tingkat pengetahuan perawat terhadap kepatuhan

advertisement
Volume 3, Maret 2016
ISSN 2442-7039
TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP KEPATUHAN PERAWAT
DALAM PENERAPAN STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) SAFE
HANDLING PADA PEMBERIAN OBAT SITOTOKSIK
Lisnadiyanti*, Susan Yuliasari
*
Staf Pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Binawan
**Alumni STIKes Binawan
E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Pendahuluan: Kemoterapi adalah pemberian obat sitotoksik yang bertujuan untuk mengurangi dan
menghentikan pertumbuhan sel kanker. Safe handling obat sitotoksik adalah suatu petunjuk keamanan
dalam penanganan obat sitotoksik yang bertujuan untuk melindungi tenaga kesehatan dari efek negatif
obat tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat terhadap tingkat
kepatuhan perawat dalam pelaksanaan standard operating prosedur (SOP) safe handling pada
pemberian kemoterapi di ruang Teratai Rumah Sakit Kanker Dharmais, DKI Jakarta 2016. Metode:
Jenis penelitian ini adalah non-eksperimental bersifat korelasi dengan pendekatan cross sectional.
Populasi penelitian adalah perawat di ruang Teratai RS Kanker Dharmais yang berjumlah 57
responden dengan menggunakan tehnik purposive sampling dan data dianalisa dengan uji spearman
rank. Hasil: Pada penelitian ini, uji spearman rank di dapatkan hasil pvalue = 0,000 dengan nilai
kolerasi r =0,641 yang menunjukkan hubungan yang sangat kuat maka artinya semakin tinggi
pengetahuan maka semakin tinggi tingkat kepatuhannya. Perlu meningkatkan pengetahuan dan
kepatuhan dalam menjalankan safe handling pemberian obat kemoterapi terutama seorang perawat
karena terpapar langsung oleh obat sitotoksik kemoterapi.
Kata Kunci : Kemoterapi, Safe handling, Pengetahuan, Kepatuhan
THE KNOWLEDGE OF NURSE MEDICAL CONDUCT IN THE IMPLEMENTATION OF
SAFE HANDLING STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) ON SITOTOKSCAT DRUG
ABSTRACT
Introduction: Chemotherapy is a specialized cytotoxic drug for reducing and preventing the growth of
cancer cells. Safe cytotoxic drug treatment is a safety guide in the treatment of specific cytotoxic drugs
to protect against the negative effects of the drug. This study aims to determine the success rate of
disease handling in patients in Lotus Hospital Dharmais Cancer Hospital. Methods: The type of this
research is non experimental with cross sectional approach. The population of the study were nurses
in Lotus Dharmais Cancer Hospital who used 57 respondents by using purposive sampling technique
and the data were analyzed by spearman rank test. Results: In this study, spearman rank test results
pvalue = 0,000 with correlation value r = 0.641 indicating a very strong relationship then the higher
the knowledge the higher the level of compliance. Health workers should improve their knowledge and
compliance in safe handling. Drugs by cytotoxic chemotherapy physicians.
Keywords: Chemotherapy, Safe Handling, Knowledge, Compliance
Page 128
Volume 3, Maret 2016
PENDAHULUAN
Kanker adalah suatu keganasan yang terjadi
karena adanya sel dalam tubuh yang
berkembang secara tidak terkendali sehingga
pertumbuhannya menyebabkan kerusakan
bentuk dan fungsi dari organ tempat sel
tersebut tumbuh (Sjamsuhidajat& De Jong,
2004). Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan
Serikat Pengendalian Kanker Internasional
(UICC) memprediksi, akan terjadi peningkatan
lonjakan penderita kanker sebesar 300 persen
di seluruh dunia pada tahun 2030. Kanker
adalah penyebab kematian ke tujuh (5,7%)
setelah stroke, tuberculosis, hipertensi dan
perinatal. (Jurnal RS Kanker Dharmais, 2011).
Salah satu penatalaksanaan kanker adalah
kemoterapi. Kemoterapi adalah pemberian
obat sitotoksik yang bertujuan untuk
mengurangi dan menghentikan pertumbuhan
sel kanker (Wells & Murphy, 2009). Obat
sitotoksik
memiliki
sifat
mutagenik,
karsinogenik, teratonik, bersifat toksik bagi
sistem reproduksi, genotoksik dan dapat
menjadi toksik bagi organ lain (Maede,2014).
Pelayanan kemoterapi di rumah sakit
Dharmais dilakukan pada unit rawat inap dan
unit rawat jalan, salah satunya adalah di Ruang
Teratai, yaitu ruang rawat inap yang jumlah
tempat tidur yang tersedia sebanyak 70
buah,rata-rata harian pasien berjumlah 50-60
orang dengan jumlah pasien yang menjalani
kemoterapi di ruangan ini adalah rata-rata 5-6
orang per hari, dan dalam sebulan mencapai
150 orang pasien dengan kemoterapi
(sitotoksik). Perawat yang ada diruang Teratai
sebanyak 60 orang, dengan tingkat pendidikan
sarjana keperawatan sebanyak 14 orang,
diploma keperawatan 46 orang. Dari jumlah
tersebut 47 orang sudah mendapatkan
pelatihan penanganan kanker dasar. Sedangkan
untuk pelatihan kemoterapi 14 orang sudah
pernah, 46 orang belum pernah mengikuti
pelatihan kemoterapi. SOP safe handling
pemberian kemoterapi yang ada di RS Kanker
Dharmais mulai dari penggunaan alat
pelindung diri (sarung tangan, pelindung
mata/wajah,
masker,
gaun
pelindung,
pelindung kepala dan sepatu), penerimaan,
persiapan, transportasi
sampai
dengan
pemberian obat sudah ada. Meskipun telah ada
peningkatan kesadaran dan kepedulian
mengenai safe handling obat sitotoksik namun
masih banyak perawat yang masih tidak
mengikuti prosedur safe handling obat
ISSN 2442-7039
sitotoksik
dan
tidak
menggunakan
perlengkapan yang telah ditentukan sesuai
prosedur, diantaranya terlihat APD sepeti kaca
mata, celemek, topi dan lain-lain tidak
digunakan. Selain itu ada beberapa kasus
petugas yang mengalami beberapa gangguan
kesehatan seperti mual, pusing, nyeri kepala,
rambut rontok, diare, menstruasi tidak teratur
dan lain-lain, dimana gejala-gejala tersebut
memiliki kemiripan dengan beberapa gejalagejala yang muncul akibat obat sitotoksik yang
terpapar terhadap perawat. Namun hal tersebut
belum sampai pada pemeriksaan lanjut yang
mengindikasikan bahwa masalah keluhan itu
berhubungan dengan obat-obat sitotoksik
semata.
Mengingat efek samping yang ditimbulkan
oleh obat-obatan kemoterapi dibutuhkan
pelaksanaan kemoterapi yang sesuai dengan
prosedur. Perawat juga harus memiliki
pengetahuan mengenai resiko pemberian obat
kemoterapi, baik resiko yang dapat terjadi pada
pasien juga resiko terhadap perawat sendiri
pada saat pemberian kemoterapi maupun
resiko yang akan terjadi dimasa yang akan
datang. Dengan adanya pengetahuan tersebut,
perawat akan memahami dan mengerti bahwa
dalam
memberikan
kemoterapi
harus
melakukan sesuai dengan SOP safe handling
kemoterapi, sehingga keselamatan dan
keamanan dalam bekerja dapat terjaga.
Berdasarkan
uraian
diatas,
sangat
diperlukan pelaksanaan kemoterapi yang aman
dan sesuai prosedur mengingat efek samping
yang dapat timbul dalam pelaksanaan
kemoterapi berlaku bagi pasien, petugas
kesehatan, dan lingkungan disekitarnya. Oleh
karena itu peneliti merasa perlu untuk
menelusuri dan menganalisa lebih lanjut
terhadap perilaku perawat dalam penerapan
standard operating procedure (sop) safe
handling pada pemberian obat sitotoksik
kemoterapi ini,di ruang Teratai RS Kanker
Dharmais.
BAHAN DAN METODE
Penelitian
menggunakan
rancangan
penelitian analitik korelatif dengan desain
cross sectional. Populasi penelitian adalah
semua perawat dan sample berjumlah 57
responden. Sample adalah populasi yang
memenuhi kriteria inklusi dan jumlah sample
didapat dengan menggunakan tehnik purposive
sampling selain itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat
Page 129
Volume 3, Maret 2016
terhadap tingkat kepatuhan dalam pelaksanaan
standard operating prosedur safe handling
ISSN 2442-7039
pada pemberian kemoterapi periode April
sampai
dengan
Juni
2016.
HASIL
Analisa Univariat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Data Demografi perawat (n = 57)
Variabel
Kategorik
Frekuensi
∑
%
Jenis Kelamin
Laki-laki
10
17,5
Perempuan
47
82,5
Usia
≤ 25 tahun
6
10,5
26-35 tahun
35
61,4
36-45 tahun
14
24,6
> 45 tahun
2
3,5
Tingkat
DIII
43
75,4
Pendidikan
S1 Keperawatan
14
24,6
Lama Kerja
< 5 tahun
14
24,6
≥ 5 tahun
43
75,4
Berdasarkan pada tabel 1, frekuensi
35 responden (61,4%), menurut tingkat
responden menurut jenis kelamin mayoritas
pendidikan paling banyak yaitu berpendidikan
berjenis kelamin perempuan sejumlah 47
DIII keperawatan sejumlah 43 responden
responden (82,5%), menurut kelompok usia
(75,4%), lama kerja mayoritas ≥ 5 tahu n
paling banyak yaitu usia 26-35 tahun sejumlah
sejumlah
43
responden
(75,4%).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan tingkat pengetahuan (n=57)
Variabel
Kategorik
Frekuensi
∑
%
Tingkat Pengetahuan
Baik
56
98,2
Cukup
1
1,8
Kurang
0
0
Berdasarkan tabel 2, frekuensi responden
baik sejumlah 56 responden (98,2%) dan yang
berdasarkan pengetahuan perawat Ruang
pengetahuan cukup sejumlah 1 responden
Teratai Rumah Sakit Kanker Dharmais paling
(1,8%) dan tidak ada responden yang memiliki
banyak perawat yang memiliki pengetahuan
pengetahuan kurang.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kepatuhan (n=57)
Variabel
Kategorik
Frekuensi
∑
%
Kepatuhan
Sangat Patuh
55
96,5
Cukup Patuh
2
3,5
Tidak Patuh
0
0
Pada Tabel
3 menunjukkan bahwa
Teratai Rumah Sakit Kanker Dharmais yaitu
distribusi frekuensi responden berdasarkan
paling banyak perawat sangat patuh sejumlah
kepatuhan perawat dalam penerapan standard
55 responden (96,5%) dan yang cukup patuh
operating procedure (sop) safe handling
sejumlah 2 responden (3,5%) dan tidak ada
pemberian obat sitotoksik kemoterapi di ruang
responden
yang
tidak
patuh.
Analisa Bivariat
Tabel 4. Analisis hubungan tingkat pengetahuan perawat terhadap tingkat kepatuhan perawat
dalam penerapan standard operating procedur (sop) safe handling pemberian obat sitotoksik
(n=57)
Kepatuhan
P
Nilaivalue
Pengetahuan
Total
Cukup
Tidak
r
Sangat Patuh
Patuh
Patuh
n
%
n
%
n
%
n
%
Page 130
Volume 3, Maret 2016
ISSN 2442-7039
Baik
55 98,2% 1 1,8%
Cukup
0
0%
1 100%
kurang
0
0%
0
0%
Total
55 96,5% 2 3,5%
Berdasarkan tabel 5.4 di atas, hasil analisis
Hubungan tingkat pengetahuan perawat
terhadap kepatuhan dalam penerapan standard
operating procedure (sop) safe handling
pemberian obat sitotoksik kemoterapi di ruang
Teratai Rumah Sakit Kanker Dharmais di
dapatkan hasil analisis uji kolerasi diperoleh P
Value = 0,000 ( P Value 0,000 < α 0,05)
dengan nilai r =0,641 yang menunjukkan
hubungan yang kuat dan berpola positif maka
0
0% 56 100%
0
0%
1 100% 0,641 0,000
0
0%
0 100%
0
0% 57 100%
artinya semakin tinggi pengetahuan maka
semakin tinggi tingkat kepatuhannya. Maka
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antaratingkat pengetahuan perawat
terhadap kepatuhan perawat dalam penerapan
standard operating procedure (sop) safe
handling pemberian obat sitotoksik kemoterapi
di ruang Teratai Rumah Sakit Kanker
Dharmais.
PEMBAHASAN
Analisa Univariat
Karakteristik Responden Berdasarkan
Demografi
Hasil penelitian berdasarkan demografi
responden menurut jenis kelamin mayoritas
berjenis kelamin perempuan sejumlah 47
responden (82,5%). Menurut Kartono dalam
Astuti (2009) jenis kelamin/seks merupakan
kualitas yang menentukan individu itu laki-laki
atau perempuan yang menyatakan bahwa
perbedaan secara anatomis dan fisiologis pada
manusia menyebabkan perbedaan struktur
tingkah laku dan struktur aktivitas antara pria
dan wanita.Menurut kelompok usia paling
banyak yaitu usia 26-35 tahun sejumlah 35
responden
(61,4%),
menurut
tingkat
pendidikan paling banyak yaitu berpendidikan
DIII keperawatan sejumlah 43 responden
(75,4%). Notoatmodjo (2003) berpendapat
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut menerima
informasi. Menurut lama kerja mayoritas ≥ 5
tahun sejumlah 43 responden (75,4%). Lama
Kerja menurut Foster (2012) dalam penelitian
siagian (2014) menyatakan bahwa ukuran
tentang lama kerja yang ditempuh seseorang
dapat memahami tugas-tugasnya dengan baik.
Oleh karena itu, lama kerja mempengaruhi
perawat dalam menjalankan fungsinya seharihari. Semakin lama seseorang bekerja maka
akan terampil dan semakin berpengalaman
dalam
melaksanakan
pekerjaannya.
Pengetahuan dan keterampilan serta sikap pada
diri seseorang, Sehingga dapat menunjang
dalam mengembangkan diri dengan perubahan
yang ada. Dengan pengalaman yang didapat
seseorang akan lebih cakap dan terampil serta
mampu melaksanakan tugas pekerjaannya.
Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi
tingkat pengetahuan perawat ruang Teratai
Rumah Sakit Kanker Dharmais paling banyak
perawat yang memiliki pengetahuan baik
sejumlah 56 responden (98,2%) dan yang
pengetahuan cukup sejumlah 1 responden
(1,8%) dan tidak ada responden yang memiliki
pengetahuan kurang. Menurut Notoatmodjo
(2012), pengetahuan merupakan hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia,
yakni
indra
penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga Pengetahuan
bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia,
sementara orang lain tinggal menerimanya.
Pengetahuan
adalah
sebagai
suatu
pembentukan yang terus menerus oleh
seseorang yang setiap saat mengalami
reorganisasi karena adanya pemahamanpemahaman baru.(Budiman & Riyanto, 2013).
Berdasarkan definisi pengetahuan tersebut,
seorang perawat yang bekerja dengan obat
sitotoksik harus memiliki pengetahuan yang
baik sehingga terbentuk suatu perilaku untuk
melindungi diri dan ligkungan dari bahaya
obat tersebut. Pengetahuan yang kurang akan
menyebabkan perawat menjadi kurang berhatihati dalam bekerja dan meningkatkan resiko
terjadinya efek negatif dari obat-obatan
tersebut dikemudian hari.
Tingkat Kepatuhan
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi
tingkat kepatuhan perawat dalam pelaksanaan
standart operating prosedur safe handling
pemberian obat sitototik di ruang Teratai
Rumah Sakit Kanker Dharmais yaitu paling
Page 131
Volume 3, Maret 2016
banyak perawat sangat patuh sejumlah 55
responden (96,5%) dan yang cukup patuh
sejumlah 2 responden (3,5%) dan tidak ada
responden yang tidak patuh. Kepatuhan
menurut Sacket dalam Niven (2002) berasal
dari kata dasar patuh yang berarti disiplin atau
taat. Benyamin Bloom (1908) dalam
Notoatmojo (2012) membagi prilaku manusia
menjadi 3 (tiga) wilayah ranah atau domain,
yakni: kognitif (cognitive), afektif (affective),
dan psikomotor (psychomotor). Dalam
perkembangannya,
teori
Bloom
ini
dimodifikasi,
menjadi:
pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude), praktik tindakan
(practice).
Kepatuhan merupakan suatu hal yang dapat
mengembangkan suatu rutinitas (kebiasaan)
yang dapat membantu dalam mengikuti aturan
tertentu. Kepatuhan terjadi bila aturan diikuti
dengan benar sehingga membentuk suatu
perilaku seseorang yang diharapkan.
Hasil Analisa Bivariat
Hasil uji statistik diperoleh P Value =
0,000 ( P Value 0,000 < α 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan perawat
terhadap kepatuhan perawat dalam penerapan
standard operating prosedur (sop) safe
handling pemberian obat sitotoksik kenoterapi
di ruang Teratai Rumah Sakit Kanker
Dharmais.
Pengetahuan merupakan hal yang sangat
penting bagi setiap individu, seperti menururut
Handayani (2005), Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk
tindakan
seseorang
(over
behavior) terutama bagi seorang perawat
dengan berpengetahuan baik diharapkan
perawat dalam melaksanakan tugasnya dapat
lebih profesional sehingga dapat menghindari
kesalahan dalam setiap melakukan tindakkan
keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Hal ini sejalan dengan penelitian Anastasya
Donadea (2013) Pemberian obat kemoterapi
sebagian besar (87,3%) dilakukan oleh petugas
kesehatan sesuai SOP. Dalam tindakan
pemberian kemoterapi perlu diperhatikan
prinsip 6 benar, yaitu benar pasien, benar rute,
benar dosis, benar obat, benar waktu, dan
dokumentasi (ASCO, 2009).Dalam pemberian
obat, baik pre-medikasi, obat kemoterapi, dan
post-medikasi sudah dilakukan sesuai dengan
SOP.
Menurut Sutarni (2003, dalam Maridi,
2009), petugas kesehatan yang diizinkan untuk
ISSN 2442-7039
memberikan obat sitostatika adalah mereka
yang sudah mendapat pendidikan tentang cara
menangani obat sitostatika, mengetahui
kemungkinan risiko yang terjadi akibat obat
sitostatika, penatalaksanaan alat-alat yang
terkontaminasi,pencegahan paparan terhadap
petugas kesehatan. Petugas yang tidak
diizinkan untuk memberikan obat sitostatika
seperti wanita hamil, petugas kesehatan yang
tidak memakai pelindung, atau mahasiswa
yang sedang praktik.
Menurut peneliti pengetahuan seorang
perawat dalam menjalankan safe handling
pemberian obat kemoterapi sangat penting
karena perawat merupakan tenaga kesehatan
yang terpapar langsung oleh obat sitotoksik
kemoterapi. Safe handling obat sitotoksik
adalah suatu petunjuk keamanan dalam
penanganan obat sitotoksik yang bertujuan
untuk melindungi tenaga kesehatan dari efek
negatif obat tersebut bagi diri tenaga kesehatan
kesehatan (NIOSH, 2004; Otto, 2007; Wells &
Murphy, 2009; HSE 2013; Meade, 2014).
Mengingat efek samping yang ditimbulkan
oleh obat-obatan kemoterapi pada pasien,
petugas kesehatan yang terlibat, dan
lingkungan di sekitarnya, dibutuhkan standar
operasional prosedur kemoterapi yang menjadi
acuan bagi petugas kesehatan untuk melakukan
pemberian kemoterapi yang aman. Prosedur
pelaksanaan yang dilakukan dengan baik dan
sesuai SOP dapat meminimalisir risiko.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Anastasy (2012) yang berjudul Gambaran
Pelaksanaan Kemoterapi Di Rsup Dr. Hasan
Sadikin Bandung disimpulkan bahwa sebagian
besarpelaksanaan kemoterapi di Ruang
Kemuning dilaksanakan sesuai SOP pemberian
kemoterapi
di
rumah
sakit.
Dalam
penelitiannya juga menyarankan agar perawat
melakukan tindakan pelaksanaan kemoterapi
sesuai prosedur yang ada dan memperhatikan
respon yang timbul pada pasien selama
tindakan
kemoterapi
diberikan
untuk
mencegah reaksi berlebihan yang mungkin
membahayakan. Perawat juga diharapkan
dapat lebih memperhatikan keamanan kerja
dengan menggunakan APD seperti baju
pelindung tahan air, sarung tangan nitril atau
menggunakan sarung tangan berlapis (double),
pelindung kepala dan pelindung mata saat
melakukan tindakan pemberian kemoterapi
sehingga dapat mengurangi risiko dan efek
samping yang dapat ditimbulkan.
Page 132
Volume 3, Maret 2016
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ada hubungan tingkat pengetahuan perawat
terhadap kepatuhan perawat dalam penerapan
standart operating procedure (SOP) safe
handling pada pemberian obat sitototoksik
kemoterapi di ruang Teratai Rumah Sakit
Kanker Dharmais dengan hasil analisis uji
kolerasi diperoleh P Value = 0,000 ( P Value
0,000 < α 0,05) dengan nilai r =0,641 yang
menunjukkan hubungan yang kuat.
Saran
Diharapkan perawat agar selalu menambah
ilmu
pengetahuan
tentang
bagaimana
penerapan terapi kemoterapi sesuai standard
operating procedure (SOP) safe handling
pemberian obat sitotoksik kemoterapi. Selain
itu diharapkan hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi Rumah Sakit Kanker
Dharmais dalam meningkat kan kualitas
ketersediaan sumber daya dalam mendukung
penerapan standard operating procedure (sop)
safe handling pemberian obat sitotoksik
kemoterapi.
KEPUSTAKAAN
Anastasya
Donadear.
Fakultas
Ilmu
Keperawatan Universitas Padjadjaran.
Dengan judul Gambaran Pelaksanaan
Kemoterapi Di Rsup Dr. Hasan Sadikin
Bandung.
Budiman & Riyanto, A, (2013). Kapita selekta
kuesioner pengetahuan dan sikap dalam
penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Dirdjo, M.M., (2009). Penatalaksanaan
Kemoterapi Yang Aman.
Jacobson, J.O.; M. Polovich, et.al.2009.
American
society
of
clinicaloncology/oncology nursing society
chemotherapy
administration
safetystandards.
Oncology
Nursing
Forum Vol. 36, No. 36. Available at:
http://search.proquest.com/docview/2231
14498/fulltextPDF/135959E9F8965B1
13C4/3?accountid=48290. ()
Joshi, M. (2007). Cytotoxic drugs: towards
safer chemotherapy practises. Indian
Journal of Cancer Vol. 44, No 1.
Available at: http://search.proquest.com/
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian
Kesehatan, Edisi Revisi. Jakarta; Rineka
Cipta
Nursalam (2014). Pedoman Skripsi, Tesis Dan
Instrument Penelitian Keperawatan,
Jakarta
Salemba Medika
ISSN 2442-7039
Otto, S.E. (2005). Buku Saku Keperawatan
Onkologi. (alih bahasa oleh Jane Freyana
Budi). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Parsinahingsih, S.H., dan Supratman. (2008).
Gambaran pelaksanaan kewaspadaan
universal di rumah sakit umum daerah dr.
Moewardi surakarta. Majalah Berita
Ilmu Keperawatan Vol.1, No. 1. Available
at:http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1
1081924.pdf
Power, L.A., and M. Polovich. (2003). Special
Reports: Safe Handling of Hazardous
Drugs.Ce Certified November 2003.
Polovich, M. (2004). Safe handling of
hazardous drugs.online journal of issues
innursing. Vol. 9 no. 3, manuscript
5.Available
at:http://www.nursingworld.org/MainMen
uCategories/ANAMarketplace/ANAPerio
dicals/OJIN/TableofContents/Volume920
04/No3Sept04/HazardousDrugs.aspx
Rasjidi, I. (2007). Kemoterapi Kanker
Ginekologi Dalam Praktik Sehari-Hari.
Jakarta: Sagung Seto.
Riskesdas. (2013). Badan penelitian dan
pengembangan kesehatan kementrian
kesehatan Ri. Jakarta
Smeltzer, S.C.; B.G. Bare, et. al. (2009).
Brunner and Suddarth’s Textbook Of
Medical Surgical Nursing. Wolters
Kluwer.
Page 133
Download