stP, antisipasi transaksi Masa Depan

advertisement
Dari Redaksi
Straight Through Processing (STP),
selalu jadi target yang diperbincangkan SRO beberapa tahun ini. Miles­
tone baru yang paling ditunggu untuk
meng­antisipasi lonjakan transaksi
per­dagangan Efek ini akhirnya terwujud. Peluncuran STP dilakukan 18
Juni lalu. Inilah salah satu infrastruktur
pasar modal yang akan meningkatkan efisiensi aktivitas perdagangan di
pasar modal Indonesia.
Selain mengangkat STP sebagai
tema utama edisi ini, kami mengulas
perkembangan pasar modal syariah
di Indonesia. Sudahkah masyarakat muslim yang menjadi mayoritas
penduduk Indonesia memanfaatkan
pasar modal syariah secara optimal?
Seberapa besar ketersediaan produk
investasi syariah? Dan bagaimana
aturan hukum serta fatwa yang melengkapi aktivitas perdagangan Efek
syariah? Kami ha­dirkan tulisan ini untuk pembaca.
Redaksi Fokuss menyajikan pula
artikel mengenai perubahan Peraturan Jasa Kustodian Sentral, wajah
baru komisaris KSEI, dan integrasi
media sosial dan dunia bisnis. Seperti
biasa kami tambahkan aktivitas yang
memotret beberapa kegiatan KSEI
terakhir, dan statistik yang memaparkan perkembangan aset dan sub reke­
ning, serta kartu AKSes dan SID yang
tercatat di C-BEST.
Selamat Membaca.
Redaksi
Website KSEI
www.ksei.co.id
�������������
�������������
email
��������������
��������������
[email protected]
���������������
Toll Free
���������������
�����������������
0800 -1- 865734
�����������������
������������������
Call Center KSEI
������������������
021 - 515 2855
STP, Antisipasi Transaksi
Masa Depan
Setelah penerapan Scripless Trading pada tahun 2000, Straight Through
Processing (STP) menjadi milestone baru yang paling ditunggu dalam
rangkaian pembenahan infrastruktur di pasar modal Indonesia. Penerapan
proses transaksi perdagangan hingga kliring dan penyelesaian secara
terintegrasi ini dibuat untuk mengantisipasi peningkatan aktivitas di pasar
modal Indonesia dari tahun ke tahun.
E
nam tahun lalu, rata-rata transaksi
saham harian di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) masih tercatat sebanyak
Rp 1,6 triliun. Saat ini, rata-rata transaksi per
hari sudah melambung sebesar 4,9 triliun. Pe­
ningkatan jumlah transaksi akan terus terjadi
seiring bertambahnya jumlah Emiten yang
mencatatkan sahamnya di BEI, peningkatan
jumlah investor, pengembangan online trad­
ing yang menduplikasi nasabah dan transaksi
dengan cepat, serta berkembangnya produkproduk baru.
Untuk mengantisipasi peningkatan trans­
aksi itulah, pasar modal Indonesia meng­
agendakan pembenahan infrastruktur pasar
modal yang tertuang dalam master plan
daftar isi
1
STP, Antisipasi Transaksi Masa Depan
3
Sekilas tentang Pasar Modal Syariah
4
Perubahan Peraturan Jasa Kustodian Sentral
6
Wajah Baru Komisaris KSEI
7
Integrasi Media Sosial Dengan Dunia Bisnis
8
aktivitas & Statistik
04
Edisi
Tahun 2012
�������������
����������
Edisi 04, 2012
Fokuss
pasar modal tahun 2010 - 2014. Salah satunya penerapan Straight Through Processing
(STP) atau biasa disebut sistem transaksi
perdagangan terintegrasi. Setelah melalui
proses panjang persiapan dan pengembangan sistem, STP berhasil diluncurkan
pada 18 Juni 2012 lalu.
Boleh dibilang STP menjadi bagian
infrastruktur yang paling ditunggu. Se­
perti online system yang ada di perbankan,
STP di pasar modal merupakan integrasi
sistem dan proses dengan mengotomasi
seluruh proses transaksi bursa, mulai dari
proses input order, eksekusi trans­aksi,
kli­ring, hingga konfirmasi/afirmasi dan
pe­nyelesaian transaksi, tanpa adanya intervensi secara manual atau proses input
ulang data. Sebelum STP diluncurkan, untuk me­la­
yani transaksi nasabahnya Anggota Bursa
(AB) harus berinteraksi secara terpisah
dengan sistem perdagangan, sistem kli­
ring dan sistem settlement yang dikelola
oleh masing-masing SRO. Pertama, pro­
ses input order transaksi hingga eksekusi
trans­aksi dari sistem AB ke sistem JATS
milik BEI. Kedua, proses kliring dan penye­
le­sai­an transaksi ke sistem E-Clears milik
PT Kli­ring Penjaminan Efek Indonesia
(KPEI), dan konfirmasi penyelesaian trans­
aksi terkait Sub Rekening Efek milik ma­
sing-ma­sing nasabah di sistem C-BEST
milik PT Kustodian Sentral Efek Indonesia
(KSEI). Melalui STP, hanya dibutuhkan satu
kali input mulai dari memasukkan order
transaksi, konfirmasi penyelesaian tran­s­
aksi hingga pe­nyelesaian Efek dan dana
“Melalui STP, hanya
dibutuhkan satu kali input
mulai dari memasukkan
order transaksi, konfirmasi
penyelesaian transaksi
hingga penyelesaian Efek
dan dana.”
ke rekening nasabah.
Pengembangan
STP
m­eru­p­a­­kan salah satu
pro­­­­­yek ber­sa­ma pengem­
bangan in­fra­struktur pa­sar
mo­­dal yang dikoordinasi­
kan oleh KPEI. Hasan
Fawzi, Direktur Utama KPEI
meng­ungkapkan bahwa
dalam me­­­nuntaskan pekerjaan be­­­sar ini ada sejumlah tan­tangan yang
sempat dihadapi KPEI.
Per­ta­ma, pengembangan
sis­tem back office AB harus
disesuaikan dengan pro­ses
STP. Selanjutnya, KPEI ha­­
rus me­lakukan pe­nyesuai­
an operasional/prosedur
di si­si AB untuk disesuaikan de­ngan proses STP.
Dan terakhir, penyesuaian
operasional dan sta­bilisasi
sistem di SRO, terutama
Syafruddin
proses kliring, settlement,
dan manajemen risiko
yang banyak berubah terkait implementasi STP.
Meski demikian, kesuksesan penerap­
an STP ini tidak lepas dari keberhasilan KSEI
menuntaskan proyek Single Identification
Number (SID). Sebagai identitas investor
di pasar modal, setiap investor wajib memiliki satu SID, walaupun investor tersebut
menjadi nasabah di sejumlah Perusahaan
Efek. SID ini wajib dicantumkan sebagai
Trading ID dan menjadi syarat bagi investor
untuk dapat melakukan
transaksi di BEI.
Menurut Syafruddin, Kepala Divisi Pe­
nelitian dan Pengem­
bang­an Usaha KSEI,
de­ngan menerapkan
SID seba­gai Trading
ID, setiap order transaksi yang di­masukkan
ke sis­tem JATS akan
dapat di­identifikasi si­a­
pa in­ves­tor pelakunya.
Da­ta order yang telah
dilengkapi dengan SID
ini dibaca pula oleh
sistem E-Clears milik
KPEI se­hing­ga hak dan
kewajiban penyelesai­
an trans­aksi yang per­
hi­tungan sebe­lum­nya
dilakukan pada level
Anggota Kli­ring, kini
dapat dihi­tung hingga
level nasabah. Hasil per­
hitungan hak dan kewajiban penyelesaian transaksi ini secara
otomatis pada tanggal penyele­saian akan
diproses langsung ke Sub Reke­ning Efek
nasabah yang ada di sistem C-BEST KSEI.
“Dengan penerapan kewajiban pencantuman SID sebagai trading ID, informa­si
da­ta perdagangan di Bursa menjadi lebih
de­tail dan jelas. Bila sebelumnya informasi
yang melakukan order jual-beli Efek di
Bursa hanya dike­lompokkan berdasarkan
kode Anggota Bursa dan pihak asing atau
Hasan Fawzi
STP PROJECT >>
Sumber: PMO-SMO
Penerbit: PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) • Penasihat: Direksi KSEI • Dewan Redaksi:
Zylvia Thirda, Dharma Setyadi, Susiyanti, Novian Harry Wibowo, Ahmad Nooriman, M. Ridwan,
Rachmat Irfan, Adisty Widyasari, Dimas Prayogo • Penanggung Jawab: Unit Komunikasi Perusahaan
KSEI • Alamat Redaksi: Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower I Lt. 5, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53,
Jakarta 12190, Telp. 52991099, Fax. 52991199 • Sirkulasi: Unit Komunikasi Perusahaan KSEI
[Redaksi]
Sekilas tentang Pasar
Modal Syariah Indonesia
M
asyarakat Indonesia secara
umum mungkin lebih menge­
nal Bank (perbankan) syari­ah
dibandingkan dengan pasar modal syariah. Ini merupakan hal yang wajar meng­
ingat perbankan syariah memang berkembang lebih dulu. Perkembangan industri
perbankan syariah di Indonesia, khususnya pada beberapa tahun belakang­an
ini, memberikan dampak positif ter­hadap
perkembangan pasar modal syariah, dimana sistem investasinya sesuai dengan
prinsip-prinsip dasar syariah.
Sejarah pasar modal syariah di Indone­
sia dimulai dengan diterbitkannya Reksa
Dana Syariah pada tahun 1997, diikuti de­
ngan diterbitkannya obligasi syariah pa­da
akhir 2002. Sebelumnya pada bulan Juli
2000, PT Bursa Efek Indonesia (d/h PT Bursa
Efek Jakarta) berkerjasama dengan salah
satu manajer investasi meluncurkan Jakar­
ta Islamic Index (JII) yang dapat diguna­
kan untuk memandu investor yang ingin
menginvestasikan dananya secara syariah.
Instrumen-instrumen investasi syariah ter­
sebut terus mengalami perkembangan
sejalan dengan maraknya pertumbuhan
bank-bank nasional yang membuka unit
syariah. Perkembangan pasar modal syariah Indonesia kian berlanjut dengan di­
terbitkannya Sukuk Ijarah pertama pada
tahun 2004 dan penerbitan Daftar Efek
Syariah (DES) pada tahun 2007.
Berbagai produk dan instrumen pasar
modal syariah yang semakin berkembang
perlu didukung dengan ketentuan dan
landasan hukum yang jelas. Pada April
2001, Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001
tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi
Untuk Reksa Dana Syariah yang berkaitan
langsung dengan pasar modal. Selanjut-
nya, instrumen investasi syariah di pasar
modal terus bertambah dengan kehadir­
an Obligasi Syariah yang diterbitkan oleh
beberapa Emiten. Pada bulan Maret 2003
disepakati Memorandum of Understanding
(MoU) antara Badan Pengawas Pasar Mo­
dal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
dan DSN-MUI. MoU ini menunjukkan ada­
nya kesepahaman antara Bapepam-LK dan
DSN-MUI tentang pasar modal syariah.
DSN-MUI juga terus memperbaharui
berbagai ketentuan pasar modal syariah,
antara lain dengan menerbitkan Fatwa
DSN Nomor: 40/DSN-MUI/X/2003 tanggal
4 Oktober 2003 tentang Pasar Modal Dan
Edisi 04, 2012
Sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim
terbesar di dunia, potensi pengembangan pasar
modal syariah di Indonesia cukup besar. Apalagi
didukung dengan kinerja pasar modal Indonesia
yang terus mengalami peningkatan.
Fokuss
lokal, maka dengan penerapan SID ini,
dapat diketahui pihak yang melakukan
transaksi sampai level nasabah. Fasilitas ini
sangat mendukung fungsi pengawasan
pihak otoritas pasar modal atas transaksi
di Bursa agar dapat berjalan secara wajar,”
papar Syafruddin.
Tak cuma BEI, KPEI dan KSEI yang
me­lakukan pengembangan untuk mensukseskan STP, AB pun ikut melakukan
pengembangan sistem back office yang
prosesnya disesuaikan dengan mekanisme
STP dan dengan mengimplementasikan
SID. Selama proses pengembangan ini, AB
juga melakukan penyesuaian proses pencatatan transaksi, kliring, risk management,
dan settlement sesuai SID.
Hasan Fawzi menyampaikan kepuas­
annya atas beroperasinya STP. Dengan
dimulainya STP, tidak lagi dibutuhkan en­
try data yang membutuhkan pengulang­
an dan tidak ada lagi intervensi manual
dari setiap prosesnya yang sekaligus dapat
mengurangi risiko human error. “Dengan
begitu kapasitas transaksi, kliring dan
penyelesai­an transaksi otomatis lebih meningkat,” ungkapnya.
Tujuan lainnya, kata Hasan, dari aspek
efisiensi biaya transaksi. “Dengan tidak ada
lagi intervensi manual, validasi otomatis,
pemanfaatan dana sampai Efek nasabah,
akan menurunkan biaya-biaya. Bila misalnya dulu Perusahaan Efek harus mempekerjakan petugas untuk melakukan input
data, kini tidak dibutuhkan lagi. SDM yang
ada bisa dioptimalkan menjadi tenaga
marketing, misalnya”.
Diharapkannya implementasi STP ter­
sebut mampu memberikan transparansi
perdagangan, meminimalisir segala risiko,
meningkatkan frekuensi transaksi bursa
serta efisiensi aktivitas seluruh nasabah
atau Pemegang Rekening yang tercatat
di sistem KSEI. Meski sudah selesai diluncurkan, bukan berarti tugas KPEI dalam
pengembangan STP selesai sampai di sini.
Dalam jangka pendek, menurut Hasan,
akan dilakukan sosialisasi lebih lanjut bagi
AB terkait operasional sesuai STP untuk
memperkecil risiko operasional dan meningkatkan efisiensi. Selain itu, stabilisasi
dan penyempurnaan sistem-sistem terkait
STP akan terus dilakukan. Sementara untuk jangka menengah dan panjang, akan
dilakukan optimalisasi dan peningkatan
efektifitas pengawasan/monitoring. ”Pe­
nyempurnaan proses STP akan dilakukan
untuk meningkatkan efisiensi, antara lain
melibatkan Bank Kusto­dian sebagai settle­
ment agent,” ungkapnya. l
“Perbedaan secara umum
antara pasar modal reguler
dengan pasar modal
syariah dapat dilihat pada
instrumen dan mekanisme
transaksinya.”
Edisi 04, 2012
Fokuss
Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah Di Bidang Pasar Modal. Fatwa ini menentukan kriteria produk-produk investasi
yang sesuai dengan ajaran Islam, antara
lain terkait jenis usaha, produk barang dan
jasa yang diberikan serta cara pengelolaan
perusahaan Emiten. Jenis transaksi pun
harus dilakukan menurut prinsip kehatihatian serta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi, manipulasi dan tindakan
lain yang didalamnya mengandung unsur
dharar, gharar, riba, maysir, dan zhulm meliputi: najash, ba’i al ma’dun, insider trading,
penyebar­luasan informasi yang menyesatkan untuk memperoleh keuntungan trans­
aksi yang dilarang, melakukan investasi
pada perusahaan yang pada saat transaksi
tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya, margin trading dan
ikhtikar.
Ketentuan, pedoman dan peraturan
pasar modal syariah terus digulirkan pada
tahun 2006 - 2009 oleh Bapepam-LK, diantaranya adalah Peraturan Bapepam-LK
Nomor IX.A13 tentang Penerbitan Efek
Syariah dan Nomor IX.A.14 tentang akadakad yang digunakan dalam Penerbitan
Efek Syariah di Pasar Modal dan Peraturan
Bapepam-LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria
dan Penerbitan Daftar Efek Syariah. Pada
tanggal 30 Juni 2009, Bapepam-LK telah
melakukan penyempurnaan terhadap Per­­
aturan Bapepam-LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah dan Nomor
II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.
Perkembangan Pasar Modal Syariah
mencapai sejarah baru dengan disahkannya UU Nomor 19 tahun 2008 tentang
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Undang-undang ini menjadi landasan hukum
untuk penerbitan SBSN atau Sukuk Negara.
Pada Agustus 2008, untuk pertama kalinya
“Dalam konsep
pasar modal syariah,
instrumen Efek yang
diperdagangkan harus
berasal dari perusahaan
yang bergerak dalam
sektor yang memenuhi
kriteria syariah dan
terbebas dari unsur
ribawi.”
Pemerintah Indonesia menerbitkan SBSN
seri IFR0001 dan IFR0002.
Untuk melengkapi UU dan ketentuan
Bapepam-LK yang telah diterbitkan, pada
tanggal 8 Maret 2011 disahkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.: 80/DSN-MUI/
III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah
dalam Mekanisme Syariah Perdagangan
Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa
Efek. Dengan pengesahan fatwa tersebut
maka penyelenggaraan perdagangan Efek
di BEI telah memiliki dasar atau hukum
fikih yang kuat bahwa mekanisme lelang
berkelanjutan (continuous auction) yang
digunakan BEI dalam transaksi Efek bersifat ekuitas di pasar reguler telah sesuai
dengan prinsip Syariah.
Sejalan dengan Fatwa tersebut, pada
12 Mei 2012 PT Bursa Efek Indonesia
melakukan peluncuran Indeks Saham Syariah Indonesia atau Indonesia Sharia Stock
Index (ISSI) yang dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi investor untuk berinvestasi
saham, khususnya saham syariah. Indeks
ini digunakan untuk membantu menghilangkan kesalahpahaman masyarakat
yang menganggap bahwa saham syariah
hanya terdiri dari 30 saham yang masuk
dalam JII.
Secara umum konsep pasar modal syariah dengan pasar modal reguler tidak jauh
berbeda. Perbedaan secara umum antara
pasar modal reguler dengan pasar modal
syariah dapat dilihat pada instrumen dan
mekanisme transaksinya. Dalam konsep
pasar modal syariah, instrumen Efek yang
diperdagangkan harus berasal dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang
memenuhi kriteria syariah dan terbebas
dari unsur ribawi. Sedangkan transaksinya
dilakukan dengan menghindari berbagai
praktek spekulasi.
Berkembangnya pasar modal syariah
akan mengakomodir kebutuhan umat
Islam di Indonesia yang ingin melakukan
investasi di produk-produk pasar modal
yang sesuai dengan prinsip dasar syariah. Terlebih lagi, perkembangan ini juga
dilengkapi dengan perangkat peraturan,
ketentuan, pedoman serta landasan hukum yang jelas. Namun demikian, tingkat
pemahaman masyarakat tentang investasi
di pasar modal yang berbasis syariah masih perlu ditingkatkan.
Dengan semakin beragamnya sarana
dan produk investasi syariah di Indonesia, diharapkan masyarakat akan memiliki
alternatif berinvestasi yang dianggap se­
suai dengan keinginannya, disamping investasi yang selama ini sudah dikenal dan
berkembang di sektor perbankan.
[Redaksi - dari berbagai sumber]
S
eiring perkembangan produk la­
yan­­­an pasar modal Indonesia yang
cukup pesat, KSEI sebagai salah
satu Self Regulatory Organization (SRO),
turut berperan mendukung segala per­
ubahan dan pengembangan. Salah satu
agenda penting Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) bersama SRO adalah peluncuran
program Straight Through Processing (STP)
sejak semester II tahun 2009. Program
yang merupakan proyek nasional ini,
telah tercantum dalam master plan pasar
modal tahun 2010 - 2014.
STP atau biasa disebut sistem transaksi perdagangan terintegrasi, merupakan
integrasi sistem dan proses dengan meng­
otomasi seluruh proses transaksi bursa.
Rangkaiannya mulai dari proses memasukkan order, eksekusi transaksi, kliring,
hingga konfirmasi/afirmasi dan penye­
lesaian transaksi, tanpa intervensi secara
manual atau proses input ulang data.
Diharapkan implementasi STP mampu
memberikan transparansi perdagang­
an, meminimalisasi segala risiko, serta
meningkatkan frekuensi transaksi bursa
serta efisiensi aktivitas seluruh Pemegang
Rekening KSEI.
Pada saat STP tengah dikembangkan,
KSEI melakukan pengembangan fasilitas
C-BEST On-Line yang menghubungkan
C-BEST dan sistem back office Pemegang
Rekening KSEI secara host to host connect­
ion. KSEI juga mengembangkan Fasilitas
AKSes dan penerapan Master Client ID
para investor pasar modal. Selain untuk
mendukung penggunaan standar internasional seperti XML Message dan seba­
gainya, fasilitas-fasilitas tersebut juga
di­kembangkan untuk menggantikan kegiatan yang bersifat semi manual. Salah
satunya proses upload dan download file,
yang saat ini masih dilakukan Pemegang
Rekening KSEI.
Agar program STP dapat diimplementasikan sesuai tujuan, perlu dilakukan penyempurnaan terhadap beberapa
ketentuan dalam Peraturan Jasa Kustodian Sentral (JKS). Terutama bagian yang
mengatur tentang fungsi Rekening Efek
yang telah dibuat Pemegang Rekening
KSEI, khususnya yang terkait dengan
implementasi STP. Proses penyusunan
peraturan ini telah dilakukan KSEI melalui tahapan Rule Making Rule sesuai persyaratan Peraturan Bapepam-LK No.III.C.2
tentang Tata Cara Pembuatan Peraturan
oleh Lembaga Penyimpanan dan Penye­
lesaian.
Perubahan Peraturan
Jasa Kustodian Sentral
[M. Zidni]
Melalui surat No.S-6953/BL/2012,
tang­­gal 6 Juni 2012, Bapepam-LK telah
memberikan persetujuan terhadap penyempurnaan Peraturan Jasa Kustodian
Sentral. Mengacu kepada surat persetujuan Bapepam-LK tersebut, KSEI memberlakukan Perubahan Peraturan Jasa
Kustodian Sentral dengan menerbitkan
Keputusan Direksi KSEI Nomor: KEP-0013/
DIR/KSEI/0612 tentang Perubahan Peraturan Jasa Kustodian Sentral pada tanggal 11 Juni 2012.
Perubahan Peraturan Jasa Kustodian
Sentral mencakup definisi Rekening Efek
Penyelesaian sebagaimana disebutkan
dalam angka 1.1, ketentuan angka 1.7.2,
1.7.3, 1.7.6 dan 1.7.7, yaitu: ketentuanketentuan terkait penggunaan Rekening
Efek 002 (Rekening Serah Terima), Rekening Efek 003 (Rekening Pinjam Meminjam
Efek Penerima Pinjaman) dan Rekening
Efek 005 (Rekening Pinjam Meminjam
Efek Pemberi Pinjaman).
Rekening Efek 002 yang semula digunakan untuk penyerahan Efek dan atau
dana kepada KPEI, berubah menjadi reke­
ning untuk penyerahan dan atau penerimaan Efek dan atau dana dari dan atau
kepada KPEI. Sedangkan Rekening Efek
003 mengalami perubahan fungsi. Jika
sebelumnya digunakan sebagai reke­ning
penerimaan Efek dan atau dana dari KPEI,
kini digunakan sebagai rekening untuk
penyerahan dan atau penerimaan Efek
dan atau dana penerima pinjaman terkait
transaksi Pinjam Meminjam Efek. Khusus
untuk Rekening Efek 004 atau rekening
jaminan, tidak mengalami perubahan
fungsi. Rekening ini tetap digunakan untuk menempatkan Efek dan atau dana
yang dijaminkan oleh Anggota Kliring
kepada KPEI.
Peraturan yang diubah adalah ketentuan mengenai pembukaan Sub Reke­
ning Efek 004. Anggota Kliring kini wajib
membuka hanya 1 (satu) Sub Reke­ning
“Melalui beberapa
penyempurnaan
Peraturan Jasa Kustodian
Sentral, diharapkan
implementasi STP
memiliki landasan
hukum yang jelas.”
Fokuss
Efek jaminan (Sub Rekening Efek 004)
bagi setiap Nasabah Anggota Kliring
yang telah memiliki Sub Rekening Efek
depositori (Sub Rekening Efek 001) pada
Anggota Kliring. Sedangkan fungsi Sub
Rekening Efek 004 tidak mengalami per­
ubahan. Rekening ini tetap digunakan
untuk menempatkan Efek dan atau dana
guna penyelesaian Transaksi Bursa dan
atau jaminan penyelesaian Transaksi Bursa untuk kepentingan Nasabah Anggota
Kliring.
Melalui beberapa penyempurnaan
ter­sebut, diharapkan implementasi STP
me­­miliki landasan hukum yang jelas, yaitu
untuk meningkatkan efisiensi se­ca­ra ke­
seluruhan bagi pasar modal Indonesia. l
Edisi 04, 2012
Program STP telah diluncurkan pada pertengahan Juni 2012 lalu. Untuk mendukung
peluncuran tersebut, KSEI melakukan beberapa penyempurnaan Peraturan Jasa
Kustodian Sentral, khususnya yang terkait dengan implementasi STP.
Wajah Baru Komisaris KSEI
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan 2012 kembali mengangkat Erry
Firmansyah sebagai Komisaris Utama KSEI. Dua posisi komisaris lainnya dijabat
Rudy Tandjung dan Wiwit Gusnawan.
Edisi 04, 2012
K
Fokuss
SEI kembali menyelenggarakan
Rapat Umum Pemegang Saham
Tahunan (RUPST) di Grand Ball­
room, The Dharmawangsa, Jakarta (28/6).
RUPST kali ini dihadiri oleh 34 pemegang
saham yang memiliki hak suara atau
92,93% dari total pemegang saham perseroan yang memiliki hak suara. Beberapa keputusan strategis telah disepakati
dalam rapat yang diselenggarakan selama
kurang lebih 2 jam tersebut. Salah satunya
pengangkatan jajaran Dewan Komisaris
KSEI periode 2012 - 2015.
Untuk kedua kalinya, posisi Komisaris Utama kembali dipercayakan kepada
Erry Firmansyah, yang telah menjabat posisi yang sama, periode 2009 - 2012. Pria
kelahiran Bandung, 18 September 1955
ini adalah sosok yang tidak asing di dunia
pasar modal Indonesia. Mengawali karier
sebagai auditor pada Drs. Hadi Sutanto,
karirnya di dunia pasar modal mencapai
puncaknya ketika ia menjabat se­bagai
Direktur Utama KSEI (1998 - 2002) dan
Direk­tur Utama PT Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama 2 periode (2002 - 2007 dan
2007 - 2009). Tak pelak, pria berkacamata
ini sangat disegani di kalangan para pelaku
pasar modal Indonesia. Berbekal berbagai
“Kombinasi pengalaman,
pengetahuan,
dan kapabilitas jajaran
Dewan Komisaris baru
diharapkan dapat
mendukung kinerja KSEI.”
1996 dengan menjabat sebagai Product and Relation­
ship Manager di Citibank.
Selama 13 tahun berikutnya, Rudy terus menapaki
karirnya pada perusahaan
yang sama hingga jabatan
terakhir, Chief Operating
Officer of Global Transac­
tions Services Citibank pada
tahun 2009. Pria kelahiran
Palembang, 10 Juli 1967
ini, saat ini menjabat se­
bagai Head of Transaction
Banking PT Bank Permata
Tbk. Selain itu, Rudy juga
pernah menjabat sebagai
Kepala Divisi Perdagangan
periode 2002 - 2003 pada
Asosiasi Bank Kustodian
Indonesia.
Selain dipercaya menjadi komisaris, Wiwit Gusnawan juga menjabat
se­bagai Finance & Opera­
tions Director PT Bahana
Securities. Pria kelahiran
Bandung, 29 April 1970 ini,
Komisaris KSEI dari kiri ke kanan: Wiwit Gusnawan, Erry Firmansyah,
mengantongi gelar sarjadan Rudy Tandjung.
na Akuntansi dari Fakultas
Ekonomi Universitas Padjajaran, Bandung.
pengalaman kerja dan organisasi di biSejak awal kariernya hingga saat ini, Wiwit
dang keuangan dan pasar modal, lu­lusan
banyak berkecimpung di dunia sekuritas,
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
terutama yang berhubungan dengan biini kembali didaulat untuk menduduki jadang keuang­an dan operasional. Sejak
batan selaku Komisaris Utama.
tahun 2009, ia dipercaya sebagai project
Untuk periode 2012 - 2015, Rudy Tan­
leader untuk pengembangan electronic
djung dan Wiwit Gusnawan menjadi watrading platform untuk Direct Market Access
jah baru pada jajaran Dewan Komisaris
dan Online Trading di PT Bahana SecuriKSEI, menggantikan Heri Sunaryadi dan
ties.
Elwin Karyadi. Keduanya didaulat menjadi
Kombinasi pengalaman, pengetahu­
Komisaris baru KSEI setelah memperoleh
an, dan kapabilitas yang dimiliki jajaran
suara bulat para pemegang saham.
Dewan Komisaris periode 2012 - 2015, di­
Menyandang gelar Insinyur dari Instiha­rap­kan dapat mendukung kinerja KSEI
tut Pertanian Bogor (1991) dan Master of
dalam melaksanakan tugas dan tangBusiness Administration dari Oklahoma City
gung jawabnya selaku Lembaga PenyimUniversity (1994), Rudy mengawali karier
panan dan Penyelesaian di pasar modal
pada perusahaan jasa keuangan Amerika,
In­donesia. l
A.G Edwards, Oklahoma. Rudy Tandjung
[Redaksi]
memasuki dunia perbankan pada tahun
­
Integrasi Media Sosial
dan Dunia Bisnis
lai menganggap pentingnya penggunaan
media sosial.
Menurut Enda, tren penggunaan media sosial ini juga sudah merambah Indonesia. Bebe­rapa perusahaan di Indonesia
sudah memanfaatkan media sosial untuk
keperluan publikasi dan sarana informasi.
Perusahaan tampaknya mulai sadar bahwa media so­sial memiliki peranan penting
karena banyak stakeholder yang memiliki
account di media sosial.
Dari sisi konsumen, media sosial diharapkan dapat berperan sebagai sarana
penghubung dengan perusahaan jika ada
masalah yang dihadapi serta penyedia
informasi promo dan produk. Sedangkan
dari sisi perusahaan, media sosial bermanfaat untuk berinteraksi dengan konsumen
(customer care), membangun image perusahaan, menyampaikan program-program
perusahaan, dan dapat digunakan untuk
kepen­tingan marketing dan promosi.
Munculnya tren media sosial, memberikan perubahan pada karakteristik media. Media konvensial yang bersifat jarak
pendek, terkendali, penuh perencanaan
dan bersifat membentuk image terhadap
merek, kini berubah menjadi sebuah media baru yang bersifat jangka panjang,
sulit dikendalikan, dinamis dan tidak sekedar membangun merek tetapi juga peng­
ge­mar setianya. Berdasarkan pemaparan
Enda, media kini terbagi menjadi 3 kate­go­ri
yaitu: paid media, earned media, dan own­­ed
media. Internet advertising dan sponsorship
adalah beberapa contoh dari paid me­
dia, sedangkan owned media contohnya
adalah website, mobile application dan digi­
tal content. Porsi media sosial ber­ada pada
earned media, dimana perusahaan bisa
memberikan feeds kepada konsumennya
melalui berbagai media sosial.
Sedangkan menurut Kaplan, dalam
artikel yang diterbitkan pada jurnal Elsevier di tahun 2009, ada 5 hal penting yang
harus diperhatikan jika perusahaan ingin
menggunakan media sosial, yaitu: memi­
lih dengan seksama media sosial apa yang
akan digunakan, media sosial yang akan
digunakan harus dibuat sendiri, dibeli atau
menggunakan yang sudah ada, menyampaikan konten yang sama, menggabungkan penggunaan media sosial dengan
media konvensial serta membuka akses
media sosial di kantor bagi karyawan untuk kepen­tingan mo­nitoring.
Tak pelak, tren media sosial memang
memberikan warna baru pada dunia bisnis. Untuk itu, perusahaan harus pintarpintar menggunakan strategi media plan
agar penggunaan media sosial tidak menjadi sia-sia. l
[Redaksi]
“Tak hanya digunakan
untuk kepentingan
pribadi, media sosial
juga dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan
bisnis.”
Edisi 04, 2012
Bangun tidur, cek Facebook. Jam Istirahat, update
Twitter. Sebelum tidur, posting di Blog. Media sosial kini
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan
sehari-hari.
Fokuss
H
ampir semua orang memiliki
blog atau account Twitter dan
Facebook. Mereka senantiasa
me­nyisih­kan sedikit waktu untuk sekedar
update status. Tak cuma sekali, bahkan bisa
berkali-kali dalam sehari. Fakta ini menunjukkan penggunaan media sosial yang kini
menjadi sebuah gaya hidup di Indonesia.
Dalam salah satu sesi Seminar Emiten
2012 KSEI yang bertajuk “Peman­faatan
Media Sosial Bagi Perusahaan Publik”, Enda
Nasution Managing Director salingsilang.
com, memaparkan bahwa hu­­­bungan sosial bagi orang Indonesia me­ru­pakan hal
yang sangat penting dan tidak dapat di­
pisahkan dari kebudayaan Indonesia. Sei­
ring berkembangnya teknologi, hubungan
sosial orang Indonesia kini ba­nyak dibina
melalui media sosial.
Enda mengungkapkan, setidaknya
ada 3 alasan yang membuat orang Indonesia gemar atau bahkan cenderung
‘kecanduan’ menggunakan media sosial,
yaitu: kebebasan berekspresi, biaya yang
cen­derung murah, ikatan kelompok/komunitas serta prioritas pada pentingnya
hubungan keluarga dan pertemanan.
Aktifnya penggunaan media sosial
tidak terlepas dari jumlah pengguna internet di Indonesia yang meningkat dari
tahun ke tahun. Facebook dan Twitter
adalah media sosial yang saat ini cukup
populer dan banyak digunakan di Indonesia. Uniknya, meski kedua jejaring sosial ini sudah tersedia sejak tahun 2006,
tren penggunaannya di Indonesia justru
baru terjadi beberapa tahun kemudian.
Facebook pada tahun 2009, sedangkan
Twitter tahun 2010. Meski terkesan terlambat, pengguna Twitter dan Facebook
di Indonesia terbilang sangat aktif. Berdasarkan data yang dipaparkan Enda,
Indonesia menjadi pengguna Facebook
tertinggi kedua di dunia dan negara de­
ngan pengguna Twitter paling aktif nomor tiga di dunia.
Tak hanya digunakan untuk kepen­
tingan pribadi, media sosial juga dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan bisnis.
Media sosial menjadi media baru untuk
melengkapi media konvensional (tv, radio,
majalah dan surat kabar) yang sudah lebih
dahulu populer sebagai sumber informasi
tentang produk dan promosi perusahaan.
Dalam studi yang dilakukan pengembang media sosial Buddy Media dan Booz
Allen yang dirilis pada blog Harvard Busi­
ness Review, sepanjang tahun 2011 lebih
dari 50% perusahaan di Amerika berencana meningkatkan penggunaan media
sosial untuk kepentingan perusahaan. Hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan mu-
aktivitas
Buka Puasa Bersama KSEI dan Anak Yatim Piatu
Bertepatan dengan bulan suci Ramadhan, KSEI me­nye­leng­
garakan buka puasa bersama para karyawan dengan anak-anak
yatim piatu dari Panti Yatim Indonesia di Kidzania, Pacific Place.
Acara yang diselenggarakan pada tanggal 4 Agustus 2012 tersebut,
diawali kegiatan bermain bersama anak-anak yatim piatu dan anak
dari karyawan KSEI di Kidzania. Di penghujung acara, para peserta
yang hadir kemudian berbuka puasa bersama, dan dilanjutkan
kembali dengan kegiatan bermain. Dengan diselenggarakannya
kegiatan buka puasa tersebut, diharapkan KSEI dapat memberikan
hiburan bagi anak-anak yatim piatu di bulan suci yang penuh
berkah ini. l
Rangkaian Kegiatan Rohani di Bulan Ramadhan
Edisi 04, 2012
Untuk mengisi bulan Ramadhan dengan berbagai kegiatan
bermanfaat, SRO yang terdiri dari BEI, KPEI, KSEI, mengadakan
rangkaian kegiatan selama bulan suci ini. Bagi para karyawan
yang ingin belajar membaca Al-Quran, baik yang baru belajar
maupun untuk memperlancar, dibuka kelas Belajar Baca Quran
(BBQ) yang diselenggarakan setiap hari Selasa dan Kamis di waktu
Dzuhur selama 23 Juli 2012 - 13 Agustus 2012. Untuk menambah
ilmu seputar agama Islam, hadir Ustadz Jeffry Al Buchori (24 Juli
2012), Ustadz M Khalilurrahman Al Mahfani (31 Juli 2012) dan
Ustadz Dedi Martoni (7 Agustus 2012) yang memberikan siraman
rohani. Acara buka bersama juga diselenggarakan pada Kamis, 9
Agustus 2012 di Galeri BEI untuk mempererat tali silaturahmi antar
sesama karyawan SRO. Semoga bulan Ramadhan kali ini dapat
memberikan berkah untuk semua. l
Fokuss
Konferensi Pers Tengah Tahun
Dalam rangka memperingati HUT Pasar Modal ke­-35 pada
tanggal 10 Agustus 2012, Bapepam-­LK bersama dengan SRO
(BEI, KPEI dan KSEI) menggelar Konferensi Pers tengah tahun.
Bertempat di Galeri BEI, Gedung BEI lantai 1, acara dibuka oleh
Ngalim Sawega, Ketua Bapepam-­LK yang menyampaikan ki­ner­
ja pasar modal Indonesia pada semester I tahun 2012. Setelah
itu, Direktur Utama SRO menyampaikan kinerja dan perannya
dalam perkembangan pasar modal Indonesia. Sebelum acara
buka puasa bersama, diselenggarakan pula siraman rohani
untuk awak media. l
statistik
�����������������
�����������������������������
�������������������������������������������������������������������������
�����������������������������
���
�������
���
�������
���
�������
���
�������
���
�������
���
�������
���
�������
���
�������
���
�������
���
�������
���
�������
���
�������
���
�������
���
�������
�������
�������
�����������������������������������������������
�����������������������������
����������������������������������
�����������������������������
����������������������
�������
�������
��������
�������
��������
��������
�������
��������
�������
��������
��������
������ ���
������� �������
��������
���
���
���
���
���
���
������
���
���
���
���
���
���
���
Download