UTT TAKE HOME SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ( PERENCANAAN PENGGUNAAN APLIKASI CLOUD HARUS MELIBATKAN PENGEMBANG) Oleh : ANA ANIDA NIM. P056101623.9EK Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, M.Sc. SEKOLAH PASCA SARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemajuan perkembangan teknologi informasi telah membuat proses dan startegi bisnis berubah dengan cepat. Penggunaan perangkat teknologi informasi tidak lagi menjadi pelengkap dari proses bisnis perusahaan namun teknologi informasi dijadikan sebagai bagian dari proses bisnisnya. Perkembangan teknologi informasi saat ini menuju dengan konsep-konsep social networking, openess, share, colaborations, mobile, easy maintenance, one click, scalability, concurency, ditribusi/tersebar dan transparan. Pengembangan teknologi lebih diarahkan kepada proses pengaplikasian sistem yang mudah dan tidak memerlukan banyak waktu atau tenaga. Sehingga dibutuhkan pemanfaaatan teknologi secara tepat untuk mendukung ke arah pencapaian tersebut. Penerapan cloud computing atau sering disebut hanya cloud sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam dunia teknologi informasi. Web service, Internet Service Provider (ISP), programmable web, dan virtualisasi merupakan konsep-konsep yang telah berkembang dan memberi kontribusi pada evolusi teknologi ini. Beberapa definisi mengenai konsep cloud computing telah sering dikemukakan di berbagai literatur (e.g. Raines, 2009; Linthicum, 2010). Pada tulisan ini standar definisi yang digunakan dikemukakan oleh The National Institute of Standards and Technology (NIST). NIST mendefinisikan cloud sebagai sebuah model bayar-sesuai-penggunaan (pay-per-use) dalam menggunakan sumber daya komputasi (jaringan, server, penyimpanan, aplikasi, layanan) yang selalu tersedia, mudah diakses, dan bergantung pada jaringan (on-demand) yang dapat diakses oleh banyak pengguna; yang dapat secara cepat dipakai dan dilepaskan dengan usaha manajemen atau interaksi penyedia layanan yang minimal. Cloud muncul sebagai layanan yang dapat memungkinkan pengguna atau perusahaan untuk melakukan akses secara elektronik terhadap informasi. Akses data dari mana saja dan menggunakan perangkat fixed atau mobile device menggunakan internet cloud sebagai tempat menyimpan data, applications dan lainnya yang dapat dengan mudah mengambil data, download aplikasi dan berpindah ke cloud lainnya, hal ini akan memberikan banyak keuntungan baik dari sisi pemberi layanan (provider) atau dari sisi pengguna. Bisnis yang cepat berubah menyebabkan perusahaan harus segera cepat beradaptasi dengan format lingkungan yang baru. Dalam implementasinya, perubahan ini akan berdampak pada proses manajemen, struktur organisasi, sumber daya manusia, dan kebijakan-kebijakan. Dilihat dari sisi supply (teknologi informasi), kebutuhan atau demand perusahaan akan sistem informasi merupakan ‘moving target’ (target yang bergerak), yang teramat sulit diikuti dan dicari jalan pemecahannya. Sering terjadi perdebatan sengit antara praktisi manajemen dan teknologi informasi mengenai pendekatan mana yang harus diikuti: teknologi informasi sebagai pendukung bisnis, atau bisnis mengikuti perkembangan teknologi informasi. Dalam pengembangan cloud sebagai bagian dari sistem informasi perusahaan harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu dalam melakukan pengembangan, perusahaan harus tetap mempertimbangkan efisiensi biaya operasional dalam mengikuti persaingan dan untuk itu perusahaan harus dapat mengembangkan aplikasi yang mudah dipergunakan sehingga dapat lebih diakses semua pihak sehingga konsumen dapat cepat dilayani. Untuk itu perusahaan harus merencanakan pengembangan aplikasi maupun pelatihan terhadap semua staff yang berhubungan dengan teknologi informasi Agar proses pengembangan tehnologi informasi dapat diterima oleh seluruh karyawan pengguna diperusahaan itu. sudah menjadi tugas dari eksekutip manager informasi (CIO) untuk dapat memberikan pengertian tentang rencana perubahan dimaksud agar dapat dipakai dan dipahami oleh seluruh pengguna aplikasi dan meminimalisir munculnya berbagai kendala yang dihadapi oleh penggunaan aplikasi dimaksud. B. TUJUAN Hal yang ingin diinginkan dalam membahas Real World Case 1 = “Planning for Cloud Aplications Must Include The Developers” ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peranan CIO dalam sebagai komponen yang bertanggung jawab dalam pengembangan aplikasi atau perpindahan/migrasi aplikasi cloud yang akan digunakan untuk menunjang kemajuan perusahaan. BAB II ANALISA KASUS A. GAMBARAN UMUM Di masa lalu, CIO (Chief Information Officer) melihat peran mereka hanya sebatas menginstal alat mengolah informasi sehingga kelompok pemasaran bisa menganalisis data konsumen, atau meng-upgrade sumber daya perusahaan perencanaan perangkat lunak untuk orang-orang bagian persediaan (inventory) sebagai acuan dalam mengatur pemenuhan stok barang. Namun, peran CIO ini bergeser sejalan dengan waktu. temuan PricewaterhouseCoopers sebagaimana dikutip oleh Majalah Warta Ekonomi No. 22, kalau pada tahun 1990-an, peran CIO terkait teknologi sebesar 76%, namun pada tahun 2000-an, porsi peran tersebut hanya menjadi 20%. Terus kemana yang lain? Porsi peran ini sama dengan untuk manajemen fiskal, organisasi dan budaya, bisnis, dan kepemimpinan dan manajemen. Memasuki abad informasi berarti memasuki dunia dengan teknologi baru, teknologi informasi. Mempergunakan teknologi informasi seoptimum mungkin berarti harus merubah mindset. Merubah mindset merupakan hal yang teramat sulit untuk dilakukan, karena pada dasarnya “people do not like to change”, padahal dalam begitu banyak produk bisnis yang ditawarkan sekarang, yang bisa membedakan nilai (value) adalah kemampuan TI yang diterapkan apakah sudah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh perusahaan. Ketika perusahaan akan mengadopsi cloud-based sofware dengan melakukan penggantian server jaringan maka pada staf TI akan menjadi resah dan merasakan kebimbangan akan masa depannya sebagai akibat dari penggunaan aplikasi baru tersebut. Jika hal ini terjadi maka hal yang seharusnya menjadi keunggulan akan mundur, karena operator lapang dari departemen IT yang akan memegang peran dalam pelatihan dan mendukung pengguna dalam aplikasi berbasis Cloud disamping itu Staff IT juga akan membangun hubungan antara sistem yang baru dan yang ada, mengembangkan aplikasi dan alat yang telah disesuaikan, mengawasi performa pedagang Cloud, dan memastikan aktivitas dari para pengguna. Kondisi tersebut akan dapat terwujud CIO dapat memberikan keyakinan kepada para staff IT bahwa peran mereka tetap diperlukan oleh perusahaan. Jika staff IT merasa ditinggalkan dan hanya digunakan sebagai pion yang dapat dibuang sewaktu-waktu, hal ini akan memicu penolakan dan keengganan mereka terhadap penerapan aplikasi berbasis Cloud yang dapat menyebar dengan cepat ke dalam perusahaan secara meluas. Kondisi ini terjadi ketika Momentum Global IT mematikan server pusat data mereka, 8 dari 28 departemen staff IT merasakan peran mereka berubah sehingga muncul pertanyaan “Apakah artinya dari hal ini akan berpengaruh kepada saya dan pekerjaan saya”. CIO baiknya bersiap untuk mempunyai jawaban yang jujur dan terbuka kepada staff mereka. Jalan menuju sukses dimulai dari menjelaskan kepada mereka secara jelas rasionalitas dari perpindahan. “Buatlah kejelasan mengenai hal tersebut, bukan menyembunyikannya, biarkan tetap terbuka, dan memastikan staf IT paham benar peran mereka dan membantu dalam perpindahan departemen agar penggunaan aplikasi baru itu dapat berhasil sukses pelaksanaannya. Hal itulah yang menjadi latar belakang kesuksesan CIO provider layanan perakitan elektornik dunia Smania – SCI ketika perusahaan memutuskan untuk meindahkan 16.000 pegawai dari sistem Microsoft Outlook – Exchange di lokasi ke Google Apps, sebuah tempat untuk komunikasi dan kolaborasi yang ditawarkan oleh Google. CIO menempatkan konteks atas apa yang sedang dicoba untuk dicapai dan dimana perusahaan IT secara umum mengarah untuk beberapa tahun ke depan. Hal tersebut membantu merangkai suatu diskusi.” Kata Manesh Patel, CIO dari Sanmina – SCI, yang punya sekitar 700 staff IT. “Mengatur konteks adalah langkah awal yang harus dilakukan oleh CIO.” CIO mengatakan kepada tim mereka bahwa dengan komputasi Cloud, departemen IT dapat merubah pekerja, perawatan sistem di tangan untuk pedagang, membebaskan departemen IT untuk menyediakan nilai yang lebih teratur sesuai dengan bisnis. “Pandangan saya adalah IT mejadi perusahaan yang lebih berbasis layanan, menyediakan layanan sesuai nilai, dengan penekanan rendah dalam (menjaga) sistem yang ada, jaringan, dan arsitektur.” Kata Patel. “Kami masih membutuhkan beberapa dari hal tersebut, namun tidak banyak.” walaupun tidak banyak yang dapat dilakukan perusahaan terhadap pegawai yang menolak perubahan dalam artian mereka dapat memutuskan untuk mengejar kesempatan lain di lain tempat, atau anda mungkin harus membuat keputusan untuk mengarahkan mereka ke aktivitas yang lebih bernilai. Momentum keberhasilan untuk memperoleh dukungan semua pegawai IT sejalan dengan perubahan akan sejalan pula atas peran anda sebagai CIO yang akan berubah, kemampuan anda yang akan berubah, dan mereka akan bekerja bersama anda untuk mendapatkan kemampuan tersebut untuk mempercepat dalam penguasaan aplikasi Cloud yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan kinerja dari perusahaan secara keseluruhan. B. KASUS-KASUS Pertanyaan Pertama Bagaimana peran pengembangan perubahan ketika menggunakan aplikasi cloud? Apakah anda menyetujui pengembangan baru ini? Mengapa atau mengapa tidak? Jawaban Cloud application merupakan sarana penyedia atau hal-hal yang berkaitan dari tenaga komputasi hingga infrastruktur komputasi, aplikasi-aplikasi, proses bisnis hingga kolaborasi yang muncul sebagai layanan yang dapat diakses pada saat dibutuhkan kapanpun dan dimanapun. Teknologi komputasi komputer dengan memanfaatkan internet sebagai terminal utamanya guna mengelola piranti lunak hingga infrastruktur sebagai suatu bentuk layanan. Secara sederhana, cloud application dapat kita bayangkan seperti sebuah jaringan listrik. Apabila kita membutuhkan listrik, apakah kita harus punya pembangkit listrik sendiri? Tentu tidak. Kita tinggal menghubungi penyedia layanan (dalam hal ini, PLN), menyambungkan rumah kita dengan jaringan listrik, dan kita tinggal menikmati layanan tersebut. Pembayaran kita lakukan bulanan sesuai pemakaian. Kalau listrik bisa seperti itu, mengapa layanan komputasi tidak bisa? Misalnya, apabila sebuah perusahaan membutuhkan aplikasi CRM (Customer Relationship Management). Kenapa perusahaan tersebut harus membeli aplikasi CRM, membeli hardware server, dan kemudian harus memiliki tim TI khusus untuk menjaga server dan aplikasi tersebut?. Di sinilah cloud computing berperan. Penyedia jasa cloud computing seperti Microsoft, telah menyediakan aplikasi CRM yang dapat digunakan langsung oleh perusahaan tadi. Mereka tinggal menghubungi penyedia layanan (dalam hal ini, Microsoft), “menyambungkan” perusahaannya dengan layanan tersebut (dalam hal ini, melalui Internet), dan tinggal menggunakannya. Pembayaran? Cukup dibayar per bulan (atau per tahun, tergantung kontrak) sesuai pemakaian. Tidak ada lagi investasi di awal yang harus dilakukan. Sebagai gambaran dapat dilihat pada ilustrasi berikut ini : Sangat setuju apabila suatu perusahaan dalam perencanaan pengembangan beralih menggunakan aplikasi cloud Alasan : Bagi sebagian perusahaan besar, pemenuhan kebutuhan IT merupakan sebuah keharusan karena diyakini IT menjadi tools untuk mempercepat proses perencanaan, produksi,hingga men-deliver layanan ke pelanggan. Perusahaan besar cenderung memiliki budget untuk menyediakan system IT, termasuk juga organisasi pengelolaannya. Sehingga IT Spending didesain sedemikain rupa menjadi sangat menjanjikan untuk dikelola sendiri secara total. Dengan menggunakan Cloud Computing, kita dapat fokus pada bisnis utama perusahaan, dan bukan berkecimpung di dalam pengelolaan TI. Hal ini dapat dilakukan karena pengelolaan TI dilakukan oleh penyedia layanan, dan bukan oleh kita sendiri. Misalnya, melakukan patching, security update, upgrade hardware, upgrade software, maintenance , dan lain-lain. Apabila kita memiliki tim TI, maka tim tersebut dapat fokus pada layanan TI yang spesifik untuk bisnis perusahaan, sedangkan hal-hal umum sudah ditangani oleh penyedia layanan. Pertanyaan Kedua Mengapa ada hambatan apabila akan memulai menggunakan aplikasi cloud? Apakah hal ini memberikan ancaman kepada pengembang diluar pekerjaan mereka? Jawaban Resistensi akan timbul jika Chief of Information Officer (CIO), selaku eksekutif yang memiliki kewenangan kontrol yang cukup tinggi dan bertugas menjamin optimalitas pemanfaatan TI di organisasi, tidak dapat merumuskan visi TI yang diselaraskan dengan visi dan tujuan organisasi, dan mengkomunikasikannya ke seluruh stakeholder, sehingga dapat memberikan semacam garis koordinasi dan garis komando di dalam organisasi yang terkait dengan tata kelola teknologi informasi yang tentu saja hal tersebut berdampak kepada “daya tekan” terhadap seluruh staf/karyawan di dalam organisasi tersebut. Namun penggunaan cloud masih memicu penolakan juga dari komunitas TI. Para CIO mengkhawatirkan bahwa cloud melanggar domain dan praktek-praktek tradisional departemen TI. Cloud juga memunculkan beban baru pada infrastruktur, dari networks sampai servers, dan dapat memicu ketegangan antar tim. Dan, masalah lisensi serta biaya pada cloud yang memunculkan masalah pada penghematan serta lebih jauh lagi, dapat memicu masalah antar kelompok/divisi. CIO harus memberi dorongan dan motivasi . Bagaimana pun kita melakukan sesuatu, pasti ada resistensi dari orang-orang yang mengalaminya. Misalnya, implementasi teknologi pendukung kerja yang baru dapat membuat para karyawan ketakutan dan resisten terhadap perubahan tersebut. Mari kita lihat contoh dunia nyata yang mendemonstrasikan tantangan implementasi aplikasi dan strategi bisnis/TI, dan tantangan manajemen perubahan yang di hadapi oieh manajemen. Pada dunia bisnis di bidang perencanaan TI ada hambatan dari luar organisasi adalah banyaknya pesaing yang menawarkan aplikasi pengganti dimaksud akan tetapi kualitas dan kuantitasnya belum tentu dapat menjamin jalannya aplikasi dimaksud untuk promosi perusahaan itu. Model ini digunakan dalam proses perencanaan strategis untuk membantu menghasilkan gagasan dalam penggunaan teknologi informasi yang strategis untuk mendukung prakarsa e-Bisnis baru. Dalam e-Bisnis khususnya pemanfaatan cloud aplikasi keamanan memang merupakan isu penting yang dihadapi CIO karena mereka mempertimbangkan pergeseran data dan pengolahan untuk penyedia awan. Salah satu keprihatinan utama tentang komputasi cloud adalah pertanyaan keandalan, dan hal ini tentunya kasus dimana ketika pohon jatuh (yaitu outage terjadi), semua orang mendengar suara. Sayangnya, kekhawatiran atas cloud keandalan dan ketersediaan tidak hanya teoritis. Telah banyak dipublikasikan banyak layanan padam dari yang paling populer cloud publik, termasuk Gmail dan GoogleApps, Apple MobileMe layanan, dan Amazon. Ketika gangguan layanan memang terjadi, peristiwa ini cenderung menggambarkan semua layanan cloud dengan cakupan yang luas. Sebagai salah satu pengamat ditandai September 2009 outage Gmail: “E-mail adalah aplikasi missioncritical bagi pengguna bisnis – periode. Jika pelanggan merasa bahwa Gmail tidak dapat diandalkan, mereka tidak akan mengadopsinya. Setiap pemadaman Gmail membuat perusahaan berpikir dua kali sebelum mengadopsi solusi e-mail gratis. “Memang, keamanan komputasi cloud merupakan masalah yang pasti akan” blow-up “data setiap kali pelanggaran terjadi dalam penawaran cloud dan tekan media. Dan, seperti pernah komentator cerdik menunjuk-keluar, ketika gangguan-gangguan layanan cloud atau tidak terjangkaunya terjadi, “sebagian besar risiko dan menyalahkan jika sesuatu berjalan salah akan jatuh langsung pada bahu TI -. Dan bukan pada penyedia layanan komputasi cloud” Pertanyaan Ketiga Bagaimana cara supaya perusahaan bermanfaat dan dinikmati CIO selama mereka memprakarsai pengembang strategis? berikan beberapa contoh. Jawaban Jika CIO bisa melayani konsumen dengan cara khusus yang mereka ingin, bisnis perusahaan pasti akan berkembang selama beberapa tahun bahkan bisa puluhan tahun, untuk datang. Selain itu untuk mempertimbangkan kebiasaan konsumen, nilai, dan semua faktor lain yang mempengaruhi keputusan mereka. Jika perusahaan tahu semua tentang ini, maka dapat digunakan untuk memperkirakan segmentasi yang akan dituju atau sampai kapan suatu produk dapat diterima oleh pasae. Dan tentu saja, dengan data ini di tangan, perusahaan dapat membuat strategi yang dapat bekerja di sekitar kebutuhan individu konsumen ini. Segala promosi dan rencana bisnis masa depan dapat kemudian direncanakan dengan baik sehingga dapat menciptakan dampak yang lebih baik untuk perusahaan tersebut. Konsumen adalah sumber pemasukan (revenue) dari perusahaan yang secara tidak langsung akan menentukan mati hidupnya perusahaan. Dewasa ini, semakin hari para konsumen semakin akrab dengan teknologi informasi. Hal ini wajar mengingat bahwa penggunaan teknologi informasi dalam segala aspek kehidupan merupakan salah satu ciri masyarakat global. Karena teknologi telah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi mereka yang hidup di kota-kota besar, maka tuntutan agar perusahaan perusahaan yang berperan dalam kehidupan mereka menyediakan fasilitasfasilitas teknologi informasi merupakan hal yang wajar. Jika pihak perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan para konsumen maka dengan mudahnya para konsumen akan pindah ke perusahaan lain yang dapat memenuhi kebutuhannya, sehingga peran CIO sebagai pemimpin pengembangan TI harus dapat membaca apa yang dibutuhkan oleh konsumen. Kebanyakan cloud komersil membebani biaya penggunaan jaringan pada pelanggan, biasanya antara 10-15 sen dollar per gigabyte. Kelihatannya tidak banyak, namun akan menjadi beban tambahan khususnya saat organisasi menggunakannya tanpa perhitungan yang matang. Jika anda memperhitungkan semuanya, termasuk pelaksanaan backup, atau refresh data, juga peluncuran dan operasi harian dari aplikasi yang anda letakkan di cloud, anda akan dapat melihat beban sesungguhnya. Cloud Computing adalah sebuah mekanisme yang memungkinkan kita “menyewa” sumber daya teknologi informasi (software, processing power, storage, dan lainnya) melalui internet dan memanfaatkan sesuai kebutuhan kita dan membayar yang digunakan oleh kita saja. Konsep penggunaan aplikasi cloud semakin berkembang pusat pemanfaatannyakarena tidak harus melakukan investasi besar-besaran. Apalagi dalam kondisi ekonomi seperti sekarang, setiap organisasi akan berpikir panjang untuk mengeluarkan investasi tambahan di sisi TI. Terlebih hanya untuk mendapatkan layananlayanan yang mungkin hanya dibutuhkan sewaktu-waktusaja BAB III KESIMPULAN 1. Penerapan cloud aplication merupakan solusi yang menjawab kebutuhan perusahaan akan teknologi informasi yang efektif dan efisien. Solusi ini dapat meningkatkan performa proses bisnis yang memiliki sumber daya terbatas, baik dari segi modal, sumber daya manusia, dan akses ke jaringan pemasaran. Beberapa tantangan yang harus dihadapi untuk mengimplementasikan teknologi ini diantaranya adalah masalah keamanan dan keterbatasan bandwidth. Oleh karena itu dibutuhkan suatu strategi yang tepat guna untuk meliputi tahap early learning, tahap analisis, tahap evaluasi solusi, tahap adopsi, dan tahap manajemen. Penggunaan strategi ini dengan baik diharapkan dapat menjadi faktor kunci keberhasilan penerapan cloud aplication di suatu perusahaan. 2. Persaingan bisnis yang semakin ketat di era globalisasi menuntut perusahaan untuk menyusun kembali strategi dan taktik bisnisnya. Teknologi Informasi sebagai tulang punggung perusahaab tidak dapat dipisahkan dari perkembangan teknologi informasi (TI). Konsep claud memperlihatkan adanya proses ketergantungan antara berbagai perusahaan yang terkait di dalam sebuah system bisnis. Semakin banyak perusahaan yang terlibat dalam rantai tersebut, akan semakin kompleks strategi pengelolaan yang perlu dibangun. Dalam konteks bisnis, internet membawa dampak transformasional yang menciptakan paradigma baru dalam berbisnis, berupa digital marketing atau internet marketing (cyber marketing, electronic marketing). Istilah internetisasi mengacu pada proses sebuah perusahaan terlibat dalam aktivitasaktivitas bisnis secara elektronik (e-commerce atau e-bisnis), khususnya dengan memanfaatkan internet sebagai media, pasar, maupun infrastruktur penunjang.