naskah akademik himpunan perawat holistik indonesia (hphi)

advertisement
NASKAH AKADEMIK
HIMPUNAN PERAWAT HOLISTIK INDONESIA
(HPHI)
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
2015
Sekretariat : Fakultas Kedokteran Departemen Keperawatan, Jln. Professor
Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275
Contact Person: 1. Suhartini, S. Kp., MNS, Ph.D (081288439996)
2. Ns. Ady Irawan. AM, S. Kep., MM (085267160618)
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan akan layanan kesehatan komplementer menjadi bagian penting
dalam pelayanan kesehatan di negara maju dan negara berkembang. Salah satu
alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu adanya harmoni
dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi holistik. Alasan lainnya karena klien
ingin terlibat untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan peningkatan
kualitas hidup dibandingkan sebelumnya. Sejumlah 82% klien melaporkan adanya
reaksi efek samping dari pengobatan konvensional yang diterima menyebabkan
memilih terapi komplementer. Alasan lainnya karena klien ingin terlibat untuk
pengambilan keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas hidup
dibandingkan sebelumnya.
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat.
Pemilihan layanan ini membuka wawasan masyarakat tentang apa dan bagaimana
layanan kesehatan holistik baik melalui media cetak maupun media internet.
Masyarakat ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga
apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat
menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi komplementer. Di
negara maju, layanan holistik telah terintegrasikan dengan sistem kesehatan nasional
bahkan pendidikan kesehatan, hal inipun di dukung hasil penelitian yang semakin
marak tentang keperawatan komplementer.
Bentuk terapi yang digunakan dalam terapi komplementer ini beragam sehingga
disebut juga dengan terapi holistik. Terminologi kesehatan holistik mengacu pada
integrasi secara menyeluruh dan mempengaruhi kesehatan, perilaku positif, memiliki
tujuan hidup, dan pengembangan spiritual . Terapi komplementer dapat diterapkan
dalam berbagai level pencegahan penyakit berupa promosi kesehatan, pencegahan
penyakit ataupun rehabilitasi.
1
Hak pasien dalam memperoleh pelayanan kesehatan optimal terdapat dalam UU
Kesehatan no 23 tahun 1992 pasal 14. Perawat mempunyai wewenang melakukan
praktik keperawatan holistik baik secara mandiri maupun terintegrasi dengan layanan
kesehatan di rumah sakit (UU no 38 tahun 2014.). Tantangan keperawatan kedepan
adalah mengintegrasikan keperawatan holistik ke dalam sistem kesehatan nasional,
meningkatkan kuantitas dan kualitas ilmu pengetahuan dan ketrampilan keperawatan
holistik yang didukung hasil penelitian.
Berdasarkan latar belakang diatas, perlu wadah berupa Himpunan Perawat Holistik
Indonesia (HPHI) untuk menampung aspirasi dan mengelola keperawatan holistik
sehingga berkembang pesat sesuai tuntunan masyarakat di Indonesia.
B. Tujuan dan Manfaat
1.1.1. Tujuan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia dengan layanan
keperawatan holistik.
1.1.2. Manfaat
1.1.2.1.Bagi Masyarakat
Mendapatkan hak layanan kesehatan menyeluruh secara optimal sesuai pilihan
melalui layanan keperawatan holistik.
1.1.2.2.Bagi Perawat
Meningkatkan jejaring layanan keperawatan holistik
Meningkatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan tentang keperawatan
holistik yang didukung hasil penelitian.
1.1.2.3.Bagi Organisasi PPNI
Mengintegrasikan layanan keperawatan holistik dalam sistem kesehatan
nasional.
C. Landasan Ilmiah
1. Pengertian Keperawatan Holistik
Keperawatan
holistik
adalah
pelayanan
kesehatan
dengan
lebih
memperhatikan keutuhan aspek kehidupan sebagai manusia yang meliputi
2
biologis, psikologis, kognisi, social, kultural dan spiritual yang saling
mempengaruhi. Keutuhan tersebut diharapkan menghasilkan harmoni dan
keseimbangan dalam kehidupan.
Secara filosofis, keperawatan holistik adalah cara pandang untuk menghormati
bahwa manusia adalah unik, terlepas dari siap dan apa mereka dalam
kehidupan di dunia dunia, cara berada di dunia, Pengetahuan untuk praktek
keperawatan holistik berasal dari teori teori keperawatan lain yang telah ada,
yang merupakan bahasan dari sistem penyembuhan dan pendekatan. Perawat
holistik memasukkan keperawatan konvensional dan komplementer / alternatif
modalitas (CAM) dan intervensi dalam praktek keperawatan mandiri.
2. Nilai-nilai utama dalam keperawatan holistik.
Nilai nilai utama dalam keperawatan holistik adalah:
1. Philosophy, Theory, and Ethics
2. Holistic Caring Process
3. Holistic Communication, Therapeutic Environment, and Cultural Diversity
4. Holistic Education and Research
5. Holistic Nurse Self-Care
3. Standar dan lingkup keperawatan holistik
Standar dan lingkup keperawatan holistik adalah sebagai berikut:
-
Standar
1.
Pengkajian
:
Perawat
holistik
mengumpulkan
data
komprehensif yang berkaitan dengan kesehatan atau situasi seseorang.
-
Standard 2. Standar 2. DIAGNOSIS ATAU KESEHATAN ISU: Perawat
holistik menganalisis data penilaian untuk menentukan diagnosis atau
masalah yang diungkapkan sebagai aktual atau potensial pola / masalah /
kebutuhan yang berkaitan dengan kesehatan, kesehatan, atau penyakit.
-
Standar 3: HASIL IDENTIFIKASI: Perawat mengidentifikasi hasil untuk
rencana individual kepada orang atau situasi. Perawat holistik menghargai
evolusi dan proses penyembuhan seperti yang drencanakan.
-
Standar 4. PERENCANAAN: Perawat holistik mengembangkan rencana
yang mengidentifikasi strategi dan alternatif untuk mencapai hasil.
3
-
Standar 5. PELAKSANAAN: perawat holistik melaksanakan tindakan
dalam kemitraan dengan orang sesuai dengan rencana yang diidentifikasi,
meliputi koordinasi perawatan, pendidikan dan promosi kesehatan,
konsultasi, prekristif autoritas dan pengobatan
-
Standar 6: EVALUASI: Perawat terdaftar holistik mengevaluasi kemajuan
terhadap pencapaian hasil sementara; mengakui dan menghormati terus
sifat holistik dari proses penyembuhan.
-
Standard 7: KUALITAS PRAKTEK: Perawat holistik sistematis
meningkatkan kualitas dan efektivitas praktik keperawatan holistik
-
Standar 8: PENDIDIKAN: Perawat holistik mencapai pengetahuan dan
kompetensi yang mencerminkan praktik keperawatan saat ini.
-
Standar 9: EVALUASI PRAKTEK PROFESIONAL: perawat holistik
mengevaluasi praktik keperawatannya sendiri dalam kaitannya dengan
standar praktek profesional dan pedoman, terkait undang-undang, dan
peraturan. Praktek Perawat holistik terdaftar mencerminkan penerapan
pengetahuan, standar praktik, pedoman, undang-undang, dan peraturan
saat ini.
-
Standar 10: KOLEGIALITAS: Perawat holistik berinteraksi dengan dan
memberikan kontribusi untuk pengembangan profesional rekan-rekan dan
kolega.
-
Standar 11: KERJA SAMA: Perawat terdaftar holistik bekerja sama
dengan orang, keluarga, dan lain-lain dalam melakukan praktek
keperawatan holistik.
-
Standar 12: ETIKA: Perawat holistik mengintegrasikan ketentuan etika di
semua bidang praktek.
-
Standar 13: PENELITIAN: Perawat holistik mengintegrasikan penelitian
dalam praktek.
-
Standar
14:
SUMBERDAYA
mempertimbangkan
faktor
PENGGUNAAN:
yang
berhubungan
Perawat
dengan
holistik
keamanan,
efektivitas, biaya, dan dampak pada praktek dalam perencanaan dan
pemberian layanan keperawatan.
-
Standar
15:
KEPEMIMPINAN:
Perawat
holistik
menyediakan
kepemimpinan dalam pengaturan praktek profesional dan profesi.
4
4. Jenis Keperawatan Holistik
National
Center
for
Complementary/Alternative
Medicine
(NCCAM)
membuat klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem pelayanan dalam lima
kategori.
a. Mind-body therapy
yaitu memberikan intervensi dengan berbagai teknik untuk memfasilitasi
kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi tubuh misalnya
perumpamaan (imagery), yoga, terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback,
humor, tai chi, dan terapi seni.
b. Alternatif sistem pelayanan
yaitu sistem pelayanan kesehatan yang mengembangkan pendekatan
pelayanan biomedis berbeda dari Barat misalnya pengobatan tradisional Cina,
Ayurvedia, pengobatan asli Amerika, cundarismo, homeopathy, naturopathy.
c. Terapi biologis
yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilnya misalnya herbal,
makanan).
d. Terapi manipulatif dan sistem tubuh.
Terapi ini didasari oleh manipulasi dan pergerakan tubuh misalnya pengobatan
kiropraksi, macam-macam pijat, rolfing, terapi cahaya dan warna, serta
hidroterapi.
e. Terapi energi
yaitu terapi yang fokusnya berasal dari energi dalam tubuh (biofields) atau
mendatangkan energi dari luar tubuh misalnya terapetik sentuhan, pengobatan
sentuhan, reiki, external qi gong, magnet. berupa kombinasi antara biofield
dan bioelektromagnetik (Snyder & Lindquis, 2002).
5
3. Peran Perawat dalam Layanan Kesehatan Holistik
Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi
komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan peneliti, pemberi
pelayanan langsung, koordinator dan sebagai advokat.
3.1. Peran Konselor
Perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi apabila klien
membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil keputusan.
3.2. Peran pendidik kesehatan
Perawat dapat menjadi pendidik bagi perawat di sekolah tinggi keperawatan
seperti yang berkembang di Australia dengan lebih dahulu mengembangkan
kurikulum.
3.3 Peneliti
Melakukan berbagai penelitian yang dikembangkan dari hasil hasil evidencebased practice.
3.4. Peran Pemberi pelayanan langsung
Praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi komplementer
erawat lebih banyak berinteraksi dengan klien sehingga peran koordinator dalam
terapi komplementer juga sangat penting. Perawat dapat mendiskusikan terapi
komplementer dengan dokter yang merawat dan unit manajer terkait. Sedangkan
3.5. Peran advokat
Perawat
berperan
untuk
memenuhi
permintaan
kebutuhan
perawatan
komplementer
yang mungkin diberikan termasuk perawatan alternatif
6
BAB II
ASAS-ASAS DALAM PENYUSUNAN AD/ART HPHI
Perawat professional mempunyai wewenang melakukan praktik keperawatan
holistik baik secara mandiri maupun terintegrasi dengan layanan kesehatan di rumah
sakit (UU no 38 tahun 2014.). Tantangan keperawatan kedepan adalah
mengintegrasikan keperawatan holistik ke dalam sistem kesehatan nasional,
meningkatkan kuantitas dan kualitas ilmu pengetahuan dan ketrampilan keperawatan
holistik yang didukung hasil penelitian. Pasien mempunyai hak untuk memperoleh
pelayanan kesehatan optimal terdapat dalam UU Kesehatan no. 23 th 1992 pasal 14.
AD PPNI mengatur dalam pembentukan Himpunan sesuai rumpun keilmuan
dan spesialisasi keperawatan. Keperawatan holistik berkembang sangat pesat baik di
dunia internasional dan di Indonesia. Himpunan Perawat Holistik Indonesia perlu
dibentuk di tingkat nasional dengan disertai penyusunan draf AD/ADT.
Sistematika draft ANGGARAN DASAR HPHI:
MUKADIMAH
BAB I
: NAMA dan TEMPAT
BAB II
: LANDASAN, AZAS, dan TUJUAN
BAB III
: SIFAT, PERAN, DAN FUNGSI
BAB IV
: KEANGGOTAAN
BAB V
: STRUKTUR DAN KEKUASAAN HIMPUNAN
BAB VI
: KEWENANGAN DAN KUAJIBAN
BAB VII
: SEMINAT KEPERAWATAN HOLISTIK
BAB VIII
: KODE ETIK DAN TATA LAKU PROFESI
BAB IX
: KEUANGAN DAN KEKAYAAN HIMPUNAN
BAB X
: PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN HIMPUNAN
BAB XI
: ATURAN TAMBAHAN
7
Sistematika draft ANGGARAN RUMAH TANGGA HPHI:
BAB I
: KETENTUAN UMUM
BAB II
: KEANGGOTAAN
BAB III
: MUSYAWARAH DAN RAPAT
BAB IV
: SUSUNAN KEPENGURUSAN
BAB V
: KEKAYAAN
BAB VI
: PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
BAB VII
: ATURAN TAMBAHAN
8
BAB III
MATERI DRAF AD/ART HPHI
A. DRATF ANGGARAN DASAR HPHI
MUKADIMAH
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan manusia sebagai
mahluk yang paling sempurna dan di beri potensi untuk bisa mengembangkan diri
dalam mengisi cita-cita Proklamasi Kemerdekaan negara Kesatuan Republik
Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, yaitu membangun masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila & UUD 45, juga merupakan komitmen dan tanggung jawab
seluruh rakyat Indonesia yang dalam hal ini termasuk HPHI (himpunan perawat
holistik Indonesia).
Seiring peningkatan tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan sesuai dengan
perkembangan Ilmu dan Tekhnologi (IPTEK), menuntut adanya tenaga perawat
holistik yang profesional dalam bidang pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
keperawatan holistik untuk membentuk suatu himpunan yang melindungi,
mengayomi, membina dan mengembangkan komunitas keperawatan di Indonesia
sebagai sarana yang kuat bagi komunitas keperawatan holistik serta peduli terhadap
asuhan keperawatan professional yang berkualitas bagi kepentingan masyarakat dan
ikut serta dalam peningkatan kesejahteraan komunitas keperawatan holistik Indonesia.
Sebagai landasan untuk mencapai keinginan tersebut, disusunlah pedoman himpunan
yakni dalam bentuk Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HPHI ( himpunan
Perawat Holistik Indonesia ) .
9
BAB I
NAMA,KEDUDUKAN DAN WAKTU
Pasal 1
Nama Himpunan
Himpunan ini bernama himpunan perawat holistik Indonesia dan disingkat HPHI.
Pasal 2
Bentuk Himpunan
Himpunan ini berbentuk himpunan sebagai wadah yang menghimpun perawat holistik
seluruh Indonesia di bawah PPNI, kedaulatan tertinggi ditangan anggota melalui
Kongres Nasional.
Pasal 3
Waktu Pendirian
HPHI didirikan di Semarang pada tanggal 19 April 2015 untuk jangka waktu yang
tidak ditentukan.
Pasal 4
Kedudukan
Himpunan ini berkedudukan di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan Pengurus Pusat berada di Propinsi wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Pengurus Daerah di Ibu kota Propinsi dan Pengurus Kota / Kabupaten di
Ibu kota Kabupaten
Pasal 5
Lambang dan logo Himpunan
Lambang himpunan mencerminkan bahwa perawat holistik indonesia selalu siap
bekerja sepenuh hati dalam melaksanakan asuhan keperawatan holistik kepada pasien
secara professional berdasarkan bukti ilmiah dengan penuh tanggung jawab dan
tanggung gugat serta senantiasa mengembangkan diri dalam ilmu keperawatan dan
ketrampilan dengan memanfaatkan kearifan budaya demi tercapainya kehidupan
masyarakat yang sehat, adil dan makmur.
10
BAB II
LANDASAN , ASAS, DAN TUJUAN
Pasal 6
Landasan
Himpunan perawat holistik Indonesia ini Berdasarkan Pancasila dan undang undang
dasar 45
Pasal 7
Azaz
Himpunan perawat holistik Indonesia ini berazaskan kaidah organisasi profesi, nilainilai profesi dan kode etik keperawatan Indonesia
Pasal 8
Tujuan
a.
Menghimpun dan menyatukan seluruh Ners - perawat Indonesia yang bekerja dan
mengabdikan diri dalam bidang keperawatan berbasis holistik di Indonesia.
b.
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan holistik dengan
cara Memadukan segenap potensi perawat holistiK Indonesia
c.
Meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan keperawatan berbasiskeperawatan
holistik dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
d.
Mengembangkan karier dan prestasi kerja Ners – perawat Herbal sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan Ners – perawat holistik di Indonesia.
e.
meningkatkan harkat, martabat dan kehormatan diri dan profesi keperawatan
f.
Memfasilitasi dan melindungi anggota dalam menggunakan hak politik dan
hukum.
g.
Meningkatkan derajat kesehatan rakyat Indonesia menuju masyarkat sehat dan
sejahtera.
h.
Meningkatkan hubungan kerjasama dengan himpunan, lembaga dan institusi lain
baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
11
BAB III
SIFAT,PERAN DAN FUNGSI
Pasal 9
Sifat
Sifat HPHI adalah organisasi perawat holistic yang menghimpun para perawat yang
memiliki kemampuan atau sertifikat , yang bersifat independen, nirlaba, dijiwai oleh
sumpah perawat dan kode etik perawat indonesia
Pasal 10
Peran
a.
HPHI berperan sebagai regulator anggota himpunan dengan fungsi : sertifikasi
pelatihan/pendidikan, standarisasi praktek profesional dan registrasi anggota
Himpunan Ners – perawat holistik Indonesia.
b.
c.
HPHI berperan sebagai penata kehidupan profesi Ners – perawat Holistik.
HPMI berperan sebagai fasilitator dalam merespon peningkatan IPTEK
holistik ,kesejahteraan dengan pengembangan karier dan sistem penghargaan,
pemasaran dan pengembangan usaha.
d.
HPHI berperan menyuarakan aspirasi kebutuhan masyarakat akan pelayanan
Keperawatan berbasis holistik kepada pihak-pihak terkait.
Pasal 11
Fungsi
Fungsi HPHI adalah :
a. Membina dan mengembangkan kemampuan bagi para anggota
b. Memelihara dan membina terlaksananya sumpah perawat dan kode etik perawat
Indonesia
c. Meningkatkan mutu pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu keperawat an
holistic, serta ilmu-ilmu yang berhubungan dengan itu.
d. Memperjuangkan dan mememlihara kepentingan serta kedudukan perawat holistic
di Indonesia sesuai dengan harkat dan martabat profesi
e. Bermitra dengan pemerintah dalam pengembangan kebijakan dan dalam programprogram kesehatan
f. Membantu masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatannya
12
g. Mengadakan hubungan kerjasama dengan badan-badan lain yang mempunyai
tujuan yang sama atau selaras, pemerintah atau swasta di dalam negeri atau di luar
negeri
h. Melaksanakan usaha-usaha untuk kesejahteraan anggota
i. Melaksanakan usaha lain yang berguna untuk mencapai tujuan sepanjang tidak
bertentangan dengan sifat dan dasar himpunan
BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 12
Jenis Keanggotaan
AnggotaHPHIterdiri dari:
1. Anggota biasa
2. Anggota khusus
3. Anggota kehormatan
BAB V
STRUKTUR DAN KEKUASAAN HIMPUNAN
Pasal 13
Susunan himpunan
Susunan himpunan terdiri dari organisasi tingkat Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota/gabungan kabupaten dan/atau kota
Pasal 14
Susunan pengurus
Susunan pengurus himpunan terdiri dari:
a.
Pengurus Pusat (PP)
b.
Pengurus Daerah (PD)
c.
Pengurus Cabang (PC)
13
Pasal 15
Masa Kepengurusan
a. Pengurus Himpunan Perawat holistic Indonesia /HPHI dipilih untuk masa bakti 5
(Lima) tahun
b. Ketua Umum, Ketua Pengurus daerah, Ketua Pengurus cabang hanya dapat dipilih
untuk 2 (dua) periode kepengurusan berturut-turut
BAB VI
KEWENANGAN DAN KUAJIBAN
Pasal 16
Wewenang
1.
Pengurus Pusat /PP adalah pelaksana himpunan tertinggi yang bersifat kolektif
dan kolegial di tingkat pusat dalam melaksanakan tugasnya pengurus pusat
berwenang:
a. Menentukan dan melaksanakan kebijakan himpunan ditingkat nasional
berdasarkan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, Garis-Garis Besar
Program Kerja, Keputusan Musyawarah Nasional, hasil rapat tingkat
nasional serta peraturan organisasi lainnya
b. Menentukan dan mensyahkan kompetensi perawat holistic indonesia
c. Bertindak untuk dan atas nama himpunan secara nasional dalam mewakili
himpunan baik di dalam maupun luar negeri
d. Kebijakan dinyatakan sah bila ditandatangani oleh ketua umum dan
Sekretaris Umum
e. Mewakili himpunan di dalam maupun di luar pengadilan
f. Mensyahkan kepengurusan Daerah
2.
Pengurus Daerah berwenang dalam melaksanakan tugasnya pengurus daerah
berwenang:
a. Menentukan dan melaksanakan kebijaksanaan himpunan diwilayah kerjanya
berdasarkan Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga, Garis-Garis Besar
14
Program Kerja, Keputusan Musyawarah nasional, dan hasil rapat tingkat
nasional maupun tingkat daerah serta peraturan organisasi lainnya
b. Mensyahkan dan melantik kepengurusan Cabang
3. Pengurus Cabang /PCadalah badan pelaksana himpunan yang bersifat kolektif di
Kabupaten / Kota berwenang:
a. Menentukan kebijaksanaan himpunan diwilayah kerjanya berdasarkan
Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga, Garis-Garis Besar Program
Kerja, Keputusan Musyawarah nasional, Daerah, cabang dan hasil rapat
tingkat nasional, daerah dan cabang serta peraturan organisasi lainnya
Pasal 16
Kuajiban
1. Pengurus Pusat HPHI berkewajiban
a. Memberikan pertanggungjawaban organisasi pada musyawarah nasional
b. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan organisasi berdasarkan
Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga, Garis-Garis Besar Program
Kerja, Keputusan Musyawarah Nasional, hasil rapat tingkat nasional serta
peraturan organisasi lainnya
c. Melaksanakan pembinaan organisasi secara berjenjang
d. Pengurus Daerah/ PD adalah badan pelaksana organisasi yang bersifat
kolektif di provinsi
2. Pengurus Daerah berkewajiban
a. Memberikan pertanggungjawaban organisasi pada musyawarah daerah
b. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijaksanaan organisasi diwilayah
kerjanya berdasarkan Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga, Keputusan
Musyawarah nasional dan hasil rapat tingkat nasional, maupun daerah serta
peraturan organisasi lainnya
3. Pengurus Cabang berkewajiban
a. Memberikan pertanggungjawaban pada musyawarah cabang
15
b. Melaksanakan segala ketentuan kebijaksanaan organisasi berdasarkan
Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga, Garis-Garis Besar Program Kerja
BAB VII
SEMINAT KEPERAWATAN HOLITIK
Pasal 17
Seminat Perawat Holistik
1. HPHI dalam melaksanakan visi dan misinya dapat membentuk seminat perawat
holistic.
2. Pendirian Seminat Perawat Holistik di Seluruh Wilayah Negara RI wajib
mendapatkan ijin dan pengesahan dari pengurus pusat HPHI
3. Seminat
Perawat
Holistik
menyelenggarakan
berbagai
kegiatan
yang
meningkatkan Profesionalisme perawat holistik sesuai bidang seminatnya.
BAB VIII
KODE ETIK DAN TATA LAKU PROFESI
Pasal 18
Kode etik dan tata laku profesi
1. Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan perawat holistik dalam bentuk apapun
yang mengatasnamakan HPHI harus sepengetahuan himpunan setingkat diatasnya.
2. Setiap pembentukan organisasi seminat perawat holistik harus sepengetahuan dan
mendapat ijin dari HPHI.
16
BAB IX
KEUANGAN DAN KEKAYAAN HIMPUNAN
Pasal 19
Sumber Keuangan
1. Uang Pangkal Anggota
2. Uang iuran dari Anggota
3. Usaha-usaha lain yang sah
4. Sumbangan-sumbangan lainnya yang tidak mengikat
Pasal 20
Kekayaan Himpunan
Kekayaan organisasi terdiri atas:
1. Kekayaan tidak bergerak
2. Kekayaan bergerak yang digunakan untuk kegiatan organisasi
BAB X
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN HIMPUNAN
Pasal 21
Perubahan Anggaran Dasar
Peruabahan AD hanya dapat dilakukan melalui musyawarah nasional.
Pasal 22
Perubahan Himpunan
17
1. Perubahan himpunan hanya dapat dilakukan didalam suatu Musyawarah Nasional
yang khusus untuk itu dengan ketentuan memenuhi Quorum atau melalui kongres
nasional atau kongres luar biasa dengan usulan dari pengurus daerah minimum 50
% + 1 dari total pengurus daerah yang ada
2. Dalam hal organisasi dibubarkan maka kekayaan himpunan diserahkan/
dihibahkan kepada PPNI pusat.
BAB XI
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 23
Aturan tambahan
a. Hal-hal yang belum ditetapkan dalam anggaran dasar ini diatur lebih lanjut dalam
anggaran rumah tangga, dan peraturan himpunan.
b. Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
18
B. DRAFT ANGGARAN RUMAH TANGGA HPHI
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Keperawatan Holistik
1. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
internal dari pelayanan kesehatan, yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan
berbentuk pelayanan bio, psiko, sosiokultural dan spiraitual yang komprehensif,
baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia.
Keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan
atau mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya melaksanakan kegiatan
sehari-hari secara mandiri.
2. Keperawatan holistik adalah pelayanan professional yang didasarkan ilmu dan
keperawatan alternatif dan atau komplementer berbentuk pelayanan biologis,
psikologis, kognisi, social, kultural dan spiritual yang saling mempengaruhi baik
sehat dan sakit yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia.
3. Perawat holistik adalah seseorang yang menempuh pendidikan formal
keperawatan dan dinyatakan lulus oleh Program Pendidikan yang syah dan
menjadi anggota PPNI yang berkompeten dalam keperawatan alternatif dan atau
komplementer berbentuk pelayanan biologis, psikologis, kognisi, social, kultural
dan spiritual yang saling mempengaruhi baik sehat dan sakit yang mencakup
seluruh siklus kehidupan manusia.
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 2
Persyaratan Anggota
1. Anggota Biasa:
a. Anggota PPNI yang mempunyai kompetensi keperawatan holistik.
b. Menyatakan diri untuk menjadi anggota HPHI melalui proses pendaftaran
anggota pada pengurus daerah dan atau Kabupaten
19
c.
Mengisi dan menandatangani surat persetujuan bersedia mengikuti dan
mentaati Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga (AD / ART) HPHI
d. Bersedia aktif mengikuti kegiatan yang dilaksanakan HPHI dan atau
seminat keperawatan holistik.
2. Anggota Khusus:
a. Perawat yang mempunyai perhatian perkembangan kepada HPHI dan
keperawatan holistik.
b. Menyatakan diri untuk menjadi anggota HPHI melalui proses pendaftaran
anggota pada pengurus daerah dan atau Kabupaten
c.
Mengisi dan menandatangani surat persetujuan bersedia mengikuti dan
mentaati Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga (AD / ART) HPHI
3. Anggota Kehormatan:
a. Anggota bukan perawat dan berjasa terhadap perkembangan keperawatan
holistik Indonesia dan atau HPHI.
b. Menyatakan diri untuk menjadi anggota HPHI melalui proses pendaftaran
anggota pada pengurus pusat atau daerah.
c.
Mengisi dan menandatangani surat persetujuan bersedia mengikuti dan
mentaati Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga (AD / ART) HPHI.
Pasal 3
Tata Cara Penerimaan Anggota
1. Anggota Biasa dan Khusus:
a. Mendaftarkan diri untuk menjadi anggota PPNI di Sekretariat Pengurus daerah
dan atau Kabupaten / Kota dan atau Pengurus PPNI Perwakilan Luar Negeri
b. Mengisi dan menandatangani Formulir pendaftaran anggota, formulir
kesediaan mengikuti kegiatan HPHI dan mentaati AD / ART serta formulir
kesediaan mentaati Kode Etik Perawat holistic Indonesia
c. Pengurus Daerah atau Kabupaten / Kota dapat menerima calon anggota
tersebut apabila telah memenuhi persyaratan yang telah diperlukan
d. Pengurus Daerah atau Kabupaten / Kota dan atau Pengurus PPNI Perwakilan
Luar Negeri mengusulkan diterbitkannya Nomor Induk Anggota (NIRA PPNI
20
ditambah nomor HPHI) dan kartu anggota bagi anggota yang telah diterima
kepada Pengurus Pusat
2. Anggota Kehormatan
a. Diusulkan oleh pengurus pusat atau daerah atau Kabupaten / Kota beserta data
pendukung bahwa yang berjasa bagi keperawatan holistikIndonesia dengan
persetujuan Pengurus Pusat HPHI.
b. Pengurus Pusat mengadakan rapat pleno khusus untuk membahas usulan
calon anggota kehormatan yang diusulkan.
c.
Pleno Pengurus Pusat, dapat menerima atau menolak usulan tersebut
d. Apabila usulan diterima, maka Pengurus Pusat wajib mengundang calon
anggota kehormatan tersebut untuk mengikuti acara pengesahan dalam forum
Musyawarah Nasional dan atau Rapat Kerja Nasional
e.
Anggota kehormatan yang telah disahkan, akan diberikan nomor induk
anggota kehormatan dan Kartu Anggota kehormatan oleh Pengurus Pusat
Pasal 4
Syarat - Syarat Pembuatan NIRA
1. PP (pengurus pusat) HPHI berwenangan memberi NIRA dan PD berwenang
membuat kartu anggota dengan nomor registrasi dari KTA HPHI berlaku selama 5
(lima) tahun.
Pasal 5
Kuajiban Anggota
1. Menjunjung tinggi, mentaati dan mengamalkan Sumpah perawat holistik, Kode
Etik Keperawatan Indonesia, Anggaran Rumah Tangga dan semua peraturan serta
Keputusan HPHI.
2. Membayar uang registrasi, kecuali anggota kehormatan.
3. Mengikuti kegiatan rapat, pertemuan ilmiah, peningkatan mutu anggota HPHI.
4. Menyampaikan usul-usul dan saran-saran untuk mencapai tujuan yang digariskan
dalam program kerja
5. Memelihara kerukunan dalam himpunan secara konsekuen dan konsisten pada
hal-hal yang bersifat positif
21
6. Setiap calon anggota yang akan menjadi anggota dan perpanjang anggota dengan
membayar uang registrasi.
Pasal 6
Hak Anggota
1. Anggota biasa berhak untuk mengajukan pendapat, usul atau pertanyaan baik lisan
maupun tertulis kepada pengurus HPHI, mengikuti seluruh kegiatan himpunan,
memilih dan dipilih sesuai jenjang kepengurusan organisasi.
2. Anggota khusus dan kehormatan berhak untuk mengajukan pendapat, usul atau
pertanyaan, baik lisan maupun tertulis kepada pengurus PPNI, mengikuti seluruh
kegiatan organisasi, tapi tidak berhak dipilih.
3. Setiap anggota berhak mendapat kesempatan menambah atau mengembangkan
ilmu dan keterampilan keperawatan holistic yang diselenggarakan HPHI.
4. Setiap anggota berhak mendapat perlindungan dan pembelaan dalam
melaksanakan tugas professional apabila memenuhi:
a. Ketentuan HPHI.
b. AD / ART
c. Kode Etik Keperawatan Holistik Indonesia
d. Standar Kompetensi keperawatan holistik
e. Standar Praktik keperawatan holistic
f. Peraturan dan perundang – undangan yang berlaku.
Pasal 7
Pembelaan
1. Anggota HPHI bermasalah dengan praktek keperawatan holistik dengan profesi
lain dan atau hukum mendapat pembelaan dari pengurus daerah atau pusat HPHI
dan PPNI.
Pasal 8
Sangsi
1. Anggota yang tidak melaksanakan kuajiban himpunan diberi sangsi oleh pengurus
HPHI daerah atau pusat.
22
2. Jenis sangsi diberikan berupa:
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Sangsi etika
d. Pemberhentian sebagai anggota
Pasal 9
Pemberhentian Anggota
1. Anggota berhenti atau hilang keanggotaannya karena:
a. Meninggal dunia
b. Permintaan sendiri secara tertulis
c. Diberhentikan oleh Pimpinan Pusat melalui rapat pengurus baik di tingkat
Pusat, Daerah maupun Cabang setelah terbukti berbuat hal-hal yang
merugikan himpunan
2. Tata cara pemberhentian dan hak membela diri anggota diatur dalam peraturan
himpunan
Pasal 10
Pengkaderan
1. Demi kesinambungan kepengurusan HPHI, maka dibina kader – kader
kepemimpinan HPHI.
2. Kader – kader yang akan dipromosikan telah disaring dengan kriteria:
a. Memiliki prestasi, dedikasi dan loyal terhadap HPHI.
b. Mempunyai kemampuan pengetahuan, pengalaman dalam kepemimpinan
dalamHPHI.
c. Tidak pernah melakukan perbuatan norma etika himpunan dan melanggar
hukum perdata dan pidana.
23
BAB III
MUSYAWARAH DAN RAPAT RAPAT
Pasal 11
Musyawarah Nasional/MUNAS
1. Musyawarah Nasional (MUNAS) merupakan pemegang kedaulatan dan
pelaksanaan kekuasaan tertinggi himpunan
2. Musyawarah Nasional diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali dan dihadiri oleh:
a.
PP HPHI
b.
PD HPHI
c.
PC HPHI
d.
Seminat dibawah HPHI
3. Musyawarah Nasional /MUNAS berwenang untuk:
a.
Menetapkan atau mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
HPHI
b.
Menilai laporan pertanggung jawaban PP HPHI
c.
Menetapkan rencana jangka panjang HPHI
d.
Memilih dan menetapkan Ketua Umum
4. Penundaan Musyawarah Nasional mengikuti aturan sebagai berikut
a. Musyawarah Nasional paling lama 6 (enam) bulan atas persetujuan pengurus PP
HPHI
b. Apabila setelah ditunda 6 (enam) bulan ternyata tidak dapat dilaksanakan
musyawarah nasional, maka atas kesepakatan sekurang-kurangnnya 2/3 dari
seluruh pengurus HPHI Daerah dapat dibentuk "Tim independen" dengan tugas
melaksanakan Musyawarah Nasional
Pasal 12
Musyawarah Nasional Luar Biasa
1. Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat diselenggarakan atas permintaan
sekurang-kurangnya 2/3 dari seluruh jumlah pengurus daerah HPHI
2. Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat dilaksanakan bilamana:
24
a. Diperlukan untuk mengganti Ketua Umum
b. Himpunan berada dalam keadaan darurat atau keadaan yang membahayakan
Persatuan dan Kesatuan dan atau keadaan lainnya yang membahayakan
kelangsungan hidup himpunan
c. Apabila tidak diselenggarakan Musyawarah nasional Luar Biasa dalam waktu 2
(dua) bulan sejak permintaan maka atas kesepakatan sekurang-kurangnya 2/3
dari seluruh pengurus HPHI dapat dibentuk Tim Independen dengan tugas
melaksanakan Musyawarah Nasional Luar Biasa
Pasal 13
Musyawarah Daerah/MUSDA
1. Musyawarah Daerah dilakukan 5 (lima) tahun sekali dan dihadiri oleh:
a.
Utusan PP HPHI
b.
PD HPHI
c.
PC HPHI dan/atau perwakilan dari rumah sakit di daerah tersebut
2. Musyawarah Daerah berwenang untuk:
a.
Menilai laporan pertanggung jawaban PD HPHI
b.
Menetapkan rencana kerja jangka panjang daerah sebagai penjabaran dari
rencana kerja jangka panjang Himpunan
c.
Memilih dan menetapkan ketua PD HPHI
Pasal 14
Musyawarah Cabang/MUSCAB
1. Musyawarah Cabang dilakukan 5 (lima) tahun sekali dan dihadiri oleh
a.
Utusan PD HPHI
b.
Perwakilan Rumah Sakit di wilayah kerja nya
2. Musyawarah Cabang berwenang untuk:
a. Menilai laporan pertanggung jawaban pengurus PC HPHI
25
b. Menetapkan rencana kerja jangka panjang cabang sebagai penjabaran dari
rencana kerja jangka panjang Himpunan
c. Memilih dan menetapkan ketua PC HPHI
Pasal 15
Rapat Kerja Nasional/RAKERNAS
a. Rapat Kerja Nasional mempunyai tugas mengevaluasi dan menilai serta
merekomendasikan program himpunan yang dilaksanakan oleh seluruh perangkat
himpunan
b. Rapat Kerja Nasional berwenang menetapkan pedoman tindak lanjut pelaksanaan
program himpunan
c. Rapat Kerja Nasional dilakukan minimal 6 bulan setelah kepengurusan di sah kan
dan sekurang-kurangnya 2 kali periode kepengurusan
d. Rapat Kerja Nasional diikuti oleh :
1)
PP HPHI
2)
PD HPHI
3)
PC HPHI
e. Rapat Kerja Nasional dipimpin oleh PP HPHI
f. Rapat Kerja Nasional adalah forum evaluasi, konsultasi dan informasi dalam
rangka mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan rencana kerja
himpunan
Pasal 16
Rapat Kerja Daerah/RAKERDA
1. Rapat Kerja Daerah adalah forum evaluasi, konsultasi dan informasi dalam rangka
mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan rencana kerja di tingkat
daerah
b. Rapat Kerja Daerah diikuti
1) PD HPHI
2) PC HPHI dan/atau utusan rumah sakit di wilayah kerja nya
26
c. Rapat Kerja Daerah dilakukan minimal 6 bulan setelah kepengurusan di sah kan
dan sekurang-kurangnya 2 kali periode kepengurusan
d. Rapat Kerja Daerah dipimpin oleh ketua PD HPHI
Pasal 17
Rapat Kerja Cabang/RAKERCAB
1. Rapat Kerja Cabang adalah forum evaluasi, konsultasi dan informasi dalam rangka
mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan rencana kerja di tingkat
cabang
2. Rapat Kerja Cabang diikuti
a.
PC HPHI
b.
Anggota HPHI ,dan perwakilan Rumah Sakit
3. Rapat Kerja Cabang dilakukan minimal 6 bulan setelah kepengurusan di sah kan
dan sekurang-kurangnya 2 kali periode kepengurusan
4. Rapat Kerja Cabang dipimpin oleh ketua PC HPHI
Pasal 18
Rapat Umum Pengurus
a. Rapat Umum Pengurus diselenggarakan untuk:
1) Pemberhentian atau pergantian pengurus PP HPHI
2) Pembehentian atau pergantian pengurus PD/PC HPHI
b. Rapat Pengurus yang diselenggarakan sebagaimana disebut pada ayat 1 (satu) butir
a dan b dihadiri oleh sekurang-kurangnya dihadiri 2/3 dari seluruh pengurus PP
HPHIsekurang-kurangnya dihadiri 2/3 dari seluruh pengurus PD/PC HPHI
c. Pengangkatan pengurus sebagai pengganti pengurus yang diberhentikan dilakukan
pada Rapat Umum Pengurus
d. Pengangkatan Pengurus inti cabang (Ketua dan Wakil Ketua) dipimpin utusan
pengurus PP HPHI dengan cara pemilihan umum para anggota PD/PC HPHI dan
27
calon pengurus diusulkan anggota PD/PC HPHIdan dalam pelaksanaannya
dilakukan ditempat PD/PC HPHI yang bersangkutan
e. Rapat Umum dimaksud pada ayat 2 (dua) dapat dilaksanakan di Pusat maupun di
Daerah / Cabang
f. Biaya yang timbul dibebankan pada penyelenggara masing masing PP/PD/PC
HPHI
BAB IV
SUSUNAN DAN KEPENGURUSAN
Pasal 19
Susunan Organisasi
1. Pengurus Pusat HPHI meliputi seluruh Provinsi Indonesia dan berkedudukan di
Ibukota Propinsi.
2. Pengurus Daerah meliputi Provinsi, Daerah Istimewa, Daerah Khusus Ibu Kota
dan berkedudukan di ibukota Provinsi, Daerah Istimewa, Daerah Khusus Ibukota
3. Pengurus Cabang meliputi Kabupaten/Kota dan berkedudukan di ibukota
Kabupaten / Kota yang memiliki anggota sekurang – kurangnya 50 orang.
Pasal 20
Pengurus Pusat
1. Pengurus Pusat terdiri dari Pengurus Harian dan Pengurus Pleno
2. Pengurus Harian terdiri dari Ketua Umum, Ketua, Sekretaris Jenderal, Sekretaris,
Bendahara Umum dan Bendahara
3. Pengurus Pleno terdiri dari Pengurus Harian dan para Ketua Bidang serta Anggota
Bidang
4. Komposisi Pengurus Pusat terdiri dari:
a. Ketua Umum
28
1) Ketua I : membidangi Bidang Organisasi, Bidang Hukum, Hubungan
Masyarakat dan Pemberdayaan Politik serta Bidang Pengembangan
kerjasama Dalam dan Luar Negeri
2) Ketua II : membidangi Bidang Pendidikan dan Pelatihan, Bidang
Pelayanan Keperawatan serta Bidang Kesejahteraan
b. Sekretaris Jendral
1) Sekretaris I
2) Sekretaris II
c.
Bendahara Umum
1) Bendahara I
2) Bendahara II
d. Ketua Bidang
1) Ketua Bidang Organisasi
2) Ketua Bidang Hukum, Hubungan Masyarakat
3) Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan
4) Ketua Bidang Pelayanan
5) Ketua Bidang Pengembangan Kerjasama Dalam dan Luar Negeri
6) Ketua Bidang Kesejahteraan
e. Anggota – anggota Bidang
1) Dua anggota Bidang organisasi
2) Dua anggota Bidang Hukum, Hubungan Masyarakat
3) Dua anggota Bidang Pendidikan dan Pelatihan
4) Dua anggota Bidang Pelayanan
5) Dua anggota Bidang Pengembangan Kerjasama Dalam dan Luar Negeri
6) Dua anggota Bidang Kesejahteraan
Pasal 21
Pengurus Daerah
1. Pengurus Daerah terdiri dari Pengurus Harian dan Pengurus Pleno
2. Pengurus Harian terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris,
Bendahara dan Wakil Bendahara
29
3. Pengurus Pleno terdiri dari Pengurus Harian dan para Ketua Bidang serta Anggota
Bidang
4. Komposisi Pengurus Daerah terdiri dari:
a. Ketua
1) Wakil Ketua I : membidangi Bidang Organisasi, Hukum dan
Pemberdayaan Politik dan Bidang Pengembangan kerjasama Humas
2) Wakil Ketua II : membidangi Bidang Pendidikan dan Pelatihan, Bidang
Pelayanan Keperawatan serta Bidang Kesejahteraan
b. Sekretaris
1) Wakil Sekretaris I
2) Wakil Sekretaris II
c. Bendahara
1) Wakil Bendahara I
2) Wakil Bendahara II
d. Ketua – ketua Bidang
1) Ketua Bidang Organisasi dan Hukum
2) Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan
3) Ketua Bidang Pelayanan
4) Ketua Bidang Pengembangan Kerjasama dan Humas
5) Ketua Bidang Kesejahteraan
e. Anggota – anggota Bidang
1) Dua orang anggota Bidang Organisasi dan Hukum
2) Dua orang anggota Bidang Pendidikan dan Pelatihan
3) Dua orang anggota Bidang Pelayanan
4) 4) Dua orang anggota Bidang Pengembangan Kerjasama dan Humas
5) 5) Dua orang anggota Bidang Kesejahteraan
Pasal 22
Pengurus Cabang
1. Pengurus Cabang terdiri dari Pengurus Harian dan Pengurus Pleno
2. Pengurus Harian terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris,
Bendahara dan Wakil Bendahara
30
3. Pengurus Pleno terdiri dari Pengurus Harian dan para Ketua Bidang serta Anggota
Bidang
4. Komposisi Pengurus Cabang terdiri dari:
a. Ketua
1) Wakil Ketua I : membidangi Bidang Organisasi, Hukum dan
Pemberdayaan Politik dan Bidang Pengembangan kerjasama Humas
2) Wakil Ketua II : membidangi Bidang Pendidikan dan Pelatihan, Bidang
Pelayanan Keperawatan serta Bidang Kesejahteraan
b. Sekretaris
1) Wakil Sekretaris I
2) Wakil Sekretaris II
c. Bendahara
1) Wakil Bendahara I
2) Wakil Bendahara II
d. Ketua – ketua Bidang
1) Ketua Bidang Organisasi dan Hukum
2) Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan
3) Ketua Bidang Pelayanan
4) Ketua Bidang Pengembangan Kerjasama dan Humas
5) Ketua Bidang Kesejahteraan
e. Anggota – anggota Bidang
1) Dua orang anggota Bidang Organisasi dan Hukum
2) Dua orang anggota Bidang Pendidikan dan Pelatihan
3) Dua orang anggota Bidang Pelayanan
4) 4) Dua orang anggota Bidang Pengembangan Kerjasama dan Humas
5) 5) Dua orang anggota Bidang Kesejahteraan
BAB V
KEKAYAAN
Pasal 23
1. Besarnya uang registrasi kenggotaan ditetapkan oleh MUNAS
31
2. Besaran uang registrasi bagi anggota baru adalah Rp.100.000,- (seratus ribu
rupiah).
3. Pengalokasian uang registrasi anggota ditetapkan sebagai berikut :
a. Pengurus Pusat sebesar 30%
b. Pengurus Daerah sebesar 30%
c. Pengurus Cabang sebesar 40%
4. Pembagian uang hasil usaha dari unit pelaksana teknis atau usaha – usaha lain
yang mengatasnamakan dan atau menggunakan nama HPHI antara lain:
a. Pelaksana unit usaha yang bersangkutan 75%
b.
Iuran kepada Himpunan sebanyak 25% atau per peserta dengan rincian:
1) Pengurus dimana badan usaha tersebut berada 15%
2) Pengurus Pusat, Darah dan Pengurus Cabang masing – masing 10%
5. Pemasukan dan pengeluaran keuangan organisasi wajib didokumentasikan sesuai
dengan sistem yang berlaku untuk organisasi nirlaba.
6. Pemasukan dan pengeluaran keuangan organisasi wajib dipertangungjawabkan
dalam forum MUNAS / MUSDA / MUSCAB. Musyawarah anggota dan rapat
organisasi.
7. Mekanisme pembayaran secara rinci akan diatur dalam peraturan Himpunan.
BAB IV
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Pasal 24
Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan Pelatihan yang diselenggarakan oleh HPHI terdiri dari :
1.
Pendidikan sertifikasi keperawatan holistic.
2.
Pelatihan untuk memperbaharui kompetensi keperawatan holistic sesuai
perkembangan bukti ilmiah.
32
BAB VII
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 25
Aturan Tambahan
1. Setiap anggota HPHI dianggap telah mengetahui isi dari Anggaran Dasar dan
Rumah Tangga HPHI
2. Perselisihan dalam penafsiran Anggaran Dasar dan Rumah Tangga HPHI ini
diputuskan oleh Pengurus Pusat.
3. Hal – hal yang belum diatur dalam Anggran Rumah Tangga PPNI ini dimuat di
dalam Peraturan Himpunan sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran
Rumah.
Ditetapkan di : Semarang
Tanggal : … April 2015
33
BAB IV
PENUTUP
Naskah akademik beserta Rancangan AD/ART dan komisi etik Himpunan Perawat
Holistik Indonesia (HPHI) disusun sesuai kaidah organisasi profesi untuk mendapat
perbaikan peserta kongres dan pengesahan oleh PPNI Pusat.
KEPUSTAKAAN
American Holistic Nurses Association. AHNA standards of holistic nursing practice.
Flagstaff (AZ): American Holistic Nurses Association; revised, 2005.
American Holistic Nurses Association. AHNA standards of advanced holistic
nursing
practice for graduate prepared nurses. Flagstaff (AZ): American Holistic Nurses
Association; revised, 2005.
American Nurses Association. Nursing: scope and standards of practice.
Washington, DC: American Nurses Association; 2004.
American Nurses Association. Recognition of a nursing specialty, approval of a
specialty nursing scope of practice statement and acknowledgement of
specialty nursing standards of practice. Washington, DC: American Nurses
Association; 2005.
Hitchcock, J.E, Schubert, P.E., Thomas, S.A.(1999). Community health nursing:
Caring in action. USA: Delmar Publisher.
Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. (2004).Clinical nursing skills: Basic to
advanced skills. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
34
Snyder, M. & Lindquist, R. (2002). Complementary/alternative therapies in nursing.
4th ed. New York: Springer.
Undang Undang Kesehatan no 23 tahun 1992
Undang Undang no 38 tahun 2014 tentang keperawatan
Widyatutik (2008) Terapi komplementer di Indonesia, Jurnal Keperawatan
Indonesia, Volume 12, No. 1, Maret 2008; hal 53-57
Semarang, 27 Maret 2015
Forkom Perawat Holistik Indonesia
Ketua
Mardiyono,MNS, PhD
35
Download