Pengujian Kontaminasi Bakteri Escherichia coli pada Dangke

advertisement
HUBUNGAN KONDISI PENCETAKAN DAN KONTAMINASI
Escherichia coli PADA PENGOLAHAN DANGKE SUSU SAPI
DI KECAMATAN CENDANA KABUPATEN ENREKANG
SKRIPSI
OLEH:
SUPARNO
I 411 07 001
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
i
HUBUNGAN KONDISI PENCETAKAN DAN KONTAMINASI
Escherichia coli PADA PENGOLAHAN DANGKE SUSU SAPI
DI KECAMATAN CENDANA KABUPATEN ENREKANG
OLEH:
SUPARNO
I 411 07 001
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan
pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Suparno
Nim
: I 411 07 001
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab
Hasil dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan
atau dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan
sepenuhnya.
Makassar,
Mei 2013
TTD
Suparno
iii
Judul Penelitian
: Hubungan Kondisi Pencetakan dan Kontaminasi
Escherichia coli pada Pengolahan Dangke Susu Sapi
di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang
Bidang Penelitian
: Ilmu dan Teknologi Pengolahan Susu
Peneliti
Nama
: Suparno
Stambuk
: I 411 07 001
Program Studi
: Teknologi Hasil Ternak
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh:
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc
NIP. 19640712 198911 2 002
drh. Hj. Farida Nur Yuliati, M.Si
NIP. 19640719 198903 2 001
Diketahui Oleh:
Dekan Fakultas Peternakan
Ketua Jurusan Produksi Ternak
Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc.
NIP. 19520923 197903 1 002
Tanggal Lulus: 08 Mei 2013
iv
Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc.
NIP. 19641231 198903 1 025
ABSTRACT
Suparno (I 411 07 001) Relation of Shaping Condition and Contamination
Escherichia coli at Processing Dangke Cow Milk in Cendana Subdistrict Enrekang
Regency, Ratmawati Malaka as the Main Supervisor and Farida Nur Yuliati
as Supervisor Member.
This Research aims to know shaping condition and contamination bacterium
Esherichia coli at dangke in Cendana Subdistrict, Enrekang Regency.
This Research is conducted on May-July 2012 by using kuesioner 30 responders
and 15 sample dangke in Cendana Subdistrict, Enrekang Regency. Testing
contamination bacterium Escherichia coli is conducted in laboratory Kesmavet
BB-Vet Maros, analyse data by Chi-Square and SPSS program. From research
result can be concluded that percentage kuesioner responder that is shaping of
coconut shell of coconut (97%), way of shaping wash are conducted before and
after Dangke are shaping (40%), and dangke are kept at last room temperature in
temperature refrigerator (70%). Bacterium Percentage Escherichia coli at high
enough dangke that is 60% positive contaminable bacterium Escherichia coli.
Factor that influence contamination bacterium Escherichia coli at dangke that is
way of shaping wash dangke.
Keyword: dangke, shaping, Escherichia coli
v
ABSTRAK
Suparno (I 411 07 001) Hubungan Kondisi Pencetakan dan Kontaminasi
Escherichia coli pada Pengolahan Dangke Susu Sapi di Kecamatan Cendana
Kabupaten Enrekang Ratmawati Malaka sebagai Pembimbing Utama dan
Farida Nur Yuliati sebagai Pembimbing Anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pencetakan dan kontaminasi
bakteri Esherichia coli pada dangke di Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012 dengan menggunakan kuesioner
30 responden dan 15 sampel dangke di Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang.
Pengujian kontaminasi bakteri Escherichia coli dilakukan di Laboratorium
Kesmavet BB-Vet Maros, dengan analisa data menggunakan Chi-Square dan
Program SPSS. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa persentase
kuesioner responden yaitu cetakan tempurung kelapa (97%), cara pencucian
cetakan dilakukan sebelum dan sesudah dangke dicetak (40%), serta dangke
disimpan pada suhu kamar lalu dimasukkan di suhu refrigerator (70%). Persentase
bakteri Escherichia coli pada dangke cukup tinggi yaitu 60% positif
terkontaminasi bakteri Escherichia coli. Faktor yang mempengaruhi kontaminasi
bakteri Escherichia coli pada dangke yaitu cara pencucian cetakan dangke.
Kata Kunci: dangke, pencetakan, Escherichia coli
vi
KATA PENGANTAR
‫ﺒﺴﻢ ﻠﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻥﺍﻠﺮﺤﯾﻢ‬
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir / Skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat
waktu. Skripsi dengan judul “Hubungan Kondisi Pencetakan Dangke dan
Kontaminasi Escherichia coli Pada Pengolahan Dangke Susu Sapi di Kecamatan
Cendana Kabupaten Enrekang” Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis hanturkan
dengan penuh rasa hormat kepada :
1. Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc selaku Pembimbing utama dan
drh. Hj. Farida Nur Yuliati, M.Si selaku pembimbing Anggota, atas segala
bantuan dan keikhlasannya untuk memberikan bimbingan, nasehat dan saransaran sejak awal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini.
2. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
dengan segenap cinta dan hormat kepada ayahanda tercinta Abdul Rasyid,
S.Pd., M.Pd dan ibunda Kdise Mikal, S.Pd., M.Pd atas segala doa, motivasi,
dan kasih sayang serta materi yang diberikan kepada penulis dan saudarasaudara saya Suhartini, S.KM, Supardi A.Md, Suparman, Suparwan dan
Suparjan yang senantiasa membantu dan memberikan motivasi.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc selaku Dekan, Serta Wakil
Dekan I, Wakil Dekan II dan Wakil Dekan III Fakultas Peternakan.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc selaku Ketua Jurusan Produksi
Ternak dan Bapak Dr. Muhammad Yusuf, S.Pt selaku Sekertaris Jurusan
Produksi Ternak.
vii
5. Bapak Prof. Dr. Ir. H. MS. Effendi Abustam, M.Sc selaku Panitia Ujian
Akhir Program Studi Teknologi Hasil Ternak.
6. Ibu Wahniyathi Hatta, S.Pt, M.Si selaku Dosen yang memberikan saya judul
penelitian dan membantu selama saya penelitian.
7. Ibu Endah Murpiningrum, S.Pt., MP selaku Penasehat Akademik.
8. Seluruh Staf Fakultas Peternakan, Jurusan Produksi Ternak dan Program Studi
Teknologi Hasil Ternak.
9. Rumah Ibu Suriyati dan Keluarganya sebagai tempat tinggal sementara,
selama saya meneliti di Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang.
10. Sahabat-sahabat ”Rumput 07” terima kasih yang setinggi-tingginya serta
penghargaan yang sebesar-besarnya atas segala cinta, pengorbanan, bantuan,
pengertian, canda tawa dan duka serta kebersamaan selama ini, waktu yang
dilalui sungguh merupakan pengalaman hidup yang berharga dan tak mungkin
dilupakan dan teriring doa semoga sukses selalu buat kalian semuanya.
11. Jannuar Syarief (Almarhum) semoga amal dan ibadahmu diterima disisi
Allah SWT. Amin Ya Rabbal Alamin.
12. Teman jalan Masturi M., S.Pt., Andi Reski Masfirah Putri, S.Pt,
Nurul Azima, S.Pt dan Ummul M., S.Pt terima kasih atas bantuan dan
perhatiannya selama penelitian dan penyelesaian Skripsi.
13. Kepada kakanda Dzulyadaeni, S.Pt., Taufik Agusman, S.Pt., M. Rachman
Hakim, S.Pt, MP. Terima kasih atas bantuannya kepada penulis.
14. Terima kasih kepada Tanduk’01, Caput’02, Spider’03, Hamster’04,
Lebah’05, Colagen’06, Ekstrak’07, Danketsu’07, Amunisi’08, Species’08,
Bakteri’08, Merpati’09, dan Lion’10.
viii
15. Terima kasih kepada Bapak dan Ibu Dusun Bonto Te’ne, dan teman- teman
KKN Desa Batukaraeng: Steffornis Andini L. SE (FE’08), Eka Purnama
Sari, S.Pi (FKIP’07), Ayu Mahdalia, S.Pt (FAPET’08) Cakra Ramadhana,
S.IP (FISIP’08), Walid Maradona, ST (FT’07) serta Teman-teman KKN
Kecamatan Pa’jukukang dan Kabupaten Bantaeng. Semua teman-teman KKN
Reguler Angkatan 80. Terima Kasih telah mengajarkan arti kekeluargaan dan
dukungannya selama KKN.
16. Sahabatku Dari SMA Sampai Sekarang M. Thamrin, SP. (FAPERTA’07)
terima kasih atas pengalaman, bantuan dan motivasi yang telah diberikan.
17. Anshari Sanusi, SP. (Manajer PSM Unhas), Muh. Ali Suharmawan R., SH.
(FH’05),
Affandi
Burhanuddin
S.TP,
Nesya
Sitompul,
S.TP,
(FAPERTA’08), Arham Sumar (FIB’08), Aditya Toding, Burhanuddin
H.W. (FH’09), Nurwahid L., Muh. Riza Hidayat (FH’10), Ali Shadikin F.
(FT’09), Rian Pratama (FH’10), Serta Anggota dan Alumni Paduan Suara
Mahasiswa (PSM) Unhas, terima kasih atas bantuannya dan telah memberikan
pengalaman saya Belajar Bernyanyi dan Berpaduan Suara.
18. Teman-teman SMA Negeri 5 Makassar, Kelas 3 IPA 6 “Phoenix”.
19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
bantunnya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan dan kesalahan. Penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Makassar,
Mei 2013
Suparno
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................
iv
ABSTRACT ..................................................................................................
v
ABSTRAK ....................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................
vii
DAFTAR ISI .................................................................................................
x
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xiv
PENDAHULUAN ........................................................................................
1
TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................
4
Tinjauan Umum Dangke ...................................................................
Escherichia coli ................................................................................
Kontaminasi Escherichia coli Pada Produk Pangan .........................
Pengolahan Pangan Asal Hewani .....................................................
Kondisi Pencetakan ...........................................................................
4
8
12
14
16
METODE PENELITIAN..............................................................................
18
Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................
Materi Penelitian ...............................................................................
Prosedur Penelitian ...........................................................................
Pengambilan Sampel .........................................................................
a. Kondisi Pencetakan Dangke ........................................................
b. Dangke ........................................................................................
Pemeriksaan Laboratorium ...............................................................
a. Pengujian Bakteri Escherichia coli .............................................
b. Pengujian Biokimia IMViC. ........................................................
Analisis Data .....................................................................................
18
18
18
19
19
20
20
20
21
23
x
HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................
24
Kondisi Pencetakan Dangke .............................................................
Pengujian Kontaminasi Bakteri Escherichia coli pada Dangke .......
Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Kontaminasi Bakteri
Escherichia coli Pada Dangke ..........................................................
Kontaminasi Bakteri Escherichia coli dihubungkan dengan Cara
Pencucian Cetakan Dangke dan Suhu Penyimpanan Dangke ..........
24
27
KESIMPULAN .............................................................................................
33
Kesimpulan .......................................................................................
Saran .................................................................................................
33
33
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
34
LAMPIRAN ..................................................................................................
38
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................
44
xi
28
30
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
Teks
1. Komposisi Kimia Dangke dan Produk Sejenis ..........................................
2. Parameter Kuesioner Pada Cara Pencucian cetakan dangke dan Suhu
Penyimpanan Cetakan Dangke dihubungkan dengan Kontaminasi
Bakteri Escherichia coli di Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang ...
xii
5
30
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
Teks
1.
2.
3.
4.
Dangke yang dibungkus Daun Pisang ...................................................
Diagram Alir Pengolahan Dangke .........................................................
Skema Penelitian....................................................................................
Persentase Alat yang digunakan untuk Mencetak Dangke
di Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang .......................................
5. Persentase Cara Pencucian Cetakan Dangke di Kecamatan Cendana,
Kabupaten Enrekang .............................................................................
6. Persentase Suhu Penyimpanan Dangke di Kecamatan Cendana,
Kabupaten Enrekang .............................................................................
7. Persentase Pengujian Kontaminasi Bakteri Escherichia coli di
Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang ..........................................
xiii
5
6
19
24
25
26
27
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
Teks
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kuesioner Kondisi Pencetakan Dangke di Kecamatan Cendana,
Kabupaten Enrekang ..............................................................................
Jawaban Pertanyaan pada Kuesioner Responden Terhadap 3 Desa
di Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang ......................................
Kontaminasi Bakteri Escherichia coli pada 15 Sampel Dangke
Terhadap 3 Desa di Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang...........
Kontaminasi Bakteri Escherichia coli Dihubungkan dengan Cara
Pencucian Cetakan Dangke dan Suhu Penyimpanan Dangke
di Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang. ......................................
Kuesioner Responden Cara Pencucian Cetakan Dangke Dihubungkan
dengan Kontaminasi Bakteri Escherichia coli pada Olah Data
Chi-Square Menggunakan Program SPSS ............................................
Kuesioner Responden Suhu Penyimpanan Dangke Dihubungkan
dengan Kontaminasi Bakteri Escherichia coli pada Olah Data
Chi-Square Menggunakan Program SPSS .............................................
xiv
38
39
40
41
42
43
PENDAHULUAN
Pengembangan produk olahan susu diberbagai daerah dapat meningkatkan
konsumsi susu, sehingga ketidaksukaan susu dapat dikurangi. Salah satu produk
olahan susu tradisional adalah dangke, yang dibuat dari susu kerbau atau sapi yang
berasal dari Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
Kabupaten Enrekang mampu menghasilkan 672.000 liter susu pertahun,
sehingga produksi dangke mampu memenuhi permintaan konsumen yang
peminatnya tersebar di Makassar, Kalimantan, Papua, Jakarta hingga Malaysia.
Harga jual dangke antara Rp 8.000 – 15.000 perbuah, peternak bisa mendapat
keuntungan antara Rp 6.000.000 – 8.000.000 pertahun untuk setiap ekor sapi
(Anonim, 2011a).
Susu sebagai bahan baku dangke yang biasanya dicemari oleh bakteri
patogen, salah satunya yaitu bakteri Escherichia coli. Bakteri tersebut sebagai
bakteri indikator, artinya dengan adanya Escherichia coli mengindikasikan
kontaminasi bakteri yang berasal dari kotoran yang ada disekitarnya.
Pada bahan pangan terdapat mikroba tertentu yang digunakan sebagai
indikator kualitas pangan yang terkait dengan umur simpan dan indikator
keamanan pangan. Keberadaan bahan pangan yang berkorelasi dengan keberadaan
patogen, sehingga mikroba ini dapat digunakan sebagai indikator keamanan
pangan. Mikroba indikator yang digunakan untuk menilai keamanan pangan
dengan keberadaan patogen yang berasal dari saluran pencernaan baik sebagai
akibat adanya kontaminasi fekal baik langsung maupun tidak langsung yaitu
bakteri kelompok koliform seperti Escherichia coli (Nuraida, 2011).
1
Bakteri Escherichia coli dapat menyebabkan diare, baik bagi orang
dewasa, maupun anak-anak. Pada saluran pencernaan manusia enteropatogonik
Escherichia coli (EPEC) akan menyebabkan diare, sedangkan enterohemoragik
Escherichia coli (EHEC) akan membentuk koloni pada saluran pencernaan
sehingga
mengakibatkan
terjadinya
atrofi
dari
mikrofili
sel-sel
epitel
usus manusia.
Proses pengolahan dangke yang sampai sekarang ini, masih menggunakan
cara tradisional kemungkinan terkontaminasi bakteri patogen. Peralatan yang
digunakan seperti panci dan cetakan dangke yang mungkin kurang higienis
sehingga bakteri patogen dapat masuk dan berkembangbiak pada produk olahan
dangke tersebut.
Cetakan yang biasa digunakan oleh masyarakat Enrekang yaitu cetakan
yang terbuat dari tempurung kelapa yang berbentuk setengah lingkaran, yang
sudah dikenal dan dipakai selama bertahun-tahun. Tempurung kelapa merupakan
bahan organik yang memiliki struktur berongga dan permukaan berpori dan
kemungkinan tempurung kelapa terdapat bakteri Escherichia coli sehingga
berdampak kontaminasi bakteri pada dangke.
Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai
pengolahan
dangke
dengan
judul
“Hubungan
Kondisi
Pencetakan
dan
Kontaminasi Escherichia coli pada Pengolahan Dangke Susu Sapi Di Kecamatan
Cendana Kabupaten Enrekang”.
2
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah kondisi pencetakan yang
dilakukan secara tradisional bisa menyebabkan kontaminasi Escherchia coli pada
dangke di Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang.
Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi
pencetakan dan kontaminasi bakteri Esherichia coli pada dangke di Kecamatan
Cendana, Kabupaten Enrekang.
Manfaat yang dapat diperoleh setelah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan pengetahuan bahwa sanitasi higienis terhadap pekerja dan
peralatan pada industri pengolahan pangan, lebih diterapkan setiap hari
sehingga produk yang dihasilkan berkualitas.
2. Sebagai bahan acuan untuk mengetahui keamanan pangan pada pengolah
dangke di Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang berminat mengkaji
permasalahan yang relevan dengan mengembangkan variabel berbeda.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Dangke
Dangke merupakan makanan tradisional penduduk di Kecamatan
Anggeraja, Alla, dan Baraka Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Dangke
dikenal sejak zaman kolonial Belanda yaitu sebelum tahun 1905, nama dangke
berasal dari bahasa Belanda yang didengar oleh rakyat setempat pada saat orang
menerima makanan yang terbuat dari susu sapi atau susu kerbau dengan
mengucapkan “Dank U Well” yang berarti terima kasih. Kata inilah yang
digunakan untuk nama dangke hingga sekarang (Djide, 1991).
Di Indonesia terdapat produk susu semacam keju keras tanpa pemeraman
yang disebut dangke, susu tersebut tidak dikoagulasikan oleh renin tetapi oleh
papain (Surono, Saono, Tomomatsu, Matsumaya and Hosono, 1983).
Dangke merupakan bahan pangan dengan nilai gizi yang tinggi. Dangke
kerbau terdiri dari air 47,75%, abu 2,32%, lemak 33,89%, protein 17,01%, serta
komponen-komponen lainnya dalam jumlah kecil yaitu vitamin dan mineral.
Dangke yang asli dapat dibedakan dengan dangke yang telah dicampur dengan
tepung (dipalsukan) antara lain: a) Dangke asli berwarna putih, Sedangkan dangke
campuran agak kuning kusam; b) Dangke asli elastis, sedangkan dangke campuran
tidak elastis (Marzoeki, Hafid, Jufri, Amir dan Madjid, 1978).
Produk dangke yang telah dicetak selanjutnya dikemas menggunakan daun
pisang dapat dilihat pada Gambar 1.
4
Gambar 1. Dangke yang dibungkus daun pisang (Anonim, 2011a).
Dangke merupakan hasil olahan susu maka dapat dipastikan, terdapat
perubahan kandungan gizi setelah mengalami proses pengolahan. Kandungan gizi
tersebut dapat diserap ke dalam tubuh hanya beberapa persen yang terkandung
pada dangke (Dullah, 1995).
Dangke merupakan bahan pangan dengan nilai gizi yang tinggi. Adapun
perbedaan komposisi kimia dangke dan produk lainnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia Dangke dan Produk Sejenis
Komposisi Kimia (%)
Air
Lemak
Protein
a)
Dangke
45,75
32,81
17,20
Dalib)
62,86
23,25
11,51
c)
Dadih
82,40
8,17
7,06
Cottage cheesed)
79,20
4,30
13,20
a,b,c)
Ket.:
Bahan baku susu kerbau
d)
Bahan baku susu sapi
Sumber: a) Marzoeki (1978), b,c) Mattila and Saarela (2000)
d) Buckle, dkk. (1987)
Produk
Mineral
2,32
0,91
0,80
Dangke diolah dari susu sapi atau susu kerbau yang dipanaskan dengan api
kecil sampai mendidih, kemudian ditambahkan koagulan berupa getah pepaya
(papain) sehingga terjadi penggumpalan. Gumpalan tersebut dimasukkan ke dalam
cetakan khusus yang terbuat dari tempurung kelapa sambil ditekan sehingga
5
cairannya terpisah. Konsentrasi (papain + air) yang digunakan lebih kurang ½
sendok makan untuk 5 liter susu, dan dari jumlah tersebut dapat dihasilkan 4 buah
dangke (Marzoeki, dkk., 1978).
Hasil penelitian Djide (1991) menyatakan bahwa konsentrasi getah pepaya
yang terbaik pada pembuatan dangke adalah 0,20 g/l sampai 0,25 g/l karena
produksi dangke paling banyak dan rasanya tidak pahit. Sedangkan kosentrasi
papain 0,30 g/l sampai 0,35 g/l produksi dangke cukup banyak akan tetapi terasa
pahit. Sehingga faktor larutan getah papaya yaitu, enzim papain berpengaruh nyata
dalam pembuatan dangke.
Diagram alir pengolahan dangke dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram Alir Pengolahan Dangke (JICA, 2009).
Pada pembuatan dangke diperlukan enzim papain (getah pepaya) untuk
penggumpalan dalam pengolahan dangke. Papain adalah salah satu enzim
proteolitik yang terdapat dalam papain kasar. Kandungannya dapat mencapai 50%
dari berat kering getah pepaya. Seluruh bagian tanaman kecuali biji dan akar
6
mengandung enzim, buah merupakan penghasil getah pepaya yang paling banyak
(Kalie, 1990).
Papain merupakan enzim yang mengkoagulasikan protein, pemanasan yang
berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan struktur protein, pemecahan emulsi,
penghancuran vitamin serta pemecahan lemak dan minyak (Sakidja, Moningka,
Roeroe, Paputungan, Suharto dan Satribunga, 1985).
Pada proses pemanasan pengolahan dangke, protein dapat mengalami
denaturasi, artinya strukturnya berubah dari bentuk ganda yang kuat menjadi
kendur dan terbuka sehingga memudahkan bagi enzim pencernaan untuk
menghidrolisis dan memecahkannya menjadi asam-asam amino. Koagulasi dapat
ditimbulkan karena menggunakan enzim (Winarno, 1993).
Koagulasi atau gelatinasi merupakan suatu proses pembentukan gel yang
sangat dikendalikan oleh pH, semakin tinggi konsentrasi penambahan asam, nilai
pH akan menurun diikuti dengan peningkatan nilai viskositas. Gelatinasi terbentuk
akibat titik isoelektrik partikel kasein pada pH 4,6 mengakibatkan afinitas partikel
terhadap air menurun (Buckle, dkk., 1987).
Bahan pangan yang akan kehilangan kadar airnya menyebabkan kadar zat
gizi di dalam massa yang tertinggal akan meningkat, jumlah kadar gizi persatuan
berat yang ada dalam bahan pangan kering lebih besar daripada dalam bahan segar
(Desroiser, 1998).
Protein susu terbagi menjadi dua kelompok yaitu casein yang merupakan
protein utama susu yang jumlahnya mencapai kira-kira 80% dari total protein dan
diendapkan oleh asam dan enzim rennin serta protein whey dapat mengalami
denaturasi oleh panas kira-kira pada suhu 65 ºC (Buckle, dkk., 1987).
7
Pembentukan asam terutama disebabkan oleh aktifitas bakteri pembentuk asam
yang bersifat mesofilik. Bakteri ini akan memecah laktosa susu menjadi asam
laktat dan akan mengakibatkan menurunnya stabilitas protein susu dan merusak
stabilitas casein dan whey (Fardiaz, 1987).
Susu yang dimasak proteinnya akan terdenaturasi sehingga membuat
perubahan struktur aslinya, hal ini dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimia. Faktor
fisik misalnya panas sedangkan faktor kimia misalnya pH (rendah atau tinggi),
alkohol atau zat pelarut lain. Pemanasan yang berlebihan dapat mengakibatkan
rusaknya struktur protein, pemecahan emulsi, penghancuran vitamin, pemecahan
lemak dan minyak. Stabilitas protein susu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu
pembentukan asam oleh bakteri, aktifitas enzim proteolitik dan keseimbangan
elektrolit (Sakidja, dkk., 1985).
Perubahan
kadar
protein
susu
disebabkan
karena
perubahan
temperatur/pemanasan yang didahului oleh denaturasi, dimana pada suhu 65ºC
sebagian besar protein dalam globular dan miofibril terkoagulasi sedangkan
di atas suhu tersebut maka akan terbentuk ikatan disulfida pada ikatan sulfat dan
bila suhu dinaikkan lagi maka gugus disulfida akan terlepas (Mudjiarti, 1983).
Escherichia coli
Bakteri Escherichia coli merupakan spesies dengan habitat alami dalam
saluran pencernaan manusia maupun hewan. Escherichia coli pertama kali
diisolasi oleh Theodor Escherich dari tinja seorang anak kecil pada tahun 1885.
Bakteri ini berbentuk batang, berukuran 0,4-0,7 x 1,0-3,0 µm, termasuk Gram
negatif, dapat hidup soliter maupun berkelompok, umumnya motil, tidak
membentuk spora, serta fakultatif anaerob (Carter and Wise, 2004).
8
Sel Escherichia coli memiliki ukuran panjang 2,0 – 6,0 µm, tersusun
tunggal berpasangan. Escherichia coli tumbuh pada suhu 10 – 40oC dengan suhu
optimum 37 ini mempunyai pH optimum untuk pertumbuhannya adalah 7,0 – 7,5.
Bakteri ini sangat sensitif
terhadap panas dan dapat diinaktifkan pada suhu
pasteurisasi (Supardi, Imam dan Sukamto, 1999).
Suhu pertumbuhan optimum Escherichia coli adalah 37oC, tetapi juga
dapat tumbuh pada kisaran temperatur 15-45oC. Strain Escherichia coli tumbuh
secara baik pada hampir semua media membentuk koloni yang halus, bulat,
konveks dengan diameter 2-3 mm (Willshaw, Cheasty, and Smith, 2000).
Escherichia coli merupakan bakteri famili Enterobactericeae yang
merupakan bagian dari flora normal, dengan morfologi mikroskopis yakni, Gram
negatif, bentuk batang pendek, susunan tidak teratur, tidak berspora, sebagian
besar dapat bergerak (flagel peritrik). Morfologi makroskopis pada medium padat
yaitu berbentuk Gram bulat dengan ukuran kecil hingga sedang, permukaan
konveks dan halus serta pinggiran yang rata (Simatupang, 2006).
Bakteri ini termasuk ke dalam bakteri anaerobik fakultatif, yang artinya
bakteri ini secara terbatas dapat hidup dalam keadaan aerobik ataupun anaerobik
serta merupakan bakteri Gram negatif dan dapat bertahan hidup hingga suhu 60oC
selama 15 menit atau pada 55oC selama 60 menit (Pelczar dan Chan, 2007).
Klasifikasi bakteri Escherichia coli menurut Songer and Post (2005)
sebagai berikut:
Kingdom
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Spesies
: Bacteria
: Proteobacteria
: Gamma Proteobacteria
: Enterobacteriales
: Enterobacteriaceae
: Escherichia coli
9
Genus Escherichia coli diklasifikasikan berdasarkan reaksi biokimia atau
biotipe, dimana biotipe I khas Escherichia coli terdiri atas strain yang
menunjukkan reaksi pada tes IMViC indole (+), methyl red (+), vogesproskauer
(-), dan citrate (-). Sifat biokimia pembeda lainnya adalah adanya aktifitas
β-glucuronodase tetapi tanpa urease, fenilalanin deaminase, dan produksi H2S
(Feng, 2001).
Berdasarkan perbedaan serotipe dan virulensi, strain Escherichia coli
patogen yang menyebabkan penyakit pada saluran pencernaan dibedakan menjadi
enam golongan, yaitu 1) Escherichia coli enterotoksigenik (ETEC) adalah strain
kuman ini mengeluarkan toksin LT (termolabil) atau toksin ST (termostabil).
2) Escherichia coli enteroinvasif (EIEC) adalah penyebab diare seperti disentri
yang disebabkan oleh Shigella. 3) Escherichia coli enteropatogenik (EPEC) adalah
penyebab penting diare pada bayi. Akibat dari infeksi ini adalah diare cair yang
biasanya sembuh sendiri tetapi dapat juga menjadi kronik. Lamanya diare EPEC
dapat diperpendek dan diare kronik dapat diobati dengan pemberian antibiotik.
4) Escherichia coli enterohemorhagik (EHEC), adalah penyebab berbagai jenis
penyakit, berkisar dari diare ringan hingga nyeri abdomen berat. (Sommer, Learey,
Summitt and Tirrell, 1994).
Struktur sel Escherichia coli dikelilingi oleh membran sel, terdiri dari
sitoplasma yang mengandung nukleoprotein, membran sel Escherichia coli
ditutupi oleh dinding sel berlapis kapsul. Flagela dan pili Escherichia coli
menjulur dari permukaan sel (Tizard, 2004). Menurut Quinn, Markey, Carter,
Donnelly and Leonard (2002) tiga struktur antigen utama permukaan yang
10
digunakan untuk membedakan serotipe golongan Escherichia coli adalah dinding
sel, kapsul dan flagela.
Dinding sel Escherichia coli berupa lipopolisakarida yang bersifat pirogen
dan menghasilkan endotoksin serta diklasifikasikan sebagai antigen O. Kapsul
Escherichia coli berupa polisakarida yang dapat melindungi membran luar dari
fagositik dan sistem komplemen, diklasifikasikan sebagai antigen K. Flagela
Escherichia coli terdiri dari protein yang bersifat antigenik dan dikenal sebagai
antigen H. Faktor virulensi Escherichia coli juga disebabkan oleh enterotoksin,
hemolisin, kolisin, siderophor, dan molekul pengikat besi (aerobaktin dan
entrobaktin) (Quinn, et al., 2002).
Berbeda strain (tipe) akan berbeda pula bentuk penyakitnya, maka dari itu
sangat penting membedakan antara strain yang patogenik dan nonpatogenik.
Secara serologis, penggolongan Escherichia coli dibedakan berdasarkan antigen
permukaan yaitu antigen O pada lipopolisakarida dan antigen H pada flagella.
Antigen O digunakan untuk menentukan serogrup sedangkan antigen H untuk
menentukan serotipe, terdapat setidaknya 170 macam antigen O yang saat ini
diakui. Selain itu antigen kapsular (K) juga dapat digunakan dalam penggolongan
(Songer and Post, 2005).
Keberadaan antigen K ditentukan dengan uji aglutinasi bakteri bahwa suatu
strain Escherichia coli tidak dapat teraglutinasi dengan antiserum O tetapi
teraglutinasi apabila kultur tersebut dipanaskan (Nataro and Kaper, 1998).
Pada pertumbuhan bakteri, pH memiliki hubungan dengan pertumbuhan
Escherichia coli. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gibson (2008)
menyatakan bahwa dalam bakteri tersebut terdapat enzim yang tidak mentolerir
11
lingkungan yang sangat basa maupun asam karena enzim yang merupakan bagian
dari proses penting dalam Escherichia coli sangat sensitif terhadap pH. Ketika
terjadi perubahan pH maka enzim dalam Escherichia coli mengalami denaturasi
sehingga dapat menghentikan aktivitas dari bakteri tersebut, Escherichia coli
mempunyai pH optimum untuk pertumbuhannya adalah 7,0 – 7,5.
Kontaminasi Escherichia coli pada Produk Pangan
Bahan pangan asal hewan selain sebagai bahan makanan yang bernilai gizi
tinggi merupakan salah satu media yang baik bagi perkembangbiakan mikroba
serta dapat bertindak sebagai pembawa (transmitter) beberapa jenis penyakit yang
berbahaya bagi manusia. Agar manfaat bahan makanan ini bisa berkelanjutan bagi
kehidupan manusia, diperlukan langkah-langkah pengamanan terhadap bahan
makanan yang dimaksud sehingga dihasilkan bahan makanan yang sehat, aman,
utuh, dan halal, serta dapat diterima oleh konsumen (Dirjen Peternakan, 1991).
Pada era globalisasi saat ini, dituntut persyaratan produk yang bebas residu
(residue free) baik terhadap bahan hayati, bahan kimia, pestisida, logam berat,
antibiotika, hormon, dan obat-obatan lainnya maupun terhadap cemaran mikroba.
Oleh karena itu pengawasan terhadap residu dan cemaran mikroba dalam pangan
asal hewan sangat penting terutama dalam kaitannya dengan perlindungan
kesehatan dan keamanan konsumen (Dirjen Peternakan, 1991).
Berkaitan dengan hal tersebut, upaya untuk menyediakan pangan asal
hewan yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH) perlu dilakukan, salah satunya
adalah dengan pengawasan melalui program monitoring dan surveilan residu dan
cemaran mikroba. Hasil surveilans tahun 2002 menunjukkan bahwa rata-rata 80%
sampel yang diperiksa mengandung cemaran mikroba terutama jumlah total
12
kuman (TPC) yang tidak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. Hal ini
mengindikasikan
bahwa
jaminan
kualitas
pangan
asal
hewan
masih
perlu ditingkatkan (Dartini, Putra, Kertayadnya dan Dewi, 2003).
Kontaminasi sumber pangan oleh kuman patogen atau toksin dari mikroba
menyebabkan timbulnya penyakit pada manusia (foodborne disease), hal ini
menjadi perhatian yang sangat serius dan merupakan masalah kesehatan global
karena beresiko terhadap keamanan pangan terutama di negara berkembang.
Kontaminasi dapat berasal dari hewan produksi (peternakan) atau juga dari
pengelola itu sendiri, sedangkan kontaminasi silang dapat terjadi bila makanan jadi
yang diproduksi berhubungan langsung dengan permukaan meja atau alat
pengolah makanan selama proses persiapan yang sebelumnya telah terkontaminasi
kuman patogen. Hampir 70 % kasus diare disebabkan oleh konsumsi makanan
atau air yang tercemar (Mackenzie, Bailey and Nichols, 2004).
Saat ini telah dikenal sebanyak 250 foodborne disease dan sebagian besar
bersifat infeksius yang salah satunya disebabkan oleh bakteri Escherichia coli.
Infeksi Escherichia coli O157:H7 yang patogen pada manusia yaitu yang bersifat
verotoksigenik yang telah menyebabkan 16.000 kasus penyakit melalui
makanan (food borne diseases) dan 900 orang meninggal per tahun di AS, dengan
perkiraan annual cost $ 200,000 hingga $ 600,000. Kejadian wabah tunggal pada
tahun 1993 di Western AS telah menyebabkan 700 orang menderita sakit dan
4 orang meninggal. Meskipun prevalensi Escherichia coli O157:H7 sangat kecil,
dari 63% feedlot yang diteliti, hanya 1,8% adalah positif Escherichia coli
O157:H7 (Buzby, Roberts, Lin and MacDonald, 1996).
13
Kontaminasi Escherichia coli makanan masih cukup tinggi di Indonesia,
kontaminasi Escherichia coli pada Pedagang Kaki lima 22,4%, Rumah Makan
26,3%, dan Jasaboga 11,8%. Dari informasi tersebut ternyata kontaminasi
makanan yang disajikan kepada para konsumen masih cukup tinggi dan berbeda
menurut jenis TPM. Masyarakat yang mengkonsumsi makanan terkontaminasi
dapat mendatangkan risiko penyakit bawaan makanan yaitu, penyakit gangguan
pencernaan dan kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan dengan gejala
mual/muntah, pusing, dan diare. Dilaporkan KLB diare tahun 1995 sebanyak
116.075 kasus dan keracunan makanan tahun 1997 sebanyak 31.919 kasus
(Djaja dan Aryastami, 2000).
Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Indonesia masih menggunakan
metode penanganan hewan secara tradisional sehingga menimbulkan dampak yang
sangat besar. Sepertinya kuman ini sulit ditangani, misalnya pengujian awal,
karantina hewan sebelum dipotong dan saat pemotongan hewan. Oleh karena itu,
pengontrolan keberadaan bakteri ini tergantung dari banyak faktor, seperti
penanganan selama proses produksi, transportasi dan distribusi produk sampai
ke pedagang eceran serta saat persiapan penanganan makanan oleh konsumen.
Hendaknya mereka mengikuti tahap-tahap prosedur kontrol analisis untuk
menentukan titik kritis
yang
berbahaya, terutama dalam perencanaan
pemotongan hewan serta terlaksananya manajemen peternakan yang baik untuk
menurunkan infeksi Escherichia coli O157:H7 (Djaja dan Aryastami, 2000).
Pengolahan Pangan Asal Hewani
Pengolahan
adalah
proses
pembuatan,
memasak,
mengerjakan,
mengusahakan suatu barang supaya menjadi lain atau menjadi lebih sempurna
14
(Mochantoyo, Azwar, Pratiwi dan Ermainis, 1999). Menurut Malaka (2010)
pengolahan pada hakekatnya merupakan suatu proses merubah wujud
bahan makanan dari bahan
suatu
mentah menjadi makanan siap saji. Teknik
pengolahan makanan antara lain merebus, mengukus, memanggang, mengetim,
menggoreng, mencacah dan menjemur.
Pengolahan bahan pangan bertujuan untuk meningkatkan stabilitas bahan
terhadap kerusakan, menyiapkan pangan siap konsumsi dan menghasilkan
berbagai bentuk produk olahan yang lebih menarik bagi konsumen. Salah satu
dampak yang diharapkan adalah peningkatan daya awet, sehingga distribusi
produk menjadi lebih luas (Tawaf, 2011).
Pangan hewani yang terdiri atas produk hasil peternakan dan perikanan
berupa daging, susu dan telur serta produk olahannya merupakan produk yang
sangat mudah rusak (perishable).
Menurut (Tawaf, 2011) kerusakan tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Kerusakan yang sangat ditentukan oleh sifat alamiah dari produk seperti
perubahan fisik dan perubahan oleh pengaruh mikrobiologi, kimia dan
biokimia.
b. Kerusakan yang tergantung pada kondisi lingkungan seperti kerusakan
mekanis (benturan, gesekan dan lainnya), perubahan kadar air, absorbsi
dan interaksi dengan oksigen dan kehilangan atau perubahan cita rasa.
Resiko kerusakan pangan akibat faktor yang bersifat alamiah seperti kimia
dan biokimia dapat dicegah dengan pengawetan dan pengolahan. Pendinginan dan
pembekuan
sebagai
cara
pengawetan
pangan
dapat
menurunkan
atau
menghentikan reaksi biokimia dalam bahan pangan, sehingga perubahan kimia
15
lebih lanjut dapat dikurangi.
Dengan cara ini perkembangan mikroorganisme
perusak juga dapat dikendalikan (Tawaf, 2011).
Kondisi Pencetakan
Hal teknis yang perlu dilakukan oleh industri pangan lokal untuk
meningkatkan keamanan pangan, antara lain menjaga kebersihan dengan program
sanitasi higienis, termasuk yang terpenting adalah sanitasi higienis peralatan.
Hal penting lainnya adalah sanitasi higienis pegawai karena mikroba patogen
setelah proses pengolahan dapat ditularkan ke makanan melalui pekerja (Hariyadi,
2010).
Penerapan sanitasi higienis pada usaha pangan skala kecil atau rumah
tangga di Indonesia umumnya masih jauh dari standar yang diterapkan
(Rahayu, 2007). Faktor yang menyebabkan buruknya kondisi sanitasi higienis
penyediaan pangan di Indonesia, antara lain kurangnya tingkat pengetahuan dan
motivasi pengolah, kegiatan penyuluhan jarang dilakukan dan minimnya informasi
(Agustini, 2008).
Faktor sanitasi higienis pekerja yang sering terabaikan adalah kebiasaan
mencuci tangan sebelum mengolah makanan dan berbicara saat mengolah
makanan. Perilaku tersebut berdampak pada kualitas makanan yang dihasilkan
tidak memenuhi syarat kesehatan karena angka kuman di atas nilai ambang batas
(Djarismawati, Bambang dan Sugiharti, 2004).
Pada setiap operasi pembersihan bahan sanitasi yang digunakan harus
diikuti prosedur sebagai berikut: (1) alat-alat harus dibersihkan sebaik mungkin
sehingga tidak ada sisa bahan organik yang nampak oleh mata. (2) sanitasi
dilakukan dengan menyiram air panas 80oC selama ½ menit – 1 menit, atau
16
menyiram dengan larutan yang berkadar 50 ppm clorine paling lama 1 menit
(Buckle, dkk., 1987).
Sanitasi atau desinfeksi peralatan dapat dilakukan dengan cara meletakkan
alat pada keranjang kemudian merendam dalam wadah berisi air panas 77oC
selama 30 detik. Atau menggunakan bahan sanitaiser seperti klorin dengan dosis
50 ppm dalam air bersuhu 24oC selama 1 menit dan dipergunakan larutan iodin
dengan konsentrasi 12,5 ppm dalam air bersuhu 24oC selama 1 menit, peralatan
dikeringkan kemudian dilap dengan menggunakan serbet bersih (Purnawijayanti,
2001).
Pada pengolahan dangke peralatan yang digunakan adalah panci, sendok,
ember, saringan, cetakan dari tempurung kelapa, piring, kemasan, merupakan
sumber kontaminan terjangkitnya bibit penyakit. Peralatan tersebut perlu
didesinfeksi sesuai dengan prosedur pembersihan (Dullah, 1995).
17
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pundi Lemo, Desa Baba dan Desa
Lekkong, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang untuk pengambilan sampel
dangke serta Laboratorium Kesmavet dan Toksikologi Balai Besar Veteriner
(BB-Vet) Maros untuk pengujian kontaminasi Escherichia coli. Penelitian
berlangsung dari bulan Mei - Juli 2012.
Materi Penelitian
Bahan sampel diambil dari pengolah dangke di Kecamatan Cendana,
Kabupaten Enrekang, untuk pengujian kontaminasi Escherichia coli antara lain:
Lauryl Sulfate Tryptose Broth (LSTB), Escherichia coli Broth (ECB), Eosin
Methilen Blue Agar (EMBA), Nutrient Agar (NA), Violet Red Bile (VRB), Tryptone
Broth (TB), Methyl Red-Voges Proskauer Broth (MR-VP) broth Indole, Methyl
red, Voges-Proskauer, and Citrate (IMViC), alkohol 70% dan akuades.
Alat yang digunakan untuk sampel dangke yaitu: cool box, ice pack, pinset,
pisau dan plastik steril, sedangkan alat di laboratorium yaitu: cawan petri, tabung
reaksi dan penutup, rak tabung, pipet, erlenmeyer, batang ose, gelas ukur, bunsen,
tube shaker, stomacher, timbangan, autoklaf dan refrigerator.
Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian ini meliputi: 1) mewawancarai 30
responden yang mengolah dangke di Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang;
2)
pengambilan
sampel
dangke
dan
di laboratorium.
18
3)
Pemeriksaan
sampel
dangke
Penelitian ini dilakukan dengan skema penelitian yang dapat dilihat pada
Gambar 3.
Pengolah Dangke
Sampel:
15 Dangke
Kuesioner:
30 Responden
Penyiapan dan
pengenceran sampel
Pra pengkayaan (pre-enrichment)
LSTB Durham
Pengkayaan (enrichment)
ECB Durham
Media seleksi EMBA
Uji biokimia IMViC
Pengolahan data
Chi-Square dan SPSS
Pengamatan parameter dan
pengolahan data
Gambar 3. Skema Penelitian
Pengambilan Sampel
a. Kondisi Pencetakan Dangke
Pengambilan data pencetakan dangke menggunakan 30 responden dengan
yang terbagi atas 10 responden untuk Desa Pundi Lemo, 10 responden untuk Desa
Baba dan 10 responden untuk desa Lekkong, menggunakan kuesioner dengan 3
(aspek) pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda (lampiran 1). Selanjutnya data
19
yang diperoleh dikonversikan jadi angka dan akan diolah menggunakan rumus
Chi-Square dan program SPSS.
b. Dangke
Pengambilan sampel dangke berdasarkan pengolah dangke di Desa Pundi
Lemo, Desa Baba dan Desa Lekkong yang memproduksi ≥ 2 buah dangke setiap
harinya, dan setiap Desa mengambil sampel 5 buah dangke secara acak.
Pengambilan dilakukan secara aseptis dimasukkan ke dalam plastik (jenis LDPE)
dengan menggunakan alkhol 70% untuk mensterilkan plastiknya, lalu diikat
menggunakan karet kemudian masukkan ke dalam cool box. Selanjutnya dangke
dibawa ke laboratorium dan diuji apakah ada atau tidak bakteri Escherchia coli
pada dangke.
Pemeriksaan Laboratorium
a. Pengujian bakteri Escherichia coli
 Pra pengkayaan (pre-enrichment) LSTB Durham
Sebanyak 1 ml sampel dari pengenceran 10-1 lalu pipet 1 ml
ke dalam tabung LSTB yang berisi tabung Durham, kemudian inkubasi
pada suhu 35oC selama 24 – 48 jam. Diperhatikan adanya gas terbentuk
di dalam tabung Durham, hasil positif apabila terbentuk gas dan negatif
apabila tidak terbentuk gas. Tujuan pra pengkayaan LSTB Durham
untuk meningkatkan jumlah bakteri pada koloni sehingga mudah
dideteksi.
 Pengkayaan (enrichment) ECB Durham
Dipindahkan biakan positif dari LSTB Durham dengan
menggunakan jarum inokulasi ke dalam tabung ECB yang berisi tabung
20
Durham, lalu diinkubasi ECB pada suhu 35oC selama 24 jam, jika
hasilnya negatif maka diinkubasi kembali selama 48 jam, kemudian
diperhatikan adanya gas yang terbentuk di dalam tabung Durham, hasil
positif apabila terbentuk gas dan negatif apabila tidak terbentuk gas.
Tujuan Pengkayaan ECB Durham yaitu untuk mengetahui bakteri
Escherichia coli.
 Media seleksi EMBA
Membuat goresan pada media EMBA dari tabung ECB yang
positif, lalu inkubasi pada temperatur 35oC selama 18 - 24 jam. Koloni
yang diduga Escherichia coli berdiameter 2 mm – 3 mm, warna hitam
atau gelap pada bagian koloni dengan atau tanpa hijau metalik yang
mengkilat pada EMBA. Koloni yang diduga bakteri Escherichia coli
dari EMBA dengan menggunakan ose dan pindahkan NA, inkubasi NA
pada suhu 35oC selama 18 - 24 jam untuk uji biokimia IMVIC. Tujuan
media
seleksi
EMBA
yaitu
untuk
memilah
mikroba
yang
memfermentasikan laktosa pada Enterobacteriaceae.
b. Pengujian biokimia IMViC
Inokulasikan
koloni
dari
tabung
NA
pada
TB
dan
diinkubasikan pada suhu 35oC selama 24 jam, lalu tambahkan 0,2-0,3
reagen Kovac. Hasil positif ditandai dengan adanya bentuk cincin
merah pada lapisan atas media, sedangkan hasil reaksi negatif ditandai
dengan terbentuknya cincin kuning. Dilanjutkan dengan uji biokimia
indole, methyl red, Voges-Proskauer dan citrate (IMViC). Tujuan
pengujian IMViC yaitu untuk mengidentifikasi mikroorganisme
21
kelompok coliform (bakteri Gram negatif, bakteri aerob atau bakteri
fakultatif).

Uji Indol
Satu ose biakan NA diinokulasi ke dalam perbenihan TB, lalu
diinkubasi pada suhu 35oC selama 18-24 jam. Reagen Kovac’s indole
0,2 ml ditambahkan ke dalam tabung TB dan dikocok selama 10 menit.
Hasil reaksi positif ditandai dengan adanya bentuk cincin warna merah
pada lapisan atas media, sedangkan hasil reaksi negatif terbentuknya
cincin warna kuning.

Uji Voges Proskauer
Satu ose biakan NA diinokulasi ke dalam perbenihan MR-VP
broth dan diinkubasi pada suhu 35oC selama 48 jam. Untuk uji Voges
Proskauer, dipindahkan 1 ml suspensi ke dalam tabung reaksi lalu
ditambahkan 0,6 ml α-Naftol dan 0,2 ml KOH 40%, lalu dikocok
kemudian didiamkan selama 4 jam.
Reaksi positif ditandai oleh
terbentuknya warna merah muda eosin (eosin pink) dalam waktu 2 jam.

Uji Methyl Red
Tabung MR-VP diinkubasi kembali pada suhu 35oC selama 48
jam. Setelah inkubasi, ditambahkan 0,3 ml methyl red ke dalam tabung
MR-VP. Reaksi positif ditandai oleh terbentuknya warna merah dan
hasil negatif terbentuknya warna kuning.
22

Uji Citrat
Satu ose media NA diinokulasi ke dalam koser’s citrate broth
lalu diinkubasi pada suhu 35oC selama 96 jam. Reaksi positif ditandai
oleh terbentuknya kekeruhan pada media.
Analisa Data
Berdasarkan jenis data dalam penelitian ini, yaitu kualitatif maka analisa
data dilakukan dengan analisis statistik deksriptif dengan penyajian data dalam
bentuk tabel dan bagan, analisis data menggunakan Rumus Chi-Square dan
menggunakan program SPSS untuk mengetahui hubungan kondisi pencetakan dan
kontaminasi Escherichia coli pada dangke. Data dianalisa dengan menggunakan
metode Chi-Square yang merupakan analisis statistik non parametik, digunakan
untuk menguji frekuensi data yang diamati dari suatu variabel kategorik sesuai
dengan frekuensi harapan (Uyanto, 2009).
(𝟎 − 𝑬)𝟐
𝑿 = 𝚺
𝑬
𝟐
Keterangan:
0 = Frekuensi pengamatan (observed frequencies)
E = Frekuensi harapan (expected frequencies)
X = Parameter yang diukur
23
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Pencetakan Dangke
Susu yang diolah menjadi dangke, sebelumnya diberikan getah papaya
sehingga susunya akan menggumpal dan siap untuk dicetak dengan alat cetakan.
Persentase alat yang digunakan untuk mencetak dangke dapat dilihat pada
Gambar 4.
Total (%) 30 kesioner
responden
120
100
97 %
80
60
40
20
0%
3%
Kayu
Cetakan lainnya
0
Tempurung kelapa
Persentase alat cetakan dangke
Gambar 4. Persentase Alat yang digunakan untuk Mencetak Dangke
di Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang.
Berdasarkan Gambar 4 menunjukkan bahwa 97% tempurung kelapa yang
digunakan responden untuk mencetak dangke (Lampiran 2). Hal tersebut berarti,
responden yang mengolah dangke lebih banyak menggunakan tempurung kelapa
dibandingkan cetakan lainnya.
Berdasarkan hal tersebut, menurut para responden tempurung kelapa telah
lama digunakan untuk mencetak dangke selama bertahun-tahun, dan bentuknya
yang unik setengah lingkaran, menarik perhatian masyarakat untuk membeli
dangke, sehingga responden selalu menggunakan tempurung kelapa dan tidak
menggunakan cetakan yang lainnya.
24
Pada saat sebelum mencetak dangke, biasanya cetakan dangke dibersihkan
sebelum digunakan. Persentase cara pencucian cetakan dangke dapat dilihat pada
Gambar 5.
Total (%) 30 kuesioner
responden
45
40 %
40 %
Sesudah digunakan
Sebelum dan Sesudah
digunakan
40
35
30
25
20 %
20
15
10
5
0
Sebelum digunakan
Persentase cara pencucian cetakan dangke
Gambar 5. Persentase Cara Pencucian Cetakan Dangke di Kecamatan Cendana,
Kabupaten Enrekang.
Berdasarkan Gambar 5 menunjukkan 40% responden mencuci cetakan
sebelum dan sesudah digunakan (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan bahwa 40%
responden mencuci cetakan sebelum digunakan serta mencuci cetakan sebelum
dan sesudah digunakan lebih tinggi dibandingkan responden mencuci cetakan
sebelum digunakan.
Hal tersebut berarti, proses pencucian cetakan dangke masih dikatakan
cukup baik karena cara pencucian dangke dilakukan sebelum dan sesudah
digunakan dan kemungkinan kontaminasi bakteri dapat berkurang pada cetakan
tersebut.
25
Dangke yang telah dicetak akan segera disimpan, persentase suhu
penyimpanan dangke dapat dilihat pada Gambar 6.
Total (%) 30 kuesioner
responden
80
70 %
70
60
50
40
30
20 %
20
10 %
10
0
suhu kamar
suhu refrigerator (kulkas)
suhu kamar dimasukkan
di suhu refrigerator (kulkas)
Persentase suhu penyimpanan dangke
Gambar 6.
Persentase Suhu Penyimpanan Dangke di Kecamatan Cendana,
Kabupaten Enrekang.
Berdasarkan Gambar 6 menunjukkan bahwa 70% responden disuhu kamar
kemudian dimasukkan pada suhu refrigerator (kulkas) (Lampiran 2). Hal tersebut
berarti, 70% responden lebih banyak menyimpan dangkenya disuhu kamar lalu
dimasukkan disuhu refrigerator (kulkas) dibandingkan disimpan pada suhu kamar
dan suhu refrigerator (kulkas).
Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa, responden yang dangkenya
telah siap dijual atau dipasarkan biasanya dimasukkan pada suhu kamar tidak
bertahan lama ±2 hari, kalau dimasukkan pada suhu refrigerator (kulkas) biasanya
bertahan lama selama ±3 hari. Apabila diberikan konsentrasi garam 3% maka
dangke tersebut akan bertahan selama ±4 hari, sehingga dangke bisa bertahan
lama dan kontaminasi bakteri Escherichia coli berkurang.
26
Pengujian Kontaminasi Bakteri Escherichia coli pada Dangke
Pengujian kontaminasi bakteri Escherichia coli pada dangke dapat dilihat
pada gambar 7.
70
60 %
Total (%) 15 Sampel
Responden
60
50
40 %
40
30
20
10
0
(+)
(-)
Pengujian kontaminasi bakteri Escherichia coli pada dangke
Ket. : ( + ) = Positif bakteri Escherichia coli
( - ) = Negatif bakteri Escherichia coli
Gambar 7. Persentase Pengujian Kontaminasi Bakteri Escherichia coli
di Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang.
Berdasarkan Gambar 7 menunjukkan bahwa sampel dangke 60% positif
(+) terkontaminasi bakteri Escherichia coli dan 40% negatif (-) terkontaminasi
bakteri Escherichia coli (Lampiran 3). Hal ini berarti, persentase kontaminasi
bakteri Escherichia coli pada dangke cukup tinggi.
Berdasarkan hal tersebut, dangke yang telah terkontaminasi bakteri
Escherichia coli kemungkinan dari tangan pekerja dan peralatan yang digunakan
saat pengolahan dangke. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Meggitt (2003) yang
menyatakan bahwa, pencemaran mikroba terhadap makanan dapat terjadi melalui
tangan, talenan, pisau, alat masak lainnya, dan lingkungan serta saat pengolahan
bahan makanan.
27
Kontaminasi makanan bisa terjadi pada pencemaran silang ketika makanan
mentah bersentuhan dengan makanan yang mempunyai resiko pencemaran secara
langsung. Bakteri yang terbawa oleh tangan dan peralatan dari makanan mentah
ke makanan mempunyai resiko tinggi terkontaminasi bakteri (Meggitt, 2003).
Faktor-faktor yang Menyebabkan
Escherichia coli pada Dangke.
Terjadinya
Kontaminasi
Bakteri
Faktor yang menyebabkan terjadinya kontaminasi bakteri Escherichia coli
pada dangke yang pertama yaitu terdapat pada cetakan tempurung kelapa yang
digunakan kemungkinan masih mengandung bakteri Escherichia coli dan
tempurung kelapa yang digunakan pengolah dangke adalah bahan organik yang
mudah terkena kontaminasi bakteri Escherichia coli. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kurniawan dan Susetyo (1997) yang menyatakan bahwa, tempurung
kelapa merupakan bahan organik yang memiliki struktur berongga dan permukaan
berpori yang dapat dimasuki bahan produk dan air, sehingga bakteri dapat mudah
masuk di dalam tempurung kelapa.
Faktor yang kedua yaitu air, pada pencucian cetakan tempurung kelapa
hanya memakai air sumur, kemungkinan air sumur yang digunakan masih
terkontaminasi Escherichia coli. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Sunarno,
Nelly dan Melatiwati (2012) menyatakan bahwa, hasil identifikasi jenis bakteri
patogen terlihat bahwa bakteri Escherichia coli secara alami terdapat di tanah dan
air sehingga mudah mengontaminasi makanan/minuman yang secara langsung
kontak dengan tanah dan air. Adanya kontaminasi mengindikasikan bahwa
kebersihan tangan dan alat yang digunakan masih kurang.
Faktor yang ketiga yaitu suhu, suhu yang digunakan pada penyimpanan
dangke berpengaruh terhadap kontaminasi bakteri Escherichia coli, karena
28
pertumbuhan bakteri Escherichia coli dapat berkembang dengan suhu optimum
37oC, pada suhu diatas 70oC bakteri tersebut akan mati dan pada suhu ≤ 10oC
perkembangbiakan bakteri Escherichia coli akan berkurang.
Pertumbuhan bakteri pada cetakan dangke sesuai dengan pendapat Supardi,
dkk. (1999) yang menyatakan bahwa bakteri Escherichia coli tumbuh pada suhu
10 – 40oC
dengan
suhu optimum 37oC ini mempunyai pH optimum untuk
pertumbuhannya adalah 7,0 – 7,5. Bakteri ini akan mati pada suhu diatas 70oC,
bakteri ini sensitif terhadap panas dan dapat diinaktifkan pada suhu pasteurisasi.
Berkurangnya pertumbuhan bakteri Escherichia coli sesuai dengan
pendapat dengan pendapat Yudhabuntara (2008), yang menyatakan bahwa, suhu
rendah tidak membunuh mikroorganisme, tetapi menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Pada pembekuan cepat dengan suhu rendah pada suhu ≤ 10oC
akan membuat kerusakan pada sel bakteri Escherichia coli dan perkembangbiakan
bakteri akan berkurang.
Faktor yang keempat yaitu udara, bakteri Escherichia coli yang ada difeses
sapi ternak terbawa melalui angin dan mencemari dangke sehingga terkontaminasi
bakteri. Hal ini sesuai dengan pendapat Marlina, Hidayati dan Juanda (2007) yang
menyatakan bahwa tingginya jumlah bakteri Escherichia coli dapat diakibatkan
pencemaran feses yang terdapat pada pakaian, sepatu, dan milk can serta bakteri
yang menempel pada debu mencemari produk olahan susu melalui udara.
Kontaminasi bakteri Escherichia coli pada bahan makanan secara umum,
menurut Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Bali,
Corry Pandjaitan dalam Anonim (2011b), yang menyatakan bahwa bakteri
Escherichia coli bersumber dari kotoran (tinja) manusia dan hewan, kotoran yang
29
kering tersebut akan terbawa angin berupa debu dan menempel pada bahan
makanan mentah dan air. Bakteri ini bisa pula ditularkan melalui lalat yang
hinggap pada makanan matang.
Penyakit yang ditimbulkan pada makanan yang terinfeksi Escherichia coli
umumnya menimbulkan gangguan saluran pencernaan, dengan rasa nyeri di
bagian perut, diare, dan terkadang disertai dengan muntah. Penyakit ini disebabkan
oleh makanan yang mengandung sejumlah bakteri yang patogen, atau toksin yang
dikeluarkan oleh bakteri tersebut. Penyakit ini dapat menyerang semua orang,
seperti anak-anak dan orang tua (Anonim, 2011b).
Kontaminasi Bakteri Escherichia coli dihubungkan dengan Cara Pencucian
Cetakan Dangke dan Suhu Penyimpanan Dangke
Parameter kuesioner responden pada cara pencucian cetakan dangke dan
suhu penyimpanan cetakan dangke yang dihubungkan dengan kontaminasi bakteri
Escherichia coli dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Parameter kuesioner Pada Cara Pencucian Cetakan Dangke dan Suhu
Penyimpanan Cetakan Dangke dihubungkan dengan Kontaminasi
Bakteri Escherichia coli di Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang
Data Chi Square
No.
Parameter Kuesioner Responden
2
df
p-value
𝑥
1.
Cara Pencucian Cetakan Dangke
6,270
2
0,04a
2.
Suhu Penyimpanan Dangke
3,636
2
0,16b
Keterangan: 𝑥 2 : parameter yang diukur
df : derajat kebebasan
p-value (≤ 0,05) : nilai signifikan
Berdasarkan Tabel 5 diperoleh bahwa kuesioner responden terhadap cara
pencucian cetakan dengan kontaminasi bakteri Escherchia coli pada 15 sampel
dangke diperoleh hasil 𝑥 2 = 6,270 dan derajat kebebasan df = 2 serta
p-value = 0,04 (p-value < 0,05), hal tersebut berpengaruh nyata sehingga ada
30
hubungannya antara cara pencucian cetakan dan kontaminasi bakteri Escherichia
coli pada dangke (Lampiran 5).
Pada kuesioner responden terhadap suhu pencetakan dangke dengan
kontaminasi bakteri Escherchia coli pada 15 sampel dangke diperoleh hasil
𝑥 2 = 3,636 dan derajat kebebasan df = 2 serta p-value = 0,16 (p-value > 0,05),
hal tersebut tidak berpengaruh nyata. Sehingga tidak ada hubungannya antara suhu
penyimpanan dangke dan kontaminasi bakteri Escherichia coli pada dangke
(Lampiran 6).
Pada cara pencucian cetakan dangke berpengaruh pada tingkat kontaminasi
Escherichia coli pada dangke, karena rata-rata responden cara pencucian
cetakannya hanya menggunakan air sumur yang kemungkinan mengandung
Escherchia coli dan perlakukan pencucian dilakukan sebelum dan sesudah dangke
dicetak maka kontaminasi bakteri Escherichia coli pada dangke akan semakin
tinggi.
Berdasarkan hal tersebut, air yang bersumber dari dalam tanah yaitu sumur
dan mata air terkontaminasi oleh mikroorganisme dan zat-zat kimia (polusi)
sehingga air tersebut tidak dapat dipakai untuk mencuci tanpa menggunakan sabun
dan diminum tanpa dipanaskan atau dididihkan (Pelczar dan Chan, 2007).
Pada suhu penyimpanan dangke tidak berpengaruh pada tingkat
kontaminasi Escherichia coli pada dangke, karena rata-rata responden dangkenya
di simpan pada suhu kamar, lalu dimasukkan ke dalam refrigerator (kulkas),
sehingga pertumbuhan bakteri Escherichia coli dapat berkurang sehingga dalam
waktu yang lama bakteri tersebut akan mati.
31
Berdasarkan hal tersebut, pada suhu refrigerator (kulkas) dapat
menghambat pertumbuhan kegiatan metabolik mikroorganisme untuk jangka
waktu yang lama dan menyebabkan mikroorganisme tersebut akan mati
(Pelczar dan Chan, 2007).
32
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Persentase kuesioner responden yaitu cetakan tempurung kelapa (97%),
cara pencucian cetakan dilakukan sebelum dan sesudah dangke dicetak (40%),
serta dangke disimpan pada suhu kamar lalu dimasukkan di suhu refrigerator
kulkas (70%).
2. Persentase bakteri Escherichia coli pada dangke cukup tinggi yaitu 60% positif
terkontaminasi bakteri Escherichia coli.
3. Faktor yang mempengaruhi kontaminasi bakteri Escherichia coli pada dangke
yaitu cara pencucian cetakan dangke.
Saran
Sebaiknya penelitian selanjutnya dilakukan pengujian perhitungan bakteri
Escherichia coli pada dangke tersebut, agar diketahui aman atau tidak dikonsumsi
masyarakat sesuai dengan ambang batas berdasarkan Badan Standardisasi
Nasional Indonesia (BSNI). Sebaiknya sanitasi dan higieni ditingkatkan pada
proses pengolahan dangke, agar produk olahan susu berkualitas dan aman
dikonsumsi oleh masyarakat.
33
DAFTAR PUSTAKA
Agustini, Y. 2008. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan karyawan
dalam pelaksanaan cara produksi pangan yang baik (CPPB) di industri mie
basah. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Sumatra Utara. Medan.
Anonim. 2011a. Dangke, keju lokal yang gurih kenyal. http://travel.kompas.com
/read/2011/05/15/11302623/Dangke.Keju.Lokal.yang.Gurih.Kenyal.
Diakses 5 Agustus 2012.
______. 2011b. Waspadai ancaman bakteri Escherichia coli. http://www.balipost.
co.id/mediadetail.php?module=detailberitaminggu&kid=24&id=52546.
Diakses 21 Februari 2013.
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleed dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan.
Penerjemah Haripurmono dan Adino. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Buzby, J.C., T. Roberts, C.T.J. Lin and J. M. MacDonald. 1996. Bacterial
foodborne disease: Medical costs and productivity losses, Economic
Research Service, Department of Agriculture. USA.
Carter, G.R. and D.J. Wise. 2004. Essential of Veterinary Bacteriology and
Mycology. 6th Ed. Blackwell Publishing. Iowa. USA.
Dartini, N.L., A.A.G. Putra, G. Kertayadnya dan A.A. Dewi. 2003. Tingkat
cemaran mikroba, residu antibiotika, sulfa dan pestisida pada bahan asal
hewan di Provinsi Bali, NTB, dan NTT tahun 1996-2002. Makalah.
Workshop Nasional Kesmavet. Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner
Regional VI. Denpasar. Bali.
Desroiser, N.W. 1998. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah Mudji
Muljohadjo. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Djaja, I.M. dan N.K. Aryastami. 2000. Pengaruh tempat pengelolaan makanan
terhadap kontaminasi makanan di Jakarta Selatan 1999-2000. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan. Jakarta.
Djarismawati, S. Bambang dan Sugiharti. 2004. Pengetahuan dan perilaku
penjamahtentang sanitasi pengolahan makanan pada instalasi gizi rumah
sakit. Artikel. Media Litbang Kesehatan. Volume XIV. No. 3. Hal. 36.
Jakarta.
Djide, M. N. 1991. Pengaruh penambahan getah pepaya dan beberapa macam
pengawet pada pembuatan dangke. Laporan Penelitian. Fakultas Farmasi.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
34
Direktorat Jenderal Peternakan. 1991. Pola Pengembangan dan Pembinaan
Kesehatan Masyarakat Veteriner. Manual Kesmavet No.40/1991-1992.
Direktorat Bina Kesehatan Hewan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Dullah, A. 1995. Pengembangan teknologi proses dan peningkatan mutu dangke.
Laporan penelitian. Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Makassar.
Fardiaz, S. 1987. Fisiologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,
IPB. Bogor.
Feng, P. 2001. Guide to Foodborne Pathogens. Editors: Ronald G. Labbe, Santos
Garcia, John Wiley and Sons Ltd. Chichester. England.
Gibson, G.R. 2008. Optimal Conditions for the Growth of Escherichia coli.
Microbiology and Molecular Biology. Vol. 65 (2): 232-260. London.
England.
Hariyadi, P. 2010. Mewujudkan keamanan pangan produk-produk unggulan
daerah. Prosiding seminar nasional peran keamanan pangan produk
unggulan daerah dalam menunjang ketahanan pangan dan menekan laju
inflasi. Purwekorto. Jawa Tengah.
Japan International Cooperation Agency (JICA), 2009. Laporan hasil kegiatan:
Identifikasi dan kajian komoditi utama Propinsi Sulawesi Selatan:
Komoditas susu. JICA dan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Kalie, M. B. 1990. Bertanam Pepaya. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kuniawan, A. Dan Susetyo, B. 1997. Kajian awal pembuatan surfaktan dari
tempurung kelapa. Karya Ilmiah. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik.
Universitas Diponegoro, Malang.
Mackenzie, D.I., L.L. Bailey and J.D Nichols (2004). Investigating species
cooccurrence patterns when species are detected imperfectly. J Anim
Ecology. Reviews: 546-555. Amsterdam. Holland.
Malaka, R. 2010. Pengantar Teknologi Susu. Masagena Press. Makassar.
Marlina, E. T., Y.A Hidayati dan W. Juanda. 2007. Kualitas Mikroba pada Ruang
Penampungan Susu dan Pengaruhnya terhadap Jumlah Bakteri dalam Air
Susu. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Bandung.
Marzoeki, A.A.M., A. Hafid, M. Jufri, Amir dan Madjid. 1978. Penelitian
peningkatan mutu dangke. Balai Penelitian Kimia Departemen
Perindustrian. Ujung Pandang.
Mattila, S. T. and M, Saarela. 2000. Functional Dairy Product. Woodhead
Publishing Limited and CRC Press LLC. Fulda, Germany.
35
Meggitt, C. 2003. Food Hygiene and Safety: A Handbook for Care Practitioners.
Heinemann Educational Publishers. London. England.
Mochantoyo, S. Azwar, S. Pratiwi dan Ermainis. 1999. Pengolahan Makanan.
Angkasa. Bandung.
Mudjiarti. 1983. Aspek Keamanan dan Nilai Nutrisi Makanan. Seminar Keamanan
Pangan dan Gizi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Nataro, J.P. and J.B. Kaper. 1998. Diarrhegenic Escherichia coli. Clinical
Microbiology. Reviews: 142–201. Department of Veterinary and
Biomedical Sciences. University of Nebraska. Lincoln. USA.
Nuraida, L. 2011. Mikroba sebagai indikator keamanan kualitas pangan. Majalah
Food Review Indonesia. Media Pangan Indonesia. Baranangsiang. Bogor.
Pelczar, M. J. dan E. C. S., Chan. 2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerjemah:
Ratna Siri Hadioetomo. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Purnawijayanti, H.A. 2001. Higienis, Sanitasi, dan Keselamatan Kerja dalam
Pengolahan Pangan. Kanisius. Yogyakarta.
Quinn, P. J., B. K. Markey, M. E. Carter, W. J. Donnelly and F. C. Leonard. 2002.
Veterinary Microbiology and Microbial Disease. Blackwell Publishing.
USA.
Rahayu, N.P.S. 2007. Hubungan antara higieni sanitasi lingkungan warung dan
praktek pengolahan mie ayam dengan angka kuman. Tesis. Program
Pascasarjana. Universitas Diponegoro. Semarang.
Sakidja, J.S.T. Moningka, M.B.K. Roeroe, K. Paputungan, T.S. Suharto dan Y.T.
Satribunga. 1985. Dasar-Dasar Pengawetan Makanan. Badan Kerjasama
Perguruan Tinggi Negeri Bagian Timur. Makassar.
Simatupang, M. 2006. Morfologi, Struktur, Fisiologi dan Metabolisme Bakteri.
Departemen Mikrobiologi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Songer, J.G. and K.W. Post. 2005. Veterinary Microbiology: Bacterial and Fungal
Agents of Animal Disease. Elsevier Saunders: Missouri. USA.
Sommer, R., F. Learey. J. Summitt and M. Tirrell. 1994. Social benefits of
resident involvement in tree planting. Journal of Arboriculture 20(6):
323-328. New York. USA.
Sunarno, Nelly P. dan Melatiwati. 2012. Survey kontaminasi bakteri patogen pada
makanan dan minuman yang dijual di sekitar gedung perkantoran di
Jakarta. Jurnal Komunikasi Kesehatan. Volume 2. No. 1. Hal. 24.
Purwerojo. Jawa Tengah.
36
Supardi, Imam dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan
Keamanan Pangan. Alumni. Bandung.
Surono, I.S., J.K.D. Saono, A. Tomomatsu, A. Matsumaya and A. Hosono. 1983.
Traditional milk products made from buffalo milk using of higher plants as
coagulants in Indonesia. Japanese Journal of Dairy and Food Science.
Volume: 32(3): 103-110. The Agriculture, Forestry and Fisheries Research
Information Technology Center. Tsukuba. Japan.
Tawaf, R. 2011. Sifat Fisik dan Kimia Susu Segar. Fakultas Peternakan.
Universitas Padjadjaran. Bandung.
Tizard, I.R. 2004. Veterinary Immunology an Introduction. 7th Ed. Saunders
Company. USA.
Uyanto, S.S. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Winarno, F.G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Willshaw G.A., T. Cheasty, H.R. Smith. 2000. Escherichia coli. Di dalam: Lund
BM, Baird-Parker TC, Gould GW, editor. The Microbiological Safety and
Quality of Food. Volume ke-2. Reviews: 1136-1177. Aspen Publishers,
Inc. Gaithersburg. Maryland. USA.
Yudhabuntara, D. 2008. Pengendalian Mikroorganisme dalam Bahan Makanan
Asal Hewan. Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner. Fakultas Kedokteran
Hewan. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
37
Lampiran 1.
Kuesioner Kondisi Pencetakan
Cendana, Kabupaten Enrekang.
Dangke
Pilihlah jawaban yang benar dengan tanda (x) !
Nama Responden
:
Desa
:
1. Alat apa yang Anda gunakan untuk mencetak dangke ?
a. Cetakan tempurung kelapa
b. Cetakan kayu
c. Cetakan lainnya
2. Kapan Anda mencuci cetakan dangke?
a. Sebelum digunakan
b. Sesudah digunakan
c. Sebelum dan sesudah digunakan
3. Anda menyimpan dangke pada suhu di mana?
a. Suhu kamar
b. Suhu refrigerator (kulkas)
c. Suhu kamar lalu dimasukkan disuhu refrigerator (kulkas)
38
di Kecamatan
Lampiran 2. Jawaban Pertanyaan pada Kuesioner Responden Terhadap
3 Desa di Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang.
Jawaban
Pertanyaan*
1.
a
b
c
2.
a
b
c
3.
a
b
c
Keterangan:
*) Lampiran 1
No.
Desa
Baba
9
0
1
4
2
4
0
1
9
Desa
Lekkong
12
0
0
1
7
4
6
1
5
39
Desa
Pundi Lemo
8
0
0
1
3
4
0
1
7
Jumlah
Total (%)
Data
29
97
0
0
1
3
6
20
12
40
12
40
6
20
3
10
21
70
Lampiran 3. Kontaminasi Bakteri Escherichia coli pada 15 Sampel Dangke
Terhadap 3 Desa di Kecamatan Cendana, Kabupaten
Enrekang.
Kontaminasi
Bakteri Escherichia coli
Positif (+)
Negatif (-)
Total (%)
Baba
Data (%)
13
20
33
Lekkong
Data (%)
27
7
34
40
Pundi Lemo
Data (%)
20
13
33
Total (%)
60
40
100
Lampiran 4. Kontaminasi Bakteri Escherichia coli Dihubungkan dengan
Cara Pencucian Cetakan Dangke dan Suhu Penyimpanan
Dangke di Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang.
No.
Responden
1. Responden 1
2. Responden 2
3. Responden 3
4. Responden 4
5. Responden 5
6. Responden 6
7. Responden 7
8. Responden 8
9. Responden 9
10. Responden 10
11. Responden 11
12. Responden 12
13. Responden 13
14. Responden 14
15. Responden 15
Keterangan:
*) Lampiran 1
Jawaban Pertanyaan
Cara Pencucian
Cetakan Dangke*
Jawaban Pertanyaan
Suhu Penyimpanan
Dangke*
Kontaminasi
Escherichia coli
pada Dangke
b
c
b
a
a
c
b
b
a
c
b
b
c
c
b
c
b
c
c
c
c
c
c
c
c
a
a
a
c
c
(-) negatif
(+) positif
(-) negatif
(+) positif
(+) positif
(+) positif
(-) negatif
(-) negatif
(-) negatif
(+) positif
(+) positif
(+) positif
(+) positif
(+) positif
(-) negatif
41
Lampiran 5. Kuesioner Responden Cara Pencucian Cetakan Dihubungkan
dengan Kontaminasi Bakteri Escherichia coli pada Olah Data
Chi-Square Menggunakan Program SPSS.
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Cara Pencucian Cetakan *
Kontaminasi E. coli
Missing
Percent
15
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent
15
100.0%
Cara Pencucian Cetakan * Kontaminasi E. coli Crosstabulation
Kontaminasi E. coli
Cara Pencucian Cetakan
A
Expected Count
B
2
3
1.2
1.8
3.0
5
2
7
2.8
4.2
7.0
0
5
5
2.0
3.0
5.0
6
9
15
6.0
9.0
15.0
Count
Expected Count
Total
Count
Expected Count
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
N of Valid Cases
6.270a
7.995
15
Asymp. Sig. (2sided)
df
2
2
.044
.018
a. 6 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.20.
42
Total
1
Count
Expected Count
C
+
Count
Lampiran 6. Kuesioner Responden Suhu Penyimpanan Dangke Dihubungkan
dengan Kontaminasi Bakteri Escherichia coli pada Olah Data
Chi-Square Menggunakan Program SPSS.
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Suhu Pencetakan *
Kontaminasi E. coli
Missing
Percent
15
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent
15
100.0%
Suhu Penyimpanan Dangke * Kontaminasi E. coli Crosstabulation
Kontaminasi E. coli
Suhu penyimpanan Dangke
a
Count
c
3
3
1.2
1.8
3.0
Count
0
1
1
Expected Count
.4
.6
1.0
Count
Expected Count
Total
Count
Expected Count
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
N of Valid Cases
3.636a
5.032
15
Total
0
Expected Count
b
+
Asymp. Sig. (2sided)
df
2
2
.162
.081
a. 5 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .40.
43
6
5
11
4.4
6.6
11.0
6
9
15
6.0
9.0
15.0
RIWAYAT HIDUP
SUPARNO, lahir di Ambon, 23 November 1989. Penulis
adalah anak keempat dari enam bersaudara, pasangan
Abdul Rasyid, S.Pd., M.Pd dan Kdise Mikal, S.Pd., M.Pd.
Penulis melalui jenjang pendidikan Sekolah Dasar di SD
Inpres Lanraki 1 Makassar, dilanjutkan untuk tingkat SMP
Negeri 35 Makassar, dan ditingkat SMA Negeri 5 Makassar. Masuk Pendidikan
Tinggi pada tahun 2007 melalui jalur JPPB pada Program Studi Teknologi Hasil
Ternak (THT) Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas
Hasanuddin. Selama masa kuliah penulis aktif pada Unit Kegiatan Mahasiswa
Paduan Suara (PSM) Universitas Hasanuddin.
44
Download