BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi A. Pengertian Sistem Secara umum dalam arti sempit, sistem dapat diartikan sebagai sebuah susunan atau sebagai sebuah cara yang melingkupi struktur dan proses, dimana struktur terkait dengan elemen-elemen atau unsur yang membangun sebuah sistem tersebut dan proses berkaitan dengan prosedur atau cara kerja dari masing-masing bagian secara berurutan dan sistematis (White, 2008). Sistem dirancang dan diterapkan dengan tujuan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas yang sifatnya berulang, dimana masing-masing bagian saling terkait dan berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem merupakan sekelompok dari unsur yang memiliki hubungan yang erat antara satu dengan yang lainnya dimana berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyadi, 2001:1). Menurut Bodnar dan Hopwood (2001:1) sistem merupakan kumpulan dari sumber daya yang berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Dari definisi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sistem adalah sebuah kesatuan dari beberapa unsur yang memiliki hubungan erat satu dengan lainnya dan berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. Unsur-unsur yang saling 1 berkaitan dalam sebuah sistem disebut sebagai subsistem. Masing-masing dari subsistem harus dapat melakukan tugasnya dengan efektif dan efisien sehingga tujuan akan dapat tercapai. Kurang efektifnya interaksi dari masing-masing subsistem akan menjadi kendala dalam sistem itu sendiri. Organisasi sangat bergantung pada sistem informasi sehingga akan selalu dapat kompetitif dengan organisasi lain. Informasi dapat membantu dalam peningkatan daya saing, maka dari itu organisasi yang informasinya tidak berjalan dengan baik maka aktivitasnya akan dapat terganggu. B. Sistem Informasi Akuntansi Pelaksanaan suatu Sistem Informasi Akuntansi akan selalu berkaitan dengan unsur-unsur seperti manusia sebagai pelaksana sistem, organisasi sebagai obyek yang memerlukan sistem, dan pengolahan data transaksi yang menghasilkan informasi (Faisal Amri, 2009:22). Bodnar dan Hopwood (2001:1) mendefinisikan Sistem Informasi Akuntansi adalah kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi. Widjajanto (2001:4) mendefinisikan Sistem Informasi Akuntansi adalah sebuah susunan dari berbagai formulir catatan, peralatan, termasuk komputer dan perlengkapannya serta alat komunikasi tenaga pelaksanaannya, dan laporan keuangan yang terkoordinasi secara erat yang didesain untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan manajemen. Menurut James A. Hall (2001:10), Sistem Informasi Akuntansi adalah sebuah sistem yang terdiri dari tiga sub sistem, yaitu transaction 2 processing systems, general ledger/financial reporting systems,management reporting systems. Berdasarkan dari definisi yang diuraikan di atas menjelaskan bahwa Sistem Informasi Akuntansi adalah kesatuan dari struktur-struktur yang terdapat dalam suatu entitas, dimana terdapat sumber daya fisik serta komponen lain untuk mentransformasikan data-data ekonomi menjadi output yang berupa informasi akuntansi yang bermanfaat bagi pemakai informasi dalam pengambilan keputusan. Fungsi utama Sistem Informasi Akuntansi (SIA), yaitu mengolah data dari transaksi keuangan menjadi informasi yang bermanfaat bagi perusahaan (Tokic et. al., 2011). Suatu organisasi dituntut untuk terus mengevaluasi penggunaan sistem agar menjadi efisien, efektif, dan kompetitif (Wong, 2010). Pengaplikasian teknologi komputer pada Sistem Informasi Akuntansi membantu dalam meningkatkan kinerja sebuah sistem. Sistem Informasi Akuntansi berbasis komputer didefinisikan sebagai sekelompok perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk mengubah data menjadi informasi yang bermanfaat (Bodnar dan Hopwood, 2001:4). Terdapat beberapa jenis informasi berbasis komputer, yaitu. 1) Sistem Pengolahan Data Elektronik, merupakan pemanfaatan dari teknologi komputer untuk melakukan proses pengolahan data dari berbagai jenis transaksi yang terdapat dalam sebuah organisasi. 3 2) Sistem Informasi Manajemen, merupakan pemanfaatan dari teknologi komputer untuk dapat menyediakan informasi bagi para pengambil keputusan. 3) Sistem Pendukung Keputusan (DSS), merupakan pemanfaatan dari teknologi komputer untuk memproses data kedalam bentuk pengambilan keputusan bagi pihak – pihak yang berkepentingan. 4) Sistem Pakar (ES), merupakan sistem informasi yang didasarkan pada pengetahuan terhadap bagian aplikasi tertentu yang akan bertindak sebagai konsultan ahli bagi para pemakai akhir. 5) Sistem Informasi Eksekutif (EIS), merupakan suatu sistem yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi stratejik dari manajemen puncak. 6) Sistem Informasi Akuntansi (SIA), merupakan sistem berbasis komputer yang dibuat untuk memproses data akuntansi menjadi sebuah informasi penting. 2.1.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi Sistem Informasi Akuntansi didesain sedemikian rupa untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi baik dari pihak internal maupun pihak eksternal yang berkepentingan terhadap informasi tersebut. Sistem Informasi Akuntansi dalam menjalankan fungsinya juga harus memiliki tujuan-tujuan sehingga dapat memberikan pedoman bagi manajemen dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Yogiyanto (2000:277) menyatakan bahwa terdapat tiga tujuan dari Sistem Informasi Akuntansi yaitu. 1) Mendukung operasi setiap hari (to support the day to day operation). 4 Sistem Informasi Akuntansi memiliki sistem bagian yang disebut sebagai sistem Transaction processing yang mengubah data transaksi menjadi informasi penting yang berguna dalam melakukan setiap kegiatan operasional perusahaan. 2) Mendukung pengambilan keputusan manajemen (to support decision making by internal decision makers). Manajemen puncak membutuhkan informasi dari sebuah sistem sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Manajemen menengah memerlukan informasi akuntansi untuk evaluasi setiap aktivitas perusahaan apakah tedapat penyimpangan yang terjadi terhadap anggaran yang telah ditetapkan dengan realisasi yang dilaporkan. 3) Memenuhi kewajiban yang berkaitan dengan pertanggungjawaban (to fulfill obligation relating to stewardship). Manajemen memiliki kewajiban melaporkan kegiatannya kepada stakeholder. Stakeholder yang dimaksud adalah pemegang saham, kreditur, pemerintah, serikat kerja, otorisasi pasar modal serta yang lainnya. Informasi yang diperlukan oleh stakeholder adalah informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari laporan neraca, laba rugi, dan laporan arus kas. 2.1.3 Pengembangan Sistem Informasi Pada saat ini dunia bisnis dan teknologi berkembang dengan sangat pesat, setiap perusahaan ataupun organisasi harus mempertimbangkan apakah sistem yang sudah diterapkan dapat menunjang kinerja perusahaan dengan baik atau 5 tidak sehingga perusahaan akan dapat memilih untuk mengadakan pengembangan sistem yang ada saat ini agar dapat meningkatkan kinerja dari perusahaan itu sendiri. Sumber daya manusia dari sebuah organisasi harus terlibat secara proaktif dalam pengembangan sistem informasi agar sistem yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan karyawan atau kondisi kerja yang ada di lapangan sehingga sistem yang dikembangkan dapat berjalan secara efektif (Meiryani, 2014). Pengembangan sistem merupakan proses memodifikasi atau memperbaharui dari sistem informasi yang ada, baik secara sebagian atau keseluruhan. Widjajanto (2001:30) mengemukakan bahwa pengembangan sebuah Sistem Informasi Akuntansi terdiri dari beberapa tahap penting seperti. 1) Tahap Perencanaan Sistem Tahap awal pengembangan sebuah sistem adalah perencanaan sistem. Tujuan dari adanya perencanaan adalah agar sistem yang dikembangkan nantinya akan memberikan manfaat untuk menambah kinerja perusahaan. Dalam tahap ini akan dibentuk sebuah kerangka rencana induk sistem yang nantinya dapat mengkoordinasikan seluruh aktivitas dari pengembangan sistem ke dalam sebuah rencana. 2) Tahap Analisis Sistem Analisis sistem merupakan tahapan untuk menguji sistem informasi yang sudah ada. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang berbagai pilihan untuk meningkatkan kemampuan dari sistem itu sendiri apakah dengan melakukan perbaikan atau menggantinya dengan sistem yang baru. 6 3) Tahap Desain Sistem Pada tahap ini semua data dan informasi yang telah dikumpulkan selanjutnya akan diproses kedalam bentuk yang dapat diimplementasikan. 4) Tahap Implementasi Sistem Tahap selanjutnya adalah implementasi sistem, dalam tahap ini akan dilakukan pengujian terhadap sistem yang sudah direncanakan dan dianalisis sebelummnya apakah sistem tersebut sudah layak untuk digunakan. Kemudian akan dilakukan konversi pada tahap akhir ini, dimana semua data yang disimpan dalam file dengan format sistem yang baru. 5) Tahap Operasionalisasi Sistem Setelah sistem informasi berjalan dengan efektif, maka diperlukan adanya pemeliharaan sistem dan evaluasi-evaluasi untuk mengetahui kelemahan yang masih ada pada sistem tersebut. 2.1.4 Faktor-faktor yang berpengaruh pada kinerja Sistem Informasi Akuntansi Kinerja berkaitan dengan pencapaian hasil dari serangkaian tugas oleh individual. Kinerja akan semakin baik jika melibatkan kombinasi dari peningkatan efisiensi, peningkatan efektivitas, peningkatan produktivitas, maupun peningkatan kualitas. Kinerja yang lebih baik akan tercapai jika individu dapat memenuhi 7 kebutuhan individual dalam melaksanakan dan meyeleseaikan suatu tugas (Goodhue, 1995 dalam Tjhai Fung Jen 2002). Tjhai Fung Jen (2002) dan Soegiharto (2001) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kinerja Sistem Informasi Akuntansi adalah. 1) Dukungan Manajemen Puncak Manajemen puncak merupakan kelompok yang relatif kecil, dimana bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen yang terdapat pada sebuah organisasi yang pada umumnya memiliki kepentingan terhadap perencanaan dan pengendalian strategis jangka panjang (Bodnar dan Hopwood, 2001:2). Menurut Kariyani (2006), penilaian terhadap dukungan manajemen puncak menyangkut tentang. (1) Harapan manajemen puncak terhadap penggunaan sistem informasi. (2) Keterlibatan manajemen puncak terhadap perencanaan operasi dari sistem informasi. (3) Perhatian manajemen dalam mengevaluasi kinerja dari sistem informasi (4) Antusiasme manajemen puncak pada pemakaian dari sistem informasi pada masing-masing bagian yang terdapat dalam organisasi. 2) Pelatihan dan Pendidikan Saddat (2005) mendefinisikan pelatihan dan pendidikan sebagai salah satu hal penting dalam memberikan latar belakang yang umum untuk dapat mendekatkan pemakai dengan penggunaan teknik komputer secara umum, 8 proses dari penggunaan sistem yang spesifik. Berdasarkan uraian tersebut, pelaksanaan pelatihan dan pendidikan akan membantu pemakai sistem untuk memahami dan dapat menggunakan sistem informasi yang ada sehingga dapat meningkatkan kinerja dari Sistem Informasi Akuntansi. 3) Keberadaan Dewan Pengarah Sistem Keberadaan sebuah dewan yang memiliki tugas untuk mengarahkan pengembangan sistem informasi, pengimplementasian dan mengendalikan proses dari sistem informasi tersebut akan membuat kualitas dan kinerja Sistem Informasi Akuntansi yang digunakan akan menjadi lebih baik sehingga kinerja dari Sistem Informasi Akuntansi tersebut juga meningkat (Eka Mina Sanitri, 2007). Dewan pengarah sistem akan membantu dalam setiap proses pengembangan sistem mulai dari tahap perencanaan hingga tahap implementasi dan evaluasi sistem. 4) Lokasi Departemen Sistem Informasi Tjhai Fung Jen (2002) menyatakan bahwa lokasi departemen sistem informasi akan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik bagi pemakai dalam pengoperasian sebuah sistem informasi pada perusahaan dan untuk pemakai yang mendapatkan pelayanan yang baik akan merasa puas dalam penggunaan dari sistem informasi yang ada dan tetap akan menggunakan sistem informasi tersebut. Lokasi departemen sistem informasi menyangkut mengenai lokasi departemen yang terpisah atau tidak dalam sebuah organisasi. 5) Pengembangan Sistem Informasi 9 Pengembangan sistem informasi merupakan penyusunan suatu sistem yang baru dengan tujuan untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada sebelumnya. Pengembangan sebuah sistem penting untuk dilakukan agar mekanisme atau sistem kerja pada sebuah organisasi menjadi lebih baik. 6) Keterlibatan Pemakai Dalam Pengembangan Sistem Sangat penting adanya keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem informasi, karena pemakai yang lebih mengetahui kelebihan maupun kelemahan dari sistem yang digunakan. Pemakai Sistem Informasi Akuntansi yang dilibatkan dalam proses pengembangan sistem akan menciptakan keinginan dari pemakai tersebut untuk menggunakan Sistem Informasi Akuntansi sehingga pemakai akan merasa lebih memiliki sistem informasi yang digunakan dan kepuasan pemakai Sistem Informasi Akuntansi akan meningkat. 2.1.5 Kepuasan Pemakai Sistem Informasi Akuntansi Kepuasan pemakai terhadap suatu sistem informasi adalah bagaimana cara pemakai sistem informasi memandang suatu sistem secara nyata, tapi tidak pada kualitas sistem secara teknik (Guimaraes, dkk dalam Dwi Iranto, 2012:3). Kepuasan pemakai sistem menunjukkan seberapa jauh pemakai merasa puas dan percaya terhadap sistem informasi yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan mereka (Ives, 1983 dalam Komara, 2005:23). Kepuasan pemakai SIA berkaitan dengan. 1) Tingkat pentingnya SIA dalam kesuksesan. 10 2) Tingkat kemampuan SIA dalam meningkatkan kepuasan kerja. 3) Tingkat kemampuan SIA dalam memberikan Informasi yang dibutuhkan, 4) Tingkat kesenangan pemakai terhadap SIA yang digunakan. 5) Tingkat efisiensi SIA dalam membantu pekerjaan pemakai SIA. 6) Tingkat kontribusi yang diberikan SIA dalam pencapaian tujuan dan misi perusahaan. 7) Tingkat keterkaitan karyawan terhadap SIA yang ada. 8) Tingkat fleksibilitas SIA dalam melakukan penyesuaian terhadap berbagai keadaan, sesuai dengan perkembangan kebutuhan informasi sekarang dan masa yang akan datang. 9) Tingkat kemampuan SIA dalam menghasilkan informasi yang tepat pada waktunya. 10) Tingkat kemampuan SIA dalam menyajikan informasi dengan akurat. 2.1.6 Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit maupun bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Kasmir, 2004:23). Terdapat banyak jenis lembaga keuangan yang ada di Indonesia salah satunya adalah Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Tingkat I Bali No. 8 Tahun 2002 pasal 2, disebutkan bahwa Lembaga Perkreditan Desa adalah badan usaha milik Desa yang melaksanakan kegiatan usaha di lingkungan desa dan krama desa. Tujuan didirikannya sebuah LPD pada setiap desa adat, berdasarkan penjelasan 11 dari peraturan Daerah No.2/1988 dan No. 8 tahun 2002 mengenai Lembaga Perkreditan Desa (LPD) adalah. 1) Untuk mendukung pembangunan ekonomi pedesaan melalui peningkatan kebiasaan menabung masyarakat desa dan menyediakan kredit bagi usaha skala kecil. 2) Untuk menghapuskan bentuk-bentuk eksploitasi dalam hubungan kredit. 3) Untuk menciptakan kesempatan yang setara bagi kegiatan usaha pada tingkat desa. 4) Untuk meningkatkan tingkat moneterisasi didaerah pedesaan. Pada Peraturan Daerah Provinsi Tingkat I Bali No. 8 Tahun 2002, dijelaskan bahwa kegiatan usaha yang dilakukan oleh Lembaga Perkreditan Desa adalah. 1) Menerima dan menghimpun dana di krama desa dalam bentuk tabungan maupun deposito. 2) Memberikan pinjaman hanya kepada krama Desa. 3) Menerima pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan maksimum sebesar 100% dari jumlah modal termasuk cadangan dan laba ditahan kecuali batas lalu dalam jumlah pinjaman atau dukungan atau bantuan desa. 4) Menyimpan kelebihan likuiditas pada BPD Bali dengan imbalan bunga bersaing dan pelayanan memadai. 12 Keanggotaan LPD dari pemerintah sebagai krama desa adat secara struktural, terdiri dari berbagai banjar yang berada dalam wilayah desa yang sama. Krama banjar yang ada di lingkungan desa yang sama, secara otomatis merupakan penopang dari keberadaan sebuah LPD. 2.2 Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh pelatihan dan pendidikan pemakai sistem informasi terhadap kepuasan pemakai Sistem Informasi Akuntansi Hary Gustiyan (2014) menyatakan bahwa kepuasan pemakai sistem informasi akan meningkat jika didukung oleh adanya pelatihan dan pendidikan sistem informasi yang diberikan oleh organisasi kepada karyawannya. Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Dhiena Fitria Irawati (2011) yang menyatakan dengan adanya pelatihan dan pendidikan akan berpengaruh pada kepuasan pemakai Sistem Informasi Akuntansi. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dirumuskan hipotesis pertama. H1: Pelatihan dan pendidikan pemakai sistem informasi berpengaruh terhadap kepuasan pemakai Sistem Informasi Akuntansi. 2.2.2 Pengaruh dukungan manajemen puncak terhadap kepuasan pemakai Sistem Informasi Akuntansi Sarinadi (2009) menyatakan bahwa kepuasan pemakai sistem informasi akan dipengaruhi oleh adanya dukungan dari manajemen puncak. Dukungan manajemen puncak akan dapat meningkatkan kepuasan dari pemakai Sistem Informasi Akuntansi. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Citra Dewi (2010), kepuasan pemakai Sistem Informasi Akuntansi akan dipengaruhi oleh adanya 13 dukungan manajemen puncak. Berdasarkan penjelasan teoritis diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis kedua. H2: Dukungan manajemen puncak berpengaruh terhadap kepuasan pemakai Sistem Informasi Akuntansi. 2.2.3 Pengaruh pengembangan sistem informasi terhadap kepuasan pemakai Sistem Informasi Akuntansi Hasil penelitian Faisal Amri (2009) menyatakan bahwa pengembangan sistem informasi akan memengaruhi kepuasan pemakai Sistem Informasi Akuntansi. Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Buda Utama (2014) dimana kepuasan pemakai Sistem Informasi Akuntansi dipengaruhi oleh pengembangan sistem informasi. Berdasarkan penjelasan teoritis diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis ketiga. H3: Pengembangan sistem informasi berpengaruh terhadap kepuasan pemakai Sistem Informasi Akuntansi 2.2.4 Pengaruh keterlibatan pemakai dalam pengembangan terhadap kepuasan pemakai Sistem Informasi Akuntansi sistem Faisal Amri (2009) menyatakan bahwa keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem berpengaruh terhadap kepuasan pemakai Sistem Informasi Akuntansi. Semakin tinggi keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem, semakin tinggi juga tingkat kepuasan yang dicapai. Hasil penelitian yang sama juga diperoleh oleh Hary Gustiyan (2014) yang menyatakan bahwa pengembangan sistem informasi berpengaruh terhadap kepuasan pemakai Sistem Informasi Akutansi. Dari uraian di atas dapat di tarik hipotesis keempat. H4: Keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem berpengaruh terhadap kepuasan pemakai Sistem Informasi Akuntansi 14 15