa keluhan demam. Keluhan berupa vesikel dan bula, multipel, di kulit hampir seluruh tubuh, terjadi mendadak bersamaan dengan gejala prodromal. Gejala tersebut muncul setelah tiga hari mengonsumsi obat yangtermasukseringmenimbulkanNET.Pada pasien ditemukan gambaran lesi di kulit berupa makula eritema, purpura, dan bula. Saatpenderitadatang,didapatkanhasilpositif pada tes Nicolsky pada lesi di regio abdominalis. Terlibatnya mukosa labialis ditandaidenganmukosalabialisyangedema, sebagian permukaan ditutupi krusta sanguinolenta yang tebal dengan dasar yang erosif. Terlibatnya mukosa konjungtiva ditandaidenganedemapalpebrasuperiordan inferior, serta konjungtivitis dengan sekret purulendikeduamata.1,2,5 Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada NET. Umumnya terjadi peningkatan eosinofil jika penyebabnya adalah alergi obat. Biakan bakteri dari darah, urin, dan lesi dilakukan bila terdapat tanda infeksi. Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk studi diagnostik. Tes tempel, tes tusuk, dan tes provokasi untuk memastikan obat penyebabtidakdianjurkankarenapadakasus NETdapatmembahayakanpenderita.7 Penatalaksanaan NET terutama ditujukan untuk menyelamatkan jiwa dan mencegah komplikasi melalui tatalaksana umumdankhusus.Tatalaksanaumumberupa identifikasi segera dan penghentian obatobatan yang dicurigai menjadi sebuah penyebab timbulnya kelainan. Penderita sebaiknya dirawat di ruang khusus dan diberikanperawatansuportifyangaseptisdan simtomatis. Cairan pengganti diberikan untuk keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh yang terganggu. Dilakukan perawatan terhadap lesi mukosa oral serta daerah erosi dengan kompres terbuka dengan cairan salin atau burowi. Obat kumur antiseptik juga diberikan untuk membersihkan krusta dan kotoran yang dapat menyebabkan infeksi ronggamulut.1,7,8-13 Tata laksana khusus berupa pemberian medikamentosa sesuai dengan kondisi penderita.PemberiankortikosteroidpadaNET masih diperdebatkan. Beberapa penulis menyatakan sebagai kontraindikasi, karena dapatmeningkatkankemungkinankomplikasi. Pemberian kortikosteroid biasanya diberikan dalam dosis tinggi (1-2 mg/kgBB tablet prednison) dan bila terdapat perbaikan klinis secepatnya dosis diturunkan. Pada kasus ini dilakukanpenatalaksanaanumumdankhusus. Berdasarkan anamnesis diketahui adanya pemakaian obat yang diduga penyebab timbulnya kelainan, tetapi penggunaan obat telahdihentikan.9,11-14 Pemberian cairan intravena dan pengawasan cairan bertujuan untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. Pada pasien ini administrasi obat diberikan secara intravena karena kondisi pasien tidak memungkinkan diberikan secara peroral. Maka dipertimbangkan pemberian steroid sistemik injeksi intravena deksametason sebanyak 2x2,5 mg, sesuai perhitungan konversi dosis prednison dengan dosis ekuivalennya. Setelah keadaan klinis membaik, secepatnya dilakukan pengurangan dosis dan dikonversi menjadi tablet metilprednisolon. Dilakukan kompres terbuka dengan larutan NaCl 0,9% untuk mempermudah pelepasan krusta yang mengering. Pada pasien terjadi konjungtivitis, sehingga dilakukan perawatan bersama dengan Departemen Ilmu Kesehatan Mata, dan diberikan tetes mata yang berisi natriumklorida8,64 mg dan kalium klorida 1,32mg,untukperawatanmata.Tatalaksana selanjutnyasetelahlesikeringdiberikansalep triamsinolon asetonida pada lesi di regio labialissertakrimasamfusidatdikulittubuh.912 NET dapat menyebabkan berbagai komplikasi.KasustanpakomplikasiNETdapat sembuh setelah 2-3 minggu. Dengan penatalaksanaan yang cepat dan tepat angka kematian rendah. Kasus berat dengan berbagai komplikasi atau dengan pengobatan terlambat dan tidak adekuat, angka kematian cukup tinggi. Komplikasi yang paling sering dan dapat mengakibatkan kematian adalah bronkopneumonia dan sepsis. Selain itu, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menyebabkan syok. Komplikasi pada mata dapat berupa konjungtivitis, JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|87 InezlKeberhasilanPengobatanDeksametasonpadaNekrolisisEpidermalToksikyangDiinduksiObatpadaAnak blefarokonjungtivitis, iritis, dan iridosiklitis yang menyebabkan kelopak mata biasanya edema dan sulit dibuka. Pada kasus berat dapat terjadi erosi dan perforasi kornea sampaikebutaan.8-9 Prognosis pada pasien ini quo ad vitam adalah dubia ad bonam karena body surface area yang terlibat ±38%. Selain itu, sesuai dengan skor prognosis Scorten ≥2, angka kematianrata-rataadalah12,1%.Selanjutnya, quo ad functionam adalah dubia ad bonam karena belum ditemukannya kelainan organ yang menetap yang disebabkan oleh NET tersebut. Sedangkan quo ad sanationam adalah dubia ad bonam karena keluhan yang sama akan timbul kembali, tergantung pasien mengonsumsi kembali atau tidak obat sebelumnya yang diduga menjadi penyebab NET. Untuk mencegah pemakaian obat yang dicurigai sebagai penyebab timbulnya NET, pada waktu pulang penderita diberikan kartu alergi. Simpulan Telah dilaporkan kasus NET pada seorang anak perempuan berusia 4 tahun. Pada kasus ini, diduga penyebab timbulnya NETadalahsulfametoksazoldanparasetamol. Pasien diberikan terapi suportif dan simtomatis. Walaupun masih diperdebatkan, terapi kortikosteroid yang diberikan pada pasien ini menunjukkan hasil yang efektif. Hasilpemeriksaanfisikdanlaboratoriumpada hari ke-10 perawatan pasien menunjukkan perbaikan. DaftarPustaka 1. Fritsch OP, Maldonado RR. Stevens johnson syndrome-toxic epidermal necrolysis.Dalam:FreedbergIM,Eisen AZ, Wolff K, editors. Fitzpatrick`s Dermatology in general medicine. Edisi ke-6. New York: McGraw-Hill; 2008.hlm.548-57. 2. Paller SA, Mancini JA. Stevensjohnson syndrome and toxic epidermal necrolysis. Dalam: Paller SA, Mancini JA, editors. Hurwitz clinical pediatric dermatology : A textbook of skin disorders of childhoodandadolescence.Edisike-3. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2006. hlm.533-38. JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|88 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. WestonWL.Erythemamultiformeand stevens johnson syndrome. Dalam: Bolognia JL, Jorizzo J, Rapini RP, editors. Dermatology. Edisi ke-2. Edinburg:Mosby;2007.hlm.313-22. BreathnachSM.Erythemamultiforme, Stevens-johnson syndrome and toxic epidermal necrolysis. Dalam: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rook`s textbook of dermatology. Edisi ke-7. USA: BlackwellScience;2006.hlm.3945-64. Schachner LA. Stevens-johnson syndrome/toxic epidermal necrolysis. Dalam: Schachner LA, Hansen RC, editors. Pediatric dermatology. Edisi ke-3. London: Mosby Elsevier; 2007. hlm.711-2. Data pasien rawat inap Departemen IKKK periode Maret 2010 sampai Maret 2015. Lampung: RSUDAM. 2015. Moenadjat Y, editor. Luka Bakar Pengetahuan Klinis Praktis. Edisi ke-2. Jakarta: Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia;2003. Nugroho SA. Penelitian 40 kasus Sindroma Stevens Johnson di Departemen Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Palembang: BagianDermatologik;2003. GhislainPD,RoujeauJC.Treatmentof Severe Drug Reaction: StevensJohnson Syndrome, Toxic Epidermal Necrolysis and Hypersensitivity Syndrome. Dermatol Online J [internet]. 2002 [diakses tanggal 14 Maret 2015]; 8(1):5. Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed /12165215. Labreze CL, Lamireau T, Chawki D, Malleville J, Taieb A. Diagnosis, classification, and management of erythema multiforme and StevensJohnson syndrome. Arch Dis Child. 2000;83(4):347-52. RoujeauJC.TreatmentofSJSandTEN. Dalam: Kauppinen K, Alanko K, Hannuksela M, Maibach HI, editors. Skin Reaction To Drug. Florida: Taylor &Francis;2010.hlm.141-50. InezlKeberhasilanPengobatanDeksametasonpadaNekrolisisEpidermalToksikyangDiinduksiObatpadaAnak 12. Kotturesha HV. Images in Clinical Practice, Stevens-Johnson Syndrome. IndianPediatric.2005;42:487-8. Kardaun SH, Jonkman MF. Dexamethasonepulse therapy for Stevens-Johnson syndrome/toxic epidermal necrolysis. Acta Derm Venereol.2007;87(2):144-8. Delpozzo BR, Carleton B, Riedder MJ. A systematic review of treatment of 13. 14. drug-induced Stevens-Johnson syndrome and toxic epidermal necrolysisinchildren.JPopulTherClin Pharmacol [internet].2011 [diakses tanggal 19 Maret 2015]. Tersedia dari: http: //www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/214 67603. JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|89