(kek) pada ibu hamil di uptd puskesmas ajangale

advertisement
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI
KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL DI UPTD PUSKESMAS AJANGALE
Musni1, St. Malka2, Ria Asriyani3
1AKBID
Bataritoja Toja Watampone
Bataritoja Toja Watampone
3AKBID Bataritoja Toja Watampone
2AKBID
(Alamat Korespondensi: [email protected]/085242544248)
ABSTRAK
Ibu hamil yang mengalami KEK akan berdampak terhadap kesehatan, keselamatan ibu dan
bayi serta kualitas bayi yang dilahirkan. Status gizi ibu dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, dan
status ekonomi ibu. Tujuan: untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan KEK pada ibu
hamil di UPTD Puskesmas Ajangale. Metode:penelitian ini menggunakan metode survey analitic
dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Ajangale. Teknik pengambilan sampel secara purposive, dengan jumlah sampel 64 orang. Analisis
data secara bivariat menggunakan uji statistik Chi Square dengan α=0,05. Hasil: ada hubungan
antara pendidikan (p value 0,025) dan pekerjaan (p value 0,047) dengan KEK pada ibu hamil, tidak
ada hubungan antara umur ibu (p value 0,059) dan paritas (p value 0,383) dengan KEK pada ibu
hamil. Saran Perlu dilakukan upaya peningkatan pengetahuan masyarakat khususnya kepada ibu-ibu
tentang pentingnya status gizi selama kehamilan sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak.
Kata kunci : Ibu Hamil, kekurangan energi kronik (KEK)
ABSTRACT
Pregnant women with experiencing chronic energy deficiency will bring impact to the health, mothers
and babies safety, and the quality of the baby born. The nutritional status of woman be affected
education, occupation and women’s socioeconomic status. Objective analyzing the relationship of
education, occupation, age and parity with chronic energy deficiency on pregnant women. Method:
The study used analytical survey method with cross sectional approach. The population is all of
pregnancy woman in the Primary Health center Ajangale region. The Sampling technique in purposive
and total samples 64 respondents. Analyzing data bivariate is using statistic Chi Square test with
α=0,05. Result: There was positive correlation between education (p value 0,025) and occupation (p
value 0,047) with chronic energy deficiency on pregnant women, nothing correlation between age of
pregnant women (p value 0,059) and parity ( p value 0,383) with chronic energy deficiency on
pregnant women. Suggestio we should do efforts to increase the public knowledge especially for
mothers about the importance of nutrition during pregnancy greatly affect the life of children.
Keywords
: pregnant women, chronic energy deficiency (CED)
PENDAHULUAN
Masa kehamilan merupakan masa yang
sangat menentukan kualitas sumber daya
manusia masa depan, karena tumbuh
kembang anak sangat ditentukan kondisinya
dimasa janin dalam kandungan. Dengan
demikian jika keadaan kesehatan dan status
gizi ibu hamil baik, maka janin yang
dikandungnya akan baik juga. (waryono, 2010)
Bila ibu mengalami kekurangan gizi
selama hamil akan menimbulkan masalah,
baik pada ibu maupun janin seperti :
menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu
antara lain anemia, pendarahan, penyakit
infeksi, persalinan sulit dan lama, persalinan
sebelum waktunya, abortus, BBLR bahkan
kematian neonatal. (waryono, 2010)
Kehamilan menyebabkan meningkatnya
metabolisme energi, karena itu kebutuhan
energi dan zat gizi lainnya meningkat selama
kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi
tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, pertambahan besar
organ kandungan, perubahan komposisi dan
metabolisme tubuh ibu. Bila status gizi ibu
kurang maka ibu hamil akan mengalami
57
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 11 Nomor 1 Tahun 2017 ● ISSN : 2302-1721
masalah gizi seperti Kekurangan Energi Kronis
(KEK) dan anemia gizi. Kehamilan yang
berjarak kurang dari setahun dari kehamilan
sebelumnya akan menguras cadangan zat-zat
gizi, pertumbuhan janin mungkin dapat
dilindungi namun kesehatan ibu dapat
menurun. (Almatsier dkk, 2011)
Status gizi ibu sewaktu konsepsi
dipengaruhi oleh keadaan sosial dan ekonomi
ibu sebelum hamil, keadaan kesehatan dan
gizi ibu, jarak kelahiran yang dikandung,
paritas, dan usia kehamilan pertama (Arisman,
2004).
Berdasarkan data Riskesdas tahun
2013, proporsi wanita usia subur resiko KEK
usia 15-19 tahun yang hamil sebanyak 38,5%
dan yang tidak hamil sebanyak 46,6%. Pada
usia 20-24 tahun adalah sebanyak 30,1%
yang hamil dan yang tidak hamil sebanyak
30,6%. Selain itu, pada usia 25-29 tahun
adalah sebanyak 20,9% yang hamil dan
19,3% yang tidak hamil. Serta pada usia 30-34
tahun adalah sebanyak 21,4% yang hamil dan
13,6% yang tidak hamil. Hal ini menunjukkan
proporsi WUS (Wanita Usia Subur) resiko KEK
mengalami peningkatan dalam kurun waktu
selama 7 tahun. Enam belas provinsi dengan
prevalensi resiko KEK diatas nasional, yaitu
Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Banten,
Kalimantan Selatan, Aceh, DI Yogyakarta,
Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Barat, Papua Barat,
Maluku, Papua dan Nusa Tenggara Timur.
(Riskesdas, 2013)
Laporan Riset Status Gizi Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013 melaporkan
status risiko kekurangan energi kronis (KEK)
ibu hamil berumur 15-49 tahun berdasarkan
indikator Iingkar Lengan Atas (LILA) secara
nasional sebanyak 24,2%. Prevalensi KEK di
Jawa Barat dibawah nasional yaitu pada nilai
20%. Ibu hamil KEK berumur 45-49 tahun naik
menjadi 15,1% pada tahun 2007 dan 2013. Ibu
hamil berisiko tinggi yaitu ibu hamil dengan
tinggi badan ≥ 150 cm (WHO 2007).
Prevalensi nasional ibu hamil berisiko tinggi
sebesar 31,3% , di wilayah Jawa Barat 35 %,
angka tersebut
di atas angka nasional.
(Riskesdas, 2013
Berdasarkan data yang diperoleh di
Dinas kesehatan Kabupaten Bone pada tahun
2013 sebanyak 396 ibu yang mengalami
Kekurangan Energi Kronis (KEK), pada tahun
2014 terdapat
530 ibu yang mengalami
Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan pada
tahun 2015 mengalami penurunan yaitu
terdapat 466 yang mengalami Kekurangan
Energi Kronis (KEK). (Profil Dinkes Bone,
2015)
Berdasarkan dari data tersebut peneliti
merasa perlu melakukan penelitian untuk
mengetahui faktor – faktor yang berhubungan
dengan KEK pada ibu hamil di Puskesmas
Ajangale
BAHAN DAN METODE
Lokasi, populasi dan sampel
Metode pada penelitian ini adalah
metode survey analitik dengan rancangan
survey cross sectional yaitu suatu penelitian
untuk mempelajari dinamika korelasi antara
factor-faktor risiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat (Point time
approach). (Notoatmodjo, 2002)
Penelitian ini dilakukan di UPTD
Puskesmas Ajangale, kecamatan Ajangale
Kabupaten Bone. Peneletian ini dilakukan pada
bulan Februari-Maret 2017. Keseluruhan objek
penelitian atau objek yang diteliti adalah
populasi penelitian. (Notoatmodjo, 2002).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu
hamil yang ada diwilayah Puskesmas Ajangale
pada tahun 2017. Sebagian yang diambil dari
keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi disebut sampel.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah porposive sampling. Porposive sampling
adalah pengambilan sampel didasarkan pada
suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
(Notoatmodjo, 2002). Kriteria Sampel pada
penelitian ini yaitu ibu hamil yang
memeriksakan kehamilannya di UPTD
Puskesmas Ajangale pada saat penelitian
berlangsung,
dan
bersedia
menjadi
responden (sampel penelitian)
Pengolahan data
1. Seleksi merupakan pemilihan untuk
mengklarifikasi data menurut kategori.
2. Editing dilakukan untuk meneliti setiap
daftar pertanyaan yang sudah diisi. Editing
merupakan
kelengkapan
pengisian,
kesalahan pengisian dan konsistensi dari
setiap jawaban.
3. Koding merupakan tahap selanjutnya
dengan memberi kode pada jawaban dari
setiap responden.
4. Tabulasi Data Setelah dilakukan kegiatan
editing dan koding dilanjutkan dengan
mengelompokkan data kedalam suatu
tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki
sesuai dengan tujuan penelitian.
Analisis data
Analisis Univariat dilakukan pada tiap
varibel
dari
hasil
penelitian
dengan
58
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 11 Nomor 1 Tahun 2017 ● ISSN : 2302-1721
mendiskripsikan setiap variabel penelitian
dengan cara membuat tabel distribusi
frekuensi pada tiap variable, sedangkan
analisis bivariate bivariate menggunakan
program SPSS 18 dengan menggunakan
uji Chi-Square dengan tingkat kepercayan
95% (p<0,05) untuk melihat hubungan
antara
dua
variabel
yaitu
variabel
dependen dengan variabel independen
HASIL PENELITIAN
1. Analisis univariat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan umur ibu hamil di UPTD
Puskesmas Ajangale
Umur
n
%
Berisiko
13
20,3
Tidak Berisiko
51
79,7
Total
64
100.0
Dari tabel 1. menunjukkan bahwa
umur ibu hamil paling banyak pada
kategori tidak berisiko (20-35 tahun) yaitu
51 orang (79,7%) dan kelompok umur
berisiko (<20 dan>35 tahun) sebanyak 13
orang (20,35)
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pendidikan ibu hamil di
UPTD Puskesmas Ajangale
Pendidikan
n
%
SD/SMP
46
71,9
SMA
14
21,9
Perguruan Tinggi
4
6, 2
Total
64
100.0
Dari tabel 2. Pendidikan ibu hamill
paling banyak pada tingkat pendidikan
dasar yaitu SD/SMP 46 orang (71,9%) dan
yang paling rendah pada pendidikan
Tinggi yaitu 4 orang (6,2%).
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pekerjaan ibu hamil di UPTD
Puskesmas Ajangale
Pekerjaan
n
%
Bekerja
10
15,6
Tidak Bekerja
54
84.4
Total
64
100.0
Berdasarkan Tabel 3. Responden
paling banyak dengan status tidak bekerja
(Ibu rumah tangga) sebanyak 54 orang
(84.4%) dan yang bekerja hanya 10 orang
(15,6%)
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Paritas ibu hamil di UPTD
Puskesmas Ajangale
Paritas
Berisiko
Tidak Berisiko
Total
n
8
56
64
%
12,5
87,5
100.0
Berdasarkan tabel 4. Ibu hamil
dengan paritas yang tidak berisiko paling
banyak yaitu 56 orang (87,5%) sedangkan
yang berisiko 8 orang (12,5%)
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Status Gizi ibu hamil di
UPTD Puskesmas Ajangale
Status Gizi
n
%
KEK
16
25
Normal
48
75
Total
64
100.0
Dari tabel 5. Responden dengan
status gizi normal sebanyak 48 orang
(75%) dan yang memiliki satus gizi KEK
16 orang (25%)
2. Analisi Bivariat
Tabel 6. Hubungan Umur dengan KEK
pada Ibu Hamil di UPTD Puskesmas
Ajangale
Umur
Tidak
Berisiko
Berisiko
Total
Status Gizi
Normal
KEK
n
%
n
%
39
60,9
9
48
14,1 4
75
16
p = 0,059
Total
n
%
12 18,7 51
6,3
25
79,6
13 20,4
64 100.0
Dari tabel 6. Responden paling
banyak yang memiliki umur tidak berisiko
(20-35 tahun) sebanyak 39 orang (60,9%)
dan yang terendah pada responden
dengan umur berisiko (<20 dan >35)
sebanyak 6 orang (6,3%).
Dari hasil analisi statistik p=0,055
(p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan
antara umur responden dengan KEK pada
ibu hamil di UPTD Puskesmas Ajangale.
Tabel 7. Hubungan Pendidikan dengan
KEK pada Ibu Hamil di UPTD Puskesmas
Ajangale
Pendidikan
Tidak
Berisiko
Berisiko
Total
Status Gizi
Normal
KEK
n
%
n
%
n
17
18 28,2
31
48
26,6
1
1,6
Total
%
48,4 15 23,4 46 71,8
75
16 25 64 100.0
p = 0,025
59
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 11 Nomor 1 Tahun 2017 ● ISSN : 2302-1721
Dari hasil analisis statistik p=0,025
(p<0,05) yang berarti ada hubungan
antara pendidikan dengan KEK pada ibu
hamil di UPTD Puskesmas Ajangale
Tabel 8. Hubungan Pekerjaan dengan
KEK pada Ibu Hamil di UPTD Puskesmas
Ajangale
Pekerjaan
Tidak
Bekerja
Bekerja
Total
Status Gizi
Normal
KEK
n
%
n
%
n
38
10
48
59,4
Total
%
16
25
18 84,4
15,6 0
75
16
p = 0,047
0
25
46 15,6
64 100.0
Dari hasil analisi statistik p=0,047
(p<0,05) yang berarti ada hubungan
antara pekerjaan responden dengan KEK
pada ibu hamil di UPTD Puskesmas
Ajangale
Tabel 9. Hubungan Paritas dengan KEK
pada Ibu Hamil di UPTD Puskesmas
Ajangale
Paritas
Tidak
Berisiko
Berisiko
Total
Status Gizi
Normal
KEK
n
%
n
%
41
64,1
7
48
10,9 1
75
16
p = 0,383
Total
n
%
15 23,4 56 87,5
1,6
25
8 12,5
64 100.0
Dari hasil analisi statistik p=0,383
(p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan
antara paritas dengan KEK pada ibu hamil
di UPTD Puskesmas Ajangale
PEMBAHASAN
1. Hubungan umur dengan KEK pada ibu
hamil
Dari hasil penelitian responden
dengan umur tidak beresiko dan memiliki
status gizi normal yaitu sebanyak 60,9%
dan terendah pada ibu hamil dengan umur
beresiko dan mengalami KEK yaitu 6,3%.
Dari hasil analisis chi square nilai p=0,059
yang berarti tidak ada hubungan antara
umur dengan KEK pada ibu hamil
Semakin muda (< 20 tahun) atau
semakin tua (> 35 tahun) seorang ibu
yang sedang hamil akan berpengaruh
terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan.
Umur muda perlu tambahan gizi yang
banyak karena selain digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan dirinya
sendiri juga harus berbagi dengan janin
yang sedang dikandung. Sedangkan untuk
umur yang tua perlu energi yang besar
juga karena fungsi organ yang makin
melemah maka memerlukan tambahan
energi yang cukup guna mendukung
kehamilan yang sedang berlangsung.
(Atika Proverawati dan Siti Asfuah, 2009)
Hasil penelitian menyatakan tidak
ada hubungan umur dengan kejadian KEK
pada ibu hamil di Puskesmas Ajangale,
Hal ini terjadi karena umur responden
paling banyak pada umur 20-35 Tahun
yang merupakan umur yang paling baik
untuk ibu hamil sehingga tidak ada
hubungan umur pada penelitian ini dengan
kejadian KEK pada ibu hamil. Hal ini
sesuai dengan yang disampaikan oleh
teori Arisman (2010) menyatakan bahwa
usia yang paling baik adalah lebih dari 20
tahun dan kurang dari 35 tahun, dengan
diharapkan gizi ibu hamil akan lebih baik.
dapat disimpulkan umur bukanlah faktor
yang memberikan pengaruh terjadinya
kejadian KEK karena para responden
mayoritas berumur ideal untuk hamil
Hasil penelitian ini selaras dengan
penelitian Hafifah Wijayanti di Puskesmas
Jetis II Bantul (2016) dimana hasil analisis
chi square nilai p=0,345 yang berarti tidak
ada hubungan antara umur dengan KEK
pada ibu hamil. (Hafifah Wijayanti, 2016)
2. Hubungan pendidikan dengan KEK pada
ibu hamil
Berdasarkan hasil penelitian dari 18
responden
yang memiliki pendidikan
Menengah dan tinggi cuma 1 (1,6%) yang
mengalami KEK. Dari hasil analisis
statistic P = 0,025 (p<0,025) berarti
signifikan
(bermakna)
dimana
ada
hubungan antara pendidikan dengan KEK
pada ibu hamil
Pendidikan adalah upaya untuk
memberikan pengetahuan sehingga terjadi
perubahan
perilaku
positif
yang
meningkat.
Pendidikan
adalah
proses
pengubahan
sikap
dan
perilaku
seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pendidikan.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan
yang berstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Dengan
pendidikan tinggi maka seseorang akan
cenderung mendapatkan informasi baik
dari orang lain maupun media. Sebaliknya
tingkat pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan dan sikap
seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan
60
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 11 Nomor 1 Tahun 2017 ● ISSN : 2302-1721
Pendidikan seseorang merupakan
salah satu faktor yang penting dalam
kesehatan ibu dan anak khususnya pada
ibu hamil karena dengan pendidikan yang
baik, maka seseorang dapat menerima
segala informasi dari luar terutama
tentang cara menjaga kehamilan dan
bagaimana menjaga kesehatannya
Pendidikan formal dari ibu sering
kali mempunyai asosiasi yang positif
dengan
pengembangan
pola-pola
konsumsi makanan dalam keluarga.
Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu
maka semakin baik pengetahuan gizi dan
semakin diperhitungkan jenis serta jumlah
makanan yang dipilih untuk dikonsumsi
Ibu yang mempunyai pengetahuan
baik tentang nutrisi akan memilih makanan
yang lebih bergizi daripada yang kurang
bergizi
Hasil penelitian selaras dengan
penelitian Handayani dan Budianingrum
(2011) di Puskesmas Wedi Klaten yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara
pendidikan dengan KEK pada ibu hamil
dengan nilai signifikan p=0,035(p<0,05).
(Handayani dan Budianingrum, 2011)
3. Hubungan pekerjaan dengan KEK pada
ibu hamil
Dari hasil penelitian ibu hamil yang
bekerja 0% yang menderita KEK dan
yang tidak bekerja mengalami KEK 24,2%.
Dari hasil analisis uji statistik p=0,047
(p<0,05) yang berarti ada hubungan
antara pekerjaan dengan KEK pada ibu
hamil.
Seseorang yang bekerja dapat
meningkatkan
pengetahuan
karena
pergaulan dan berinteraksi sosial serta
mempunyai pengalaman yang luas.
Seseorang yang mempunyai banyak
informasi akan banyak dan mempunyai
pengetahuan
yang
lebih,
sehingga
bagaimanapun beratnya beban pekerjaan
mereka akan berupaya untuk memenuhi
kebutuhan gizinya dan juga bayinya.
Pekerjaan
dapat
berpengaruh
terhadap status ekonomi. Ibu yang bekerja
memiliki penghasilan sendiri sehingga
lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan
gizinya, karena tidak bergantung dari
pendapatan suami
Pekerjaan berkaitan erat dengan
status ekonomi. Status ekonomi ibu
mempengaruhi dalam pemilihan makanan
yang akan dikonsumsi sehari-harinya.
(Arisman, 2004). Seseorang dengan
ekonomi yang tinggi kemudian hamil maka
kemungkinan besar sekali gzi yang
dibutuhan tercukupi ditambah lagi adanya
pemeriksaan membuat gizi ibu hamil
semakin terpantau.
Namun demikian jika pekerjaan
ditinjau dari beban kerja maka ibu hamil
yang bekerja beresiko menderita KEK.
Pada penelitian ini pekerjaan ibu hamil
termasuk kategori ringan sehingga tidak
menyebabkan terjadinya KEK.
Hasil ini sesuai dengan penelitian
Mahirawati (2014) menunjukkan bahawa
risiko kejadian KEK lebih banyak dijumpai
pada ibu hamil yang tidak bekerja,
sehingga ada hubungan ibu hamil yang
tidak bekerja dengan kejadian KEK.
(Mahirawati Vita K, 2014). Dan didukung
penelitian Surasih (2005), dengan judul
faktor-faktor yang berhubungan dengan
keadaan kekurangan energi kronis pada
ibu hamil di Kabupaten Banjarnegara
tahun 2005, menunjukkan bahwa ada
hubungan pekerjaan dengan kejadian
KEK pada ibu hamil di Kabupaten
Banjarnegara. (Surasih H, 2005)
4. Hubungan paritas dengan KEK pada ibu
hamil
Berdasarkan hasil penelitian ibu
hamil yang mengalami KEK hanya 1,6%
yang Beresiko dan yang mengalami KEK
pada ibu hamil dengan paritas tidak
beresiko sebanyak 23,4%. Hasil analisis
statistik p=0,383 (P>0,05) yang berarti
tidak ada hubungan antara paritas dengan
KEK pada ibu hamil
Paritas adalah status seorang
wanita sehubungan dengan jumlah anak
yang pernah dilahirkan. Paritas yang
termasuk dalam faktor resiko tinggi dalam
kehamilan adalah grademultipara, dimana
hal ini dapat menimbulkan keadaan
mempengaruhi optimalisasi ibu maupun
janin pada kehamilan yang dihadapi.
Dapat disimpulkan kalau paritas yang
tidak lebih dari 4 tidak beresiko mengalami
gangguan, sehingga dalam penelitian ini
penulis menyimpulkan nullipara dan
primipara tidak termasuk dalam resiko
tinggi kehamilan. (Manuaba. IBG. 2010)
Jumlah paritas
yang tinggi
memberikan gambaran tingkat kehamilan
yang berulang-ulang sehingga mempunyai
banyak resiko. Hal ini dapat dikatakan
bahwa secara fisik jumlah paritas yang
tinggi mengurangi kemampuan uterus
sebagai media pertumbuhan janin.
Kerusakan pada pembuluh darah dinding
uterus mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke
janin, dimana jumlah nutrisi akan
berkurang
dibanding
kehamilan
berikutnya. Paritas yang banyak juga akan
merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak
61
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 11 Nomor 1 Tahun 2017 ● ISSN : 2302-1721
memperoleh
kesempatan
untuk
memperbaiki
tubuhnya
sendiri
(ibu
memerlukan energi yang cukup untuk
memulihkan keadaan setelah melahirkan
anaknya). Dengan mengandung kembali
makan menimbulkan masalah gizi ibu dan
janin atau bayi yang dikandung.Paritas
mempengaruhi status gizi pada ibu hamil
karena dapat mempengaruhi optimalisasi
ibu maupun janin pada kehamilan yang
dihadapi. (Bobak et all, 2005)
Hasil penelitian ini selaras dengan
penelitian
Efrinita
(2010)
yang
menyatakan bahwa secara statistik tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara
paritas dengan KEK. Hal ini dapat dilihat
dengan hasil paling banyak yaitu ibu
primigravida atau pertama kali hamil, yang
banyak mengalami KEK. (Efrinita, 2010)
KESIMPULAN
1. Ada hubungan antara pendidikan dan
pekerjaan dengan KEK pada ibu hamil di
UPTD Puskesmas Ajangale
2. Tidak ada hubungan antara umur dan
paritas dengan KEK pada ibu hamil di
UPTD Puskesmas Ajangale
SARAN
1. Bagi tempat penelitian, masih banyak ibu
dengan
tingkat
pendidikan
dasar
sehingga
perlu
dilakukan
upaya
peningkatan pengetahuan masyarakat
khususnya kepada ibu-ibu tentang
pentingnya status gizi yang baik untuk
dirinya dan janin yang ada dalam
kandungannya.
Puskesmas
perlu
merancang strategi pedekatan yang
akan digunakan dalam memberikan
pemahaman kepada ibu-ibu tentang
dampak KEK pada ibu hamil.
2 . Pada
ibu
hamil
agar
lebih
memperhatikan asupan gizinya karena
nutrisi
pada
kehamilan
sangat
berpengaruh terhadap kehidupan anak
dimasa sekarang dan yang akan datang
dan berdampak pada kesehatan ibu
sendiri.
3 . Untuk peneliti selanjutnya untuk meneliti
faktor-faktor
lain
yang
dapat
menyebabkan terjadinya kekurangan
energi kronis pada ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC
Atika Proverawati dan Siti Asfuah. 2009. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan, Yogyakarta: Numed Medika
Bobak et all 2005. Buku Keperawatan Maternitas. Jakarta ; EGC
Handayani dan Budianingrum 2011. Analisis faktor yang mempengaruhi kekurangan energi kronis pada ibu
hamil di wilayah puskesmas wedi klaten. Jurnal Involusi kebidanan Vol.1 No.1
Manuaba. IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kanduangn dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta: EGC
Notoatmodjo Soekodjo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Mahirawati, Vita K. (2014). Related Factors of Chronic Energy Deficiency at Pregnant Woman in Kamoning and
Tambelangan Sub District, Sampang District, West Java. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 17
No. 2 April 2014: 193–202
Profil Dinas kesehatan Kabupaten Bone, 2015.
Riskesdas. 2013. Kementrian kesehatan RI . www.depkes.go.id
Surasih, H. 2005. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian KEK pada Ibu Hamil di Kabupaten
Banjarnegara. Skripsi. Semarang. Universitas Negeri Semarang
Waryono. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama
62
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 11 Nomor 1 Tahun 2017 ● ISSN : 2302-1721
Download