NASKAH AKADEMIK HIMPUNAN PERAWAT HOLISTIK INDONESIA (HPHI) PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 2015 Sekretariat : Fakultas Kedokteran Departemen Keperawatan, Jln. Professor Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275 Contact Person: 1. Suhartini, S. Kp., MNS, Ph.D (081288439996) 2. Ns. Ady Irawan. AM, S. Kep., MM (085267160618) 0 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan layanan kesehatan komplementer menjadi bagian penting dalam pelayanan kesehatan di negara maju dan negara berkembang. Salah satu alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu adanya harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi holistik. Alasan lainnya karena klien ingin terlibat untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya. Sejumlah 82% klien melaporkan adanya reaksi efek samping dari pengobatan konvensional yang diterima menyebabkan memilih terapi komplementer. Alasan lainnya karena klien ingin terlibat untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya. Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat. Pemilihan layanan ini membuka wawasan masyarakat tentang apa dan bagaimana layanan kesehatan holistik baik melalui media cetak maupun media internet. Masyarakat ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi komplementer. Di negara maju, layanan holistik telah terintegrasikan dengan sistem kesehatan nasional bahkan pendidikan kesehatan, hal inipun di dukung hasil penelitian yang semakin marak tentang keperawatan komplementer. Bentuk terapi yang digunakan dalam terapi komplementer ini beragam sehingga disebut juga dengan terapi holistik. Terminologi kesehatan holistik mengacu pada integrasi secara menyeluruh dan mempengaruhi kesehatan, perilaku positif, memiliki tujuan hidup, dan pengembangan spiritual . Terapi komplementer dapat diterapkan dalam berbagai level pencegahan penyakit berupa promosi kesehatan, pencegahan penyakit ataupun rehabilitasi. 1 Hak pasien dalam memperoleh pelayanan kesehatan optimal terdapat dalam UU Kesehatan no 23 tahun 1992 pasal 14. Perawat mempunyai wewenang melakukan praktik keperawatan holistik baik secara mandiri maupun terintegrasi dengan layanan kesehatan di rumah sakit (UU no 38 tahun 2014.). Tantangan keperawatan kedepan adalah mengintegrasikan keperawatan holistik ke dalam sistem kesehatan nasional, meningkatkan kuantitas dan kualitas ilmu pengetahuan dan ketrampilan keperawatan holistik yang didukung hasil penelitian. Berdasarkan latar belakang diatas, perlu wadah berupa Himpunan Perawat Holistik Indonesia (HPHI) untuk menampung aspirasi dan mengelola keperawatan holistik sehingga berkembang pesat sesuai tuntunan masyarakat di Indonesia. B. Tujuan dan Manfaat 1.1.1. Tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia dengan layanan keperawatan holistik. 1.1.2. Manfaat 1.1.2.1.Bagi Masyarakat Mendapatkan hak layanan kesehatan menyeluruh secara optimal sesuai pilihan melalui layanan keperawatan holistik. 1.1.2.2.Bagi Perawat Meningkatkan jejaring layanan keperawatan holistik Meningkatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan tentang keperawatan holistik yang didukung hasil penelitian. 1.1.2.3.Bagi Organisasi PPNI Mengintegrasikan layanan keperawatan holistik dalam sistem kesehatan nasional. C. Landasan Ilmiah 1. Pengertian Keperawatan Holistik Keperawatan holistik adalah pelayanan kesehatan dengan lebih memperhatikan keutuhan aspek kehidupan sebagai manusia yang meliputi 2 biologis, psikologis, kognisi, social, kultural dan spiritual yang saling mempengaruhi. Keutuhan tersebut diharapkan menghasilkan harmoni dan keseimbangan dalam kehidupan. Secara filosofis, keperawatan holistik adalah cara pandang untuk menghormati bahwa manusia adalah unik, terlepas dari siap dan apa mereka dalam kehidupan di dunia dunia, cara berada di dunia, Pengetahuan untuk praktek keperawatan holistik berasal dari teori teori keperawatan lain yang telah ada, yang merupakan bahasan dari sistem penyembuhan dan pendekatan. Perawat holistik memasukkan keperawatan konvensional dan komplementer / alternatif modalitas (CAM) dan intervensi dalam praktek keperawatan mandiri. 2. Nilai-nilai utama dalam keperawatan holistik. Nilai nilai utama dalam keperawatan holistik adalah: 1. Philosophy, Theory, and Ethics 2. Holistic Caring Process 3. Holistic Communication, Therapeutic Environment, and Cultural Diversity 4. Holistic Education and Research 5. Holistic Nurse Self-Care 3. Standar dan lingkup keperawatan holistik Standar dan lingkup keperawatan holistik adalah sebagai berikut: - Standar 1. Pengkajian : Perawat holistik mengumpulkan data komprehensif yang berkaitan dengan kesehatan atau situasi seseorang. - Standard 2. Standar 2. DIAGNOSIS ATAU KESEHATAN ISU: Perawat holistik menganalisis data penilaian untuk menentukan diagnosis atau masalah yang diungkapkan sebagai aktual atau potensial pola / masalah / kebutuhan yang berkaitan dengan kesehatan, kesehatan, atau penyakit. - Standar 3: HASIL IDENTIFIKASI: Perawat mengidentifikasi hasil untuk rencana individual kepada orang atau situasi. Perawat holistik menghargai evolusi dan proses penyembuhan seperti yang drencanakan. - Standar 4. PERENCANAAN: Perawat holistik mengembangkan rencana yang mengidentifikasi strategi dan alternatif untuk mencapai hasil. 3 - Standar 5. PELAKSANAAN: perawat holistik melaksanakan tindakan dalam kemitraan dengan orang sesuai dengan rencana yang diidentifikasi, meliputi koordinasi perawatan, pendidikan dan promosi kesehatan, konsultasi, prekristif autoritas dan pengobatan - Standar 6: EVALUASI: Perawat terdaftar holistik mengevaluasi kemajuan terhadap pencapaian hasil sementara; mengakui dan menghormati terus sifat holistik dari proses penyembuhan. - Standard 7: KUALITAS PRAKTEK: Perawat holistik sistematis meningkatkan kualitas dan efektivitas praktik keperawatan holistik - Standar 8: PENDIDIKAN: Perawat holistik mencapai pengetahuan dan kompetensi yang mencerminkan praktik keperawatan saat ini. - Standar 9: EVALUASI PRAKTEK PROFESIONAL: perawat holistik mengevaluasi praktik keperawatannya sendiri dalam kaitannya dengan standar praktek profesional dan pedoman, terkait undang-undang, dan peraturan. Praktek Perawat holistik terdaftar mencerminkan penerapan pengetahuan, standar praktik, pedoman, undang-undang, dan peraturan saat ini. - Standar 10: KOLEGIALITAS: Perawat holistik berinteraksi dengan dan memberikan kontribusi untuk pengembangan profesional rekan-rekan dan kolega. - Standar 11: KERJA SAMA: Perawat terdaftar holistik bekerja sama dengan orang, keluarga, dan lain-lain dalam melakukan praktek keperawatan holistik. - Standar 12: ETIKA: Perawat holistik mengintegrasikan ketentuan etika di semua bidang praktek. - Standar 13: PENELITIAN: Perawat holistik mengintegrasikan penelitian dalam praktek. - Standar 14: SUMBERDAYA mempertimbangkan faktor PENGGUNAAN: yang berhubungan Perawat dengan holistik keamanan, efektivitas, biaya, dan dampak pada praktek dalam perencanaan dan pemberian layanan keperawatan. - Standar 15: KEPEMIMPINAN: Perawat holistik menyediakan kepemimpinan dalam pengaturan praktek profesional dan profesi. 4 4. Jenis Keperawatan Holistik National Center for Complementary/Alternative Medicine (NCCAM) membuat klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem pelayanan dalam lima kategori. a. Mind-body therapy yaitu memberikan intervensi dengan berbagai teknik untuk memfasilitasi kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi tubuh misalnya perumpamaan (imagery), yoga, terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback, humor, tai chi, dan terapi seni. b. Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yang mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis berbeda dari Barat misalnya pengobatan tradisional Cina, Ayurvedia, pengobatan asli Amerika, cundarismo, homeopathy, naturopathy. c. Terapi biologis yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilnya misalnya herbal, makanan). d. Terapi manipulatif dan sistem tubuh. Terapi ini didasari oleh manipulasi dan pergerakan tubuh misalnya pengobatan kiropraksi, macam-macam pijat, rolfing, terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi. e. Terapi energi yaitu terapi yang fokusnya berasal dari energi dalam tubuh (biofields) atau mendatangkan energi dari luar tubuh misalnya terapetik sentuhan, pengobatan sentuhan, reiki, external qi gong, magnet. berupa kombinasi antara biofield dan bioelektromagnetik (Snyder & Lindquis, 2002). 5 3. Peran Perawat dalam Layanan Kesehatan Holistik Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan peneliti, pemberi pelayanan langsung, koordinator dan sebagai advokat. 3.1. Peran Konselor Perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil keputusan. 3.2. Peran pendidik kesehatan Perawat dapat menjadi pendidik bagi perawat di sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia dengan lebih dahulu mengembangkan kurikulum. 3.3 Peneliti Melakukan berbagai penelitian yang dikembangkan dari hasil hasil evidencebased practice. 3.4. Peran Pemberi pelayanan langsung Praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi komplementer erawat lebih banyak berinteraksi dengan klien sehingga peran koordinator dalam terapi komplementer juga sangat penting. Perawat dapat mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter yang merawat dan unit manajer terkait. Sedangkan 3.5. Peran advokat Perawat berperan untuk memenuhi permintaan kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin diberikan termasuk perawatan alternatif 6 BAB II ASAS-ASAS DALAM PENYUSUNAN AD/ART HPHI Perawat professional mempunyai wewenang melakukan praktik keperawatan holistik baik secara mandiri maupun terintegrasi dengan layanan kesehatan di rumah sakit (UU no 38 tahun 2014.). Tantangan keperawatan kedepan adalah mengintegrasikan keperawatan holistik ke dalam sistem kesehatan nasional, meningkatkan kuantitas dan kualitas ilmu pengetahuan dan ketrampilan keperawatan holistik yang didukung hasil penelitian. Pasien mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan optimal terdapat dalam UU Kesehatan no. 23 th 1992 pasal 14. AD PPNI mengatur dalam pembentukan Himpunan sesuai rumpun keilmuan dan spesialisasi keperawatan. Keperawatan holistik berkembang sangat pesat baik di dunia internasional dan di Indonesia. Himpunan Perawat Holistik Indonesia perlu dibentuk di tingkat nasional dengan disertai penyusunan draf AD/ADT. Sistematika draft ANGGARAN DASAR HPHI: MUKADIMAH BAB I : NAMA dan TEMPAT BAB II : LANDASAN, AZAS, dan TUJUAN BAB III : SIFAT, PERAN, DAN FUNGSI BAB IV : KEANGGOTAAN BAB V : STRUKTUR DAN KEKUASAAN HIMPUNAN BAB VI : KEWENANGAN DAN KUAJIBAN BAB VII : SEMINAT KEPERAWATAN HOLISTIK BAB VIII : KODE ETIK DAN TATA LAKU PROFESI BAB IX : KEUANGAN DAN KEKAYAAN HIMPUNAN BAB X : PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN HIMPUNAN BAB XI : ATURAN TAMBAHAN 7 Sistematika draft ANGGARAN RUMAH TANGGA HPHI: BAB I : KETENTUAN UMUM BAB II : KEANGGOTAAN BAB III : MUSYAWARAH DAN RAPAT BAB IV : SUSUNAN KEPENGURUSAN BAB V : KEKAYAAN BAB VI : PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAB VII : ATURAN TAMBAHAN 8 BAB III MATERI DRAF AD/ART HPHI A. DRATF ANGGARAN DASAR HPHI MUKADIMAH Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling sempurna dan di beri potensi untuk bisa mengembangkan diri dalam mengisi cita-cita Proklamasi Kemerdekaan negara Kesatuan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, yaitu membangun masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila & UUD 45, juga merupakan komitmen dan tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia yang dalam hal ini termasuk HPHI (himpunan perawat holistik Indonesia). Seiring peningkatan tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan sesuai dengan perkembangan Ilmu dan Tekhnologi (IPTEK), menuntut adanya tenaga perawat holistik yang profesional dalam bidang pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan holistik untuk membentuk suatu himpunan yang melindungi, mengayomi, membina dan mengembangkan komunitas keperawatan di Indonesia sebagai sarana yang kuat bagi komunitas keperawatan holistik serta peduli terhadap asuhan keperawatan professional yang berkualitas bagi kepentingan masyarakat dan ikut serta dalam peningkatan kesejahteraan komunitas keperawatan holistik Indonesia. Sebagai landasan untuk mencapai keinginan tersebut, disusunlah pedoman himpunan yakni dalam bentuk Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HPHI ( himpunan Perawat Holistik Indonesia ) . 9 BAB I NAMA,KEDUDUKAN DAN WAKTU Pasal 1 Nama Himpunan Himpunan ini bernama himpunan perawat holistik Indonesia dan disingkat HPHI. Pasal 2 Bentuk Himpunan Himpunan ini berbentuk himpunan sebagai wadah yang menghimpun perawat holistik seluruh Indonesia di bawah PPNI, kedaulatan tertinggi ditangan anggota melalui Kongres Nasional. Pasal 3 Waktu Pendirian HPHI didirikan di Semarang pada tanggal 19 April 2015 untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. Pasal 4 Kedudukan Himpunan ini berkedudukan di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Pengurus Pusat berada di Propinsi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pengurus Daerah di Ibu kota Propinsi dan Pengurus Kota / Kabupaten di Ibu kota Kabupaten Pasal 5 Lambang dan logo Himpunan Lambang himpunan mencerminkan bahwa perawat holistik indonesia selalu siap bekerja sepenuh hati dalam melaksanakan asuhan keperawatan holistik kepada pasien secara professional berdasarkan bukti ilmiah dengan penuh tanggung jawab dan tanggung gugat serta senantiasa mengembangkan diri dalam ilmu keperawatan dan ketrampilan dengan memanfaatkan kearifan budaya demi tercapainya kehidupan masyarakat yang sehat, adil dan makmur. 10 BAB II LANDASAN , ASAS, DAN TUJUAN Pasal 6 Landasan Himpunan perawat holistik Indonesia ini Berdasarkan Pancasila dan undang undang dasar 45 Pasal 7 Azaz Himpunan perawat holistik Indonesia ini berazaskan kaidah organisasi profesi, nilainilai profesi dan kode etik keperawatan Indonesia Pasal 8 Tujuan a. Menghimpun dan menyatukan seluruh Ners - perawat Indonesia yang bekerja dan mengabdikan diri dalam bidang keperawatan berbasis holistik di Indonesia. b. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan holistik dengan cara Memadukan segenap potensi perawat holistiK Indonesia c. Meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan keperawatan berbasiskeperawatan holistik dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. d. Mengembangkan karier dan prestasi kerja Ners – perawat Herbal sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan Ners – perawat holistik di Indonesia. e. meningkatkan harkat, martabat dan kehormatan diri dan profesi keperawatan f. Memfasilitasi dan melindungi anggota dalam menggunakan hak politik dan hukum. g. Meningkatkan derajat kesehatan rakyat Indonesia menuju masyarkat sehat dan sejahtera. h. Meningkatkan hubungan kerjasama dengan himpunan, lembaga dan institusi lain baik di dalam negeri maupun di luar negeri. 11 BAB III SIFAT,PERAN DAN FUNGSI Pasal 9 Sifat Sifat HPHI adalah organisasi perawat holistic yang menghimpun para perawat yang memiliki kemampuan atau sertifikat , yang bersifat independen, nirlaba, dijiwai oleh sumpah perawat dan kode etik perawat indonesia Pasal 10 Peran a. HPHI berperan sebagai regulator anggota himpunan dengan fungsi : sertifikasi pelatihan/pendidikan, standarisasi praktek profesional dan registrasi anggota Himpunan Ners – perawat holistik Indonesia. b. c. HPHI berperan sebagai penata kehidupan profesi Ners – perawat Holistik. HPMI berperan sebagai fasilitator dalam merespon peningkatan IPTEK holistik ,kesejahteraan dengan pengembangan karier dan sistem penghargaan, pemasaran dan pengembangan usaha. d. HPHI berperan menyuarakan aspirasi kebutuhan masyarakat akan pelayanan Keperawatan berbasis holistik kepada pihak-pihak terkait. Pasal 11 Fungsi Fungsi HPHI adalah : a. Membina dan mengembangkan kemampuan bagi para anggota b. Memelihara dan membina terlaksananya sumpah perawat dan kode etik perawat Indonesia c. Meningkatkan mutu pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu keperawat an holistic, serta ilmu-ilmu yang berhubungan dengan itu. d. Memperjuangkan dan mememlihara kepentingan serta kedudukan perawat holistic di Indonesia sesuai dengan harkat dan martabat profesi e. Bermitra dengan pemerintah dalam pengembangan kebijakan dan dalam programprogram kesehatan f. Membantu masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatannya 12 g. Mengadakan hubungan kerjasama dengan badan-badan lain yang mempunyai tujuan yang sama atau selaras, pemerintah atau swasta di dalam negeri atau di luar negeri h. Melaksanakan usaha-usaha untuk kesejahteraan anggota i. Melaksanakan usaha lain yang berguna untuk mencapai tujuan sepanjang tidak bertentangan dengan sifat dan dasar himpunan BAB IV KEANGGOTAAN Pasal 12 Jenis Keanggotaan AnggotaHPHIterdiri dari: 1. Anggota biasa 2. Anggota khusus 3. Anggota kehormatan BAB V STRUKTUR DAN KEKUASAAN HIMPUNAN Pasal 13 Susunan himpunan Susunan himpunan terdiri dari organisasi tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota/gabungan kabupaten dan/atau kota Pasal 14 Susunan pengurus Susunan pengurus himpunan terdiri dari: a. Pengurus Pusat (PP) b. Pengurus Daerah (PD) c. Pengurus Cabang (PC) 13 Pasal 15 Masa Kepengurusan a. Pengurus Himpunan Perawat holistic Indonesia /HPHI dipilih untuk masa bakti 5 (Lima) tahun b. Ketua Umum, Ketua Pengurus daerah, Ketua Pengurus cabang hanya dapat dipilih untuk 2 (dua) periode kepengurusan berturut-turut BAB VI KEWENANGAN DAN KUAJIBAN Pasal 16 Wewenang 1. Pengurus Pusat /PP adalah pelaksana himpunan tertinggi yang bersifat kolektif dan kolegial di tingkat pusat dalam melaksanakan tugasnya pengurus pusat berwenang: a. Menentukan dan melaksanakan kebijakan himpunan ditingkat nasional berdasarkan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, Garis-Garis Besar Program Kerja, Keputusan Musyawarah Nasional, hasil rapat tingkat nasional serta peraturan organisasi lainnya b. Menentukan dan mensyahkan kompetensi perawat holistic indonesia c. Bertindak untuk dan atas nama himpunan secara nasional dalam mewakili himpunan baik di dalam maupun luar negeri d. Kebijakan dinyatakan sah bila ditandatangani oleh ketua umum dan Sekretaris Umum e. Mewakili himpunan di dalam maupun di luar pengadilan f. Mensyahkan kepengurusan Daerah 2. Pengurus Daerah berwenang dalam melaksanakan tugasnya pengurus daerah berwenang: a. Menentukan dan melaksanakan kebijaksanaan himpunan diwilayah kerjanya berdasarkan Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga, Garis-Garis Besar 14 Program Kerja, Keputusan Musyawarah nasional, dan hasil rapat tingkat nasional maupun tingkat daerah serta peraturan organisasi lainnya b. Mensyahkan dan melantik kepengurusan Cabang 3. Pengurus Cabang /PCadalah badan pelaksana himpunan yang bersifat kolektif di Kabupaten / Kota berwenang: a. Menentukan kebijaksanaan himpunan diwilayah kerjanya berdasarkan Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga, Garis-Garis Besar Program Kerja, Keputusan Musyawarah nasional, Daerah, cabang dan hasil rapat tingkat nasional, daerah dan cabang serta peraturan organisasi lainnya Pasal 16 Kuajiban 1. Pengurus Pusat HPHI berkewajiban a. Memberikan pertanggungjawaban organisasi pada musyawarah nasional b. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan organisasi berdasarkan Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga, Garis-Garis Besar Program Kerja, Keputusan Musyawarah Nasional, hasil rapat tingkat nasional serta peraturan organisasi lainnya c. Melaksanakan pembinaan organisasi secara berjenjang d. Pengurus Daerah/ PD adalah badan pelaksana organisasi yang bersifat kolektif di provinsi 2. Pengurus Daerah berkewajiban a. Memberikan pertanggungjawaban organisasi pada musyawarah daerah b. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijaksanaan organisasi diwilayah kerjanya berdasarkan Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah nasional dan hasil rapat tingkat nasional, maupun daerah serta peraturan organisasi lainnya 3. Pengurus Cabang berkewajiban a. Memberikan pertanggungjawaban pada musyawarah cabang 15 b. Melaksanakan segala ketentuan kebijaksanaan organisasi berdasarkan Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga, Garis-Garis Besar Program Kerja BAB VII SEMINAT KEPERAWATAN HOLITIK Pasal 17 Seminat Perawat Holistik 1. HPHI dalam melaksanakan visi dan misinya dapat membentuk seminat perawat holistic. 2. Pendirian Seminat Perawat Holistik di Seluruh Wilayah Negara RI wajib mendapatkan ijin dan pengesahan dari pengurus pusat HPHI 3. Seminat Perawat Holistik menyelenggarakan berbagai kegiatan yang meningkatkan Profesionalisme perawat holistik sesuai bidang seminatnya. BAB VIII KODE ETIK DAN TATA LAKU PROFESI Pasal 18 Kode etik dan tata laku profesi 1. Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan perawat holistik dalam bentuk apapun yang mengatasnamakan HPHI harus sepengetahuan himpunan setingkat diatasnya. 2. Setiap pembentukan organisasi seminat perawat holistik harus sepengetahuan dan mendapat ijin dari HPHI. 16 BAB IX KEUANGAN DAN KEKAYAAN HIMPUNAN Pasal 19 Sumber Keuangan 1. Uang Pangkal Anggota 2. Uang iuran dari Anggota 3. Usaha-usaha lain yang sah 4. Sumbangan-sumbangan lainnya yang tidak mengikat Pasal 20 Kekayaan Himpunan Kekayaan organisasi terdiri atas: 1. Kekayaan tidak bergerak 2. Kekayaan bergerak yang digunakan untuk kegiatan organisasi BAB X PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN HIMPUNAN Pasal 21 Perubahan Anggaran Dasar Peruabahan AD hanya dapat dilakukan melalui musyawarah nasional. Pasal 22 Perubahan Himpunan 17 1. Perubahan himpunan hanya dapat dilakukan didalam suatu Musyawarah Nasional yang khusus untuk itu dengan ketentuan memenuhi Quorum atau melalui kongres nasional atau kongres luar biasa dengan usulan dari pengurus daerah minimum 50 % + 1 dari total pengurus daerah yang ada 2. Dalam hal organisasi dibubarkan maka kekayaan himpunan diserahkan/ dihibahkan kepada PPNI pusat. BAB XI ATURAN TAMBAHAN Pasal 23 Aturan tambahan a. Hal-hal yang belum ditetapkan dalam anggaran dasar ini diatur lebih lanjut dalam anggaran rumah tangga, dan peraturan himpunan. b. Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan 18 B. DRAFT ANGGARAN RUMAH TANGGA HPHI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Keperawatan Holistik 1. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian internal dari pelayanan kesehatan, yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio, psiko, sosiokultural dan spiraitual yang komprehensif, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan atau mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. 2. Keperawatan holistik adalah pelayanan professional yang didasarkan ilmu dan keperawatan alternatif dan atau komplementer berbentuk pelayanan biologis, psikologis, kognisi, social, kultural dan spiritual yang saling mempengaruhi baik sehat dan sakit yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. 3. Perawat holistik adalah seseorang yang menempuh pendidikan formal keperawatan dan dinyatakan lulus oleh Program Pendidikan yang syah dan menjadi anggota PPNI yang berkompeten dalam keperawatan alternatif dan atau komplementer berbentuk pelayanan biologis, psikologis, kognisi, social, kultural dan spiritual yang saling mempengaruhi baik sehat dan sakit yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. BAB II KEANGGOTAAN Pasal 2 Persyaratan Anggota 1. Anggota Biasa: a. Anggota PPNI yang mempunyai kompetensi keperawatan holistik. b. Menyatakan diri untuk menjadi anggota HPHI melalui proses pendaftaran anggota pada pengurus daerah dan atau Kabupaten 19 c. Mengisi dan menandatangani surat persetujuan bersedia mengikuti dan mentaati Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga (AD / ART) HPHI d. Bersedia aktif mengikuti kegiatan yang dilaksanakan HPHI dan atau seminat keperawatan holistik. 2. Anggota Khusus: a. Perawat yang mempunyai perhatian perkembangan kepada HPHI dan keperawatan holistik. b. Menyatakan diri untuk menjadi anggota HPHI melalui proses pendaftaran anggota pada pengurus daerah dan atau Kabupaten c. Mengisi dan menandatangani surat persetujuan bersedia mengikuti dan mentaati Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga (AD / ART) HPHI 3. Anggota Kehormatan: a. Anggota bukan perawat dan berjasa terhadap perkembangan keperawatan holistik Indonesia dan atau HPHI. b. Menyatakan diri untuk menjadi anggota HPHI melalui proses pendaftaran anggota pada pengurus pusat atau daerah. c. Mengisi dan menandatangani surat persetujuan bersedia mengikuti dan mentaati Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga (AD / ART) HPHI. Pasal 3 Tata Cara Penerimaan Anggota 1. Anggota Biasa dan Khusus: a. Mendaftarkan diri untuk menjadi anggota PPNI di Sekretariat Pengurus daerah dan atau Kabupaten / Kota dan atau Pengurus PPNI Perwakilan Luar Negeri b. Mengisi dan menandatangani Formulir pendaftaran anggota, formulir kesediaan mengikuti kegiatan HPHI dan mentaati AD / ART serta formulir kesediaan mentaati Kode Etik Perawat holistic Indonesia c. Pengurus Daerah atau Kabupaten / Kota dapat menerima calon anggota tersebut apabila telah memenuhi persyaratan yang telah diperlukan d. Pengurus Daerah atau Kabupaten / Kota dan atau Pengurus PPNI Perwakilan Luar Negeri mengusulkan diterbitkannya Nomor Induk Anggota (NIRA PPNI 20 ditambah nomor HPHI) dan kartu anggota bagi anggota yang telah diterima kepada Pengurus Pusat 2. Anggota Kehormatan a. Diusulkan oleh pengurus pusat atau daerah atau Kabupaten / Kota beserta data pendukung bahwa yang berjasa bagi keperawatan holistikIndonesia dengan persetujuan Pengurus Pusat HPHI. b. Pengurus Pusat mengadakan rapat pleno khusus untuk membahas usulan calon anggota kehormatan yang diusulkan. c. Pleno Pengurus Pusat, dapat menerima atau menolak usulan tersebut d. Apabila usulan diterima, maka Pengurus Pusat wajib mengundang calon anggota kehormatan tersebut untuk mengikuti acara pengesahan dalam forum Musyawarah Nasional dan atau Rapat Kerja Nasional e. Anggota kehormatan yang telah disahkan, akan diberikan nomor induk anggota kehormatan dan Kartu Anggota kehormatan oleh Pengurus Pusat Pasal 4 Syarat - Syarat Pembuatan NIRA 1. PP (pengurus pusat) HPHI berwenangan memberi NIRA dan PD berwenang membuat kartu anggota dengan nomor registrasi dari KTA HPHI berlaku selama 5 (lima) tahun. Pasal 5 Kuajiban Anggota 1. Menjunjung tinggi, mentaati dan mengamalkan Sumpah perawat holistik, Kode Etik Keperawatan Indonesia, Anggaran Rumah Tangga dan semua peraturan serta Keputusan HPHI. 2. Membayar uang registrasi, kecuali anggota kehormatan. 3. Mengikuti kegiatan rapat, pertemuan ilmiah, peningkatan mutu anggota HPHI. 4. Menyampaikan usul-usul dan saran-saran untuk mencapai tujuan yang digariskan dalam program kerja 5. Memelihara kerukunan dalam himpunan secara konsekuen dan konsisten pada hal-hal yang bersifat positif 21 6. Setiap calon anggota yang akan menjadi anggota dan perpanjang anggota dengan membayar uang registrasi. Pasal 6 Hak Anggota 1. Anggota biasa berhak untuk mengajukan pendapat, usul atau pertanyaan baik lisan maupun tertulis kepada pengurus HPHI, mengikuti seluruh kegiatan himpunan, memilih dan dipilih sesuai jenjang kepengurusan organisasi. 2. Anggota khusus dan kehormatan berhak untuk mengajukan pendapat, usul atau pertanyaan, baik lisan maupun tertulis kepada pengurus PPNI, mengikuti seluruh kegiatan organisasi, tapi tidak berhak dipilih. 3. Setiap anggota berhak mendapat kesempatan menambah atau mengembangkan ilmu dan keterampilan keperawatan holistic yang diselenggarakan HPHI. 4. Setiap anggota berhak mendapat perlindungan dan pembelaan dalam melaksanakan tugas professional apabila memenuhi: a. Ketentuan HPHI. b. AD / ART c. Kode Etik Keperawatan Holistik Indonesia d. Standar Kompetensi keperawatan holistik e. Standar Praktik keperawatan holistic f. Peraturan dan perundang – undangan yang berlaku. Pasal 7 Pembelaan 1. Anggota HPHI bermasalah dengan praktek keperawatan holistik dengan profesi lain dan atau hukum mendapat pembelaan dari pengurus daerah atau pusat HPHI dan PPNI. Pasal 8 Sangsi 1. Anggota yang tidak melaksanakan kuajiban himpunan diberi sangsi oleh pengurus HPHI daerah atau pusat. 22 2. Jenis sangsi diberikan berupa: a. Teguran lisan b. Teguran tertulis c. Sangsi etika d. Pemberhentian sebagai anggota Pasal 9 Pemberhentian Anggota 1. Anggota berhenti atau hilang keanggotaannya karena: a. Meninggal dunia b. Permintaan sendiri secara tertulis c. Diberhentikan oleh Pimpinan Pusat melalui rapat pengurus baik di tingkat Pusat, Daerah maupun Cabang setelah terbukti berbuat hal-hal yang merugikan himpunan 2. Tata cara pemberhentian dan hak membela diri anggota diatur dalam peraturan himpunan Pasal 10 Pengkaderan 1. Demi kesinambungan kepengurusan HPHI, maka dibina kader – kader kepemimpinan HPHI. 2. Kader – kader yang akan dipromosikan telah disaring dengan kriteria: a. Memiliki prestasi, dedikasi dan loyal terhadap HPHI. b. Mempunyai kemampuan pengetahuan, pengalaman dalam kepemimpinan dalamHPHI. c. Tidak pernah melakukan perbuatan norma etika himpunan dan melanggar hukum perdata dan pidana. 23 BAB III MUSYAWARAH DAN RAPAT RAPAT Pasal 11 Musyawarah Nasional/MUNAS 1. Musyawarah Nasional (MUNAS) merupakan pemegang kedaulatan dan pelaksanaan kekuasaan tertinggi himpunan 2. Musyawarah Nasional diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali dan dihadiri oleh: a. PP HPHI b. PD HPHI c. PC HPHI d. Seminat dibawah HPHI 3. Musyawarah Nasional /MUNAS berwenang untuk: a. Menetapkan atau mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HPHI b. Menilai laporan pertanggung jawaban PP HPHI c. Menetapkan rencana jangka panjang HPHI d. Memilih dan menetapkan Ketua Umum 4. Penundaan Musyawarah Nasional mengikuti aturan sebagai berikut a. Musyawarah Nasional paling lama 6 (enam) bulan atas persetujuan pengurus PP HPHI b. Apabila setelah ditunda 6 (enam) bulan ternyata tidak dapat dilaksanakan musyawarah nasional, maka atas kesepakatan sekurang-kurangnnya 2/3 dari seluruh pengurus HPHI Daerah dapat dibentuk "Tim independen" dengan tugas melaksanakan Musyawarah Nasional Pasal 12 Musyawarah Nasional Luar Biasa 1. Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat diselenggarakan atas permintaan sekurang-kurangnya 2/3 dari seluruh jumlah pengurus daerah HPHI 2. Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat dilaksanakan bilamana: 24 a. Diperlukan untuk mengganti Ketua Umum b. Himpunan berada dalam keadaan darurat atau keadaan yang membahayakan Persatuan dan Kesatuan dan atau keadaan lainnya yang membahayakan kelangsungan hidup himpunan c. Apabila tidak diselenggarakan Musyawarah nasional Luar Biasa dalam waktu 2 (dua) bulan sejak permintaan maka atas kesepakatan sekurang-kurangnya 2/3 dari seluruh pengurus HPHI dapat dibentuk Tim Independen dengan tugas melaksanakan Musyawarah Nasional Luar Biasa Pasal 13 Musyawarah Daerah/MUSDA 1. Musyawarah Daerah dilakukan 5 (lima) tahun sekali dan dihadiri oleh: a. Utusan PP HPHI b. PD HPHI c. PC HPHI dan/atau perwakilan dari rumah sakit di daerah tersebut 2. Musyawarah Daerah berwenang untuk: a. Menilai laporan pertanggung jawaban PD HPHI b. Menetapkan rencana kerja jangka panjang daerah sebagai penjabaran dari rencana kerja jangka panjang Himpunan c. Memilih dan menetapkan ketua PD HPHI Pasal 14 Musyawarah Cabang/MUSCAB 1. Musyawarah Cabang dilakukan 5 (lima) tahun sekali dan dihadiri oleh a. Utusan PD HPHI b. Perwakilan Rumah Sakit di wilayah kerja nya 2. Musyawarah Cabang berwenang untuk: a. Menilai laporan pertanggung jawaban pengurus PC HPHI 25 b. Menetapkan rencana kerja jangka panjang cabang sebagai penjabaran dari rencana kerja jangka panjang Himpunan c. Memilih dan menetapkan ketua PC HPHI Pasal 15 Rapat Kerja Nasional/RAKERNAS a. Rapat Kerja Nasional mempunyai tugas mengevaluasi dan menilai serta merekomendasikan program himpunan yang dilaksanakan oleh seluruh perangkat himpunan b. Rapat Kerja Nasional berwenang menetapkan pedoman tindak lanjut pelaksanaan program himpunan c. Rapat Kerja Nasional dilakukan minimal 6 bulan setelah kepengurusan di sah kan dan sekurang-kurangnya 2 kali periode kepengurusan d. Rapat Kerja Nasional diikuti oleh : 1) PP HPHI 2) PD HPHI 3) PC HPHI e. Rapat Kerja Nasional dipimpin oleh PP HPHI f. Rapat Kerja Nasional adalah forum evaluasi, konsultasi dan informasi dalam rangka mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan rencana kerja himpunan Pasal 16 Rapat Kerja Daerah/RAKERDA 1. Rapat Kerja Daerah adalah forum evaluasi, konsultasi dan informasi dalam rangka mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan rencana kerja di tingkat daerah b. Rapat Kerja Daerah diikuti 1) PD HPHI 2) PC HPHI dan/atau utusan rumah sakit di wilayah kerja nya 26 c. Rapat Kerja Daerah dilakukan minimal 6 bulan setelah kepengurusan di sah kan dan sekurang-kurangnya 2 kali periode kepengurusan d. Rapat Kerja Daerah dipimpin oleh ketua PD HPHI Pasal 17 Rapat Kerja Cabang/RAKERCAB 1. Rapat Kerja Cabang adalah forum evaluasi, konsultasi dan informasi dalam rangka mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan rencana kerja di tingkat cabang 2. Rapat Kerja Cabang diikuti a. PC HPHI b. Anggota HPHI ,dan perwakilan Rumah Sakit 3. Rapat Kerja Cabang dilakukan minimal 6 bulan setelah kepengurusan di sah kan dan sekurang-kurangnya 2 kali periode kepengurusan 4. Rapat Kerja Cabang dipimpin oleh ketua PC HPHI Pasal 18 Rapat Umum Pengurus a. Rapat Umum Pengurus diselenggarakan untuk: 1) Pemberhentian atau pergantian pengurus PP HPHI 2) Pembehentian atau pergantian pengurus PD/PC HPHI b. Rapat Pengurus yang diselenggarakan sebagaimana disebut pada ayat 1 (satu) butir a dan b dihadiri oleh sekurang-kurangnya dihadiri 2/3 dari seluruh pengurus PP HPHIsekurang-kurangnya dihadiri 2/3 dari seluruh pengurus PD/PC HPHI c. Pengangkatan pengurus sebagai pengganti pengurus yang diberhentikan dilakukan pada Rapat Umum Pengurus d. Pengangkatan Pengurus inti cabang (Ketua dan Wakil Ketua) dipimpin utusan pengurus PP HPHI dengan cara pemilihan umum para anggota PD/PC HPHI dan 27 calon pengurus diusulkan anggota PD/PC HPHIdan dalam pelaksanaannya dilakukan ditempat PD/PC HPHI yang bersangkutan e. Rapat Umum dimaksud pada ayat 2 (dua) dapat dilaksanakan di Pusat maupun di Daerah / Cabang f. Biaya yang timbul dibebankan pada penyelenggara masing masing PP/PD/PC HPHI BAB IV SUSUNAN DAN KEPENGURUSAN Pasal 19 Susunan Organisasi 1. Pengurus Pusat HPHI meliputi seluruh Provinsi Indonesia dan berkedudukan di Ibukota Propinsi. 2. Pengurus Daerah meliputi Provinsi, Daerah Istimewa, Daerah Khusus Ibu Kota dan berkedudukan di ibukota Provinsi, Daerah Istimewa, Daerah Khusus Ibukota 3. Pengurus Cabang meliputi Kabupaten/Kota dan berkedudukan di ibukota Kabupaten / Kota yang memiliki anggota sekurang – kurangnya 50 orang. Pasal 20 Pengurus Pusat 1. Pengurus Pusat terdiri dari Pengurus Harian dan Pengurus Pleno 2. Pengurus Harian terdiri dari Ketua Umum, Ketua, Sekretaris Jenderal, Sekretaris, Bendahara Umum dan Bendahara 3. Pengurus Pleno terdiri dari Pengurus Harian dan para Ketua Bidang serta Anggota Bidang 4. Komposisi Pengurus Pusat terdiri dari: a. Ketua Umum 28 1) Ketua I : membidangi Bidang Organisasi, Bidang Hukum, Hubungan Masyarakat dan Pemberdayaan Politik serta Bidang Pengembangan kerjasama Dalam dan Luar Negeri 2) Ketua II : membidangi Bidang Pendidikan dan Pelatihan, Bidang Pelayanan Keperawatan serta Bidang Kesejahteraan b. Sekretaris Jendral 1) Sekretaris I 2) Sekretaris II c. Bendahara Umum 1) Bendahara I 2) Bendahara II d. Ketua Bidang 1) Ketua Bidang Organisasi 2) Ketua Bidang Hukum, Hubungan Masyarakat 3) Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan 4) Ketua Bidang Pelayanan 5) Ketua Bidang Pengembangan Kerjasama Dalam dan Luar Negeri 6) Ketua Bidang Kesejahteraan e. Anggota – anggota Bidang 1) Dua anggota Bidang organisasi 2) Dua anggota Bidang Hukum, Hubungan Masyarakat 3) Dua anggota Bidang Pendidikan dan Pelatihan 4) Dua anggota Bidang Pelayanan 5) Dua anggota Bidang Pengembangan Kerjasama Dalam dan Luar Negeri 6) Dua anggota Bidang Kesejahteraan Pasal 21 Pengurus Daerah 1. Pengurus Daerah terdiri dari Pengurus Harian dan Pengurus Pleno 2. Pengurus Harian terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara 29 3. Pengurus Pleno terdiri dari Pengurus Harian dan para Ketua Bidang serta Anggota Bidang 4. Komposisi Pengurus Daerah terdiri dari: a. Ketua 1) Wakil Ketua I : membidangi Bidang Organisasi, Hukum dan Pemberdayaan Politik dan Bidang Pengembangan kerjasama Humas 2) Wakil Ketua II : membidangi Bidang Pendidikan dan Pelatihan, Bidang Pelayanan Keperawatan serta Bidang Kesejahteraan b. Sekretaris 1) Wakil Sekretaris I 2) Wakil Sekretaris II c. Bendahara 1) Wakil Bendahara I 2) Wakil Bendahara II d. Ketua – ketua Bidang 1) Ketua Bidang Organisasi dan Hukum 2) Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan 3) Ketua Bidang Pelayanan 4) Ketua Bidang Pengembangan Kerjasama dan Humas 5) Ketua Bidang Kesejahteraan e. Anggota – anggota Bidang 1) Dua orang anggota Bidang Organisasi dan Hukum 2) Dua orang anggota Bidang Pendidikan dan Pelatihan 3) Dua orang anggota Bidang Pelayanan 4) 4) Dua orang anggota Bidang Pengembangan Kerjasama dan Humas 5) 5) Dua orang anggota Bidang Kesejahteraan Pasal 22 Pengurus Cabang 1. Pengurus Cabang terdiri dari Pengurus Harian dan Pengurus Pleno 2. Pengurus Harian terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara 30 3. Pengurus Pleno terdiri dari Pengurus Harian dan para Ketua Bidang serta Anggota Bidang 4. Komposisi Pengurus Cabang terdiri dari: a. Ketua 1) Wakil Ketua I : membidangi Bidang Organisasi, Hukum dan Pemberdayaan Politik dan Bidang Pengembangan kerjasama Humas 2) Wakil Ketua II : membidangi Bidang Pendidikan dan Pelatihan, Bidang Pelayanan Keperawatan serta Bidang Kesejahteraan b. Sekretaris 1) Wakil Sekretaris I 2) Wakil Sekretaris II c. Bendahara 1) Wakil Bendahara I 2) Wakil Bendahara II d. Ketua – ketua Bidang 1) Ketua Bidang Organisasi dan Hukum 2) Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan 3) Ketua Bidang Pelayanan 4) Ketua Bidang Pengembangan Kerjasama dan Humas 5) Ketua Bidang Kesejahteraan e. Anggota – anggota Bidang 1) Dua orang anggota Bidang Organisasi dan Hukum 2) Dua orang anggota Bidang Pendidikan dan Pelatihan 3) Dua orang anggota Bidang Pelayanan 4) 4) Dua orang anggota Bidang Pengembangan Kerjasama dan Humas 5) 5) Dua orang anggota Bidang Kesejahteraan BAB V KEKAYAAN Pasal 23 1. Besarnya uang registrasi kenggotaan ditetapkan oleh MUNAS 31 2. Besaran uang registrasi bagi anggota baru adalah Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah). 3. Pengalokasian uang registrasi anggota ditetapkan sebagai berikut : a. Pengurus Pusat sebesar 30% b. Pengurus Daerah sebesar 30% c. Pengurus Cabang sebesar 40% 4. Pembagian uang hasil usaha dari unit pelaksana teknis atau usaha – usaha lain yang mengatasnamakan dan atau menggunakan nama HPHI antara lain: a. Pelaksana unit usaha yang bersangkutan 75% b. Iuran kepada Himpunan sebanyak 25% atau per peserta dengan rincian: 1) Pengurus dimana badan usaha tersebut berada 15% 2) Pengurus Pusat, Darah dan Pengurus Cabang masing – masing 10% 5. Pemasukan dan pengeluaran keuangan organisasi wajib didokumentasikan sesuai dengan sistem yang berlaku untuk organisasi nirlaba. 6. Pemasukan dan pengeluaran keuangan organisasi wajib dipertangungjawabkan dalam forum MUNAS / MUSDA / MUSCAB. Musyawarah anggota dan rapat organisasi. 7. Mekanisme pembayaran secara rinci akan diatur dalam peraturan Himpunan. BAB IV PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Pasal 24 Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan dan Pelatihan yang diselenggarakan oleh HPHI terdiri dari : 1. Pendidikan sertifikasi keperawatan holistic. 2. Pelatihan untuk memperbaharui kompetensi keperawatan holistic sesuai perkembangan bukti ilmiah. 32 BAB VII ATURAN TAMBAHAN Pasal 25 Aturan Tambahan 1. Setiap anggota HPHI dianggap telah mengetahui isi dari Anggaran Dasar dan Rumah Tangga HPHI 2. Perselisihan dalam penafsiran Anggaran Dasar dan Rumah Tangga HPHI ini diputuskan oleh Pengurus Pusat. 3. Hal – hal yang belum diatur dalam Anggran Rumah Tangga PPNI ini dimuat di dalam Peraturan Himpunan sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Rumah. Ditetapkan di : Semarang Tanggal : … April 2015 33 BAB IV PENUTUP Naskah akademik beserta Rancangan AD/ART dan komisi etik Himpunan Perawat Holistik Indonesia (HPHI) disusun sesuai kaidah organisasi profesi untuk mendapat perbaikan peserta kongres dan pengesahan oleh PPNI Pusat. KEPUSTAKAAN American Holistic Nurses Association. AHNA standards of holistic nursing practice. Flagstaff (AZ): American Holistic Nurses Association; revised, 2005. American Holistic Nurses Association. AHNA standards of advanced holistic nursing practice for graduate prepared nurses. Flagstaff (AZ): American Holistic Nurses Association; revised, 2005. American Nurses Association. Nursing: scope and standards of practice. Washington, DC: American Nurses Association; 2004. American Nurses Association. Recognition of a nursing specialty, approval of a specialty nursing scope of practice statement and acknowledgement of specialty nursing standards of practice. Washington, DC: American Nurses Association; 2005. Hitchcock, J.E, Schubert, P.E., Thomas, S.A.(1999). Community health nursing: Caring in action. USA: Delmar Publisher. Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. (2004).Clinical nursing skills: Basic to advanced skills. New Jersey: Pearson Prentice Hall. 34 Snyder, M. & Lindquist, R. (2002). Complementary/alternative therapies in nursing. 4th ed. New York: Springer. Undang Undang Kesehatan no 23 tahun 1992 Undang Undang no 38 tahun 2014 tentang keperawatan Widyatutik (2008) Terapi komplementer di Indonesia, Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 1, Maret 2008; hal 53-57 Semarang, 27 Maret 2015 Forkom Perawat Holistik Indonesia Ketua Mardiyono,MNS, PhD 35