Berita Pers Dalam Sehari, Investor Semarang Meningkat 400 Orang Semarang, 28 November 2013 - Memasuki akhir November 2013, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) kembali menyelenggarakan rangkaian kegiatan sosialisasi Fasilitas AKSes di beberapa kota. Seperti diketahui sebelumnya, KSEI telah menyambangi kota Malang, Surabaya, Pekanbaru dan Yogyakarta. Kali ini, Semarang menjadi kota berikutnya yang menjadi target sosialisasi KSEI. Sebagai salah satu kota metropolis terbesar di Indonesia selain Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan, Semarang pada dasarnya memiliki peluang sebagai daerah kantong investor yang potensial di wilayah Jawa Tengah. Dari segi perekonomian, pendapatan perkapita Semarang berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Semarang (http://semarangkota.bps.go.id) terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, jumlah dana yang tersimpan dalam bentuk tabungan di kota Semarang terhimpun sebesar Rp 1,95 triliun Rupiah, yang terbagi dalam kredit perbankan, tabungan, giro, simpanan berjangka dan dana tunai baik Rupiah dan mata uang asing. Investasi di pasar modal sama sekali tidak termasuk dalam dana triliunan Rupiah tersebut. Zylvia Thirda, Kepala Unit Komunikasi Perusahaan KSEI menyatakan, banyak daerah di Indonesia yang memiliki potensi sebagai kota investor, sayangnya budaya yang melekat pada masyarakat Indonesia lebih condong kepada budaya menabung, bukan berinvestasi. "Semenjak kecil, orang tua pasti mengajarkan untuk menabung bukan berinvestasi. Kalau pun berinvestasi, masyarakat lebih senang dengan modal investasi konvensional seperti emas dan properti. Melihat potensi perekonomian yang ada di beberapa wilayah di Indonesia, tentunya hal ini sangat disayangkan," ungkap wanita yang akrab disapa Efi tersebut. Lebih lanjut Efi mengungkapkan, hal ini tidak terkecuali dengan Semarang yang sebenarnya memiliki potensi untuk meningkatkan jumlah dana masyarakat melalui investasi di pasar modal. Berdasarkan data KSEI per Oktober 2013, terdapat sekitar 17.000 investor yang berdomisili di Jawa Tengah, yang 6.000 diantaranya berasal dari Semarang. Dibandingkan dengan jumlah penduduk Semarang yang telah mencapai 2 juta jiwa, jumlah tersebut bahkan tidak mencapai 1%. Meski belum signifikan jumlahnya, namun dari segi perkembangannya, jumlah investor di Semarang telah mengalami peningkatan selama kurang dari setahun terakhir. Jumlah investor pasar modal Indonesia yang berdomisili di Semarang per akhir Oktober 2013 meningkat sejumlah 500 orang investor atau sekitar 9% dibandingkan dengan data tahun 2012 yang sebesar 5.500 investor. Dalam rangka meningkatkan jumlah investor pasar modal Indonesia, selama beberapa waktu terakhir, Perusahaan Efek yang memiliki kerja sama di Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia menyelenggarakan program pembukaan Sub Rekening Efek secara massal. Pembukaan Sub Rekening Efek tersebut, merupakan langkah awal bagi para mahasiswa untuk belajar tersebut Program ini merupakan langkah awal bagi para mahasiswa untuk menjadi investor. Efi mengamini, mahasiswa memang menjadi salah satu target regulator pasar modal dalam meraih investor baru. "Dari segi usia, tentunya para mahasiswa termasuk kategori penduduk produktif yang mulai belajar untuk menghimpun dana secara mandiri. Ini juga merupakan peluang bagi regulator pasar modal untuk menanamkan pendidikan berinvestasi, sehingga diharapkan ketika pada mahasiswa ini sudah mencapai usia yang lebih matang, maka pengetahuan berinvestasinya sudah mencapai level advanced." 1/2 Pembukaan Sub Rekening Efek massal yang diprakarsai PT Phintraco Securities di Universitas Semarang hingga saat ini telah berhasil meningkatkan jumlah investor Semarang sebanyak 400 orang, tepatnya pada 23 Oktober 2013. "Kalau dalam waktu sekitar 10 bulan baru meningkat 500 orang, ini hanya dalam waktu singkat sudah bisa bertambah 400 orang, tentunya pencapaian ini sangat baik," ujar Efi. Berdasarkan rencana, PT Phintraco Securities juga melakukan program serupa di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Namun, Efi mengingatkan, peningkatan jumlah investor tersebut harus diiringi dengan kesadaran para investor baru untuk login ke Fasilitas AKSes (Acuan Kepemilikan Sekuritas). Secara keseluruhan, baru 13% investor pasar modal di seluruh Indonesia yang telah menggunakan fasilitas ini. Padahal, belajar dari pengalaman terdahulu, Fasilitas AKSes sebaiknya digunakan investor secara berkala untuk melakukan monitoring portofolio Efek dan dana milik investor pasar modal. Menangkap momen pembukaan Sub Rekening Efek massal tersebut, KSEI menyelenggarakan sosialisasi Fasilitas AKSes di Universitas Semarang. Selain kegiatan sosialisasi di Universitas Semarang, KSEI juga menyelenggarakan kegiatan sosialisasi bagi Perusahaan Efek dan media yang berdomisili di Semarang. Dalam acara sosialisasi tersebut, disampaikan pengembangan terkini layanan jasa KSEI yakni penyediaan modul pembukaan Sub Rekening Efek atau dana dan pembuatan Single Investor Identification (SID) yang terintegrasi proses pembuatan SID dapat dipersingkat agar investor pasar modal dapat lebih cepat melakukan transaksi di pasar modal, pentingnya memiliki Rekening Dana Nasabah (RDN) di Bank untuk memisahkan portofolio aset nasabah dengan broker-nya, serta informasi hadirnya Penyelenggara Dana Perlindungan Investor (Investor Protection Fund/IPF) untuk melindungi aset investasi investor pasar modal. ***** Informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi: Unit Komunikasi Perusahaan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia Media Contact: Zylvia Thirda Phone. (021) 5299 1062 Fax. (021) 5299 1199 2/2